Pada tahun 2028 menghasilkan perawat yang unggul dalam penerapan ketrampilan
keperawatan lansia berbasis IPTEK keperawatan.
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN LUKA BAKAR
Disusun oleh :
Kelompok 11 / 2 Reguler A
Segala puji bagi Allah swt. yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Sholawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada Baginda tercinta kita yaitu Muhammad saw. yang dinanti-
nantikan syafaatnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah swt. atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik ataupun akal pikiran, sehingga penulis mampu menyelesaikan
pembuatan makalah mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II dengan judul Asuhan
Keperawatan Pasien dengan Luka Bakar.
Pada kesempatan ini, dalam penulisan makalah ini, penulis mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing, orang tua, keluarga, serta teman-teman yang sudah mendukung hingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan.
Sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini.
Kata Pengantar.....................................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan........................................................................................................2
C. Sistematika Penulisan.................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Sistem Integumen........................................................................................4
B. Fisiologi Sistem Integumen.......................................................................................5
C. Pengertian Luka Bakar...............................................................................................6
D. Etologi Luka Bakar....................................................................................................7
E. Patofisiologis Luka Bakar..........................................................................................8
F. Pathway......................................................................................................................9
G. Manifestasi Klinik Luka Bakar................................................................................10
H. Klasifikasi Luka Bakar.............................................................................................13
I. Luas Luka Bakar......................................................................................................15
J. Pemeriksaan Diagnostik Luka Bakar......................................................................16
K. Penatalaksanaan Medis Luka Bakar........................................................................17
L. Manajemen Perawatan Luka Bakar..........................................................................19
M. Komplikasi Luka Bakar............................................................................................22
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR
A. Pengkajian Keperawatan..........................................................................................24
B. Diagnosa Keperawatan.............................................................................................28
C. Intervensi Keperawatan............................................................................................29
D. Implementasi Keperawatan......................................................................................37
E. Evaluasi Keperawatan..............................................................................................38
BAB IV PENUTUP
a. Kesimpulan...............................................................................................................39
b. Saran.........................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................40
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
luka bakar.
Tujuan Khusus
1. Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar luka bakar meliputi
pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, manifestasi klinik, patofisiologi,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, dan komplikasi penyakit.
2. Diharapkan mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada pasien
dengan luka bakar.
C. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara keseluruhan dalam makalah ini,
berikut disajikan sistematika penulisan makalah yang terdiri dari empat bab, dengan
susunan sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang konsep dasar penyakit luka bakar
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR
Bab ini menjelaskan tentang konsep dasar asuhan keperawatan pada apasien dengan
luka bakar
BAB IV PENUTUP
Berisikan kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan analisa dan optimalisasi
sistem berdasarkan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Berisikan sumber yang menjadi rujukan penulis dalam melakukan penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(Sumber: artikelmateri.com)
Gambar 1.a Anatomi Fisiologi Sistem Integumen
2. Hipotermia
Selain adanya perubahan tampilan fisik, kehilangan kulit juga menyebabkan
masalah lainnya. Hipotermia dapat terjadi akibat hilangnya panas tubuh lewat
luka dan ditandai pada suhu inti tubuh kurang dari 98,6° F. Hipotermia
sangatberbahaya karena menyebabkan menggigil, yang lalu menyebabkan
peningkatan konsumsi oksigen dan kebutuhan kalorik serta vasokonstriksi pada
perifer. Hipotermia sering terjadi pada cedera luas selama beberapa jam pertama
setelah cedera, evakuasi, dan transpor ke fasilitas luka bakar.
3. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Kehilangan air lewat penguapan melalui luka bakar berperan terhadap
hilangnya volume cairan klien dan status hidrasi yang terganggu. Kehilangan
lewat penguapan yang tidak dikompensasi dengan penggantian cairan ditandai
dengan tekanan darah yang rendah, penurunan keluaran urine, membran mukus
yang kering, dan buruknya turgor kulit.
4. Perubahan pada Respirasi
Pada awalnya, pada klien dapat terjadi takipneu setelah cedera luka bakar.
Analisis gas darah arteri dapat menampilkan tekanan oksigen arteri (PaO²) yang
relatif normal, dengan saturasi oksigen yang lebih rendah dari yang diharapkan
relatif terhadap PO². Pada mereka dengan cedera inhalasi, insufisiensi
pernapasan dapat terjadi selama fase resusitasi ketiga pergeseran cairan pada
titik tertinggi dan cedera parenkim paru sangat rentan terhadap pembentukan
edema. Selanjutnya dalam perjalanan pemulihan, gagal nafas dapat terjadi
karena infeksi (sering kali 10 hari hingga dua minggu setelah cedera).
5. Menurunnya Curah Jatung
Setelah cedera luka bakar yang luas, denyut jantung dan tekanan vaskular
perifer meningkat sebagai tanggapan atas pelepasan katekolamin dan
hipovolemia relatif, namun curah jantung pada awalnya menurun (hipofungsi).
Kira-kira 24 jam setelah cedera luka bakar pada klien yang menerima resusitasi
cairan, curah jantung kembali normal dan kemudian meningkat (2 hingga 2,5
kali dari normal) untuk memenuhi kebutuhan hipermetabolik tubuh
(hiperfungsi).
Perubahan curah jantung terjadi bahkan sebelum volume intravaskular yang
bersirkulasi kembali normal. Tekanan darah arteri normal atau sedikit meningkat
kecuali terjadi hipovolemia parah. Penurunan curah jantung yang terlihat pada
awalnya setelah cedera luka bakar ditunjukkan oleh penurunan tekanan darah,
penurunan keluaran urine, denyut perifer lemah, dan jika dipantau lewat kateter
arteri pulmonal, curah jantung kurang dari 4L/menit, indeks jantung kurang dari
2,5L/menit, dan tahanan vaskular sistemik kurang dari 900 dyne
6. Respon Nyeri
Klien akan mengalami nyeri yang hebat akibat luka bakar dan terpaparnya
ujung saraf karena hilangnya integritas kulit. Penyintas luka bakar biasanya
menjelaskan tiga jenis nyeri yang muncul pada cedera mereka, nyeri latar, nyeri
lonjakan, dan nyeri prosedural. Nyeri latar dialami ketika klien sedang
beristirahat atau sedang melakukan aktivitas yang tidak berhubungan dengan
prosedur, seperti berganti posisi dari tempat tidur, atau pada gerakan dinding
dada atau perut yang terjadi pada pernapasan dalam atau batuk.
Nyeri lonjakan adalah peningkatan nyeri yang dirasakan yang melebihi
tingkat intensitas rendah nyeri latar. Seperti nyeri latar, ia dialami ketika klien
sedang istirahat atau terlibat dalam aktivitas hidup sehari-hari atau aktivitas
minor lainnya yang membutuhkan pergerakan pada daerah yang cedera. Nyeri
prosedural dijelaskan sebagai nyeri akut dan berintensitas tinggi. Manajemen
bergantung pada fase pemulihan dan termasuk opioid kerja-singkat (misalnya
morfin sulfat, fentanil, hidromorfon, oxycodone, dan ketamin). Obat inhalasi,
seperti nitrat oksida dapat pula digunakan untuk menangani nyeri prosedural
7. Perubahan Psikologi
Segera setelah cedera, mereka yang dengan cedera Mayor dapat merespon
dengan psikologi, ketidakpercayaan, kecemasan, dan perasaan terbebani. Klien
dan anggota keluarga mungkin sadar dengan apa yang terjadi namun dapat
melakukan koping dengan situasi yang ada secara buruk. Oleh karena klien tidak
memiliki kemampuan yang terbatas untuk mencerna informasi baru, kehadiran
keluarga dan teman-teman yang sudah dikenal dapat membantu meringankan
kecemasan.
Instruksi dan informasi sederhana yang sudah disiapkan sebelumnya,
terutama sebelum prosedur penting untuk dilakukan. Keluarga klien dengan
penyakit kritis membutuhkan jaminan, kedekatan dengan orang yang cedera, dan
informasi. Secara khusus keluarga ingin mengetahui bagaimana klien
diperlakukan, fakta spesifik tentang kemajuan klien, dan mengapa mengapa
prosedur tersebut dilakukan.
8. Tingkat Kesadaran yang Terganggu
Jarang terjadi klien dengan cedera luka bakar mengalami kerusakan
neurologi kecuali paparan yang lama terhadap asap telah terjadi. Klien dengan
cedera luka bakar Mayor sering kali terbangun dan sadar pada saat masuk rumah
sakit. Ketika perubahan tingkat kesadaran terjadi saat masuk rumah sakit,
seringkali ia berhubungan dengan trauma neurologi (misalnya jatuh, kecelakaan
kendaraan bermotor), gangguan perfusi ke otak, hipoksemia (seperti pada
kebakaran di ruang tertutup), cedera inhalasi (seperti pada paparan terhadap
asfiksiat atau bahan-bahan beracun lainnya dari kebakaran), cedera luka bakar
listrik, atau efek obat-obat yang muncul dalam tubuh pada saat cedera. (
(Sumber: rsgm.maranatha.edu)
Gambar 1.b Klasifikasi Luka Bakar
a. Luka bakar derajat I
Luka bakar derajat I ditandai dengan luka bakar superfisial dengan
kerusakan pada lapisan epidermis. Umumnya tidak disertai kelepuhan
pada kulit, kulit kemerahan pada bagian yang terbakar, bengkak ringan,
nyeri namun kulit tidak terkoyak karena melepuh, tidak terdapat bula,
nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
b. Luka bakar derajat II
Luka bakar derajat II terjadi pada lapisan epidermis dan sebagian
dermis dibawahnya, berupa reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi.
Umumnya memiliki gejala berupa kulit kemerahan, melepuh, bengkak
yang tak hilang selama beberapa hari, kulit terlihat lembab atau becek,
nyeri, dan bercak-bercak berwarna merah muda.
c. Luka bakar derajat III
Luka bakar derajat III terjadi pada seluruh ketebalan kulit. Semua
organ kulit sekunder rusak dan tidak ada kemampuan lagi untuk
melakukan regenerasi kulit secara spontan atau repitelisasi. Umumnya
memiliki gejala berupa daerah luka tampak berwarna putih, kulit hancur,
sedikit nyeri karena ujung saraf telah rusak dan biasanya tidak melepuh.
3. Berdasarkan Tingkat Keseriusan Luka
a. Luka bakar ringan
1) Luka bakar derajat II < 15% pada orang dewasa
2) Luka bakar derajat II < 10% pada anak-anak
3) Luka bakar derajat III < 1%
b. Luka bakar sedang
1) Luka bakar derajat II 15-25% pada orang dewasa
2) Luka bakar derajat II 10-20% pada anak-anak
3) Luka bakar derajat III < 10%
c. Luka bakar berat
1) Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa
2) Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak
3) Luka bakar derajat III 10% atau lebih
4) Luka bakar yang mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki,
genetalia/perineum, cedera inhalasi, listrik, dan trauma lain.
I. Luas Luka Bakar
Berbagai metode dalam menentukan luas luka bakar (Clevo, 2012):
1. Rumus Sembilan (Rule Of Nines)
Rumus Sembilan merupakan cara yang cepat untuk menghitung luas
daerah yang terbakar. Sistem tersebut menggunakan persentase dalam
kelipatan sembilan terhadap permukaan tubuh yang luas.
(Sumber: ResearchGet.net)
Gambar 1.e Metode Lund and Bowder
A. Pengkajian Keperawatan
1. Biodata
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat,
tnggal MRS, dan informan apabila dalam melakukan pengkajian klita perlu
informasi selain dari klien. Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi
hebatnya luka bakar akan tetapi anak dibawah umur 2 tahun dan dewasa diatsa
80 tahun memiliki penilaian tinggi terhadap jumlah kematian, data pekerjaan
perlu karena jenis pekerjaan memiliki resiko tinggi terhadap luka bakar agama
dan pendidikan menentukan intervensi ynag tepat dalam pendekatan.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar (Combustio) adalah
nyeri, sesak nafas. Nyeri dapat disebabakna kerena iritasi terhadap saraf.
Dalam melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time,
quality (p,q,r,s,t). sesak nafas yang timbul beberapa jam atau hari setelah klien
mengalami luka bakardan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah
sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema paru
berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.
3. Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya
kontak, pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama
menjalan perawatanketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat meliputi
beberapa fase; fase emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan pola bak),
fase akut (48 jam pertama beberapa hari / bulan ), fase rehabilitatif (menjelang
klien pulang).
4. Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien
sebelum mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien
mempunyai riwaya penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau
penyalagunaan obat dan alkohol.
5. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang
berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi: jumlah anggota keluarga,
kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah
kesehatan, serta kemungkinan penyakit turunan
6. Pola ADL
Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan apabila
terjadi perubahan pola menimbulkan masalah bagi klien. Pada pemenuhan
kebutuhan nutrisi kemungkinan didapatkan anoreksia, mual, dan muntah. Pada
pemeliharaan kebersihan badan mengalami penurunan karena klien tidak dapat
melakukan sendiri. Pola pemenuhan istirahat tidur juga mengalami gangguan.
Hal ini disebabkan karena adanya rasa nyeri.
7. Riwayat psikososial
Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body
image yang disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami
gangguan perubahan. Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan perawatan
yang laam sehingga mengganggu klien dalam melakukan aktifitas. Hal ini
menumbuhkan stress, rasa cemas, dan takut.
8. Aktifitas/istirahat
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area
yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
9. Sirkulasi
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi
perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik);
takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema
jaringan (semua luka bakar).
10. Integritas ego
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
11. Eliminasi
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin
hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot
dalam;
diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi);
penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar
dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
12. Makanan/cairan
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
13. Neurosensori
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam
(RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal;
kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur
membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
14. Nyeri atau Kenyamanan
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren
sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar
ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar
ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar
derajat tiga tidak nyeri.
15. Pernafasan
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera
inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan
menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada;
jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme,
oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema
laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
16. Keamanan
Tanda:
a. Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5
hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian
kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan
kehilangan cairan/status syok.
b. Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan
variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung
gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring
posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
c. Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit
mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh;
ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam
dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut
sampai 72 jam setelah cedera.
d. Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah
nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran
masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal
tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot
tetanik sehubungan dengan syok listrik).
17. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas
sakit dan gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila
luka bakar mencapai derajat cukup berat
b. TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah
sehingga tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama
c. Pemeriksaan kepala dan leher
1) Kepala dan rambut. Catat bentuk kepala, penyebaran rambut,
perubahan warna rambut setalah terkena luka bakar, adanya lesi akibat
luka bakar, grade dan luas luka bakar
2) Mata. Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi
adanya benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta
bulu mata yang rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar
3) Hidung. Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan
dan bulu hidung yang rontok.
4) Mulut. Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering
karena intake cairan kurang
5) Telinga. Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing,
perdarahan dan serumen
6) Leher. Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan
sebagai kompensasi untuk mengataasi kekurangan cairan
d. Pemeriksaan thorak / dada.
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada
tidak maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk
ke paru, auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi
e. Abdomen.
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya
nyeri pada area epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
f. Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor atau terdapat lesi
merupakantempat pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga
potensi sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.
g. Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru
pada muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri
h. Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa
menurun bila supplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan
nyeri yang hebat (syok neurogenik)
i. Pemeriksaan kulit
Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar
(luas dan kedalaman luka). Pengkajian kedalaman luka bakar dibagi
menjadi 3 derajat (grade). Grade tersebut ditentukan berdasarkan pada
keadaan luka, rasa nyeri yang dirasanya, dan lamanya kesembuhan luka.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d kerusakan kulit atau jaringan (D.0077)
2. Kerusakan integritas kulit b.d trauma (D.0129)
3. Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan melalui rute abnormal
luka (D.0036)
4. Resiko infeksi b.d pertahanan primer tidak adekuat kerusakan perlindungan
kulit (D.0142)
5. Kerusakan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan dan ketahanan (D.0054)
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d status hipermetabolik
(D.0019)
7. Ansietas b.d krisis situasi: kecacatan (D.0080)
8. Gangguan citra tubuh b.d krisis situasi kecacatan (D.0083)
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b.d kerusakan kulit atau jaringan
Kriteria Hasil Intervensi
Menyatakan nyeri berkurang Tutup luka sesegera mungkin, kecuali
atau terkontrol perawatan luka bakar metode pemejanan pada
Menunjukkan ekspresi wajah udara terbuka
atau postur tubuh rileks Rasional:
Berpartisipasi dalam aktivitas Suhu berubah dan tekanan udara dapat
dari tidur atau istirahat menyebabkan nyeri hebat pada pemajanan ujung
dengan tepat saraf.
Ubah pasien yang sering dan rentang gerak aktif
dan pasif sesuai indikasi
Rasional :
Gerakan dan latihan menurunkan kekuatan sendi
dan kekuatan otot tetapi tipe latihan tergantung
indikasi dan luas cedera.
Pertahankan suhu lingkungan nyaman, berikan
lampu penghangat dan penutuptubuh
Rasional :
Pengaturan suhu dapat hilang karena luka bakar
mayor, sumber panas eksternal perlu untuk
mencegah menggigil.
Kaji keluhan nyeri pertahankan lokasi,
karakteristik dan intensitas (skala 0-10)
Rasional :
Nyeri hampir selalu ada pada derajat beratnya,
keterlibatan jaringan atau kerusakan tetapi biasanya
paling berat selama penggantian balutan dan
debridement.
Dorong ekspresi perasaan tentang nyeri
Rasional :
Pernyataan memungkinkan pengungkapan emosi
dan dapat meningkatkan mekanisme koping.
3. Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan melalui rute abnormal
luka
Kriteria Hasil Intervensi
Menunjukkan perbaikan Awasi tanda-tanda vital, perhatikan pengisian
keseimbangan cairan dibuktikan kapiler dan kekuatan nadi perifer.
oleh haluaran urine individu, Rasional :
tanda-tanda vital stabil, Memberikan pedoman untuk penggantian cairan
membran mukosa lembab. dan mengkaji respon kardiovaskuler .
Awasi haluaran urine dan berat jenis, observasi
warna dan hemates sesuaiindikasi
Rasional :
Secara umum penggantian cairan harus difiltrasi
untuk meyakinkan rata-rata haluaran urine 30-50
ml
/ jam (pada orang dewasa). Urine bisa tampak
merah sampai hitam pada kerusakan otot massif
sehubungan dengan adanya darah dan keluarnya
mioglobin.
Perkirakan deranase luka dan kehilangan yang
tak tampak
Rasional :
Peningkatan permeabilitas kapiler, perpindahan
protein, proses inflamasi dan kehilangan melalui
evaporasi besar mempengaruhi volume sirkulasi
dan haluaran urine, khususnya selama 24-72 jam
pertama setelah terbakar.
Timbang berat badan tiap hari
Rasional :
Pergantian cairan tergantung pada berat badan
pertama dan perubahan selanjutnya. Peningkatan
berat badan 15-20% pada 72 jam pertama selama
pergantian cairan dapat diantisipasi untuk
mengembalikan keberat sebelum terbakar kira-kira
10 hari setelah terbakar.
Selidiki perubahan mental
Rasional :
Penyimpangan pada tingkat kesadaran dapat
mengindikasikan ketidakadekuatan volume
sirkulasi atau penurunan perfusi serebral.
Observasi distensi abdomen, hematemesess,
feses hitam, hemates drainase NG dan feses
secara periodik.
Rasional :
Stress (curling) ulkus terjadi pada setengah dan
semua pasien pada luka bakar berat (dapat terjadi
pada awal minggu pertama).
Kolaborasi kateter
urine Rasional :
Memungkinkan observasi ketat fungsi ginjal dan
menengah stasis atau reflek urine, potensi urine
dengan produk sel jaringan yang rusak dapat
menimbulkan disfungsi dan infeksi ginjal.
4. Resiko infeksi b.d pertahanan primer tidak adekuat kerusakan perlindungan kulit
Kriteria Hasil Intervensi
Tidak ada tanda-tanda infeksi Implementasikan tehnik isolasi yang tepat sesuai
indikasi
Rasional :
Tergantung tipe atau luasnya luka untuk
menurunkan resiko kontaminasi silang atau terpajan
pada flora bakteri multiple.
Tekankan pentingnya tehnik cuci tangan yang
baik untuk semua individu yang datang kontak
ke pasien
Rasional :
Mencegah kontaminasi silang
Cukur rambut disekitar area yang terbakar
meliputi 1 inci dari batas yang terbakar
Rasional :
Rambut media baik untuk pertumbuhan bakteri
Periksa area yang tidak terbakar (lipatan paha,
lipatan leher, membran mukosa )
Rasional :
Infeksi oportunistik (misal : Jamur) seringkali
terjadi sehubungan dengan depresi sistem imun atau
proliferasi flora normal tubuh selama terapi
antibiotik sistematik.
Bersihkan jaringan nekrotik yang lepas
(termasuk pecahnya lepuh) dengan gunting dan
forcep.
Rasional :
Meningkatkan penyembuhan
Kolaborasi pemberian antibiotik
Rasional :
Mencegah terjadinya infeksi
A. Kesimpulan
Pada asuhan keperawatan luka bakar bekaitan dengan sistem integumen
yang terdiri dari tiga lapisan, yaitu: epidermis (lapisan kulit bagian luar), dermis
(kulit) dan lapisan subkutan atau hipodermis (lapisan bawah kulit).
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kulit
dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis, maupun
jaringan subkutan tergantung faktor penyebab dan lamanya kontak dengan sumber
panas atau penyebabnya.
Kedalaman luka bakar akan mempengaruhi kerusakan atau gangguan
integritas kulit dan kematian sel-sel. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
oleh pasien luka bakar mulai dari hitung darah lengkap sampai fotografi luka bakar.
Penatalaksanaan pasien luka bakar harus dievaluasi secara sistematik dan prioritas
utamanya untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten, ventilasi yang efektif dan
mendukung sirkulasi sistemik. Apabila pasien luka bakar tidak ditanganin dengan
cepat dan tepat dapat menyebabkan komplikasi. Komplikasi luka bakar seperti
bekas luka, hipotermia, gangguan bergerak, infeksi, gangguan pernapasan,
kehilangan banyak cairan tubuh.
B. Saran
Dalam meminimalisir angka kejadian kecacatan dan kematian yang
ditimbulkan akibat luka bakar, dibutuhkan peran aktif perawat, mahasiswa
keperawatan, dan petugas kesehatan lainnya, termasuk Dinas Kesehatan dalam
pencegahan kebakaran dan penanganan luka bakar. Oleh karena itu, diharapkan
tenaga kesehatan, terumata perawat, diharapkan bisa mengerti dan memahami
tentang asuhan keperawatan pada apasien luka bakar agar saat menerapkan pada
pasien tidak terjadi suatu kesalahan yang menyebabkan pasien tambah parah atau
bahkan bisa mengalami kematian karena kesalahan dalam melakukan asuhan
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Black joyce. M & Jane Hokanse Hawks. 2014. Medical Surgical Nursing vol 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Hadi, Purwanto. 2016. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
Moenadjat, Y., 2009. Luka Bakar: Masalah dan Tatalaksana. Ed.4. Jakarta: Balai Penerbit
FK UI.
Richardson, M.D. & Warnock, D.W. 2003. Fungal Infection. Oxford: Blackwell
Publication.
Sabu, Subhan. 2018. Luka Bakar Sebabkan 195.000 Orang di Indonesia MeninggaI Dunia.
12 Mei 2018. Diakses dari
https://lifestyle.okezone.com/read/2018/05/12/481/1897511/luka-bakar-sebabkan-
195-000-orang-di-indonesia-meninggai-dunia. Pada tanggal 03/02/2021.
Santosa, Zen. 2019. Mengatasi Luka Gores dan Luka Bakar. Yogyakarta: CV Alaf Media.
Wallace. 2017. Perhitungan Luas Luka Bakar dengan Metode Rule of Nines dan Metode
Lund and Browder. Jakarta: Trans Info Media.