DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
1. ArensyAprilia
2. AgustiaAyu Lestari
3. Bella DwiNopita
4. Citra Larasati
5. Deresta
6. Lela Meilani
7. Lestari SeptieRizki
Puji syukur tiada tara kami panjatkan kepada TuhanYang Maha Pengasih karena
telahmemberikan kemampuan dan waktu kepada kami untuk menyelesaikan
penulisanmakalah tentang Konsep Evakuasi dan Transportasi ini.kami berharap
makalah ini dapat dimanfaatkan untuk salah sumber belajar bagiMahasiswa.Apa yang
disajikan dalam makalah ini hanyalah merupakan garis besar materi kuliah Untuk
memperluas dan memperdalam wawasan dalam bidang ini diharapkan mahasiswa
membaca berbagai refensi yang relevan, terutama buku-buku dijadikan acuan dalam
penulisan makalah ini kami menyadari bahwa banyak kelemahan yang terdapat pada
makalah ini, baik yang menyangkut isi, pengungkapan, maupun sistematika penulisan.
Untuk itu saran serta kritik yang konstruktif senantiasa kami harapkan.
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan........................................................................................... 30
4.2 Saran..................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 32
LINK VIDEO................................................................................................... 33
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
masyarakat akan tetapi banyak nya jumlah pendaki maka akan banyak juga
korban pendaki yang sering tertimpa kecelakaan sehingga membutuhkan teknik
atau penanganan yang cepat dan tepat, maka dari itu kami menyusun makalah
ini terkait konsep evakuasi dan transportasi agar dapat di jadikan sumber bacaan
dan pengetahuan terkait penanganan evakuasi yang terjadi pada korban gawat
darurat khususnya yang evakuasi pada korban kecelakaan, di perairan dan tebing
secara cepat dan tepat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dan terapi. Transport intra hospital pasien kritis harus mengikuti beberapa
aturan, yaitu:
a. Koordinasi sebelum transport
1. Informasi bahwa area tempat pasien akan dipindahkan telah siap
untuk menerima pasien tersebut serta membuat rencana terapi
2. Dokter yang bertugas harus menemani pasien dan komunikasi antar
dokter dan perawat juga harus terjalin mengenai situasi medis pasien
3. Tuliskan dalam rekam medis kejadian yang berlangsung selama
transport dan evaluasi kondisi pasien
b. Profesional beserta dengan pasien harus menemani pasien dalam
kondisi serius.
1. Salah satu profesional adalah perawat yang bertugas, dengan
pengalaman CPR atau khusus terlatih pada transport pasien kondisi
kritis
2. Profesioanl kedua dapat dokter atau perawat. Seorang dokter harus
menemanipasien dengan instabilitas fisiologik dan pasien yang
membutuhkan urgent action
c. Peralatan untuk menunjang pasien
1. Transport monitor
2. Blood presure reader
3. Sumber oksigen dengan kapasitas prediksi transport, dengan
tambahan cadangan30 menit
4. Ventilator portable, dengan kemampuan untuk menentukan
volume/menit, pressure FiO2 of 100% and PEEP with disconnection
alarm and high airway pressure alarm.
5. Mesin suction dengan kateter suction
6. Obat untuk resusitasi: adrenalin, lignocaine, atropine dan sodium
bicarbonate
7. Cairan intravena dan infus obat dengan syringe atau pompa infus
dengan baterai
8. Pengobatan tambahan sesuai dengan resep obat pasien tersebut
4
2.2 Evakuasi Korban di Tebing
Vertical Rescue adalah sebuah metode penyelamatan yang dilakukan pada
medan vertical baik kering ataupun basah yaitu memindahkan korban ke tempat
yang aman untuk mendapatkan tindakan selanjutnya. Medan vertical disini
bukan hanya sebatas tebing dan lembah di hutan gunung tetapi juga di bangunan
– bangunan tinggi di perkotaan seperti gedung, menara, jembatan dan lain
sebagainya. Vertical rescue adalah bagian dari operasi SAR dan diaplikasikan
dibanyak jenis kegiatan seperti dalam kegiatan panjat tebing, penyusuran goa,
pemadan kebakaran, dunia meliter dan lain sebagainya. Salah satu
penyelenggara pelatihan vertical rescue di di Indonesia adalah Sekolah Panjat
Tebing Merah Putih.
5
punya hoby panjat tebing atau susur goa sudah memiliki dasar yang kuat
untuk menjadi seorang vertical rescue, ada 3 teknik dalam menjangkau
korban antara lain :
1. Leading adalah teknik menjangkau korban dengan cara melakukan
pemanjatan rintisan dari bawah ke atas dengan memasang pengaman di
sepanjang lintasan pada jarak tertentu.
2. Abseling biasa disebut juga dengan Reppelling adalah teknik
menjangkau korban dari titik yang lebih tinggi ke rendah dengan cara
menuruni tali.
3. Traversing yaitu teknik menjangkau korban dengan cara bergerak
menyamping, teknik ini hampir sama dengan teknik leading
perbedaannya adalah pada arah gerakannya. Teknik traversing
dilakukan saat posisi korban berada sejajar dengan posisi rescuer.
c. Teknik Evakuasi Korban
Setelah berhasil menjangkau korban tahap selanjutnya adalah
mengevakuasi. Ada 3 cara dalam mengevakuasi korban pilihannya
tergantung pada posisi korban, mengevakuasi korban artinya memindakan
korban ke titik yang lebih aman. Ketiga teknik tersebut antara lain :
(Hauling System)
1. Hauling
Teknik evakuasi dilakukan untuk korban yang berada di bawah dan
akan dinaikkan ke atas, salah satu keahlian yang harus dikuasai pada
teknik ini adalah menguasai system pulley tujuannya adalah untuk
membuat berat korban lebih ringan sehingga lebih mudah untuk ditarik
6
keatas. System pully yang biasa digunakan seperti A system (1:1), Z
system (3:1), M system (5:1).
(Lowering System)
2. Lowering
Teknik evakuasi korban kebalikan dari hauling system, dimana pada
teknik ini posisi korban berada di tempat yang lebih tinggi dan akan
diturunkan ke titik yang lebih rendah. Instalasi pada hauling dan
lowering sama tetapi sistemmya yang berbeda. Pada teknik hauling
diharuskan mengurangi friksi (gesekan) sementara pada teknik lowering
harus memperbesar friksi, oleh karena itu pada lowering system
menggunakan alat bantu untuk menuruni tali seperti alat descender.
(Suspention System)
3. Suspention
Teknik evakuasi korban dengan cara diseberangkan, teknik ini
membutuhkan lebih banyak peralatan dalam instalasinya juga memakan
banyak waktu. Tetapi dalam beberapa kasus teknik ini menjadi pilihan
yang harus digunakan walaupun sering menjadi alternative terakhir.
Teknik ini bisa digunakan untuk memindahkan korban ke tempat yang
lebih tinggi, sejajar ataupun ke tempat yang lebih rendah.
7
2.3 Evakuasi Korban Dari Dalam Mobil (Kecelakaan)
a. Gambaran Umum
Kecelakaan yang terjadi pada setiap saat yang lebih sering terjadi pada
manusia bergerak atau berlalu lintas, terjadi pada setiap detik kehidupan
manusia dan terjadi dimana-mana, baik di darat, laut maupun udara. Dewasa
ini perhatian masih banyak ditujukan pada lalu lintas di darat, walaupun
masalah lalu lintas di laut dan udara tidak kalah pentingnya. Bentuk
kecelakaan Lalu Lintas Dilihat dari pihak yang terlibat, bisa berupa
kecelakaan/tabrakan single, double, triple atau multiple yang dapat
mengenai:
1. Manusia :pengemudi, penumpang, pemakaian jalan lainnya.
2. Kendaraan : sepeda sampai mobil/truk
3. Binatang
4. Tumbuhan
5. Bangunan dan lain-lain.
1. Safety facilities seperti helmet, seat belt, sidewalk (koridor), over head
bridge (jembatan penyebrangan), traffic signal (rambu jalanan).
2. Penyediaan sarana prasarana umum
3. Low enforcement/peraturan.
4. Peraturan lalu lintas masih terus berkembang memenuhi kebutuhan
masyarakat. Ketika wajib helm ingin diterapkan terdapat reaksi negatif
8
dari masyarakat. Peraturan pemakaian sabuk pengaman sangat membantu
mengurangi kejadian kematian.
b. Penatalaksaan korban kecelakaan
Penderita umumnya ditemukan oleh orang yang terdekat yang dapat
dikategorikan orang awam (masyarakat, keluarga, guru, pramuka, satpam,
polisi, pemadam kebakaran dll). Pada saat terjadi kecelakaan/trauma maka
mulailah “the golden hour” bagi penderita. Hidup, mati atau kecacatan yang
mungkin terjadi akan tergantung kecepatan dan ketepatan pertolongan
pertama yang diberikan. Pertolongan yang terlambat/kesalahan yang sedikit
saja dalam meghadapi penderita dalam keadaan gawat darurat, dapat
menyebabkan kondisi fatal. Oleh karena itu orang awam yang pertama kali
menemukan penderita harus mampu menolong ditempat kejadian perkara
(fase pre-hospital) dengan baik sesuai dengan prosedur.
1. Kemampuan orang awam ini dalam hal :
a) Cara meminta pertolongan
b) Bantuan Hidup Dasar
c) Balut dan Bidai
d) Mengangkat dan mengangkut penderita
e) Stabilisasi dan Transportasi
2. Prinsip penanganan trauma
a) Cepat dan tepat
b) Tidak menambah cedera
c) Didukung sarana dan sumber daya yang memadai
3. Triase Adalah cara pemilihan korban berdasarkan kondisi trauma dan
kebutuhan terapi serta sumber daya yang tersedia. Jenis triase :
a) Musibah massal dengan jumlah korban dan luka berat perlukaan yang
tidak melampaui kemampuan pelayanan kesehatan fokus penanganan
pada masalah gawat darurat dan multi taruma.
b) Musibah massal dengan jumlah korban dan luka berat perlukaan yang
tidak melampaui kemampuan pelayanan kesehatan fokus penanganan
9
dengan kemungkinan survival yang butuh waktu, alat dan sumber
daya minimal.
c. Langkah-langkah pertolongan korban trauma pada kecelakaan lalu lintas
1. Call For Help = aktifkan pertolongan
Panggil orang disekitar untuk mengaktifkan sistem emergency sehingga
komunikasi antar lembaga/unit dalam Sistem Penanggulangan Penderita
Gawat Darurat Terpadu/ SPGDT terlaksana (dengan menghubungi 118
AGD, 110 polisi, 113 pemadam kebakaran).
2. Bantuan Hidup Dasar (BHD)
3. Balut Dan Bidai
4. Mengangkat dan mengangkut penderita, Suatu proses usaha
memindahkan dari satu tempat ke tempat lain tanpa ataupun
mempergunakan bantuan alat. Tergantung situasi dan kondisi lapangan.
5. Teknik satbilisasi dan transportas
b. Kram/kejang otot
c. Panik
d. Faktor kesehatan
f. Bunuh diri
10
a. Raih korban dengan tangan/alat tertentu jika korban belum terlalu jauh
dengan kita. Usahakan memakai alat yang bisa terapung.
b. Lempari korban dengan benda yang bisa terapung dan tarik korban pelan-
pelan. Lalu angkat korban keluar dari air.
c. Dekati korban dengan perahu lalu angkat korban dari dalam air ke atas
perahu.
d. Dekati korban dengan berenang. Tarik korban dari belakang dan tenangkan.
Bawa korban keluar dari air.
c. Row (Pertolongan yang dilakukan jika kedua langkah diatas sudah tidak
dapat dilakukan, maka penolong harus mendekat kearah korban dengan
menggunakan kapal kecil untuk mendekat ke korban lalu melakukan reach /
throw).
e. Tow / Carry (Paling beresiko tinggi bagi penolong, karena harus langsung
kontak dengan korban).
11
a. Lakukan pertolongan seaman mungkin JANGAN LAKUKAN masuk
kelokasi tersebut tanpa pengaman, kecuali anda mengenal lokasi. Bila tidak
yakin dengan kemampuan diri sendiri sebaiknya carilah bantuan.” Lebih baik
kehilangan satu orang daripada kehilangan dua orang”, maksudnya ” Jangan
menambah korban lebih banyak”.
b. Cari kayu, tali, ring buoy yang dapat menjangkau korban, kalau tidak bisa
baru berenang menggunakan gaya bebas dengan kepala diangkat . Penolong
saat melakukan pertolongan terhadap korban harus tetap melihat kearah
korban atau tempat terakhir korban agar bisa mempelajari situasi dan kondisi
disekitar korban.
c. Dekati korban, berhenti berenang dengan mengambil posisi sekitar dua meter
dari korban untuk memperkirakan bagaimana kondisi korban, lakukan
komunikasi dengan korban, dan sebutkan identitas penolong. untuk kasus
korban yang masih sadar, berikut ini adalah kutipan percakapan penolong
dengan korban : ” Tenang, saya akan menolong anda, Nama saya Paijo, saya
anggota Garda Rescue. Saya akan menolong anda, tolong ikuti perintah saya
dan jangan meronta”.
e. Hindari kontak langsung bila korban panik dan lakukan teknik defends and
release sampai si korban terlihat kelelahan, baru kemudian lakukan teknik
penyelamatan. Teknik ini digunakan bila tindakan korban dapat mengancam
nyawa penolong dan dikhawatirkan dapat menambah korban baru. Catatan :
Saat menarik korban untuk korban yang tidak bernafas, diberi bantuan nafas
12
mulut ke hidung sebanyak 1 kali dengan hitungan pemberian nafas dengan
jeda hitungan ke – 9 hitungan (Ref : ADS International)
2) B = Breathing ( Bernafas )
i. Untuk kasus korban yang sadar tapi mengalami kesulitan bernafas maka
dilakukan langkah – langkah sebagai berikut :
l. Kembalikan posisi normal, tekan dahi dan naikkan dagu ( posisi ini bertujuan
untuk memperlancar jalan nafas
m. Bila diperlukan diberikan nafas buatan dua kali dari mulut ke mulut ( untuk
menghindari penularan penyakit, contoh Hepatitis, sebaiknya menggunakan
alat bantu pemberian nafas dari mulut ke mulut )
13
Untuk korban yang tidak sadar, mempunyai nafas yang tidak kuat atau belum
bernafas, langkah – langkahnya sebagai berikut :
Pada posisi normal dengan dagu terangkat sambil mengecek nadi di leher
Teknik defends
2) Duck away
3) Wristow
4) Hip carry
14
n. Bila korban dapat diajak berkomunikasi dan tidak panik, maka penyelamat
dapat melakukan teknik pertolongan Sebagai penolong dalam melakukan
pertolongan selalu dianjurkan menggunakan alat bantu, namun demikian
seorang penolong harus siap untuk melakukan pertolongan dengan atau tanpa
alat bantu.
15
BAB III
PENANGANAN KASUS
16
Soetomo, pasien mengalami kecelakaan. Mobilyang ditumpangi pasien masuk
ke lubang, dan kepala pasien terbentur atap mobil sampai 4x.Saat itu pasien
pingsan, lamanya kira-kira 20 menit, perdarahan THT tidak ada, muntah
tidakada dan pasien masih mengingat peristiwa sebelum kejadian. Pasien
mengalami kelemahan pada keempat anggota gerak, nyeri hebat di area leher
bagian belakang dan dipasang colarneck . Jika buang air kecil (BAK) pasien
ngompol, pasien juga tidak bisa buang air besar(BAB), klien dirawat di RS
Soedono Madiun selama 10 hari. Pasien masih menggunakankateter sejak
pulang dari RS Soedono sampai saat ini dan untuk bisa BAB dibantu
denganklisma. Sejak pulang dari RS Soedono, pasien menjalani fisioterapi
sebanyak 9 kali yangdilakukan oleh fisioterapist agar bisa berjalan lancar. Saat
difisioterapi, kepala pasien ditarik.Riwayat hipertensi, DM, penyakit jantung
disangkal. Riwayat pemberian steroid diRS Soedono tidak diketahui.
Pemeriksaan Diagnostik
a. Hasil Laboratorium :
Hb 13,2 g/dlHt 36 %
Leukosit 16.500/uL
Trombosit 244.000/uLLED 25 mm
Ureum 23 mg/dL
Kreatinin darah 0.6 mg/dl
GDS 126 mg/dL
Na 105 meq/l
K 4,2 meq/l
Cl 73 meq/l"
17
pO 2 84.7 mmHg
SO 2 % 92.2
BE 0.0 mmol/L
HCO 3 21.7 mmol/L
Diagnosa
Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
a. Identitas
Nama : Tn. F
Umur : 40 tahun
Alamat : Madiun
Pekerjaan : Pegawai Swasta
b. Keadaan Umum : kesadarannya compos mentis, klien memakai colar neck
c. Keluhan Utama : Pasien mengeluh mengalami kelemahan anggota gerak 5
hari yll7 semakin memberat. Mengalami muntah-muntah 10xdalam 2 hari.
18
d. Riwayat penyakit sekarang : Tn.F mengalami kelemahan keempat anggota
gerak,nyeri di area cedera, demam, sesak napas. Muntah.
e. Riwayat Penyakit Dulu : Klien mengalami kecelakaan lalu lintas 1 bulan yang
lalu
f. Riwayat Alergi : Klien menyatakan tidak mempunyai alergi.
g. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada masalah
h. Keadaan Umum : TD = 100 / 60 mmhg, N= 80 x/menitRR = 29 x/menitT =
38,5 0 C
i. ROS (Review of System)
B1 (Breathing) : napas pendek, sesak
B2 ( Blood ) : berdebar-debar, hipotensi, suhu naik turun.
B3 ( Brain ) : nyeri di area cedera
B4 ( Blader ) : inkontinensia uri.
B5 ( Bowel ) : tidak bisa BAB (konstipasi), distensi abdomen, peristaltik
usus menurun.
B6 ( Bone ) : kelemahan ke empat anggota gerak(Quadriplegia)
j. Psikososial : menyangkal, tidak percaya, sedih dan marah, takut cemas,
gelisah dan menarik diri.
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1. DS : klien mengeluh sesak napas. Cedera cervical (C1- Ketidakefektifan
DO : klien terlihat pucat, sianosis, C2) pola napas
adanya pernapasan cuping hidung
RR= 29x/menit Kelumpuhan otot
TD = 100/60 mmHg pernapasan
19
(diafragma)
Ekspansi paru
menurun
Nyeri
Gangguan sensorik
motorik
20
Kelumpuhan saraf
perkemihan
Inkontinensia uri
Gangguan pola
eliminasi uri
Kelumpuhan
persarafan usus &
rektum
Gangguan eiminasi
alvi
Kelumpuhan
Kerusakan mobilitas
21
fisk
Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d kelumpuhan otot pernapasan (diafragma), kompresi
medulla spinalis.
2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri b.d adanya cedera pada cervikalis
3. Gangguan pola eliminasi uri : inkontinensia uri b.d kerusakan saraf perkemihan
4. Gangguan eliminasi alvi : Konstipasi b.d penurunan peristaltik usus akibat
kerusakan persarafan usus & rectum.
5. Kerusakan mobiltas fisik b.d kelumpuhan pada anggota gerak
Rencana Intervensi
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelumpuhan otot diafragma
Tujuan perawatan : pola nafas efektif setelah diberikan oksigen
Kriteria hasil :
a. ventilasi adekuat
b. PaCo2<45
c. PaO2>80
d. RR 16-20x/ menit
e. Tanda-tanda sianosis(-) : CRT 2 detik
Intervensi keperawatan :
1. Pertahankan jalan nafas; posisi kepala tanpa gerak.
Rasional : pasien dengan cedera cervicalis akan membutuhkan bantuan untuk
mencegah aspirasi/ mempertahankan jalan nafas.
2. Lakukan penghisapan lendir bila perlu, catat jumlah, jenis dan karakteristik
sekret.
Rasional : jika batuk tidak efektif, penghisapan dibutuhkan untuk mengeluarkan
sekret, dan mengurangi resiko infeksi pernapasan.
3. Kaji fungsi pernapasan.
22
Rasional : trauma pada C5-6 menyebabkan hilangnya fungsi pernapasan secara
partial, karena otot pernapasan mengalami kelumpuhan.
4. Auskultasi suara napas.
Rasional : hipoventilasi biasanya terjadi atau menyebabkan akumulasi sekret yang
berakibat pnemonia.
5. Observasi warna kulit.
Rasional : menggambarkan adanya kegagalan pernapasan yang memerlukan
tindakan segera
6. Kaji distensi perut dan spasme otot.
Rasional : kelainan penuh pada perut disebabkan karena kelumpuhan diafragma
7. Anjurkan pasien untuk minum minimal 2000 cc/hari.
Rasional : membantu mengencerkan sekret, meningkatkan mobilisasi sekret
sebagai ekspektoran.
8. Lakukan pengukuran kapasitas vital, volume tidal dan kekuatan pernapasan.
Rasional : menentukan fungsi otot-otot pernapasan. Pengkajian terus menerus
untuk mendeteksi adanya kegagalan pernapasan.
8. Pantau analisa gas darah.
Rasional : untuk mengetahui adanya kelainan fungsi pertukaran gas sebagai
contoh : hiperventilasi PaO2 rendah dan PaCO2 meningkat.
10. Berikan oksigen dengan cara yang tepat.
Rasional : metode dipilih sesuai dengan keadaan isufisiensi pernapasan.
11. Lakukan fisioterapi nafas.
Rasional : mencegah sekret tertahan
23
Rasional : pasien melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat cedera.
2. Bantu pasien dalam identifikasi faktor pencetus.
Rasional : nyeri dipengaruhi oleh; kecemasan, ketegangan, suhu, distensi
kandung kemih dan berbaring lama.
3. Berikan tindakan kenyamanan.
Rasional : memberikan rasa nayaman dengan cara membantu mengontrol nyeri.
4. Dorong pasien menggunakan tehnik relaksasi.
Rasional : memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol.
5. Berikan obat antinyeri sesuai pesanan.
Rasional : untuk menghilangkan nyeri otot atau untuk menghilangkan
kecemasan dan meningkatkan istirahat
24
Kriteria hasil : pasien bisa b.a.b secara teratur sehari 1 kali
Intervensi keperawatan :
1.Auskultasi bising usus, catat lokasi dan karakteristiknya.
Rasional : bising usus mungkin tidak ada selama syok spinal.
2. Observasi adanya distensi perut.
2. Catat adanya keluhan mual dan ingin muntah, pasang NGT.
2. Rasional : pendarahan gantrointentinal dan lambung mungkin terjadi akibat
trauma dan stress.
2. Berikan diet seimbang TKTP cair
Rasional : meningkatkan konsistensi feces
6. Berikan obat pencahar sesuai pesanan.
Rasional: merangsang kerja usus
25
6. Inspeksi kulit setiap hari.
Rasional : gangguan sirkulasi dan hilangnya sensai resiko tinggi kerusakan
integritas kulit.
7. Berikan relaksan otot sesuai pesanan seperti diazepam.
Rasional : berguna untuk membatasi dan mengurangi nyeri yang
berhubungan dengan spastisitas.
Tindakan :
26
Primary Survey
Airway : Kaji adanya sumbatan jalan nafas akibat paru-paru yang terisi cairan
Pengkajian Fisik
Keadaan Umum : Klien biasanya tampak lemah, pucat, sesak, dan kesulitan
bernafas
B1-B6
B1 : Klien mengeluh sesak dan sulit bernafas, pernafasan cepat dan dangkal,
RR meningkat
B2 : Tekanan darah klien menurun, klien tampak pucat, sianosis dan nadi
meningkat (takikardi)
B3 : Klien mengalami penurunan kesadaran, GCS menurun
27
B4 : Tidak ditemukan kelainan
B5 : Tidak ditemukan kelainan
B6 : Kaji adanya fraktur karena terbentur benda keras
DIAGNOSA KASUS:
INTERVENSI :
28
1. Kaji status pernafasan, catat peningkatan respirasi atau perubahan pola
nafas
2. Kaji tanda distress pernafasan, peningkatan frekuensi jantung, agitasi,
berkeringat, sianosis
3. Observasi adanya somnolen, confusion, apatis, dan ketidakmampuan
beristirahat
4. Catat ada tidaknya suara nafas dan adanya bunyi nafas tambahan
5. Berikan humidifier oksigen dengan masker CPAP jika ada indikasi
6. Berikan dan monitor terapi bronkodilator sesuai indikasi
7. Pertahankan ventilasi mekanis
29
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Meningkatnya kejadian bencana beberapa tahun belakangan
akibat perubahan kondisi alam maupun perbuatan manusia, melahirkan
banyak gagasan dalam upaya penyelamatan jiwa dari dampak yang
ditimbul kan oleh bencana. Proses evakuasi merupakan salah satu kajian
strategis dalam perencanaan transportasi dan pemodelan lalu lintas.
Beberapa metode telah dikembangkan menjadi satu konsep yang dapat
digunakan dalam mengoptimalkan evakuasi, termasuk mengenai
pemilihan rute perjalanan, pemilihan moda, serta kesiapan infrastruktur
jalan untuk memberikan pelayanan pada pelaku evakuasi agar dapat
selamat sampai ketujuan. Evakuasi dan transportasi korban yang pada
pertolongan pertama pada kecelakaan penting untuk memberikan
30
pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu lintas dengan cepat
dan tepat. Pertolongan pertama korban kecelakaan lalu lintas dengan
cepat dan tepat merupakan prinsip dasar kegawatdaruratan, menurunkan
morbiditas dan mortalitas korban kecelakaan.
4.2 Saran
Bagi Perawat
31
DAFTAR PUSTAKA
Kartikawati, DN. 2011. Buku Ajar Dasar-dasar Keperawatan Gawat Darurat. Jakata
Salemba Medika.
32
LINK VIDEO
https://youtu.be/Q6OkYLMBqJw
33