Anda di halaman 1dari 26

Tugas : Makalah system Integumen

Dosen pembimbing : Maryam Jamaluddin, S.Kep.,Ns.,M.Kes.,M.Kep.

LUKA BAKAR

KELOMPOK : I

1. NOVA ARIANTI TAPI (NH0219025)


2. ANDI MA’RIFAH (NH0219001)
3. ANDI SURI (NH0219002)
4. FATMA TUDANG (NH0219012)
5. ANITA SASMITA (NH0219004)

PROGRAM STUDI S1 B KEPERAWATAN

STIKES NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpakan rahmat,
karunia hidayah dan Ridho-Nya kepada kelompok kami selama menyusun dan menyelesaikan
Makalah ini dengan judul “Luka Bakar”.

Penulisan Makalah ini disusun dengan maksud untuk menyelesaikan tugas kelompok
mata kuliah Pencernaan. Terselesainya Makalah ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak.
Sehubungan dengan itu, pada kesempatan ini kami dengan penuh kerendahan hati
menyampaikan ucapana terima kasih.

“Tak ada gading yang tak retak”. penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh
dari sempurna, dikarenakan keterbatasan dan kemampuan penulis. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan yang memerlukannya.

Makassar, 18 Maret 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
KONSEP MEDIS........................................................................................................................................6
A. Definisi............................................................................................................................................6
B. Etiologi............................................................................................................................................6
C. Patofisiologi.....................................................................................................................................7
D. Manifestasi Klinis............................................................................................................................8
E. Klasifikasi........................................................................................................................................9
F. Komplikasi pada luka bakar...........................................................................................................10
G. Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................................11
H. Penatalaksanaan.............................................................................................................................11
BAB III......................................................................................................................................................12
KONSEP KEPERAWATAN....................................................................................................................12
A. Pengkajian.....................................................................................................................................12
B. Diagnosa Keperawatan..................................................................................................................15
C. Rencana Keperawatan...................................................................................................................15
D. Implementasi Keperawatan............................................................................................................21
E. Evaluasi Keperawatan...................................................................................................................21
BAB III......................................................................................................................................................22
PENUTUP.................................................................................................................................................22
A. Kesimpulan....................................................................................................................................22
B. Saran..............................................................................................................................................22

3
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................23

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kulit merupakan salah satu dari bagian manusia yang pertama dan sering terpapar dengan
kata cidera. Hal ini di karenakan kulit berada di permukaan tubuh manusia yang berfungsi
untuk melindungi bagian-bagian lain dari tubuh manusia, dari infeksi, dan rasa panas yang
tidak berlebihan. Oleh karena itu tidak jarang kulit medapatkan cidera seperti luka, memar
bahkan sampai kesatuan pada jaringan kulit terputus.
Bila terjadi luka maka dapat dipastikan bahwa terjadi gangguan pada proses seluler
normal yang mengakibatkan hilangnya jaringan atau terputusnya kesatuan dari jaringan
tersebut (kulit). Ketika kulit cidera atau terdaji luka maka kulit pun akan berespon atau
memberikan reaksi. Beberapa reaksi bila kulit terluka yaitu fungsi organ akan hilang
sebagian atau seluruhnya, respon stress simpatis, perdarahan dan pembekuan darah,
kontaminasi bakteri bahkan kematian sel. (Oktaviani et al., 2019)
Salah satu jenis luka adalah luka bakar. Luka bakar merupakan cedera pada jaringan kulit
atau keruskan pada kulit yang karena adanya kontak dengan sumber panas seperti api ( secara
langsung ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik
maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api ( misalnya
tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga, luka bakar juga bias
disebabkan karena radiasi.(Harvita & Marpaung, 2019).
Luka bakar merupakan luka kerusakan jaringan yang diakibatkan karena suhu dengan
tekanan tinggi. Penanganan pada luka bakar harus berdasarkan pada empat stadium luka
bakar dan presentase yang telah di tentukan pada permukaan tubuh atau kulit yang terbakar.
Penetuan presentase mempermudah penanganan pada luka bakar itu sendiri karena luar luka
bakar memiliki presentase yang berbeda-beda.(Oktaviani et al., 2019)
Luka bakar merupakan salah satu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi
yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal luka sampai fase lanjut. Pasien dengan
masalah luka bakar sangat membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat, oleh karena itu
sebelum lanjut ke rencana pengobatan hal yang perlu di lakukan adalah pengkajian agar
tenaga medis bisa memberikan pelayana sebagaimana mestinya. Dengan melakukan
pengkajian secara koprehensif tenaga medis dapat menyusun intervensi dan tindakan yang

5
akan dilakukan dan dapat berkolaborasi dengan tenaga medis lainnya sehingga pelayanan
yang diberikan untuk pasien dengan luka bakar menghasilkan pelayan yang berkualitas dan
mengkatkan kesehatan bagi pasien. (Harvita & Marpaung, 2019).

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi, Etiologi dan Patofisiologi Luka Bakar ?
2.  Bagaimana pengkajian pada klien Luka Bakar ?
3. Diagnosa Keperawatan apa yang muncul pada Klien Luka Bakar dan Intervensinya ?

C. Tujuan Penulisan
 Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan Luka Bakar
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Luka Bakar.
2.  Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan Luka
Bakar.
3. Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan pada klien dengan Luka
Bakar.
4.  Mahasiswa mampu menerapkan implementasi keperawatan pada klien dengan Luka
Bakar.

6
BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP MEDIS

A. Definisi
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh atau kantinuitas yang
disebabkan oleh cidera atau trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu yang tinggi, zat
kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan (Fauzia & Ayatuloh, 2019)
Luka bakar adalah cedera termal yang disebabkan oleh factor biologis, kimia, listrik dan
agen fisik dengan reaksi lokal dan sistemik (Garcia-Espinoza et al., 2017).
Luka bakar adalah luka yang diakibatkan oleh terjadinya kontak langsung dengan
sesuatu yang bersuhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka
bakar menyebabkan kerusakan pada kulit dan mempengaruhi seluruh sistem tubuh (Betriksia
et al., 2018)

B. Etiologi
Penyebab dari luka bakar disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber panas yang
cukup tinggi ke tubuh melalui system konduksi atau radiasi elektromagnetik. Penyebab luka
bakar tidak semuanya sama. Berikut adalah penyebab dari luka bakar :
1. Luka bakar suhu tinggi (thermal Burn)
2. Luka bakar karena gas, cairan dan bahan padat (solid)
3. Luka bakar karena bahan kimia (hemical burn)
4. Luka bakar karena sengatan listrik (Elektrik Burn)
5. Luka bakar karena radiasi (Radiasi Injury) (Nurarif, 2015)

Penyebab terjadinya luka bakar adalah api (flame), bahan kimia terutama asam atau alkali
(chemical), listrik tegangan tinggi (> 1000 mV) (electricity), cairan panas (scalding), dan
kontak dengan benda padat (contact) (Garcia-Espinoza et al., 2017)

 Berdasarkan perjalanannya luka bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu :


1. Fase akut

7
Pada fase ini yang terjadi adalah gangguan pada saluran napas karena adanya
cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini juga terjadi gangguan keseimbangan
sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemik.
2. Fase sub akut
Fase ini berlangsung setelah shock berakhir. Luka akan terbuka akibat kerusakan
jaringan kulit (kulit dan jaringan dibawahnya) menimbulkan masalah inflamasi, sepsis
dan penguapan cairan tubuh disertai panas/energy. Pada fase ini rasa nyeri yang
dirasakan akan lebih meningkat karena permukaan kulit mulai terbuka
3. Fase lanjut
Pada fase ini akan berlangsung pemulihan di mana akan terjadi penutupan luka
sampai terjadi maturasi. Adapun masalah yang timbul pada fase ini adalah timbulnya
penyulit dari luka bakar berupa parut hipertrofik, kontraktur, dan deformitas lainnya.
Dengan kata lain kulit atau jaringan pada kulit tidak bias kembali pada bentuk awalnya.

C. Patofisiologi
Patofisiologi luka bakar ditandai dengan reaksi inflamasi yang mengarah pada
pembentukan edema yang cepat, karena peningkatan permeabilitas mikrovaskuler,
vasodilatasi dan peningkatan aktivitas osmotik ekstravaskular. Reaksi-reaksi ini disebabkan
oleh efek panas langsung pada microvasculature dan mediator kimia inflamasi. Tahap awal
vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas vena umumnya disebabkan oleh pelepasan
histamin. Kerusakan membran sel sebagian disebabkan oleh oksigen radikal bebas yang
dilepaskan dari leukosit polimorfonuklear akan mengaktifkan enzim yang mengkatalisis
hidrolisis prekursor prostaglandin (asam arakidonat) dengan pembentukan prostaglandin
yang cepat sebagai hasilnya. Prostaglandin menghambat pelepasan norepinefrin dan
memodulasi sistem saraf adrenergik sebagai respon dari cedera termal. Interpretasi
morfologis dari perubahan ultrastruktur fungsional penghalang bloodlymph setelah cedera
termal tampaknya menjadi peningkatan jumlah vakuola dan banyak persimpangan
interseluler endotel terbuka. Selanjutnya perubahan jaringan interstitial setelah trauma luka
bakar sangat penting. Kehilangan cairan yang terus-menerus dari sirkulasi darah dalam
jaringan yang rusak secara termal menyebabkan peningkatan kadar hematokrit dan
penurunan volume plasma dengan cepat, dengan penurunan curah jantung dan hipoperfusi
pada tingkat sel. Jika cairan tidak dipulihkan dengan benar, syok akan timbul. Selain itu, luka

8
bakar infeksi permukaan yang luas dengan risiko tinggi. Empat prinsip utama yang paling
penting dalam penatalaksanaan pasien saat ini dengan cedera termal yang parah, yaitu
penutupan luka dini, pencegahan komplikasi septik, nutrisi yang adekuat, dan pengendalian
lingkungan eksternal (Kaddoura et al., 2017)

D. Manifestasi Klinis
Bila terjadi luka bakar maka akan ada beberapa tanda dan gejala pada luka tersebut.
Berdasarkan kedalam luka maka luka bakar dibagi ke dalam 4 derajat yaitu
(Kusumoningrum, 2019) :
1. Derajat I (superficial)
a. Lapisan luar kulit epidermis terbakar
b. Kulit edema dan kering
c. Pucat dan sulit ditekan
d. Eritema ringan sampai hebat
2. Derajat II (parsial)
a. Mengenai epidermis
b. Tampak hemogny bila dibersihkan
c. Pucat bila ditekan
d. Kulit melepuh dan kemerahan
e. Tidak tahan dingin atai sensitive terhadap dingin
3. Derajat III
a. Seluruh lapisan kulit terbakar
b. Berwarnah merah tua, hitam, putih atau bahkan sampai coklat
c. Edema pada kulit dan permukaan kering
d. Jaringan lemak yang rusak terlihat
4. Derajat IV
a. Seluruh jaringan dibawah kulit terbakar
b. Kerusakan pada seluruh jaringan kulit
c. Tulang terlihat

9
Pendapat lain tentang manifestasi klinis luka bakar (Garcia-Espinoza et al., 2017):
1. Luka bakar Kelas satu
Sakit, tidak meninggalkan bekas luka dan Sembuh 3-6 hari
a. Luka Bakar Kelas dua dangkal : Nyeri, eritema, flictenas; pucat bila ditekan; sembuh
dalam 7-20 hari
b. Luka Bakar Kelas dua dalam : Sampai jaringan Dermis reticular, keputihan,
berbintik-bintik, Sembuh dalam 2 sampai 5 minggu dengan bekas luka besar
c. Luka Bakar Kelas Tiga : Keras dan membutuhkan cangkokan.

E. Klasifikasi
(Nur, 2017) ukuran luka bakar :
1. Ukurun luka bakar menurut Role of nine
a. Kepala dan leher : 9%
b. Ekstremitas atas kanan : 9%
c. Ekstremitas atas kiri : 9%
d. Torso (dada, perut, punggung, bokong) :36%
e. Ekstremitas bawah kanan : 18%
f. Ekstremitas bawah kiri :18%
g. Genetalia :1%
(Miller, R.D; Pociask, 2016) American College of Surgeon juga menggolongkan luka bakar
menjadi tiga kategori, yaitu:
2. Luka bakar mayor
a. Luka bakar dengan luas lebih dari 25% (dewasa) dan lebih dari 20% (anak-anak)
b. Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
c. Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
d. Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan
luasnya luka.
e.  Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
1. Luka bakar moderat
a. Luka bakar dengan luas 15-25% (dewasa) dan 10-20% (anak-anak)
b.  Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
c. Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum

10
2. Luka bakar minor
a. Luka bakar dengan luas kurang dari 15% (dewasa) dan kurang dari 10 % (anak-anak).
b.  Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
c.  Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
d. Luka tidak sirkumfer.
e. Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.

F. Komplikasi pada luka bakar


Luka bakar dapat mengakibatkan peningkatan permebialitas pada pembuluh dara sehingg
air, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema dan hal ini
dapat berlajut pada keadaan hipovolemik (syok karena kekurangan cairan) dan
hemokonsentrasi. Terjadinya syok hipovolemik merupakan hal yang paling sering menjadi
komplikasi pada luka bakar. Dan respon sistemik tubuh bila terjadi hal ini yaitu :
1. Respon kardiovaskuler
a. Perpindahan cairan dari intravaskuler ke esktravaskuler Karena kebocoran kapiler
dapt mengakibatkan kehilangan natrium, air dan protein plasma serta edema
jaringan yang di sertai dengan penurun curah jantung.
b. Hemokonsentrasi sel darah merah
c. Penurunan perfisu pada organ mayor
d. Edema menyeluruh
2. Respon Renalis
Dengan menurunnya volume intravaskuler maka aliran darah ke ginjal menurun yang
mengakibatkan keluaran urine menurun dan dapat menyebabkan gagal ginja.
3. Respon Gastrointestinal
Respon umum bila terjadi luka bakar lebih dari 20% adalah penuruh pada aktivitas
gastrointestinal. Penyebabnya adalah kombinasi efek respon hipovolemik dan neorologi
serta reson endrokrin terhadap adanya perlukaan yang luas pada luka bakar.
4. Respon Imonologi
Kulit sebagai mekanisme pertahanan dari berbagai organisme yang masuk. Terjadinya
integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk ke dalam tubuh melalui luka
yang terbuka.(Santosa, 2019)

11
5. luka bakar juga dapat menyebabkan meliputi infeksi, gangguan pernafasan, penurunan
volume darah, gangguan tulang dan sendi, dan pembentukan jaringan parut (Garcia-
Espinoza et al., 2017).

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien luka bakar mencakup
pemeriksaan darah seperti hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit, laju endap darah,
kimia darah, analisis gas darah, maupun analisis urin (Kurniawan & Susianti, 2017).
Pemeriksaan darah dilakukan untuk mendeteksi adanya hipoalbuminemia. Pemeriksaan urin
untuk mendeteksi adanya hemoglobinuria. Foto toraks digunakan untuk mendeteksi
kerusakan saluran nafas akibat inhalasi asam, udara panas, atau inhalan lain yang (Kristanto
& Kalangi, 2014).

H. Penatalaksanaan
Secara klinis klien luka bakar dapat dibagi kedalam 3 fase (Rahayuningsih, 2012), yaitu :
1. Fase Emergensi (Resusitasi)
Fase emergensi meliputi:
a) perawatan sebelum pasiens di rumah sakit
b) penanganan pasien di bagian emergensi
c) tahap resusitasi
2. Fase Akut
Fase akut adalah fase hemodinamik telah stabil, permeabilitas kapiler membaik dan
diuresis telah mulai yang terjadi pada 48-72 jam setelah terjadinya luka bakar.
3. Fase Rehabilitasi
Fase rehabilitasi merupaka fase pemulihan

12
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
(Harvita & Marpaung, 2019) Pada pasien luka bakar pengkajian dilakukan untuk
memperoleh data mengenai keadaan luka bakar yang dialami oleh pasien pengkajian yang
dilakukan adalah untuk memperoleh :
1. Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang dapat diperoleh selama proses pengkajian dengan
memperoleh data verbal baik dari pasien, keluarga dan yang lainnya. data verbal yang
dapat dikaji dari pada pasien luka bakar adalah dengan mengkaji data dari pasien itu
sendiri mengenai apa yang dirasakannya, bagaimana pasien mendapatkan luka bakar.
Dari keluarga pasien dapat dikaji mengenai kondisi pasien sebelum dibawa ke rumah
sakit, penyebab pasien mengalami luka bakar.
a. Data biografi pasien
b.  Penyebab : Api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi
c. Proses kejadian dan lamanya kontak
d. Ada tidaknya asap (kebakaran) gangguan jalan nafas
e. Pengobatan yang diberikan
f. Riwayat penyakit yang diderita (DM, Jantung, Epilepsi, dll)
2. Data Obyektif
Data objektif adalah data untuk memperkuat data subjektif. Hal ini untuk lakukan karena
pengkajian data Subjektif tidak cukup untuk mengangkat suatu diagnosa maka akan
dilakukan pengkajian terhadap data objektif yaitu data yang diperoleh dari pengukuran
status/kondisi kesehatan pasien. pengkajian luka bakar : penanganan pasien dengan luka
bakar bersifat kompleks, bukan hanya perawatan luka saja akan tetapi status metabolik
ikut menjadi perhatian yang sangat serius bagi pemberi pelayanan kesehatan termasuk
perawat. Pengkajian yang dapat diukur tentang luka bakar meliputi :
a. Tanda-tanda vital

13
b. Luas luka bakar
Untuk menentukan luas permukaan tubuh yang terkena luka bakar dapat
menggunakan metode “rule of nine”. Yang dimana pembagiannya adalah :
1) Kepala dan leher : 9%
2) Lengan masing – masing (kanan dan kiri) : 18%
3) Badan bagian depan : 18%
4) Badan bagian belakang : 18%
5) Tungkai masing – masing (kanan dan kiri) : 36%
6) Genitalia/perineum : 1%
c. Dalamnya Luka Bakar
Dalamnya luka tergantung tinggi panasnya, penyebab dan lamanya kontak dengan
kulit. Dalamnya luka bakar dibagi menjadi tiga tingkat yaitu :
1) Tingkat I : hanya mengenai epidermis
2) Tingkat II : a. Superficial : mengenai epidermis dan lapisan atas dari corium.
b. Dalam : sisa – sisa jaringan epithelial tinggal sedikit, penyembuhan lebih lama
3 – 4 minggu dan disertai pembentukan parut hipertropi.
3) Tingkat III : mengenai seluruh tebalnya kulit, tidak ada lagi sisa elemen epithelial.
Kelebihan yang lebih dalam dari kulit pun seperti subcutan, dan tulang.
d. Berat Ringannya Luka Bakar
American College of Surgeon membaginya dalam(Miller, R.D; Pociask, 2016) :
1) Parah - crotical
a) Luas lebih dari 25% (dewasa) dan lebih dari 20% (anak-anak)
b) Lebih dari 20% (luka bakar fullthickness
c) Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
d) Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
e) Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat
dan luasnya luka.
f) Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
2) Luka bakar moderat
a) Luka bakar dengan luas 15-25% (dewasa) dan 10-20% (anak-anak.)
b) Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.

14
c) Pada luka ini tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki,
dan perineum
3) Luka bakar minor
a) Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari
10 % pada anak-anak.
b) Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
c)  Pada luka ini tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
d) Luka tidak sirkumfer.
e) Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur
f) Tidka ada komplikasi pernapasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas.
e. Perubahan yang terjadi
Perubahan – perubahan dapat terjadi pada pasien dengan luka bakar oleh karena itu
hal yang dapat dikaji yaitu :
1) Cairan tubuh
Karena panas, kapiler – kapiler darah akan berubah menjadi lebih permeable
terhadap cairan dan protein.
2) Erythrocyt
Karena Karena panas eritrosit dapat pecah atau menjadi fragil, tetapi anemia tidak
timbul pada hari pertama karena kekurangan eritrosit ditutupi oleh
hemoconcentrasi.
3) Ginjal
Dapat mengalami kegagalan karena Dapat mengalami kegagalan karena shock
yang timbul dan tidak segera diatasi dan juga karena timbunan hemoglobin akibat
pecahnya eritrosit.
4) Cortison
Cortison banyak dikeluarkan dalam darah sebagaimana tiap – tiap stress.
5) Mekanisme daya tahan tubuh
6) Jantung Luka bakar dapat membentuk zat yang disebut Myocardial Depressant
Factor (MDF) yang menyebabkan disfungsi jantung.
f. Kotoran : Kotoran dan cairan pada luka bakar
g. Daerah yang terbakar pada tubuh

15
h. Gejala hypovolemik syok.
Setelah dilakukan pengkajian maka langkah/tahap selanjutnya dapat dilakukan dan
pasien dapat ditangani dengan baik.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan
2. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan efek dari inhalasi asap
3. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penrunan suplai oksigen ke jaringan
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan
5. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakkan jaringan kulit
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hipermetabolisme dan kebutuhan bagi kesembuhan luka
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan ketahanan dan kekuatan otot.
8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar terbuka
Diagnosa berdasarkan NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-
2020 (Herdman, 2018)

C. Rencana Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC Rasional
keperawatan

16
1. Nyeri akut a. Level Nyeri a. lakukan a. Untuk
berhubungan b. Kotrol Nyeri pengkajian nyeri mengetahui
dengan kerusakan c. Comfort level secara sajauh mana
komprehensif .
jaringan nyeri terjadi.
Kriteria Hasil : b. Atur posisi tidur
b. Untuk
a. Pasien mampu senyaman
mengetahui
mengontrol nyeri mungkin
tindakan yang
(atau penyebab c. Bantu Pasien
nyeri, mampu untuk berfokus
nyaman

menggunakan pada aktivitas, dilakukan bila


tehnik bukan pada nyeri nyeri muncul
nonfarmakologi dan rasa tidak c. Untuk
untuk mengurangi nyaman dengan mengalihkan
nyeri). melakukan rasa nyeri yang
b. Pasien melaporkan pengalihan dialami pasien
bahwa nyeri melalui televise,
agar pasien lupa
berkurang dengan radio dan
akan nyerinya
menggunakan interaksi dengan
dengan
manajemen nyeri. pengunjung.
melakukan
c. Pasien mengenali d. Kontrol
skala nyeri, lingkungan yang aktifitas dalam

frekuensi dan dapat batas normal.


tanda-tanda nyeri) mempengaruhi d. Lingkungan
d. pasien menyatakan nyeri. yang tenang
rasa nyaman dapat
setelah nyeri membantu
berkurang. pasien utuk
beritirahat dan
mengendalikan
nyeri
2. Ketidakefektifan a. Status respirasi a. Posisikan pasien a. Untuk
jalan nafas b. Airway patency untuk mengurangi
berhubungan c. Vital sign status memaksimalkan sesak napas dan
ventilasi

17
dengan efek dari Kriteria hasil : untuk
inhalasi asap a. Pasien mampu membantu
batuk efektif pengembangan
b. Suara nafas bersih,
b. Auskultasi suara paru
tidak ada sianosis
nafas, catat b. Suara napas
dan dyspneu
adanya suara abnormal
c. Pasien dapat
tambahan. mengambarkan
mempelihatkan
jalan nafas yang
adanya sputum

paten (tidak merasa dalam jalan


tercekik, irama napas. Sianosis
nafas normal, menunjukkan
frekuensi nafas perfusi
dalam rentang janringan buruk
normal. karena
c. Monitor status kekurangan O2
pernapasan dan c. Memantai
oksigenasi ambang normal
sebagaimana pernapasan
mestinya
d. Kolaborasi
pemberian d. Memaksimalka
tambahan n bernapasa
oksingen dengan
meningkatkan
masukan
oksingen
3. Perfusi jaringan a. Kulit dan membran a. pertahankan a. jalan nafas yang
tidak efektif mukosa baik kepatenan jalan paten sangat
berhubungan b. Status sirkulasi nafas melalui krusial untuk
Kriteria Hasil : pemberian posisi
dengan penrunan fungsi respirasi
a. jalan nafas pasien pasien yang
suplai oksigen ke b. obstruksi jalan
paten tepat.

18
jaringan b. frekuensi respirasi b. Auskultasi paru, nafas dapat
normal dan bunyi perhatikan terjadi sangat
nafas normal stridor, mengi cepat atau
c. pasien tidak dan penurunan
lambat
menujukan tanda- bunyi nafas
c. kelebabpan
tanda sionosis c. Berikanoksigen
akan
yang suah di
mengencerkan
lembabkan
d. Awasi frekuensi,
secret

irama dan d. takipnea, dan


kedalaman sianosis
pernapasan menunjukan
terjadinya
edema paru
4. Kekurangan volum a. Cairan adekuat a. Monitor status a. Perubahan
e cairan b. Output normal cairan termasuk status cairan
berhubungan Kriteria Hasil : intake dan membrane
a. Mempertahankan output cairan.
dengan output mukosa turgor
urine output 30 b. Monitor respon
yang berlebihan kulit
ml/jam. pasien terhadap
mengambarkan
b. Tekanan darah, penambahan
berat ringannya
nadi, suhu tubuh cairan.
dalam batas c. Dorong pasien
kekurangan

normal. untuk menambah cairan


c. Tidak ada tanda – intake oral. b. Untuk
tanda dehidrasi, d. Monitor tanda mencegah
elastisitas kulit vital dehidrasi pada
baik pasien
c. Menanbah
asupan cairan
pasien
d. Mengetahui
keadaan umum

19
pasien

5. Resiko infeksi a. Infeksi tidak terjadi a. Kaji tanda – a. Mencegah


berhubungan tanda infeksi terjadinya
dengan kerusakkan Kriteria Hasil : b. Meminimalkan inflamasi
a. Jumlah Leukosit penyebaran
jaringan kulit b. Mengurangi
DBN agens infeksius.
perluasan
b. Pasien terbebas c. Pantau
daerah luka
dari tanda dan penampilan
c. Untuk
gejala Luka bakar dan
infeksi.Pasien. area luka bakar.
mengetahui

c. Memperlihatkan d. Bersihkan area tindakan


hygiene personal luka bakar setiap manajenen pada
yang ade kuat hari dan luka.
d. Pembentukan lepaskan d. Meningkatkan
jaringan granulasi jaringan nekrotik personal hygine
baik. pada luka.
6. Ketidakseimbanga a. Nafsu makan baik a. Kaji kebutuhan a. Mengetahui
n nutrisi kurang b. Porsi makan nutrisi pasien kebutuhan dan
dari kebutuhan dihabiskan b. Jelaskan kekurangan
tubuh berhubungan Kriteria Hasil : pentingnya nutrisi pasien
dengan a. pasien memiliki nutrisi bagi b. Dengan
hipermetabolisme nafsu makan yang penyembuhan pengetahuan
dan kebutuhan baik. luka yang baik
bagi kesembuhan b. Berat badan tidak c. Kolaborasi tentang nutrisi
luka menurun terapi nutrisi akan
c. Pasien patuh d. memotivasi
terhadap diet untuk
yang diberikan pemenuhan
nutrisi
c. Untuk
menentukan
tindakan

20
selanjutnya
7. Intoleransi a. Toleransi aktivitas a. Bantu pasien a. Menentukan
aktivitas berhubun untuk rencana
gan dengan Kriteria Hasil : mengidentifikasi aktivitas yang
a. Pasien dapat pilihan aktivitas.
penurunan akan diberikan
mengidentifikasi b. Bantu dan
ketahanan dan b. Menghilangkan
aktivitas atau arahkan pasien
kekuatan otot. rasa bosen
situasi yang untuk mengenali
pasien dan
menimbulkan nyeri aktivitas
yang dapat kehidupan sehari
membatu

mengakibatkan – hari yang dapat mobilitas pasien


intoleransi dilakukan. dalam rentang
aktivitas. yang terkotrol
b. Pasien
memperlihatkan
aktivitas sehari –
hari dengan
beberapa bantuan
8. Kerusakan a. Pemulihan luka a. Anjurkan Pasien a. Meminimalisir
integritas kulit bakar untuk memakai terjadinya
berhubungan b. Kelebabpan pada pakaian yang kontaminasi
kulit terjaga longgar
dengan luka bakar antara luka dan
c. Tidak ada b. Hindari kerutan
terbuka pakaian
kerusakan jaringan pada tempat
b. Mencegah
Kriteria Hasil : tidur.
terjadinya
a. Menunjukkan c. Kumpulkan dan
regenerasi yang analisa data
gesekan pada

telah dicapai oleh pasien tentang luka


sel dan jaringan keadaan kulit c. Untuk
setelah penutupan pasien mempertahankan
yang diharapkan. d. Lakukan integritas kulit
b. Mencapai perawatan luka dan membrane
penyembuhan tepat atau perawatan mukosa.
waktu pada area kulit secara d. Mempercepat
luka bakar. rutin.

21
e. Ubah dan atur proses
posisi pasien penyebuhan
sesering luka dan
mungkin.
pemulihan pada
kulit
e. Menghidari
terjadinya luka
dekubitus

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah tahap intervensi slesai disusun dan
ditujukan kepada pasien untuk membantu pemulihan dan tujuan yang diharapkan.oleh karena
itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi factor-faktir yang
mempengaruhi masalah kesehatan pasien.
Tujuan implementasi adalah utnuk membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan mencakup pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
(Efendi, 2009)

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa keberhasilan yang akan dicapi dalam proses keperawatan. Tujuan
evaluasi adalah melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan proses keperawatan. Hal
ini bias di laksanakan dengan mengadakan hubungan dengan pasien berdasarkan respon
pasien terhadap tindakan keperawatan yang di berikan sehingga perawat dapat menganbil
keputusan.(Efendi, 2009)

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
 Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadap
kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit yang melindungi tubuh dari infeksi,
mencegah kehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai
organ eksretoridan sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi
citra tubuh.
Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit yang sebagian
besar dapat dicegah. Luka bakar adalah kerusakan atau keghilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi. Luka Bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.

B. Saran
Agar pembaca memahami dan mengerti tentang Luka bakar, tingkat luka bakar, tindakan
pada luka bakar agar dapat bermanfaat serta berguna bagi pembaca dan masyarakat umum.

23
DAFTAR PUSTAKA

Betriksia, D., Hamid, I. S., & Hermanu, L. S. (2018). Uji Potensi Ekstrak Daun Binahong
( Anredera cordifolia ( Ten .) Steenis ) Terhadap Peningkatan Ketebalan Jaringan Granulasi
dan Waktu Penyembuhan Luka Bakar Tikus. JOURNAL OF PHARMACY SCIENCE AND
PRACTICE, 5(1), 11–17.

Efendi, F. M. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas. teori dan praktik dalam keperawatan
(Nursalam (ed.)). Salemba Medika.

Fauzia, R. R., & Ayatuloh, A. F. (2019). Uji Efektivitas Salep Ektrak Biji Coklat (Theobroma
cacao L.) Dengan Konsentrasi 8% Terhadap Luka Sayat Dan Luka Bakar Pada Tikus Putih
Jantan (Rattus Novergicus). Jurnal Farmasi Dan Sains, 3(1), 73–81.

Garcia-Espinoza, J., Aguilar-Aragon, V., Ortiz-Villalobos, E., Garcia-Manzano, R., & Antonio,
B. (2017). Burns: Definition, Classification, Pathophysiology and Initial Approach. Gen
Med (Los Angeles), 5(5). https://doi.org/10.4172/2327-5146.1000298

Harvita, S. R. I., & Marpaung, S. (2019). Pelaksanaan proses pengkajian keperawatan pada
pasien luka bakar.

Herdman, T. H. kamitsuru S. (2018). NANDA-I diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi


2018-2020 (M. Ester (ed.); 11th ed.). EGC.

Kaddoura, I., Abu-Sittah, G., Ibrahim, A., Karamanoukian, R., & Papazian, N. (2017). Burn

24
injury: review of pathophysiology and therapeutic modalities in major burns. Annals of
Burns and Fire Disasters, 30(2), 95–102.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29021720%0Ahttp://www.pubmedcentral.nih.gov/art
iclerender.fcgi?artid=PMC5627559

Kristanto, E. G., & Kalangi, S. J. R. (2014). Penentuan Derajat Luka Dalam Visum Et Repertum
Pada Kasus Luka Bakar. Jurnal Biomedik (Jbm), 5(3).
https://doi.org/10.35790/jbm.5.3.2013.4346

Kurniawan, S. W., & Susianti. (2017). Luka Bakar Derajat II-III 90 % karena Api pada Laki-laki
22 Tahun di Bagian Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Moeloek Lampung Burns
Degree II-III 90 % due to Fire in Male 22 Years in Surgery Division of Abdoel Moeloek
General Hospital Lampung. Jurnal Medula Unila, Volume 7, 140.

Kusumoningrum, D. . (2019). Apa yang harus kamu lakukan? pertolongan pertama pada
kecelakan (S. Purnayenti (ed.)). Penerbit Duta.

Miller, R.D; Pociask, F. . (2016). Preparing for occupational therapy national Bord exam
(Rossane (ed.); 2nd ed.). Jones & Bartlett.

Nur, A. (2017). Buku saku keperawatan dan kebidanan. Celebes Media Perkasa.

Nurarif, A. H. H. K. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan


nanda nic-noc (1st ed.). Mediaction.

Oktaviani, D. J., Widiyastuti, S., Maharani, D. A., Amalia, A. N., Ishak, A. M., & Zuhrotun, A.
(2019). Review: Bahan Alami Penyembuh Luka. Farmasetika.Com (Online), 4(3), 44.
https://doi.org/10.24198/farmasetika.v4i3.22939

Rahayuningsih, T. (2012). PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO).


PROFESI, 08(1), 1–13.

Santosa, Z. (2019). Mengatasi luka gores dan luka bakar. CV. Alaf Media.

25
26

Anda mungkin juga menyukai