4. Ulfa Sopiani
5. Wawan Islami
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIV KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI
NERS
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Luka Bakar” Tak lupa
shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW beserta
para keluarga, sahabat, dan pengikut – pengikutnya sampai akhir zaman.
Tak lupa penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dalam penyusunan makalah ini, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan di masa
yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu
pengetahuan.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul.............................................................................................. i
Kata Pengantar............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 3
C. Tujuan Penulisan................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 4
A. Kesimpulan.......................................................................................... 9
B. Saran ……........................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Luka bakar merupakan bentuk trauma yang terjadi sebagai akibat dari aktifitas
manusia dalam rumah tangga, industri, trafic accident, maupun bencana alam. Luka bakar
ialah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda yang
menghasilkan panas (api, air panas, listrik) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam
kuat, basa kuat) (Paula,K.,dkk, 2009). Anak-anak kecil dan orang tua merupakan populasi
yang beresiko tinggi untuk mengalami luka bakar. Kaum remaja laki-laki dan pria dalam
usia kerja juga lebih sering menderita luka bakar dari pada yang diperkirakan lewat
representasinya dalam total populasi. Sebagian besar luka bakar terjadi di rumah.
Memasak, memanaskan dan menggunakan alat-alat listrik merupakan pekerjaan yang
lazimnya terlihat dalam kejadian ini. Kecelakaan industry juga menyebabkan banyak
kejadian luka bakar (Brunner&Suddarth, 2001). Sehingga sangat perlu adanya penanganan
atau pertolongan pertama pada luka bakar yang benar.
Pertolongan pertama adalah penanganan yang diberikan saat kejadian atau bencana
terjadi di tempat kejadian, sedangkan tujuan dari pertolongan pertama adalah
menyelamatkan kehidupan, mencegah kesakitan makin parah, dan meningkatkan
pemulihan (Paula,K.,dkk,2009). Namun ada kebiasaan masyarakat yang kurang tepat, jika
terjadi luka bakar banyak orang yang memberikan pertolongan pertama pada kasus luka
bakar. Dengan mengoleskan pasta gigi, mentega, kecap, minyak, dan masih banyak lagi
anggapan dan kepercayaan seseorang yang selama ini diyakini di masyarakat. Hingga kini
masih banyak masyarakat yang percaya dengan hal tesebut. Seharusnya pertolongan
pertama yang dapat dilakukan adalah sesegera mungkin mendinginkan area yang terkena
dengan air sejuk yang mengalir selama minimal 20 menit. Hal ini untuk mengurangi
bengkak yang dapat terjadi dan mempercepat proses penyembuhan di kemudian harinya.
Tidak perlu menggunakan air yang terlalu dingin atau menggunakan es batu karena hal
tersebut justru akan merusak jaringan kulit lebih dalam (Rionaldo D, 2014). Penanganan
dalam penyembuhan luka bakar antara lain mencegah infeksi, memacu pembentukan
kolagen dan mengupayakan agar sisa-sisa sel epitel dapat berkembang sehingga dapat
menutup permukaan luka (Syamsuhidayat dan Jong, 2004).
Sedangkan di Indonesia kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar setiap
tahunya. Dari kelompok ini, 200.000 pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan
100.000 pasien dirawat dirumah sakit. Bila ditinjau Rumah Sakit Pertamina sebagai salah
satu rumah sakit yang memiliki fasilitas perawatan khusus Unit Luka Bakar, menerima
antara 33 sampai dengan 53 penderita (rata-rata 40 penderita /tahun). Dari jumlah tersebut
yang termasuk dalam kategori Luka Bakar Berat adalah berkisar 21% (Rivai T, 2010).
Data Prevalensi kasus luka bakar di Jawa Timur sekitar 0,7% (Riskesdes, 2013: 102).
Sedangan di Ponorogo pada bulan Januari sampai bulan November 2014 terdapat 22 kasus
kebakaran namun tidak ada korban jiwa ataupun korban yang luka, penyebab kebakaran
berasal dari kebocoran gas LPG, konsleting listrik, dan minyak tanah yang tersulut korek
api (Unit Pemadam Kebakaran Ponorogo, 2014). Perlu diketahui bahwa penyebab angka
kematian dan kecacatan akibat kegawat daruratan adalah tingkat keparahan akibat
kecelakaan, kurang memadainya peralatan, sistem pertolongan dan pengetahuan
penanganan korban yang tidak tepat dan prinsip pertolongan awal yang tidak sesuai.
Pengetahuan penanggulangan penderita gawat darurat memegang posisi besar dalam
menentukan keberhasilan pertolongan. Banyak kejadian penderita pertolongan pertama
yang justru meninggal dunia atau mengalami kecacatan akibat kesalahan dalam pemberian
pertolongan awal. Ketergantungan masyarakat kepada tenaga medis untuk melakukan
tindakan penyelamatan dasar bagi korban kecelakaan, sudah waktunya di tinggalkan. Hal
ini karena kurangnya kemampuan masyarakat dalam pertolongan pertama pada kecelakaan
(Azhari, 2011). Apabila penanganan luka bakar tidak benar berdapak timbulnya beberapa
macam komplikasi. Luka bakar tidak hanya menimbulkan kerusakan kulit, tetapi juga
mempengaruhi seluruh system tubuh pasien. Pada pasien dengan luka bakar luas (mayor)
tubuh tidak mampu lagi untuk mengkompensasi sehingga timbul berbagai macam
komplikasi yang memerlukan penanganan khusus (Moenadjat, 2009)
B. Rumusan masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Luka bakar (combustio) adalah kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti air, api, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar akan
mengakibatkan tidak hanya kerusakan kulit, tetapi juga mempengaruhi seluruh sistem tubuh
(Nina, 2008). Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan dan atau kehilangan jaringan
disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang sangat tinggi (misalnya api, air
panas, bahan kimia, listrik dan radiasi) atau suhu yang sangat rendah. Saat terjadi kontak
dengan sumber termis (atau penyebab lainnya), berlangsung reaksi kimiawi yang menguras
energi dari jaringan sehingga sel tereduksi dan mengalami kerusakan (Moenadjat, 2009).
B. Tujuan Pemberian Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan luka bakar, seperti paparan sinar
matahari berlebih, sengatan listrik, api atau kebakaran, dan luka bakar karena terpapar
bahan kimiawi. Melihat dari tingkatannya, luka bakar yang dialami seseorang dapat
dikategorikan sebagai berikut:
Luka bakar perlu didinginkan untuk meredakan rasa perih. Anda bisa letakkan handuk
yang sudah dibasahi air dingin pada luka.
Cuci dengan air bersih mengalir jika ada luka lepuh yang pecah dengan sendirinya.
Jika rasa sakit terasa tidak tertahankan, penderita dapat mengonsumsi obat pereda rasa
sakit, seperti paracetamol, atau obat antinyeri lainnya sesuai anjuran dokter
5
Langkah Pertolongan Luka Bakar Sedang
Penanganan luka bakar sedang di rumah umumnya hampir sama dengan luka
bakar ringan. Hanya saja, pada kondisi tertentu, luka bakar sedang sebaiknya
diperiksakan ke dokter.
Berikut ini adalah penanganan luka bakar sedang:
Dinginkan area luka bakar dengan handuk selama kurang lebih 15 menit.
Periksakan diri ke dokter jika terdapat luka lepuh yang cukup besar, jika luka bakar
cukup luas, atau jika terjadi infeksi berupa bengkak, merah, dan rasa sakit yang
bertambah parah. Dokter mungkin akan memberi pengobatan berupa antinyeri atau
antibiotik.
Anda juga perlu segera memeriksakan diri ke dokter, bila luka bakar memengaruhi area
tertentu seperti wajah, tangan, bokong, selangkangan, atau kaki.
Langkah Pertolongan Luka Bakar Berat
Sebagai bentuk pertolongan pertama pada luka bakar berat, segera larikan korban
ke unit gawat darurat (UGD) atau hubungi ambulans UGD rumah sakit terdekat. Selama
menunggu, Anda bisa melakukan sesuatu untuk menolong korban, misalnya:
Jauhkan korban dari sumber kebakaran atau area yang berdekatan dengan api maupun
asap.
Lepaskan perhiasan, ikat pinggang, ataupun aksesori yang melingkar di sekitar area yang
terbakar.
Untuk mencegah terjadinya hipotermia, jangan berikan air dingin pada luka bakar yang
luas. Hal ini juga untuk mencegah turunnya tekanan darah dan aliran darah secara drastis.
Tutup luka bakar dengan kain bersih atau plester yang dingin dan lembut.
Hindari mengoleskan obat atau salep pada area yang terbakar di luar dari anjuran dokter.
Selain itu, menempelkan es atau mengoleskan mentega justru dapat membahayakan
jaringan kulit yang terbakar.
Fase pertama ini akan dialami pengidap setelah terbentuknya luka dan akan berakhir
pada 3 - 4 hari. Dalam fase inflamatori terdapat dua proses, yaitu hemostasis dan fagositosis.
Hemostasis adalah penghentian pendarahan di daerah luka. Dalam proses hemostasis
terbentuk scab di permukaan luka (jaringan yang dibentuk di permukaan luka, berwarna
merah agak tua dan agak keras) agar tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme. Respons
peradangan ini sangat penting dalam proses penyembuhan karena setelahnya, terjadi proses
pembekuan darah untuk mencegah kehilangan darah. Fase ini tidak akan berlangsung lama
jika tidak terjadi infeksi.
2. Fase Proliferatif
Fase kedua ini muncul setelah fase inflamatori yang berlangsung dari hari ke-4 sampai
hari ke-21. Diawali dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar yang disebut
proteoglikan setelah 5 hari terjadinya luka. Kolagen adalah protein penyusun tubuh manusia
yang dapat menambah tegangan permukaan dari luka. Semakin banyak jumlah kolagen,
semakin bertambah kekuatan permukaan luka sehingga kecil kemungkinan luka menjadi
terbuka. Jaringan epitel tumbuh melintasi luka (epitelisasi), meningkatkan aliran darah yang
memberikan oksigen dan nutrisi penting bagi proses penyembuhan luka.
3. Fase Maturasi
Fase ini dimulai dari hari ke-21 dan berakhir sekitar 1 - 2 tahun. Fibroblas terus -
menerus mensintesis kolagen, kemudian bekas luka menjadi kecil, kehilangan elastisitas,
dan meninggalkan garis putih. Terbentuknya kolagen yang baru mengubah bentuk luka serta
peningkatan kekuatan jaringan. Terbentuk jaringan parut yang hampir sama kuat dengan
jaringan sebelumnya. Selanjutnya, terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas
seluler dan vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertolongan pertama adalah penanganan yang diberikan saat kejadian atau bencana terjadi di
tempat kejadian, sedangkan tujuan dari pertolongan pertama adalah menyelamatkan kehidupan,
mencegah kesakitan makin parah, dan meningkatkan pemulihan (Paula,K.,dkk,2009). Namun
ada kebiasaan masyarakat yang kurang tepat, jika terjadi luka bakar banyak orang yang
memberikan pertolongan pertama pada kasus luka bakar. Dengan mengoleskan pasta gigi,
mentega, kecap, minyak, dan masih banyak lagi anggapan dan kepercayaan seseorang yang
selama ini diyakini di masyarakat. Hingga kini masih banyak masyarakat yang percaya dengan
hal tesebut.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alodokter.com/wajib-tahu-pertolongan-pertama-pada-luka-bakar-untuk-
selamatkan-nyawa
https://www.halodoc.com/artikel/ketahui-proses-penyembuhan-pada-luka-bakar
http://eprints.ums.ac.id/14958/3/BAB_I.pdf
10