Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

“RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN LUKA BAKAR”

Di Susun oleh: Kelompok 3

1.Sama Vira Sati (2014201055)

2.Ragil Adrian (2014201060)

3.Azkia Elsa Putri(2014201065)

4.Natasya Aprilia (2014201059)

5.Wulandari (2014201073)

Dosen Pengampu : Ns. Rahmiwati,S.Kep.,M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah Yang Maha Kuasa atas berkat,
rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
walaupun masih banyak kekurangan di dalamnya. Makalah ini membahas tentang “Rencana
Asuhan Keperawatan pada pasien luka bakar”.

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III. Kami juga berharap semoga pembuatan makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Dalam pembuatan
makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu saya ucapkan
terimakasih kepada ibuk Ns.Rahmiwati,S.Kep.,M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah.
Serta pihak-pihak lain yang turut membantu memberikan referensi dari buku dan media lainnya.

Tiada gading yang tak retak, itu kata pepatah tiada satupun manusia yang tak luput dari
kesalahan, oleh karena itu kami berharap pemberian maaf yang sebesarnya-besarnya, atas
kekurangan dan kesalahan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Saran dan kritik
sangat kami harapkan agar kami dapat memperbaiki makalah-makalah selanjutnya.

Bukittinggi, 05 Oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................ ii
I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................ 1
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................ 2
II. PEMBAHASAN ............................................................................... 3
2.1. Pengertian Luka Bakar........................................................................ 3
2.2. Etiologi Luka Bakar............................................................................. 3
2.3. Patofisiologi Luka Bakar…………………………………………….
2.4 Pathway luka bakar…………………………………………………..
2.5 Manifestasi klinis luka bakar………………………………………..
2.6. Derajat dan Kedalaman Luka Bakar.................................................... 4
2.7. Perhitungan Luka Bakar...................................................................... 5
2.8. Klasifikasi Luka Bakar........................................................................ 6
2.9. Komplikasi Luka Bakar....................................................................... 6
2.10. Penatalaksanaan Luka Bakar............................................................. 8
2.11. Pemeriksaan Penunjang Luka Bakar ................................................ 10
III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN ..................................... 11
3.1. Pengkajian.......................................................................................... 11
3.2. Diagnosa Keperawatan....................................................................... 15
IV. PENUTUP.......................................................................................... 16
4.1. Kesimpulan......................................................................................... 16
4.2. Saran ................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang

beratmemperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan

cederaoleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya.

Penyebab luka bakar selain karena api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga karena

pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat

tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.

(Sjamsuhidajat, 2005)(Bintoro, 2019)

Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadap

kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegah

kehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ

eksretoridan sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh.

Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit yang sebagian besar

dapat dicegah.( Horne dan Swearingen, 2000)

Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat setiap tahunnya.

Dari kelompok ini 200 ribu pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan 100 ribu pasien

dirawat di rumah sakit. Sekitar 12 ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan

cedera inhalasi yang berhubungan dengan luka bakar lebih separuh dari kasus luka bakar

dirumah sakit seharusnya dapat dicegah. Perawat dapat memainkan peranan yang aktif dalam

pencegahan kebakaran dan luka bakar dengan mengajarkan konsep pencegahan dan

mempromosikan undang undang tentang pengamanan kebakaran. Asuhan keperawatan


komprehensif yang diberikan manakala terjadi luka bakar adalah penting untuk pencegahan

kematian dan kecacatan. Adalah penting bagi perawat untuk memiliki pengertian yang jelas

tentang perubahan yang saling berhubungan pada semua sistem tubuh setelah cedera luka bakar

juga penghargaan terhadap dampak emosional dari cedera pada korban luka bakar dan

keluarganya. Hanya dengan dasar pengetahuan komprehensif perawat dapat memberikan

intervensi terapeutik yang diperlukan pada semua tahapan penyembuhan.

1.2. Rumuasan Masalah

1.Apa pengertian luka bakar?

2.Bagaimana etiologi luka bakar?

3.Apa dan bagaimana patofisiologi luka bakar?

4. .Bagaimana pathway luka bakar?

5.Bagaimana manifestasi klinis luka bakar?

6.Bagaimana derajat dan kedalaman luka bakar?

7.Bagaimana Perhitungan luka bakar?

8.Apa klasifikasi luka bakar?

9.Apa saja Komplikasi pada luka bakar?

10.Bagaimana Penatalaksanaan luka bakar?

11.Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada luka bakar?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk Mengetahui Pengertian luka bakar
2. Untuk Mengetahui Etiologi luka bakar
3. Untuk Mengetahui Patofisiologi luka bakar
4. Untuk Mengetahui Pathway luka bakar
5. Untuk Mengetahui Manifestasi klinis luka bakar
6. Untuk Mengetahui Derajat dan kedalaman luka bakar
7. Untuk Mengetahui perhitungan pada luka bakar
8. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan luka bakar
9. Untuk Mengetahui Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada luka bakar
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Luka Bakar

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebebkan kontak dengan

sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. (Musliha, 2010).

Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia,

Dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam.(Padila, 2012) .

Luka bakar adalah kehlangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti

air,api,bahan kimia,listrik dan radiasi.Luka bakar akan mengakibatkan tidak hanya kerusakan

kuliat,tetapi juga seluruh system tubuh (Nina,2008).

Menurut Smeltzer dan Bare (2001), luka bakar adalah kerusakan secara langsung maupun

tidak langsung pada jaringan kulit yang tidak menutup kemunginan sampai ke organ dalam, yang

disebabkan kontak langsung dengan sumber panas yaitu api, air atau uap panas, bahan

kimia,radiasi, arus listrik, dan suhu sangat dingin.

2.2. Etiologi Luka Bakar

Sumber luka bakar harus ditentukan terlebih daluhu sebelum dilakukan evaluasi dan

penanganan.Menurut Moenadjat (2005) luka bakar dapat dibedakan menjadi 4 macam,antara

lain:

1.    Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn)

Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan :
  a.  Gas

Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi jalan nafas

akibat edema.

     b.Cairan

     c.Bahan padat (solid)

2. Luka bakar bahan kimia (Hemical Burn)

Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa

kuat. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang

sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan

dalam bidang industri, pertanian dan militer.(Pambudi, 2017)

3.  Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)

Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang

dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya

voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.

   4.Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)

Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini

seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi

untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar

yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.

2.3 Patofisiologi luka bakar

ada dasarnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang tinggi, akibatnya aka

merusak kulit dan pembuluh darah tepi maupun pembuluh darah besar dan akibat dari
kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan plasma sel darah, protein dan albumin,

mengalami gangguan fisiologi. Akibatnya terjadilah kehilangan cairan yang massif,

terganggunya cairan di dalam lumen pembuluh darah. Suhu tinggi juga merusak pembuluh

darah yang mengakibatkan sumbatan pembuluh darah sehingga beberapa jam setelah reaksi

tersebut bisa mengakibatkan radang sistemik, maupun kerusakan jaringan lainnya. Dari

kilasan diatas maka pada luka bakar juga dapat terjadi syok hipovolemik atau burn shock.

Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya kontak

dengan agen tersebut. Sebagai conth, pada kasus luka bakar tersiram air panas pada orang

dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang panas dari shower dengan suhu 68,90C dapat

menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis serta dermis sehingga terjadi cedera derajat-

tiga ( fullthickness injury ). Pajanan selama 15 menit dengan air panas yang suhunya sebesar

56,10C mengakibatkan cedera full-thickness yang serupa. Suhu yang kurang dari 440C dapat

ditoleransi dalam periode waktu yang lama tanpa menyebabkan luka bakar.

Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor inflamasi yang

abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum, gangguan fungsi neutrofil,

limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka bakar bereisiko tinggi untuk mengalmai

sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam

pertama pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya

menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme. (Musliha, 2010).

2.4 Pathway luka bakar


2.5 Manifestasi klinis luka bakar
Manifestasi menurut Pamela (2011) :

Kedalaman Bagian Kulit Gejala Penampilan Perjalanan


Dan Yang Terkena Luka Kesembuhan
Penyebab
Luka Bakar
Derajat Satu Epidermis Kesemutan, Memerah, Kesembuhan

(Superfisial): hiperestesia menjadi putih lengkap dalam

tersengat (supersensivitas), ketika ditekan waktu satu minggu,

matahari, rasa nyeri minimal atau terjadi pengelupasan

terkena api mereda jika tanpa edema kulit

dengan didinginkan

intensitas

rendah

Derajat Dua Epidermis Nyeri, Melepuh, Kesembuhan dalam

(Partial- dan bagian hiperestesia, dasar luka waktu 2-3 minggu,

Thickness): dermis sensitif terhadap berbintik- pembentukan parut

tersiram air udara yang bintik merah, dan depigmentasi,

mendidih, dingin epidermis infeksi dapat

terbakar oleh retak, mengubahnya

nyala api permukaan menjadi derajat-tiga

luka basah,

terdapat

edema
Derajat Tiga Epidermis, Tidak terasa Kering, luka Pembentukan eskar,

(Full- keseluruhan nyeri, syok, bakar diperlukan

Thickness): dermis dan hematuria berwarna pencangkokan,

terbakar kadang- (adanya darah putih seperti pembentukan parut

nyala api, kadang dalam urin) dan bahan kulit dan hilangnya

terkena jaringan kemungkinan atau gosong, kontur serta fungsi

cairan subkutan pula hemolisis kulit retak kulit, hilangnya jari

mendidih (destruksi sel dengan tangan atau

dalam waktu darah merah), bagian lemak ekstremitas dapat

yang lama, kemungkinan yang tampak,

tersengat terdapat luka terdapat

arus listrik masuk dan edema

keluar (pada luka

bakar listrik)

2.6 Derajat dan Kedalaman Luka Bakar

Luas luka bakar dapat dihitung menggunakan persentase Total Body Surface Area (%TBSA).
Penghitungan TBSA dibutuhkan untuk pemberian resusitasi cairan dan penanda bagi pasien
berisiko tinggi mengalami komplikasi (Broadis, 2017). Semakin besar presentase TBSA pasien
luka bakar, maka semakin tinggi pula angka mortalitasnya (Jugmohan, 2016). Lund and browder
chart merupakan metode pengukuran luas luka bakar yang paling akurat untuk luka bakar
anak khususnya balita.

Dilakukan menggunakan luas permukaan telapak tangan pasien, terhitung mulai dari
pergelangan hingga jari-jari tangan yang dianggap setara dengan 1% luas luka bakar. Strategi
lain untuk mengukur jarak bakar adalah Wallace Rule of Nines. Pengukuran metode ini
dilakukan dengan membagi tubuh menjadi beberapa bagian setara dengan 9% dan kelipatannya.
Metode ini dinilai akurat pada luka bakar dewasa dan kurang akurat pada luka bakar anak usia
kurang dari 10 tahun (Kara ,2018).

Garcia-Espinoza et al, 2017) mengklasifikasikan luka bakar menjadi 3 derajat berdasarkan


kedalaman luka bakarnya, sebagai berikut:

1. Derajat I : Superficial Thickness Burn


Luka bakar terjadi berada di dalam epidermis kulit pada tingkat ini. Gambaran klinis luka
bakar derajat satu adalah munculnya eritema (terbakar sinar matahari), tersiksa, dan tidak
menghilangkan bekas luka. Untuk memulai dengan luka bakar derajat sembuh dalam 3-6 hari.

2. Derajat II : Partial Thickness Burn


Luka bakar derajat dua terjadi pada dermis kulit. Luka bakar pada derajat II terbagi menjadi 2,
yaitu Luka Bakar Ketebalan Setengah Dangkal dan Luka Bakar Ketebalan Fraksi Mendalam.
Dermis kulit memiliki 2 stratum, yaitu stratum papiler spesifik dan stratum reticularis. Luka
bakar jenis superficial partial thickness burn meliputi semua bagian epidermis dan dermis
stratum papiler. Gambaran klinis luka bakar jenis ini adalah munculnya bula atau gelembung
berisi cairan, nyeri, dan berwarna merah muda. Luka bakar dapa sembuh dalam 7-20 hari. Luka
bakar jenis deep partial thickness burn mempengaruhi semua bagian epidermis dan dermis,
termasuk stratum reticularis Gambaran klinis luka bakar ini dapat berupa rasa nyeri yang
berkurang, warna keputihan, dengan atau tanpa bula. Luka bakar sembuh dalam 2 minggu
dengan jaringan parut yang luas.(卢周来 et al., 2009)

3. Derajat III : Full Thickness Burn


Luka bakar derajat tiga meliputi lapisan subkutan kulit dan otot. Luka bakar dapat meluas
hingga tulang pada kasus yang lebih berat. Gambaran klinisnya adalah warna kehitaman, tidak
terasa nyeri, konsistensi keras dan kering. Tatalaksana yang dilakukan adalah dilakukan graft.

ABA, 2016) mengklasifikasikan tingkat keparahan luka bakar menjadi 3 berdasarkan penyebab,
kedalaman, dan luas permukaan luka bakar yang dilihat dari persentase TBSA, yaitu luka bakar
ringan (minor), sedang (moderate), dan berat (mayor).

1.Luka bakar ringan(minor)

Kriteria yang tergolong dalam luka bakar ringan, diantaranya:


a) Luka bakar derajat II < 10% pada dewasa
b) Luka bakar derajat II < 5%pada anak atau dewasa tua (>50 tahun)
c) Luka bakar derajat III < 2%
2. Luka Bakar Sedang (Moderate)
Kriteria yang tergolong dalam luka bakar sedang, diantaranya:
a) Luka bakar derajat II 10-20% pada dewasa
b) Luka bakar derajat II 5-10% pada anak atau dewasa
c) Luka bakar derajat III 2-5%
d) Cedera akibat arus listrik tegangan tinggi (high voltage)
e) Pasien luka bakar dengan trauma inhalasi
f) Luka bakar melingkar (circumferential burn)
g) Masalah kesehatan penyerta yangdapat meningkatkan risiko infeksi

3. Luka Bakar Berat (Mayor)


a) Luka bakar derajat II > 20%
b) Luka bakar derajat II > 10% pada anak atau dewasa tua (>50 tahun)
c) Luka bakar derajat III > 5%
d) Luka bakar akibat arus listrik tegangan tinggi (high voltage)
e) Pasien luka bakar dengan trauma inhalasi
f) Luka bakar pada bagian wajah, tangan, kaki, genetalia, maupun sendi
g) Cedera lainnya yang terkait (contoh: fraktur, trauma, mayor lainnya).

2.7 Perhitungan Luka Bakar

Berbagai metode dalam menentukan luas luka bakar (Clevo, 2017) :

a. Rumus Sembilan (Rule Of Nines)


Rumus Sembilan merupakan cara yang cepat untuk menghitung luas daerah
yang terbakar. Sistem tersebut menggunakan persentase dalam kelipatan sembilan
terhadap permukaan tubuh yang luas.

b. Metode Lund and Browder


Metode Lund and Browder adalah metode mementukan presentase luas luka bakar pada
berbagai bagian anatomik, berubah menurut pertumbuhan dengan membagi tubuh menjadi
daerah-daerah yang sangat kecil dan memberikan estimasi proporsi luas permukaan tubuh.
Metode Lund dan Browder persentasenya disesuikan dengan usia (Wallace, 2017).

2.8 . Klasifikasi Luka Bakar

Klasifikasi menurut Musliha (2010) antara lain :

1 .    Menurut dalamnya luka bakar


a. Derajad 1

Pada derajad 1 luka bakar akan sembuh pada waktu yang singkat. Paling lambat 1 minggu

tanpa dilakukan pengobatan apapun, kecuali apabila pada derajad satu ini penderita kesakitan,

bisa diberikan analgesik tetapi analgesik yang tidak dapat menurunkan suhu tubuh. Ciri luka

bakar derajad satu adalah kulit hanya tampak kemerahan tanpa ada kerusakan jaringan kulit.

b.      Derajad 2

1)   Derajad 2 dangkal (superficial)

Pada derajad dua ini kulit berwarna merah dan adanya bula (gelembung),
organ kulit seperti kelenjar sebasea, dan kelenjar kulit masih utuh, pada luka bakar ini terjadi
kerusakan epidermis yang ditandai dengan rasa nyeri dan akan sembuh dalam waktu 10-14 hari,
dapat bula diberikan pengompresan dengan NaCl

2)   Derajad 2 dalam (deep)

Luka bakar derajad dua ini kulit kemerahan, dengan jaringan yang terkelupas (kerusakan
dermis dan epidermis). Organ-organ kulit seperti kelenjar keringat, folikel rambut, kelenjar
sebasea sebagian besar masih utuh, proses penyembuhan pada darejad dua dalam ini biasanya
memerlukan waktu yang lama tergantung jaringan epitel yang masih tersisa.

c.       Derajad 3

Luka bakar derajad tiga ini ditandai dengan seluruh dermis dan epidermis mengalami

kerusakan. Tidak dijumpai rasa nyeri dan kehilangan sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf

sensori mengalami kerusakan atau kematian, bahkan bisa merusak kematian jaringan lemak

maupun otot walaupun jaringan tersebut tidak mengalami nekrosis. Penyembuhan terjadi lama
karena tidak terbentuk epitelisasi jaringan dari dasar luka yang spontan. Kulit yang terbakar

berwarna abu-abu dan pucat. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal

sebagai eskar.

2.    Menurut luas luka bakar

Wallance membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of

nine atau rules of wallance yaitu

a.          Kepala dan leher : 9%

b.         Lengan masing-masing 9% : 18%

c.          Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%

d.         Tungkai masing-masing 18% : 36%

e.          Genetalia atau perineum : 1%

Total keseluruhan : 100%

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak jauh

lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan

bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak.

3.    Berat ringannya luka bakar

a.  Persentasi area (luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.

 b.Kedalaman luka bakar


 

c. Anatomi lokasi luka bakar


d.        Umur klien

e.         Riwayat pengobatan yang lalu

f.          Trauma yang menyertai atau bersamaan

American Collage of surgeon dalam Padila (2012) membagi dalam :

a.          Parah Critical) :

1)   Tingkat II : 30% atau lebih

2)   Tingkat III: 10% atau lebih

3)   Tingkat III: pada tangan, kaki, dan wajah

4)   Dengan adanya komplikasi pernafasan, jantung, fraktur, soft tissue yang luas.

b.         Sedang (moderate) :

1)   Tingkat II : 15-30%

2)   Tingkat III: 1-10%

c.          Ringan (minor) :

1)   Tingkat II : kurang dari 15%

2)   Tingkat III: kurang dari 1%.

2.9 Komplikasi Luka Bakar

Komplikasi menurut Lalani (2011), sebagai berikut :

1.    Infeksi luka

a.         Sulit dibedakan dengan penyembuhan luka karena sama-sama terdapat eritema, edema,

nyeri tekan.

b.         Jika demam, malaise, atau gejala memburuk, pikirkan kemungkinan infeksi.

c.          Dapat menyebabkan sepsis dan kerusakan luka bakar yang lebih dalam.

d.         Perlu dirawat inap dan mendapat antibiotik IV.


2.    Sepsis

3.    Syok akibat luka bakar

4.    Edema akibat luka bakar

5.    Eskarotomi

6.    Rabdomiolisis

7.    Cidera inhalasi

8.    Hipermetabolisme 

2.10 Penatalaksanaan Luka Bakar

Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan pasien dirawat melibatkan

berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain mencakup penanganan awal

(ditempat kejadian), penanganan pertama di unit gawat darurat, penanganan diruang intensif atau

bangsal. Tindakan yang diberikan antara lain adalah terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri. Pasien

dengan luka bakar memerlukan obat-obatan topical. Pemberian obat-obatan topical anti

mikrobial bertujuan tidak untuk mensterilkan luka akan tetapi akan menekan pertumbuhan

mikroorganisme dan mengurangi kolonisasi, dengan memberikan obat-obatan topical secara

tepat dan efektif dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang sering kali

masih menjadi penyebab kematian pasien.( Effendi. C, 1999).

Komplikasi menurut Lalani (2011), sebagai berikut :

1.    Infeksi luka

a.         Sulit dibedakan dengan penyembuhan luka karena sama-sama terdapat eritema, edema, nyeri

tekan.

b.         Jika demam, malaise, atau gejala memburuk, pikirkan kemungkinan infeksi.

c.          Dapat menyebabkan sepsis dan kerusakan luka bakar yang lebih dalam.
d.         Perlu dirawat inap dan mendapat antibiotik IV.

2.    Sepsis

3.    Syok akibat luka bakar

4.    Edema akibat luka bakar

5.    Eskarotomi

6.    Rabdomiolisis

7.    Cidera inhalasi

8.    Hipermetabolisme 

D.    Penatalaksanaan

Penatalaksaan pada klien dengan luka bakar menurut Padila (2012) sebagai berikut :

1.         Resusitasi A,B,C

a.    Pernafasan (Airway)

Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang Endotracheal

Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah: riwayat terkurung dalam api,

luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam.

b.    Pernafasan (Breathing)

Kaji adanya trauma-trauma lain yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya

pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae.

c.    Sirkulasi (Circulation)

Gangguan permebilitas kapiler : cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler →

hipovolemi relatif →syok → ATN → gagal ginjal

2.         Infus,kateter, CVP, oksigen, laboratorium, kultur luka.


3.         Resusitasi cairan

Cara Baxter merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah kebutuhan

cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus :

a.    Dewasa :

Baxter = RL 4cc x BB x % LB

Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16

jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan ringer laktat karena terjadi

hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari jumlah pemberian hari pertama.

b.    Anak : jumlah resusitasi + kebutuhan faal :

RL : Dextran = 17 : 3

2 cc x BB x % LB

d.   Kebutuhan faal :

< 1 tahun : BB x 100 cc

1-3 tahun : BB x 75 cc

3-5 tahun : BB x 50 cc

4.      Monitor urine dan JVP

5.      Topikal dan tutup luka :

a.    Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% (1 : 30) + buang jaringan nekrotik

b.   Tulle

c.    Silver sulfat diazin tebal

d.   Tutup kasa tebal

e.    Evaluasi 5-7 hari kecuali balutan kotor


6.      Obat-obatan :

a.    Antibiotika : tidak diberikan jika pasien datang kurang dari 6 jam sejak kejadian.

b.   Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.

c.    Analgetik : kuat (morfin, petidin)

d.   Antasida : kalo perlu

Contoh Kasus :

Ny.M dengan usia 40 tahun dan berat badan 60 kg terkena air panas pada lengan kanan

atas pada pukul 15.00 dan segera dibawa ke RS karena mengalami luka bakar pada lengan kanan

atas. Ny.M mengatakan, “lengan saya nyeri sekali, dan terasa panas”.

Pembahasan :

a.    Luas luka bakar :

Perhitungan luas luka bakar berdasarkan “Rule Of Nine”  dari WALLACE :

Ekstremitas atas = 2 x 9% (kiri dan kanan)

Ny.M mengalami luka bakar pada lengan kanan atas, maka luas luka bakar adalah 4,5%

b.   Resusitasi Cairan :

Pada klien dewasa dengan luka bakar, cara menghitung resusitasi cairan menggunakan cara dari

Baxter. Adapun caranya sebagai berikut :

Baxter : 4 RL cc x BB x % LB (Luas Luka Bakar)

: 4 RL cc x 60 kg x 4,5%

: 1080 cc

Kebutuhan cairan 8 jam pertama : 0,5 x 1080 = 540 cc

Jadi kebutuhan cairan Ny.M selama 8 jam pertama adalah 540 cc.
2.11 Pemeriksaan Penunjang Luka Bakar

Menurut Doenges, 2000, diperlukan pemeriksaan penunjang pada luka bakar yaitu :

1. Laboratorium

 Hitung darah lengkap :

Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah yang banyak sedangkan

peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang

meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan

dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas

terhadap pembuluh darah.

 Leukosit :

Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi.

 GDA (Gas Darah Arteri) :

Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau

peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.

Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan dan

penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena kehilangancairan,

hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat

terjadi bila mulai diuresis.(Pambudi, 2017)

 Natrium Urin :

Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan , kurang dari 10 mEqAL menduga

ketidakadekuatan cairan.

 Alkali Fosfat :
Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan interstisial atau gangguan

pompa, natrium.

 Glukosa Serum :

Peninggian Glukosa Serum menunjukkanrespon stress.

 Albumin Serum :

Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.

 BUN atau Kreatinin :

Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat

meningkat karena cedera jaringan.

 Loop aliran volume :

Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya cedera.

 EKG :

Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.

 Fotografi luka bakar :

Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.

BAB III

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian

a. Anamnesa
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : Laki-Laki
Tanggal masuk : 31 Maret 2016
Usia : 27 tahun
Status perkawinan : Menikah
Suku bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Surabaya
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai swasta
Pendidikan : Tamat SMP
Keluhan Utama : Klien merintih kesakitan dan sesak napas karena luka bakar 3 jam
sebelum MRS.

Riwayat Penyakit Sekarang : 3 jam sebelum masuk RSUA, Tn. S menderita luka bakar karena
terkena ledakan tabung gas elpiji. Kesadaran composmentis, TD: 100/70 mmHg, Nadi:
110x/mnt, S: 37,6o C, RR: 29x/menit, TB: 165 cm, BB: 60 kg pasien mengeluh sesak dan nyeri
di daerah yang terbakar.

Riwayat Penyakit Dahulu : Tn.S mengatakan belum pernah mempunyai riwayat masuk
rumah sakit/operasi di RS sebelumnya. Riwayat Diabetes Melitus tidak ada dan Hipertensi tidak
ada.(ა, 20189)

Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada riwayat DM, hipertensi, asma, TBC

Pola aktivitas dan latihan : sebelum sakit pasien dapat melakukan aktivitas sehari – ahri seperti
makan ,minum, toileting, berpakaina dan bekerja secara mandiri. Sedangkan selama sakit
aktivitas seperti makan atau minum, toileting dan mobilisasi dibantu oleh keluarga atau perawat.

Pola istirahat tidur : sebelum sakit pasien mengatakan setiap hari tidur selama 6-7 jam, dan
jarang tidur siang karena bekerja. Sedangkan selama sakit, pasien mengatakan tidur 5-6 jam
dimalam hari dan 1-2 jam disiang hari.
Pola kognitif presepsi : pasien mengatakan tidak mengalami gangguan penglihatan atau
pendengaran juga penciuman juga fungsinya. Selama sakit pasien mengatakan mengalami
gangguan nyeri pada daerah leher, perut dan punggung sehingga sulit beratifitas. Karakteristik
nyeri yang dirasakan sebagai berikut:
 P: nyeri akibat trauma luka bakar
 Q : nyeri terasa panas
 R : rasa nyeri terasa didaerah leher, dada dan punggung.
 S : Skala nyeri 7 dari 10
 T: Hilang timbul dan meningkat jika danya aktivitas, dan saat tertekan lama untuk daerah
punggung.
Pasien juga mengatakan masih merasa sesak saat bernapas.

b. Pemeriksaan Fisik:
 Primary survey
Airway : tidak tampak adanya sumbatan jalan napas , darah (-), muntahan (-), suara napas tidak
ngorok.
Breathing : : kedua dinding thorak tampak normal, napas spotan, rochi (-), whezhing (-). Napas
cepat dangkal , irreguler, RR 29x/menit.
Circulasi : pasien tidak tampak pucat, sianosis (-), HR 110x/menit reguler.
Disability : GCS : eye 4 verbal 5 movement 6 = 15
Exposure : pakaian pasien segera dievakuasi guna mengurangi pajanan berkelanjutan serta
menilai luas dan derajat luka bakar.

 Secondary survey
Status Generalis
KeadaanUmum : Tampak sakit berat
Kesadaran :Compos mentis
Tekanan darah :100/70 mmHg
Nadi :110x/mnt, reguler
Suhu : 37,8oC
Pernapasan : 29x/menit
Tinggi badan : 165 cm
Berat badan : 60 kg
Kelenjar Getah Bening
Submandibula : tidak teraba
Leher : tidak teraba
Supraklavikula : tidak teraba
Ketiak : tidak teraba
Lipat paha : tidak teraba
Kepala
Ekspresi wajah : menyeringai, menahan sakit
Rambut : hitam
Simetri muka : simetris tidak ada lebam.
Mata
Lapang pandang normal.
Pupil : isokor
Sklera :tidak ikterik
Konjungtiva :tidak anemis
Kelopak mata : tidak udema.
Reflek : cahaya langsung +/+
Telinga
Tidak tampak kelainan.
Mulut
Bentuk : normal
Mukosa bibir : kering
Leher
Tampak luka bakar pada leher sebelah kiri dengan ukuran 10x2 cm warna kulit merah pucat.
Tekanan vena Jugularis (JVP) : 2-5 cmH2O
Kelenjar Tiroid : tidak teraba membesar
Kelenjar Limfe : tidak taraba membesar
Dada
Bentuk : simetris
Pembuluh darah : tidak tampak
Retraksi sela Iga : (+)
Paru – paru
Inspeksi : pergerakan paru simetris, tampak retaksi dinding dada ringan. Pasien tampak sesak.
Palpasi : bentuk normal. Tugor kulit menurun ≥ 2 detik
Perkusi : sonor
Auskultasi : ronchi (-) whezhing (-)
Jantung
Inspeksi : tidak tampak iktus kordis
Auskultasi : BJ I-II regular , murmur (-) , gallop (-)
Lain – lain normal.
Perut
Inspeksi : datar, tidak ada ascites, tampak luka bakar bagian bawah memanjang ukuran 15x3 cm
( derajat 3 )
Palpasi : supel, hati tidak membesar
Perkusi : shifting dullness (-)
Auskultasi : bising usus (+)normal.
Punggung
Terdapat luka bakar menyeluruh pada bagian punggung (18%). Warnanya merah, keabu-abuan,
sedikit tampak cairan.
Hasil laboratorium
HB : 14,5g/dl
Lekosit ; 29.600/mm3
Trombosit : 213.000/mm3
Ht : 30%
Ureum : 39mg/dl
Kretinin : 1,3mgdl
Na : 133 mmol/L
K : 3,68mmol/L
Cl : 112 mmol/L

Status luka bakar :


 tampak luka bakar di perut bagian bawah memanjang ukuran 15x3 cm ( derajat 3 ) = 9%
derajat 2
 Terdapat luka bakar menyeluruh pada bagian punggung . Warnanya merah, keabu-
abuan, sedikit tampak cairan. = 18% derajat 3
 Tampak luka bakar pada leher sebelah kiri dengan ukuran 10x2 cm warna kulit merah
pucat. = 4,5% derajat 2
Luas luka bakar = 31,5% dengan derajat kedalaman 2-3

Penatalaksanaan medis
 Rumus baxter : (% luka bakar)x (BB)x(4cc)
31,5%x60x 4= 7560/24jam
8 jam pertama : 3780 cc
8 jam kedua : 1890cc
8 jam ke 3 : 1890
 Mendapat O2 2liter permenit nasal kanul
 Therapy obat :
2. Inj. Cefotaxin 1gr/12 jam : anti infeksi
3. Inj. Keterolac 1gr/8jam : anti nyeri
4. Tab. tramadol 50mg/8jam : anti nyeri
5. Mebo salep.
6. Supratul
c. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1 DS: Klien merasa lemas Luka bakar Permeabilitas kapiler
DO: meningkat
 Turgor kulit menurun ≥ ↓
2 detik. Evaporasi / Penguapan
 Mukosa kering cairan
 TTV : TD 100/70 ↓
mmHg, Nadi :110x/mnt, Kehilangan cairan tubuh
regular, Suhu : 37,8ºC ↓
Pernapasan : 29x/m Defisit volume cairan

 Rumus baxter : (% luka


bakar)x (BB)x(4cc)
31,5%x60x 4=
7560/24jam
8 jam pertama : 3780 cc
8 jam kedua : 1890cc
8 jam ke 3 : 1890
 Luas luka bakar =
31,5% dengan derajat
kedalaman 2-3.

2 DS: Pasien mengeluh sesak Luka bakar Vasodilatasi Pembuluh


DO: Darah
 Tampak kesulitan ↓
bernafas/sesak Penyumbatan saluran
 Gerakan dada simetris nafas bagian atas
 Pola napas cepat dan ↓
dangkal, irreguler Edema paru
 TTV : RR: 29x/menit ↓
Hiperventilasi

Gangguan pertukaran
gas

3 DS: klien mengeluh panas dan Luka bakar Kerusakan kulit/


sakit jaringan dan edema
DO: ↓
 TTV: TD100/70mmHg, Nyeri akut
Nadi: 110x/mnt,
S: 37,8ᵒC,
RR: 29x/menit
 Pasien nampak meringis
kesakitan sambil
memegang dada yang
sakit.
 P: trauma luka bakar
 Q : terasa panas
 R : sisi trauma/cidera
yang sakit
 S : Skala nyeri 7
 T: Hilang timbul dan
meningkat jika adanya
aktivitas
 Mendapatkan anti nyeri:
- Inj. Keterolac
1gr/8jam : anti nyeri.
-Tab. tramadol
50mg/8jam : anti nyeri

4 DS: pasien mengeluh perih, Luka bakar Kerusakan kulit/


sakit jaringan
DO: ↓
 Kulit kemerahan hingga Inflamasi, Lesi
nekrosis Kerusakan integritas
 Luas luka bakar = kulit
31,5% dengan derajat ↓
kedalaman 2-3. Gangguan integritas
 Kulit tidak utuh kulit

 Akral dingin, lembab


 Suhu 37,8ºC
 Peningkatan leukosit
(26.900mm3 )

Diagnosa Keperawatan:
 Defisit volume cairan b.d banyaknya penguapan/cairan tubuh yang keluar
 Gangguan pertukaran gas/oksigen b.d kerusakan jalan nafas
 Nyeri akut b.d kerusakan kulit dan jaringan
 Gangguan integritas kulit b.d kerusakan kulit dan jaringan yang terkena luka bakar

Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Defisit volume  BP 100-140/60-90  Monitor dan catat intake, output
cairan b.d mmHg (urine 0,5 – 1 cc/kg.bb/jam)
banyaknya  Produksi urine >30  Beri cairan infus yang
penguapan/cairan ml/jam (minimal 1 mengandung elektrolit (pada 24
tubuh yang keluar ml/kg BB/jam) jam ke I), sesuai dengan rumus
(Setelah dilakukan  Ht 37-43 % formula yang dipakai
tindakan  Turgor elastic  Monitor vital sign
keperawatan dalam  Mucosa lembab  Monitor kadar Hb, Ht,
waktu 2 x 24 jam elektrolit, minimal setiap 12
 Akral hangat
pemulihan cairan jam.
 Rasa haus tidak
optimal dan
ada
keseimbangan
elektrolit serta
perfusi organ vital
tercapai)
2 Gangguan  Tidak ada tanda-  Mengkaji tanda-tanda distress
pertukaran tanda sianosis nafas, bunyi, frekuensi, irama,
gas/oksigen b.d  Frekuensinafas 12 kedalaman nafas.
kerusakan jalan - 24 x/mnt  Monitor tanda-tanda hypoxia
nafas(Setelah  SP O2 > 95 (agitsi,takhipnea,
dilakukan tindakan stupor,sianosis)
keperawatan dalam  Monitor hasil laboratorium,
waktu 2 x 24 jam AGD, kadar oksihemoglobin,
oksigenasi jaringan hasil oximetri nadi.
adekuat)  Kolaborasi dengan tim medis
untuk pemasangan endotracheal
tube atau tracheostomi tube bila
diperlukan.
 Kolabolarasi dengan tim medis
untuk pemasangan ventilator
bila diperlukan.
 Kolaborasi dengan tim medis
untuik pemberian inhalasi terapi
bila diperlukan
3 Nyeri akut b.d  Skala 1-2  Kaji rasa nyeri yang dirasakan
kerusakan kulit dan  Expresi wajah klien
jaringan(Setelah tenang  Atur posisi tidur dengan
dilakukan tindakan  Nadi 60-100x/mnt nyaman
keperawatan dalam  Klien tidak gelisah  Anjurkan klien untuk teknik
selama masa relaksasi
perawatan nyeri  Lakukan prosedur pencucian
berkurang) luka dengan hati-hati
 Anjurkan klien untuk
mengekspresikan rasa nyeri
yang dirasakan
 Beri tahu klien tentang
penyebab rasa sakit pada luka
bakar
 Kolaborasi dengan tinm medis
untuik pemberian analgesik
4 Gangguan integritas  Luka sembuh  Kaji luka pada fase akut
kulit b.d kerusakan sesuai dengan fase (perubahan warna kulit)
kulit dan jaringan  penyembuhan luka  Cegah adanya gesekan pada
yang terkena luka kulit yang terdapat luka
bakar (Setelah  Lakukan perawatan pada luka
dilakukan tindakan bakar
keperawatan selama
masa penyembuhan
luka bakar sembuh
dengan baik dan
integritas kulit)

Evaluasi
Dx1
S : Klien merasa tidak lemas
O : Turgor kulit baik, mukosa lembab, kadar Kalium= 4.0 mEq/L dan kadar Natrium= 135
mEq/L, intake dan output seimbang
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

Dx 2

S : Klien mengatakan sesak berkurang


O : Klien kadang-kadang masih terlihat bernafas cepat, RR: 25 kali/menit, SaO2 = 95 %
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

Dx4
S : Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 4
O : Klien tidak meringis dan nadi 95 kali/ detik
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

Dx5
S : Klien masih mengeluhkan perih pada luka
O : Masih ada luka terbuka
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP

4.1Kesimpulan

Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadapkemungkinan

lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegahkehilangan cairan tubuh,

membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretoridan sensori, membantu dalam proses aktivasi

vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh. Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera

kulit yang sebagian besar dapat dicegah.

Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang beratmemperlihatkan

morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cederaoleh sebab lain .Biaya yang

dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab lukabakar selain karena api ( secara langsung

ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhutinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar

karena api atau akibat tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah

tangga.

Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber

panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ke tubuh (flash), terkena air panas (scald),

tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia,

serta  sengatan matahari.

4.2 SARAN

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran

dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. Apabila ada terdapat

kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang

tak luput dari salah, khilaf dan lupa.


DAFTAR PUSTAKA

https://balamutafaga95.blogspot.com/2017/03/makalah-luka-bakar.html

https://sekedarperawat.blogspot.com/2016/12/makalah-luka-bakar.html
Bintoro. (2019). Konsep Luka Bakar. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699.
Pambudi, A. (2017). Pengertian dan Klasifikasi Kota. Geografi.Org, 11–29.
https://www.geografi.org/2017/11/pengertian-dan-klasifikasi-kota.html

აანაკლიის პორტი არის. (20189). No Title ანაკლიის პორტი არის ამ ქვეყნის მომავალი
უსაფრთხოების და ეკონომიკის კონტექსტში, არავის გამოუვა ვალდებულებებს
თავი აარიდოს. News.Ge, https://news.ge/anakliis-porti-aris-qveynis-momava.

卢周来, Litalien, D., Guay, F., Geoffrion, S., Giguère, C.-É., Fortin, M., Fortin, C., Guay, S.,
Ducharme, F., Lévesque, L., Caron, C. D., Hanson, E., Magnusson, L., Nolan, J., Nolan,
M., Manzo, G., St-onge, S., Renaud, S., Guérin, G., … Robette, N. (2009). No Title‫االبتزاز ا‬.
Bifurcations, 45(3), 1–19. http://dx.doi.org/10.1016/j.refiri.2017.07.010%0Ahttp://coop-
ist.cirad.fr%0Ahttp://www.theses.fr/2014AIXM5048%0Ahttp://www.cairn.info/revue-
management-et-avenir-2010-6-page-84.htm%0Ahttp://www.cairn.info/bifurcations--
9782707156006-page-349.htm%0Ahttp://w

Anda mungkin juga menyukai