Oleh:
1. Nerry Armis Sibuea NIM. 230101063
Penyusun
PAGE \* MERGEFORMAT i
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2. Tujuan..........................................................................................................2
1.3 Manfaat.........................................................................................................3
BAB II PENGUNGSIAN.......................................................................................4
2.1. Pengertian....................................................................................................4
2.2. Jenis-Jenis Pengungsi..................................................................................5
2.3 Dasar Hukum................................................................................................5
2.4 Pengungsian..................................................................................................6
BAB III PERLINDUNGAN PENGUNGSIAN....................................................7
3.1. Sejarah Perlindungan Hukum Pengungsi.................................................7
3.2. Prinsip-Prinsip Dasar Pengungsi Internasional dan Nasional................7
3.3 Instrumen Perlindungan Internasional dan Regional Bagi Pengungsi...8
3.4 Keberadaan dan Perlindungan Pengungsi Indonesia............................11
3.5 Dasar Hukum Penanganan dan Perlindungan Pengungsi Indonesia...17
BAB IV PEMBERDAYAAN PENGUNGSI .....................................................19
4.1 Pemberdayaan Pengungsi.........................................................................19
4.2 Langkah Pemberdayaan.............................................................................19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................20
5.1 Kesimpulan.................................................................................................20
5.2 Saran............................................................................................................21
PAGE \* MERGEFORMAT i
BAB I
PENDAHULUAN
Pengungsi menjadi salah satu isu global yang banyak dibicarakan oleh
masyarakat internasional.Permasalahan pengungsimenjadi perhatian khusus dari
dunia internasional karena jumlahnya terus meningkat dan telah menjadi isu yang
membutuhkan perhatian khusus dari masyarakat internasional. Timbulnya
pengungsi disebabkan oleh keadaan yang memburuk dalam ranah politik,
ekonomi, dan sosial suatu negara tersebut sehingga memaksa masyarakatnya
untuk pergi meninggalkan negara tersebut dan mencari tempat berlindung yang
lebih aman di negara lain,dengan alasan ingin mencari perlindungan serta
menyelamatkan diri mereka dari bahaya yang mengancam fisik.
Pengungsi merupakan suatu persoalan yang akan selalu ada dalam
peradaban manusia. Hal ini sebagai konsekuensi adanya naluriah manusia yang
akan selalu mencari kenyamanan dalam hidupnya, dan menghindar dari adanya
rasa takut, yang sangat dapat mengancam keselamatan. Ancaman itu dapat
ditimbulkan oleh faktor alam maupun faktor perbuatan manusia lainnya. Yang
termasuk ancaman dalam kategori faktor alam adalah bencana alam, sedangkan
yang termasuk perbuatan manusia seperti perang, kerusuhan dan sebagainya.
Dahulu, dorongan utama dilakukannya migrasi pada masa itu secara umum
berasal dari naluri alamiah umat manusia untuk mencari tempat tinggal atau
daerah bermukim yang dapat memberikan keamanan dan kenyamanan.
Dalam beberapa tahun terakhir, sesuai data yang diberikan oleh lembaga
PBB untuk pengungsi atau United Nations High Commissioner for Refugees
(UNHCR), Indonesia telah menerima banyak pengungsi asing baru secara
signifikan. Per Maret 2012, kira-kira ada 3,781 pengungsi asing yang telah
terdaftar di Indonesia Indonesia. Pengungsi yang datang tersebut memiliki latar
belakang atau tujuan yang bermacammacam. Ada pengungsi yang datang ke
Indonesia karena faktor ekonomi maupun yang murni untuk mencari keselamatan
hidup. Krisis ekonomi, merosotnya tingkat kesejahteraan dan keamanan di banyak
negara, dan bertambahnya angka kemiskinan serta globalisasi dan akses informasi
memudahkan berlangsungnya pengungsian, khususnya yang dilakukan secara
ilegal (gelap). Terbatasnya pengamanan perbatasan laut Indonesia menambah
peluang masuknya para pengungsi gelap ke negara kepulauan yang luas ini.
Disisi lain, posisi geografis Indonesia berpotensi sebagai jalur
perdangangan ilegal dan menjadi lokasi transit bagi para pengungsi atau pencari
suaka yang ingin menuju Australia. Kedatangan secara ilegal ini tentu sangat
merugikan Indonesia, hal ini dikarenakan kedatangan pengungsi ini dianggapakan
mengancam ketahanan dan keamanan nasional. Menurut ketentuan hukum
Indonesia, setiap orang yang masuk atau keluar Indonesia harus memiliki surat
perjalanan. Peningkatan jumlah pengungsi yang cepat menjadi ancaman krisis
ekonomi, angka pengangguran yang semakin tinggi, tekanan infrastruktur dan
lingkungan saling mempengaruhi stabilitas negara. Globalisasi telah memberikan
berbagai macam perubahan dalam kehidupan dan cara pandang manusia. Salah
satunya dapat dilihat dari aspek sosial, yaitu memudahkan orang dari suatu negara
berpindah dari satu negara ke negara lainnya dengan berbagai alasan dan tujuan
yang berbeda, salah satunya dengan tujuan mencari perlindungan. Perlindungan
tersebut dibutuhkan oleh orang-orang yang mencari tempat yang aman ketika
daerahnya ada bahaya yang mengancam yang disebut dengan pengungsi.
Namun ada juga pengungsi yang datang ke Indonesia karena terjadi
peperangan di negara asalnya dan para pengungsi tersebut benar-benar
membutuhkan perlindungan serta mencari keselamatan diri. Misalnya saja
beberapa waktu lalu di Indonesia, sebanyak 193 (seratus sembilan puluh tiga)
pengungsi asal Myanmar dan Bangladesh ditemukan terdampar di perairan
Sabang. Kapal para pengungsi tersebut ditemukan oleh nelayan di sekitar Pulau
Rondo dan Pulau Seulako, Sabang, Aceh.
Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk
melakukan makalah tentang Pengungsian, Perlindungan dan Pemberdayaan
Pengungsi.
1.2. Tujuan
PENGUNGSIAN
2.1. Pengertian
Secara umum ialah seseorang atau sekelompok orang yang meninggalkan suatu
wilayah guna menghindari suatu bencana atau musibah. Bencana ini dapat
berbentuk, tanah longsor, tsunami, kebakaran, dan lain sebagainya yang
diakibatkan oleh alam. Dapat pula bencana yang diakibatkan oleh ulah manusia
secara langsung. Misalnya perang, kebocoran nuklir, dan ledakan bom. Setiap
pengungsi biasanya ditempatkan di sebuah tempat penampungan untuk
memudahkan para relawan mengurusi dans menolong mereka. Lama pengungsi
berada di sebuah tempat penampungan tidak dapat di prediksi. Tergantung dari
kondisi dan situasi itu sendiri. Biasanya pengungsi di urus oleh pemerintah
setempat, tapi itu tidak menutup kemungkinan untuk datangnya bantuan dari
relawan.
Berdasarkan pendapat di atas, terlihat bahwa pengungsi terjadi karena adanya
bahaya. Misalnya bencana alam (natural disaster) seperti banjir, gempa, gunung
meletus, kekeringan. Mengungsi juga bisa terjadi karena bencana buatan manusia
(manmade disaster), seperti konflik bersenjata, pergantian rezim politik,
penindasan kekebasan fundamental, pelecehan hak asasi manusia, dan sebagainya.
Mengungsi dapat dilakukan dalam lingkup satu wilayah negara ataupun ke negara
lain karena adanya perbedaan haluan politik.
Menurut para ahli
a. Malcom Proudfoot
Malcom Proudfoot memberikan pengertian pengungsi dengan melihat
keadaan para pengungsi akibat Perang Dunia II. Pengungsi adalah orang-
orang yang terpaksa pindah ke tempat lain akibat adanya penganiayaan,
deportasi secara paksa, atau pengusiran orang-orang Yahudi dan
perlawanan politik pemerintah yang berkuasa, pengembalian etnik tertentu
ke negara asal mereka atau provinsi baru yang timbul akibat perang atau
perjanjian, penentuan tapal batas secara sepihak sebelum perang terjadi;
perpindahan penduduk sipil secara besar-besaran akibat adanya serangan
udara dan adanya tekanan atau ancaman dari para militer di beberapa
wilayah Eropa; pindahan secara paksa penduduk dari wilayah pantai atau
daerah pertahanan berdasarkan perintah militer, serta pemulangan tenaga
kerja paksa untuk ikut dalam perang Jerman.
Latar belakang terjadinya pengungsi dapat dikelompokkan dalam dua jenis yaitu
a. Pengungsian karena bencana alam (Natural Disaster). Pengungsian ini
pada prinsipnya masih dilindungi negaranya keluar untuk menyelamatkan
jiwanya, dan orang-orang ini masih dapat minta tolong pada negara dari
mana ia berasal.
b. Pengungsian karena bencana yang dibuat Manusia (Man Made Disaster).
Pengungsian disini pada prinsipnya pengungsi keluar dari 45 negaranya
karena menghindari tuntutan (persekusi) dari negaranya. Biasannya
pengungsi ini karena alasan politik terpaksa meninggalkan negaranya,
orang-orang ini tidak lagi mendapat perlindungan dari pemerintah dimana
ia berasal.
2.4 Pengungsian
PERLINDUNGAN PENGUNGSI
2. Negara tujuan atau negara transit tidak boleh menangkap peng- ungsi
a. United Nations
1. Universal Declaration of Human Rights 1948
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) meng-
artikulasikan hak-hak dasar dan kebebasan bagi setiap manusia.
UDHR menandai perubahan penting dengan berani menyatakan
bahwa semua manusia bebas dan sederajat, tanpa memandang war- na
kulit, keyakinan atau agama. Untuk pertama kalinya, kesepakatan
global menempatkan manusia, bukan politik kekuasaan, dalam
agenda utamanya.
Indonesia, yaitu:
Status Deteni
Ilegal Asylu 1
No. Kebangsaan m X Jml. Ket.
Migra Refuge I
1 Afghanistan n 0 Seeker
0 R
0e 0 mmigrato1 10 5L/5P
2 Somalia 0 0 0 0 1 1 1L
3 Malaysia 0 0 0 0 1 1 1L
4 Pantai Gading 0 0 0 0 1 1 1L
5 Filipina 0 0 0 0 7 7 6L/1P
6 Federasi Rusia 0 0 0 0 1 1 1L
Jumlah 0 0 0 0 2 21
1
Konvensi 1951 dan Protokol 1967 yang mengatur para pengungsi yang
pada prinsipnya mengatur ketentuan-ketentuan yang hampir sama. Konvensi dan
Protokol tersebut secara umum mengatur tiga hal pokok, yaitu: (a) Pengertian
dasar pengungsi yang memang diperlukan sebagai acuan untuk menentukan atas
status seseorang termasuk golongan para pengungsi atau bukan. Bagi suatu negara
yang sudah meratifikasi Kon- vensi 1951 dan/atau Protokol 1967, maka penetapan
dilakukan oleh negara tempat orang itu sedang berada, bekerja sama dengan
UNHCR. Sedangkan bagi negara yang belum meratifikasi, penetapan tersebut
dila- kukan oleh Perwakilan UNHCR di negara tersebut; (b) Status hukum, hak,
dan kewajiban pengungsi di negara tempat pengungsian; (c) Imple- mentasi
(pelaksanaan) perjanjian, terutama menyangkut administrasi dan hubungan
diplomatik, khususnya hal-hal yang menyangkut kerja sa- ma dengan UNHCR
untuk melakukan suatu tugas pengawasan terhadap negara-negara para pengungsi
tersebut berada.
Pengaturan terkait hak dan kewajiban setiap pengungsi telah diatur dalam
Konvensi 1951 yang menjabarkan beberapa hak-hak pengungsi, yaitu:23
2. Hak milik, Pasal 13, 14, dan 30 Konvensi 1951 mengatur bahwa
seorang pengungsi mempunyai hak yang sama untuk mempunyai atau memiliki
hak milik, baik bergerak maupun tidak bergerak dan menyimpannya seperti
halnya orang lain. Di samping itu, peng- ungsi juga dapat mentransfer asetnya ke
negara dia akan menetap;
3. Hak berserikat, negara peserta konvensi harus mengakui kebebasan
pengungsi untuk berserikat dengan mendirikan perkumpulan, ter- masuk
perkumpulan dagang sepanjang perkumpulan itu bersifat non-profit dan non-
politis (Pasal 15 Konvensi 1951);
PEMBERDAYAAN PENGUNGSI
a. Tahap Persiapan
1. Kajian/penelitian
Melakukan kajian/ penelitian awal untuk mengetahui permasalahanan sosial
ekonomi pasca bencana; jumlah korban yang masih memerlukan bantuan;
mengetahui keberadaan pranata sosial/ lembaga sosial lokal yang ada dan
peduli, dan upaya yang pernah dilakukan;
mengetahui potensi don sumber daya yang dapat dikembangkan; memprediksi
hambatan/kendala don kemudahan da lom upaya pemberdayaan;
mengetahui upaya yang pernah dilakukan Pemda setempat terhadap korban
bencana don kesiapan aparat Pemda terkait bila dilakukan upaya
pemberdayaan; mencari dan mempersiapkon tenaga fasilitator (yang dionggop
pakar/ ahli, 2 orang) don tenaga pendampingan (2 orang)yang dianggap mampu
dan mau bekerjasama dengan masyarakat korban, mendampingi kegiatan
sampai dengan dilakukan terminasi.
2. Pra Pemberdayaan
b. Tahap Pemberdayaan
1. Sosialisasi atau penyuluhan pada aparat pemda terkait, pengurus beberapa
pranata sosial/lembaga sosial lokal (4 - 6 pranata/ lembaga) don tokoh
masyarokot
2. Menetapkan tenaga fasilitator don tenaga pendamping, menjelaskan maksud
don tujuan pemberdayaan pasca bencana
3. Menetapkan lokasi pemberdayaan, menetapkan pranata sosial/lembaga sosial
lokal yang dolam hal ini pengurus inti yang ditunjuk untuk mewakili
(masingmasing 2 orang), tokoh masyarakat (formal don informal), aparat
pemda (provinsi don kab/kota) mosing-masing 2 orang don tokoh informal 2
orang, sehingga jumlah peserta kolaborasi ini berjumlah 20 orang.
4. Pelaksanaan pemberdayaan dengan alokasi waktu 6 - 8 bulan, dapat
mengadopsi Kep.Men.Sos RI No. 12/ HUK/2006, Tentang Model
Pemberdayaan Pranata Sosial Dalam Mewujudkan Masyarakat Berketahanan
Sosial, yang telah di implementasikan pada beberapa daerah.
5. Memberikan stimulan kepada kelompok/ forum yang telah diberdayakan
sebagai dukungan kegiatan don program yang tel ah dibuat untuk perbaikan
sosial ekonomi para korban bencana. Besaran dana stimulan disesuaikan
dengan kebutuhan don ketersediaan anggaran pada pemerintah.
6. Monitoring don Evaluasi oleh tim peneliti untuk penyempurnaan kegiatan
pem berdayaan. · Tahap Akhir Membuot loporan hosil pemberdoyoon oleh
tim peneliti, sebagai pertanggung-jawaban odministrasi don ilmioh.
Penyempurnoon model untuk repl ikosi di tempat loin Terminasi, pemutuson
kegioton pemberdayaan.
c. Tahap Akhir
1. Membuot loporan hosil pemberdoyoon oleh tim peneliti, sebagai
pertonggung jowobon odministrasi don ilmioh.
2. Penyempurnoon model untuk repl ikosi di tempot loin
3. Terminasi, pemutuson kegioton pemberdoyoon.
BAB V
5.2 Saran