Anda di halaman 1dari 24

Mata Kuliah : Keperawatan Gawat Darurat

Dosen Pembimbing : Rudi Salam, S.Kep., Ns., M.Kep

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KEGAWATAN


BIDANG MEDIKAL BEDAH GANGGUAN
MUSKULOSKELETAL (FRAKTUR)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

Alfira Endang Junaedhy

Muh. Shahih Muhajir

Annisa Fauziah Yusri

Irda

AKADEMI KEPERAWATAN SYEKH YUSUF GOWA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas anugrah, kesempatan dan
pemikiran yang diberikan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
bidang studi mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat serta menambah ilmu bagi
pembacanya. Dengan demikian, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini dan yang akan datang.

Sungguminasa, 16 September 2022

Kelompok 1

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................i

DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii

BAB. I PENDAHULUAN .................................................................................................1

A. Latar Belakang ........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan .....................................................................................................1

BAB. II PEMBAHASAN ..................................................................................................2

A. Triage ......................................................................................................................2

B. Lingkup Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat .....................................................3

C. Definisi....................................................................................................................3

D. Etiologi....................................................................................................................4

E. Patofisiologi ............................................................................................................5

F. Tanda dan Gejala .....................................................................................................5

G. Penatalaksanaan.......................................................................................................6

H. Prinsip Penanganan Fraktur .....................................................................................7

BAB. III ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................................8

A. Pengkajian...............................................................................................................8

B.
Diagnosa .................................................................................................................12

C.
Intervensi.................................................................................................................12

D.
Implementasi ...........................................................................................................17

E.
Evaluasi...................................................................................................................18

2
BAB.III PENUTUP ...........................................................................................................19

A. Kesimpulan .............................................................................................................19

B. Saran .......................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf
halusinasi menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi
masyarakat /mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi
peningkatan
penggunaan alat-alat transportasi /kendaraan bermotor khususnya bagi masyarakat
yang tinggal diperkotaan. Sehingga menambah “kesemrawutan” arus lalu lintas. Arus lalu
lintas yang tidak teratur dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya kecelakaan
kendaraan bermotor. Kecelakaan tersebut sering kali menyebabkan cidera tulang atau
disebut fraktur.
Menurut Smeltzer (2001 : 2357) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah dengan
mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi fraktur yaitu
fiksasi interna melalui operasi Orif (Smeltzer, 2001 : 2361). Penanganan tersebut
dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi umumnya terjadi akibat
tiga faktor utama yaitu penekanan lokal, traksi yang berlebihan dan infeksi (Rasjad, 1998 :
363).
Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan keperawatan
segera dan langsung kepada klien yang mengalami fraktur.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan agar mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan diagnosa medis fraktur.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan kasus fraktur.
b. Merumuskan diagnose keperawatan pada klien dengan fraktur
c. Menyusun rencana tindakan keperawatan sesuai dengan masalah keperawatan
d. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
e. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan 1
BAB II
PEMBAHASAN

A TRIAGE
Persiapan penderita berlangsung selama 2
keadaan berbeda; yang pertama adalah tahap
pra rumah sakit (pre-hospital), dimana seluruh kejadian idealnya berlangsung dalam
koordinasi dengan dokter di rumah sakit, tahap kedua adalah tahap rumah sakit (in-
hospital) dimana dilakukan persiapan untuk menerima penderita sehingga dapat dilakukan
resusitasi dalam waktu cepat.
1. Tahap Pra-Rumah Sakit
Koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dengan petugas lapangan akan
menguntungkan penderita. Sebaiknya rumah sakit sudah diberitahukan sebelum
penderita diangkat dari tempat kejadian. Yang harus diperhatikan disini adalah
menjaga airway, breathing, control perdarahan dan syok, imobilisasi penderita dan
pengiriman ke rumah sakit terdekat yang cocok, sebaiknya ke suatu pusat trauma.
Harus diusahakan untuk mengurangi waktu tanggap (respons time). Jangan sampai
terjadi bahwa “semakin tinggi tingkatan paramedik, semakin lama penderita berada
di TKP”.
Harus menyertai penderita keterangan yang akan dibutuhkan di rumah sakit, yaitu:
Waktu kejadian, sebab kejadian, riwayat penderita dan mekanisme di rumah sakit,
dapat menerangkan jenis berlakuan dan beratnya perlakuan.

2. Tahap Rumah Sakit


TRIAGE:
Triase adalah
cara pemilihan
penderita
berdasarkan
kebutuhan terapi
dan sumber
daya yang tersedia. Terapi didasarkan pada keadaan ABC (Airway, dengan cervical
spine control, breathing dan Circulation dengan kontrol perdarahan).
2
Triase berlaku untuk pemilahan penderita baik di lapangan maupun dirumah sakit.
Merupakan tanggung jawab tenaga pra-rumah sakit (dan pimpinan tim lapangan)
bahwa penderita akan dikirim ke rumah sakit yang sesuai. Merupakan
kesalahan
besar untuk mengirim penderita ke rumah sakit non-trauma bila ada pusat trauma
tersedia. Suatu sistem scoring akan membantu dalam pengambilan keputusan ini.
Dua jenis keadaan triase dapat terjadi.
a) Jumlah penderita dan beratnya perlakuan tidak melampaui kemampuan petugas.
Dalam keadaan ini penderita dengan masalah gawat-darurat dan multi trauma
akan dilayani terlebih dahulu.
b) Jumlah penderita dan beratnya perlakuan melampaui kemampuan petugas.
Dalam keadaan ini yang akan dilayani terlebih dahulu adalah penderita dengan
kemungkinan survival yang terbesar dan membutuhkan waktu, perlengkapan
dan tenaga paling sedikit.

B. LINGKUP PELAYANAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


Pelayanan keperawatan gawat darurat meliputi pelayanan keperawatan yang
ditujukan kepada pasien gawat darurat yaitu pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan
gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya/ anggota badannya (akan
menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secara cepat dan tepat.

C. DEFINISI
Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur: Fraktur atau patah tulang adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Syamsuhidayat, 2004).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. (Brunner & Suddarth, 2001).
Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada
tulang yang berlebihan (Luckmann and Sorensens, 1993).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak
lengkap (Price and Wilson, 1995).
Fraktur menurut Rasjad (1998) adalah hilangnya konstinuitas tulang, tulang rawan
sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.

3
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan dari tulang itu sendiri dan jaringan lunak di
sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap, tidak lengkap
(Arice, 1995).
Patah tulang adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan
yang disebabkan oleh kekerasan.(Oswari, 2000 ).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Mansjoer, 2000).
Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan
dunia luar.
Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana
potensial untuk terjadi infeksi (Sjamsuhidajat, 1999). Jadi berdasarkan pengertian
diatas fraktur
adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan.

D ETIOLOGI
Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Cedera Traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
a) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang pata
secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan
kerusakan pada kulit diatasnya.
b) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan,
misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
c) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
2. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor
dapat mengakibatkan fraktur, dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :
a) Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali dan progresif.
b) Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat
timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
4
c) Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang
mempengaruhi semua jaringan skeletal lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi
diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau
oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
3. Secara Spontan
Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang
yang bertugas dikemiliteran.

E. PATOFISIOLOGI
Menurut Black dan Matassarin (1993) serta Patrick dan Wodds (1989) ketika
patah tulang, akan terjadi rupture atau inkontuinitas pada korteks, pembuluh darah ,sum-
sum tulang, jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan,
kerusakan tulang dan jaringan di sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada
kanal medula antara tepi tulang di bawah periostium dengan jaringan tulang yang
mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik
adalah di tandai dengan
fasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan ruang, tubuh mulai
melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukan tahap
awal penyembuhan tulang. Hematon yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan
tekanan dalam sum sum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan
gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mengsuplai organ-
organ yang lain. Hematom menyebabkan dilatasi di otot, sehingga meningkatkan tekanan
kapiler, kemudian menstimulasi sistamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan
protein plasma hilang dan masuk ke interstitial hal ini menyebabkan edema. Edema yang
terbentuk akan menekan ujung syraf, yang bila berlangsung lama menyebabkan
syindroma comportement.

F. TANDA DAN GEJALA


1. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya
perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
a. Rotasi pemendekan tulang
5
b. Penekanan tulang
2. Bengkak
Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang
berdekatan dengan fraktur.
3. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous
4. Spasme Otot Involunters (dekat fraktur)
5. Tenderness (keempukan)
6. Nyeri, mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)
8. Pergerakan abnormal
9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah

G PENATALAKSANAAN
10. Traksi
Yaitu secara umum dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada
extremitas klien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan
segaris dengan sumbu tarikan tulang yang patah. Kegunaan traksi adalah mengurangi
patah tulang, mempertahankan fragme tulang pada posisi yang sebenarnya selama
penyembuhan, memobilisasikan tubuh bagian jaringan lunak, memperbaiki
deformitas.
Jenis traksi ada dua macam yaitu traksi kulit, biasanya menggunakan perekat
sepanjang extremitas kemudian dibalut, ujung plester dihubungkan dengan tali untuk
ditarik, penarikan biasanya menggunakan katrol dan beban. Traksi skelet biasanya
menggunakan pin steinmen atau kawat Kirshner yang lebih halus biasanya disebut
kawat K yang ditusukkan pada tulang kemudia pin tesebut ditarik dengan tali, katrol
dan beban.
2. Reduksi
Merupakan proses manipulasi pada tulang yang fraktur untukmemperbaiki
kesejajaran dan mengurangi penekanan serta meregangkan saraf dan pembuluh
darah. Jenis reduksi ada dua yaitu reduksi tertutup merupakan metode unuk

6
mensejajarkan fraktur atau meluruskan fraktur, dan reduksi terbuka pada reduksi ini
insisi dilakukan dan fraktur dilurskan selama pembedahan dibawah pengawasan
langsung. Pada saat pembedahan berbagai alat fiksasi internal digunakan pada tulang
yang fraktur.
3. Fisioterapi
Alat untuk remobilisasi mencakup exercise teraupetik ROM aktif dan pasif, ROM
pasif mencegah kontraktur pada sendi dan mempertahankan ROM normal pada
sendi, ROM aktif untuk meningkatkan kekuatan otot. (Smeltzer, 2001)

H PRINSIP PENANGANAN FRAKTUR


Ada 4 dasar penangan fraktur yaitu :
1. Rekognisi,yaitu dilakukan dalam hal diagnosis dan penilaian fraktur. Prinsipnya
adalah mengetahui riwayat kecelakaan, derajat keparahan, jenis kekuatan yang relevan
dan deskripsi tentang peristiwa yang terjadi oleh penderita sendiri.
2. Reduksi,yaitu usaha atau tindakan manipulasi fragmen-fragmen. Tindakan ini dapat
dilaksanakan secara efektif didalam ruang gawat darurat atau ruang bidai gips, untuk
mengurangi nyeri selama tindakan penderita dapat diberikan narkotik IV sedatif.
3. Retensi, yaitu setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi atau
dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan.
Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi external meliputi gips, bidai, traksi dan
teknikfiksator externa.
4. Rehabilitasi, merupakan proses pengembalian tulang kefungsi dan struktur semula
dengan cara melakukan ROM aktif dan pasif seoptimal mungkin sesuai dengan
kemampuan klien. Diusahakan untuk meminimalkan atrofi dan meningkatkan
peredaran darah. (FKUI. 1995)

7
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh.
Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantung pada tahap ini meliputi :
1. Pengumplan Data
a. Identiatas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat,
suku bangsa, bahasa yang digunakan seari-hari, status perkawinan,golongan
darah, tanggal masuk rumah sakit, NRM, diagnose medis.
b. Keluhan Utama
Pada umunya keluhan utama pada kasus fraktur adalah nyeri, nyeri tersebut bisa
akut atau kronik tergantung lamanya serangan, untuk memperoleh pengkajian
yang lengkap tentang rasa nyeri klien, digunakan :
1) Provoking Incident
Apakah ada peristiwa yang menjadi faktor persifitasi nyeri.
2) Quality of Pain
Seperti apa nyeri yang dirasakan atau yang digambarkan klien, apakah
seperti terbakar, berdenyut, atau tertusuk.
3) Region
Apakah rasa sakit bisa mereda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar,
dan dimana rasa sakit terjadi atau lokasi rasa sakit tersebut.
4) Severity (scale) of Paint
Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan kien bisa berdasarkan skala nyeri
atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi fungsinya.
5) Time
Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk.

2. Pola Fungsi Kesehatan

8
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan nafas oleh penumpukan sekret akibat
kelemahan reflek batuk.
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk /melindungi jalan napas, timbulnya pernafasan yang
sulit dan/ atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi / aspirasi.
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi,
bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa
pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
d. Integritas Ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stressmultiple,
misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi
simpatis.
e. Makanan/Cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/
ketoasidosis), malnutrisi (termasuk obesitas), membrane mukosa yang kering
(pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi).
f. Pernafasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
g. Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi
immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ;
Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia
malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi
obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse
darah/reaksitransfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
h. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi,

9
kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan,
analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang
dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan
kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga
potensial bagi penarikan diri pasca operasi).

3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda seperti :
1) Kesadaran klien : composmentis, apatis, somnolen, stupor, koma, gelisah
tergantung pada keadaan klien.
2) Kesakitan keadaan penyakit : ringan, sedang, berat, dan biasanya pada
kasus fraktur biasanya akut.
3) Tanda-tanda vital tidak normal, karena ada gangguan baik fungsi/bentuk.
b. Pemeriksaan Head to Toe
1) System integumen
Terdapat eritema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak,
odema,nyeri tekan.
2) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu normal cephalic, simetris, tidak ada benjolan,
tidak ada nyeri tekan.
3) Leher
Tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.
4) Wajah
Wajah terlihat menahan sakit, tidak ada odema.
5) Mata
Tidak ada gangguan tidak anemis, karena tidak terjadi perdarahan.
6) Telinga
Tes weber masih dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan.
7) Hidung
Tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung.
8) Mulut dan Faring

10
Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut
tidak pucat.
9) Torak
Ada retraksi dinding dada, gerakan dada simetris.
10) Paru
Inspeksi : pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
: pergerakan sama atau simetris, fermitus teraba sama.
Palpasi : sonor, tidak ada suara tambahan lainnya.
Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing, ronche.
11) Jantung
Perkusi
Inspeksi : tidak tampak
ictus Palpasi : nadi meningkat
Auskultasi : suara S1 dan S2 tunggal.
12) Abdomen
Tidak distensi, bentuk datar, simetris. Tidak teraba masa, tidak ada
pembesaran hepar. Timpani, ada pantulan gelombang pantulan cairan.
Peristaltic usus normal ± 20 kali/menit.
13) Inguinal, Genetalia, Anus
Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limfe, tidak ada kesulitan BAB.
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Foto Rontgen, untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara
langsung, mengetahui tempat dan type fraktur biasanya diambil sebelum
dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara
periodic.
2) Skor tulang tomography, skor C1, MRI : dapat
digunakan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3) Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler.
4) Hitung darah lengkap Ht mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau
menrurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada

11
trauma multiple) peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal
setelah trauma.
5) Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi
multiple atau cedera hati (Doenges, 2000).

B. DIAGNOSA
1. Nyeri Akut b.d Agen cedera fisik di tandai dengan pasien tampak meringgis, gelisah.
2. Gangguan Mobilitas Fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang di tandai dengan
pasien nyeri saat bergerak.
3. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d kelembabpan di tantai dengan klien tanpak
nyeri, perdarahan, kemerahan
4. Resiko Infeksi b.d kerusakan integritas kulit.

C. INTERVENSI
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
No
Keperawatan (SDKI) Hasil (SLKI) (SIKI)
1 Nyeri Akut b.d Agen Setelah dilakukan tindakan Observasi
cedera fisik di buktikan Keperawatan 1 x24 jam 1. Identifikasi
dengan pasien tampak diharapkan nyeri menurun local,

meringgis, gelisah. KH : Tingkat Nyeri karakteristik,


durasi,
 Keluhan nyeri
frekuensi,
menurun (5)
kualitas, intensitas nyeri.
 Gelisah
2. Identifikasi nyeri.
menurun (5)
 Meringis 3. Identifikasi respon nyeri
menurun (5) non verbal.
 Kesulitan tidur 4. Identifikasi factor yang
menurun (5)
memperberat
dan
memperingan
nyeri
Monitor efek
samping penggunaan
analgetik.
Terapeutik
1. Berikan teknik 12
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis.tarik napas dalam,
kompres hanagat/dingin).
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur.
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan
strategy meredakan
nyeri.
Edukasi
5. Jelaskan
penyebab, periode, dan
pemicu nyeri.
6. Jelaskan
strategi meredakan
nyeri.
7. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.
8. Anjurkan mengunakan
analgetik secara tepat.
9. Ajarkan
teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik .jika perlu

2 Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan tindakan Observasi


Fisik b.d keperawatan selama 1x 24 1. Identifikasi
kerusakan integritas jam maka mobilitas disik
kebutuhan dilakukan
struktur tulang meninggkat
pembidaian.(fraktur).
dibuktikan . KH :
2. Monitor bagian
dengan pasien tanpak distal 13
nyeri saat
bergerak  Pergerakan eksremitas area cidera.
meningkat (5) 3. Monitor adanya adanya
 Nyeri menurun (5) pedarahan pada daerah
cidera
 Kecemasan
menurun (5) Identifikasi material
bidai yang sesuai.
 Gerakan
Terapeutik
terbatas menurun (5)
1. Tutup luka
terbuka dengan balutan.
2. Atasi
perdarahan sebalum
bidai di pasang.
3. Berikan bantalan
pada bidai.
4. Imobilisasi sendi di atas
dan di bawah area cidera.
5. Topang
kaki mengunakan
penyangga kaki.
6. Tempatkan eksremitas
yang cidera dalam posisi
fungsional Pasang bidai
pada posisi tubuh seperti
saat di temukan
7. Gunakan kedua tanagan
untuk menopang area
cedera.
8. Gunakan kain gendong
secara tepat
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
langkahlangkah prosedur
sebelum pemasangan
bidai

14
2. Anjurkan membatasi
gerak pada area cedera

3 Gangguan Integritas Setelah dilakukan tindakan Observasi


Kulit/Jaringan keperawatan selama 1x 24 1. Monitor karakteristik
b.d kelembapan di jam gangguan integritas
luka (dranase, warna,
buktikan pasien dengan kulit menurun
ukuran, bau)
kerusakan jarinagn / KH : Integritas Kulit dan
2. Monitor tanda-tanda
lapisan kulit nyeri, Jaringan
infeksi.
pendarahan, hematoma  Perfusi
Terapeutik
jaringan meningkat
3. Lepaskan balutan
(5)
dan plaster secara
 Kerusakan perlahan.
jaringan menurun (5) 4. Cukur rambut di sekitar
 Kerusakan luka, jika perlu
lapisan kulit 5. Bersihkan dengan NACL
menurun (5) atau pembersih
 Nyeri menurun (5) nontoksik,
sesuai kebutuhan
4. Bersihkan
jaringan nekrotik
Berikan salep
yang sesuai dengan luka /
lesi, jika perlu
5. Bersihkan
jaringan nekrotik.
6. Pasang balutan
sesuai jenis luka.
7. Pertahankan teknik steril
saat perawatan luka.
8. Ganti balutan
sesuai
dengan jumlah eksudat
dan drenase.
9. Jadwalkan
perubahan posisi setiap
2 jam atau
15
sesuai dengan
kondisi
pasien. Berikan
diet
dengan kalori
30-35
kkl/kg / hari dan protein
1,25-1,5 g/kgBB/hari.
10. Berikan
suplemen vitamin dan
mineral , sesuai indikasi.
11. Berikan terapi TENS ,
jika perlu
Edukasi
12. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi.
13. Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein.
14. Ajarkan perawatan luka
secara mandiri.
Kolaborasi
15. Kolaborasi
prosedur
debridement
(mis,
enzimatik,
biologis, mekanis)
2. Kolaborasi
pemberian anti
biotik,jika perlu.

4 Resiko Infeksi Setelah dilakukan tintdakan Observasi


berhubungan keperawatan selama 1x 24 1. Monitor tanda dan gejala
dengan integritas kulit jam maka integritas kulit infeksi local dan
meningkat sistemik.
KH : Integritas kulit dan Terapeutik
jaringan 1. Batasi jumlah 16
 Perfusijaringan pengunjung.Berikan
meningkat (5) perawatan kulit pada area
 Kerusakan edema.
jaringan menurun (5) 2. Cuci tangan sebelum dan
 Kerusakan sesudah kontak dengan
lapisan kulit pasien dan lingkungan
menurun (5) pasien.
 Nyeri menurun (5) 3. Pemberian teknik aseptik
 Suhu kulit membaik pada pasien beresiko
(5) tinggi.
Edukasi
4. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi.
5. Ajarkan cara
mencuci tangan dengan
benar.
6. Ajarkan etika batuk.
7. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi.
8. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi.
9. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan.
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian imunisasi,
jika perlu.

D IMPLEMENTASI
Pelaksanaan merupakan suatu tindakan keperawatan yang bertujuan untuk
mengatasi atau mencegah masalah kesehatan yang dihadapi keluarga sesuai dengan
rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat (Nasul Effendi, 1998).

17
Sedangkan pada gambaran kasus, tahap pelaksanaan sesuai dengan landasan teori
dimana penulis menerapkan rencana asuhan keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan.

E EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai atau tidak
(Nasrul effendi, 1998) pada asuhan keperawatan langsung dilakukan evaluasi pada hari
itu juga sesuai dengan masalah yang ada.

18
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh ruda paksa, (Mansjoer, 2000). Fraktur tertutup adalah bila
tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur terbuka adalah fragmen
tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi
(Sjamsuhidajat, 1999). Jadi berdasarkan pengertian diatas fraktur adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan.

B. Saran
Makalah ini kami susun berdasarkan dari sumber penerbit, artikel dan diskusi
kelompok kami. Semoga pembaca dapat menambah wawasan dan pengetahuan
tentang konsep belajar, intelegensi dan kreativitas. Selain itu kami menyadari bahwa
dalam makalah ini masih terdapat kesalahan-kesalahan. Oleh sebab itu kami memohon
maaf dan kritik yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini
dan yang akan datang

19
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3, EGC, Jakarta

Doengoes, Marlylin E, 2000 Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Evelyn C.Pearce. 2008. Anatomi Fisiologi Untuk Para Medis . jakarta: PT Gramedia

Mansjoer (2000) & Muttaqin (2008). Penatalaksanaan keperawatan. Jakarta : EGC

Muttaqin, Arif (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan

Muskuloskaletal. Jakarta : EGC

PPNI (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Defisit dan Kriteria Hasil

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Sjamsuhidajad & Jong (2005). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan

Muskuloskaletal. Jakarta : EGC

20

Anda mungkin juga menyukai