Anda di halaman 1dari 32

KESIAPSIAGAAN AGREGAT LANSIA DALAM MENGAHADAPI

BENCANA ALAM KHUSUSNYA BENCANA KEBAKARAN DI RW 02


KELURAHAN SINDANGSARI KECAMATAN LEMBURSITU KOTA
SUKABUMI

LAPORAN INDIVIDU

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah Manajemen Bencana


Pada Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi

Disusun Oleh :
Dinda Cahyani Meilawati
C1AC21035

DEPARTEMEN KEILMUAN MANAJEMEN BENCANA


STUDI PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................6
A. Bencana.................................................................................................................6
1. Pengertian Bencana............................................................................................6
2. Jenis-Jenis Bencana............................................................................................6
3. Faktor Penyebab Terjadinya Bencana................................................................7
B. Kebakaran............................................................................................................8
1. Pengertian Kebakaran.........................................................................................8
2. Klasifikasi Kebakaran........................................................................................8
3. Faktor Penyebab Kebakaran...............................................................................9
4. Bahaya Akibat Kebakaran................................................................................10
5. Pengendalian Kebakaran..................................................................................11
6. Penanggulangan Kebakaran.............................................................................12
7. Evakuasi Saat Kebakaran.................................................................................13
8. Penanganan Pertama Jika Terjadi Luka Bakar.................................................13
C. Lansia..................................................................................................................16
1. Pengertian Lansia.............................................................................................16
2. Pemberdayaan lansia pengurangan resiko bencana..........................................17
BAB III...........................................................................................................................20
HASIL PEMBINAAN WILAYAH...............................................................................20
A. Hasil Pengkajian....................................................................................................20
B. Analisa Data...........................................................................................................22

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT karena

atas rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan

laporan dengan judul “Asuhan Keperawatan Manajemen Bencana Pada

Agregat Lansia Di RW 02 Desa Sindangsari Kecamatan Lembursitu Kota

Sukabumi Tahun 2021”.

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata ajar

Manajemen Bencana pada program profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Sukabumi. Kegiatan praktik dan penyusunan laporan manajemen bencana ini

dapat diselesaikan pula atas bantuan, bimbingan dan kerjasama berbagai pihak.

Untuk itu bersama dengan ini kami ingin mengucapkan banyak terima kasih

kepada:

1. Iwan Permana S.KM, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Sukabumi.

2. Ady Waluya, S.Kep,.Ners, M.Kep selaku Preseptor Pendamping Manajemen

Bencana.

3. Seluruh Warga RW 02 Desa Sindangsari Kecamatan Cikundul Kota

Sukabumi.

4. Rekan-rekan mahasiswa sesama program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Sukabumi.

Saya menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan, hal itu

karena keterbatasan saya sebagai mahasiswa yang dalam hakikatnya sebagai

ii
manusia. Oleh karena itu permohonan maaf saya haturkan sebelumnya serta

segala kritik dan saran sangat kami harapkan adanya.

Harapan saya semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

berkepentingan dalamnya, khususnya seluruh aparat lingkungan RW 02, Desa

Sindangsari yang terkait.

Sukabumi, Oktober 2021

Penyusun

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan mengalami

bencana. Merujuk pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, definisi

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,

baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia

sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Kebakaran merupakan salah satu peristiwa yang tidak diinginkan

dan terkadang tak terkendali. Oleh karena sifatnya yang membahayakan

dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, maka

kebakaran dikategorikan sebagai salah satu bentuk bencana. Kebakaran

merupakan salah satu jenis bencana yang cukup potensial dengan

meninggalkan kerugian yang besar jika tidak mendapatkan perhatian dan

penanganan yang cukup dalam upaya mitigasi bencana. Menurut Undang-

Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,

kebakaran termasuk kepada jenis bencana alam sekaligus bencana

nonalam berdasarkan penyebab terjadinya. Hal tersebut mengindikasikan

bahwa bencana kebakaran, selain dipengaruhi oleh kondisi fisik atau yang

bersifat alamiah juga dapat terjadi akibat kelalaian manusia sebagai

penyebabnya. Dalam mitigasi bencana, selain aspek fisik (alamiah)

1
ternyata aspek manusia (sosial) pun harus mendapatkan perhatian khusus

Daerah dengan permukiman padat penduduk merupakan daerah yang

rentan terhadap terjadinya bencana kebakaran.

Kebakaran di permukiman yang padat umumnya terjadi akibat

hubungan singkat arus listrik (korsleting) pada kabel/alat listrik,

kebocoron pada pipa saluran tabung gas LPG, atau akibat kelalaian

manusia itu sendiri seperti lupa mematikan api kompor, api pembakaran

sampah, atau api puntung rokok. Selain oleh faktor manusia, kejadian

kebakaran juga dapat disebabkan oleh alam seperti petir, gempa bumi,

letusan gunung api, kekeringan, dan lain sebagainya (Nurwulandari,

2016).

Hadi Purnomo & Ronny Sugiantoro (2010) menyebutkan bahwa

87% wilayah Indonesia adalah rawan bencana alam, sebanyak 383

kabupaten atau kota madya merupakan daerah rawan bencana alam dari

440 kabupaten atau kotamadya di seluruh Indonesia. Selain itu kondisi

Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar dan tidak merata,

keanekaragaman suku, agama, adat istiadat, budaya dan golongan

menyebabkan Indonesia sangat rawan terhadap bencana alam.

Menurut PU No : 22/PRT/M/2007, tingkat kerawanan adalah

ukuran yang menyatakan tinggi rendahnya atau besar kecilnya

kemungkinan suatu kawasan atau zona dapat mengalami bencana

kebakaran yang diukur berdasarkan tingkat kerawanan fisik alamiah dan

tingkat kerawanan karena aktifitas manusia. Kerawanan kebakaran

permukiman merupakan kondisi pada area permukiman yang memiliki

2
dampak kerusakan permukiman akibat adanya penjalaran api yang

disengaja maupun tidak disengaja dan dapat merugikan harta benda,

korban jiwa yang disebabkan beberapa faktor potensi kebakaran seperti

kepadatan penduduk, kualitas bangunan yang buruk, konsetling listrik dan

aktifitas internal lainnya (Yunita, 2015).

Masyarakat merupakan stakeholder dari kebakaran itu sendiri

seharusnya memiliki tingkat kesiapsiagaan dan upaya lain yang dapat

mereduksi berbagai kerugian dari bencana kebakaran yang terjadi. Huang

dalam Sagala (2013) mengemukakan bahwa “Salah satu kejadian

kebakaran yang paling merugikan adalah kejadian kebakaran di daerah

perkotaan/ permukiman”.

Upaya pemadaman kebakaran biasanya dilakukan secara gotong

royong oleh warga dengan peralatan seadanya, sebelum satuan pemadam

kebakaran tiba di lokasi kejadian. Masalah yang sering terjadi selama ini

adalah keterlambatan kehadiran satuan pemadam kebakaran di lokasi

kebakaran. Hal ini penting untuk penanaman kesadaran itu, partisipasi

masyarakat untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran. Partisipasi

masyarakat juga merupakan faktor penentu dalam meningkatkan

kesadaran terhadap pencegahan kebakaran dan kecelakaan (injury

prevention).

Hasil observasi pada hari Jumat, 15 Oktober 2021 di RW 02 Desa

Sindangsari Kecamatan Lembursitu bahwa di wilayah RT 01 RW 02

tersebut pernah terjadi bencana kebakaran pada tahun 2020 akibat

konsleting listrik hal yang pertama dilakukan penghuni rumah tersebut

3
berlari keluar, untungnya api yang ada di bagian dapur dapat dipadamkan

dengan bantuan warga yang menyiramkan air dan api belum menjalar ke

pemukiman sekitar. Tidak ada korban jiwa, kerugian bagian dapur rumah

tersebut rusak dan harus di perbaiki.

Lansia yang berada di RW 02 Desa Sindangsari Kecamatan

Lembursitu sebanyak 63 orang dan setelah dilakukan wawancara kepada

beberapa orang lansia mengatakan bahwa sebelumnya pernah diadakan

penyuluhan atau simulasi mengenai manajemen bencana khususnya

kebakaran di lingkungan RW 02.

Apa yang mereka pelajari tentang kesiapsiagaan bencana saat ini

akan bermanfaat dalam mengembangkan masyarakat yang tanggap

terhadap resiko bencana dalam jangka panjang, disinilah pentingnya

pendidikan tentang kesiapsiagaan bencana dalam kelompok lansia.

Berdasarkan pemaparan diatas, penulis tertarik utuk melakukan

pembinaan pada kelompok lansia ketika terjadi bencana kebakaran yang

berada di wilayah RW 02 Kelurahan Sindangsari Kecamatan Lembursitu

Kota Sukabumi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam

pembuatan Laporan Tugas Individu Manajemen Bencana adalah

“Bagaimana kesiapsiagaan dan mitigasi bencana kebakaran khusunya

kelompok lansia?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

4
Menerapkan proses tahap Disaster Plan keperawatan bencana pada

kelompok yaitu lansia di RW 02 Kelurahan Sindangsari Kecamatan

Lembursitu Kota Sukabumi.

2. Tujuan Khusus

a. Kelompok lansia mampu mengetahui cara evakuasi bencana

kebakaran

b. Kelompok lansia mampu untuk mengantisipasi terjadinya

kebakaran dan pertolongan pertama pada korban kebakaran.

c. Sebagai bukti aktivitas yang dijalankan

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bencana

1. Pengertian Bencana

Bencana adalah kejadian luar biasa yang menyebabkan

kerugian besar bagi manusia dan lingkungan dimana hal itu berada

diluar kemampuan manusia untuk dapat mengendalikannya (Hodgetts

& Jones dalam Ari, 2012).

Bencana adalah sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat

yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/ atau faktor non alam

maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban

jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan

dampak psikologis (BNPB, 2010).

2. Jenis-Jenis Bencana

Jenis-jenis bencana menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun

2007 tentang penanggulangan bencana, yaitu:

a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain

berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan,

angin topan, dan tanah longsor

6
b. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa

atau rangkaian peristiwa non alam antara lain berupa gagal

teknologi, gagal modernisasi, dan wabah penyakit;

c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa

atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh manusia yang

meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas

masyarakat.

d. Kegagalan Teknologi adalah semua kejadian bencana yang

diakibatkan oleh kesalahan desain, pengoprasian, kelalaian dan

kesengajaan, manusia dalam penggunaan teknologi dan atau

insdustri yang menyebabkan pencemaran, kerusakan bangunan,

korban jiwa, dan kerusakan lainnya.

3. Faktor Penyebab Terjadinya Bencana

Terdapat 3 (tiga) faktor penyebab terjadinya bencana Nurjanah,dkk

(2012) yaitu :

a. Faktor alam (natural disaster) karena fenomena alam dan tanpa ada

campur tangan manusia.

b. Faktor non-alam (nonnatural disaster) yaitu bukan karena

fenomena alam dan juga bukan akibat perbuatan manusia.

c. Faktor sosial/manusia (man-made disaster) yang murni akibat

perbuatan manusia, misalnya konflik horizontal, konflik vertikal,

dan terorisme.

7
B. Kebakaran

1. Pengertian Kebakaran

Kebakaran adalah suatu peristiwa oksidasi yang melibatkan tiga

unsur yang harus ada, yaitu: bahan bakar, oksigen, dan sumber panas

yang berakibat menimbulkan kerugian harta benda, cidera bahkan

kematian (Syaifudin, 2015).

Kebakaran adalah api yang tidak dikehendaki dan keberadaannya

cenderung memberikan kerugian (Suprapto dalam Vika, 2019).

2. Klasifikasi Kebakaran

Menurut Keputusan Meteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No.

Kep.186/MEN/1999 pasal 4 ayat (1), kebakaran dapat diklasifikasikan

menjadi:

a. Tingkat ringan, yaitu tingkat kemudahan terbakar yang rendah

dan menjalarnya api lambat, seperti tempat kerja, tempat ibadah,

sekolah, hotel, restoran, rumah sakit, penjara dan museum.

b. Tingkat sedang I, yaitu tingkat kemudahan terbakar kategori

sedang, adanya timbunan bahan yang mencapai 2,5 meter dan

menjalarnya api sedang, seperti pabrik elektronik, roti, gelas,

minuman, pengalengan, permata, binatu, pabrik susu dan tempat

parkir.

c. Tingkat sedang II, yaitu tingkat kemudahan kebakaran sedang,

tingkat penimbunan bahan lebih dari 4 meter dan menjalarnya api

sedang, seperti penggilingan padi, pabrik makanan, bengkel,

8
percetakan, gudang perpustakaan, pabrik barang kulit dan

sebagainya.

d. Tingkat sedang III, yaitu tingkat kemudahan kebakaran tinggi

dengan menjalarnya api cepat, seperti pabrik makanan, pabrik ban,

sabun, lilin, tembakau, pesawat terbang, pakaian dan sebagainya.

e. Tingkat berat, yaitu tingkat kemudahan kebakaran tinggi,

menyimpan bahan-bahan yang mudah terbakar dan menjalarnya

api cepat, seperti pabrik kimia, kembang api, cat,bahan peledak,

dan penyulingan minyak.

3. Faktor Penyebab Kebakaran

Kebakaran dapat terjadi karena adanya tiga faktor, yaitu

(Kelvin, Yuliana dan Rahayu, 2015):

a. Sumber Panas

Proses pemanasan pada benda yang mudah terbakar merupakan

sumber panas. Api yang sudah menyala, maka api tersebut

menjadi sumber panasnya sendiri.

b. Oksigen

Reaksi oksidasi disebabkan oleh adanya oksigen. Ketika tercukupi

kebutuhan oksigennya maka api cepat membesar. Demikian juga

sebaliknya ketika oksigen berkurang maka proses kebakaran akan

melambat dan berhenti.

c. Bahan-bahan yang mudah terbakar

Terdapat tiga bentuk bahan yang mudah terbakar, yaitu:

9
1) Bentuk cair, yaitu cairan kimia yang memiliki suhu rendah

atau dingin dan berbahaya, karena dalam suhu kamar pun bisa

terbakar.

2) Berbentuk padat, yaitu benda dengan temperatur tinggi, tidak

mudah terbakar pada suhu kamar kecuali ada pemicu.

3) Bentuk gas seperti hidrogen dan propane.

4. Bahaya Akibat Kebakaran

Kebakaran memiliki potensi bahaya terhadap manusia, harta benda

dan lingkungan. Menurut Ramli (2010), bahaya yang diakibatkan oleh

kebakaran sebagai berikut:

a. Terbakar api secara langsung

Manusia memiliki toleransi terbatas pada panas yang menyentuh

tubuhnya. Tingkat panas yang dapat ditoleransi oleh tubuh manusia

hanya mencapai 65oC. Di atas suhu tersebut akan mengakibatkan

luka bakar.

b. Terjebak asap yang timbul akibat kebakaran

Asap adalah campuran CO2, air, zat-zat yang terdifusi di udara,

hidrokarbon, zat partikulat, nitrogen oksida, zat kimia organik dan

mineral. Selain itu, ribuan komponen lainnya dapat ditemukan

dalam kandungan asap tergantung bahan yang terbakar. Asap bisa

menimbulkan iritasi di kulit, mata dan saluran pernafasan sehingga

mengganggu fungsi paru, bronkus, dan pada penyandang asma bisa

terjadi eksaserbasi akut. (Faisal dkk, 2012). Kasus kematian pada

saat kebakaran sekitar 50% hingga 80% disebabkan menghirup

10
asap dibandingkan luka bakar. Gas beracun yang paling sering dan

berbahaya bagi manusia adalah Karbon Monoksida (CO). Efek

yang ditimbulkan dari sakit kepala, pingsan sampai kematian.

Bahaya lain yang dapat timbul akibat kebakaran adalah trauma

fisik, tertimpa benda-benda yang jatuh terbakar dan trauma psikis

akibat kepanikan ketika terperangkap api.

5. Pengendalian Kebakaran

Menurut International Labour Office Indonesia (2018) peralatan

pemadam kebakaran harus dipilih dan diletakkan seefektif mungkin.

Pastikan masyarakat mengetahui bahwa faktor-faktor berikut

dipertimbangkan dalam rencana pemadaman kebakaran:

a. Peralatan pemadam kebakaran yang benar disesuaikan dengan jenis

kebakaran.

b. Peralatan pemadam kebakaran diletakkan di pintu keluar bangunan

sehingga peralatan tersebut bisa diakses dari posisi yang aman.

c. Peralatan pemadam kebakaran terpasang dengan benar dalam

posisi yang tidak terhalang dan ditandai.

d. Masyarakat atau kelompok siaga bencana dipilih dan dilatih

menggunakan alat pemadam.

e. Penggunaan alat pemadam, untuk tujuan apa pun, harus dengan

pemberitahuan kepada penanggung jawab kelompok siaga bencana

Kebakaran.

11
f. Alat pemadam kebakaran harus diperiksa setiap minggu untuk

memastikan alat tersebut diletakkan dengan benar dan terisi penuh

untuk digunakan.

6. Penanggulangan Kebakaran

Menurut Depsos RI (2009) untuk menanggulangi kebakaran adalah

sebagai berikut:

a. Tetap tenang saat menghadapi kebakaran.

b. Jika kebakaran kecil dan masih bisa diatasi segera padamkan

dengan alat pemadam kebaran yang ada seperti APAR (Alat

Pemadam Ringan) atau jika tidak memiliki APAR bisa

menggunakan karung goni/lap yang dibasahi air.

c. Jika kebakaran disebabkan oleh konsleting listrik segera matikan

listrik dirumah

d. Tutup ruangan lokasi kebakaran agar tidak menjalar ke ruang lain

tetapi jangan sibukan diri untuk mengumpulkan barang di dalam

rumah .

e. Hindari menghirup asap yang tebal misalnya dengan cara

merangkak dan bernafas dengan mendekatkan muka ke lantai,

gunakan kain basah sebagai penutup hidung hal ini akam

membantu untuk bernafas.

f. Jika melewati pintu yang tertutup periksa dengan sesakma suhu

daun pintu dengan menempelkan bekalang telapak tangan lalu

periksa handle pintu. Jika terasa panas pindah melalui jalur lain.

12
g. Jika perlu lakukan latihan evakuasi jika terjadi kebakaran agar

upaya penyelamatan dapat berjalan lebih cepat.

7. Evakuasi Saat Kebakaran

Menurut International Labour Office Indonesia (2018) langkah-

langkah evakuasi saat kebakaran:

a. Prosedur Evakuasi Keadaan Darurat Kebakaran yang akan

diarahkan oleh departemen keamanan seperti berikut ini:

1) Tetap tenang dan jangan panik.

2) Segera menuju tangga darurat jika berada di gedung yang

terdekat dengan berjalan biasa dengan cepat namun tidak berlari.

3) Bila dilihat tertutup secepatnya, berjalanlah dengan merayap

pada tembok atau pegangan pada tangga, atur pernafasan

pendek-pendek.

4) Jangan balik arah karena akan bertabrakan dengan orang-orang

dibelakang dan melawan evakuasi.

5) Segeralah menuju titik kumpul yang ada di tempat tersebut untuk

menunggu persetujuan berikutnya.

6) Jika pakaian terbakar berhenti kemudian berbaring di lantai

dengan menutup muka,berguling berulang-ulang atau minta

bantuan orang lain.

8. Penanganan Pertama Jika Terjadi Luka Bakar

Luka Bakar menyebabkan hilangnya epidermis, oleh karena itu

pada kasus luka bakar akan menimbulkan kehilangan cairan. Cairan

13
yang hilang tergantung pada luas daerah yang terkena luka bakar (Britto

J.A., 2005) Efek luka bakar yang meluas juga mempengaruhi

metabolisme dan fungsi di setiap sel tubuh. Semua sistem terganggu

terutama sistem kardiovaskular, karena semua organ memerlukan aliran

darah yang adekuat, maka perubahan fungsi kardiovaskular memiliki

dampak terhadap ketahanan tubuh pasien dan pemulihan pasien

(Corwin J. E., 2009). Perawatan luka bakar dapat dilakukan dengan

pemantauan fisiologi cairan dan elektrolit, pemantauan nutrisi,

pemantauan kardiopulmonar, dan perawatan luka (Schwartz S. et al,

2000).

a. Hentikan proses bakar

Menghentikan proses bakar ini dengan cara menjauhkan /

mematikan sumber panas. Untuk luka bakar api dapat

dipergunakan air, kain basah, berguling-guling di tanah. Untuk luka

bakar listrik dengan cara memutuskan sambungan listrik, jangan

menyentuh bagian tubuh korban dan jangan pergunakan cairan

apapun untuk menyiram korban.

b. Dinginkan luka bakar

Siram dengan air mengalir selama 20 menit bermanfaat untuk

mendinginkan luka, mengurangi nyeri dan mengurangi bengkak.

Jangan menggunakan bahan lain seperti kopi, pasta gigi, kecap dll.

c. Apabila Timbul Lepuh, Jangan Dipecahkan

Tidak disarankan untuk dipecahkan. Namun, apabila lepuh pecah

dengan sendirinya, luka bakar perlu dicuci dengan air bersih.

14
Kemudian, aplikasikan dressing  luka antimikroba. Apabila tidak

ada lepuh atau lepuh belum pecah, aplikasikan gel untuk

melembapkan dan mendinginkan luka. Jangan mengoleskan pasta

gigi, minyak, kecap, cairan yang tidak diperuntukan untuk luka.

Karena akan memperburuk keadaan luka.

d. Obat anti nyeri

Bermacam obat yang mudah didapat dan biasa tersedia di

rumah seperti paracetamol dan ibuprofen, dapat diberikan kepada

korban sesuai dengan dosis yang tertera pada kemasan untuk

mengurangi nyeri dan membantu membuat nyaman korban.

e. Menutup luka bakar

Balutan yang bersih dan steril harus dipakai untuk menutup luka

agar dapat mencegah terjadinya rasa kedinginan pada korban

sebelum atau dalam perjalanan menuju penanganan lebih lanjut dan

juga dapat menurunkan resiko infeksi untuk luka bakar kecil pada

perawatan di rumah.

Luka bakar merupakan suatu luka yang menyebabkan

kerusakan yang tidak hanya melibatkan kerusakan jaringan tubuh

seperti kulit, otot atau tulang saja, tetapi kerusakan akibat luka

bakar ini begitu rumitnya sehingga dapat menyebabkan kekurangan

cairan dll yang akhirnya dapat menyebabkan kerusakan organ-

organ tubuh lainnya seperti ginjal, paru-paru bahkan jantung.

Seberapa kecilnya luka bakar, sebaiknya diperiksakan ke

layanan kesehatan terdekat. Luka bakar khusus seperti luka bakar

15
pada anak-anak, luka bakar pada orang tua, luka bakar kimia, luka

bakar listrik, luka bakar dalam, luka bakar dengan trauma lain, luka

bakar dengan penyakit penyerta serta luka bakar pada area wajah,

persendian dan alat kelamin, sebaiknya diperiksakan ke layanan

kesehatan dengan Unit Luka Bakar atau dengan kehadiran dokter

bedah plastic (International Labour Office Indonesia, 2018).

C. Lansia

1. Pengertian Lansia

Lanjut usia menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1998 adalah

seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas .

Kemenkes mengklasifikasikan lansia kedalam dua kategori, penduduk

usia lanjut berumur ≥ 60 tahun dan penduduk usia lanjut dengan risiko

tinggi ≥ 70 tahun (Kemenkes, 2017). Sebagian besar dari kelompok

lanjut usia tidak dapat hidup secara mandiri karena keterbatasan

mobilitas, lemah atau masalah kesehatan fisik dan mental sehingga

membutuhkan pelayanan dan perlindungan khusus (Wibowo, 2018).

Lansia mengalami penurunan system tubuh yang meliputi perubahan

fisik, mental dan psikososial (Nugroho dalam Wibowo,2014).

Perubahan fisik mencakup perubahan sel, sistem persarafan, sistem

pendengaran, system penglihatan, sistem kardiovaskuler, system

pengaturan suhu tubuh, sistem pernafasan, sistem gastrointestinal,

sistem genitourinaria, sistem endokrin, sistem integumen, dan system

muskulosketal. Perubahan mental dipengaruh oleh perubahan fisik,

kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan, lingkungan, tingkat

16
kecerdasan dan kenangan. Perubahan psikososial umumnya timbul

karena lansia dianggap sudah tidak produktif lagi sehingga sebagian

besar pensiun dari pekerjaannya (Wibowo,2014). Lansia seringkali

tinggal sendiri sehingga semakin memperbesar risiko lansia

terdampak bencana, karena keterbatasan fisiknya dan tidak adanya

bantuan dari anggota keluarga. Pada saat terjadi bencana yang

mengharuskannlansia mengungsi akan menimbulkan perasaan tidak

nyaman pada lansia karena merasa kehilangan tempat tinggalnya dan

komunitasnya sama saja seperti kehilangan dirinya (Yotsui et al,

2015) (Siregar & Wibowo, 2019).

2. Pemberdayaan lansia pengurangan resiko bencana

Menurut sejarah kebanyakan pembuat kebijakan, praktisi maupun

masyarakat menganggap bahwa lansia merupakan sebuah masalah

populasi rentan (Harvard School Public Health, 2004) dan bukan

sebagai warga negara yang berfungsi dan bermanfaat yang memiliki

ketrampilan dan keahlian yang dapat dimaksimalkan (Minkler and

Holstein, 2008; Zedlewski and Butrica 2007). Hal tersebut

merupakan gambaran negatif dari lansia baik pada kondisi normal

maupun pada kondisi terjadi bencana. Pada komunitas psikologi dan

gerontologi pemahaman terhadap partisipasi sosial telah melalui

perubahan paradigm dari proteksi dengan dasar pendekatan

memandang lansia sebagai kelompok rentan ke pemahaman bahwa

lansia merupakan asset sosial yang bernilai (Geiss, 2007) . Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa melibatkan lansia kedalam kegiatan

17
sosial baik perorangan maupun kelompok bukan hanya sebagai

bentuk dukungan terhadap lansia namun juga dapat menurunkan

perasaan kesepian dan cemas, namun juga dapat 33 meningkatkan

kekuatan fisik serta kepercayaan diri yang dibangun melalui

persahabatan dan peningkatan ketrampilan dan pengetahuan (Yotsui

et al, 2015).Dalam penelitiannya Yotsui et al menemukan bahwa

lansia yang dipekerjakan sebagai relawan (volunter) merasa

mendapatkan sebuah kesempatan yang baru untuk mendukung dan

mendorong orang lain disekelilingnya dan membangun kembali

identitas sosial mereka sendiri sehubungan dengan kemampuan fisik

dan mentalnya. Menjadi relawan juga mengubah konsep lansia atas

diri mereka sendiri yang awalnya merasa sebagai penerima bantuan

menjadi penyedia bantuan. Lansia merasa kepercayaan diri mereka

turut meningkat ketika menjadi relawan mereka mendapatkan

pengakuan dari teman sebahanya maupun masyarakat luas.

Kesehatan lansia juga mengalami peningkatan ketika mereka turut

berpartisipasi sebagai relawan. Partisipasi lansia sebagai relawan

mampu mengurangi kerentanan mereka terhadap dampak bencana

baik dari segi kesehatan mental maupun fisik. Melibatkan lansia

dalam kegiatan sosial dapat membuka kesempatan untuk

meningkatkan keadaan menjadi lebih baik diantara kelompok rentan

yang kehilangan rumah, komunitas dan harta bendanya. Sudah

saatnya lansia dipandang sebagai kelompok masyarakat yang dapat

diberdayakan saat bencana bukan hanya sebagai korban yang

18
membutuhkan perhatian khusus. Lansia dapat berkontribusi dalam

pengurangan risiko bencana baik risiko yang ada dalam dirinya

maupun sekelilingnya dengan melibatkan mereka sebagai relawan

yang memberi support kepada sesama korban bencana. (Yotsui et

al, 2015) (Siregar & Wibowo, 2019) (Kurnia Darmawan &

Suprayogi, 2016).

19
BAB III

HASIL PEMBINAAN WILAYAH

A. Hasil Pengkajian

Tanggal Pengkajian : kamis, 14 Oktober 2021

1. Peta Wilayah

Gambar 3.1 .

2. Data Umum

a. Alamat : Kp.Cipanengah RW 02 Kelurahan Sindang Sari Kecamatan Lembur

Situ Kota Sukabumi

20
b. Struktur Organisasi: Ronda, Karang taruna dan Tanggap Darurat Bencana

(TAGANA)

c. Fasilitas Umum : Masjid, Lapangan, Posyandu, Madrasah, ambulan.

d. Fasilitas Kesehatan : Posyandu, posbindu, ambulan

3. Pengkajian Situasi

a. Tenaga medis/paramedis (Sistem Rujukan) : Puskesmas, dan Klinik Bidan

b. Petugas Keselamatan : Petugas Kelurahan

c. Pemeriksaan Kesehatan Berkala : Ada

d. Jalur Evakuasi : Tidak Ada

e. Ketersediaan Alat Kegawatdaruratan : tidak ada

f. Penkes Tentang Mitigasi Bencana : Ada (Dilakukan Satu tahun sekali)

4. Pengkajian Lingkungan

a. Daerah pemukiman padat penduduk

b. Berada di gang sempit

c. Belum tersedianya jalur evakuasi namun sudah tersedia titik berkumpul yang

terletak di lapangan

5. Pengkajian Keselamatan

a. Pelatihan yang diikuti : Mitigasi dan Kesiapsiagaan Bencana

b. Lingkungan Ketersediaan P3K : Ada

6. Analisa Risiko

Risiko infeksi apabila terjadi luka bakar

7. Pencegahan

Mitigasi bencana

8. Data Subjektif

21
Dari hasil wawancara di RW 02 Kelurahan Sindang Sari Kecamatan Lembur Situ

Kota Sukabumi pada 5 orang responden yang terdiri dari 3 orang lansia, 1 ketua

RW dan 1 Ibu kader menyatakan bahwa di wilayah RW 02 merupakan wilayah

padat penduduk dan pernah terjadi kebakaran akibat konsleting listrik tetapi tidak

merembet dan masih bisa ditangani oleh warga pada tahun 2020.

9. Data Objektif

Wilayah RW 02 yang berada dikawasan padat penduduk dengan bangunan rumah

yang berdempetan membuat rentan jika terjadi kebakaran akan cepat merembet

ke rumah lainnya.

B. Analisa Data

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada masyakat, didapatkan

hasil analisa data yang dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut :

Tabel 3.1 Analisa Data

No Data Kesimpulan

1 DS : Kurangnya kesiapsiagaan

a. Ketua RW mengatakan bahwa masyarakat terhadap bencana

jarang terjadi kebakaran kebakaran

b. Ketua RW mengatakan pernah

dilakukan penyuluhan

mengenai kebakaran di

Kelurahan Sindangsari pada

tahun 2020.

c. Ketua RW mengatakan belum

pernah ada pelatihan tentang

22
penanggulangan bencana atau

teknik menyelamatkan diri saat

terjadinya bencana kebakaran.

d. Ketua RW mengatakan belum

adanya alat evakuasi

kesiapsiagaan bencana

e. Ketua RW 02 Sudah terbentuk

RW Siaga Bencana namun

tidak aktif hanya ada

strukturalnya saja.

f. Ketua RW mengatakan belum

terdapat titik untuk berkumpul

dan jalur evakuasi apabila

terjadi bencana. Dan ketua RW

02 mengatakan bahwa titik

berkumpul warga adalah

Lapang dan Jalan.

g. Tidak ada titik berkumpul dan

jalur evakusi yang jelas

Wilayah RW 02 merupakan

wilayah padat penduduk dengan

akses jalan gang kecil

23
DO :

a. Jalur evakuasi belum jelas

b. Titik kumpul yang tidak jelas

c. Tidak adanya RW siaga

bencana

2 DS : Tidak adanya sistem peringatan

a. Hasil wawancara yang dini atau early warning system.

dilakukan kepada warga di RW

02, didapatkan warga

mengatakan bahwa di RW 02

belum terdapat sistem

peringatan dini untuk

pemberitahuan akan adanya

bencana yang terjadi.

DO :

a. Tidak adanya sistem peringatan

dini yang dapat dibunyikan

ketika terjadinya bencana

B. Solusi

Beberapa solusi untuk permasalah tersebut yaitu :

24
1. Pelatihan Pemantapan Langkah-Langkah Penyelamatan Diri dari

Bencana kebakaran Pada Lansia

2. Memberikan Penyuluhan melalui animasi tentang bencana kebakaran

3. tanggap bencana, solusi penanggulangan krisis pada lansia

25
Tabel 3.2 Planning Of Action

NO Masalah Tujuan Strategi Rencana Kegiatan Kriteria Hasil Waktu Tempat PJ


1 Ketidakmamp Masyarakat 1. Penyuluhan 1. Berikan penyuluhan 1. Masyarakat RW 02 Masjid Dinda
uan RW 02 dan dan demonstrasi mampu Warga Rw Cahyani
masyarakat mampu demonstrasi teknik penyelamatan diri 02
RW 02 menyelama dan teknik penyelamatan diri sendiri termasuk Kelurahan
menyelamatk tkan penyelamatan pada lansia kelompok rentan Sindangsari
an dirinya dirinya diri (lansia) memahami
selama selama tentang:
bencana bencana  Bencana
dengan benar. dengan kebakaran
benar meliputi
pengertian,
penyebab, dan
dampak dari
kebakaran
kepada
masyarakat RW
02
 Pertolongan
pertama pada

26
korban bencana
kebakaran
kepada
kelompok
penolong
 Teknik
menyelamatkan
diri saat
terjadinya
bencana
kebakaran
2. Menentukan 2. Lakukan survei 2. Adanya kesepakatan
titik berkumpul lapangan untuk untuk penentuan
dan pemberian pembuatan jalur jalur evakuasi dan
label jalur evakuasi dan titik warga mengetahui
evakuasi berkumpul yang dimana tempat titik
strategis dan aman berkumpul
serta lakukan
pembuatan label
tanda jalur evakuasi
dan titik berkumpul

27
28

Anda mungkin juga menyukai