5.Wulandari (2014201073)
FAKULTAS KESEHATAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah Yang Maha Kuasa atas berkat,
rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
walaupun masih banyak kekurangan di dalamnya. Makalah ini membahas tentang “Rencana
Asuhan Keperawatan pada pasien luka bakar”.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III. Kami juga berharap semoga pembuatan makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Dalam pembuatan
makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu saya ucapkan
terimakasih kepada ibuk Ns.Rahmiwati,S.Kep.,M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah.
Serta pihak-pihak lain yang turut membantu memberikan referensi dari buku dan media lainnya.
Tiada gading yang tak retak, itu kata pepatah tiada satupun manusia yang tak luput dari
kesalahan, oleh karena itu kami berharap pemberian maaf yang sebesarnya-besarnya, atas
kekurangan dan kesalahan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Saran dan kritik
sangat kami harapkan agar kami dapat memperbaiki makalah-makalah selanjutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................ ii
I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................ 1
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................ 2
II. PEMBAHASAN ............................................................................... 3
2.1. Pengertian Luka Bakar........................................................................ 3
2.2. Etiologi Luka Bakar............................................................................. 3
2.3. Patofisiologi Luka Bakar…………………………………………….
2.4 Pathway luka bakar…………………………………………………..
2.5 Manifestasi klinis luka bakar………………………………………..
2.6. Derajat dan Kedalaman Luka Bakar.................................................... 4
2.7. Perhitungan Luka Bakar...................................................................... 5
2.8. Klasifikasi Luka Bakar........................................................................ 6
2.9. Komplikasi Luka Bakar....................................................................... 6
2.10. Penatalaksanaan Luka Bakar............................................................. 8
2.11. Pemeriksaan Penunjang Luka Bakar ................................................ 10
III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN ..................................... 11
3.1. Pengkajian.......................................................................................... 11
3.2. Diagnosa Keperawatan....................................................................... 15
IV. PENUTUP.......................................................................................... 16
4.1. Kesimpulan......................................................................................... 16
4.2. Saran ................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 17
BAB I
PENDAHULUAN
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang
beratmemperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan
cederaoleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya.
Penyebab luka bakar selain karena api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga karena
pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat
tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadap
kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegah
kehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ
eksretoridan sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh.
Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit yang sebagian besar
Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat setiap tahunnya.
Dari kelompok ini 200 ribu pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan 100 ribu pasien
dirawat di rumah sakit. Sekitar 12 ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan
cedera inhalasi yang berhubungan dengan luka bakar lebih separuh dari kasus luka bakar
dirumah sakit seharusnya dapat dicegah. Perawat dapat memainkan peranan yang aktif dalam
pencegahan kebakaran dan luka bakar dengan mengajarkan konsep pencegahan dan
kematian dan kecacatan. Adalah penting bagi perawat untuk memiliki pengertian yang jelas
tentang perubahan yang saling berhubungan pada semua sistem tubuh setelah cedera luka bakar
juga penghargaan terhadap dampak emosional dari cedera pada korban luka bakar dan
PEMBAHASAN
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebebkan kontak dengan
sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. (Musliha, 2010).
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia,
Dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam.(Padila, 2012) .
Luka bakar adalah kehlangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti
air,api,bahan kimia,listrik dan radiasi.Luka bakar akan mengakibatkan tidak hanya kerusakan
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), luka bakar adalah kerusakan secara langsung maupun
tidak langsung pada jaringan kulit yang tidak menutup kemunginan sampai ke organ dalam, yang
disebabkan kontak langsung dengan sumber panas yaitu api, air atau uap panas, bahan
Sumber luka bakar harus ditentukan terlebih daluhu sebelum dilakukan evaluasi dan
lain:
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan :
a. Gas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi jalan nafas
akibat edema.
b.Cairan
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa
kuat. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang
sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang
dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini
seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi
untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar
yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.
ada dasarnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang tinggi, akibatnya aka
merusak kulit dan pembuluh darah tepi maupun pembuluh darah besar dan akibat dari
kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan plasma sel darah, protein dan albumin,
terganggunya cairan di dalam lumen pembuluh darah. Suhu tinggi juga merusak pembuluh
darah yang mengakibatkan sumbatan pembuluh darah sehingga beberapa jam setelah reaksi
tersebut bisa mengakibatkan radang sistemik, maupun kerusakan jaringan lainnya. Dari
kilasan diatas maka pada luka bakar juga dapat terjadi syok hipovolemik atau burn shock.
Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya kontak
dengan agen tersebut. Sebagai conth, pada kasus luka bakar tersiram air panas pada orang
dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang panas dari shower dengan suhu 68,90C dapat
menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis serta dermis sehingga terjadi cedera derajat-
tiga ( fullthickness injury ). Pajanan selama 15 menit dengan air panas yang suhunya sebesar
56,10C mengakibatkan cedera full-thickness yang serupa. Suhu yang kurang dari 440C dapat
ditoleransi dalam periode waktu yang lama tanpa menyebabkan luka bakar.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor inflamasi yang
limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka bakar bereisiko tinggi untuk mengalmai
pertama pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya
dengan didinginkan
intensitas
rendah
luka basah,
terdapat
edema
Derajat Tiga Epidermis, Tidak terasa Kering, luka Pembentukan eskar,
nyala api, kadang dalam urin) dan bahan kulit dan hilangnya
bakar listrik)
Luas luka bakar dapat dihitung menggunakan persentase Total Body Surface Area (%TBSA).
Penghitungan TBSA dibutuhkan untuk pemberian resusitasi cairan dan penanda bagi pasien
berisiko tinggi mengalami komplikasi (Broadis, 2017). Semakin besar presentase TBSA pasien
luka bakar, maka semakin tinggi pula angka mortalitasnya (Jugmohan, 2016). Lund and browder
chart merupakan metode pengukuran luas luka bakar yang paling akurat untuk luka bakar
anak khususnya balita.
Dilakukan menggunakan luas permukaan telapak tangan pasien, terhitung mulai dari
pergelangan hingga jari-jari tangan yang dianggap setara dengan 1% luas luka bakar. Strategi
lain untuk mengukur jarak bakar adalah Wallace Rule of Nines. Pengukuran metode ini
dilakukan dengan membagi tubuh menjadi beberapa bagian setara dengan 9% dan kelipatannya.
Metode ini dinilai akurat pada luka bakar dewasa dan kurang akurat pada luka bakar anak usia
kurang dari 10 tahun (Kara ,2018).
ABA, 2016) mengklasifikasikan tingkat keparahan luka bakar menjadi 3 berdasarkan penyebab,
kedalaman, dan luas permukaan luka bakar yang dilihat dari persentase TBSA, yaitu luka bakar
ringan (minor), sedang (moderate), dan berat (mayor).
Pada derajad 1 luka bakar akan sembuh pada waktu yang singkat. Paling lambat 1 minggu
tanpa dilakukan pengobatan apapun, kecuali apabila pada derajad satu ini penderita kesakitan,
bisa diberikan analgesik tetapi analgesik yang tidak dapat menurunkan suhu tubuh. Ciri luka
bakar derajad satu adalah kulit hanya tampak kemerahan tanpa ada kerusakan jaringan kulit.
b. Derajad 2
Pada derajad dua ini kulit berwarna merah dan adanya bula (gelembung),
organ kulit seperti kelenjar sebasea, dan kelenjar kulit masih utuh, pada luka bakar ini terjadi
kerusakan epidermis yang ditandai dengan rasa nyeri dan akan sembuh dalam waktu 10-14 hari,
dapat bula diberikan pengompresan dengan NaCl
Luka bakar derajad dua ini kulit kemerahan, dengan jaringan yang terkelupas (kerusakan
dermis dan epidermis). Organ-organ kulit seperti kelenjar keringat, folikel rambut, kelenjar
sebasea sebagian besar masih utuh, proses penyembuhan pada darejad dua dalam ini biasanya
memerlukan waktu yang lama tergantung jaringan epitel yang masih tersisa.
c. Derajad 3
Luka bakar derajad tiga ini ditandai dengan seluruh dermis dan epidermis mengalami
kerusakan. Tidak dijumpai rasa nyeri dan kehilangan sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf
sensori mengalami kerusakan atau kematian, bahkan bisa merusak kematian jaringan lemak
maupun otot walaupun jaringan tersebut tidak mengalami nekrosis. Penyembuhan terjadi lama
karena tidak terbentuk epitelisasi jaringan dari dasar luka yang spontan. Kulit yang terbakar
berwarna abu-abu dan pucat. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal
sebagai eskar.
Wallance membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak jauh
lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan
bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak.
4) Dengan adanya komplikasi pernafasan, jantung, fraktur, soft tissue yang luas.
a. Sulit dibedakan dengan penyembuhan luka karena sama-sama terdapat eritema, edema,
nyeri tekan.
b. Jika demam, malaise, atau gejala memburuk, pikirkan kemungkinan infeksi.
c. Dapat menyebabkan sepsis dan kerusakan luka bakar yang lebih dalam.
5. Eskarotomi
6. Rabdomiolisis
8. Hipermetabolisme
Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan pasien dirawat melibatkan
berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain mencakup penanganan awal
(ditempat kejadian), penanganan pertama di unit gawat darurat, penanganan diruang intensif atau
bangsal. Tindakan yang diberikan antara lain adalah terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri. Pasien
dengan luka bakar memerlukan obat-obatan topical. Pemberian obat-obatan topical anti
mikrobial bertujuan tidak untuk mensterilkan luka akan tetapi akan menekan pertumbuhan
tepat dan efektif dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang sering kali
a. Sulit dibedakan dengan penyembuhan luka karena sama-sama terdapat eritema, edema, nyeri
tekan.
b. Jika demam, malaise, atau gejala memburuk, pikirkan kemungkinan infeksi.
c. Dapat menyebabkan sepsis dan kerusakan luka bakar yang lebih dalam.
d. Perlu dirawat inap dan mendapat antibiotik IV.
2. Sepsis
5. Eskarotomi
6. Rabdomiolisis
8. Hipermetabolisme
D. Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada klien dengan luka bakar menurut Padila (2012) sebagai berikut :
Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang Endotracheal
Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah: riwayat terkurung dalam api,
luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam.
Kaji adanya trauma-trauma lain yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya
Gangguan permebilitas kapiler : cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler →
Cara Baxter merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah kebutuhan
a. Dewasa :
Baxter = RL 4cc x BB x % LB
Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16
jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan ringer laktat karena terjadi
hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari jumlah pemberian hari pertama.
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB
1-3 tahun : BB x 75 cc
3-5 tahun : BB x 50 cc
a. Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% (1 : 30) + buang jaringan nekrotik
b. Tulle
a. Antibiotika : tidak diberikan jika pasien datang kurang dari 6 jam sejak kejadian.
b. Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.
Contoh Kasus :
Ny.M dengan usia 40 tahun dan berat badan 60 kg terkena air panas pada lengan kanan
atas pada pukul 15.00 dan segera dibawa ke RS karena mengalami luka bakar pada lengan kanan
atas. Ny.M mengatakan, “lengan saya nyeri sekali, dan terasa panas”.
Pembahasan :
Ny.M mengalami luka bakar pada lengan kanan atas, maka luas luka bakar adalah 4,5%
Pada klien dewasa dengan luka bakar, cara menghitung resusitasi cairan menggunakan cara dari
: 4 RL cc x 60 kg x 4,5%
: 1080 cc
Jadi kebutuhan cairan Ny.M selama 8 jam pertama adalah 540 cc.
2.11 Pemeriksaan Penunjang Luka Bakar
Menurut Doenges, 2000, diperlukan pemeriksaan penunjang pada luka bakar yaitu :
1. Laboratorium
peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang
meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan
Leukosit :
Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau
peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan dan
penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena kehilangancairan,
Natrium Urin :
Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan , kurang dari 10 mEqAL menduga
ketidakadekuatan cairan.
Alkali Fosfat :
Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan interstisial atau gangguan
pompa, natrium.
Glukosa Serum :
Albumin Serum :
Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat
EKG :
BAB III
3.1. Pengkajian
a. Anamnesa
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : Laki-Laki
Tanggal masuk : 31 Maret 2016
Usia : 27 tahun
Status perkawinan : Menikah
Suku bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Surabaya
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai swasta
Pendidikan : Tamat SMP
Keluhan Utama : Klien merintih kesakitan dan sesak napas karena luka bakar 3 jam
sebelum MRS.
Riwayat Penyakit Sekarang : 3 jam sebelum masuk RSUA, Tn. S menderita luka bakar karena
terkena ledakan tabung gas elpiji. Kesadaran composmentis, TD: 100/70 mmHg, Nadi:
110x/mnt, S: 37,6o C, RR: 29x/menit, TB: 165 cm, BB: 60 kg pasien mengeluh sesak dan nyeri
di daerah yang terbakar.
Riwayat Penyakit Dahulu : Tn.S mengatakan belum pernah mempunyai riwayat masuk
rumah sakit/operasi di RS sebelumnya. Riwayat Diabetes Melitus tidak ada dan Hipertensi tidak
ada.(ა, 20189)
Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada riwayat DM, hipertensi, asma, TBC
Pola aktivitas dan latihan : sebelum sakit pasien dapat melakukan aktivitas sehari – ahri seperti
makan ,minum, toileting, berpakaina dan bekerja secara mandiri. Sedangkan selama sakit
aktivitas seperti makan atau minum, toileting dan mobilisasi dibantu oleh keluarga atau perawat.
Pola istirahat tidur : sebelum sakit pasien mengatakan setiap hari tidur selama 6-7 jam, dan
jarang tidur siang karena bekerja. Sedangkan selama sakit, pasien mengatakan tidur 5-6 jam
dimalam hari dan 1-2 jam disiang hari.
Pola kognitif presepsi : pasien mengatakan tidak mengalami gangguan penglihatan atau
pendengaran juga penciuman juga fungsinya. Selama sakit pasien mengatakan mengalami
gangguan nyeri pada daerah leher, perut dan punggung sehingga sulit beratifitas. Karakteristik
nyeri yang dirasakan sebagai berikut:
P: nyeri akibat trauma luka bakar
Q : nyeri terasa panas
R : rasa nyeri terasa didaerah leher, dada dan punggung.
S : Skala nyeri 7 dari 10
T: Hilang timbul dan meningkat jika danya aktivitas, dan saat tertekan lama untuk daerah
punggung.
Pasien juga mengatakan masih merasa sesak saat bernapas.
b. Pemeriksaan Fisik:
Primary survey
Airway : tidak tampak adanya sumbatan jalan napas , darah (-), muntahan (-), suara napas tidak
ngorok.
Breathing : : kedua dinding thorak tampak normal, napas spotan, rochi (-), whezhing (-). Napas
cepat dangkal , irreguler, RR 29x/menit.
Circulasi : pasien tidak tampak pucat, sianosis (-), HR 110x/menit reguler.
Disability : GCS : eye 4 verbal 5 movement 6 = 15
Exposure : pakaian pasien segera dievakuasi guna mengurangi pajanan berkelanjutan serta
menilai luas dan derajat luka bakar.
Secondary survey
Status Generalis
KeadaanUmum : Tampak sakit berat
Kesadaran :Compos mentis
Tekanan darah :100/70 mmHg
Nadi :110x/mnt, reguler
Suhu : 37,8oC
Pernapasan : 29x/menit
Tinggi badan : 165 cm
Berat badan : 60 kg
Kelenjar Getah Bening
Submandibula : tidak teraba
Leher : tidak teraba
Supraklavikula : tidak teraba
Ketiak : tidak teraba
Lipat paha : tidak teraba
Kepala
Ekspresi wajah : menyeringai, menahan sakit
Rambut : hitam
Simetri muka : simetris tidak ada lebam.
Mata
Lapang pandang normal.
Pupil : isokor
Sklera :tidak ikterik
Konjungtiva :tidak anemis
Kelopak mata : tidak udema.
Reflek : cahaya langsung +/+
Telinga
Tidak tampak kelainan.
Mulut
Bentuk : normal
Mukosa bibir : kering
Leher
Tampak luka bakar pada leher sebelah kiri dengan ukuran 10x2 cm warna kulit merah pucat.
Tekanan vena Jugularis (JVP) : 2-5 cmH2O
Kelenjar Tiroid : tidak teraba membesar
Kelenjar Limfe : tidak taraba membesar
Dada
Bentuk : simetris
Pembuluh darah : tidak tampak
Retraksi sela Iga : (+)
Paru – paru
Inspeksi : pergerakan paru simetris, tampak retaksi dinding dada ringan. Pasien tampak sesak.
Palpasi : bentuk normal. Tugor kulit menurun ≥ 2 detik
Perkusi : sonor
Auskultasi : ronchi (-) whezhing (-)
Jantung
Inspeksi : tidak tampak iktus kordis
Auskultasi : BJ I-II regular , murmur (-) , gallop (-)
Lain – lain normal.
Perut
Inspeksi : datar, tidak ada ascites, tampak luka bakar bagian bawah memanjang ukuran 15x3 cm
( derajat 3 )
Palpasi : supel, hati tidak membesar
Perkusi : shifting dullness (-)
Auskultasi : bising usus (+)normal.
Punggung
Terdapat luka bakar menyeluruh pada bagian punggung (18%). Warnanya merah, keabu-abuan,
sedikit tampak cairan.
Hasil laboratorium
HB : 14,5g/dl
Lekosit ; 29.600/mm3
Trombosit : 213.000/mm3
Ht : 30%
Ureum : 39mg/dl
Kretinin : 1,3mgdl
Na : 133 mmol/L
K : 3,68mmol/L
Cl : 112 mmol/L
Penatalaksanaan medis
Rumus baxter : (% luka bakar)x (BB)x(4cc)
31,5%x60x 4= 7560/24jam
8 jam pertama : 3780 cc
8 jam kedua : 1890cc
8 jam ke 3 : 1890
Mendapat O2 2liter permenit nasal kanul
Therapy obat :
2. Inj. Cefotaxin 1gr/12 jam : anti infeksi
3. Inj. Keterolac 1gr/8jam : anti nyeri
4. Tab. tramadol 50mg/8jam : anti nyeri
5. Mebo salep.
6. Supratul
c. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1 DS: Klien merasa lemas Luka bakar Permeabilitas kapiler
DO: meningkat
Turgor kulit menurun ≥ ↓
2 detik. Evaporasi / Penguapan
Mukosa kering cairan
TTV : TD 100/70 ↓
mmHg, Nadi :110x/mnt, Kehilangan cairan tubuh
regular, Suhu : 37,8ºC ↓
Pernapasan : 29x/m Defisit volume cairan
Diagnosa Keperawatan:
Defisit volume cairan b.d banyaknya penguapan/cairan tubuh yang keluar
Gangguan pertukaran gas/oksigen b.d kerusakan jalan nafas
Nyeri akut b.d kerusakan kulit dan jaringan
Gangguan integritas kulit b.d kerusakan kulit dan jaringan yang terkena luka bakar
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Defisit volume BP 100-140/60-90 Monitor dan catat intake, output
cairan b.d mmHg (urine 0,5 – 1 cc/kg.bb/jam)
banyaknya Produksi urine >30 Beri cairan infus yang
penguapan/cairan ml/jam (minimal 1 mengandung elektrolit (pada 24
tubuh yang keluar ml/kg BB/jam) jam ke I), sesuai dengan rumus
(Setelah dilakukan Ht 37-43 % formula yang dipakai
tindakan Turgor elastic Monitor vital sign
keperawatan dalam Mucosa lembab Monitor kadar Hb, Ht,
waktu 2 x 24 jam elektrolit, minimal setiap 12
Akral hangat
pemulihan cairan jam.
Rasa haus tidak
optimal dan
ada
keseimbangan
elektrolit serta
perfusi organ vital
tercapai)
2 Gangguan Tidak ada tanda- Mengkaji tanda-tanda distress
pertukaran tanda sianosis nafas, bunyi, frekuensi, irama,
gas/oksigen b.d Frekuensinafas 12 kedalaman nafas.
kerusakan jalan - 24 x/mnt Monitor tanda-tanda hypoxia
nafas(Setelah SP O2 > 95 (agitsi,takhipnea,
dilakukan tindakan stupor,sianosis)
keperawatan dalam Monitor hasil laboratorium,
waktu 2 x 24 jam AGD, kadar oksihemoglobin,
oksigenasi jaringan hasil oximetri nadi.
adekuat) Kolaborasi dengan tim medis
untuk pemasangan endotracheal
tube atau tracheostomi tube bila
diperlukan.
Kolabolarasi dengan tim medis
untuk pemasangan ventilator
bila diperlukan.
Kolaborasi dengan tim medis
untuik pemberian inhalasi terapi
bila diperlukan
3 Nyeri akut b.d Skala 1-2 Kaji rasa nyeri yang dirasakan
kerusakan kulit dan Expresi wajah klien
jaringan(Setelah tenang Atur posisi tidur dengan
dilakukan tindakan Nadi 60-100x/mnt nyaman
keperawatan dalam Klien tidak gelisah Anjurkan klien untuk teknik
selama masa relaksasi
perawatan nyeri Lakukan prosedur pencucian
berkurang) luka dengan hati-hati
Anjurkan klien untuk
mengekspresikan rasa nyeri
yang dirasakan
Beri tahu klien tentang
penyebab rasa sakit pada luka
bakar
Kolaborasi dengan tinm medis
untuik pemberian analgesik
4 Gangguan integritas Luka sembuh Kaji luka pada fase akut
kulit b.d kerusakan sesuai dengan fase (perubahan warna kulit)
kulit dan jaringan penyembuhan luka Cegah adanya gesekan pada
yang terkena luka kulit yang terdapat luka
bakar (Setelah Lakukan perawatan pada luka
dilakukan tindakan bakar
keperawatan selama
masa penyembuhan
luka bakar sembuh
dengan baik dan
integritas kulit)
Evaluasi
Dx1
S : Klien merasa tidak lemas
O : Turgor kulit baik, mukosa lembab, kadar Kalium= 4.0 mEq/L dan kadar Natrium= 135
mEq/L, intake dan output seimbang
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Dx 2
Dx4
S : Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 4
O : Klien tidak meringis dan nadi 95 kali/ detik
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Dx5
S : Klien masih mengeluhkan perih pada luka
O : Masih ada luka terbuka
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP
4.1Kesimpulan
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadapkemungkinan
lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegahkehilangan cairan tubuh,
membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretoridan sensori, membantu dalam proses aktivasi
vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh. Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang beratmemperlihatkan
morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cederaoleh sebab lain .Biaya yang
dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab lukabakar selain karena api ( secara langsung
ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhutinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar
karena api atau akibat tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah
tangga.
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber
panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ke tubuh (flash), terkena air panas (scald),
tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia,
serta sengatan matahari.
4.2 SARAN
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran
dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. Apabila ada terdapat
kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang
https://balamutafaga95.blogspot.com/2017/03/makalah-luka-bakar.html
https://sekedarperawat.blogspot.com/2016/12/makalah-luka-bakar.html
Bintoro. (2019). Konsep Luka Bakar. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699.
Pambudi, A. (2017). Pengertian dan Klasifikasi Kota. Geografi.Org, 11–29.
https://www.geografi.org/2017/11/pengertian-dan-klasifikasi-kota.html
აანაკლიის პორტი არის. (20189). No Title ანაკლიის პორტი არის ამ ქვეყნის მომავალი
უსაფრთხოების და ეკონომიკის კონტექსტში, არავის გამოუვა ვალდებულებებს
თავი აარიდოს. News.Ge, https://news.ge/anakliis-porti-aris-qveynis-momava.
卢周来, Litalien, D., Guay, F., Geoffrion, S., Giguère, C.-É., Fortin, M., Fortin, C., Guay, S.,
Ducharme, F., Lévesque, L., Caron, C. D., Hanson, E., Magnusson, L., Nolan, J., Nolan,
M., Manzo, G., St-onge, S., Renaud, S., Guérin, G., … Robette, N. (2009). No Titleاالبتزاز ا.
Bifurcations, 45(3), 1–19. http://dx.doi.org/10.1016/j.refiri.2017.07.010%0Ahttp://coop-
ist.cirad.fr%0Ahttp://www.theses.fr/2014AIXM5048%0Ahttp://www.cairn.info/revue-
management-et-avenir-2010-6-page-84.htm%0Ahttp://www.cairn.info/bifurcations--
9782707156006-page-349.htm%0Ahttp://w