Anda di halaman 1dari 37

KONSEP EVAKUASI DAN TRANSPORTASI

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 6

1. ArensyAprilia
2. AgustiaAyu Lestari
3. Bella DwiNopita
4. Citra Larasati
5. Deresta
6. Lela Meilani
7. Lestari SeptieRizki

DIII PRODI KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur tiada tara kami panjatkan kepada TuhanYang Maha Pengasih karena
telahmemberikan kemampuan dan waktu kepada kami untuk menyelesaikan
penulisanmakalah tentang Konsep Evakuasi dan Transportasi ini.kami berharap
makalah ini dapat dimanfaatkan untuk salah sumber belajar bagiMahasiswa.Apa yang
disajikan dalam makalah ini hanyalah merupakan garis besar materi kuliah Untuk
memperluas dan memperdalam wawasan dalam bidang ini diharapkan mahasiswa
membaca berbagai refensi yang relevan, terutama buku-buku dijadikan acuan dalam
penulisan makalah ini kami menyadari bahwa banyak kelemahan yang terdapat pada
makalah ini, baik yang menyangkut isi, pengungkapan, maupun sistematika penulisan.
Untuk itu saran serta kritik yang konstruktif senantiasa kami harapkan.

Pangkalpinang, 19 Agustus 2020

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Teknik Transportasi Korban................................................................. 3


2.2 Evakuasi Korban di Tebing.................................................................. 5
2.3 Evakuasi Korban Dari Dalam Mobil (Kecelakaan) ............................. 8
2.4 Evakuasi Korban di Air........................................................................ 10

BAB III PENANGANAN KASUS

3.1 Kasus Kecelakaan................................................................................. 16


3.2 Kasus di Air.......................................................................................... 26

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan........................................................................................... 30
4.2 Saran..................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 32

LINK VIDEO................................................................................................... 33

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan


empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng
Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Data UN-ISDR (The United Nations
Office for Disaster Risk Reduction) menyebutkan bahwa risiko bencana yang
dihadapi Indonesia sangat tinggi dikarenakan letak geografis Indonesia tersebut.
Berdasarkan Undang-UndangNomor 24 Tahun 2007 bencana dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu bencana alam, bencana non-alam, dan bencana social. Maka
dari itu proses evakuasi yang tepat sangat di perhatikan oleh penolong.

Ketika proses evakuasi bencana berlangsung, perencanaan model


transportasi untuk evakuasi memberikan dampak besar terhadap kesuksesan
upaya pengurangan risiko korban jiwa, evakuasi adalah proses di mana
penempatan orang dari tempat-tempat berbahaya ketempat-tempat yang lebih
aman untuk mengurangi gangguan kesehatan dan kehidupan masyarakat yang
rentan terkena dampak. Penulusuran konsep mengenai model transportasi untuk
evakuasi yang telah dikembangkan sejauh ini, sangat diperlukan untuk
mendapatkan hasil pergerakan evakuasi pengungsi yang optimal guna
memberikan alternative pemecahan masalah kebencanaan terutama dalam
meminimalkan korban jiwa maka dari itu banyaknya terjadi bencana atau
kecelakaan yang sangat membutuhkan pertolongan cepat, kecelakaan bukan
hanya terjadi pada lalu lintas saja akan tetapi juga sering terjadi di perairan
banyak korban tenggelam atau kapal karam yang banyak memakan korban jiwa
apalagi status Negara Indonesia adalah Negara kepuluan yang terdiri dari 70%
air dan 30% darat, selain itu banyak juga korban yang terjadi di dataran tinggi
atau tebing seperti yang kita tahu di Indonesia banyak nya dataran tinggi atau
pegunungan dan bukit yang sering di jadikan aktivitas ekspolritasi oleh

1
masyarakat akan tetapi banyak nya jumlah pendaki maka akan banyak juga
korban pendaki yang sering tertimpa kecelakaan sehingga membutuhkan teknik
atau penanganan yang cepat dan tepat, maka dari itu kami menyusun makalah
ini terkait konsep evakuasi dan transportasi agar dapat di jadikan sumber bacaan
dan pengetahuan terkait penanganan evakuasi yang terjadi pada korban gawat
darurat khususnya yang evakuasi pada korban kecelakaan, di perairan dan tebing
secara cepat dan tepat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana teknik transportasi pada korban bencana ?
2. Bagaimana evakuasi korban di tebing ?
3. Bagaimana evakuasi pada korban dari dalam mobil yang mengalami
kecelakaan ?
4. Bagaimana evakuasi penyelamatan pada korban di air ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui bagaimana teknik transportasi pada korban bencana.
2. Untuk mengetahui bagaimana evakuasi korban di tebing.
3. Untuk mengetahui bagaimana evakuasi pada korban dari dalam mobil yang
mengalami kecelakaan.
4. Untuk mengetahui bagaimana evakuasi penyelamatan pada korban di air.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teknik Transportasi Korban


Transportasi pasien pada umumnya terbagi atas dua yaitu Transportasi gawat
darurat dan kritis.
a. Transportasi Gawat Darurat
Setelah penderita diletakan diatas tandu (atau Long Spine Board
bila diduga patah tulang belakang) penderita dapat diangkut ke rumah
sakit. Sepanjang perjalanan dilakukan Survey Primer, Resusitasi jika perlu.
Tulang yang paling kuat ditubuh manusia adalah tulang panjang dan yang
paling kuat diantaranya adalah tulang paha (femur). Otot-otot yang beraksi
pada tulang tersebut juga paling kuat. Dengan demikian maka
pengangkatan harus dilakukan dengan tenaga terutama pada paha dan
bukan dengan membungkuk angkatlah dengan paha, bukan dengan
punggung. Panduan dalam mengangkat penderita gawat darurat.
a. Kenali kemampuan diri dan kemampuan pasangan kita.
b. Diangkat secara bersama dan bila merasa tidak mampu jangan
dipaksakan
c. Ke-dua kaki berjarak sebahu kita, satu kaki sedikit didepan kaki sedikit
sebelahnya
d. Berjongkok, jangan membungkuk, saat mengangkat
e. Tangan yang memegang menghadap kedepan
f. Tubuh sedekat mungkin ke beban yang harus diangkat. Bila terpaksa
jarak maksimal tangan dengan tubuh kita adalah 50 cm
g. Jangan memutar tubuh saat mengangkat
h. Panduan diatas berlaku juga saat menarik atau mendorong penderita
b. Transportasi Pasien Kritis
Pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu
atau lebih sistem tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring

3
dan terapi. Transport intra hospital pasien kritis harus mengikuti beberapa
aturan, yaitu:
a. Koordinasi sebelum transport
1. Informasi bahwa area tempat pasien akan dipindahkan telah siap
untuk menerima pasien tersebut serta membuat rencana terapi
2. Dokter yang bertugas harus menemani pasien dan komunikasi antar
dokter dan perawat juga harus terjalin mengenai situasi medis pasien
3. Tuliskan dalam rekam medis kejadian yang berlangsung selama
transport dan evaluasi kondisi pasien
b. Profesional beserta dengan pasien harus menemani pasien dalam
kondisi serius.
1. Salah satu profesional adalah perawat yang bertugas, dengan
pengalaman CPR atau khusus terlatih pada transport pasien kondisi
kritis
2. Profesioanl kedua dapat dokter atau perawat. Seorang dokter harus
menemanipasien dengan instabilitas fisiologik dan pasien yang
membutuhkan urgent action
c. Peralatan untuk menunjang pasien
1. Transport monitor
2. Blood presure reader
3. Sumber oksigen dengan kapasitas prediksi transport, dengan
tambahan cadangan30 menit
4. Ventilator portable, dengan kemampuan untuk menentukan
volume/menit, pressure FiO2 of 100% and PEEP with disconnection
alarm and high airway pressure alarm.
5. Mesin suction dengan kateter suction
6. Obat untuk resusitasi: adrenalin, lignocaine, atropine dan sodium
bicarbonate
7. Cairan intravena dan infus obat dengan syringe atau pompa infus
dengan baterai
8. Pengobatan tambahan sesuai dengan resep obat pasien tersebut

4
2.2 Evakuasi Korban di Tebing
Vertical Rescue adalah sebuah metode penyelamatan yang dilakukan pada
medan vertical baik kering ataupun basah yaitu memindahkan korban ke tempat
yang aman untuk mendapatkan tindakan selanjutnya. Medan vertical disini
bukan hanya sebatas tebing dan lembah di hutan gunung tetapi juga di bangunan
– bangunan  tinggi di perkotaan seperti gedung, menara, jembatan dan lain
sebagainya. Vertical rescue adalah bagian dari operasi SAR dan diaplikasikan
dibanyak jenis kegiatan seperti dalam kegiatan panjat tebing, penyusuran goa,
pemadan kebakaran, dunia meliter dan lain sebagainya. Salah satu
penyelenggara pelatihan vertical rescue di di Indonesia adalah Sekolah Panjat
Tebing Merah Putih.

a. Teknik Dasar Yang Harus Dikuasai Dalam Vertical Rescue

Sebenarnya keahlian yang harus dikuasai dalam Vertical Rescue


sangatlah kompleks meliputi keahlian perorangan dan juga dalam Tim,
menyangkut hal teknis dan juga non teknis tetapi untuk memudahkan
pemahaman disini penulis membatasi hanya membahas kemampuan teknis
saja, untuk pendalaman akan dibahas di artikel yang lain.  Secara garis besar
ada dua teknik yang harus dikuasai dalam Vertical Rescue yaitu Teknik
Menjangkau Korban dan Teknik Evakuasi Korban. Sementara untuk korban
yang belum ditemukan atau belum diketahui kondisinya adalah tugas dari
tim SAR. Setelah korban ditemukan dan dipastikan dalam kondisi terjebak
di lembah ataupun tebing atau di medan lain dengan karakter yang
memerlukan keahlian khusus untuk menjangkau dan mengevakuasinya
barulah tugas vertical rescue dimulai.
b. Teknik Menjangkau Korban
Dalam menjangkau korban ada beberapa keahlian teknis yang harus
dikuasai, sebagian besarnya adalah keahlian yang biasa dilakukan dalam
kegiatan panjat tebing dan penyusuran goa, Oleh karena itu seorang yang

5
punya hoby panjat tebing atau susur goa sudah memiliki dasar yang kuat
untuk menjadi seorang vertical rescue, ada 3 teknik dalam menjangkau
korban antara lain :
1. Leading adalah teknik menjangkau korban dengan cara melakukan
pemanjatan rintisan dari bawah ke atas dengan memasang pengaman di
sepanjang lintasan pada jarak tertentu.
2. Abseling biasa disebut juga dengan Reppelling adalah teknik
menjangkau korban dari titik yang lebih tinggi ke rendah dengan cara
menuruni tali.
3. Traversing yaitu teknik menjangkau korban dengan cara bergerak
menyamping, teknik ini hampir sama dengan teknik leading
perbedaannya adalah pada arah gerakannya. Teknik traversing
dilakukan saat posisi korban berada sejajar dengan posisi rescuer.
c. Teknik Evakuasi Korban
Setelah berhasil menjangkau korban tahap selanjutnya adalah
mengevakuasi. Ada 3 cara dalam mengevakuasi korban pilihannya
tergantung pada posisi korban, mengevakuasi korban artinya memindakan
korban ke titik yang lebih aman. Ketiga teknik tersebut antara lain :

(Hauling System)
1. Hauling
Teknik evakuasi dilakukan untuk korban yang berada di bawah dan
akan dinaikkan ke atas, salah satu keahlian yang harus dikuasai pada
teknik ini adalah menguasai system pulley tujuannya adalah untuk
membuat berat korban lebih ringan sehingga lebih mudah untuk ditarik

6
keatas. System pully yang biasa digunakan seperti A system (1:1), Z
system (3:1), M system (5:1).

(Lowering System)
2. Lowering
Teknik evakuasi korban kebalikan dari hauling system, dimana pada
teknik ini posisi korban berada di tempat yang lebih tinggi dan akan
diturunkan ke titik yang lebih rendah. Instalasi pada hauling dan
lowering sama tetapi sistemmya yang berbeda. Pada teknik hauling
diharuskan mengurangi friksi (gesekan) sementara pada teknik lowering
harus memperbesar friksi, oleh karena itu pada lowering system
menggunakan alat bantu untuk menuruni tali seperti alat descender.

(Suspention System)
3. Suspention
Teknik evakuasi korban dengan cara diseberangkan, teknik ini
membutuhkan lebih banyak peralatan dalam instalasinya juga memakan
banyak waktu. Tetapi dalam beberapa kasus teknik ini menjadi pilihan
yang harus digunakan walaupun sering menjadi alternative terakhir.
Teknik ini bisa digunakan untuk memindahkan korban ke tempat yang
lebih tinggi, sejajar ataupun ke tempat yang lebih rendah.

7
2.3 Evakuasi Korban Dari Dalam Mobil (Kecelakaan)

a. Gambaran Umum
Kecelakaan yang terjadi pada setiap saat yang lebih sering terjadi pada
manusia bergerak atau berlalu lintas, terjadi pada setiap detik kehidupan
manusia dan terjadi dimana-mana, baik di darat, laut maupun udara. Dewasa
ini perhatian masih banyak ditujukan pada lalu lintas di darat, walaupun
masalah lalu lintas di laut dan udara tidak kalah pentingnya. Bentuk
kecelakaan Lalu Lintas Dilihat dari pihak yang terlibat, bisa berupa
kecelakaan/tabrakan single, double, triple atau multiple yang dapat
mengenai:
1. Manusia :pengemudi, penumpang, pemakaian jalan lainnya.
2. Kendaraan : sepeda sampai mobil/truk
3. Binatang
4. Tumbuhan
5. Bangunan dan lain-lain.

KLL dapat mengakibatkan berbagai cedera sampai kematian seperti


cedera kepala (trauma kapitis), fraktur (patah tulang) dari single sampai
multiple, rupture lien (pecah limpa). Cedera kepala merupakan bentuk
cedera yang paling sering dan berbahaya serta penyebab utama kematian.
Keadaan tersebut sering terjadi pada pengemudi sepeda motor.

Untuk mencegah terjadinya KLL berbagai upaya dapat dilakukan berupa :

1. Safety facilities seperti helmet, seat belt, sidewalk (koridor), over head
bridge (jembatan penyebrangan), traffic signal (rambu jalanan).
2. Penyediaan sarana prasarana umum
3. Low enforcement/peraturan.
4. Peraturan lalu lintas masih terus berkembang memenuhi kebutuhan
masyarakat. Ketika wajib helm ingin diterapkan terdapat reaksi negatif

8
dari masyarakat. Peraturan pemakaian sabuk pengaman sangat membantu
mengurangi kejadian kematian.
b. Penatalaksaan korban kecelakaan
Penderita umumnya ditemukan oleh orang yang terdekat yang dapat
dikategorikan orang awam (masyarakat, keluarga, guru, pramuka, satpam,
polisi, pemadam kebakaran dll). Pada saat terjadi kecelakaan/trauma maka
mulailah “the golden hour” bagi penderita. Hidup, mati atau kecacatan yang
mungkin terjadi akan tergantung kecepatan dan ketepatan pertolongan
pertama yang diberikan. Pertolongan yang terlambat/kesalahan yang sedikit
saja dalam meghadapi penderita dalam keadaan gawat darurat, dapat
menyebabkan kondisi fatal. Oleh karena itu orang awam yang pertama kali
menemukan penderita harus mampu menolong ditempat kejadian perkara
(fase pre-hospital) dengan baik sesuai dengan prosedur.
1. Kemampuan orang awam ini dalam hal :
a) Cara meminta pertolongan
b) Bantuan Hidup Dasar
c) Balut dan Bidai
d) Mengangkat dan mengangkut penderita
e) Stabilisasi dan Transportasi
2. Prinsip penanganan trauma
a) Cepat dan tepat
b) Tidak menambah cedera
c) Didukung sarana dan sumber daya yang memadai
3. Triase Adalah cara pemilihan korban berdasarkan kondisi trauma dan
kebutuhan terapi serta sumber daya yang tersedia. Jenis triase :
a) Musibah massal dengan jumlah korban dan luka berat perlukaan yang
tidak melampaui kemampuan pelayanan kesehatan fokus penanganan
pada masalah gawat darurat dan multi taruma.
b) Musibah massal dengan jumlah korban dan luka berat perlukaan yang
tidak melampaui kemampuan pelayanan kesehatan fokus penanganan

9
dengan kemungkinan survival yang butuh waktu, alat dan sumber
daya minimal.
c. Langkah-langkah pertolongan korban trauma pada kecelakaan lalu lintas
1. Call For Help = aktifkan pertolongan
Panggil orang disekitar untuk mengaktifkan sistem emergency sehingga
komunikasi antar lembaga/unit dalam Sistem Penanggulangan Penderita
Gawat Darurat Terpadu/ SPGDT terlaksana (dengan menghubungi 118
AGD, 110 polisi, 113 pemadam kebakaran).
2. Bantuan Hidup Dasar (BHD)
3. Balut Dan Bidai
4. Mengangkat dan mengangkut penderita, Suatu proses usaha
memindahkan dari satu tempat ke tempat lain tanpa ataupun
mempergunakan bantuan alat. Tergantung situasi dan kondisi lapangan.
5. Teknik satbilisasi dan transportas

2.4 Evakuasi Korban di Air


Water Rescue adalah kegiatan pertolongan atau penyelamatan serta cara
pemindahan korban dari perairan seperti kolam, sungai, dan laut. Penyebab
orang tenggelam adalah :

a. Tidak bisa berenang

b. Kram/kejang otot

c. Panik

d. Faktor kesehatan

e. Air yang terlalu dalam

f. Bunuh diri

Tehknik menolong orang yang tenggelam

10
a. Raih korban dengan tangan/alat tertentu jika korban belum terlalu jauh
dengan kita. Usahakan memakai alat yang bisa terapung.

b. Lempari korban dengan benda yang bisa terapung dan tarik korban pelan-
pelan. Lalu angkat korban keluar dari air.

c. Dekati korban dengan perahu lalu angkat korban dari dalam air ke atas
perahu.

d. Dekati korban dengan berenang. Tarik korban dari belakang dan tenangkan.
Bawa korban keluar dari air.

Atau dengan cara lain yaitu:

a. Reach (Pertolongan yang dilakukan dari / pinggir kolam / dermaga dengan


cara meraih korban karena posisinya di pinggir atau dengan menggunakan
alat sepeti galah, kayu, dan lain-lain).

b. Throw (Lanjutan dari metode reach dimana pertolongan dengan cara


melempar alat apung dan penolong berada pada daerah aman).

c. Row (Pertolongan yang dilakukan jika kedua langkah diatas sudah tidak
dapat dilakukan, maka penolong harus mendekat kearah korban dengan
menggunakan kapal kecil untuk mendekat ke korban lalu melakukan reach /
throw).

d. Go (Pilihan terakhir yang harus dilakukan karena tidak tersedianya peralatan


yang digunakan untuk mendekat dan posisi korban jauh atau tempat yang
tidak memungkinkan untuk menggunakan perahu).

e. Tow / Carry (Paling beresiko tinggi bagi penolong, karena harus langsung
kontak dengan korban).

Hal yang harus dilakukan

11
a. Lakukan pertolongan seaman mungkin JANGAN LAKUKAN masuk
kelokasi tersebut tanpa pengaman, kecuali anda mengenal lokasi. Bila tidak
yakin dengan kemampuan diri sendiri sebaiknya carilah bantuan.” Lebih baik
kehilangan satu orang daripada kehilangan dua orang”, maksudnya ” Jangan
menambah korban lebih banyak”.

b. Cari kayu, tali, ring buoy yang dapat menjangkau korban, kalau tidak bisa
baru berenang menggunakan gaya bebas dengan kepala diangkat . Penolong
saat melakukan pertolongan terhadap korban harus tetap melihat kearah
korban atau tempat terakhir korban agar bisa mempelajari situasi dan kondisi
disekitar korban.

c. Dekati korban, berhenti berenang dengan mengambil posisi sekitar dua meter
dari korban untuk memperkirakan bagaimana kondisi korban, lakukan
komunikasi dengan korban, dan sebutkan identitas penolong. untuk kasus
korban yang masih sadar, berikut ini adalah kutipan percakapan penolong
dengan korban : ” Tenang, saya akan menolong anda, Nama saya Paijo, saya
anggota Garda Rescue. Saya akan menolong anda, tolong ikuti perintah saya
dan jangan meronta”.

d. Apabila korban meronta dan berusaha merangkul penolong, maka penolong


harus berusaha menjauhi korban, karena dalam kasus ini cukup sering
ditemukan si penolong ikut tenggelam juga akibat si korban panik dan
meronta ketika berusaha ditolong, baik tenggelam dalam air tawar maupun air
laut.

e. Hindari kontak langsung bila korban panik dan lakukan teknik defends and
release sampai si korban terlihat kelelahan, baru kemudian lakukan teknik
penyelamatan. Teknik ini digunakan bila tindakan korban dapat mengancam
nyawa penolong dan dikhawatirkan dapat menambah korban baru. Catatan :
Saat menarik korban untuk korban yang tidak bernafas, diberi bantuan nafas

12
mulut ke hidung sebanyak 1 kali dengan hitungan pemberian nafas dengan
jeda hitungan ke – 9 hitungan (Ref : ADS International)

f. Membawa korban ke darat dan letakkan ditempat yang aman.

g. Mengecek kesadaran korban dengan cara mengoyang – goyangkan tubuh


korban sambil menegur korban. Selanjutnya dilakukan pertolongan dengan
suatu rumusan sederhana yang mudah diingat yaitu ABC. Hal ini diartikan
sebagai :

1) A = Airway ( Jalan nafas )

2) B = Breathing ( Bernafas )

3) C = Circulation ( Sirkulasi, Peredaran Darah yakni jantung dan pembuluh


darah )

h. Selanjutnya korban dibawah ke klinik atau rumah sakit terdekat untuk


mendapatkan pertolongan yang intensif.

i. Untuk kasus korban yang sadar tapi mengalami kesulitan bernafas maka
dilakukan langkah – langkah sebagai berikut :

j. Posisikan korban pada posisi pulih atau posisi istirahat

k. Bersihkan benda – benda yang menyumbat rongga mulut korban, contoh :


gigi palsu, makanan dll

l. Kembalikan posisi normal, tekan dahi dan naikkan dagu ( posisi ini bertujuan
untuk memperlancar jalan nafas

m. Bila diperlukan diberikan nafas buatan dua kali dari mulut ke mulut ( untuk
menghindari penularan penyakit, contoh Hepatitis, sebaiknya menggunakan
alat bantu pemberian nafas dari mulut ke mulut )

13
Untuk korban yang tidak sadar, mempunyai nafas yang tidak kuat atau belum
bernafas, langkah – langkahnya sebagai berikut :

Pada posisi normal dengan dagu terangkat sambil mengecek nadi di leher

1) Jika tidak ada nadi maka dilakukan pertolongan ABC

2) Jika nadinya kecil maka lakukan pertolongan AB + Supportive C,


gunakan Algoritma syok

3) Jika nadinya cukup maka lakukan pertolongan A dengan / tanpa B Untuk


korban yang tidak sadar, mempunyai nafas yang tidak kuat atau belum

Teknik defends

1) Menghalangi dengan kaki (leg block)


Menghalangi dengan tangan (arm block)
Elbow lift ( mengangkat siku)

2) Duck away

Untuk korban yang mematuhi perintah, lakukan tehnik penyelamatan dengan


cara :

1) Under arm carry

2) Tired swimmer carry

3) Wristow

4) Hip carry

5) Hip carry with pistol grip

6) Double chin carry

14
n. Bila korban dapat diajak berkomunikasi dan tidak panik, maka penyelamat
dapat melakukan teknik pertolongan Sebagai penolong dalam melakukan
pertolongan selalu dianjurkan menggunakan alat bantu, namun demikian
seorang penolong harus siap untuk melakukan pertolongan dengan atau tanpa
alat bantu.

o. Jika korban sudah tenggelam, pertolongan harus dilakukan dengan


menggunakan alat pertolongan selam atau yang di sebut Teknik Under Water
Rescue

Diagnosis korban tenggelam

Pendektakan diagnosis secara komprehensif dilakukan tindakan resusitasi


dan stabilisasi hemodinamik selesai dilakukan. Anamnesis dapat dilakukan pada
orang yang menemukan atau menyaksikan kejadian tenggelam, keluarga korban,
atau korban tenggelam. Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan untuk
mencari penyebab tenggelam, penyakit penyerta, dan komplikasi yang mungkin
timbul. Pemeriksaan laboratorium, foto toraks, dan EKG dilakukan saat korban
sudah berada di fasilitas pelayanan kesehatan, atau di unit gawat darurat.

Komplikasi korban tenggelam

Ada korban tenggelam yang selamat dapat terjadi komplkasi acute


respiratory distress syndrome (ARDS), pneumonia (12%), kerusakan neurologis
permanen, sepsis, koagulasi intravaskular diseminata (KID).

15
BAB III

PENANGANAN KASUS

3.1 Kasus Kecelakaan

Pasien F, laki-laki usia 40 tahun, pekerjaan pegawai swasta, masuk RS


Dr Soetomo pada tanggal 28 Januari 2011 atas rujukan RS Soedono, dengan
keluhan utama kelemahananggota gerak sejak 5 hari yang lalu. Klien merasa
kelemahan anggota geraknya semakinmemberat. Makan dan minumnya baik.
Klien tampak menggunakan colar neck.  Satu bulan sebelum masuk RS Dr

16
Soetomo, pasien mengalami kecelakaan. Mobilyang ditumpangi pasien masuk
ke lubang, dan kepala pasien terbentur atap mobil sampai 4x.Saat itu pasien
pingsan, lamanya kira-kira 20 menit, perdarahan THT tidak ada, muntah
tidakada dan pasien masih mengingat peristiwa sebelum kejadian. Pasien
mengalami kelemahan pada keempat anggota gerak, nyeri hebat di area leher
bagian belakang dan dipasang colarneck  . Jika buang air kecil (BAK) pasien
ngompol, pasien juga tidak bisa buang air besar(BAB), klien dirawat di RS
Soedono Madiun selama 10 hari. Pasien masih menggunakankateter sejak
pulang dari RS Soedono sampai saat ini dan untuk bisa BAB dibantu
denganklisma. Sejak pulang dari RS Soedono, pasien menjalani fisioterapi
sebanyak 9 kali yangdilakukan oleh fisioterapist agar bisa berjalan lancar. Saat
difisioterapi, kepala pasien ditarik.Riwayat hipertensi, DM, penyakit jantung
disangkal. Riwayat pemberian steroid diRS Soedono tidak diketahui.
Pemeriksaan Diagnostik   

a. Hasil Laboratorium :
Hb 13,2 g/dlHt 36 %
Leukosit 16.500/uL
Trombosit 244.000/uLLED 25 mm
Ureum 23 mg/dL
Kreatinin darah 0.6 mg/dl
GDS 126 mg/dL 
Na 105 meq/l
K 4,2 meq/l
Cl 73 meq/l"

b. Foto X cervical : dislokasi C1-C2  


c. MRI : fraktur C1 dengan dislokasi ke posterior, stenosis berat
medullaspinalis setinggi CI-CII.
d. BGA : menunjukkan keefektifan pertukaran gas dan upaya ventilasi    
pH 7.607 
pCO 2  21.5 mmHg 

17
pO 2  84.7 mmHg
SO 2  % 92.2
BE 0.0 mmol/L
HCO 3  21.7 mmol/L

Terapi yang diberikan :

a. 2  sungkup rebreathing 6 l/mIVFD NaCl 0,9 % per 12 jam


b. Imobilisasi leher dengan collar neckMetilprednisolon tab 4 x 8 mgRanitidin
2 x 1 amp injeksi NaCl tab 3 x 500 mg
c. Periksa AGD ulang 6 jam kemudian

Diagnosa

1. Diagnosis kerja : Tetraparesis


2. Diagnosis klinis : Tetraparesis, inkontinensia uri dan retensi alvi,
hiponatremi, hipoklorida,alkalosis respiratorik, leukositosis.
3. Diagnosis topis : servikal 1, proccesus odontoid, medulla spinalisDiagnosis
patologi : Fraktur, dislokasi
4. Diagnosis etiologi : Trauma

Asuhan Keperawatan

I. Pengkajian
a. Identitas 
Nama : Tn. F
Umur : 40 tahun
Alamat : Madiun
Pekerjaan : Pegawai Swasta
b. Keadaan Umum : kesadarannya compos mentis, klien memakai colar neck
c. Keluhan Utama : Pasien mengeluh mengalami kelemahan anggota gerak 5
hari yll7 semakin memberat. Mengalami muntah-muntah 10xdalam 2 hari.

18
d. Riwayat penyakit sekarang : Tn.F mengalami kelemahan keempat anggota
gerak,nyeri di area cedera, demam, sesak napas. Muntah.
e. Riwayat Penyakit Dulu : Klien mengalami kecelakaan lalu lintas 1 bulan yang
lalu
f. Riwayat Alergi : Klien menyatakan tidak mempunyai alergi.
g. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada masalah
h. Keadaan Umum : TD = 100 / 60 mmhg, N= 80 x/menitRR = 29 x/menitT =
38,5 0 C
i. ROS (Review of System)  
B1 (Breathing) : napas pendek, sesak
B2 ( Blood ) : berdebar-debar, hipotensi, suhu naik turun.
B3 ( Brain ) : nyeri di area cedera
B4 ( Blader ) : inkontinensia uri.
B5 ( Bowel )    : tidak bisa BAB (konstipasi), distensi abdomen, peristaltik
usus menurun.
B6 ( Bone )    : kelemahan ke empat anggota gerak(Quadriplegia)
j. Psikososial     : menyangkal, tidak percaya, sedih dan marah, takut cemas,
gelisah dan menarik diri.

Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1. DS : klien mengeluh sesak napas. Cedera cervical (C1- Ketidakefektifan
DO : klien terlihat pucat, sianosis, C2) pola napas
adanya pernapasan cuping hidung
RR= 29x/menit Kelumpuhan otot
TD = 100/60 mmHg pernapasan

19
(diafragma)

Ekspansi paru
menurun

Pola napas tidak


efektif
2. DS : klien mengeluh nyeri hebat & Cedera cervical Nyeri
tidak bisa tidur.
DO : Klien terlihat sangat gelisah, Fraktur dislokasi
suhu tubuh klien naik turun tak servikal
menentu, klien memakai colar neck.
N=80x/mnt. Pelepasan mediator
S= 38,5 C
0
inflamasi
Hasil foto X-cervical menunjukan Prostalglandin,
fraktur dislokasi C1-2. bradikinin dll
Skala nyeri 8 (interval 1-10).
respon nyeri hebat
dan akut

Nyeri

3. DS : Klien megatakan sering Cedera cervikalis Gangguan pola


ngompol. eliminasi uri
DO : Klien terpasang kateter. Kompresi medulla
spinalis

Gangguan sensorik
motorik

20
Kelumpuhan saraf
perkemihan

Inkontinensia uri

Gangguan pola
eliminasi uri

4. DS : Klien mengeluh tidak bisa Cedera cervikalis Gangguan eliminasi


BAB. alvi (Kostipasi)
DO : Peristaltik usus klien menurun, Kompresi medulla
abdomen mengalami distensi. spinalis

Kelumpuhan
persarafan usus &
rektum

Gangguan eiminasi
alvi

5. DS : Klien merasa mengalami Cedera cervikalis Kerusakan mobilitas


kelemahan pada keempat anggota fisik.
geraknya. Kompresi medula
DO : Klien membutuhkan bantuan spinalis
untuk memenuhi ADL nya.
Gangguan motorik
sensorik

Kelumpuhan

Kerusakan mobilitas

21
fisk

Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d kelumpuhan otot pernapasan (diafragma), kompresi
medulla spinalis.
2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri b.d adanya cedera pada cervikalis
3. Gangguan pola eliminasi uri : inkontinensia uri b.d kerusakan saraf perkemihan
4. Gangguan eliminasi alvi : Konstipasi b.d penurunan peristaltik usus akibat
kerusakan persarafan usus & rectum.
5. Kerusakan mobiltas fisik b.d kelumpuhan pada anggota gerak

Rencana Intervensi
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelumpuhan otot diafragma
Tujuan perawatan : pola nafas efektif setelah diberikan oksigen
Kriteria hasil :
a. ventilasi adekuat
b. PaCo2<45
c. PaO2>80
d. RR 16-20x/ menit
e. Tanda-tanda sianosis(-) : CRT  2 detik

Intervensi keperawatan :
1. Pertahankan jalan nafas; posisi kepala tanpa gerak.
Rasional : pasien dengan cedera cervicalis akan membutuhkan bantuan untuk
mencegah aspirasi/ mempertahankan jalan nafas.
2. Lakukan penghisapan lendir bila perlu, catat jumlah, jenis dan karakteristik
sekret.
Rasional : jika batuk tidak efektif, penghisapan dibutuhkan untuk mengeluarkan
sekret, dan mengurangi resiko infeksi pernapasan.
3. Kaji fungsi pernapasan.

22
Rasional : trauma pada C5-6 menyebabkan hilangnya fungsi pernapasan secara
partial, karena otot pernapasan mengalami kelumpuhan.
4. Auskultasi suara napas.
Rasional : hipoventilasi biasanya terjadi atau menyebabkan akumulasi sekret yang
berakibat pnemonia.
5. Observasi warna kulit.
Rasional : menggambarkan adanya kegagalan pernapasan yang memerlukan
tindakan segera
6. Kaji distensi perut dan spasme otot.
Rasional : kelainan penuh pada perut disebabkan karena kelumpuhan diafragma
7. Anjurkan pasien untuk minum minimal 2000 cc/hari.
Rasional : membantu mengencerkan sekret, meningkatkan mobilisasi sekret
sebagai ekspektoran.
8. Lakukan pengukuran kapasitas vital, volume tidal dan kekuatan pernapasan.
Rasional : menentukan fungsi otot-otot pernapasan. Pengkajian terus menerus
untuk mendeteksi adanya kegagalan pernapasan.
8. Pantau analisa gas darah.
Rasional : untuk mengetahui adanya kelainan fungsi pertukaran gas sebagai
contoh : hiperventilasi PaO2 rendah dan PaCO2 meningkat.
10. Berikan oksigen dengan cara yang tepat.
Rasional : metode dipilih sesuai dengan keadaan isufisiensi pernapasan.
11. Lakukan fisioterapi nafas.
Rasional : mencegah sekret tertahan

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya cedera


Tujuan keperawatan : rasa nyaman terpenuhi setelah diberikan perawatan dan
pengobatan
Kriteria hasil : melaporkan rasa nyerinya berkurang dengan skala nyeri 6 dalam
waktu 2 X 24 jam
Intervensi keperawatan :
1. Kaji terhadap nyeri dengan skala 0-5.

23
Rasional : pasien melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat cedera.
2. Bantu pasien dalam identifikasi faktor pencetus.
Rasional : nyeri dipengaruhi oleh; kecemasan, ketegangan, suhu, distensi
kandung kemih dan berbaring lama.
3. Berikan tindakan kenyamanan.
Rasional : memberikan rasa nayaman dengan cara membantu mengontrol nyeri.
4. Dorong pasien menggunakan tehnik relaksasi.
Rasional : memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol.
5. Berikan obat antinyeri sesuai pesanan.
Rasional : untuk menghilangkan nyeri otot atau untuk menghilangkan
kecemasan dan meningkatkan istirahat

3. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan kelumpuhan syarat


perkemihan.
Tujuan perawatan : pola eliminasi kembali normal selama perawatan
Kriteria hasil :
a. Produksi urine 50cc/jam
b. Keluhan eliminasi urin tidak ada
Intervensi keperawatan:
1. Kaji pola berkemih, dan catat produksi urine tiap jam.
Rasional : mengetahui fungsi ginjal
2. Palpasi kemungkinan adanya distensi kandung kemih.
2. Anjurkan pasien untuk minum 2000 cc/hari.
Rasional : membantu mempertahankan fungsi ginjal.
4. Pasang dower kateter.
Rasional membantu proses pengeluaran urine

4. Gangguan eliminasi alvi /konstipasi berhubungan dengan gangguan


persarafan pada usus dan rektum.
Tujuan perawatan : pasien tidak menunjukkan adanya gangguan eliminasi
alvi/konstipasi

24
Kriteria hasil : pasien bisa b.a.b secara teratur sehari 1 kali
Intervensi keperawatan :
1.Auskultasi bising usus, catat lokasi dan karakteristiknya.
Rasional : bising usus mungkin tidak ada selama syok spinal.
2. Observasi adanya distensi perut.
2. Catat adanya keluhan mual dan ingin muntah, pasang NGT.
2. Rasional : pendarahan gantrointentinal dan lambung mungkin terjadi akibat
trauma dan stress.
2. Berikan diet seimbang TKTP cair
Rasional : meningkatkan konsistensi feces
6. Berikan obat pencahar sesuai pesanan.
Rasional: merangsang kerja usus

5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelumpuhan


Tujuan perawatan : selama perawatan gangguan mobilisasi bisa diminimalisasi
sampai cedera diatasi dengan pembedahan.
Kriteria hasil :
a. Tidak ada konstraktur
b. Kekuatan otot meningkat
c. Klien mampu beraktifitas kembali secara bertahap
Intervensi keperawatan :
1. Kaji secara teratur fungsi motorik.
Rasional : mengevaluasi keadaan secara umum
2. Instruksikan pasien untuk memanggil bila minta pertolongan.
Rasional memberikan rasa aman
3. Lakukan log rolling.
Rasional : membantu ROM secara pasif
4. Pertahankan sendi 90 derajad terhadap papan kaki.
Rasional mencegah footdrop
5. Ukur tekanan darah sebelum dan sesudah log rolling.
Rasional : mengetahui adanya hipotensi ortostatik

25
6. Inspeksi kulit setiap hari.
Rasional : gangguan sirkulasi dan hilangnya sensai resiko tinggi kerusakan
integritas kulit.
7. Berikan relaksan otot sesuai pesanan seperti diazepam.
Rasional : berguna untuk membatasi dan mengurangi nyeri yang
berhubungan dengan spastisitas.

6. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama


     Tujuan keperawatan : tidak terjadi gangguan integritas kulit selama perawatan
Kriteria hasil : tidak ada dekibitus, kulit kering
Intervensi keperawatan :
1. Inspeksi seluruh lapisan kulit.
Rasional : kulit cenderung rusak karena perubahan sirkulasi perifer.
2. Lakukan perubahan posisi sesuai pesanan.
Rasional : untuk mengurangi penekanan kulit
3. Bersihkan dan keringkan kulit.
Rasional: meningkatkan integritas kulit
4. Jagalah tenun tetap kering.
Rasional: mengurangi resiko kelembaban kulit
5. Berikan terapi kinetik sesuai kebutuhan.
Rasional : meningkatkan sirkulasi sistemik dan perifer dan menurunkan tekanan
pada kulit serta mengurangi kerusakan kulit.

3.2 Kasus di Air

Tn A berusia 21 tahun akibat gagal audisi D’Academy nekat mencoba bunuh


diri dengan cara menenggelamkan diri ke laut selatan. Tn A saat ini masih
tercatat sebagai seorang mahasiswa di sebuah PTN ternama di Surabaya. Saat ini
korban telah berhasil dievakuasi ke tepi oleh tim penyelemat dalam keadaan
masih hidup setelah tenggelam.

Tindakan :

26
Primary Survey

Airway : Kaji adanya sumbatan jalan nafas akibat paru-paru yang terisi cairan

Manajemen : Kontrol servikal, bebaskan jalan nafas

Breathing : Periksa adanya peningkatan frekuensi nafas, nafas dangkal dan


cepat, klien sulit bernafas

Manajemen : Berikan bantuan ventilasi

Circulation : Kaji penurunan curah jantung

Manajemen : Lakukan kompresi dada

Disability : Cek kesadaran klien, apakah terjadi penurunan kesadaran

Manajemen : Kaji GCS, periksa pupil dan gerakan ektremitas

Exposure : Kaji apakah terdapat jejas

Pengkajian Fisik

Keadaan Umum : Klien biasanya tampak lemah, pucat, sesak, dan kesulitan
bernafas

B1-B6

 B1 : Klien mengeluh sesak dan sulit bernafas, pernafasan cepat dan dangkal,
RR meningkat
 B2 : Tekanan darah klien menurun, klien tampak pucat, sianosis dan nadi
meningkat (takikardi)
 B3 : Klien mengalami penurunan kesadaran, GCS menurun

27
 B4 : Tidak ditemukan kelainan
 B5 : Tidak ditemukan kelainan
 B6 : Kaji adanya fraktur karena terbentur benda keras

DIAGNOSA KASUS:

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan supresi


reflek batuk sekunder akibat aspirasi air ke dalam paru
2. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan refraktori dan
kebocoran interstitial pulmonal / alveolar pada status cedera kapiler paru
3. Gangguan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan kurangnya
suplai oksigen

INTERVENSI :

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan supresi reflek batuk


sekunder akibat aspirasi air ke dalam paru
1. Kaji status pernafasan klien
2. Pertahankan posisi tubuh/posisi kepala dan gunakan jalan nafas
tambahan bila perlu
3. Catat perubahan dalam bernafas dan pola nafasnya
4. Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui adanya
penurunan atau tidaknya ventilasi dan adanya bunyi tambahan
5. Berikan fisioterapi ada misalnya: postural drainase, perkusi dada/vibrasi
jika ada indikasi
6. Jelaskan penggunaan peralatan pendukung
7. Kaji kemampuan batuk, latihan nafas dalam, perubahan posisi dan
lakukan suction bila ada indikasi

Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan refraktori dan kebocoran


interstitial pulmonal / alveolar pada status cedera kapiler paru

28
1. Kaji status pernafasan, catat peningkatan respirasi atau perubahan pola
nafas
2. Kaji tanda distress pernafasan, peningkatan frekuensi jantung, agitasi,
berkeringat, sianosis
3. Observasi adanya somnolen, confusion, apatis, dan ketidakmampuan
beristirahat
4. Catat ada tidaknya suara nafas dan adanya bunyi nafas tambahan
5. Berikan humidifier oksigen dengan masker CPAP jika ada indikasi
6. Berikan dan monitor terapi bronkodilator sesuai indikasi
7. Pertahankan ventilasi mekanis

Gangguan perfusi serebral yang berhubungan dengan kurangnya suplai


oksigen
1. Kaji tingkat kesadaran klien dengan GCS
2. Melakukan sirkulasi perifer secara komperhensif
3. Pantau tekanan darah
4. Catat status neurologi secara tertatur, bandingkan dengan nilai standar
menghindari suhu yang kestrim dan ekstremitas
5. Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai
6. Monitor tanda vital setiap 1 jam
7. Tinggikan kepala pasien 15-45 derajat sesuai indikasi yang dapat
ditoleransi

29
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Meningkatnya kejadian bencana beberapa tahun belakangan
akibat perubahan kondisi alam maupun perbuatan manusia, melahirkan
banyak gagasan dalam upaya penyelamatan jiwa dari dampak yang
ditimbul kan oleh bencana. Proses evakuasi merupakan salah satu kajian
strategis dalam perencanaan transportasi dan pemodelan lalu lintas.
Beberapa metode telah dikembangkan menjadi satu konsep yang dapat
digunakan dalam mengoptimalkan evakuasi, termasuk mengenai
pemilihan rute perjalanan, pemilihan moda, serta kesiapan infrastruktur
jalan untuk memberikan pelayanan pada pelaku evakuasi agar dapat
selamat sampai ketujuan. Evakuasi dan transportasi korban yang pada
pertolongan pertama pada kecelakaan penting untuk memberikan

30
pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu lintas dengan cepat
dan tepat. Pertolongan pertama korban kecelakaan lalu lintas dengan
cepat dan tepat merupakan prinsip dasar kegawatdaruratan, menurunkan
morbiditas dan mortalitas korban kecelakaan.

4.2 Saran

Bagi Perawat

Pentingnya pendidikan serta promosi kesehatan kepada


masyarakat dalam menanggapi suatu bencana, hal ini berguna agar
masyarakat awam dapat memahami dan mengetahui bagaimana
menanggapi bencana jika suatu saat terjadi kecelakaan, serta dapat
melakukan pertolongan pertama yang tepat bagi korban.

Bagi Mahasiswa Keperawatan :

Perlunya memahami serta mempelajari teknik yang tepat dalam


penanganan suatu bencana, karna sebagai generasi penerus, wajib
mengetahui teknik-teknik dasar dalam halnya mengevakuasi korban
bencana terutama pertolongan bagi masyarakat awam.

Bagi Institusi Pendidikan:

Perlunya pengerahan pada mahasiswa kelahan praktek atau area


yang sering terjadi bencana secara langsung, agar mahasiswa dapat
dengan jelas memahami bagaimana cara dan teknik penanganannya
evakuasi korban bencana.

31
DAFTAR PUSTAKA

ACEM. 2014. Emergency Department Design Guidelines, G15. Third Section,


Australian College For Emergency Medicine

Amirudin, Kamal.2010. Penanganan Korban Akibat Kecelakaan Lalu Lintas. Diakses


20 agustus 2020

Kartikawati, DN. 2011. Buku Ajar Dasar-dasar Keperawatan Gawat Darurat. Jakata
Salemba Medika.

Nayduch, D. 2014. Nurse to Nurse Trauma Care. Jakarta Salemba Medika

Tyas.( 2016 ). Modul Keperawatan Kegawadaruratan dan Managemen


Bencana.Jakarta.PPSDM

Teknik dasar kemampuasn vertikal rescue. https:// www.nadoutdoorlife.


com/2017/08/kemampuan -teknik-dasar-dalam-vertical.html?m=1 diakses 20 agustus
2020

32
LINK VIDEO

https://youtu.be/Q6OkYLMBqJw

33

Anda mungkin juga menyukai