OLEH : KELOMPOK 3
DOSEN PEMBIMBING:
Ns.Elvia Metti,M.Kep.,Sp.Kep.Mat
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Distosia” untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Keperawatan Maternitas II.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibuk
Ns.Elvia Metti,M.Kep.,Sp.Kep.Mat,Sebagai Dosen Pembina mata kuliah
Keperawatan Maternitas II dan semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
KELOMPOK 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN............................................................................1
ii
BAB III: PENUTUP.....................................................................................34
3.1 Kesimpulan..................................................................................34
3.2 Saran............................................................................................34
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Angka Kesehatan Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah
salah satu indikator derajat kesehatan negara, AKI dan AKB menunjukkan
kemampuan dan kualitas pelayanan kesehatan. Tingginya AKI dan AKB serta
lambatnya penurunan angka ini menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan ibu
dan anak sangat mendesak untuk ditingkatkan baik dari segi jangkauan
maupun kualitas. (Nurhasanah, 2021).
Menurut WHO tahun 2014 AKI di dunia mencapai angka 289.000 jiwa
yang terbagi atas beberapa negara, seperti Amerika Serikat mencapai 9300
jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa dan Asia Tenggara 16.000 jiwa dan
diperkirakan 800 perempuan meninggal setiap harinya akibat komplikasi
kehamilan dan proses kelahiran. Sekitar 99% dari seluruh kematian ibu terjadi
di negara berkembang. Sekitar 80% kematian maternal merupakan akibat
meningkatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan dan setelah persalinan
(WHO, 2014).
1
menghambat kelancaran persalinan.Yang dapat dibedakan menjadi Distosia
kelainan janin Yaitu Bayi Besar, Hidrocephalus,Anecephalus,Kembar
Siam,gawat janin,IUFD,tali pusat menumbung.
Distosia karena kelainan his dapat terjadi karena sifat his yang
berubah-ubah,tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antar kontraksi dan bagian
– bagiannya sehingga kontraksi tidak efisien dalam mengadakan
pembukaan.Kelainan his juga dapat terjadi karena his yang tidak adekuat
untuk melakukan pembukaan 2 serviks atau mendorong anak keluar. His yang
tidak adekuat ini disebut dengan inersiauteri.
jika tidak terjadi pola aktivitas uterus yang normal, progresi persalinan
akan abnormal (biasanya memanjang). Hingga tahun 1940-an, distosia
dianggap disebab kan oleh inersia uteri.
2
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Untuk Mengetahui konsep distosia
2. Agar Bisa Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien
distosia
1.4 MANFAAT PENULISAN
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
a. Bagi Pasien distosia
c. Bagi masyarakat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Gynecologist (ACOG) memiliki definisi sendiri mengenai gangguan
kemajuan persalinan yang diadaptasi dari definisi awal pada tahun 1983.
5
Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau
abnormal, yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan
5 faktor persalinan sebagai berikut:
1) Distosia bahu
6
b. Kepala bayi seperti terjepit di vulva,atau atau mengalami
retraksi (turtlenecksign)
c. Leher bayi sulit sekali untuk dilahirkan.
a. Tubuh bayi tidak muncul setelah ibu meneran dengan baik dan
traksi yang cukup untuk melahirkan tubuh setelah kepala bayi
lahir.
b. Turtle sign adalah kepala bayi tertarik kembali ke perineum ibu
setelah keluar dari vagina. Pipi bayi menonjol keluar, seperti
kura-kura yang menarik kepala kembali ke cangkangnya.
Penarikan kepala bayi ini terjadi akibat bahu depan bayi
terperangkap di simfisis pubis ibu sehingga mencegah lahirnya
tubuh bayi (Akbar et al., 2017).
2) Distosia servikal
7
a. Hipotonik (inersia uteri),yaitu ketika tekanan uterus lemah
(25mmHg) sehingga tidak mampu menipiskan dan membuka
serviks
b. Hipertonik (tetania uteri),yaitu ketika uterus berkontraksi sangat
kuat dan sering namun tidak terkoordinasi dengan baik
2) Passenger (Fetal)
3) Passage (Pelvis)
8
Inersia uteri atau tidak adekuatnya kontraksi uterus bisa dibagi
menjadi primer maupun sekunder.
b. Etiologi janin
4. Tipe-tipe distosia
9
Secara garis besar terdapat 2 tipe distosia,yaitu(Powersetal.n.d.):
1) Distosia Bahu
2) Distosia Servikal
10
pada karsinoma serviks. Kejang atau kaku serviks dibagi 2,
dikatakan primer: mungkin disebabkan oleh rasa takut atau pada
primigravida tua atau sebab psikis. Sekunder: oleh karena luka-
luka dan infeksi yang sembuh dan meninggalkan parut.
d. Edema serviks
Bila dijumpai edema yang hebat dari serviks disertai
hematoma dan nekrosis ini merupakan tanda adanya obstruksi.
Terutama karena kesempitan panggul, serviks terjepit antara
kepala dan jalan lahir sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah
dan cairan yang menimbulkan edema serviks.
5. Patofisiologi Dan WOC
11
1) Gangguan Kontraksi
12
prosedur sectio caesarean. Yang paling banyak ditemukan adalah
perpanjangan persalinan kala 2 dan bayi yang dilahirkan memiliki
bobot lebih besar dengan skor Apgar rendah.
13
WOC DISTOSIA
Ketuban pecah
Trauma
Risiko
Risiko cidera ketidakseimbangan
Nyeri akut Risiko cidera pada
pada ibu cairan janin
Risiko
perdarahan
14
6. Manifestasi klinis
1) Pada ibu hamil
a. Gelisah dan letih
b. Suhu tubuh meningkat dari biasanya
c. Nadi dan pernapasan menjadi cepat
d. Edema pada vulva dan servik
e. Ketuban berbau
f. Pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan
g. Nyeri hebat
h. Janin sulit dikeluarkan
i. Terjadinya distensi berlebihan pada uterus
j. Dada teraba seperti punggung, belakang kepala terletak
berlawanan dengan letak dada,teraba bagian bagian kecil dan
denyut jantung janin terdengar lebih jelas pada dada.
2) Pada bayi
a. Denyut jantung cepat dan tidak teratur
7. Factor risiko
1
15
antepartum yang rutin ditemukan.Faktor intrapartum meliputi disproporsi
sefalopelvik relatif, persalinan macet dan persalinan dengan bantuan alat.
8. Komplikasi
1) Fetal
2) Maternal
9. Penatalaksanaan
16 2
2) Distosia servikal
Apabila kala I fase aktif belum melebihi 6 jam dan tidak ada
tanda-tanda distress janin maka persalinan pervaginam masih tetap
bisa diusahakan dengan mempertimbangkan pemberian agenanal
getik atau anestesi untuk mengurangi nyeri akibat kontraksi,dan juga
pertimbangan penggunaan vacuum ekstraksi atau forceps untuk
mempercepat proses kala II. Namun, apabila terdapat tanda-tanda
distress janin akibat kompresi uterus berlebihan yang memicu
hipoksia maka operasi SC merupakan satu-satunya jalan yang harus
ditempuh.
10. Tatalaksana
1) Tatalaksana umum
a. Episiotomi,Episiotomi dilakukan dengan tujuan memperluas
jalan lahir sehingga bahu diharapkan dapat lahir
b. Tekanan ringan pada suprapubic Dilakukan tekanan ringan pada
daerah suprapubik dan secara bersamaan dilakukan traksi curam
bawah pada kepala janin
c. Manuver Mc Robert (1983)
a) Minta bantuan tenaga kesehatan lain, untuk menolong
persalinan dan resusitasi neonatus bila diperlukan.
3
17
Bersiaplah juga untuk kemungkinan perdarahan pascasalin
atau robekan perineum setelah tatalaksana.
b) Lakukan manuver Mc Robert. Dalam posisi ibu berbaring
telentang, mintalah ia untuk menekuk kedua tungkainya dan
mendekatkan lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya.
Mintalah bantuan 2 orang asisten untuk menekan fleksi
kedua lutut ibu ke arah dada.
18
4
b. Pakailah sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat
tinggi, masukkan tangan ke dalam vagina pada sisi
punggung bayi
c. Lakukan penekanan di sisi posterior pada bahu posterior
untuk mengadduksikan bahu dan mengecilkan diameter
bahu
d. Rotasikan bahu ke diameter oblik untuk membebaskan
distosia bahu.
e. Jika diperlukan, lakukan juga penekanan pada sisi posterior
bahu anterior dan rotasikan bahu ke diameter oblik
Maneuver Wood
f. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan setelah dilakukan
tindakan di atas, lakukan teknik pelahiran bahu belakang.
5
c. Jika semua tindakan di atas tetap tidak dapat melahirkan
bahu, terdapat manuver-manuver lain yang dapat dilakukan
seperti berikut.
19
6
4) Manuver Hibbard (1982)
7
7) Fraktur Klavikula
21
Mematahkan klavikula dengan cara menekan klavikula
anterior terhadap ramus pubis dapat dilakukan untuk
membebaskan bahu yang terjepit.
8) Kleidotomi
9) Simfisiotomi
8
Klien pernah mengalami distosia sebelumnya, biasanya
ada penyulit persalinan sebelumnya seperti hipertensi,anemia,
panggul sempit,biasanya ada riwayat DM,biasanya ada riwayat
kembar.
6) Eliminasi
Distensi usus atau kandung kemih yang mungkin menyertai.
7) Integritas ego
Mungkin sangat cemas dan ketakutan.
8) Nyeri atau ketidak nyamanan
9) Keamanan
9
Serviks mungkin kaku atau tidak siap,pemeriksaan vagina
dapat menunjukkan janin dalam malposisi,penurunan janin mungkin
kurang dari 1 cm/jam pada nulipara atau kurang dari 2 cm/jam pada
mutipara bahkan tidak ada kemajuan.,dapat mengalami versi
eksternal setelah getasi 34 minggu dalam upaya untuk mengubah
presentasi bokong menjadi presentasi kepala.
10) Seksualitas 23
d. Abdomen
10
Lakukan VT : biasanya ketuban sudah pecah atau belum,
edem pada vulva/ servik, biasanya teraba promantorium, ada/
tidaknya kemajuan persalinan, biasanya teraba jaringan plasenta
untuk mengidentifikasi adanya plasenta previa.
f. Panggul
2. Diagnosis keperawatan
Perencanaan
Diagnosa
No
Keperawatan Tujuan Intervensi
( SLKI) ( SIKI )
1 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Manajement nyeri
pencedera fisik intervensin OBSERVASI
keperawatan selama Mengidentifikasi
1x 24 jam maka lokasi,durasi,intensitas
tingkat nyeri nyeri
menurun dengan Mengidentifikasi skala
kriteria hasil. nyeri
(L.08066) Mengidentifikasi
pengaruh nyeri pada
Keluhan nyeri kualitas hidup
menurun Memonitor efek
Meringis samping penggunaan
menurun analgetik
Gelisah TARAPEUTIK
menurun Memberikan teknik
Kesulitan tidur nonfarmakologis untuk
menurun mengurangi rasa nyeri
Perineum terasa Memfasilitasi istirahat
tertekan dan tidur
11
menurun EDUKASI
Uterus teraba Menjelaskan
membulat penyebab,dan pemicu
menurun nyeri
Frukensi nadi Menjelaskan strategi
membaik meredakan nyeri
Menganjurkan
memonitor nyeri secara
mandiri
2 Risiko KOLABORASI
ketidakseimbangan Mengolaborasikan
cairan d.d pemberian
trauma/perdarahan. analgetik,jika perlu
Setelah dilakukan
Manajement cairan
intervensi
OBSERVASI
keperawatan selama
1x 24 jam maka Memonitor status
keseimbangan cairan hidrasi
meningkat dengan Memonitor berat badan
kriteria hasil. harian
(L.03020) Memonitor hasil
pemeriksaan
Asupan cairan laboraterium
meningkat TARAPEUTIK
Haluaran urin Mencatat intake-output
meningkat dan menghitung balans
Kelembapan cairan 24 jam
membrane Memberikan asupan
mukosa cairan,sesuai kebutuhan
meningkat Memberikan cairan
Dehidrasi intravena,jika perlu
menurun KOLABORASI
Tekanan darah Mengolaborasikan
3 membaik pemberian diuretic,jika
Risiko perdarahan
Mata cekung perlu
d.d trauma
membaik
Berat badan
membaik
Setelah dilakukan
intervensi Pencegahan perdarahan
keperawatan selama OBSERVASI
12
1x 24 jam maka Memonitor tanda dan
tingkat perdarahan gejala perdarahan
menurun dengan Memonitor tanda-tanda
kriteria hasil. vital ortostatik
(L.02017) TARAPEUTIK
Membatasi Tindakan
Kelembapan invasive,jika perlu
membrane EDUKASI
mukosa Menjelaskan tanda dan
meningkat gejala perdarahan
26
Kelembapan Menganjurkan
kulit meningkat meningkatkan asupan
Hemoptisis cairan untuk
menurun menghindari konstipasi
Hematuria Menganjurkan segera
4 menurun melapor jika terjadi
Risiko cedera pada Distensi
perdarahan
ibu d.d ketuban abdomen KOLABORASI
pecah dini. menurun Mengolaborasikan
Perdarahan pemberian obat
pervagina pengontrol
menurun perdarahan,jika
Hemoglobin perlu
membaik Mengolaborasikan
Hematokrit pemberian produk
membaik darah,jika perlu
13
otot menurun yang sesuai,termasuk
Perdarahan monitor
menurun janin,penghangat bayi
Risiko cedera pada Gangguan ekstra
5 janin d.d besarnya mobilitas Memasilitasi tindakan
ukuran janin menurun forceps atau ekstraksi
Tekanan darah vakum,jika perlu
membaik Melakukan resusitasi
Pola neonatal,jika perlu
istirahat/tidur EDUKASI
membaik Menjelaskan prosedur
tindakan yang akan
dilakukan
KOLABORASI
Berkoordinasi dengan
tim untuk stand bay
Mengolaborasikan
pemberian anestesi
maternal,sesuai
kebutuhan
Setelah dilakukan
intervensi
keperawatan selama Pemantauan denyut
1x 24 jam maka jantung janin
tingkat cedera OBSERVASI
menurun dengan Mengidentifikasi status
kriteria hasil. obstetric
(L.14136)
Mengidentifikasi
riwayat obstetric
Nafsu makan
Mengidentifikasi
meningkat
pemeriksaan kehamilan
Kejadian
sebelumnnya
cedera
Memeriksa denyut
menurun
janin selama 1 menit
Luka/lecet
Memonitor denyut
menurun
jantung janin
Perdarahan
Memonitor tanda vital
menurun
ibu
Ekspresi wajah
TARAPEUTIK
kesakitan
Mengatur posisi pasien
menurun
Melakukan maneuver
Tekanan darah
leopoid untuk
membaik
menentukan posisi
Pola
janin
istirahat/tidur EDUKASI
14
membaik Menjelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2) Evaluasi
15
8145/7705
(P) Masalah dalam penelitian ini adalah:
Problem/population Masalah dalam penelitian ini adalah:resiko kehamilan pada
remaja tidak dapat dipungkiri akan menimbulkan beban fisik
tersendiri pada individu yang mengalaminya. Pada remaja
yang akan melahirkan sering kali akan mengalami distosia
terutama distosia bahu karena keadaan panggul yang kadang
sempit atau karena belum punya pengalaman.
16
keluar pada rambutnya.
Forcep ditempatkan di sekeliling kepala bayi. Vacuum
extractor menggunakan penghisap untuk ditempelkan ke
kepala bayi. Dengan alat manapun, bayi ditarik keluar dengan
lembut sebagaimana wanita tersebut mengejan.
Seksio sesarea30adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan
perut atau vagina; atau seksio sesarea adalah suatu
histerotomia untuk melahirkan untuk melahirkan janin dari
dalam rahim. Operasi seksio bisa dilakukan apabila
mengalami kegagalan dalam melakukan persalinan percobaan
maupun ektraksi vakum atau forceps.
(C) Comparison Dalam jurnal “Penatalaksanaan Ekstraksi Vakum pada
Multigravida dengan Riwayat Seksio Sesarea Atas Indikasi
Letak Lintang(2019)” menyatakan bahwa Ekstraksi vakum
merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan untuk
mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga
mengejan ibu dan ekstraksi pada bayi. Karena itu, kerjasama
dan kemampuan ibu untuk mengekspresikan bayinya
merupakan faktor yang sangat penting dalam menghasilkan
akumulasi tenaga dorongan dengan tarikan ke arah yang sama.
(O) Outcome Hasil penelitian memperlihatkan bahwa persalinan distosia
pada remaja umumnya terjadi pada usia >16 tahun dengan
penyebab yang tersering ialah faktor letak, bentuk janin, dan
faktor jalan lahir. Tindakan utama yang paling banyak
dilakukan yaitu vakum dan forcep dan apabila tidak berhasil
maka akan di lakukan operasi seksio.
2) Jurnal kedua
17
Judul artikel Pengaruh Penggunaan Media Video Pada Pemelajaran Praktikum
Terhadap Pengetahuan Dan Keterampilan Mahasiswa dalam
Penanganan Distosia Bahu Di Universitas Ubudiyah Indonesia.
Identitas Jurnal Nama Jurnal : Journal of Healthcare Technology and Medicine
No 1
Vol 2
Tahun 2016
Diakses dari :
https://jurnal.uui.ac.id/index.php/JHTM/article/view/348
(P) Masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
Problem/population ada pengaruh penggunaan media video dalam praktikum
mengenai pengetahuan dan keterampilan mahasiswa tentang
dsitosia bahu.
Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa semester IV Prodi
kebidanan Universitas Ubudiyah Indonesia yang berjumlah 70
orang yang terdiri dari 2 kelas yaitu A sebanyak 35 orang dan B
sebanyak 35 orang.
( I ) Intervention Penelitian ini merupakan penelitian analtik dengan desain quasi
eksperiment terhadap dua kelompok mahasiswa. Intervensi yang
di berikan adalah penggunaan media video dalam pembelajaran,
Kelompok yang diberi perlakuan dan kelompok yang tidak diberi
perlakuan mengenai peningkatan pengetahuan dan keterampilan
tentang penanganan distosia bahu yang diberikan pembelajaran
praktikum dilaboratorium menggunkaan metode demonstrasi
disertai video.
Analisis data menggunakan uji t tidak berpasangan dan mann
whitney untuk melihat perbandingan kedua kelompok terhadap
peningkatan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa,
dilanjutkan analisis multivariat memakai uji manova untuk
32
menguji kesamaan vektor dari rata-rata variabel pengetahuan
18
dnan keterampilan pada kelompok perlakuan dan kontrol.
(C) Comparison 1.Pengaruh Penggunaan Media Video Pada Pemelajaran
Praktikum Terhadap Pengetahuan Dan Keterampilan
Mahasiswa dalam Penanganan Distosia Bahu Di Universitas
Ubudiyah Indonesia.
Pada jurnal ini didapatkan hasil bahwa ada peningkatan
pengetahuan pada kelompok perlakuan dari 76,7 menjadi 86,7,
sedangkan pada kelompok kontrol 66,7 menjadi 80 yang berbeda
signifikan (p<0,001). penggunaan media video serta metode
demonstrasi berpengaruh secara bersamaan terhadap
pengetahuan dan keterampila pada kelompok perlakuan
(p<0,001). dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan dan keterampilan mahasiswa tentang dsitosia bahu
lebih tinggi pada kelompok yang menggunakan media video
dibandingkan kelompok yang tidak diberikan media video.
Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Sadiman bahwa
video sangat efektif untuk membantu proses pembelajaran dan
menambah suatu dimensi baru pada pembelajaran dengan
karakteristik teknologi video yang dapat menyajikan gambar
bergerak, sehingga mahasiswa merasa seperti melihat dan
melakukan praktik klinik dengan program yang ditayangkan
video.
(O) Outcome Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa penggunaan metode
demonstrasi disertai video terdapat hasil yang signifikan bahwa
terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan tentang
penanganan distosia bahu pada kelompok yang diberi perlakuan
yang melakukan pembelajaran praktikum di laboratorium
dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan perlakuan
tersbut.
19
33
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Distosia merujuk pada kemampuan persalinan yang tidak normal.
Persalinan berlangsung lebih lama, lebih nyeri, atau tidak normal karena
adanya masalah pada mekanisme persalinan, tenaga/ kekuatan, jalan lahir,
janin yang akan dilahirkan, atau masalah psikis. Distosia merupakan
indikasi paling umum dilakukannya persalinan seksio caesaria, yang
diperkirakan terjadi pada sekitar 50% pelahiran dengan pembedahan apabila
tidak berhasil dengan menggunakan vakum dan forceps.
Distosia akan memberikan dampak baik pada ibu dan bagi
janinnya karena kelainan mekanisme persalinan yang terjadi.
3.2 SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena keterbatasan referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini.Penyusun banyak berharap para pembaca yang budiman
dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penyusun demi
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi penyusun pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umunya. kita sebagai
perawat harus lebih banyak lagi pengetahun tentang -masalah yang sering
terjadi terutama masalah persalinan seperti distosia,agar nantinnya Ketika
mendapati pasien tersebut kita tidak kebingungan dalam memberikan
pelayanan keperawatan yang tepat.
34
20
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, H., Prabowo, A. Y., & Rodiani. (2017). Kehamilan Aterm Dengan Distosia Bahu.
Medula, Medicalprofession Journal of Lampung University, 7(4), 1–7.
Luthfiana, N., Dewi, R., Sari, P., & P, A. Y. (2019). Penatalaksanaan Ekstraksi Vakum
pada Multigravida dengan Riwayat Seksio Sesarea Atas Indikasi Letak Lintang.
Medula, 8(2), 89–93.
Paat, J., Suparman, E., & Tendean, H. (2015). Persalinan Distosia Pada Remaja Di
Bagian Obstetri-Ginekologi Blu Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. E-CliniC,
3(2), 612–616. https://doi.org/10.35790/ecl.3.2.2015.8145
35
21