Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS II

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DISTOSIA ”

OLEH : KELOMPOK 3

1. FIGO RAHMADIA (203310694)


2. AMELIA ERMI JUWITA (203310681)
3. RANTI RAHYULIANI PUTRI (203310707)

DOSEN PEMBIMBING:

Ns.Elvia Metti,M.Kep.,Sp.Kep.Mat

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES PADANG 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Distosia” untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Keperawatan Maternitas II.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibuk
Ns.Elvia Metti,M.Kep.,Sp.Kep.Mat,Sebagai Dosen Pembina mata kuliah
Keperawatan Maternitas II dan semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Padang, 31 Januari 2022

KELOMPOK 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN............................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.....................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan ....................................................................3
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA.................................................................4

2.1 Konsep distosia………………………………………………..4


1. Pengertian……………………………………………...…4
2. Tanda Dan Gejala………………………………...………6
3. Etiologi……………………………………...……………7
4. Tipe-tipe distosia…………………………………………9
5. Patofisiologi dan WOC ………………………………….11
6. Manifestasi klinis……………………………………...…15
7. Factor risiko…………………………………………...…15
8. Komplikasi……………………………………………….16
9. Penatalaksanaan………………………………………….16
10. tatalaksana …………………………………………….…17
2.2 Asuhan Keperawatan ................................................................22
1. Pengkajian………………………………………………..22
2. Diagnosis keperawatan…………………………………...25
3. Intervensi keperawatan………………………………...…25
4. Implementasi dan evaluasi keperawatan………………….28
5. Analisis jurnal PICO…………………………………...…29

ii
BAB III: PENUTUP.....................................................................................34
3.1 Kesimpulan..................................................................................34
3.2 Saran............................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................35

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Angka Kesehatan Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah
salah satu indikator derajat kesehatan negara, AKI dan AKB menunjukkan
kemampuan dan kualitas pelayanan kesehatan. Tingginya AKI dan AKB serta
lambatnya penurunan angka ini menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan ibu
dan anak sangat mendesak untuk ditingkatkan baik dari segi jangkauan
maupun kualitas. (Nurhasanah, 2021).

Menurut WHO tahun 2014 AKI di dunia mencapai angka 289.000 jiwa
yang terbagi atas beberapa negara, seperti Amerika Serikat mencapai 9300
jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa dan Asia Tenggara 16.000 jiwa dan
diperkirakan 800 perempuan meninggal setiap harinya akibat komplikasi
kehamilan dan proses kelahiran. Sekitar 99% dari seluruh kematian ibu terjadi
di negara berkembang. Sekitar 80% kematian maternal merupakan akibat
meningkatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan dan setelah persalinan
(WHO, 2014).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan ari)


yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui Jalan lahir
atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan.

Kelancaran persalinan tergantung tiga faktor yaitu kekuatan ibu


(power), keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin (passanger). Faktor
lainnya psikologi ibu, penolong saat bersalin dan posisi saat bersalin. Dengan
adanya keseimbangan antara faktor tersebut , bila ada gangguan pada faktor
ini dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan, kelambatan
atau kesulitan persalinan ini di Sebut distosia.

Distosia itu adalah kesulitan dalam jalannya persalianan,salah satunya


adalah distosia karena kelainan his baikkekuatan maupun sifatnya yang

1
menghambat kelancaran persalinan.Yang dapat dibedakan menjadi Distosia
kelainan janin Yaitu Bayi Besar, Hidrocephalus,Anecephalus,Kembar
Siam,gawat janin,IUFD,tali pusat menumbung.

Distosia karena kelainan his dapat terjadi karena sifat his yang
berubah-ubah,tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antar kontraksi dan bagian
– bagiannya sehingga kontraksi tidak efisien dalam mengadakan
pembukaan.Kelainan his juga dapat terjadi karena his yang tidak adekuat
untuk melakukan pembukaan 2 serviks atau mendorong anak keluar. His yang
tidak adekuat ini disebut dengan inersiauteri.

jika tidak terjadi pola aktivitas uterus yang normal, progresi persalinan
akan abnormal (biasanya memanjang). Hingga tahun 1940-an, distosia
dianggap disebab kan oleh inersia uteri.

Data dari Reproductive Health Library menyatakan bahwa terdapat


180 sampai 200 juta kehamilan setiap tahun. Pada angka tersebut terjadi
585.000 kematian maternal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan.
Penyebab kematian tersebut adalah 24,8% karena perdarahan, infeksi dan
sepsis 14,9%, hipertensi dan preeklamsia/eklamsia 12,9%, persalinan macet
(distosia) 6,9%, abortus 12,9%, dan sebab langsung yang lain 7,9% (Luthfiana
et al., 2019).

Mekanisme persalinan dibagi menjadi 4 kala. Kala I dinamakan kala


pembukaan, serviks membuka sampai terjadi bukaan 10cm. Kala II disebut
kala pengeluaran, oleh karena kekuatan his dan kekuatan ibu mengejan janin
didorong keluar sampai lahir. Dalam kala III atau kala uri, plasenta terlepas
dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta dan
lamanya 1 jam.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana Konsep distosia ?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada pasien distosia ?

2
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Untuk Mengetahui konsep distosia
2. Agar Bisa Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien
distosia
1.4 MANFAAT PENULISAN
1. Manfaat teoritis

Hasil makalah ini dapat memberikan sumbangan untuk memperkaya


ilmu pengetahuan tentang konsep distosia serta asuhan keperawatannya.

2. Manfaat praktis
a. Bagi Pasien distosia

Sebagai pengetahuan baru bagi pasien tentang apa itu distosia


dan apa saja penyebab distosia tersebut dan bagaimana bahaya nya
bagi bayi nya yang akan lahir.

b. Bagi keluarga pasien

Sebagai informasi bagi keluarga tentang apa itu distosia dan


apa Tindakan yang bisa di berikan kepada pasien tersebut.

c. Bagi masyarakat

Sebagai sumber pengetahuan baru bagi masyarakat,terutama


yang di dalam keluarga ada yang pernah mengalami distosia atau
sedang mengalami distosia.

d. Bagi instalasi kesehatan


Sebagai informasi tambahan bagi instalasi kesehatan.
e. Bagi penulis

Untuk lebih memperkaya wawasan tentang apa itu distosia


serta dampak atau komplikasi nya bagi pasien dan bayi nya dan
bagaimana penerapannya dalam asuhan keperawatan.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP DISTOSIA


1. Pengertian

Dystocia berasal daribahasa Latin yaitu tokos yang berarti


kelahiran bayi.Dystocia yaitu keabnormalan atau kesulitan dalam
melahirkan.Menurut Sinelair,Constance (2009),distosia merupakan
persalinan yang tidak normal atau pelahiran yang sulit, disebab kan oleh
malposisi kepala janin (asinklitisme atau ekstensi),dorongan eksplus
yang tidak adekuat, ukuran atau presentasi janin ,panggul yang
mengalami kontraksi atau kelainan jalan lahir . Menurut
Achadiat,Chrisdiono(2004), distosia adalah persalinan abnormal/ sulit
yang ditandai dengan kelambatan atau tidak adanya kemajuan proses
persalinan dalam satuan waktu tertentu.

Distosia merujuk pada kemampuan persalinan yang tidak normal.


Persalinan berlangsung lebih lama,lebih nyeri,atau tidak normal karena
adanya masalah pada mekanisme persalinan, tenaga/kekuatan,jalan lahir,
janin yang akan dilahirkan,atau masalah psikis.Distosia merupakan
indikasi paling umum dilakukannya persalinan seksio caesaria,yang
diperkirakan terjadipada sekitar50% pelahiran dengan pembedahan
(Sokoletal.,1994).

Partuslama adalah faselaten lebih dari 8 jam.Persalinan telah


berlangsung 12 jam atau lebih,bayi belum lahir.Dilatasi serviks dikanan
garis waspada persalinan aktif (Syaifuddin,2002). Persalinan yang
berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan lebih dari 18 jam pada
multi (Manuaba,2010.American college of Obstetricians dan

4
Gynecologist (ACOG) memiliki definisi sendiri mengenai gangguan
kemajuan persalinan yang diadaptasi dari definisi awal pada tahun 1983.

Menurut (Paat et al., 2015) Distosia adalah persalinan abnormal


yang ditandai oleh kemacetan atau tidak adanya kemajuan dalam
persalinan atau persalinan yang menyimpang dari persalinan eustasia
yang menunjukkan kegagalan.

Ditosia karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan adanya


kelainan pada jaringan keras/tulang panggul, atau kelainan pada jaringan
lunak panggul seperti adanya tumor-tumor. Distosia karena kelainan alat
kandungan misalnya atresia vulva (tertutupnya vulva), adanya sekat dan
tumor vagina, sikatriks pada serviks karena infeksi atau operasi.

Panggul disebut sempit bila ukurannya 1-2 cm kurang dari ukuran


normal. Kesempitan panggul bisa pada inlet (pintu atas panggul), mid
pelvis (ruang tengah panggul) atau outlet (dasar panggul).

Dalam keadaan normal, letak janin ialah belakang kepala. Bila


janin dalam keadaan malposisi atau malpresentasi, maka dapat terjadi
distosia. Malposisi adalah posisi abnormal ubun-ubun kecil relatif
terhadap panggul ibu (misalnya posisi oksipito posterior), sedangkan
malpresentasi adalah semua letak janin selain letak belakang kepala.
Letak janin dapat menyebabkan perpanjangan masa persalinan (misalnya
posisi oksipito – posterior). Demikian juga besarnya janin. Janin (>4000
gr) tidak mudah dilahirkan pervaginam, meskipun ukuran panggul
normal.

Distosia pada kala II persalinan ditandai dengan:

1) Pada nulipara tanpa anestesi regional kala II lebih dari 2 jam


2) Pada nulipara dengan anestesi regional kala II lebih dari 3 jam
3) Pada multipara tanpa anestesi regional kala II lebih dari 1 jam
4) Pada multipara dengan anestesi regional kala II lebih dari 2 jam.

5
Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau
abnormal, yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan
5 faktor persalinan sebagai berikut:

1) Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif


atau akibat upaya mengedan ibu (kekuatan/power)
2) Perubahan struktur pelvis (jalan lahir)
3) Sebab pada janin meliputi kelainan presentasi/kelainan posisi, bayi
besar, dan jumlah bayi
4) Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan
5) Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan
dengan pengalaman, persiapan, budaya, serta sistem pendukung
2. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala dystocia umumnya baru akan terlihat saat


proses persalinan terjadi. Pada shoulder dystocia, dokter akan
mengidentifikasi kondisi ini saat melihat sebagian kepala bayi keluar dari
jalan lahir, namun bagian tubuh yang lain tidak dapat keluar dari
rahim.Dokter menyebut gejala dari shoulder dystocia sebagai the turtle
sign, yang berarti tanda kura-kura. Hal ini disebabkan oleh kepala bayi
yang sudah terlihat mulai keluar dari rahim kemudian terlihat akan
kembali masuk, layaknya seekor kura-kura yang mengeluarkan kepala
dari cangkangnya lalu memasukannya kembali.

1) Distosia bahu

Distosia bahu terjadi dikarenakan posisi/letak/presentasi janin


yang abnormal ataupun CPD karena jalan lahir yang sempit,sehingga
distosia bahu dapat dikategorikan menjadi distosia fetal dan distosia
pelvis. Distosia jenis ini dapat ditandai dengan:

a. Kesulitan dalam melahirkan wajah bayi

6
b. Kepala bayi seperti terjepit di vulva,atau atau mengalami
retraksi (turtlenecksign)
c. Leher bayi sulit sekali untuk dilahirkan.

Tanda klinis terjadinya distosia bahu meliputi:

a. Tubuh bayi tidak muncul setelah ibu meneran dengan baik dan
traksi yang cukup untuk melahirkan tubuh setelah kepala bayi
lahir.
b. Turtle sign adalah kepala bayi tertarik kembali ke perineum ibu
setelah keluar dari vagina. Pipi bayi menonjol keluar, seperti
kura-kura yang menarik kepala kembali ke cangkangnya.
Penarikan kepala bayi ini terjadi akibat bahu depan bayi
terperangkap di simfisis pubis ibu sehingga mencegah lahirnya
tubuh bayi (Akbar et al., 2017).
2) Distosia servikal

Penyebab distosia servikal adalah faktor power (uterus)


sehingga distosia ini ditandai dengan:

a. Uterus yang tidak berkontraksi dengan adekuat (sering tapi


lemah, atau kuat tapi tidak beraturan).
b. Penipisan dan pembukaan serviks tidak bertambah (partus
lama)
c. Kepala bayi tidak dapat turun dikaren akan serviks tidak
membuka.
3. Etiologi

Secara garis besar penyebab dari distosia dapat dibedakan


menjadi 3 yaitu (Fraseretal.1995):

1) Power (Uterus) Faktor power atau tenaga berkaitan dengan aktivitas


uterus yang abnormal,yaitu:

7
a. Hipotonik (inersia uteri),yaitu ketika tekanan uterus lemah
(25mmHg) sehingga tidak mampu menipiskan dan membuka
serviks
b. Hipertonik (tetania uteri),yaitu ketika uterus berkontraksi sangat
kuat dan sering namun tidak terkoordinasi dengan baik
2) Passenger (Fetal)

Faktor passenger /penumpang adalah faktor yang berhubungan


dengan kelainan posisi/letak janin dan juga presentasi janin (letak
sungsang ,letak lintang)dan janin yang besar(makrosomia).

3) Passage (Pelvis)

Faktor passage berkaitan dengan jalan lahir (pelvis),yang


meliputi kelainan bentuk rahim (panggul sempit),kelainan postur
tubuh(skoliosis, kifosis,rickets)

Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul,


kegagalan bahu untuk “melipat” ke dalam panggul (misal : pada
makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II yang
pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat
menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau
kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami
pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil melipat masuk ke dalam
panggul.

Penyebab distocia bisa multifaktorial dari kondisi abnormal


tersebut. Selain itu etiologi distocia dapat dibagi menjadi 2
kelompok menurut faktornya yaitu:

a. Etilogi ibu hamil

Penyebab etiologi dari faktor ibu diantaranya adalah


karena lemahnya kontraksi uterus dan kelainan jalan lahir.

8
Inersia uteri atau tidak adekuatnya kontraksi uterus bisa dibagi
menjadi primer maupun sekunder.

a) Inersia uteri primer biasanya karena overdistensi uterus


akibat kehamilan gemelli atau pada polihidramnion.
b) Inersia uteri sekunder disebabkan kelelaha nmiometrium
akibat obstruksi persalinan.

Kelainan jalan lahir dapat memyebabkan


distocia,kelainan jalan lahir ini diantaranya adalah disproporsi
kepala janin dengan rongga pelvis ibu, deformitas
pelvis,torsiouteri,dilatasi inkomplit serviks,atau adanya massa
pada seperti keganasan yang dapat menutupi jalan lahir.
Penyebab distosia serviks uteri adalah adanya kelainan pada
letak rahim diantaranya: perut gantung (Abdomen
Pendulum), Hyperanteflexio, Retroplexio uteri, Mioma Uterus,
Kanker rahim.

b. Etiologi janin

Penyebab distosia dari faktor janin biasanya karena


malposisi, malpresentasi,atau disproporsi kepala panggul(cephal
pelvic disproportion /CPD).Janin yang relatif lebih besar
daripada pelvis ibu (fetopelvic disproportion) akan
menyebabkan distosia, jadi malposisi dan malpresentasi janin
tidak akan menjadi masalah bila besar bayi tidak terlalu besar.

Malposisi yang paling sering ditemukan adalah posisi


oksipito posterior.Janin biasanya akan berputar menjadi
oksipitoanterior saat sebelum persalinan,namun sekitar2– 7%
janin pada kehamilan pertama akan tetap pada posisi
oksipitoposterior.

4. Tipe-tipe distosia

9
Secara garis besar terdapat 2 tipe distosia,yaitu(Powersetal.n.d.):
1) Distosia Bahu

Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat


dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan. Lahirnya kepala umumnya
diikuti dengan lahirnya bahu dalam waktu sekitar 24 detik, namun
jika lebih dari 60 detik tidak terjadi persalinan bahu maka disebut
sebagai distosia bahu (Manuaba, 2007).

Dalam mekanisme persalinan ada saatnya bayi akan


menyesuaikan dengan jalan lahir dengan cara fleksi kepala,
kemudian melakukan internal rotasi-ekstensi,dan ekspulsi kepala.
Pada posisi ini bahu janin masih berada di dalam pelvis,dan jika
bahu janin terjepit dan tidak bisa melewati pelvis, bayi dapat
bernafas namun dada bayi tidak bisa ekspansi dengan lega sehingga
dapat memicu hipoksia pada bayi yang dapat menyebabkan
kematian jika tidak segera dilakukan pertolongan dengan segera.

2) Distosia Servikal

Serviks gagal berdilatasi ketika persalinan. Hal ini bisa


disebabkan karena riwayat trauma pada serviks sebelumnya,seperti
biopsi atau katerisasi. Selain itu juga bisa disebabkan karena
kontraksi uterus yang tidak adekuat. Distosia servikalis. Leher rahim
gagal melebar selama persalinan, sehingga kontraksinya tidak cukup
kuat untuk mengeluarkan bayi. Distosia serviks digolongkan sebagai
darurat medis. Dokter akan mencoba merangsang kontraksi dengan
oksitosin.

Ada 4 jenis kelainan pada serviks uteri: 

a. Serviks kaku yakni suatu keadaan dimana seluruh serviks kaku. 

Keadaan ini sering dijumpai pada primigravida tua, atau


karena adanya parut-parut bekas luka atau bekas infeksi atau

10
pada karsinoma serviks. Kejang atau kaku serviks dibagi 2,
dikatakan primer: mungkin disebabkan oleh rasa takut atau pada
primigravida tua atau sebab psikis. Sekunder: oleh karena luka-
luka dan infeksi yang sembuh dan meninggalkan parut. 

b. Serviks Gantung (hanging cervix) 

Adalah suatu keadaan dimana ostium uteri ekstermem


dapat terbuka lebar, sedangkan ostium uteri internum tidak mau
membuka. Serviks akan menggantung seperti corong. 

c. Serviks Konglumer (conglumeratio cervix) 

Suatu keadaan dimana ostium uteri internum dapat


terbuka sampai lengkap sedangkan ostium uteri eksternum tidak
mau membuka. Keadaan ini sering kita jumpai pada wanita
dengan prolaps uteri yang menjadi hamil atau dengan serviks
dan portio yang panjang (elongatio seervicisat portionis). Dalam
hal ini serviks dapat menjadi tipis, namun ostium uteri
eksternum tidak membuka atau hanya membuka 5 cm. 

d. Edema serviks
Bila dijumpai edema yang hebat dari serviks disertai
hematoma dan nekrosis ini merupakan tanda adanya obstruksi.
Terutama karena kesempitan panggul, serviks terjepit antara
kepala dan jalan lahir sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah
dan cairan yang menimbulkan edema serviks. 
5. Patofisiologi Dan WOC

Patofisiologi distosia atau partus macet adalah terjadinya


perlambatan/arrest proses persalinan, baik pada kala 1 maupun kala 2.
Berdasarkan penyebabnya maka dapat diklasifikasikan menjadi
gangguan kontraksi, abnormalitas pada janin, atau adanya gangguan pada
jalan lahir.

11
1) Gangguan Kontraksi

Kontraksi yang dibutuhkan untuk dapat melakukan persalinan


secara normal adalah minimal 200 unit Montevideo. Ketika terdapat
gangguan kontraksi, maka proses persalinan akan terhambat. Kondisi
yang dapat menyebabkan gangguan kontraksi adalah penggunaan
anestesi atau analgesik karena dapat menurunkan kontraktilitas rahim
dan usaha ibu untuk mengejan, abrupsio plasenta, korioamnionitis,
dan kehamilan lebih dari 42 minggu. Adanya jaringan parut, fibroid,
atau hal lain yang mengganggu hubungan antara segmen uterus juga
dapat menyebabkan kontraksi yang tidak adekuat. Anim et
al. melaporkan di Cochrane tahun 2018, hasil meta analisis penelitian
manajemen nyeri persalinan dengan epidural versus nonepidural atau
tanpa analgesia. Berdasarkan hasil ulasan ditemukan pada penelitian
yang membandingkan penggunaan antinyeri epidural versus
nonepidural, maka persalinan lebih lama dan lebih cenderung
membutuhkan tambahan terapi oxytocin pada kelompok epidural
dibandingkan kelompok opioid. Sedangkan pada penelitian yang
membandingkan persalinan dengan epidural versus  persalinan tanpa
analgesia, maka tidak didapatkan perbedaan yang jelas pada lama
persalinan, tambahan terapi oxytocin, maupun angka kejadian sectio
caesarea karena gawat janin atau distosia.

2) Abnormalitas pada Janin

Abnormalitas pada janin yang dapat menyebabkan perlambatan


persalinan seperti makrosomia, malposisi, dan malpresentasi. Kondisi
makrosomia dapat meningkatkan faktor risiko distosia bahu, yaitu
ketika ada ketidaksesuaian antara diameter panggul ibu dengan jarak
antar bahu janin.Hasil penelitian pada persalinan ibu nulipara dengan
posisi kepala janin yang masih tinggi (floating) memiliki risiko
kegagalan kemajuan persalinan yang signifikan sehingga memerlukan

12
prosedur sectio caesarean. Yang paling banyak ditemukan adalah
perpanjangan persalinan kala 2 dan bayi yang dilahirkan memiliki
bobot lebih besar dengan skor Apgar rendah.

3) Gangguan Jalan Lahir

Janin yang akan dilahirkan akan melewati bagian bawah rahim,


rongga panggul, dan vagina. Ketika ada obstruksi pada jalan lahir
yang akan dilewati janin, maka perlambatan persalinan dapat terjadi.
Beberapa kondisi yang dapat menghalangi jalan lahir adalah adanya
cincin Bandl (jaringan otot antara segmen uterus bagian atas dan
bawah), abnormalitas pada rahim, atau rongga pelvis non ginekoid
(bentuk android, platipeloid, atau anthropoid). Disproporsi kepala
janin dengan rongga pelvis juga akan menyebabkan distosia.
Malonga et al. 2018, melaporkan hasil penelitian tiga ukuran
antropometri ibu untuk memprediksi terjadinya distosia mekanik. Dari
535 wanita nulipara, faktor prediktif untuk distosia mekanik adalah
tinggi ibu < 150 cm, diameter bi-ischiatic <8 cm, dan diameter pra-
pubis Trillat <11 cm.

Patofisiologis distosia bahu:

Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang


menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang
bahu pada umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) di bawah
ramus pubis. Dorongan pada saat ibu meneran akan meyebabkan bahu
depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk
mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap
berada pada posisi anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi
benturan bahu depan terhadap simfisis sehingga bahu tidak bisa lahir
mengikuti kepala.

13
WOC DISTOSIA

Ketuban pecah
Trauma
Risiko
Risiko cidera ketidakseimbangan
Nyeri akut Risiko cidera pada
pada ibu cairan janin
Risiko
perdarahan

14
6. Manifestasi klinis
1) Pada ibu hamil
a. Gelisah dan letih
b. Suhu tubuh meningkat dari biasanya
c. Nadi dan pernapasan menjadi cepat
d. Edema pada vulva dan servik
e. Ketuban berbau
f. Pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan
g. Nyeri hebat
h. Janin sulit dikeluarkan
i. Terjadinya distensi berlebihan pada uterus
j. Dada teraba seperti punggung, belakang kepala terletak
berlawanan dengan letak dada,teraba bagian bagian kecil dan
denyut jantung janin terdengar lebih jelas pada dada.
2) Pada bayi
a. Denyut jantung cepat dan tidak teratur
7. Factor risiko

Risiko distosia semakin besarpada wanita penderita diabetes


dikaren akan kemungkinan mengandung bayi yang besar
(makrosomia).Ibu hamil dengan obesitas juga berisiko mengalami
distosia seiring dengan berbagai kondisi medis yang menyertai. Aktivitas
uterus yang tidak terkoordinasi dapat terjadi akibat dari induksi
persalinan yang tidak tepat atau pemberian oksitosin yang
berlebihan.Tinggi badan.

Faktor risiko utama dari distosia bahu meliputi faktor antepartum


dan intrapartum. Faktor antepartum meliputi usia ibu, riwayat distosia
bahu sebelumnya, diabetes atau obesitas pada ibu sebelum hamil,
makrosomia, diabetes gestasional dan peningkatan berat badan berlebih
selama hamil.Usia ibu lebih dari 35 tahun, IMT lebih dari 30 kg/m2 , dan
peningkatan BB lebih dari 20 kg selama hamil merupakan faktor

1
15
antepartum yang rutin ditemukan.Faktor intrapartum meliputi disproporsi
sefalopelvik relatif, persalinan macet dan persalinan dengan bantuan alat.

8. Komplikasi
1) Fetal

Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi antra lain brachial


plexus injury sebanyak 2,3–16 % pada distosia bahu ,kecacatan dan
kematian bayi akibat hipoksia dan asidosis,fraktur humerus atau
fraktur klavikula, dan pneumothoraks

2) Maternal

Pada ibu yang mengalami persalinan dengan distosia


kemungkinan dapat terjadi Haemorhagic Post Partum (HPP) pada
11% kasus,robekan perineum derajat 3 dan 4 pada3,8%
kasus,laserasivagina,robekan serviks,ruptur blader,ruptur
uteri,symphyseal separation,sacroiliac joint dislocation,lateral
femoral nerveneuropathy. Trauma jalan lahir ,Perdarahan pasca salin
,Infeksi.(Luthfiana et al., 2019).

9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan distosia dibedakan berdasarkan tipenya,(F.Gary


Cunning hametal.2010):

1) Distosia bahu.(Akbar et al., 2017).


a. Cari pertolongan,terutama jika tersedia bantuan dari dokter
Sp.OG senior atau bidan senior atau ahli anestesi
b. Minta ibu untuk berhenti mendorong bayi karena dapat
menyebabkan impaksi yang lebih buruk dan meningkatkan
risiko BPI
c. Lakukan maneuver McRobert
d. Jika gagal,lakukan episiotomi,dan second line maneuver :Rubins
maneuver,Wood’sscrew maneuver,extra maneuver

16 2
2) Distosia servikal

Penatalaksanaan untuk distosia servikal tergantung dari


penyebabnya .Pada kasus insersia uteri,dimana uterus tidak mampu
berkontraksi dengan adekuat,maka perlu pemberian oksitosin untuk
memperkuat kontraksi.Namun jika tidak adekuatnya kontraksi uterus
disebabkan oleh CPD maka operasi SC merupakan jalan satu-
satunya. Sedangkan pada kasus tetania uteri,dimana uterus
berkontraksi sangat kuat,namun tidak terkoordinasi dengan
baik,maka perlu dilakukan evaluasi ulang terkait kondisi
kesejahteraan janin.

Apabila kala I fase aktif belum melebihi 6 jam dan tidak ada
tanda-tanda distress janin maka persalinan pervaginam masih tetap
bisa diusahakan dengan mempertimbangkan pemberian agenanal
getik atau anestesi untuk mengurangi nyeri akibat kontraksi,dan juga
pertimbangan penggunaan vacuum ekstraksi atau forceps untuk
mempercepat proses kala II. Namun, apabila terdapat tanda-tanda
distress janin akibat kompresi uterus berlebihan yang memicu
hipoksia maka operasi SC merupakan satu-satunya jalan yang harus
ditempuh.

10. Tatalaksana
1) Tatalaksana umum
a. Episiotomi,Episiotomi dilakukan dengan tujuan memperluas
jalan lahir sehingga bahu diharapkan dapat lahir
b. Tekanan ringan pada suprapubic Dilakukan tekanan ringan pada
daerah suprapubik dan secara bersamaan dilakukan traksi curam
bawah pada kepala janin
c. Manuver Mc Robert (1983)
a) Minta bantuan tenaga kesehatan lain, untuk menolong
persalinan dan resusitasi neonatus bila diperlukan.

3
17
Bersiaplah juga untuk kemungkinan perdarahan pascasalin
atau robekan perineum setelah tatalaksana.
b) Lakukan manuver Mc Robert. Dalam posisi ibu berbaring
telentang, mintalah ia untuk menekuk kedua tungkainya dan
mendekatkan lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya.
Mintalah bantuan 2 orang asisten untuk menekan fleksi
kedua lutut ibu ke arah dada.

c) Mintalah salah seorang asisten untuk melakukan tekanan


secara simultan ke arah lateral bawah pada daerah
suprasimfisis untuk membantu persalinan bahu.
d) Dengan memakai sarung tangan yang telah didisinfeksi
tingkat tinggi, lakukan tarikan yang mantap dan terus
menerus ke arah aksial (searah tulang punggung janin) pada
kepala janin untuk menggerakkan bahu depan di bawah
simfisis pubis.
2) Tatalaksana khusus
1) Manuver Corkscrew Woods (1943)
a. Buatlah episiotomi untuk memberi ruangan yang cukup
untuk memudahkan manuver internal

18
4
b. Pakailah sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat
tinggi, masukkan tangan ke dalam vagina pada sisi
punggung bayi
c. Lakukan penekanan di sisi posterior pada bahu posterior
untuk mengadduksikan bahu dan mengecilkan diameter
bahu
d. Rotasikan bahu ke diameter oblik untuk membebaskan
distosia bahu.
e. Jika diperlukan, lakukan juga penekanan pada sisi posterior
bahu anterior dan rotasikan bahu ke diameter oblik
Maneuver Wood
f. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan setelah dilakukan
tindakan di atas, lakukan teknik pelahiran bahu belakang.

2) Teknik Pelahiran Bahu Belakang :


a. Masukkan tangan ke dalam vagina.
b. Raih humerus dari lengan posterior, kemudian sembari
menjaga lengan tetap fleksi pada siku, pindahka lengan ke
arah dada. Raih pergelangan tangan bayi dan tarik lurus ke
arah vagina. Manuver ini akan memberikan ruangan untuk
bahu anterior agar dapat melewati bawah simfisis pubis .

5
c. Jika semua tindakan di atas tetap tidak dapat melahirkan
bahu, terdapat manuver-manuver lain yang dapat dilakukan
seperti berikut.

19

3) Manuver Rubin (1964)


a. Pertama dengan menggoyang-goyang kedua bahu janin dari
satu sisi ke sisi lain dengan memberikan tekanan pada
abdomen.
b. Bila tidak berhasil, tangan yang berada di panggul meraih
bahu yang paling mudah di akses, kemudian mendorongnya
ke permukaan anterior bahu. Hal ini biasanya akan
menyebabkan abduksi kedua bahu kemudian akan
menghasilkan diameter antar-bahu dan pergeseran bahu
depan dari belakang simfisis pubis

6
4) Manuver Hibbard (1982)

Menekan dagu dan leher janin ke arah rectum ibu dan


seorang asisten menekan kuat fundus saat bahu depan
dibebaskan Penekanan fundus yang dilakukan pada saat yang
salah akan mengakibatkan
20 bahu depan semakin terjepit (Gross
dkk., 1987).

5) Posisi Merangkak (Manuver Gaskin’s /All-Fours)


a. Minta ibu untuk berganti posisi merangkak
b. Coba ganti kelahiran bayi tersebut dalam posisi ini dengan
cara melakukan tarikan perlahan pada bahu anterior ke arah
atas dengan hati-hati.
c. Segera setelah lahir bahu anterior, lahirkan bahu posterior
dengan tarikan perlahan ke arah bagian bawah dengan hati-
hati.

6) Manuver Zavanelli (Sandberg, 1985)


a. Mengembalikan kepala ke posisi oksiput anterior atau
posterior bila kepala janin telah berputar dari posisi tersebut
b. Memfleksikan kepala dan secara perlahan mendorongnya
masuk kembali ke vagina yang diikuti dengan pelahiran
secara sesar.
c. Memberikan terbutaline 250 mg subkutan untuk
menghasilkan relaksasi uterus.

7
7) Fraktur Klavikula
21
Mematahkan klavikula dengan cara menekan klavikula
anterior terhadap ramus pubis dapat dilakukan untuk
membebaskan bahu yang terjepit.

8) Kleidotomi

Kleidotomi yaitu memotong klavikula dengan gunting


atau benda tajam lain, biasanya dilakukan pada janin mati
(Schram, 1983)

9) Simfisiotomi

Simfisotomi yaitu mematahkan simfisis pubis untuk


mempermudah persalinan juga dapat diterapkan dengan sukses
(Hartfield, 1986). Namun Goodwin dkk. melaporkan bahwa tiga
kasus yang mengerjakan simfisiotomi, ketiga bayi mati dan
terdapat morbiditas ibu signifikan akibat cedera traktus
urinarius.

2.2 ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS DISTOSIA


1. Pengkajian
1) Identitas pasien
Meliputi: nama, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku/bangsa.
2) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan dahulu

8
Klien pernah mengalami distosia sebelumnya, biasanya
ada penyulit persalinan sebelumnya seperti hipertensi,anemia,
panggul sempit,biasanya ada riwayat DM,biasanya ada riwayat
kembar.

b. Riwayat Kesehatan sekarang

Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan


seperti: kelainan letak janin (lintang,sunsang)apa yang menjadi
presentasi.
22
c. Riwayat Kesehatan keluarga

Apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit


kelainan darah,DM,eklamsi dan preeklamsi.

3) Pengkajian pola fungsional


4) Aktivitas/istirahat
Melaporkan keletihan,kurang energi,letargi,penurunan penampilan.
5) Sirkulasi

Tekanan darah dapat meningkat,mungkin menerima


magnesium sulfat untuk hipertensi karena kehamilan.

6) Eliminasi
Distensi usus atau kandung kemih yang mungkin menyertai.
7) Integritas ego
Mungkin sangat cemas dan ketakutan.
8) Nyeri atau ketidak nyamanan

Mungkin menerima narkotika atau anastesi pada awal proses


kehamilan,kontraksi jarang,dengan intensitas ringan sampai
sedang,dapat terjadi sebelum awitan persalinan atau sesudah
persalinan terjadi,fase laten dapat memanjang.

9) Keamanan

9
Serviks mungkin kaku atau tidak siap,pemeriksaan vagina
dapat menunjukkan janin dalam malposisi,penurunan janin mungkin
kurang dari 1 cm/jam pada nulipara atau kurang dari 2 cm/jam pada
mutipara bahkan tidak ada kemajuan.,dapat mengalami versi
eksternal setelah getasi 34 minggu dalam upaya untuk mengubah
presentasi bokong menjadi presentasi kepala.

10) Seksualitas 23

Dapat primigravida atau grand multipara,uterus mungkin


distensi berlebihan karena hidramnion,gestasi multipel.janin besar
atau grand multiparis.

11) Pemeriksaan fisik


a. Kepala
Rambut tidak rontok,kulit kepala bersih tidak ada ketombe.
b. Mata (biasanya konjungtiva anemis)
c. Thoraks

Inpeksi pernafasan: frekuensi,kedalam,jenis


pernafasan,biasanya ada bagian paru yang tertinggal saat
pernafasan.

d. Abdomen

Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his kurang


semenjak awal persalinan atau menurun saat persalinan,
biasanya posisi, letak, presentasi dan sikap anak normal atau
tidak, raba fundus keras atau lembek, biasanya anak kembar/
tidak, lakukan perabaab pada simpisis biasanya blas penuh/
tidak untuk mengetahui adanya distensi usus dan kandung
kemih.

e. Vulva dan vagina

10
Lakukan VT : biasanya ketuban sudah pecah atau belum,
edem pada vulva/ servik, biasanya teraba promantorium, ada/
tidaknya kemajuan persalinan, biasanya teraba jaringan plasenta
untuk mengidentifikasi adanya plasenta previa.

f. Panggul

Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada


24
kelainan bentuk panggul dan kelainan tulang belakang.

2. Diagnosis keperawatan

1) Nyeri akut b/d agen pencedera fisik.


2) Risiko ketidakseimbangan cairan d.d trauma/perdarahan.
3) Risiko perdarahan d.d trauma
4) Risiko cedera pada ibu d.d ketuban pecah dini
5) Risiko cedera pada janin d.d besarnya ukuran janin
3. Intervensi keperawatan

Perencanaan
Diagnosa
No
Keperawatan Tujuan Intervensi
( SLKI) ( SIKI )
1 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Manajement nyeri
pencedera fisik intervensin OBSERVASI
keperawatan selama  Mengidentifikasi
1x 24 jam maka lokasi,durasi,intensitas
tingkat nyeri nyeri
menurun dengan  Mengidentifikasi skala
kriteria hasil. nyeri
(L.08066)  Mengidentifikasi
  pengaruh nyeri pada
 Keluhan nyeri kualitas hidup
menurun  Memonitor efek
 Meringis samping penggunaan
menurun analgetik
 Gelisah TARAPEUTIK
menurun  Memberikan teknik
 Kesulitan tidur nonfarmakologis untuk
menurun mengurangi rasa nyeri
 Perineum terasa  Memfasilitasi istirahat
tertekan dan tidur

11
menurun EDUKASI
 Uterus teraba  Menjelaskan
membulat penyebab,dan pemicu
menurun nyeri
 Frukensi nadi  Menjelaskan strategi
membaik meredakan nyeri
 Menganjurkan
memonitor nyeri secara
mandiri
2 Risiko KOLABORASI
ketidakseimbangan  Mengolaborasikan
cairan d.d pemberian
trauma/perdarahan. analgetik,jika perlu

Setelah dilakukan
Manajement cairan
intervensi
OBSERVASI
keperawatan selama
1x 24 jam maka  Memonitor status
keseimbangan cairan hidrasi
meningkat dengan  Memonitor berat badan
kriteria hasil. harian
(L.03020)  Memonitor hasil
  pemeriksaan
 Asupan cairan laboraterium
meningkat TARAPEUTIK
 Haluaran urin  Mencatat intake-output
meningkat dan menghitung balans
 Kelembapan cairan 24 jam
membrane  Memberikan asupan
mukosa cairan,sesuai kebutuhan
meningkat  Memberikan cairan
 Dehidrasi intravena,jika perlu
menurun KOLABORASI
 Tekanan darah  Mengolaborasikan
3 membaik pemberian diuretic,jika
Risiko perdarahan
 Mata cekung perlu
d.d trauma
membaik
 Berat badan
membaik

Setelah dilakukan
intervensi Pencegahan perdarahan
keperawatan selama OBSERVASI

12
1x 24 jam maka  Memonitor tanda dan
tingkat perdarahan gejala perdarahan
menurun dengan  Memonitor tanda-tanda
kriteria hasil. vital ortostatik
(L.02017) TARAPEUTIK
   Membatasi Tindakan
 Kelembapan invasive,jika perlu
membrane EDUKASI
mukosa  Menjelaskan tanda dan
meningkat gejala perdarahan
26
 Kelembapan  Menganjurkan
kulit meningkat meningkatkan asupan
 Hemoptisis cairan untuk
menurun menghindari konstipasi
 Hematuria  Menganjurkan segera
4 menurun melapor jika terjadi
Risiko cedera pada  Distensi
perdarahan
ibu d.d ketuban abdomen KOLABORASI
pecah dini. menurun  Mengolaborasikan
 Perdarahan pemberian obat
pervagina pengontrol
menurun perdarahan,jika
 Hemoglobin perlu
membaik  Mengolaborasikan
 Hematokrit pemberian produk
membaik darah,jika perlu

Setelah dilakukan Perawatan persalinan


intervensi risiko tinggi
keperawatan selama OBSERVASI
1x 24 jam maka  Mengidentifikasi
tingkat cedera kondisi umum pasien
menurun dengan  Memonitor tanda-tanda
kriteria hasil. vital
(L.14136)  memonitor tanda-tanda
  persalinan
27
 Nafsu makan  Memonitor denyut
meningkat jantung janin
 Kejadian cedera  Mengidentifikasi
menurun pendarahan
 Luka/lecet pascapersalinan
menurun TARAPEUTIK
 Ketegangan  Menyiapkan peralatan

13
otot menurun yang sesuai,termasuk
 Perdarahan monitor
menurun janin,penghangat bayi
Risiko cedera pada  Gangguan ekstra
5 janin d.d besarnya mobilitas  Memasilitasi tindakan
ukuran janin menurun forceps atau ekstraksi
 Tekanan darah vakum,jika perlu
membaik  Melakukan resusitasi
 Pola neonatal,jika perlu
istirahat/tidur EDUKASI
membaik  Menjelaskan prosedur
tindakan yang akan
dilakukan
KOLABORASI
 Berkoordinasi dengan
tim untuk stand bay
 Mengolaborasikan
pemberian anestesi
maternal,sesuai
kebutuhan
Setelah dilakukan
intervensi
keperawatan selama Pemantauan denyut
1x 24 jam maka jantung janin
tingkat cedera OBSERVASI
menurun dengan  Mengidentifikasi status
kriteria hasil. obstetric
(L.14136)
 Mengidentifikasi
 
riwayat obstetric
 Nafsu makan
 Mengidentifikasi
meningkat
pemeriksaan kehamilan
 Kejadian
sebelumnnya
cedera
 Memeriksa denyut
menurun
janin selama 1 menit
 Luka/lecet
 Memonitor denyut
menurun
jantung janin
 Perdarahan
 Memonitor tanda vital
menurun
ibu
 Ekspresi wajah
TARAPEUTIK
kesakitan
 Mengatur posisi pasien
menurun
 Melakukan maneuver
 Tekanan darah
leopoid untuk
membaik
menentukan posisi
 Pola
janin
istirahat/tidur EDUKASI

14
membaik  Menjelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan

4. Implementasi dan evaluasi


1) Implementasi
28
Implementasi keperawatan adalah tahapan Ketika perawat
mengaplikasikan asuhan keperawatannya kedalam bentuk intervensi
keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah di
tetapkan.

2) Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus


dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif
dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan,merevisi rencana
atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung,2011)

5. Analisis jurnal PICO


1) Jurnal pertama

ANALISIS JURNAL DENGAN PICO

Judul artikel PERSALINAN DISTOSIA PADA REMAJA DI BAGIAN


OBSTETRIGINEKOLOGI BLU RSUP PROF. DR. R. D.
KANDOU MANADO
Peneliti Judita Paat, Eddy Suparman ,Hermie Tendean

Identitas Jurnal Nama Jurnal : Jurnal e-Clinic (eCl)


No 2
Vol 3
Tahun 2015
Diakses dari :
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/viewFile/

15
8145/7705
(P) Masalah dalam penelitian ini adalah:
Problem/population Masalah dalam penelitian ini adalah:resiko kehamilan pada
remaja tidak dapat dipungkiri akan menimbulkan beban fisik
tersendiri pada individu yang mengalaminya. Pada remaja
yang akan melahirkan sering kali akan mengalami distosia
terutama distosia bahu karena keadaan panggul yang kadang
sempit atau karena belum punya pengalaman.

Populasi: semua pasien remaja yang dirawat di Bagian


Obstetri Ginekologi BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado periode 1 Januari 2012 - 31 Desember 2013. Kriteria
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien
remaja yang didiagnosis dengan atau tanpa penyakit penyerta.
Tempat penelitian: di lakukan di Bagian Obstetri Ginekologi
BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari
2012 - 31 Desember 2013.
( I ) Intervention Jenis penelitian ini deskriptif retrospektif.
Tindakan yang di berikan adalah Vakum dan forcep dimana
kadang kala digunakan pada persalinan normal untuk
memudahkan melahirkan. Vakum dan forcep diperlukan
ketika janin terganggu atau posisinya tidak normal, ketika
wanita tersebut mengalami kesulitan untuk mengejan, atau
ketika terjadi distosia. Namun, jika forcep dicoba dan tidak
berhasil, operasi sesar dilakukan.
Ekstraksi vakum maupun forceps merupakan suatu alat yang
dipakai untuk memegang kepala janin yang masih berada
dalam jalan lahir. Forcep yang memegang kepala janin dari
samping secara teoritis member tenaga pada basis crania
janin, sedangkan ekstraksi vakum memegang bagian terdepan
dari kepala janin, sehingga dapat dikatakan janin ditarik

16
keluar pada rambutnya.
Forcep ditempatkan di sekeliling kepala bayi. Vacuum
extractor menggunakan penghisap untuk ditempelkan ke
kepala bayi. Dengan alat manapun, bayi ditarik keluar dengan
lembut sebagaimana wanita tersebut mengejan.
Seksio sesarea30adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan
perut atau vagina; atau seksio sesarea adalah suatu
histerotomia untuk melahirkan untuk melahirkan janin dari
dalam rahim. Operasi seksio bisa dilakukan apabila
mengalami kegagalan dalam melakukan persalinan percobaan
maupun ektraksi vakum atau forceps.
(C) Comparison Dalam jurnal “Penatalaksanaan Ekstraksi Vakum pada
Multigravida dengan Riwayat Seksio Sesarea Atas Indikasi
Letak Lintang(2019)” menyatakan bahwa Ekstraksi vakum
merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan untuk
mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga
mengejan ibu dan ekstraksi pada bayi. Karena itu, kerjasama
dan kemampuan ibu untuk mengekspresikan bayinya
merupakan faktor yang sangat penting dalam menghasilkan
akumulasi tenaga dorongan dengan tarikan ke arah yang sama.
(O) Outcome Hasil penelitian memperlihatkan bahwa persalinan distosia
pada remaja umumnya terjadi pada usia >16 tahun dengan
penyebab yang tersering ialah faktor letak, bentuk janin, dan
faktor jalan lahir. Tindakan utama yang paling banyak
dilakukan yaitu vakum dan forcep dan apabila tidak berhasil
maka akan di lakukan operasi seksio.

2) Jurnal kedua

ANALISIS JURNAL DENGAN PICO

17
Judul artikel Pengaruh Penggunaan Media Video Pada Pemelajaran Praktikum
Terhadap Pengetahuan Dan Keterampilan Mahasiswa dalam
Penanganan Distosia Bahu Di Universitas Ubudiyah Indonesia.
Identitas Jurnal Nama Jurnal : Journal of Healthcare Technology and Medicine
No 1
Vol 2
Tahun 2016
Diakses dari :
https://jurnal.uui.ac.id/index.php/JHTM/article/view/348
(P) Masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
Problem/population ada pengaruh penggunaan media video dalam praktikum
mengenai pengetahuan dan keterampilan mahasiswa tentang
dsitosia bahu.
Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa semester IV Prodi
kebidanan Universitas Ubudiyah Indonesia yang berjumlah 70
orang yang terdiri dari 2 kelas yaitu A sebanyak 35 orang dan B
sebanyak 35 orang.
( I ) Intervention Penelitian ini merupakan penelitian analtik dengan desain quasi
eksperiment terhadap dua kelompok mahasiswa. Intervensi yang
di berikan adalah penggunaan media video dalam pembelajaran,
Kelompok yang diberi perlakuan dan kelompok yang tidak diberi
perlakuan mengenai peningkatan pengetahuan dan keterampilan
tentang penanganan distosia bahu yang diberikan pembelajaran
praktikum dilaboratorium menggunkaan metode demonstrasi
disertai video.
Analisis data menggunakan uji t tidak berpasangan dan mann
whitney untuk melihat perbandingan kedua kelompok terhadap
peningkatan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa,
dilanjutkan analisis multivariat memakai uji manova untuk
32
menguji kesamaan vektor dari rata-rata variabel pengetahuan

18
dnan keterampilan pada kelompok perlakuan dan kontrol.
(C) Comparison 1.Pengaruh Penggunaan Media Video Pada Pemelajaran
Praktikum Terhadap Pengetahuan Dan Keterampilan
Mahasiswa dalam Penanganan Distosia Bahu Di Universitas
Ubudiyah Indonesia.
Pada jurnal ini didapatkan hasil bahwa ada peningkatan
pengetahuan pada kelompok perlakuan dari 76,7 menjadi 86,7,
sedangkan pada kelompok kontrol 66,7 menjadi 80 yang berbeda
signifikan (p<0,001). penggunaan media video serta metode
demonstrasi berpengaruh secara bersamaan terhadap
pengetahuan dan keterampila pada kelompok perlakuan
(p<0,001). dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan dan keterampilan mahasiswa tentang dsitosia bahu
lebih tinggi pada kelompok yang menggunakan media video
dibandingkan kelompok yang tidak diberikan media video.

Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Sadiman bahwa
video sangat efektif untuk membantu proses pembelajaran dan
menambah suatu dimensi baru pada pembelajaran dengan
karakteristik teknologi video yang dapat menyajikan gambar
bergerak, sehingga mahasiswa merasa seperti melihat dan
melakukan praktik klinik dengan program yang ditayangkan
video.
(O) Outcome Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa penggunaan metode
demonstrasi disertai video terdapat hasil yang signifikan bahwa
terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan tentang
penanganan distosia bahu pada kelompok yang diberi perlakuan
yang melakukan pembelajaran praktikum di laboratorium
dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan perlakuan
tersbut.

19
33
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Distosia merujuk pada kemampuan persalinan yang tidak normal.
Persalinan berlangsung lebih lama, lebih nyeri, atau tidak normal karena
adanya masalah pada mekanisme persalinan, tenaga/ kekuatan, jalan lahir,
janin yang akan dilahirkan, atau masalah psikis. Distosia merupakan
indikasi paling umum dilakukannya persalinan seksio caesaria, yang
diperkirakan terjadi pada sekitar 50% pelahiran dengan pembedahan apabila
tidak berhasil dengan menggunakan vakum dan forceps.
Distosia akan memberikan dampak baik pada ibu dan bagi
janinnya karena kelainan mekanisme persalinan yang terjadi.
3.2 SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena keterbatasan referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini.Penyusun banyak berharap para pembaca yang budiman
dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penyusun demi
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi penyusun pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umunya. kita sebagai
perawat harus lebih banyak lagi pengetahun tentang -masalah yang sering
terjadi terutama masalah persalinan seperti distosia,agar nantinnya Ketika
mendapati pasien tersebut kita tidak kebingungan dalam memberikan
pelayanan keperawatan yang tepat.

34
20
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, H., Prabowo, A. Y., & Rodiani. (2017). Kehamilan Aterm Dengan Distosia Bahu.
Medula, Medicalprofession Journal of Lampung University, 7(4), 1–7.

Luthfiana, N., Dewi, R., Sari, P., & P, A. Y. (2019). Penatalaksanaan Ekstraksi Vakum
pada Multigravida dengan Riwayat Seksio Sesarea Atas Indikasi Letak Lintang.
Medula, 8(2), 89–93.

Nurhasanah. (2021). PERBEDAAN EFEKTIFITAS METODE VIDEO TUTORIAL


DENGAN DEMONSTRASI PRAKTEK PERTOLONGAN PERSALINAN
DISTOSIA BAHU. JURNAL ILMIAH UMUM DAN KESEHATAN AISYIYAH, 6(1),
9–14.

Paat, J., Suparman, E., & Tendean, H. (2015). Persalinan Distosia Pada Remaja Di
Bagian Obstetri-Ginekologi Blu Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. E-CliniC,
3(2), 612–616. https://doi.org/10.35790/ecl.3.2.2015.8145

Didien ika setyarini suprapti(2016). Modul bahan ajar cetak pratikum


asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal neonatal.kementrian
kesehaatn republic Indonesia.jakarta selatan.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/
Praktikum-Gadar-Maternal-Neonatal-Komprehensif.pdf
Sarma N,lumbanraja( 2017).ebook-kegawatdaruratan obstetric.USU
press.http://ebook.poltekkestasikmalaya.ac.id/2020/11/21/kegawatdaruratan-
obstetri/

35
21

Anda mungkin juga menyukai