Anda di halaman 1dari 20

KEPERAWATAN MARITIM

ASUHAN KEPERAWATAN MASYARAKAT MARITIM PADA


PENGELOLAAN BARAK PENAMPUNGAN

Dosen : Diah Indriastuti, S.Kep., Ns., M.Kep

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK IV

1. DHARMAWATY S.0020.P2.082
2. NURMAWATI SINDA S.0020.P2.119
3. YUSUF KARIM S.0020.P2.139
4. NOPATIANUS S.0020.P2.115
5. AMALIA RAMADHANI S.0020.P2.072
6. YUNITA SARI S.0020.P2.138
7. FITRIANI NATSIR S.0020.P2.087
8. ROSMILAH S.0020.P2.125
9. SIGIT SUPRIYANTO S.0020.P2.129
10. SUNITA ARDIANA S.0020.P2.133

STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI


PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya kami
kelompok 4 dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan keperawatan masyarakat
maritim pada pengelolaan barak penampungan”. Pada penulisan makalah ini, kami berusaha
menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti sehingga dapat dengan mudah dicerna
dan diambil intisari dan materi pembelajaran.
Makalah juga diharapkan dapat digunakan oleh mahasiswa lain untuk menambah ilmu
pengetahuan mengenai konsep kegawat daruratan khususnya Asuhan keperawatan masyarakat
maritim pada pengelolaan barak penampungan
Kami menyadari walaupun sudah berusaha sekuat kemampuan yang maksimal, mencurahkan
segala pikiran dan kemampuan yang dimiliki, makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, baik dari segi bahasa, pengolahan , maupun dalam penyusunan. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik yang sifatnya sangat membangun demi tercapai suatu kesempurnaan dalam
memenuhi kebutuhan dalam pembuatan suatu makalah..

Kolaka, 23 Desember 2020

Penulis,

DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Tujuan.............................................................................................................................4
C. Manfaat...........................................................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................................................5


BAB III ASUHAN KEPERAWATAN......................................................................................8
A. Pengkajian.......................................................................................................................8
B. Analisa Data....................................................................................................................8
C. Diagnosa Keperawatan....................................................................................................8
D. Intervensi ......................................................................................................................14
E. Implementasi.................................................................................................................16
F. Evaluasi.........................................................................................................................16

BAB III PENUTUP..................................................................................................................18


A. Kesimpulan ..................................................................................................................18
B. Saran ............................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geologis, geografis,


hidrologis, demografis, sosiografis yang menjadikannya potensial, rawan, dan sering
mengalami bencana, baik bencana alam, bencana non alam, maupun bencana sosial.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana pasal 26 ayat (2) menyatakan bahwa setiap orang yang menjadi korban bencana
berhak mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar. Menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesa Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan
Bencana pasal 28 ayat (1) bahwa bantuan pemenuhan kebutuhan dasar sebagaimana dimaksud
dalam pasal 24 ayat (2) huruf d, diberikan kepada korban bencana dalam bentuk
penampungan sementara, bantuan pangan, sandang, air bersih dan sanitasi, dan pelayanan
kesehatan. Bantuan darurat bencana untuk pemenuhan kebutuhan dasar korban bencana
diberikan dengan memperhatikan standar minimal kebutuhan dasar dan memperhatikan
prioritas kepada kelompok rentan

Penampungan darurat adalah kegiatan suatu kelompok manusia yang memiliki


kemampuan untuk menampung korban bencana dalam jangka waktu tertentu, dengan
menggunakan bangunan yang telah ada atau tempat berlindung yang dapat dibuat dengan
cepat seperti tenda, gubuk darurat, dan sebagainya. Tujuan Menyelamatkan atau
mengamankan penderita dengan  menjauhkannya dari tempat bencana yang dianggap
berbahaya, ketempat yang aman agar dapat memudahkan pemberian bantuan dan pertolongan
secara menyeluruh dan terpadu tanpa menimbulkan kesulitan baru yang sukar diatasi.
https://bnpb.go.id/produk-hukum/uploads/24/peraturan-kepala/2008/perka-7-tahun-2008-
tentang-tata-cara-pemberian-bantuan-pemenuhan-kebutuhan-dasar.pdf.

B. TUJUAN
1. Dapat memahami tentang konsep dasar Asuhan keperawatan masyarakat maritim pada
pengelolaan barak penampungan
2. Dapat memahami tentang konsep dasar penanganan penyakit yang menyerang
masyarakat jika terjadi bencana alam
C. MANFAAT
1. Mengetahui Asuhan keperawatan masyarakat maritim pada pengelolaan barak
penampungan

BAB II

4
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR BENCANA ALAM


1. Pengertian
Menurut Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dalam WHO –
ICN (2009) bencana adalah sebuah peristiwa, bencana yang tiba-tiba serius menggangg
fungsi dari suatu komunitas atau masyarakat dan menyebabkan manusia, material,
dankerugian ekonomi atau lingkungan yang melebihi kemampuan masyarakat
untukmengatasinya dengan menggunakan sumber dayanya sendiri. Meskipun sering
disebabkan oleh alam, bencana dapat pula berasal dari manusia. Adapun definisi bencana
menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 tahun 2007 tentang penanggulangan
bencana yang mengatakan bahwa bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun factor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak
psikologis. Dari ketiga definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa bencana adalah suatu
keadaan yang tiba-tiba mengancam kehidupan masyarakat karena faktor alam dan/atau non
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan korban jiwa, kerusakan lingkungan
yang melebihi kemampuan masyarakat untuk mengatasinya sendiri
2. Macam-macam Bencana
a. Bencana Alam
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Di bawah ini akan
diperlihatkan gambar tentang bencana alam yang telah terjadi di Indonesia.
b. Bencana non-Alam
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non-alam yang
antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
Bencana non-alam termasuk terorisme biologi dan biokimia, tumpahan bahan kimia,
radiasi nuklir, kebakaran, ledakan, kecelakaan transportasi, konflik bersenjata, dan
tindakan perang.
c. Bencana Sosial
Bencana karena peristiwa atau rangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia
yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas
B. Konsep dasar Barak Penampungan
1. Pengertian
Penampungan/hunian sementara adalah tempat tinggal sementara selama korban
bencana mengungsi, baik berupa tempat penampungan massal maupun keluarga, atau
individual
2. Bantuan Tempat Penampungan/Hunian Sementara

5
Bantuan penampungan/hunian sementara diberikan dalam bentuk tenda-tenda, barak,
atau gedung fasilitas umum/sosial, seperti tempat ibadah, gedung olah raga, balai desa,
dan sebagainya, yang memungkinkan untuk digunakan sebagai tempat tinggal sementara.
Standar Minimal Bantuan :
a. Berukuran 3 (tiga) meter persegi per orang.
b. Memiliki persyaratan keamanan dan kesehatan.
c. Memiliki aksesibititas terhadap fasilitas umum.
d. Menjamin privasi antar jenis kelamin dan berbagai kelompok usia
3. Jenis Bantuan
a. Bantuan Pangan
Bantuan pangan diberikan dalam bentuk bahan makanan, atau masakan yang
disediakan oleh dapur umum. Bantuan pangan bagi kelompok rentan diberikan dalam
bentuk khusus.
Standar Minimal Bantuan :
1) Bahan makanan berupa beras 400 gram per orang per hari atau bahan makanan
pokok lainnya dan bahan lauk pauk.
2) Makanan yang disediakan dapur umum berupa makanan siap saji sebanyak 2 kali
makan dalam sehari.
3) Besarnya bantuan makanan (poin a dan b) setara dengan 2.100 kilo kalori (kcal).
b. Bantuan Non Pangan
Bantuan non pangan diberikan kepada korban bencana dalam status pengungsi di
tempat hunian sementara pada pasca tanggap darurat, dalam bentuk :
1) Peralatan Memasak dan Makan
Masing-masing rumah tangga korban bencana dapat memperoleh bantuan
peralatan memasak dan perlengkapan untuk makan
C. Bantuan Pelayanan Kesehatan
Korban bencana, baik secara individu maupun berkelompok, terutama untuk kelompok
rentan, dapat memperoleh bantuan pelayanan kesehatan. Bantuan pelayanan kesehatan
diberikan dalam bentuk :
1. Pelayanan kesehatan umum meliputi :
- Pelayanan kesehatan dasar.
- Pelayanan kesehatan klinis.
Standar Minimal Bantuan :
a. Pelayanan kesehatan didasarkan pada prinsip-prinsip pelayanan kesehatan primer yang
relevan.
b. Semua korban bencana memperoleh informasi tentang pelayanan kesehatan.
c. Pelayanan kesehatan diberikan dalam sistem kesehatan pada tingkat yang tepat :
tingkat keluarga, tingkat puskesmas, Rumah Sakit, dan Rumah Sakit rujukan.
d. Pelayanan dan intervensi kesehatan menggunakan teknologi yang tepat dan diterima
secara sosial budaya.

6
e. Jumlah, tingkat, dan lokasi pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan korban bencana.
f. Tiap klinik kesehatan memiliki staf dengan jumlah dan keahlian yang memadai untuk
melayani kebutuhan korban bencana. Staf klinik maksimal melayani 50 pasien per
hari.
g. Korban bencana memperoleh pelayanan obat-obatan sesuai dengan kebutuhan
h. Korban bencana yang meninggal diperlakukan dan dikuburkan dengan cara yang
bermartabat sesuai dengan keyakinan, budaya, dan praktek kesehatan.
2. Pengendalian penyakit menular meliputi :
a. Pencegahan Umum
b. Pencegahan Campak
c. Diagnosis dan Pengelolaan Kasus
d. Kesiapsiagaan Kejadian Luar Biasa
e. Deteksi KLB, Penyelidikan & Tanggap
f. HIV/AIDS
Standar Minimal Bantuan :
a. Pemberian vitamin A bagi bayi berusia 6 bulan sampai balita usia 59 bulan.
b. Semua bayi yang divaksinasi campak ketika berumur 6 sampai 9 bulan menerima dosis
vaksinasi ulang 9 bulan kemudian.
c. Anak berusia 6 bulan sampai 15 tahun dapat diberikan imunisasi campak.
d. Korban bencana memperoleh diagnosis dan perawatan yang efektif untuk penyakit
menular yang berpotensi menimbulkan kematian dan rasa sakit yang berlebihan.
e. Diambil tindakan-tindakan untuk mempersiapkan dan merespon berjangkitnya
penyakit menular.
f. Berjangkitnya penyakit menular dideteksi, diinvestigasi, dan dikontrol dengan cara
yang tepat waktu dan efektif.
g. Korban bencana memperoleh paket pelayanan minimal untuk mencegah penularan
HIV/AIDS.
3. Pengendalian penyakit tidak menular, meliputi :
a. Cedera
b. Kesehatan Reproduksi
c. Aspek Kejiwaan dan Sosial Kesehatan
d. Penyakit Kronis
Standar Minimal Bantuan :
a. Korban bencana memperoleh pelayanan tepat untuk mengatasi cedera.
b. Korban bencana memperoleh pelayanan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan
reproduksi.
c. Korban bencana memperoleh pelayanan kesehatan sosial dan mental sesuai kebutuhan

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

7
Pada komunitas atau kelompok adalah sebagai berikut.
1. Pengkajian
Hal yang perlu di kaji pada komunitas atau kelompok, antara lain sebagai berikut :
a. Inti (Core) meliputi
1) Data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri atas usia yang berisiko,
pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai- nilai, keyakinan, serta riwayat
timbulnya kelompok atau komunitas.
b. Mengkaji 8 susbsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain :
1) Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana kepadatannya karena
dapat menjadi stressor bagi penduduk
2) Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat.
3) Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan keamanan dilingkungan
tempat tinggal, apakah masyarakat merasa nyaman atau tidak, apakah sering
mengalami stress akibat keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin.
4) Politik dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah cuku menunjang,
ssehingga memudahkan masyarakat mendapatkan pelayan di berbagai bidang
termasuk kesehatan.
5) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini dan merawat/
memantau gangguan yang terjadi.
6) System komunikasi, sarana komunikasi apa saja yang tersedia dan dapat di
manfaatkan di masyarakat tersebut untuk meningkatkan pengetahuan terkait
dengan gangguan penyakit.
7) System ekonomi, tingkat social ekonomi masyakarat secara keseluruhan, apakah
pendapatan yang diterima sesuai dengan kebijakan Upah Minimun Regional
(UMR) atau sebaliknya di bawah upah minimum.
8) Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka, apakah biayanya
dapat di jangkau oleh masyakarat.http://eprints.umm.ac.id/51995/4/BAB
%20II.pdf.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis di tegakkan berdasarkan tingkat reaksi komunitas terhadap stressor yang ada.
a. Ansietas b/d adanya perubahan dalam lingkungan, status ekonomi, status
kesehatan, pola interaksi,fungsi peran
b. Defisit perawatan diri berpakaian b/d ketidakmampuan mendapatkan atribut
pakaian
c. Defisit perawatan diri eliminasi b/d kendala lingkungan
d. Defisit perawatan diri makan b/d ketidakmampuan makan makanan dalam
jumlah memadai
e. Defisit perawatan diri mandi b/d ketidakmampuan mendapatkan menjangkau

8
sumber air, dan mengatur air mandi.
f. Gangguan citra tubuh b/d penyakit,cedera.
g. Gangguan pola tidur b/d keadaan lingkungan sekitar
h. Gangguan rasa nyaman b/d ansietas, gelisah, takut, stimulasi lingkungan yang
mengganggu
i. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b/d pemajanan suhu lingkungan
j. Ketidak efektifan pemberian ASI b/d ketidakkuatan suplei ASI
k. Keletihan b/d keadaan psikologis,lingkungan dan situasional yang berubah
l. Resiko infeksi b/d pemajanan terhadap pathogen
m. Ketidakefektifan coping b/d ketidakadekuatan kesempatan untuk bersiap terhadap
stressor
3. Perencanaan Intervensi
Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan dengan diagnosis keperawatan
komunitas yang muncul.

No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


1 Ansietas b/d adanya  klien mampu 1. Identifikasi tingkat
perubahan dalam mengidentifikasi dan kecemasan
lingkungan, status mengungkapkan 2. Gunakan
ekonomi, status gejala cemas pendekatan yang
kesehatan, pola  Mengidentifikasi, menyenangkan
interaksi,fungsi peran mengungkapkan dan 3. Pahami perspektif
menunjukkan tehnik pasien terhadap
untuk mengontrol situasi stress
cemas 4. Temani pasien untuk
 Vital Sign dalam memberikan keamanan dan
batas normal mengurangi takut
 Postur tubuh, ekspresi 5. Dorong keluarga untuk
wajah, bahas tubuh menemani anak
dan tingkat aktivitas 6. Dengarkan dengan
menunjukkan penuh perhatian
berkurangnya 7. Bantu klien mengenal
kecemasan situasi yang
menimbulkan
kecemasan
8. Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan
dan persepsi
9. Instruksikan klien

9
menggunkan
tehnik relaksasi
10. Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
2 Defisit perawatan diri  Mampu 1. Koordinasikan dengan
berpakaian b/d mempertahankan bagian logistik barak
ketidakmampuan kebersihan pribadi tentang ketersediaan
mendapatkan atribut dan penampilan pakaian
pakaian yang rapi 2. Pertimbangkan usia pasien
 Mengungkapkan ketika mempromosikan
kepuasan dalam aktivitas perawatan diri
berpakaian 3. Bantu pasien memilih
 Menggunakan pakain pakaian yang mudah
secara bersih dan dipakai
rapi
3 Defisit perawatan diri  Perawatan diri 1. Berkoordinasi untuk
eliminasi b/d kendala hygiene: mampu pengadaan toilet di
lingkungan mempertahankan sekitar barak
kebersihan Dan penampungan
penampilan yang rapi 2. Pertimbangkan budaya
pasien ketika
mempromosikan aktivitas
perawatan diri
3. Membantu klien ke toilet
4. Pertimbangkan
respon klien
terhadap kurangnya
privasi
5. Menyediakan privasi
selama eliminasi
4 Defisit perawatan diri  Status nutrisi : 1. Pastikan semua klien di
makan b/d ketersediaan zat gizi barak penampungan
ketidakmampuan untuk memenuhi mendapatkan makanan
makan makanan kebutuhannya dengan gizi yang baik
dalam jumlah  Klien mampu 2. Menyediakan makanan
memadai menyiapkan dan dan minuman yang
memakan makanan disukai, sesuai
secara mandiri 3. Ciptakana lingkungan
 Mengungkapkan yang menyenangkan
kepuasan makan selama waktu makan
4. Menyediakan makanan

10
pada suhu yang paling
selera
5. Memantau berat badan klien
6. Jelaskan lokasi makanan
di atas nampan untuk
orang dengan
gangguan penglihatan
5 Defisit perawatan diri  Klien mampu untuk 1. Koordiasi untuk
mandi b/d melakukan aktivitas ketersediaan sumber air
ketidakmampuan fisik secara mandiri yang mudah dijangkau
mendapatkan Mampu untuk Membantu menyediakan
menjangkau sumber membersihkan diri perlengkapan mandi yang
air, dan mengatur air secara mandiri dibutuhkan
mandi.  Mampu 2. Memfasilitasi
mempertahankan klien untuk
kebersihan diri dan menyikat gigi
penampilan yang rapi 3. Memantau kebersihan kuku
 Mampu 4. Memantau
membersihkan dan integritas kulit
mengeringkan tubuh klien
 Mengungkapkan
kepuasan terhadap
kebersihan tubuh dan
 hygiene oral

6 Gangguan citra tubuh  Body image positif 1. Kaji secara verbal dan
b/d penyakit,cedera  Mendeskripsikan nonverbal respon klien
secara factual terhadap tubuhnya
perubahan fungi 2. Monitor frekuensi
tubuh mengkritik dirinya
 Memepertahankan 3. Dorong klien
interaksi sosial mengungkapkan
perasaannya
4. Fasilitasi kontak dengan
individu lain dalam
kelompok kecil
7 Gangguan pola tidur  Jumlah jam tidur 1. Instruksikan untuk
b/d keadaan dalam batas normal memonitor tidur klien
lingkungan sekitar  Pola tidur, kualitas 2. Ciptakan
dalam batas normal lingkungan yang
 Perasaan segar nyaman
11
sesudah tidur atau 3. Fasiliitasi untuk
istirahat mempertahanakan
aktivitas sebelum
tidur (membaca)
8 Gangguan rasa  Status lingkungan 1. Identifikasi tingkat
nyaman b/d ansietas, yang nyaman kecemasan
gelisah, takut,  Status kenyamanan 2. Gunakan
stimulasi lingkungan meningkat pendekatan yang
yang mengganggu  Keinginan untuk menenangkan
hidup 3. Pahami perspektif klien
terhadap situasi yang saat
ini sedang dihadapinya
4. Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan
dan persepsi
5. Instruksikan pasien
menggunakan tehnik
relaksasi
9 Resiko ketidak  Termoregulasi 1. Newborn Care:
seimbangan suhu : newborn 2. Pantau suhu bayi
tubuh b/d pemajanan  Suhu kulit normal baru lahir sampai
suhu lingkungan  Suhu badan dalam stabil
batas normal 3. Pantau warna dan suhu kulit
4. Pantau dan
laporkan gejala
hipotermi/hiperterm
i
5. Tingkatkan
keadekuatan
masukan cairan dan
nutrisi
6. Gunakan matras panas,
selimut hangat yang
disesuaikan dengan
kebutuhan
10 Ketidakefektifan  Ibu mengetahui tanda- 1. Tentukan keinginan dan
pemberian ASI b/d tanda penurunan motivasi ibu untuk
ketidakkuatan suplei suplei ASI menyusui
ASI 2. Membantu ibu dalam

12
pemberian ASI eksklusif
3. Memberikan makanan
yang baik untuk ibu
menyusui
4. Fasilitasi proses
bantuan interaktif
untuk membantu
mempertahankan
keberhasilan proses
pemberian ASI
5. Diskusikan metode
alternative pemberian
makanan bayi
11 Keletihan b/d keadaan  Memverbalisasikan 1. Kaji adanya
psikologis,lingkungan peningkatan energi factor yang
dan situasional yang dan merasa lebih baik menyebabkan
berubah batas normal kelelahan
2. Monitor nutrisi dan
sumber energy yang
adekuat
3. Monitor jika ada
kelelahan fisik dan
emosi secara berlebihan
4. Monitor pola
tidur dan
kualitasnya
5. Dukung klien dan
keluarga untuk
mengungkapakan
perasaannya
6. Bantu aktivitas sehari-hari
sesuai kebutuhan
7. Pantau dan
laporkan gejala
hipotermi/hiperteri
8. Tingkatkan
keadekuatan
masukan cairan dan
nutrisi
9. Gunakan matras panas,
selimut hangat yang
13
disesuaikan dengan
kebutuhan
12 Resiko infeksi b/d  Klien bebas dari tanda 1. Instruksikan kepada
pemajanan terhadap dan gejala infeksi para penghuni barak
pathogen  Menunjukkan untuk selalu menjaga
kemampuan untuk perilaku hidup bersih
mencegah timbulnya dan sehat
infeksi 2. Monitor tanda dan gejala
 Menunjukkan infeksi
perilaku hidup bersih 3. Dorong masukan
dan sehat nutrisi yang cukup
4. Dorong masukan cairan
5. Dorong istirahat
6. Ajarkan klien dan
keluarga tanda infeksi
7. Laporkan kecurigaan
infeksi
13 Ketidakefektifan  Mengatakan 1. Anjurkan pasien untuk
coping b/d penurunan stress identifikasi gambaran
ketidakadekuatan  Klien mengatakan perubahan peran yang
kesempatan untuk telah menerima realistis
bersiap terhadap tentang keadaannya 2. Gunakan pendekatan yang
stressor tenang dan meyakinkan
3. Menjelaskan fakta
bencana kepada
anak.
4. Mengenali reaksi
stress pada anak
5. Mendukung
keluarga/pengasuh
untuk menyokong anak
6. Menyediakan
lingkungan
bermain dan
beraktivitas

14
4. Implementasi
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah di rencanakan.
5. Evaluasi/ penilaian
a. Menilai respon verbal dan non verbal komunitas setelah di lakukan intervensi .
b. Menilai kemajuan yang di capai oleh komunitas setelah dilakukan intervensi
keperawatan
c. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke Rumah Sakit

15
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penampungan/hunian sementara adalah tempat tinggal sementara selama korban bencana
mengungsi, baik berupa tempat penampungan massal maupun keluarga, atau individual.
Bantuan penampungan/hunian sementara diberikan dalam bentuk tenda-tenda, barak, atau
gedung fasilitas umum/sosial, seperti tempat ibadah, gedung olah raga, balai desa, dan
sebagainya, yang memungkinkan untuk digunakan sebagai tempat tinggal sementara. Standar
Minimal Bantuan :
1. Berukuran 3 (tiga) meter persegi per orang.
2. Memiliki persyaratan keamanan dan kesehatan.
3. Memiliki aksesibititas terhadap fasilitas umum.
4. Menjamin privasi antar jenis kelamin dan berbagai kelompok usia
B. SARAN
Perawat mampu memberikan pelayanan dengan maksimal untuk memehuhi kebutuhan hidup
terutama kesehatan masyarakat di barak penampungan.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://bnpb.go.id/produk-hukum/uploads/24/peraturan-kepala/2008/perka-7-tahun-2008-tentang-tata-
cara-pemberian-bantuan-pemenuhan-kebutuhan-dasar.pdf.

http://eprints.umm.ac.id/51995/4/BAB%20II.pd

17
18
19
20

Anda mungkin juga menyukai