Anda di halaman 1dari 14

TUBERCULOSIS PARU

KELOMPOK II
1. Nerry Armis Sibuea NIM. 230101063
2. Yosphine Sol Siegal NIM. 230101006
3. Baringin Parapat NIM. 230101004
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

oleh bakteri Myobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang paru-paru, tetapi

dapat juga menyerang organ atau bagian tubuh lainnya (misalnya tulang,

kelenjar, kulit, dll). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada

tanggal 24 Maret 1882. (Santi Martini dkk, 2014)

Myobacterium tuberculosis, berbentuk batang, berukuran panjang 5µ dan lebar 3µ,


tidak membentuk spora dan termasuk bakteri aerob. Mycobacterium tb dapat diberi
pewarnaan seperti bakteri lainnya misalnya dengan pewarnaan gram. Namun sekali
diberi warna oleh pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan
dengan asam. Oleh karena itu, maka mycobacterium tb disebut sebagai Basil Tahan
Asam (BTA)
(Pedoman Nasional Pengendalian TB Kemkes, 2021)
ETIOLOGI

Tuberkulosis biasanya menular dari manusia ke manusia


lain lewat udara melalui percik renik atau droplet nucleus
(<5 microns) yang keluar ketika seorang yang terinfeksi TB
paru atau TB laring batuk, bersin, atau bicara. Percik renik
juga dapat dikeluarkan saat pasien TB paru melalui
prosedur pemeriksaan yang menghasilkan produk aerosol
seperti saat dilakukannya induksi sputum, bronkoskopi dan
juga saat dilakukannya manipulasi terhadap lesi atau
pengolahan jaringan di laboratorium. Percik renik, yang
merupakan partikel kecil berdiameter 1 sampai 5 μm dapat
menampung 1-5 basilli, dan bersifat sangat infeksius, dan
dapat bertahan di dalam udara sampai 4 jam. Karena
ukurannya yang sangat kecil, percik renik ini memiliki
kemampuan mencapai ruang alveolar dalam paru, dimana
bakteri kemudian melakukan replikasi.) (Ahmad. S, 2011)
MANIFESTASI KLINIS
(Adler Y, Charron, 2015)

Batuk Berdahak 3 mgg atau >

Kehilangan BB

Demam terutama pada sore hari

Keringat basah kuyup di malam hari

Kelenjar bengkak terutama di leher


Pemeriksaan Penunjang TB Paru
(Ahmad. S, 2011)

BTA positif

Tes Tuberkulin

Foto Thorax

Darah adalah peningkatan leukosit dan laju endap darah


(LED)
Spirometri

Bronchografi

Kultur sputum
PATOFISIOLOGI
(Agrawal V, 2010)

Seorang penderita tuberkulosis ketika bersin atau


batuk menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
droplet (percikan dahak). Bakteri kemudian
menyebar melalui jalan nafas ke alveoli, di mana pada
daerah tersebut bakteri bertumpuk dan berkembang
biak. Penyebaran basil ini dapat juga melalui sistem
limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal,
tulang, korteks serebri) dan area lain dari paru-paru
(Soemantri, 2009). Pada saat kuman tuberkulosis Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara
berhasil berkembang biak dengan cara membelah diri sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T) adalah
di paru, terjadilah infeksi yang mengakibatkan sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan
makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon
peradangan pada paru, dan ini disebut kompleks
ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat). Nekrosis bagian sentral lesi
primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju, lesi nekrosis ini disebut
pembentukan kompleks primer adalah 4-6 minggu. nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan
Setelah terjadi peradangan pada paru, granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan
mengakibatkan terjadinya penurunan jaringan efektif respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan
paru, peningkatan jumlah secret, dan menurunnya parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
suplai oksigen (Yulianti & dkk, 2014). Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Gohn dan gabungan terserangnya kelenjar
getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Gohn respon lain
yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas
kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan
dari dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan trakeobronkhial
EPIDEMIOLOGI TB
(Profil Dinkse Sumut 2021)
Menurut WHO sepertiga penduduk dunia telah tertular TB, tahun 2000 lebih dari 8
juta penduduk dunia menderita TB aktif. Penyakit TB bertanggung jawab terhadap
kematian hampir 2 juta penduduk setiap tahun, sebagian besar terjadi di negara
berkembang. World Health Organization memperkirakan bahwa TB merupakan
penyakit infeksi yang paling banyak menyebabkan kematian pada anak dan orang
dewasa. Kematian akibat TB lebih banyak daripada kematian akibat malaria dan
AIDS. Pada wanita kematian akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena
kehamilan, persalinan, dan nifas. Menurut perkiraan antara tahun 2000–2020
kematian karena TB meningkat sampai 35 juta orang.
Tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor satu diantara penyakit infeksi dan
menduduki tempat ketiga sebagai penyebab kematian pada semua umur setelah
penyakit kardiovaskuler dan penyakit infeksi saluran napas akut. Pasien TB di
Indonesia terutama berusia antara 15-59 tahun, merupakan kelompok usia produktif.
Laporan mengenai TB anak di Indonesia jarang didapatkan, diperkirakan jumlah
kasus TB anak adalah 5%-6% dari total kasus TB. Rata-rata prevalensi kasus BTA
positif diperkirakan 104 per 100.000 penduduk .
Penyakit paru terutama tuberculosis paru (TB Paru) menjadi perhatian
khusus di Sumut. Berdasarkan data Kemenkes tahun 2021, Sumut
menempati posisi ke-6 Provinsi se- Indonesia untuk kasus TB paru (22.169
kasus). Sedangkan di tahun 2022 TBC Indonesia capai rektor tertinggi, 969
ribu dengan tingkat kematian 93 ribu per tahun. Penyakit paru terutama
(Laporan Pengendalian TB Kemkes, 2022) tuberculosis paru (TB Paru) menjadi perhatian khusus di Sumut. Berdasarkan data
Kemenkes tahun 2021, Sumut menempati posisi ke-6 Provinsi se- Indonesia
untuk kasus TB paru (22.169 kasus). Sedangkan di tahun 2022 TBC Indonesia
capai rektor tertinggi, 969 ribu dengan tingkat kematian 93 ribu per tahun.
EPIDEMIOLOGI TB
(Profil Dinkse Sumut 2021)

Penyakit paru terutama tuberculosis paru (TB Paru) menjadi perhatian khusus di Sumut. Berdasarkan data Kemenkes tahun 2021,
Sumut menempati posisi ke-6 Provinsi se- Indonesia untuk kasus TB paru (22.169 kasus). Sedangkan di tahun 2022 TBC Indonesia
capai rektor tertinggi, 969 ribu dengan tingkat kematian 93 ribu per tahun. Pada Tahun 2021 ada sebanyak
17.303 kasus TB Paru di Provinsi Sumatera Utara. (Profil Dinkes Sumut Tahun 2021) Jumlah kasus tersebut menurun tahjam bila dibandingakan
pada tahun 2019 yaitu 33.779 kasus. Menurut jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 11.061 (63,93%), perempuan sebanyak 6242 (36,07%). Jumlah
kasus TB menurut kabupaten/kota yaitu Kasus tertinggi yaitu Kota Medan sebanyak 2430 (14.04%), diikuti Kabupaten Deli Serdang sebanyak 1698
kasus (9,81%), dan Simalungun 1298 kasus (7,50%).
KOMPLIKASI TB
(Bansal R, 2008 dkk)

1 • Kerusakan jaringan paru yang masif


2 • Gagal Nafas
• Fistula Bronkopleural
3
• Pneumothorax
4
5 • Pneumonia
6 • Efusi Pleura
7 • Infeksi Organ Tubuh Lain
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN TB
Strategi Nasional Pengendalian TB (2020-2024), Kemkes
 Tersier
 Primer Pencegahan ketidakmampuan
Promosi kesehatan penyuluhan dengan Penggunaan kortikosteroid
melibatkan pasien & masyarakat dalam kampanye tambahan pada pengobatan TB
advokasi, penyuluhan rencana pengendalian aktif, Penggunaan operasi
infeksi, Koleksi dahak Aman, penyuluhan Etika tambahan pada orang dengan TB
batuk dan batuk yang higienis, penyuluhan pasien aktif serta Pengobatan TB aktif
TB triase dilakukan untuk saluran cepat atau pada orang dengan penyakit
pemisahan, penyuluhan mendiagnosis TB yang penyerta Rehabilitasi
cepat dan pengobatan, Meningkatkan ventilasi Rehabilitasi Pasien paru BTA
udara kamar, Melindungi pekerja perawat positif dengan pengobatan ulang
kesehatan, Pengembangan kapasitas dan kategori 2, bila masih positif TB
Memonitor praktek pengendalian infeksi.  Sekunder maka hentikan pengobatan dan
rujuk ke layanan TB-MDR.
Proteksi spesifik Vaksinasi BCG Skrining atau penemuan kasus baru yang
benar-benar positif TB dengan melakukan
pemerikasaan dahak. melakukan diagnosis
TB paru dengan memeriksa semua suspek
TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam 2
hari, diagnosis TB ekstra paru dengan
gejala dan keluhan tergantung organ yang
terkena, misalnya kaku kuduk pada
Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura
(Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe
superfisialis pada limfadenitis TB.
Pengobatan tepat
Strategi : DOTS
(Directly Observed Treatment Short-course)
Strategi Nasional Pengendalian TB (2020-2024)
1 Komitmen politis
4
Jaminan
Ketersediaan OAT 2 Diagnosa dengan
Yg bermutu mikroskop

3
5
Monitoring dan Pengobatan
evaluasi jangka pendek dgn
pengawasan langsung
Strategi Penanggulangan TB
Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia 2020-2024
dilaksanakan dengan enam strategi, yakni:
1. Penguatan komitmen dan kepemimpinan pemerintah
pusat, provinsi, dan kabupaten/kota untuk mendukung
percepatan eliminasi tuberkulosis 2030.
2. Peningkatan akses layanan tuberkulosis bermutu dan
berpihak pada pasien.
3. Optimalisasi upaya promosi dan pencegahan,

T O SS
pemberian pengobatan pencegahan tuberkulosis serta
pengendalian infeksi.
4. Pemanfaatan hasil riset dan teknologi skrining,
TEMUKAN OBATI SAMPAI diagnosis, dan tatalaksana Tuberkulosis.
SEMBUH 5. Peningkatan peran serta komunitas, mitra, dan
multisektor lainnya dalam eliminasi tuberkulosis.
6. Penguatan manajemen program melalui penguatan
sistem kesehatan.
Strategi Nasional Pengendalian TB (2020-2024)
KESIMPULAN
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular
yang disebabkan oleh bakteri Myobacterium tuberculosis,
yang dapat menyerang paru-paru, tetapi dapat juga
menyerang organ atau bagian tubuh lainnya (misalnya
tulang, kelenjar, kulit, dll). Penularan tuberkulosis
terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan
keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita.
Pencegahan yang paling utama adalah dengan
melakukan imunisasi aktif, melalui vaksinasi Basil
Calmette Guerin (BCG). Dan melakukan promosi
kesehatan untuk meningkatkan status kesehatan
masyarakat.
Pemerintah melalui Program Nasional Pengendalian TB
telah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi
TB, yakni dengan strategi DOTS (Directly Observed
Treatment Shortcourse). World Health Organization
(WHO) merekomendasikan 5 komponen strategi DOTS
JANGAN
KUCILKAN
MEREKA
(Penderita TB)
DENGAN
BEROBAT
TERATUR
PENYAKIT TBC
DAPAT
DISEMBUHKAN

Anda mungkin juga menyukai