DI LAPAGAN
(Dosen :Agus Haryanto , S.Kep, Ns)
Oleh:
1. Maulida AsslamiA f (201804001)
2. Indah Fauziah (201804005)
3. Ega Galuh Sindu P. (201804010)
4. Alif Triyuningsi (201804014)
5. Heni Rachmawati (201804023)
6. Khusnul Khotimah (201804027)
7. Khofifah Indah P. (201804032)
8. Firdha Irnadhani (201804036)
9. Sintya Clarinda (201804055)
10. Novia Harum Salsabilla (201804019)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayahnya.
Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan nabi kita Muhammad
SAW. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok yang berjudul : “MAKALAH
PENANGANAN KOBAN MASAL DI LAPANGAN”ini dapat terselesaikan dengan baik.
Tugas ini bertujuan untk mengetahui dan mempelajari pokok permasalahan yang
berkaitan dengan Mata Kuliah Kegawatdaruratan Bencana.
Ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung terciptanya makalah
ini dapat terselesaikan dengan baik. Meskipun masih terdapat banyak kekurangan di
dalamnya. Kritik dan saran penulis harapkan dari pembaca demi tersusunnya makalah lebih
baik lagi dan yang terakhir yaitu semoga dengan adanya makalah ini kita semua dapat
mengambil manfaatnya khususnya bagi pembaca, Amin..
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.......................................................................... 1
B. TUJUAN...............................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Definisi...................................................................................................3
B. Penata laksanaan di lapangan.................................................................3
1. Penilaian Awal...............................................................................3
2. Identifikasi Awal Lokasi Bencana............................................... 4
3. Tindakan ....................................................................................... 5
4. Langkah Pengamanan ...................................................................6
5. Pos komando................................................................................. 6
6. Pencarian dan Penyelamatan .........................................................7
C. Perawatan di lapangan ...........................................................................8
1. Triase..............................................................................................8
2. Pertolongan pertama / first aid.................................................... 10
3. Lifting and Moving......................................................................11
4. Mekanika Tubuh saat Evakuasi...................................................12
5. Kondisi dilakukan Pemindahan Pasien........................................13
6. Jenis Pemindahan Darurat........................................................... 14
7. Petugas Ambulans dan Peralatannya...........................................16
BAB III
A. Kesimpulan......................................................................................... 18
B. Penutup................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana, baik bencana
alam maupun karena ulah manusia. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
bencana ini adalah kondisi geografis, iklim, geologis dan faktor-faktor lain seperti
keragaman sosial budaya dan politik. Wilayah Indonesia dapat digambarkan
sebagai berikut:
1. Secara geografis merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan
empat lempeng tektonik yaitu lempeng benua Asia dan benua Australia serta
lempeng samudera Hindia dan samudera Pasifik.
2. Terdapat 130 gunung api aktif di Indonesia yang terbagi dalam Tipe A, Tipe
B, dan Tipe C. Gunung api yang pernah meletus sekurang-kurangnya satu
kali sesudah tahun 1600 dan masih aktif digolongkan sebagai gunung api tipe
A, tipe B adalah gunung api yang masih aktif tetapi belum pernah meletus
dan tipe C adalah gunung api yang masih di indikasikan sebagai gunung api
aktif.
3. Terdapat lebih dari 5.000 sungai besar dan kecil yang 30% di antaranya
melewati kawasan padat penduduk dan berpotensi terjadinya banjir, banjir
bandang dan tanah longsor pada saat musim penghujan.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas kuliah Keperawatan Gawat Darurat mengenai
penanganan korban masal di lapangan.
2. Tujuan khusus
a. Pembaca dapat memahami proses penatalaksanaan korban di lapangan
b. Pembaca dapat memahami cara perawatan pertama pada korban
c. Pembaca dapat menerapkan intervensi korban di Rumah Sakit
d. Pembaca dapat memahami pelayanan kesehatan di pengungsian
e. Pembaca dapat memahami tentang perawatan kesehatan jiwa di
pengungsian
1
f. Dan pembaca dapat memahami pelayanan logistik apa saja yang di
butuhkan, dan upaya untuk pembekalan kesehatan korban
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Penanganan korban masal merupakan penanganan medis untuk korban cedera
dalam jumlah besar diperlukan segera setelah terjadinya gempa bumi, kecelakaan
transportasi atau industri yang besar, dan bencana lainnya.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan
muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena
sumbersumber daya lokal, termasuk transportasi tidak dimobilisasi segera. Oleh
karena itu sumber daya lokal sangat menentukan dalam penanganan korban di fase
darurat.
3
5) Risiko potensial tambahan
6) Populasi yang terpapar oleh bencana.
4
mencantumkan topografi utama daerah tersebut seperti jalan raya, batas-batas
wilayah alami dan artifisial, sumber air, sungai, bangunan, dan lain-lain.
Dengan peta ini dapat dilakukan identifikasi daerah-daerah risiko
potensial, lokalisasi korban, jalan untuk mencapai lokasi, juga untuk
menetapkan perbatasan area larangan. Dalam peta tersebut juga harus
dicantumkan kompas dan petunjuk arah mata angin.
3. Tindakan Penyelamatan
Hal ini bertujuan untuk memberi perlindungan kepada korban, tim
penolong dan masyarakat yang terekspos dari segala risiko yang mungkin
terjadi dan dari risiko potensial yang diperki-rakan dapat terjadi (perluasan
bencana, kemacetan lalu lintas, material berbahaya, dan lain-lain).
Langkah-langkah penyelamatan yang dilakukan, antara lain:
a. Aksi langsung yang dilakukan untuk mengurangi risiko seperti dengan
memadamkan kebakaran, isolasi material berbahaya, penggunaan
pakaian pelindung, dan evakuasi masyarakat yang terpapar oleh bencana.
b. Aksi pencegahan yang mencakup penetapan area larangan berupa:
1) Daerah pusat bencana—terbatas hanya untuk tim penolong
profesional yang dilengkapi dengan peralatan memadai.
2) Area sekunder—hanya diperuntukkan bagi petugas yang ditugaskan
untuk operasi penyelamatan korban, perawatan, komando dan
kontrol, komunikasi, keamanan/keselamatan, pos komando, pos
medis lanjutan, pusat evakuasi dan tempat parkir bagi kendaraan
yang dipergunakan untuk evakuasi dan keperluan teknis.
3) Area tersier—media massa diijinkan untuk berada di area ini, area
juga berfungsi sebagai “penahan” untuk mencegah masyarakat
memasuki daerah berbahaya. Luas dan bentuk area larangan ini
bergantung pada jenis bencana yang terjadi (gas beracun, material
berbahaya, kebakaran, kemungkinan terjadinya ledakan), arah angin
dan topografi.
4) Tenaga Pelaksana
Langkah penyelamatan akan diterapkan oleh Tim Rescue
dengan bantuan dari Dinas Pemadam Kebakaran dan unitunit khusus
(seperti ahli bahan peledak, ahli material berbahaya, dan lain-lain)
5
dalam menghadapi masalah khusus. Area larangan ditetapkan oleh
Dinas Pemadam Kebakaran dan jika diperlukan dapat dilaku-kan
koordinasi dengan petugas khusus seperti kepala bandar udara,
kepala keamanan di pabrik bahan kimia, dan lain-lain.
4. Langkah Pengamanan
Langkah dilaksanakan oleh Kepolisian, unit khusus (Angkatan
Bersenjata), petugas keamanan sipil, petugas keamanan bandar udara, petugas
keamanan Rumah Sakit, dan lain-lain. Hal ini bertujuan untuk mencegah
campur tangan pihak luar dengan tim penolong dalam melakukan upaya
penyelamatan korban. Akses ke setiap area penyelamatan dibatasi dengan
melakukan kontrol lalu lintas dan keramaian.
Langkah penyelamatan ini memengaruhi penyelamatan dengan cara:
a. Melindungi tim penolong dari campur tangan pihak luar.
b. Mencegah terjadinya kemacetan dalam alur evakuasi korban dan
mobilisasi sumber daya.
c. Melindungi masyarakat dari kemungkinan risiko terpapar oleh kecelakaan
yang terjadi.
5. Pos Komando
Pos Komando adalah unit kontrol multisektoral yang terwujud jika Pos
Komando tersebut mempunyai jaringan komunikasi radio yang baik. Hal ini
dibentuk dengan tujuan:
1) Mengawasi penatalaksanaan korban.
2) Mengoordinasikan berbagai sektor yang terlibat dalam penatalaksanaan di
lapangan.
3) Menciptakan hubungan dengan sistem pendukung dalam proses
penyediaan informasi dan mobilasi sumber daya yang diperlukan.
6
1) Tenaga Pelaksana
Tenaga pelaksana dalam Pos Komando berasal dari petugas-
petugas dengan pangkat tertinggi dari Kepolisian, Dinas Pemadam
Kebakaran, petugas kesehatan dan Angkatan Bersenjata. Tenaga inti ini
dapat dibantu oleh tenaga sukarela dari berbagai organisasi yang terlibat,
dan jika diperlukan dapat dibantu oleh tenaga khusus seperti Kepala
Bandar Udara dalam kasus kecelakaan pesawat terbang, Kepala Penjara
dalam kasus kecelakaan massal di penjara. Yang disesuaikan antara jenis
dan kecelakaan kecelakaan yang terjadi pada sektornya masing-masing.
2) Metode
Pos Komando merupakan pusat komunikasi/koordinasi bagi
penatalaksanaan pra Rumah Sakit. Pos Komando ini secara terus menerus
akan melakukan penilaian ulang terhadap situasi yang dihadapi,
identifikasi adanya kebutuhan untuk menambah atau mengurangi sumber
daya di lokasi bencana untuk:
a. Membebastugaskan anggota tim penolong segera setelah mereka
tidak dibutuhkan di lapangan. Dengan ini, Pos Komando turut
berperan dalam mengembalikan kegiatan rutin di Rumah Sakit.
b. Secara teratur mengatur rotasi tim penolong yang bekerja di bawah
situasi yang berbahaya dengan tim pendukung.
c. Memastikan suplai peralatan dan sumber daya manusia yang
adekuat.
d. Memastikan tercukupinya kebutuhan tim penolong (makanan dan
minuman).
e. Menyediakan informasi bagi tim pendukung dan petugas lainnya,
serta media massa (melalui Humas).
f. Menentukan saat untuk mengakhiri operasi lapangan.
7
a. Melokalisasi korban.
b. Memindahkan korban dari daerah berbahaya ke tempat
pengumpulan/penampungan jika diperlukan.
c. Memeriksa status kesehatan korban (triase di tempat kejadian).
d. Memberi pertolongan pertama jika diperlukan.
e. Memindahkan korban ke pos medis lanjutan jika diperlukan.
C. Perawatan di Lapangan
Jika di daerah dimana terjadi bencana tidak tersedia fasilitas kesehatan yang
cukup untuk menampung dan merawat korban bencana massal (misalnya hanya
tersedia satu Rumah Sakit tipe C/ tipe B), memindahkan seluruh korban ke sarana
tersebut hanya akan menimbulkan hambatan bagi perawatan yang harus segera
diberikan kepada korban dengan cedera serius. Perawatan yang di terapkan yakni :
1. Triase
a. Merah,
Merah sebagai penanda korban yang membutuhkan stabilisasi segera dan
korban yang mengalami:
8
b. Kuning,
Orang dalam tanda ini harus segera dilakukan infus dan harus di awasi
karena resiko terjadi komplikasi
c. Hijau
1) Fraktur minor
2) Luka minor, luka bakar minor
3) Korban dalam kategori ini, setelah pembalutan luka dan atau
pemasangan bidai dapat dipindahkan pada akhir operasi lapangan.
4) Korban dengan prognosis infaust, jika masih hidup pada akhir operasi
lapangan, juga akan dipindahkan ke fasilitas kesehatan.
d. Hitam
Hitam sebagai penanda korban yang telah meninggal dunia.
Triase lapangan dilakukan pada tiga kondisi:
1) Triase di tempat (triase satu)
Triase di tempat dilakukan di “tempat korban ditemukan”atau pada
tempat penampungan yang dilakukan oleh tim Pertolongan Pertama
atau Tenaga Medis Gawat Darurat.
9
2) Triase medik (triase dua)
Triase ini dilakukan saat korban memasuki pos medis lanjutan oleh
tenaga medis yang berpengalaman (sebaiknya dipilih dari dokter yang
bekerja di Unit Gawat Darurat, kemudian ahli anestesi dan terakhir
oleh dokter bedah).
10
melibatkan improvisasi dengan bahan yang tersedia pada saat itu, seringkali oleh
orang yang tidak terlatih. Pertolongan pertama dapat dilakukan pada hampir
semua hewan, seperti pertolongan pertama untuk hewan peliharaan, meskipun
artikel ini berkaitan dengan perawatan pasien manusia.
11
saat mengangkat jangan dalak keadaan membungkuk. Punggun harus
lurus.
4) Gunakan Otot fleksor ( otot untuk menekuk, bukan otot untuk
meluruskan )
Otot Fleksor lengan maupun tungkai lebih kuat daripada otot Ekstensor.
Karena itu saat mengangkat dengan lengan, usahakan telapak tangan
menghadap kearah depan.
5) Jarak antara kedua lengan dan tungkai selebar bahu
Saat berdiri sebaiknya kedua kaki agak terpisah, selebar bahu.
Apabila cara berdiri kedua kaki jaraknya terlalu lebar akan mengurangi
tenaga, apabila terlalu rapat akan mengurangi stabilitas. Jarak kedua
tangan dalam memegang saat mengangkat (misalnya saat mengangkat
tandu ), adalah juga selebar bahu. Jarak kedua tangan yang terlalu rapat
akan mengurangi stabilitas benda yang akan diangkat, jarak terlalu lebar
akan mengurangi tenaga mengangkat.
6) Dekatkan Beban dengan Badan
Usakan sedapat mungkin agar titik berat beban sedekat mungkin
dengan tubuh anda. Cedera punggung mungkin terjadi ketika anda
menggapai dengan jarak jaun untuk mengangkat sebuah benda.
12
f. Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap
13
d. Terpaksa memindahkan satu penderita agar dapat mencapai penderita
lain, misalnya dala kecelakaan bis.
e. Ketika perawatan gawat darurat tidak dapat diberikan karena lokasi atau
posisi penderita. Misalnya pada seorang yang terkena henti jantung-
nafas, RJP hanya dapat dilakukan pada posisi tidur diatas dasat yang
keras.
Bahaya terbesar pada saat memindahkan penderita cedera ( trauma 0
dalam keadaan darurat adalah kemungkinan memburuknya suatu
cedera tulang belakang. Pilihlah cara memindahkan penderita yang
seaman mungkin, dengan tetap memperhatikan kesegarisan tulang
belakang dengan kepala penderita.
b. Tarikan baju
Dalam melakukan penarikan baju sebelumnya kedua pergelangan
tangan penderita diikat dengan pakaian atai kain kasa agar tidak
tersangkut saat dilakukan penarikan. Kemudian cengkeram baju dibagian
bahu penderita kemudian lakukan penarikan keartah penolong. Dlam
melakukan hal ini hati-hati agar penderita tidak tercekik. Penarikan baju
ini sebaiknya dilakukan dengan baju menarik pada ketiak penderita.,
bukan pada bagian leher. Tarikan baju hanya dapat dilakukan pada baju
yang agak kaku.
c. Tarikan selimut
14
Bila penderita sudah tertidur diatas selimut atau Mantelnya
lipatlah bagian selimut yang berda di kepala penderita, lalu tariklah
penderita kebelakang. Janganlupa untuk menyimpulselimut pada bagian
kaki, agar penderita tidak tergeser ke bawah.
15
o. Air bersih 20 L & penampungan Limbah.
p. Meja lipat. Dan Mempunyai lemari untuk obat dan alat
q. mempunyai refrigator portable. Dan Dilengkapi A.C. /fan.
r. Mempunyai buku petunjuk / pemeliharaan semua alat dlm bahasa
Indonesia.
s. Mempunyai radio komudikasi / HP
t. Mempunyai sirene 1 nada.
u. Mempunyai lampu rotator warna merah, ditempatkan ditengah atas.
v. Lampu sorot dibelakang atas, u/ penerangan keluar-masuk pasien.
w. Selain itu hal yang perlu di perlukan adalah Syarat teknis Peralatan
Medis
x. Tabung Oksigen + alat u/ 2 org. Peralatan resusitasi lengkap u/
dewasa , anak & bayi.
y. Suction pump manual & listrik 12 volt. Alat monitoring / diagnostik
untuk dewasa , anak & bayi. Defibrilator unt dewasa, anak & bayi
Minor surgery set.
z. Obat-obat gawat darurat dan cairan infus.
7. Petugas Ambulans dan apa saja yang terdapat pada ambulans dalam evakuasi
bencana adalah :
a. 1 Sopir yg mampu PPGD & komunikasi.
b. 2 Perawat PPGD. 1 Dokter PPGD.(bila perlu) Tata Tertib Ambulans
c. Saat jemput penderita menggunakan sirene & lampu rotator.
d. Saat bawa pasien hanya menggunakan lampu rotator.
e. Kecepatan max 40 km/j, dijalan Tol 80km/jam
f. Mematuhi peraturan lalu lintas.
g. Mengisi “Dispatch form “ Persiapan merujuk Penderita :Pastikan tempat
tersedia di Rumah Sakit yang dituju
h. Catat instruksi dokter ttg hal2 yang harus diperhatikan / diberikan kepada
pasien selama diperjalanan.
i. Catatan obat & alat yang harus dibawa pasien
j. Catatan nama semua petugas yang berangkat.
k. Catatan keadaan pasien sebelum berangkat.
16
l. Catatan semua perubahan pasien / obat yg diberikan selama
perjalanan.dan Catatan keadaan. pasien saat tiba di RS tujuan
m. Pasien & catatan diperjalanan diserah terimakan kepada yang menerima &
di tanda tangani dan melaporkan setelah semua selesai.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penanganan korban masal merupakan penanganan medis untuk korban
cedera dalam jumlah besar diperlukan segera setelah terjadinya gempa bumi,
kecelakaan transportasi atau industri yang besar, dan bencana lainnya.
Pertolongan pertama adalah bantuan pertama dan segera yang
diberikan kepada setiap orang yang menderita penyakit ringan atau serius
atau cedera, dengan perawatan yang diberikan untuk menjaga kehidupan,
mencegah kondisinya memburuk, atau mempromosikan pemulihan. Ini
termasuk intervensi awal dalam kondisi serius sebelum bantuan medis
profesional tersedia, seperti melakukan resusitasi kardiopulmoner (CPR)
sambil menunggu ambulans, serta perawatan lengkap kondisi kecil, seperti
menerapkan plester pada luka.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan
kedaruratan muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak
tertolong karena sumbersumber daya lokal, termasuk transportasi tidak
dimobilisasi segera. Oleh karena itu sumber daya lokal sangat menentukan
dalam penanganan korban di fase darurat.
B. Saran
Semoga makalah yang saya susun ini dapat sangat bermanfaat bagi
para pembaca, dan dapat memberikan pengetahuan mengenai penanganan
korban masal di lapangan.
mengetahui bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan baik dari segi penulisannya, bahasa dan lain
sebagainya.untuk itu saran dari para pembaca yang bersifat membangun
sangat saya harapkan agar dapat tercipta makalah yang baik dan dapat
memberi pengetahuan yang benar kepada pembaca. dan jadikanlah membaca
sebagai kebiasaan anda, karena melalui membaca akan membuka lebih
banyak gerbang ilmu untuk anda.
18
DAFTAR PUSTAKA
UN - ISDR, 2004. Living with Risk “A Hundred Positive Examples of How People are
Making The World Safer”, United Nation Publication, Geneva, Switzerland.
19