Anda di halaman 1dari 4

Konsep Medik dan Asuhan Keperawatan (Askep) Anemia

Definisi

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin lebih rendah dari normal atau terjadi
penurunan jumlah  sel darah merah (RBC) atau penurunan hematokrit (HCT).

Fungsi sel darah merah adalah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh  jaringan tubuh dan
mengangkut kembali karbon dioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru untuk ditukar dengan oksigen
saat proses respirasi.

Proses pengangkutan ini melibatkan unit fungsional sel darah merah yang disebut hemoglobin (Hb),
yang merupakan protein kompleks tetramer yang terdiri dari heme dan globin.

Pada anemia, penurunan jumlah sel darah merah yang mengangkut oksigen dan karbon dioksida
mengganggu kemampuan tubuh untuk melakukan pertukaran gas.  Penurunan ini dapat disebabkan
akibat kehilangan darah, peningkatan penghancuran sel darah merah (hemolisis), atau penurunan
produksi sel darah merah.

Anemia seperti halnya demam, merupakan tanda yang memerlukan pemeriksaan penunjang untuk
menentukan penyebab yang mendasarinya.

Epidemiologi

Anemia adalah penyakit yang sangat umum yang mempengaruhi hingga sepertiga dari populasi Dunia
secara global, namun sebagian kejadian bersifat ringan dan tanpa gejala.

Prevalensi anemia meningkat seiring  bertambahnya usia dan lebih sering terjadi pada wanita yang
masih subur, wanita hamil, dan orang tua.

Prevalensi anemia lebih dari 20%  pada individu yang  berusia lebih dari usia 85 tahun.  Insiden anemia
tercatat 50-60% pada populasi panti jompo.

Pada lansia, kurang lebih sepertiga pasien mengalami anemia akibat defisiensi nutrisi seperti defisiensi
zat besi, folat, dan vitamin B12. Pada sepertiga pasien lainnya, terdapat bukti bahwa penyebabnya
adalah  gagal ginjal atau peradangan kronis.

Secara klasik, anemia defisiensi besi ringan terlihat pada wanita usia subur atau remaja putri, biasanya
karena asupan makanan yang kurang zat besi dan kehilangan darah bulanan terkait siklus menstruasi.
Terlepas dari usia dan jenis kelamin, ras juga merupakan penentu penting anemia, dengan prevalensi
yang meningkat pada populasi Afrika-Amerika.

Tipe Anemia

Tipe  anemia dikelompokan berdasarkan apakah anemia hipoproliferatif yaitu, jumlah retikulosit
terkoreksi <2%,  atau hiperproliferatif yaitu,jumlah retikulosit terkoreksi >2%.

Anemia hipoproliferatif dibagi lagi berdasarkan volume sel rata-rata menjadi anemia mikrositik (MCV<80
fl), anemia normositik (MCV 80-100 fl), dan anemia makrositik (MCV>100 fl).

Anemia Mikrositik Hipoproliferatif (MCV<80 fl)

Anemia defisiensi besi

Anemia penyakit kronis

Anemia sideroblastik

Thalasemia

Anemia akibat Keracunan timbal

Anemia Normositik Hipoproliferatif (MCV 80-100 fL)

Anemia penyakit kronis

Gagal ginjal
Anemia aplastik

Aplasia sel darah merah murni

Myelofibrosis atau proses myelophthisic

Mieloma multipel

Anemia Makrositik Hipoproliferatif (MCV > 100 fL)

Anemia makrositik dapat disebabkan oleh gangguan hipoproliferatif, hemolisis, atau keduanya. Dengan
demikian, penting untuk menghitung jumlah retikulosit yang dikoreksi saat mengevaluasi pasien dengan
anemia makrositik.

Pada anemia makrositik hipoproliferatif, jumlah retikulosit yang terkoreksi <2%, dan MCV lebih besar
dari 100 fl. Tetapi, jika jumlah retikulosit > 2%, kemungkinan anemia hemolitik harus dipertimbangkan.

Jenis anemia ini biasanya terjadi pada:

Alkoholisme

Penyakit hati

Hipotiroidisme

Kekurangan folat dan vitamin B12

Sindrom mielodisplastik (MDS)


Anemia refrakter (RA)

Leukemia mielomonositik kronis (CMML)

Anemia akibat obat

Anemia hemolitik

Anemia hemolitik  terbagi berdasarkan penyebab ekstravaskular dan intravaskular.

Hemolisis ekstravaskular dimana  sel darah merah secara prematur dikeluarkan dari sirkulasi oleh hati
dan limpa.

Hemolisis intravaskular dimana sel darah merah lisis dalam sirkulasi.

Anda mungkin juga menyukai