Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

KONSEP KEPERAWATAN GAWAT DARURAT : EVAKUASI DAN


TRANSPORTASI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas KBK Blok Kegawatdaruratan I Semester VII
Dosen Pengampu : Ns.Heri Hermansyah, S.Kep.,M.KM

Disusun Oleh :
Kelompok 5
1. Aghisna Cahyadi
2. Arifah Siti Sa’diah
3. Dani Mindani
4. Dissa Nuramalia
5. Dudi
6. Hani Maharoyani
7. Ikin Sarikin
8. M.Walin
9. Nita Novitasari
10. Nurul Aulia
11. Riandini Haminullah
12. Sri Yayi Umiyati
13. Yuni Yuliani

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN (STIKKU)
TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyusun makalah yang berjudul Konsep Evakuasi dan Transportasi. Dari
urian kasus yang telah dibahas, kami mencoba memecahkan dan merumuskan hal
penting atau kata kunci dari uraian skenario kasus yang ada melalui langkah tutorial 7
Jump. Dengan demikian kami dapat menguraikan mengenai konsep dasar
kegawatdaruratan dan penerapan asuhan keperawatan berdasarkan uraian kasus.
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas KBK blok Kegawadaruratan I di
semester VII program studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, bantuan
serta saran dan nasihat dari pihak pembimbing. Maka dari itu pada kesempatan ini
perkenankan kami menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat Ns. Heri
Hermansyah, S.Kep., M.KM selaku dosen tutor kelompok 5, serta rekan-rekan mahasiswa,
yang telah membantu dalam proses penulisan laporan ini.
Kami menyadari laporan ini masih banyak kekurangan, baik dari isi maupun
sistematika penulisannya, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kebaikan serta sebagai evaluasi dalam menyusun laporan di kemudian
hari.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat dapat bermanfaat bagi rekan-rekan
seperjuangan umumnya dan kami selaku anggota kelompok khususnya .

Kuningan, Oktober 2016


Hormat Kami,

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 2

D. Metode Penulisan ...................................................................................................... 2

E. Sistematika Penulisan ................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN TEORI ......................................................................................................... 3

A. Mengangkat Penderita .................................................................................................. 3

B. Pemindahan Penderita dalam Keadaan Darurat (Emergency Moving) ........................ 5

C. Pemindahan Penderita tidak dalam Keadaan darurat (Non Emergency Moving) ........ 8

D. Pengangkatan dan Pemindahan dengan menggunakan alat ..................................... 10

BAB III PEMBAHASAN KASUS (7 JUMP) ............................................................................... 14

Skenario Kasus ................................................................................................................. 14

Step 1 ............................................................................................................................... 14

Step 2 .............................................................................................................................. 15

Step 3 ............................................................................................................................... 16

Step 4 Learning Objective ................................................................................................ 18

Step 5 Mind Mapping (terlampir).................................................................................. 188

Step 6 Self Learning ......................................................................................................... 18

Step 7 Reporting Case/Oral Tes ....................................................................................... 18

BAB IV .................................................................................................................................. 20

ii
ASUHAN KEPERAWATAN ..................................................................................................... 20

A. Pengkajian ................................................................................................................ 20

B. Diagnosa keperawatan ............................................................................................. 23

C. Intervensi .................................................................................................................. 24

BAB V PENUTUP ................................................................................................................... 26

A. Kesimpulan ............................................................................................................... 26

B. Saran ......................................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Rumah Sakit banyak terjadi pemandangan yang sering kita lihat seperti
pengangkatan pasien yang darurat atau kiritis, karena itu pengangkatan penderita
membutuhkan cara-cara tersendiri. Setiap hari banyak penderita diangkat dan
dipindahkan dan banyak pula petugas paramedik/penolong yang cedera karena
salah mengangkat.
Keadaan dan cuaca yang menyertai penderita beraneka ragam dan tidak
ada satu rumus pasti bagaimana mengangkat dan memindahkan penderita saat
mengangkat dan memindahkan penderita. Tranportasi bukanlah sekedar
mengantar pasien ke rumah sakit. Serangkaian tugas harus dilakukan sejak pasien
dimasukkan ke dalam ambulans hingga diambil alih oleh pihak rumah sakit.
Pasien yang menjalani rawat inap di rumah sakit, pasti akan mengalamai
proses pemindahan dari ruang perawatan ke ruang lain seperti untuk keperluan
medical check up, ruang operasi, dll. Hal ini akan mengakibatkan resiko low back
point baik bagi pasien maupun bagi perawat. Bila pasien akan melakukan operasi
biasanya akan dipindahkan ke ruang transit sebelum masuk ke ruang operasi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada penulisan makalah
ini yaitu :
1. Bagaimana evakuasi dan transportasi itu bisa berjalan ?
2. Bagaimana teknik pemindahan pasien ?
3. Apa saja teknik dalam pemindahan pasien ?
4. Bagaimanakah proses asuhan keperawatan pada pasien tersebut?
5. Apa saja tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien tersebut?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu mengetahui dan memahami konsep evakuasi dan transportasi:
a. Untuk mengetahui evakuasi dan transportasi
b. Untuk mengetahui teknik pemindahan pasien
c. Untuk mengetahui teknik dalam pemindahan pasien
d. Untuk mengetahui proses asuhan keperawatan pada pasien tersebut
e. Untuk mengetahui tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien tersebut

D. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini dengan menggunakan metode studi kepustakaan yaitu
dengan cara mencari dan membaca literatur yang ada di perpustakaan, jurnal, media
internet.

E. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun secara teoritis dan sistematis yang terdiri dari 5 bab yaitu :
BAB I adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II adalah materi
tentangevakuasi dan transportasi. BAB III berisi pembahasan kasus berupa uraian
tutorial dengan metode 7 jump. BAB IV berisi tentang asuhan keperawatan
berdasarkan kasus yang diberikan dengan penanganan pasien kegawatdaruratan.
BAB V berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. MENGANGKAT PENDERITA
Prinsip dasar
Syarat utama dalam mengangkat penderita tentulah keadaan fisik yang baik,
yang juga terlatih dan dijaga dengan baik. Jika anda melakukan pengangkatan dan
pemindahan dengan tidak benar, maka ini dapat mengakibatkan cedera pada
penolong. Apabila anda melakukan cara pengangkatan yang tidak benar ini setiap hari,
mungkin akan timbul penyakit yang menetap. Penyakit yang umum adalah nyeri
pinggang bagian bawah (low back pain), dan ini dapat timbul pada usia yang lebih
lanjut.
Prinsip pengangkatan adalah :
1. Bayangkan bahwa tubuh anda sebuah menara, tentu saja dengan dasar yang
lebih lebar daripada bagian atas. Semakin miring menara itu, semakin mudah
runtuh. Karena itu berusahalah untuk senantiasa dalam posisi tegak, jangan
membungkuk ataupun miring.
2. Gunakan paha untuk mengangkat, bukan punggung.untuk memindahkan sebuah
benda yang berat,gunakan otot dari tungkai, pinggul dan bokong, serta ditambah
dengan kontraksi otot dari perut karena beban tambahan pada otot-otot ini
adalah lebih aman. Jadi saat mengangkat, jangan dalam keadaan membungkuk.
Punggung harus lurus! Gunakan otot di punggung anda selalu dalam keadaan

punggung lurus untuk membantu anda memindahkan atau mengangkat benda


yang berat .

3
3. Gunakan otot fleksor ( otot untuk menekuk, bukan otot untuk meluruskan ).
Otot fleksor lengan maupun tungkai lebih kuat daripada otot ekstensor. Karena
itu saat mengangkat dengan tangan, usahakan telapak tangan menghadap ke
arah depan .

4. Usahakanlah sedapat mungkin agar titik berat beban sedekat mungkin ke tubuh
anda. Cedera punggung mungkin terjadi ketika anda menggapai dengan jarak
yang jauh untuk mengangkat sebuah benda.
5. Sejauh mungkin pakailah alat untuk mengangkat ataupun memindahkan
penderita. Tandu dan brankar merupakan contoh alat yang mempermudah
pekerjaan anda.
6. Jarak antara kedua lengan dan tungkai. Saat berdiri sebaiknya kedua kaki agak
terpisah,selebar bahu. Apabila cara berdiri kedua kaki jaraknya terlalu lebar akan
mengurangi tenaga, apabila terlalu rapat akan mengurangi stabilitas. Jarak kedua
tangan dalam memegang saat mengangkat ( misalnya saat mengangkat tandu ),
adalah juga selebar bahu. Jarak kedua tangan yang terlalu rapat akan
mengurangi stabilitas benda yang akan diangkat, jarak terlalu lebar akan
mengurangi tenaga mengangkat.
7. Biasanya kita akan bekerja dengan satu atau beberapa petugas lain. Dalam
keadaan darurat, kerja tim hal yang penting. Seluruh anggota tim sebaiknya
dilatih dengan teknik yang tepat. Permasalahan dapat terjadi ketika bentuk fisik

4
maupun tenaga fisik anggota tim sangat tidak sebanding. Rekan yang kuat dapat
cedera jika yang lemah jatuh saat mengangkat. Petugas yang lemahpun dapat
cedera juga jika dia mencoba yang melakukan hal yang berlebihan.
Idealnya,rekan dalam mengangkat dan memindahkan seharusnya mampu dan
sama kekuatan dan tingginya .

B. Pemindahan Penderita Dalam Keadaalm Darurat (Emergency Moving)


Ada kondisi-kondisi tertentu dimana penderita harus dipindah segera dari
lokasi kejadian untuk menghindari bahaya selanjutnya. Dalam kondisi seperti ini
penolong tidak lagi memperhatikan kondisi/masalah penderita, seperti misalnya patah
tulang, luka, atau gangguan jalan napas sekalipun. Kondisi-kondisi yang mengharuskan
untuk segera memindahkan penderita adalah sebagai berikut :
1. Kebakaran atau ancaman dari kebakaran. Kebakaran akan dapat merupakan
sebuah ancaman berat, bukan hanya pada penderita tetapi juga pada penolong.
2. Ledakan atau ancaman dari ledakan.
3. Ketidaknyamanan untuk melindungi penderita dari bahaya lain di tempat
kejadian. Contoh dari bahaya ini yaitu:
- Bangunan yang tidak stabil
- Mobil terguling, bensin tumpah
- Adanya bahan berbahaya (Hazourdous Material-Hazmat)
- Orang sekitar yang berperilaku mengancam
- Kondisi cuaca yang buruk
4. Terpaksa memindahkan satu penderita agar dapat mencapai penderita yang lain,
misalnya pada kecelakaan bis.
5. Ketika perawatan gawat darurat tidak dapat diberikan karena lokasi atau posisi
penderita. Misalnya pada seseorang yang terkena henti jantung-nafas, RJP hanya
dapat dilakukan pada posisi tidur diatas dasar yang keras.

Bahaya terbesar pada saat memindahkan penderita cedera (trauma) dalam


keadaan darurat adalah kemungkinan memburuknya suatu cedera tulang belakang.
Pilihlah cara memindahkan penderita yang seaman mungkin, dengan tetap

5
memperhatikan kesegarisan tulang belakang dengan kepala penderita. Macam-macam
pemindahan darurat :
1. Tarikan lengan dan bahu (shoulder drag)
Cara melakukan tarikan lengan adalah anda berdiri pada sisi kepala
penderita. Kemudian masukkan lengan anda dibawah ketiak penderita dan
pegang lengan bawah penderita. Silangkan kedua lengan penderita didepan dada,
lalu tariklah penderita kebelakang. Dalam melakukan tindakan ini seringkali
menghadapi kesulitan karena kaki penderita tersangkut, oleh karena itu
pemindahan ini dilakukan hanya kalau terpaksa saja.

2. Tarikan baju (shirt drag)


Dalam melakukan penarikan baju
sebelumnya kedua pergelangan tangan penderita
diikat dengan pakaian atau kain kassa agar tidak
tersangkut saat dilakukan penarikan. Kemudian
cengkram baju di bagian bahu penderita, kemudian
lakukan penarikan kea rah penolong. Dalam
melakukan hal ini hati-hati agar penderita tidak
tercekik. Penarikan baju ini sebaiknya dilakukan
dengan baju menarik pada ketiak penderita, bukan
pada bagian leher. Tarikan baju hanya dapat
dilakukan pada baju yang agak kaku.

6
3. Tarikan selimut (blanket drag)
Bila penderita sudah tertidur diatas selimut
(atau mantelnya) lipatlah sebagian selimut yang
berada di kepala penderita, laku tariklah penderita
ke belakang. Jangan lupa untuk menyimpul
sleimut pada bagian kaki, agar penderita tidak
tergeser ke bawah.

4. Tarikan kebakaran (fire fighter carry)


Memindahkan dalam keadaan darurat lainnya termasuk menggendong
penderita di belakang punggung dengan satu penolong seperti membawa tas
punggung (ransel) dengan menopang penderita dari sisinya sambil berjalan oleh
satu penolong, membopong penderita oleh satu penolong seperti membawa anak
kecil, dan dengan cara mengangkat lalu membopongnya seperti cara pemadam
kebakaran. Dibawah ini gambar cara mengangkat seperti pemadam kebakaran.

Pengangkatan Anggota Badan


Jangan gunakan cara ini jika penderita mempunyai cedera pada lengan dan
tungkainya, atau ada kemungkinan patah tulang belakang. Pengangkatan ini dapat
dipakai misalnya untuk memindahkan penderita pingsan dari kursi ke lantai. Dua
penolong diperlukan untuk melakukan pengangkatan. Cara tersebut, yaitu :

7
1. Penolong pertama mengambil posisi di kepala penderita dari sisi belakang,
lakukan pengangkatan pada lengan penderita.
2. Penolong yang lain berdiri antara 2 tungkai penderita, menyelipkan tangan dan
mengangkat kedua lutut penderita.
3. Dengan isyarat, anda berdua kemudian dapat memindahkan penderita pada lokasi
yang diinginkan.

C. Pemindahan penderita tidak dalam keadaan darurat (non emergency moving)


Apabila lokasi kejadian sudah dipastikan aman dan tidak ada kemungkinan
bahaya susulan maka pengangkatan dan pemindahan penderita harus dilakukan
setelah stabilisasi penderita atau dengan memperhatikan masalah, cedera dan
perlukaannya. Kesalahan dalam pengangkatan pada cedera tertentu (misalnya : patah
tulang leher dan tulang belakang) akan berakibat fatal dan mengancam nyawa
penderita.
Pengangkatan pada kondisi yang aman harus direncanakan dengan baik.
Keamanan dan keselamatan penolong pada saat akan melakukan pengangkatan harus
diperhatikan. Jangan pernah ragu untuk meminta bantuan apabila kemampuan
penolong dirasakan belum memadai.
Jenis emergency movesadalah :
1. Extremity Lift (mengangkat tangan dan kaki)
Jangan melakukan pemindahan ini jika penderita mengalami trauma. Jika
korban non trauma tapi tidak sadar dapat menggunakan pemindahan dengan cara ini.
Pemindahan exstremitas dilakukan oleh dua petugas. Cara melakukan pemindahan
extremitas.

8
a. Petugas yang satu mengambil posisi di atas kepala penderita, dan yang satunya
berada di bagaian bawah (memegang bagian lutut)
b. Petugas yang di bagian atas memegang bahu penderita dan menahan penderita
c. Petugas kedua memegang bagian lutut penderita dan menjaga bagian bawah
penderita
d. Beri aba-aba untuk melakukan pemindahan

Extremity Lift

2. Direct Ground Lift (mengangkat langsung dari tanah / lantai)


Mengangkat langsung dari tanah biasanya memerlukan paling sedikit 3
penolong. Cara mengangkat ini bermanfaat kalau tandu tidak dapat dibawa ke
penderita. Cara ini akan terasa berat bila bobot penderita lebih dari 70-80 kg,
permukaan tanah yang dilalui tidak rata atau penderita tidak mau bekerjasama.
Beritahukan penderita apa yang anda akan kerjakan, dan usahakan agar
penderita harus tetap tenang demi keseimbangan penolong. Letakkan lengan
penderita diatas dadanya jika memungkinkan.
Untuk melakukan pengangkatan langsung dari tanah, ikuti langkah-langkah
berikut ini :
a. Pengangkatan ini membutuhkan paling tidak tiga orang penolong, ketiga penolong
tersebut berada pada salah satu sisi penderita, jika memungkinkan, beradalah pada
sisi yang paling sedikit cedera.
b. Berlutut pada posisi awal, lebih baik pada lutut yang sama untuk semua penolong
c. Penolong pertama mengunci kepala penderita dengan meletakkan satu lengan di
bawah leher dan bahu. Dia harus meletakkan lengan yang lain dibawah punggung
bawah penderita
d. Penolong kedua meletakkan tangan dibawah punggung dan bokong

9
e. Penolong ketiga meletakkan satu lengan dibawah lutut penderita, dan lengan
lainnya dibawah bokong
f. Setiap gerakan pengangkatan harus di dahului dengan isyarat yang dikomando oleh
penolong yang mengangkat di daerah kepala
1) Penderita siap diangkat (perintah : “ siap angkat ”)
2) Dengan isyarat (perintah : “ angkat ke lutut ! ”), seluruh penolong harus
mengangkat penderita pada lutut mereka secara bersamaan
3) Penderita dimiringkan ke arah dada kita (perintah : “ siap putar ?, putar ! “). Lalu,
dengan gerakan lembut, putar penderita secara bersamaan ke arah dada
penolong sehingga penderita terletak miring di lekukan siku anda.
4) Lalu berdiri secara bersamaan (perintah : “ siap berdiri ?, berdiri !“)
5) Untuk menurunkan penderita diatas tandu, lakukan urutan sebaliknya

D. Pengangkatan dan pemindahan dengan menggunakan alat


Apabila tersedia peralatan untuk mengangkatdan memindahkan penderita
maka sebaiknya tindakan pengangkatan langsung (terutama pada penderita trauma)
dihindari untuk mencegah cedera lebih lanjut.

10
Ada banyak alat yang tersedia untuk mengangkat dan memindahkan penderita.
Alat mana yang akan dipakai tergantung dari keadaan penderita ditemukan, dan jenis
penyakitnya.
1. Brankar (cot,”Verno”)
Sebuah tandu yang mempunyai
kaki-kaki ber-roda. Tandu ini ada yang
dapat dilipat kakinya sehingga dapat
masuk ke dalam ambulans (“Verno”).
Alat ini harus dilatih dalam
pemakaiannya.

2. Tandu
Biasanya terbuat dari rangka aluminium dengan dasar dari terpal. Mudah dan
murah, namun tidak begitu kokok dalam melindungi tulang belakang. Pembersihannya
juga sulit.

3. Tandu sekop (Scoop stretcher, orthopaedic stretcher)


Tandu yang terdiri dari 2 (kadang-kadang 4) belahan, yang masing-masing
diselipkan dari satu sisi penderita, dan kemudian diselipkan masing-masing di bawah
satu sisi penderita, dan kemudian dapat dikunci. Sangat ideal untuk mengangkat dari
ruangan yang sempit.
Tandu sekop harganya mahal, karena itu pada saat mengangkat penderita
sebaiknya 4 penolong, satu dibagian kepala, satu dibagian kaki, dan masing-masing
satu di kiri dan kanan. Tandu sekop hanya dipakai untuk mengngkat dan
memindahkan, bukan untuk transportasi.

11
4. Membuat tandu sendiri
Anda dapat membuat tandu sendiri dengan 2 tongkat dan satu selimut
a. Bentangkan selimut diatas lantai
b. Tempatkan 1 tongkat sejajar dengan panjang selimut, pada tepi selimut
c. Lipatkan tepi selimut diatas tongkat sampai 30 cm. Dari tepi selimut
d. Lakukan pada sisi yang lain
e. Ketika penderita di tempatkan diatas selimut, berat dari tubuh akan mengunci tepi
selimut ke tongkat
f. Tandu juga dapat dibuat dari 3 atau 4 mantel atau jaket. Pertama menggulung
lengan baju secara terbaik lalu kencangkan jaket dengan lengan baju bagian dalam
mantel. Tempatkan tongkat melalui tiap-tiap lengan baju
5. Papan punggung
Papan punggung ini (“Back board”) dapat pendek atau panjang. Papan
punggung panjang (“Long spine bord”) adalah sepanjang tubuh pederita,dan dipakai
bila ada kecurigaan penderita ada cedera tulang belakang. Setelah berada diatas
papan punggung panjang, penderita tidak akan dipindah lagi (“yng dipindah adalah
papannya”), sehingga tidak perlu bolak -balik dipindah, kadang-kadang di RS pun
penderita akan tetap berada diatas papan ini.
Papan punggung pendek hanya sampai pinggul penderita, dan dapat
menstabilkan penderita sampai pinggul. Ini digunakan untuk menstabilkan seorang
penderita yang berada pada posisi duduk dengan kecurigaan ada cedera tulang
belakang. Jelas bahwa alat ini dipakai di pra rumah sakit, dan bermanfaat untuk
misanya mengeluarkan pengendara mobil, dari mobilnya yang tabrakan

12
(mengeluarkan penderita dengan cara yang benar dikenal sebagai ekstrikasi). Biasanya
penderita akan diikat diatas papan.

13
BAB III
PEMBAHASAN KASUS (7 JUMP)

Skenario Kasus
Pada suatu hari telah terjadi tabrakan di Jl. Raya Cijoho Kuningan yang
melibatkan 2 kendaraan roda empat dan 1 motor. Bersamaan saat itu Ners A melewati
tempat kejadian perkara tersebut, Ners A mencoba membantu dan mengidentifikasi
korban. Hasil observasi Ners A terlihat korban pengendara motor banyak mengeluarkan
darah pada bagian kepala dan terlihat perubahan pada tulang leher. Sedangkan di dalam
mobil avanza terlihat sopir dengan wajah yang berlumuran darah, merintih kesakitan dan
berteriak minta tolong karena tubuhnya terjepit bagian setir dan dashboard mobil.
Adapun pengendara di mobil Pajero hanya mengalami luka memar dibagian wajah dan
luka lecet di bagian tangan.
STEP 1
Kata Kunci
Identifikasi Korban melakukan pemeriksaan fisik dengan di buktikannya
kondisi yang memperberat keadaan suatu korban
Hasil Observasi Hasil pengamatan objektif yang dilakukan oleh
tenaga medis
Darah cairan yang terdapat mahluk hidup tingkat tinggi
yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen
yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut
bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga
sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau
bakteri.
Kepala bagian rostral (menurut istilah lokasi anatomi) yang
biasanya terdiri dari otak, mata, telinga, hidung, dan
mulut (yang kesemuanya membantu berbagai fungsi
sensor seperti penglihatan, pendengaran,
penciuman, dan pengecapan).
tulang leher Tulang leher (bahasa Latin: vertebrae cervicales)
adalah tulang belakang yang langsung terhubung

14
dengan tengkorak.
Luka lecet luka yang terjadi di permukaan kulit saja, tanpa
mengakibatkan robekan ke lapisan kulit yang lebih
dalam. Luka lecet disebut juga luka permukaan
(superfisial), atau vulnus laserasi/laseratum di dunia
medis.
Pergelangan Tangan Pergelangan tangan adalah sambungan antara
lengan bawah dan telapak tangan. Pergelangan
tangan yang pada dasarnya adalah dua baris kecil
pendek tulang, disebut carpals, untuk membentuk
sebuah rumah di sekitar sendi engsel. Dan
persendian yang dibentuk oleh tulang-tulang
carpalia dengan ulna maupun radius yang bersifat
fleksibel

STEP 2
1. Jika anda sebagai ners.A tersebut apa yang akan anda lakukan?
2. Bagaimana cara anda untuk mengeluarkan korban yang terjepit di kendaraan
avanza?
3. Bagaimanakah cara anda membantu korban pengendara motor sehingga
meminimalisir cedera yang terjadi?
4. Dari ketiga korban tersebut, manakah korban yang harus di selamatkan terlebih
dahulu?
5. Bagaimanakah kondisi ABCD (air way,breathing, circulation,dan disability) pada
ketiga korban tersebut?
6. Berapa nilai GCS pada masing-masing korban?
7. Bagaimana cara perawat menangani korban pengendara di mobil pajero yang
mengalami luka memar di bagian wajah dan luka lecet di bagian tangan?
8. Ada berapa macam tipe cidera?
9. Pemeriksaan penunjang apakah yang harus dilakukan oleh ketiga korban
tersebut?

15
STEP 3
1. Yang akan di lakukan jika ada di posisi ners.A adalah mengevakuasi korban
terlebih dahulu, kemudian identifikasi ketiga korban tersebut dan dahulukan
pasien yang gawat darurat terlebih dahulu,kemudian pasien gawat tapi tidak
darurat, dan korban yang tidak gawat dan tidak darurat.
2. Cara mengeluarkan korban yang terjepit di kendaraan avanza dengan cara
pertahankan posisi tulang servikal terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya
perubahan posisi tulang servikal, dan trauma thorax. kemudian pertahankan
posisi lutut dan bagian abdomen korban untuk meminimalisir terjadinya dislokasi
dan mencegah terjadinya multiple trauma.
3. Cara membantu pengendara motor yang banyak mengeluarkan darah pada bagian
kepala dan terlihat perubahan pada tulang leher adalah pertahankan posisi kepala
dan tulang leher ,cek air way,breathing,sirkulasi dan disability.hentikan
perdarahan dengan cara di deep agar darah tidak terlalu banyak keluar dan
laporkan secara singkat pada call center dengan bahasa yang jelas mengenai hasil
dari pengkajian,meliputi hal sebagai berikut:
a.Lokasi kejadian
b. tipe insiden yang terjadi
c. adanya ancaman atau bahaya yang mungkin terjadi
d. perkiraan jumlah pasien
e. tipe bantuan yang harus diiberikan
4. dari ketiga korban tersebut, korban yang harus diselamatkan terlebih dahulu
adalah korban A yaitu korban dengan pengendara motor banyak mengeluarkan
darah pada bagian kepala dan terlihat perubahan pada tulang leher (merah=
gawat
darurat), korban B yaitu korban di dalam mobil avanza terlihat sopir dengan wajah
yang berlumuran darah, merintihkesakitan dan berteriak minta tolong karena
tubuhnya yang terjepit bagian setir dan dashboard mobil (kuning= gawat tetapi
tidakdarurat) , korban C yaitu korban di mobil pajero hanya mengalami luka
memar dibagian wajah dan lukalecet di bagian tangan (hijau=tidak gawat dan
tidak darurat)
5. kondisi ABCD pada ketiga korban tersebut

16
- Korban A Air way = -
Breathing= -
Circulation= adanya pendarahan dibagian kepala dan tulang leher
Disability= -
- Korban B
Air way = jalan nafas normal
Breathing =pola nafas cukup baik ditandai dengan korban masih bisa merintih
kesakitan dan berteriak minta tolong
Circulation = wajah berlumuran darah
Disability = korban sadar
- Korban C
Air way = jalan nafas normal
Breathing= pola nafas cukup baik ditandai dengan korban hanya mengalami luka
memar di bagian wajah dan luka lecet di bagian tangan
Circulation= -
Disability= korban sadar
6. Nilai GCS pada masing-masing korban
- Korban A nilai GCS 3 yaitu koma, ditandai dengan tidak adanya respon
membuka mata, tidak adanya respon motorik dan tidak ada repon verbal
- Korban B nilai GCS 14 yaitu composmetis, di tandai dengan adanya respon
membuka mata dengan nilai 5, melokalisir nyeri 4, dan respon verbal baik
dengan nilai 5
- Korban C nilai GCS 14 yaitu composmetis, ditandai dengan adanya respon
membuka mata dengan nilai 5, masih dapat melokalisir 4, dan repon verbal
baik dengan nilai 5.
7. Cara perawat menangani korban di pajero adalah dengan memberikan Nacl
terlebih dahulu untuk membersihkan luka dan mencegah terjadinya infeksi,
kemudian berikan obat merah/betadine agar luka yang lecet dapat mengering.
8. Tipe cidera ada 2 macam, diantaranya
- Cidera terbuka
Terjadi kerusakan kulit dan disertai perdarahan
- Cidera Tertutup

17
Tidak terjadi kerusakan kulit tetapi kemungkinan adanya perdarahan di dalam
bisa terjadi
9. Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan untuk korban A dengan melakukan
pemeriksaan St-Scan, pemeriksaan Radiologi, pemeriksaan LED, pemeriksaan
leukosit, trombosit, dan etrirosit, dan AGD, Korban B dengan melakukan
pemeriksaan penunjang radiologi, LED

Step 4 Learning Objective


1. Mahasiswa mampu mendeskripsikan konsep dasar transportasi dan
evakuasi pasien
2. Mahasiswa mampu mengetahui tujuan Transportasi dan evakuasi pasien
3. Mampu mengetahui prinsip penanganan pada transportasi dan evakuasi
pasien
4. Mampu mengidentifikasi prioritas penanganan pada transportasi dan
evakuasi pasien
5. Mampu menentukan pengkajian meliputi survey primer dan survey
sekunder
6. Mampu merumuskan masalah keperawatan yang timbul pada kasus
transportasi dan evakuasi pasien
7. Mampu menentukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan kasus
yang ditangani

Step 5 Mind Mapping (terlampir)


Step 6 Self Learning
Step 7 Reporting Case/Oral Tes

18
MIND MAPPING

Definisi transportasi dan evakuasi


pasien

Prinsip penanganan Tujuan transportasi


Identifikasi prioritas
transportasi dan evakuasi dan evakuasi pasien
penanganan transportasi
pasien
dan evakuasi pasien

Prinsip Transportasi Pasien Pengkajian survey primer


Diagnosa
dan survey sekunder
keperwatan sesuai
prioritas

Standar
Kendaraan Masalah Keperawatan
Intervensi Keperawawatan
Pelayanan (diagnosa keperawatan
Medik yang muncul

TIPE CIDERA Penilaian Lokasi dan Korban


Transport evakuasi
Emergency

Transport Evakuai Non


Emergency

19
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
EVAKUASI DAN TRANSPORTASI

A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas Klien
Nama : K.X, K.Y, K.Z
Agama :-
Pekerjaan :-
Pend. Terakhir :-
Suku/Bangsa :-
gol. Darah :-
Alamat :-
Diagnose mendis :-
Tanggal masuk RS :-
Tgl. pengkajian :-
b. Identitas penanggung jawab
Nama :-
Umur :-
Alamat :-
Pekerjaan :-

2. Survey primer
“A” Airway
 Membukajalannafas : -
 Cekjalannafas :
Tidakadasumbatan
“B” Breating
 Tidaksesak
 Pengembangan dada : simetris

20
 Suaranapas : vesikuler
“C” Circulation
 Pulsasiperifer
- Teraba :
a. Kuat pada K.Y dan K.Z
 Pulsasicarotis
- Teraba :
b. Kuat
 TD :-
 Nadi :-
 Suhu :-
 JVP :-
 CRT :-
 Akral :-

“D” Disability/ Drug


a. Disability
 Kesadaran : Composmentis pada K.Y dan K.Z
 GCS…. (Eye 4, Motor 6, Verbal 5)
 Pupil : -
 ROM : terlihat perubahan tulang leher pada K.X

“E” EkG/ Eksposure


a. EKG
-
b. Eksposure
 K.X : banyak mengeluarkan darah pada bagian kepala dan terlihat
perubahan pada tulang leher.
 K.Y : wajah berlumuran darah, merintih kesakitan.
 K.Z : luka memar dibagian wajah dan luka lecet dibagian tangan.

21
“F” Fluids
-

3. Survey sekunder
a. Keluhan utama
K.X banyak mengeluarkan darah pada bagian kepala.
b. Riwayat kesehatan sekarang
K.X : banyak mengeluarkan darah pada bagian kepala dan terlihat perubahan
pada tulang leher.K.Y : wajah berlumuran darah, merintih kesakitan.K.Z : luka
memar dibagian wajah dan luka lecet dibagian tangan.
c. Riwayat kesehatan yang lalu : -
d. Riwayat kesehatan keluarga : -
e. Keadaan umum :
f. Tingkat kesadaran : somnolen
g. Tanda- Tanda Vital
Tekanan darah : -
Suhu :-
RR :-
Nadi :-
h. Pemeriksaan fisik :
 Inspeksi : K.X : banyak mengeluarkan darah pada bagian kepala dan terlihat
perubahan pada tulang leher.K.Y : wajah berlumuran darah, merintih
kesakitan.K.Z : luka memar dibagian wajah dan luka lecet dibagian tangan.
 Auskultasi : -
 Perkusi : -
 Palpasi : -
i. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan diagnostik
a) Laboratorium :-
b) Radiologi :-

22
4. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : - Kekurangan volume cairan
DO:
- Mengeluarkan
banyak darah
pada bagian
kepala
- Wajah yang
berlumuran darah

2. DS : - Nyeri akut
DO :
Pasien merintih
kesakitan

3. DS : - Kerusakan integritas kulit


DO :
Terdapat luka memar
dibagian wajah dan
luka lecet di bagian
tangani

B. Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai
dengan
DS : -
DO : - Mengeluarkan banyak darah pada bagian kepala
- Wajah yang berlumuran darah
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik ditandai dengan
DS : -
DO : Pasien merintih kesakitan

23
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik ditandai dengan
DS : -
DO : Terdapat luka memar dibagian wajah dan luka lecet di bagian tangani

C. Intervensi

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1 Kekurangan volume - Tekakan darah, nadi, 1. Observasi tanda-tanda vital tiap 1
cairan berhubungan suhu tubuh dalam jam
dengan kehilangan cairan rentang normal 2. Monitor status dehidrasi
aktif ditandai dengan - Tingkat kesadaran (kelembaban membran mukosa,
DS : - membaik nadi adekuat, tekanan darah
DO : - Mengeluarkan ortostatik) jika diperlukan
banyak darah 3. Kolaborasi untuk pemberian
pada bagian kepala transfusi darah
- Wajah yang 4. Kolaborasikan pemberian cairan IV
berlumuran 5. Kolaborasi dalam pemeriksaan
darah penunjang seperti CT-Scan atau MRI

2 Nyeri akut berhubungan - Mampu mengontrol 1. Kaji karakteristik nyeri dengan


dengan agen injuri fisik nyeri (tahu penyebab PQRST
ditandai dengan nyeri, mampu 2. Bantu melakukan teknik relaksasi
DS : - menggunakan teknik 3. Batasi aktivitas
DO : Pasien merintih nonfarmakologi untuk 4. Pemberian Oksigen
kesakitan mengurangi nyeri, 5. Kolaborasi dalam pemberian obat
mencari bantuan) analgesik
- Melaporkan nyeri 6. Monitor vital sign sebelum dan
berkurang dengan sesudah pemberian analgesik
menggunakan pertama kali
manajemen nyeri
3 Kerusakan integritas kulit - Integritas kulit yang 1. Kaji/catat ukuran, warna, kedalaman
berhubungan dengan baik bisa aera luka
faktor mekanik ditandai dipertahankan 2. Bersihan area luka dengan cairan RL

24
dengan (sensasi, elastisitas, 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap
DS : - temperatur, hidrasi, bersih dan kering
DO : Terdapat luka pigmentasi) 4. Kolaborasi dalam pemberian obat
memar dibagian wajah - Tidak ada luka/lesi salep atau oral
dan luka lecet di bagian pada kulit
tangan - Perfusi jaringan baik

25
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Evakuasi adalah kegiatan memindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke
tempat lain yang lebih aman dengan cara-cara yang sederhana di lakukan di daerah-
daerah yang sulit dijangkau dimulai setelah keadaan darurat. Penolong harus
melakukan evakuasi dan perawatan darurat selama perjalanan. Transfortasi
merupakan kegiatan pemindahan korban dari tempat darurat ke tempat yang
fasilitas perawatannya lebih baik, seperti rumah sakit. Biasanya dilakukan bagi
pasien/ korban cedera cukup parah sehingga harus dirujuk ke dokter.
Sistem komunikasi merupakan bagian yang penting baik dalam proses
penanganan bencana maupun pertolongan pada klien dengan gawat
darurat.Transportasi Pasien adalah sarana yang digunakan untuk mengangkut
penderita/korban dari lokasi bencana ke sarana kesehatan yang memadai dengan
aman tanpa memperberat keadaan penderita ke sarana kesehatan yang memadai.
Transportasi pasien dapat dibedakan menjadi dua, transport pasien untuk gawat
darurat dan kritis.

B. Saran
Diharapkan teman-teman mahasiswa mampu memahami dan menerapkan
konsep dasar keperawatan gawat darurat khususnya dalam penerapan asuhan
keperawatan di ruang UGD secara komprehensif dan professional.

26
DAFTAR PUSTAKA

Emergency Pro.2008.First Aid Training-Advanced.Bogor-Jawa Barat


Musliha.2010.Keperawatan Gawat Darurat Plus Contoh Askep Dengan Pendekatan
Nanda Nic Noc. Yogyakarta:Nuha Medika

27

Anda mungkin juga menyukai