Anda di halaman 1dari 32

CASED ANALYZE METHOD (CAM)

LUKA BAKAR

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Case Analysis Metode (CAM)

dosen pengampu Nina Gartika, S.Kep Ners M.Kep

disusun oleh:

Anggi Aprilia Hayati (penyaji) 302017004


Aqmarina Ghoeisani 302017012
Desi Putri Anjani 302017020
Dizza Tresa Desclara 302017026
Fina Asfiaul Hasanah 302017034
Khoirunnisa Oktaviani S 302019042
Moch Ramlan (penyaji) 302017046
Nur Ranti Lutfiani 302017052
Rani Sopiah Septianilova 302017059
Shafitri Nur’afifah 302017066
Sylvi Nurdiyanti 302017073
Wafa Wafiah Purnamawati 302017079
Yuli Yulianti 302017085
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini dengan sebaik baiknya.

Makalah ini membahas tentang Keperawatan Medikal Bedah III


“LUKA BAKAR” makalah ini kami buat untuk memudahkan para pembaca
memahami materi yang akan disajikan. Dengan rangkuman materi yang kami
dapatkan dari beberapa sumber diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.

Dan tidak menutup kemungkinan dalam makalah ini terdapat


kekurangan-kekurangan baik penyajian maupun teknis penyusunannya sehingga
sulit untuk dipahami, maka dari itu sudilah kiranya memberi kritik dan saran
untuk lebih meningkatkan mutu pembuatan makalah selanjutnya. Dan mudah-
mudahan makalah ini dapat memberi manfaat bagi kami terlebih lagi untuk para
pembaca.

Bandung, November 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................4
PEMBAHASAN.....................................................................................................4
A. Definisi......................................................................................................4
B. Etiologi......................................................................................................4
C. Manifestasi Klinis......................................................................................4
D. Kedalaman Luka Bakar.............................................................................5
E. Klasifikasi Luka Bakar Berdasarkan Derajat dan Luasnya Kulit yang
Terkena.................................................................................................................6
F. Luas Luka Bakar Berdasarkan Rule Of Nine................................................6
G. Luas Permukaan Tubuh (%) Berdasarkan lund and browder...................7
H. Penatalaksanaan.........................................................................................8
I. Perawatan Luka...........................................................................................10
J. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................11
BAB IV..................................................................................................................28
PENUTUP.............................................................................................................28
A. Kesimpulan..............................................................................................28
Daftar Pustaka......................................................................................................29

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan bentuk trauma yang terjadi sebagai akibat
dari aktifitas manusia dalam rumah tangga, industri, trafic accident,
maupun bencana alam. Luka bakar ialah luka yang terjadi akibat sentuhan
permukaan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, air
panas, listrik) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat).
Anak-anak kecil dan orang tua merupakan populasi yang beresiko tinggi
untuk mengalami luka bakar. Kaum remaja laki-laki dan pria dalam usia
kerja juga lebih sering menderita luka bakar dari pada yang diperkirakan
lewat representasinya dalam total populasi. Sebagian besar luka bakar
terjadi di rumah. Memasak, memanaskan dan menggunakan alat-alat
listrik merupakan pekerjaan yang lazimnya terlihat dalam kejadian ini.
Kecelakaan industry juga menyebabkan banyak kejadian luka bakar
(Brunner&Suddarth, 2002). Sehingga sangat perlu adanya penanganan
atau pertolongan pertama pada luka bakar yang benar. Pertolongan
pertama adalah penanganan yang diberikan saat kejadian atau bencana
terjadi di tempat kejadian, sedangkan tujuan dari pertolongan pertama
adalah menyelamatkan kehidupan, mencegah kesakitan makin parah, dan
meningkatkan pemulihan.
Namun ada kebiasaan masyarakat yang kurang tepat, jika terjadi
luka bakar banyak orang yang memberikan pertolongan pertama pada
kasus luka bakar. 2 Dengan mengoleskan pasta gigi, mentega, kecap,
minyak, dan masih banyak lagi anggapan dan kepercayaan seseorang yang
selama ini diyakini di masyarakat. Hingga kini masih banyak masyarakat
yang percaya dengan hal tesebut. Seharusnya pertolongan pertama yang
dapat dilakukan adalah sesegera mungkin mendinginkan area yang terkena
dengan air sejuk yang mengalir selama minimal 20 menit. Hal ini untuk

1
2

mengurangi bengkak yang dapat terjadi dan mempercepat proses


penyembuhan di kemudian harinya. Tidak perlu menggunakan air yang
terlalu dingin atau menggunakan es batu karena hal tersebut justru akan
merusak jaringan kulit lebih dalam .Penanganan dalam penyembuhan luka
bakar antara lain mencegah infeksi, memacu pembentukan kolagen dan
mengupayakan agar sisa-sisa sel epitel dapat berkembang sehingga dapat
menutup permukaan luka.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini akan diuraikan dalam bab
pembahasan berdasarkan latarbelakang yang telah dibuat.rumusan masalah
makalah ini terdiri dari:
1. Apa definisi dari luka bakar ?
2. Bagaimana etiologi luka bakar ?
3. Bagaimana manifestasi klinis luka bakar ?
4. Bagaimana kedalaman luka bakar ?
5. Bagaimana klasifikasi luka bakar ?
6. Bagaimana luas luka bakar ?
7. Bagaimana Luas Permukaan Tubuh luka bakar ?
8. Bagaimana penatalaksanaan luka bakar ?
9. Bagaimana perawatan luka bakar ?
10. Apa saja pemeriksaan penunjang luka bakar ?
11. Bagai mana perjalanan penyakit luka bakar ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep umum mengenai luka bakar.
2. Tujuan Khusus
Tujuan pembuatan makalah dapat disebut juga jawaban dari setiap
rumusan masalah. Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui definisi luka bakar
3

b. Untuk mengetahui bagaimana etiologi pada luka bakar


c. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis luka bakar
d. Untuk mengetahui bagaimana kedalaman luka bakar
e. Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi pada luka bakar
f. Untuk mengetahui bagaimana luas luka bakar
g. Untuk mengetahui bagaimana Luas Permukaan Tubuh luka bakar
h. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan luka bakar
i. Untuk mengetahui perawatan luka bakar
j. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang luka bakar
k. Untuk mengetahui perjalanan penyakit luka bakar.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak langsung dengan
suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka bakar
mengakibatkan tidak hanya kerusakan pada kulit, tetapi juga mempengaruhi
seluruh sistem tubuh. Pasien dengan luka bakar luas (mayor) akan menyebabkan
berbagai macam komplikasi sehingga memerlukan penangan khusus.
(Moenadjat,2003)
Luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma
suhu/ termal seperti api, air panas, listrik atau zat-zat yang bersifat membakar
seperti asam kuat dan basa kuat. Luka bakar dengan ketebalan parsial merupakan
luka bakar yang tidak termasuk epitel kulit maupun hanya merusak sebagian dari
epitel. Luka bakar dengan ketebalan penuh merusak semua sumber-sumber
pertumbuhan kembali epitel kulit. ( Arif Mz,2017)
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam. (Rudi Haryono, dkk 2019)
B. Etiologi
Menurut (Rudi Haryono, dkk 2019)
1. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn); gas, cairan, dan bahan
padat (solid)
2. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
3. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
4. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)

4
5

C. Manifestasi Klinis
1. Luka bakar derajat pertama ditandai oleh kemerahan dan nyeri.
Dapat timbul lepuh setelah 24 jam dan kemudian kulit mungkin
terkelupas.
2. Luka bakar derajat kedua superfisial ditandai dengan adanya lepuh
dan nyeri hebat. Terbentuk lepuhan yang terjadi beberapa menit
setelah cedera. Ketika lepuhan pecah, ujung-ujung saraf terekspos
langsung dengan udara. Karena respons nyeri dan taktil masih
utuh, penanganan luka bakar ini menimbulkan rasa yang sangat
nyeri.
3. Luka bakar derajat kedua dalam ditandai dengan adanya lepuh dan
rasa nyeri. Apabila dibandingkan dengan luka bakar derajat kedua
superfisial, pada luka bakar ini tidak begitu nyeri karena neuron
sensoris sudah mengalami destruksi yang luas.
4. Luka bakar derajat ketiga tampak datar, tipis, dan kering. Dapat
ditemukan koagulasi pembuluh-pembuluh darah. Mungkin kulit
tampak putih atau hitam dengan tekstur kasar.
5. Luka bakar derajat empat menimbulkan edma atau bula. Dalam
beberapa jam, cairan dan protein berpindah dari kapiler ke ruang
interstisial sehingga terjadi bula. Pada keadaan ini timbul respons
imunologi berupa peningkatan laju metabolisme yang berdampak
terhadap peningkatan kebutuhan kalori. (Rudi Haryono, dkk 2019)
D. Kedalaman Luka Bakar
Luka bakar dapat diklasifikasikan menurut dalamnya jaringan yang rusak
dan disebut sebagai luka bakar superficial partial-thickness, deep partial-
thickness dan full-thickness. Istilah deskriptif yang sesuai adalah luka
bakar dearajat satu, dua dan tiga.
1. Luka bakar derajat satu: Epidermis mengalami kerusakan atau
cedera dan sebagian dermis turut cedera. Luka tersebut bisa terasa
nyeri, tampak merah dan keting seperti luka bakar matahari, atau
6

mengalami lepuh/ bullae. Kesembuhan lengkap dalam waktu satu


minggu.
2. Luka bakar derajat dua: meliputi destruksi epidermis serta lapisan
atas dermis dan cedera pada bagian demis yang lebih dalam. Luka
tersebut tersa nyeri, tampak merah dan mengalami eksudasi cairan.
Pemutihan jaringan yang terbakar diikuti oleh pengisian kembali
kapiler, folikel rambut masih utuh. Kesembuhan dalam waktu 2-3
minggu, pembentukan parut dan depigmentasi.
3. Luka bakar derajat tiga: meliputi destruksi total epidermis serta
dermis, dan pada sebagian kasus, jaringan yang berada di
bawahnya. Warna luka bakar sangat bervariasi mulai dari warna
putih hingg merah, cokelat atau hitam. Daerah yang terbakar tidak
terasa nyeri karena serabut-serabut sarafnya sudah hancur. Luka
bakar tersebut tampak seperti bahan kulit. Folikel rambut dan
kelenjar keringat turut hancur. Pembentukan eskar, diperlukan
pencangkokan. (Brunner&Suddarth, 2002)
E. Klasifikasi Luka Bakar Berdasarkan Derajat dan Luasnya Kulit yang
Terkena
No. Klasifikasi Keteranngan
1. Luka bakar Luka bakar derajat I sebesar <15% atau derajat II
ringan sebesar <2%.
2. Luka bakar Luka bakar derajat I sebesar 10-15% atau derajat
sedang II sebesar 5-10%.
3. Luka bakar Luka bakar derajat II sebesar >20% atau derajat
berat III sebesar >10% atau mengenai wajah, tangan-
kai, alat kelamin, persendian, sekitar ketiak atau
akibat listrik tegangan tinggi (>1000 V) atau
dengan komplikasi patah tulang maupun
kerusakan jaringan lunak/ gangguan jalan napas.
7

F. Luas Luka Bakar Berdasarkan Rule Of Nine


No. Area %
1 Kepala dan leher 9
2 Dada dan perut 18
3 Punggung sampai sakrum 18
4 Kemaluan 1
5 Lengan kanan 9
6 Lengan kiri 9
7 Paha kanan 9
8 Paha kiri 9
9 Tungkai bawah kanan 9
10 Tungkai bawah kiri 9
Total 100

Rumus parkland; 4ml x bb x luas% luka bakar

G. Luas Permukaan Tubuh (%) Berdasarkan lund and browder


Area Umur (tahun)
<1 1-4 5-9 10-14 15 Dewasa
Kepala 19 17 13 11 9 7
Leher 2 2 2 2 2 2
Trunkus Anterior 13 13 13 13 13 13
Trunkus Posterior 13 13 13 13 13 13
Bokong Kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Bokong Kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Genitalia 1 1 1 1 1 1
Brakhium Kanan 4 4 4 4 4 4
Brakhium Kiri 4 4 4 4 4 4
Antebrakhium 3 3 3 3 3 3
Kanan
8

Antebrakhium Kiri 3 3 3 3 3 3
Tangan Kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Tangan Kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Paha Kanan 5,5 6,5 8 8,5 9 9,5
Paha Kiri 5,5 6,5 8 8,5 9 9,5
Cruris Kanan 5 5 5,5 6 6,5 7
Cruris Kiri 5 5 5,5 6 6,5 8
Kaki Kanan 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
Kaki Kiri 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5

H. Penatalaksanaan
1. Perawatan di Tempat Kejadian
a) Mematikan Api
Jika pakaian turut terbakar, api dapat dimatikan jika korban
menjatuhkan diri dan menggulingkan tubuhnya di lantai atau tanah
( “drop and roll” ); segala sesuatu yang ada untuk mengurangi
nyala api, seperti selimut, permadani atau jas, dapat digunakan.
Berdiri diam memaksa korban untuk menghirup nyala pi serta
asap, dan berlari akan memperbesar nyala api tersebut. Jika sumber
luka bakarnya adalah arus listrik, sumber listrik harus dipadamkan.
b) Mendinginkan Luka Bakar
Sesudah api dipadamkan, daerah yang terbakar dan pakaian yang
menempel pada daerah tersebut dibasahi dengan air yang sejuk
untuk mendinginkannya dan menghambat proses perjalanan luka
bakar. Setelah proses ini dihambat, kompres dingin merupakan
pertolongan pertama yang paling tepat. Merendam luka bakar
dengan sering dalam air yang sejuk atau menggunakan kompres
handuk yang dingin akan mengurangi rasa sakit dengan segera dan
membatasi edema serta kerusakan jaringan setempat. Namun
demikian, kita tidak boleh sekali-kali mengompres luka bakar
selama lebih dari beberapa menit dengan air es atau dengan kasa
9

yang direndam dalam air es, karena tindakan ini dapat


memperparak kerusakan jaringan dan menimbulkan hipotemia
pada pasien dengan luka bakar yang luas.
c) Melepaskan Benda Penghalang
Meskipun pakaian yang menempel pada luka bakar dapat dibiarkan
di tempatnya, pakaian lain dan semua barang perhiasan harus
segera dilepaskan untuk melakukan penilaian serta mencegah
terjadinya konstriksi sekunder akibat edema yang timbul dengan
cepat.
d) Menutup Luka Bakar
Luka bakar harus ditutup secepat mungkin untuk memperkecil
kemungkinan kontaminasi bakteri dan mengurangi rasa nyeri
dengan mencegah aliran udara agar tidak mengenai permukaan
kulit yang terbakar. Kasa yang steril merupakan pilihan terbaik
kendati setiap kain yang bersih dan kering dapat digunakan sebagai
balutan darurat.
2. Evaluasi awal yaitu dengan ABC (Airway, breathing and
circulation)
a) Airway (saluran napas)
b) Breathing (pernapasan)
c) Circulation/ sirkulasi darah (dan Cervical spine
immobilization/ fiksasi vertebra servikalis jika diperlukan.
Breathing (pernapasan) harus dinilai dan patensi saluran
napas pasien segera diciptakan selama beberapa menit
pertama perawatan emergensi. Banyak korban luka bakar
juga menderita gangguan fungsi paru.
3. Terapi yang segera (immediate therapy)
a) Pencegahan syok
b) Resusitasi cairan
c) Perawatan luka bakar
d) Pemberian Antibiotik Topikal
10

e) Dukungan Nutrisi (Brunner&Suddarth, 2002)


4. Penatalaksanaan Luka Fase Awal
a) Eskarotomi dan Fasiotomi
Eskarotomi adalah tindakan bedah melakukan sayatan pada
eskar, dimaksudkan untuk melepaskan jeratan eskar yang
memiliki konsistensi lebih keras dibandingkan jaringan
normal. Eskar menyebabkan elastisita kulit demikian
rendah dan tidak dapat mentolerir adanya peningkatan
tekanan di suatu kompartemen bila menyelubungi seluruh
permukaan lingkar sebuah ekstremitas. Eskarotomi dan
fasiotomi merupakan upaya memperbaiki perfusi,
dikerjakan bersamaan dengan prosedur resusitasi cairan.
b) Eskarektomi: nekrotomi dan debriment
Eksisi dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis
(nekrotomi) dan debris (debriment) yang dikerjakan dalam
waktu kurang dari 7 jam pertama pasca luka bakar. Dengan
melakukan eksisi (nekrotomi dan debriment) dini ini, jelas
terjadi penurunan mortalitas dan mordibitas. Eskarektomi
dikerjakan dengan prosedur eksisi tangensial menggunakan
(pisau Humby atau electrical dermatome). Prinsipnya
membuang jaringan nekrosis dan meninggalkan jaringan
vital sebanyak mungkin bukan membuang jaringan
sebanyak-banyaknya.
5. Penutupan Luka
Skin Graft
Donor berasal dari tubuh sendiri (auto-graft) atau dari orang lain
(allograft) . skin grafting adalah salah satu metode penutupan luka
sederhana, yang merupakan salah satu modalitas utama penutupan
luka.
I. Perawatan Luka
1. Perawatan Luka Tertutup
11

a) Perawatan luka tertutup memiliki banyak manfaat untuk


kondisi luka yang eksudatif. Penutuoan luka menggunakan
bahan yang bersifat adsorben menyerap eksudat misalnya
kasa hidrofilik atau balutan sintetis yang ditujukan untuk
kegunaan tersebut.
b) Perawatan luka tertutup mengendalikan proses penguapan
yang berlebihan.
c) Perawatan tertutup merupakan barrier yang menghambat
kontaminasi luka terhadap mikroorganisme yang berasal
dari luar.
2. Perawatan Luka Terbuka
a) Perawatan luka terbuka tidak selalu merugikan. Pada luka
yang kurang eksudatif, permukaan luka lebih cepat kering
(ditutupi oleh krusta yang terbentuk dari eksudat yang
mengering).
b) Perubahan yang terjadi pada luka daat cepat terdeteksi.
c) Pada luka-luka yang tidak tertutup epithel, perawatan luka
terbuka tidak menjai pilihan yang tepat, sebaliknya
merupakan pilihan pada luka yang sudah tertutup epithel
( epithelialisasi spontan,graft). (Yefta Moenadjat, 2009).

J. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan terutama untuk luka bakar yang
parah. Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan, antara
lain:
1. Pemeriksaan darah, meliputi perhitungan jenis kimia darah,
analisis gas darah dengan carboxyhemoglobin, analisis urine,
creatinin phosphokinase dan myoglobin urine (luka bakar akibat
listrik), serta pemeriksaan faktor pemberian darah.
2. Pemeriksaan radiologi, meliputi foto toraks (untuk mengetahui
apakah ada kerusakan akibat luka bakar atau adanya trauma dan
12

indikasi pemasangan intubasi) serta CT Scan untuk mengetahui


adanya trauma.
3. Tes lain, misalnya pemeriksaan dengan fiberoptic bronchoscopy
untuk pasien dengan luka bakar inhalasi. (Rudi Haryono, dkk
2019)
13

PATHWAY

Tersiram air panas

Kerusakan kulit
keru
kerusakan (epidermis dan dermis)
integritas kulit

Luka bakar

Kehilangan pertahanan Pelepasan mediator kimia


barrier tubuh (histamin,bradikinin,serotonin dll)
Resiko Infeksi

Evaporasi Merangsang reseptor


nyeri
Permeabilitas
darah kapiler
Ht Dihantarkan oleh
Hipovolemia serabut α,β dan delta.
Albumin

Volume Medula spinalis (traktus


Dehidrasi
intravaskular neospinalis,paleospinatalamu
s)

Viskositas darah Kekuranga


n Volume Hipotalamus dan sistem
Cairan limbik.
Gangguan aliran
darah ke jaringan
Otak (korteks
Suplai O2 dan somatosensorik)
nutrisi ke jaringan

GFR Persepsi nyeri

Oliguri
a
Nyeri akut

100cc/ Gagal ginjal akut


12jam
14

ANALISA KASUS

Seorang laki-laki, Tn.M, berusia 39 tahun, tersiram air panas dan segera dibawa
ke RSHS. Luka bakar tampak sampai tendon mengenai seluruh tangan kanan,
paha depan kanan dan perineum. Pasien mengerang kesakitan dengan wajah
tegang skala 7 (0-10), mengatakan kulitnya serasa dikuliti dan terus menerus.
Tampak eksudat sedang, keluar dari luka.

Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah 150/80 mmHg, nadi 110 x/menit,
RR: 24 x/menit, Hb 12 gr/dl, Ht 29%, trombosit 115.000/mm 3 , leukosit 14.000,
albumin 2,9 dan BB pasien 50 kg, tinggi badan 160 cm. Terpasang kateter urin
dengan jumlah urin 100 cc selama 12 jam, warna kuning agak pekat. Turgor kulit
kering.

Terapi farmakologi yang diberikan:

 Tramadol drip perinfus dalam 500 cc RL 20 tetes/menit


 Amicasin 2x1 ampul/IV
 Ranitidine 2x1 ampul/IV
 Albumin 2 labu perinfus

Asuhan keperawatan pada Tn. M usia 39 tahun dengan Luka Bakar
A. Pengkajian
a. Identitas Klien
1) Nama : Tn. M
2) Umur : 39Tahun
3) Suku/bangsa : Indonesia
4) Status perkawinan : Menikah
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SMA
7) Alamat : Jl. Rindu No. 29
8) No. Registrasi/Medrec : 00002345
9) Tanggal masuk Rumah Sakit : 11 oktober 2019
15

10) Tanggal Pengkajian : 12 oktober 2019


b. Identitas Penanggung jawab
1) Nama : Tn. D
2) Alamat : Jl. Rindu No. 29
3) Hubungan dengan Klien : Suami klien
4) No tlpn : 081295365478
1. Riwayat Kesehatan Klien
a. Keluhan Utama
mengatakan kulitnya serasa dikuliti dan terus menerus
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien tersiram air panas sebelum masuk RS. Luka bakar tampak sampai
tendon mengenai seluruh tangan kanan, paha depan kanan dan perineum,
Pasien mengerang kesakitan dan di bawa ke RSHS, pengkajian nyeri di
dapat.
P : nyeri dirasakan akibat tersiram airpanas
Q : Nyeri dirasakan seperti kulitnya serasa dikuliti dan terus menerus.
R : Nyeri dirasakan di daerah Luka bakar di tendon mengenai seluruh
tangan kanan, paha depan kanan dan perineum.
S : skala nyeri 7 dari 1-10 (berat)
T : Nyeri dirasakan secara terus menerus
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Tidak terkaji, namun yang harus di kaji riwayat penyakit yang di derita
dahulu.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien tidak memiliki penyakit turunan seperti hipertensi, diabetes melitus,
asma dan lain-lain
e. Pemeriksaan Fisik
1). Tanda-tanda Vital
− TD (tekanan darah) : 150/80 mmHg
− N (Nadi) : 110 x/menit
− R (Respirasi/Pernafasan) : 24 x/menit
16

− S (Suhu) : 37,0o C
2). Pemeriksaan Antropometri
− BB (berat badan) : 50 kg
− TB (tinggi Badan) : 160 cm
− BMI (Body Mask Index) : -
− LLA (Lingkar Lengan Atas):-
3). Pengkajian Persistem
a. System Pernafasan
Respirasi 24 x /menit, dan perlu di tambahkan apakah ada pernafasan
cuping hidung tidak ada sesak tidak ada suara nafas tambahan
b. System kardiovaskuler
TD 150/80 mmHg Nadi 110 x/ menit, nadi distal teraba sangat kuat
secara bilateral tidak peningkatan JVP, tidak ada masalah di jantung
c. System pencernaan
Hal yang harus dikaji adalah bising usus, mukosa bibir, kesimetrisan
abdomen, warna abdomen, luka di abdomen, tekstur, kebersihan lidah,
gigi dan mulut

d. System integument
Pasien turgor kulitnya kering.
e. Sistem persarafan
1) Kesadaran dan orientasi : Compos Mentis
2) Nilai GCS : 15
3) Memori :
4) Tes fungsi syaraf otak :
seperti:
 Nervus Olfaktori (N. I):
Fungsi: saraf sensorik, untuk penciuman
 Nervus Optikus (N. II)
Fungsi: saraf sensorik, untuk penglihatan
 Nervus Okulomotoris (N. III)
17

Fungsi: saraf motorik, untuk mengangkat kelopak mata keatas,


kontriksi pupil, dan sebagian gerakan ekstraokuler
 Nervus Trochlearis (N. IV)
Fungsi: saraf motorik, gerakan mata kebawah dan kedalam
 Nervus Trigeminus (N. V)
Fungsi: saraf motorik, gerakan mengunya, sensai wajah, lidah dan
gigi, refleks korenea dan refleks kedip
 Nervus Abdusen (N. VI)
Fungsi: saraf motorik, deviasi mata ke lateral
 Nervus Fasialis (N. VII)
Fungsi: saraf motorik, untuk ekspresi wajah
 Nervus Verstibulocochlearis (N. VIII)
Fungsi: saraf sensorik, untuk pendengaran dan keseimbangan
 Nervus Glosofaringeus (N. IX)
Fungsi: saraf sensorik dan motorik, untuk sensasi rasa
 Nervus Vagus (N. X)
Fungsi: saraf sensorik dan motorik, refleks muntah dan menelan
 Nervus Asesoris (N. XI)
Fungsi: saraf motorik, untuk menggerakan sendi bahu dan siku nyeri
 Nervus Hipoglosus (N. XII)
Fugsi: saraf motorik, untuk gerakan lidah
f. Sistem Endokrin
Tidak terkaji
g. Sistem Muskuloskeletal
1) Ekstremitas Atas
Luka bakar tampak sampai tendon mengenai seluruh tangan kanan
2) Ekstremitas bawah
Luka bakar paha depan kanan dan sampai perineum.
18

f. Riwayat ADL (Activity Daily Living)

No Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit


1 Nutrisi
a. Makan
Frekuensi 3x1 hari
Jenis nasi
Keluhan tidak ada keluhan Tidak terkaji
b. Minum
Frekuensi 8 gelas
Jenis Air putih
Keluhan Tidak ada keluhan

2 Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 1x/hari Belum BAB
Warna
Keluhan Tidak ada keluhan
b. BAK
Frekuensi 4x
Warna
Keluhan Tidak ada keluhan BAK Terpasang kateter urin
dengan jumlah urin 100 cc
selama 12 jam, warna kuning
agak pekat.

3 Mobilisasi Tidak terkaji Terg


4 Istitahat tidur
a. Tidur siang Belum tidur
19

b. Tidur malam 6 jam


c. Keluhan Tidak ada keluhan Karena merasa kesakitan

5 Personal hygiene
a. Mandi 2x/ hari
b. Keramas 1x/2 hari Belum melakukan personal
c. Gunting kuku Jika sudah panjang hygiene

g. Data Psikologis
1). Status Emosi
Pasien terlihat tegang meregang kesakitan akibat lukabakar
2). Konsep Diri
a). Gambaran Diri : tidak terkaji namun yang harus dikaji yaitu tentang
pandangan klien terhadap kondisi tubuhnya saat ini.
b). Harga Diri : tidak terkaji, naming yang harus dikaji yaitu tentang
harga dirinya terhadap kondisinya.
c). Peran diri : tidak terkaji, yang harus dikaji yaitu sebagai apa peran di
keluarganya klien tersebut.
d). Identitas diri : pasien seorang laki laki yang berusia 39 tahun
e). Ideal diri : tidak terkaji, yang harus dikaji yaitu harapan klien untuk
kedepannya.
3). Gaya Komunikasi : klien mampu berkomunikasi dalam menyampaikan
apa yang dirasakannya.

h. Data Sosial
Tidak terkaji namun harus ada yang dikaji sebagai berikut :
Berisi hubungan pasien dengan yang lain, keluarga, teman, kerabat dan
perawat.
i. Data Spritual
20

Tidak terkaji namun harus ada yang dikaji sebagai berikut :


Hubungan pasien dengan Allah SWT, melaksanakan sholat saat sehat-
sakit, sakit menurut agama pasien seperti apa.
j. Data Penunjang
1). Pemeriksaan Labolatorium
Tanggal Pemeriksaan :

Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Interpretasi

Hb 12 gr/dl 11,7 – 13,8 g/dL Normal


Trombosit 115.000/mm3 150,000-400,000 mcl Kurang

Albumin 2,9 3,5-5,9 g/dl Kurang


Hematokrit 29% 38,8-50 % Kurang

Leukosit 14.000/mm3 5000 – 10.000/mm3 Lebih

2) Pemeriksaan Lain
k. Terapi

Nama Obat Dosis Rute Indikasi

Tramadol 500 cc RL 20 IV Pereda rasa nyeri


tetes/menit

Ranitidine 2x1 ampul IV Tukak lambung


dan tukak
duodenum.

Albumin 2 labu IV untuk


menggantikan
albumin yang
kurang dalam
darah akibat
kehilangan
21

cairan atau
darah.

Amicasin 2x1 ampul IV Untuk


menangani
infeksi akibat
bakteri.

B. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 DO : - eksudat sedang Luka bakar Kekurangan
keluar dari luka Volume Cairan
-Ht 29% Kehilangan pertahanan barier B.d kehilangan
-albumin 2,9mg/dl tubuh cairan aktif
-urin 100cc/12 jm
-warna urin kuning Evaporasi meningkat
pekat
-turgor kulit kering Ht, Albumin, cairang tubuh
DS: berkurang

Dehidrasi

Kekurangan Volume Cairan

2 DO: -pasien Luka bakar Nyeri akut B.d


mengerang kesakitan agen cedera fisik
dengan skala 7 (0-10) Pelepasan mediator kimia luka bakar
-TD 150/80 (histamin,bradikinin,serotonin
-Nadi 110 x/menit dll)
22

-RR 24 x/menit
DS:-mengatakan Merangsang reseptor nyeri
kulitnya serasa di kuliti Dihantarkan oleh serabut α,β
terus menerus dan delta.

Medula spinalis (traktus


neospinalis,paleospinatalamus
)

Hipotalamus dan sistem


limbik

Otak (korteks somatosensorik)

Persepsi nyeri

Nyeri akut

3 DO:-luka bakar sampai Tersiram air panas Kerusakan


tendon mengenai integritas kulit
seluruh tangan kanan, Kerusakan kulit (epidermis B.d cidera
paha depan kanan dan dan dermis) kimiawi kulit
perineum luka bakar.
-eksudat sedang keluar Luka bakar
dari luka
-turgor kulit kering kerusakan integritas kulit

4 DO:-luka bakar, Tersiram air panas Resiko Infeksi


hilangnya barrier tubuh
- stasis cairan tubuh Kerusakan kulit (epidermis
23

-gangguan integritas dan dermis)


kulit
Luka bakar

Kehilangan pertahanan barier


tubuh

Resiko Infeksi

C. Diagnosa Keperawatan berdasarkan skala prioritas


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera fisik luka bakar
3. Kerusakan integritas kulit B.d cidera kimiawi kulit luka bakar.
4. Resiko infeksi .
24

D. Nurse Care Planning

No Diagnosa Noc Nic Rasional


1. kekurangan Setelah dilakukan tindakan 1.Catat intake dan output 1. untuk mengetahui keadaan
Volume Cairan b.d keperawatan selama 2x24 jam, pasien status cairan tubuh klien ada
kehilangan cairan kekurangan volume cairan 2.monitor TTV pasien dalam batas normal atau tidak dan
aktif dapat teratasi dengan kriteria 3.monitor status hidrasi pengeluaran dan pemasukannya
hasil: (membran mukosa lembab, tepat.
1.turgor kulit lembab denyut nadi adekuat dan 2. untuk memantau dalam batas
2. TTV dalam batas normal tekanan darah ortostatik) normal atau tidak tanda vitalnya.
Nadi : 60-100x/mnt -monitor kadar HB, HT,dan 3. mengetahiu dan memantau
R :16-20x/mnt status elektrolit minimal setiap status cairan, terhadap hidrasinya.
TD :120/80mmHg 12 jam. 4. untuk memberi langkah awal
3. -HT; 38%-50% 4.timbang berat badan setiap intervensi dengan kolaborasi itu
-Albumin 3,5-4,5 mg/dl 2x24 jam. memaksimalkan pengobatan
5.kolaborasi meliputi: klien.
-pasang kateter urine
-Pasang kateter IV
-berikan penggantian cairan IV
plasma, albumin, RL dan awasi
25

hasilnya.
2. Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan tindakan 1.tentukan lokasi,kualitas dan 1. untuk menempatkan
Agen Cedera Fisik keperawatan selama 2x24 jam, keparahan nyeri sebelum pengobatan dengan tempat yang
Luka Bakar Nyeri dapat teratasi dengan mengobati pasien benar.
kriteria hasil 2. monitor ttv sebelum dan 2. untuk mengetahui keefektifan
sesudah pemberian analgesik dalam pemberian obatnya.
narkotik 3. dapat meningkatkan relaksasi
3. berikan kebutuhan dan kenyamanan klien.
kenyamanan dan aktivitas lain 4. meningkatkan motivasi klien
yang dapat membantu relaksasi untuk sembuh.
untuk memfasilitasi penurunan
nyeri
4. berikan harapan yang positif
mengenai keefektifan
pemberian analgetik untuk
mengoptimalkan respon
pasien.
3 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1.kaji ukuran, warna, 1.untuk mengetahiu langkah
integritas kulit B.d keperawatan selama 2x24 jam, kedalaman luka, dan kondisi perawatan selanjutnya.
26

cidera kimiawi regenerasi jaringan baik sekitar luka. 2.merawat dan membantu proses
kulit luka bakar. dengan kriteria hasil: 2.lakukan perawatan luka penyembuhan dan menjaga aga
mencapai penyembuhan tempat bakar yang tepat dan tindakan tidak terjadi infeksi.
waktu pada area luka bakar. control infeksi. 3. untuk mempertahankan
3.pertahankan penutupan luka, kebersihan luka dan
dengan mempertahankan keseterilannya agar penyembuhan
balutan diatas area graft baru. optimal.
4 Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan 1.monitor karakteristik luka, 1. mengkaji adakah tanda infeksi
keperawatan selama 2x24 jam, warna dan ukuran dan peningkatan kondisi luka.
tidak ada tanda tanda infeksi 2. pertahankan teknik balutan 2. mempertahankan kebersihan
dengan kriteria hasil: steril ketika melakukan steril klien agar tidak infeksi.
Tak ada demam, pembentukan perawatan luka dengan tepat 3. agar dapat tertangani dengan
jaringan granulasi baik. 3. anjurkan pasien dan cepat.
keluarga untuk mengenal tanda 4. menjaga agar tidak terinfeksi.
dan gejala infeksi 5.Mengetahui tanda tanda infeksi.
4. persiapan lingkungan yang 6.untuk mengoptimalkan tahap
steril dan pertahankan proses penyembuhan dan
maksimum aseptik selama mempercepat.
keseluruhan proses
27

5. pantau suhu klien setiap


4jm.
6.kolaborasi untuk diet, dengan
pemberian protein tinggi.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Luka bakar adalah trauma pada kulit yang disebabkan oleh panas atau suhu
tinggi, Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar, Luka bakar suhu
tinggi, Luka bakar listrik, Luka bakar kimiawi, Luka Bakar Radiasi (Radiasi
Injury)

B. Saran

Penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah


keilmuan bagi yang membacanya. Akan tetapi, makalah yang kami buat ini belum
sempurna sepenuhnya sehingga kami dengan tangan terbuka menerima kritik dan
saran dari pembaca yang bersifat membangun agar dikemudian hari dapat
membuat makalah yang lebih baik lagi dari sekarang.
Daftar Pustaka

Brunner&Suddarth. (2002). keperawatan Medikal Bedah Vol.3. Jakarta : Buku


Kedokteran EGC.
Haryono, R. (2019). KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2. Yogyakarta:
PUSTAKA BARU PRESS.
Moenadajat, Y. (2009). LUKA BAKAR MASALAH DAN TATALAKSANA .
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Ummu Bilqis, dkk. (2016). EFIKASI MENTIMUN (Cucumis sativus)
TERHADAP PERCEPATAN PENYEMBUHAN LUKA BAKAR
(Valnus combustion) DERAJAT IIB PADA TIKUS PUTIH. Jurnal
Medika Veterinaria, Vol. 10 no.2.
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10

editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai