Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK

DI RSUD DEPATI BAHRIN SUNGAILIAT


LAPORAN PENDAHULUAN
GASTROENTRITIS

Disusun oleh :

NAMA : AISYAH
NIM : 171440101

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES RI PANGKALPINANG

KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

TAHUN 2019

Sumber : Chairani, 2013


LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN GASTROENTERITIS

A. Definisi Gastroenteritis
Menurut Bararah, Taqiyyah & Jauhar, 2013, Gastroentritis adalah
peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar dengan berbagai kondisi
patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare, dengan atau
tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan abdomen. Sangat banyak
definisi diare, tetapi pada situasi gastroentritis, diare merupakan suatu keadaan
dengan dengan peningkatan frekuensi, konsistensi feses yang lebih cair, feses
dengan kandungan air yang banyak, dan feses bisa disertai dengan darah atau
lendir.
B. Etiologi Gastroenteritis
Menurut Titik Lestari tahun 2016, etiologi gastroerenteritis yaitu :
1. Faktor infeksi
Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. Coli,
Salmonella, Shigella Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi
virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astovirus, Astrovirus, dll),
infeksi parasit (E. Hystolytica, G. Lamblia, T. Hominis), dan jamur (C.
Albicans). Infeksi parenteral ; merupakan infeksi diluar sistem pencernaan
yang dapat menimbulkan diare seperti : otitis media akut, tosilitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
2. Faktor malabsopsi
Malabsorpsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa,
dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa).
Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi
dan anak. Disamping itu dapat pula terjadi malabsorpsi lemak dan protein.

Sumber : Chairani, 2013


3. Faktor makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun
dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4. Faktor psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas),
jarang terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.
C. Manifestasi Klinis
Perubahan tanda-tanda vital seperti nadi dan respirasi cepat, tekanan
darah menurun, serta denyut jantung cepat. Pada kondisi lanjut akan
didapatkan tanda dan gejala dehidrasi, meliputi turgor kulit menurun <3 detik,
pada anak-anak ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan akut, keringat dingin. (mutaqqin : 2011) :
1. Diare yang berlangsung lama (berhari-hari atau berminggu-minggu) baik
secara menetap atau berulang dan penderita akan mengalami penurunan
berat badan.
2. BAB kadang bercampur dengan darah.
3. Tinja yang berbuih.
4. Konsistensi tinja tampak lendir.
5. Tinja dengan konsistensi encer bercampur dengan lemak.
6. Rasa kembung.
7. Mual, kadang-kadang sampai muntah.
8. Kadang-kadang demam
D. Komplikasi
Menurut Titik Lestari tahun 2016, komplikasi dari gastroerenteritis yaitu :
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik).
2. Ranjatan hipovolemik
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektrokardiogram).
4. Hipoglikemia
5. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.

Sumber : Chairani, 2013


6. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Titik Lestari tahun 2016, pemeriksaan penunjang yang dilakukan
yaitu :
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadar gula dalam tinja
c. Bila perlu diadakan uji bakteri untuk mengetahui organisme
penyebabnya, dengan melakukan pembiakan terhadap contoh tinja.
2. Pemeriksaan laboratorium
3. Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kadar elektrolit dan
jumlah sel darah putih.
4. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, bila
memungkinkan dengan menetukan PH keseimbangan analisa gas darah
atau astrup.
5. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
6. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui parasit secara
kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
F. Penatalaksanaan
Menurut Titik Lestari tahun 2016, penatalaksanaan pada anak dengan
gastroerenteritis yaitu :
1. Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan),
tindakannya :
a. Beri anak minum lebih dari biasanya
b. ASI diteruskan, makanan diberikan seperti biasanya
c. Bila keadaan memburuk, segera bawa ke puskesmas terdekat
2. Pada anak dengan diare ringan/sedang, tindakannya :
a. Berikan oralit
b. ASI diteruskan
c. Teruskan pemberian makanan

Sumber : Chairani, 2013


d. Sebaiknya yang lunak, mudah dicerna dan tidak merangsang
e. Bila tidak ada perubahan segra bawa ke puskesmas
3. Pada anak dengan dehidrasi berat, tindakannya :
a. Segera bawa ke Rumah Sakit/Puskesmas dengan fasilitas perawatan
b. Oralit dan ASI diteruskan selama masih bisa diminum
4. Takaran pemberian oralit
No Usia Waktu
. 3 jam pertama Setelah 3 jam
1. < 1 tahun 1.5 gelas 0,5 gelas setiap mencret
2. < 5 tahun 3 gelas 1 gelas setiap mencret
3. > 5 tahun 6 gelas 1,5 gelas setiap mencret
4. > 12 tahun 12 gelas 2 gelas setiap mencret
(1 gelas = 200 cc)
5. Pemberian cairan peroral dan parenteral
6. Pengobatan dietic
Untuk anak <1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan BB < 7 kg, jenis
makanan : susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan
lemak tak jenuh). Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat
(nasi tim). Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang
berantai sedang atau tak jenuh.
7. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.

G. Pathway Gastroentritis

Infeksi Malabsorbsi KH, Makanan Psikologis


 Enteral Protein, lemak basi, alergi takut, cemas
 Parenteral

Sumber : Chairani, 2013


Makanan tidak diserap
Aktivitas tonus me 
ggn pada villi usus

Tek.osmotik cairan
usus meningkat
Absorbsia ktif Na dari lumen usus
mesekresi aktif NaCl & air dari
mukosake lumen usus me 
Volume usus meningkat hiperperistaltik

Gastroentritis

Kehilangan Iritasi Anus


cairan dan Pengeluaran Na+ me
elektrolit 
divaskuler
MK : MK :
-Defisit volume cairan Na HCO3 plasma me
Ggn. Integritas kulit

Metabolisme anaerob
Sal cernatera
kumulasitoksin Asam laktat
Terjadi anoreksia,
mual, muntah
Asidosis

MK:
Ggn Pemenuhan nutrisi Asam lambung

infeksiotak Nafsu makan me 


Suhu tubuh tinggi
MK:
MK : Gangguan Pemenuhan nutrisi
H. Konsep Kejang
Asuhan Keperawatan
Kecemasan ortu

Sumber : Chairani, 2013


Menurut Titik Lestari tahun 2016, konsep asuhan keperawatan pada anak
dengan gastroerenteritis yaitu :
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Riwayat keperawatan
1) Awalan serangan : awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh
meningkat, anoreksia kemudian timbul diare.
2) Keluhan utama : feses semakin cair, muntah, bial kehilangan
banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan
menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor
kulit berkurang. Selaput lendir mulut dan bibir kering, frekuensi
BAB lebih 4 kali dengan konsistensi encer.
c. Riawayat kesehatan masa lalu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
d. Riwayat psikososial keluarga
Hospitalisasi akan menjadi stresor bagi anak itu sendiri maupun bagi
keluarga. Kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui
prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari penyakit anaknya,
mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
e. Kebutuhan dasar
1) Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu: BAB lebih dari
4x sehari, BAK sedikit atau jarang.
2) Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anoreksia,
menyebabkan penurunan berat badan pasien.
3) Pola tidur dan istirahat: akan terganggu karena adanya distensi
abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
4) Pola hygine : kebiasaan mandi setiap harinya.
5) Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah
adanya nyeri akibat distensi abdomen.

f. Pemeriksaan fisik

Sumber : Chairani, 2013


1) Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran
composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan
lemah, pernafasan agak cepat.
2) Pemeriksaan sistemik
a) Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut
dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
b) Perkusi : adanya distensi abdomen.
c) Palpasi : turgor kulit kurang elastis.
d) Auskultasi : terdengarnya bising usus.
3) Pemeriksaan tumbuh kembang.
Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi
sehingga berat badan menurun.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisiensi volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
yang berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
b. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan mual dan muntah.
c. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan iritasi, frekuensi ,
BAB yang berlebihan.
d. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang penyakit prognosis dan pengobatan.
e. Kecemasan yang berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,
prosedur yang menakutkan.
3. Intervensi Keperawatan
a. Defisiensi volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
yang berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
Intervensi:
Observasi tanda-tanda vital. Observasi tanda-tanda dehidrasi. Ukur
input dan output cairan. Berikan dan anjurkan keluarga untuk
memberikan minum yang banyak kurang lebih 2000-2500 cc per hari.

Sumber : Chairani, 2013


Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi cairan, pemeriksaan
lab elektrolit.
b. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan mual dan muntah.
Intervensi :
Kaji pola nutrisi dan perubahan yang terjadi. Timbang berat badan
klien. Kaji faktor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi. Lakukan
pemeriksaan fisik abdomen (palpasi, perkusi, auskultasi). Berikan diet
dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering. Kolaborasi dengan
tim gizi dalam penentuan diet klien.
c. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan iritasi, frekuensi ,
BAB yang berlebihan.
Intervensi :
Ganti popok anak jika basah. Bersihkan bokong secara perlahan
menggunakan sabun nonalkohol. Beri zalp seperti : zincoxsida bila
terjadi iritasi pada kulit. Observasi bokong dan perineum dari infeksi.
d. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang penyakit prognosis dan pengobatan.
Intervensi :
Kaji tingkat pendidikan keluarga klien. Kaji tingkat pengetahuan
keluarga tentang proses penyakit klien. Jelaskan tentang proses
penyakit klien dengan melalui pendidikan kesehatan. Berikan
kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya.
Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.
e. Kecemasan yang berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,
prosedur yang menakutkan.
Intervensi :
Kaji tingkat kecemasan klien. Kaji faktor pencetus cemas. Buat jadwal
kontak dengan klien. Kaji hal yang disukai klien. Berikan mainan
sesuai kesukaan klien. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan.
Anjurkan pada keluarga untuk selalu mendampingi klien

Sumber : Chairani, 2013


DAFTAR PUSTAKA

Bararah, Taqiyyah & Jauhar, Mohammad. 2013. Asuhan Keperawatan. Jakarta:


Prestasi Pustakaraya.

Lestari, Titik. 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika

Mutaqqin, Arif & Kumala, Sari. 2013. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta:


Salemba Medika.

Wong, Donna L, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Chairani. 2013. WOC Diare Anak. https://id.scribd.com/doc/136367381/WOC-


Diare-Anak. Diakses pada tanggal 27 April 2019

Sumber : Chairani, 2013

Anda mungkin juga menyukai