Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

INITIAL ASSESMENT

DISUSUN OLEH :

NAMA : ERZAFIRA ARDAINI PUTRI

NIM : PO7120318019

KELAS : V.A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

PRODI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU

TAHUN AJARAN 2020/2020


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah ini dengan judul “INITIAL ASSESMENT”.

Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Lubuklinggau, September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2


1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................................................. 4
1.2 RUMUSAN MASALAH .............................................................................................................. 5
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 5
BAB II........................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 6
2.2 persiapan ............................................................................................................................................. 6
2.3 Triase .................................................................................................................................................. 7
2.4 Primary Survey ................................................................................................................................... 8
2.5 Glasglow Come scale .......................................................................................................................... 8
3.1 KESIMPULAN ................................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Trauma adalah penyebab ketiga terbesar kematian dan kecacatan di seluruh dunia,
terutama usia dekade keempat di negara berkembang.1-3 Lebih dari 5 juta orang meninggal
akibat trauma pada tahun 2002, lebih dari 90% terjadi di negara berkembang. Dari tahun
2000-2020, kematian akibat kecelakaan lalu lintas diperkirakan meningkat 83% di negara
berkembang.3-5 Akibat trauma dapat berupa kecacatan fisik, psikologis, dan keuangan.1
Penanganan trauma merupakan salah satu tantangan utama pelayanan kesehatan saat ini.
Dokter harus menilai secara objektif keparahan cedera, sehingga diperlukan sebuah sistem
yang menyatukan deskripsi dan kuantifikasi cedera. Penilaian cedera sebagai proses
kuantifikasi dampak trauma dimulai tahun 19698 oleh American Association for Automotive
Safety, yaitu Abbreviated Injury Score (AIS), dan terus mengalami perkembangan. Sistem
penilaian trauma mencoba menerjemahkan keparahan cedera menjadi angka, harus dapat
digunakan di lapangan sebelum pasien sampai ke rumah sakit untuk keputusan rujukan serta
untuk mengambil keputusan di Instalasi Gawat Darurat (IGD).6 Pengukuran tingkat
keparahan cedera merupakan prasyarat penting terhadap penanganan trauma yang efektif.
Triase dapat lebih konsisten jika menggunakan sistem penilaian. Penilaian untuk triase harus
mudah diaplikasikan. Deskripsi cedera melalui telepon dapat difasilitasi oleh penggunaan
istilah standar dan penilaian organ yang spesifik. Hal ini membantu proses penilaian antar
dokter di institusi yang sama atau berbeda serta para dokter spesialis. Pemantauan berulang
dan sistematis dapat digunakan sebagai identifikasi awal perbaikan atau perburukan.
Beberapa sistem penilaian bertujuan memperkirakan probabilitas kelangsungan hidup.
Penilaian membantu peneliti untuk menentukan tingkat keparahan dan populasi pasien.
Terdapat tiga tipe sistem penilaian trauma.
Tipe pertama berdasarkan anatomi; tergantung deskripsi cedera. Tipe kedua berdasarkan
fisiologi; didapat dari observasi dan pengukuran tanda-tanda vital untuk menentukan tingkat
penurunan fisiologis akibat cedera. Tipe ketiga adalah kombinasi sistem penilaian anatomis
dan fisiologis.

1.2 RUMUSAN MASALAH


A. Apa yang dimaksud dengan initial assessment
B. Bagaimana penilaian cepat dan tepat paa pasien gawat darurat.

1.3 TUJUAN
A. Meningkatkan pengetahuan tentang initial assessment
B. Mengetahui bagaimana penilaian cepat dan tepat pasien gawat darurat.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Pengelolaan pasien yang terluka parah memerlukan penilaian yang cepat dan
pengelongaan yang tepat guna menghindari kematian. Pada pasien trauma waktu sangat penting,
karena itu diperlukan adanya suatu cara yang mudah diingat dai dilaksanakan. Proses ini dikenal
sebagai initial assessment (penilaian awal) yang meliputi persiapan, triase, primary survey,
resusitasi,tambahan terhadap primary survei dan resusitasi, pertimbangkan kemungkinan
rujukan, secondary survay, tambahan secondary survei, pemantauan dan re-cvaluasi
berkesinambungan serta penanganan defenitif

2.2 PERSIAPAN
A. Tahap pra rumah sakit
Dalam persiapan pra rumah sakit petugas diarahkan untuk dapat menstabilitas, fiksasi,
dan transportasi dengan benar serta mampu berkoordinasi dengan dokter maupun perawat
di RS.
B. Tahap rumah sakit.
Dalam tahap ini, dimana dilakukan persiapan untuk menerima pasien sehingga dapat
dilakukan
tindakan & sesusitasi dslam waktu yang cepat. Serta data2 dalam tahap pra-rumah sakit
juga
dibutuhkan diantaranya waktu kejadian, mekanisme kcjadian, serta riwayat pasien.
dituju.
2.3 TRIASE
A.Pengertian triase

Triage adalah suatu cara untuk menseleksi atau memilah korban berdasarkan
tingkat kegawatan. Menseleksi dan memilah korban tersebut bertujuan untuk
mempercepat dalam memberikan pertolongan terutama pada para korban yang dalam
kondisi kritis atau emergensi sehingga nyawa korban dapat diselamatkan. Untuk bisa
melakukan triage dengan benar maka perlu Anda memahami tentang prinsip-prinsip
triage.

B. PRINSIP TRIAGE

Triage seharusnya segera dan tepat waktu, penanganan yang segera dan tepat
waktu akan segera mengatasi masalah pasien dan mengurangi terjadi kecacatan akibat
kerusakan organ. Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat, data yang didapatkan
dengan adekuat dan akurat menghasilkan diagnosa masalah yang tepat. Keputusan
didasarkan dari pengkajian, penegakan diagnose dan keputusan tindakan yang diberikan
sesuai kondisi pasien. Intervensi dilakukan sesuai kondisi korban, penanganan atau
tindakan yang diberikan sesuai dengan masalah/keluhan pasien. Kepuasan korban harus
dicapai, kepuasan korban menunjukkan teratasinya masalah. Dokumentasi dengan benar,
dokumentasi yang benar merupakan sarana komunikasi antar tim gawat darurat dan
merupakan aspek legal. Anda telah memahami tentang prinsip triage, sekarang Anda
akan belajar tentang klasifikasi triage. Klasifikasi ini penting untuk menseleksi korban
yang datang sehingga keselamatan korban segera ditolong.

C.PROSES TRIAGE

Ketika Anda melakukan triage,waktu yang dibutuhkan adalah kurang dari 2 menit
karena tujuan triage bukan mencari diagnose tapi mengkaji dan merencanakan untuk
melakukan tindakan.
D. PENGKAJIAN DAN SETTING TRIAGE

Ada beberapa petunjuk saat Anda melakukan pengkajian triage yaitu: Riwayat
pasien, karena sangat penting dan bernilai untuk mengetahui kondisi pasien; 2. Tanda,
keadaaan umum pasien seperti tingkat kesadaran, sesak, bekas injuri dan posisi tubuh; 3.
Bau, tercium bau alkohol, keton dan melena; 4. Sentuhan (palpasi), kulit teraba panas,
dingin dan berkeringat, palpasi nadi dan daerah yang penting untuk dikaji serta sentuh
adanya bengkak; 5. Perasaan (commonsense), gunakan perasaan dalam memutuskan
jawaban yang relevan dengan kondisi pasien. Di saat Anda menemukan korban yang
datang dalam kondisi kegawatdaruratan maka Anda melakukan proses triage dengan
menerapkan S-O-A-P-I-Esystem.

2.4 PRIMARY SURVEY


Merupakan salah satu penanganan pertama terhadap trauma berdasarkan
pedoman Advanced Trauma Life Support (ATLS). Setelah Primary Survey, dilakukan
Secondary Survey yang memeriksa keadaan pasien dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Setelah dilakukan Primary Survey dan Secondary Survey, pasien dipindai baik CT Scan
maupun rontgen untuk mengecek apakah ada trauma atau pendarahan internal yang tidak
dapat dideteksi saat Secondary Survey.

Pada saat pemeriksaan Disability, pemeriksa mengecek tingkat kesadaran pasien


dengan AVPU (Alert, Verbal, Pain, Unconscious) atau GCS (Glasgow Coma Scale).
AVPU lebih mudah dilakukan saat di lapangan namun GCS lebih akurat untuk
mendeteksi trauma kepala. Trauma kepala akan menimbulkan cedera jaringan otak yang
dapat menyebabkan fragmentasi jaringan dan kontusio serta kerusakan sawar darah otak.

2.5 GLASGLOW COME SCALE


Glasgow Coma Scale (GCS) merupakan skala yang diciptakan pada tahun 1974 oleh
Graham Teasdale dan Bryan Jennet. GCS bertujuan untuk mengetahui level kesadaran
pasien yang mengimplementasikan ada tidaknya cedera otak akut. Pemeriksaan GCS ini
terdiri dari tiga komponen pemeriksaan yaitu mata, verbal dan gerakan/motorik (eyes,
verbal and motor).
Pada setiap kondisi, memiliki skor tertentu dan skor tersebut menggambarkan
bagaimana tingkat kesadaran pasien.

Aspek Kondisi yang Dialami Pasien Sko


Pemeriksaan r

MATA (EYES) Mata terbuka spontan 4

Pasien membuka mata terhadap suara 3

Pasien membuka mata dengan rangsang nyeri (penekanan 2


pada supraorbita : area di atas kelopak mata)

Tidak ada reaksi (dengan rangsang nyeri pasien tidak 1


membuka mata)

VERBAL Baik dan tidak disorientasi (dapat menjawab dengan 5


kalimat yang baik dan tahu dimana ia berada)

Pasien bingung (tidak ada korelasi antara pertanyaan 4


pemeriksa dengan jawaban pasien, meski pasien mampu
menjawab dengan kalimat)

Pasien hanya menjawab dengan kata-kata (contoh : aduh, 3


ibu, rumah)

Pasien mengerang 2

Tidak ada jawaban 1

MOTORIK Pasien mampu mengikuti perintah pemeriksa (contoh : 6


mengangkat lengan)

Pasien mampu melokalisasi nyeri (saat pasien dirangsang 5


nyeri pada area supraorbita : area di atas kelopak mata,
pasien mengangkat lengan melebihi dagu, artinya pasien
mengetahui lokasi nyeri)

Pasien menghindar saat dirangsang nyeri (saat pemeriksa 4


memberi rangsang nyeri, pasien hanya membuang muka
untuk menghindari nyeri)

Reaksi fleksi abnormal (saat dirangsang nyeri, pasien 3


memberi respon berupa menekuk/fleksi siku dan
pergelangan tangan)

Reaksi ekstensi abnormal (saat dirangsang nyeri, pasien 2


memberi respon berupa meluruskan/ekstensi siku dan
menekuk pergelangan tangan ke arah dalam)

Tidak ada reaksi 1

Tingkat kesadaran pasien dibagi menjadi 4 keadaan berdasarkan skor GCS totalnya :

Tingkat Kesadaran Pasien Skor GCS

Composmentis 15

Somnolen/Letargis 13-14

Soporokomatus 8-12

Koma 3-7
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Trauma adalah kondisi sensitif-waktu dan merupakan salah satu tantangan utama. Triase
pasien trauma penting untuk menentukan prioritas penentuan kebutuhan korban dengan sumber
terbatas. Sistem penilaian trauma membantu menilai secara kuantitatif berat ringannya cedera,
memperkirakan hasil akhir trauma, bahkan berguna untuk penelitian. Pasien cedera dan risiko
berat dapat teridentifikasi melalui fisiologi abnormal mereka. Masalah yang lebih sulit dalam
triase adalah identifikasi pasien dengan cedera anatomis nyata dengan status fisiologis mendekati
normal.
DAFTAR PUSTAKA

Carolina Salim,2015 Sistem Penilaian Trauma CDK-232/ vol. 42 no. 9 hal 702

Ns. Rudi Hamarno, M.Kep.2015.keperawatan dan kegawatdaruratan & manajemen bencana,


Jakarta selatan,pusik sdm kesehatan.

Ellen Josephine Handoko, Pemahaman Mahasiswa terhadap Pemeriksaan Kesadaran Glasgow


Coma Scale, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia hal 2-4

Anda mungkin juga menyukai