Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN MENJELANG AJAL

KEPERAWATAN GERONTIK

Oleh

Kelompok 9

Kelas B / 2016

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN MENJELANG AJAL

KEPERAWATAN GERONTIK

Disusun guna melengkapi tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik dengan Dosen
Pembimbing Ns. Hanny Rasni, S.Kep., M.Kep

Oleh :

Rizka Shafira 162310101064

Nova Febriani 162310101066

Roihana Jannatil Firdaus 162310101079

Ikhwan Abiyyu 162310101085

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019

i
KATA PENGANTAR

Pertama tama puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelasaikan Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Gerontik dengan judul ‘’Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan
Menjelang Ajal’’. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Keperawatan Gerontik pada Fakultas Keperawatan Universitas Jember.

Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada yang
senantiasa membantu dalam suksesnya pembuatan makalah ini. Penulis juga
menerima kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan
pembaca.

Jember, 8 Mei 2019

Penulis

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................................... i

Kata Pengantar ........................................................................................................ ii

Daftar Isi................................................................................................................. iii

BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................3
1.3 Tujuan....................................................................................................3
1.4 Manfaat..................................................................................................4

BAB 2. TINJAUAN TEORI ......................................................................................

2.1 Definisi Kanker Paru ...............................................................................


2.2 Definisi Menjelang Ajal ..........................................................................
2.3 Teori – Teori Menjelang Ajal..................................................................
2.4 Jenis – Jenis Penyakit Terminal/Menjelang Ajal ....................................
2.5 Ciri/Tanda Lansia Menjelang Ajal ..........................................................
2.6 Perawatan Menjelang Ajal ......................................................................

BAB 3. PEMBAHASAN ...........................................................................................

BAB 4. PENUTUP ....................................................................................................

4.1 Kesimpulan..............................................................................................
4.2 Saran ........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................

ASKEP PADA LANSIA DENGAN MENJELANG AJAL ......................................

iii
BAB. 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Populasi lansia di Indonesia semakin meningkat, baik jumlah absolutnya
maupun proporsinya. Peningkatkan ini memerlukan perhatian yang baik dari
pemerintah, sektor swasta organisasi non pemerintah, praktisi kesehatan,
maupun masyrakat pada umumnya, mengingat bahwa peningkatan lansia
merupakan masalah yang akan di hadapi oleh mereka sehingga banyak hal yang
berbeda dalam menghadapi kelompok usia yang lebih muda (Harimurti, 2011).
Berdasarkan hasil survey dari Badan Pusat Statistik (BPS) (2013)
peningkatan usia harapan hidup dapat dilihat dari semakin meningkatnya
populasi lansia dari tahun ke tahun. Data pada tahun 2010 jumlah lansia sekitar
7,56% dari jumlah penduduk Indonesia dan pada tahun 2015 meningkatkan
menjadi 8,49%. Populasi lansia diprediksi akan terus meningkat di tahun-tahun
berikutnya. Berdasarkan survey tersebut telah diproyeksi populasi lansia pada
tahun 2020 sebesar 9.99%, pada tahun 2025 meningkat menjadi 11,83% dan
terus meningkat hingga 13,82% pada tahun 2030. Pertambahan tersebut
memungkinkan memunculkan berbagai permasalahan bagi para lansia seperti
mulai kehilangan pekerjaan, kehilangan tujuan hidup, kehilangan teman, risiko
terkena penyakit, terisolasi dari lingkungan dan kesepian (Berlian & Heppy,
2014). Dalam versi Central Intelligence Agency (CIA) yang merilis angka
harapan hidup tahun 2012 sejumlah negara-negara di dunia, Indonesia berada di
peringkat 136 dengan usia harapn hidup 71,62 tahun, dengan perbandingan usia
harapan hidup perempuan di Indonesia lebih tinggi, 74,29 tahun dibandingkan
pria yang hanya 69,07 tahun.
Ermawati dkk (2013) menjelaskan bahwa pada usia lajut terjadi
kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang dapat berakibat pada
kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit
terutama penyakit degeneratif. Sebagian lansia akan mengalami hambatan

1
dalam kehidupan mereka menarik diri dari kehidupan sosial, mengalami depresi
dan tidak mau melakukan kegiatan-kegiatan produktif yang biasa dilakukan
bahkan sampai pada keinginan bunuh diri. Selain itu akan muncul berbagai
penyakit degeneratif seperti jantung koroner, stroke, patah tulang akibat
osteoporosis, demensia dan lain lain (Kementrian Kesehatan RI, 2012)
Selain penyakit degeneratif ada penyakit terminal yang sulit disembuhkan
adalah kanker, kanker adalah proses ketika sel abnormal diubah oleh mutase
genetic dan DNA seluler. Pada saat stadium akhir yaitu stadium IV terjadi
penurunan yang sangat signifikan di dalam fisik,sosial dan spiritual. Salah satu
penyakit yang belum bisa disembuhkan adalah kanker. . Sel abnormal ini
membentuk klo dan mulai berproliferasi secara abnormal, sel-sel dapat terbawa
karena lain dalam tubuh untuk metastase (penyebaran kanker) pada bagian
tubuh yang lain (Brunner and Suddart, 2013).
Aziz (2005) menjelaskan penderita kanker terbanyak di Indonesia adalah
kanker servik, merupakan urutan pertama dengan jumlah 3686 (17,85%).
Sementara secara keseluruhan di seluruh kanker di dunia kanker serviks
merupakan penyebab kematian ke dua dengan perkiraan kasus baru 510.000
dan 288.000 diantaranya meninggal (Jemal, 2006).
Usia lanjut juga dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai
oleh penderitaan berbagai dengan masa penyakit dan keudzuran serta kesadaran
bahwa setiap orang akan mati, maka kecemasan akan kematian menjadi
masalah psikologis yang penting pada lansia, khususnya lansia yang mengalami
penyakit kronis (Affandi, 2008). Kecemasan akan kematian dapat berkaitan
dengan datangnya kematian itu sendiri, dan dapat pula berkaitan dengan
caranya kematian serta rasa sakit atau siksaan yang mungkin menyertai
datangnya kematian.
Kecemasan dalam menghadapi kematian akan semakin membuat para
lansia tidak siap untuk mengahadapi kematian. Kesiapan merupakan
keseluruhan kondisi yang membuat seseorang siap untuk memberi respon

2
terhadap suatu situasi (Slameto, 2010). Keadaan lansia yang telah siap untuk
menghadapi dan menerima kematian tidak menimbulkan penyesalan maupun
ketakutan apapun ketika kematian terjadi. Namun, lansia memiliki persepsi
yang berbeda-beda ketika menghadapi kematian (Harapan dkk, 2014). Kesiapan
lansia saat menjelang kematian dipengaruhi oleh beberapa aspek, yaitu aspek
psikologis, sosial, fisik dan spiritual (Meiner, 2006).
Oleh karena itu perlu dilakukan perawatan menjelang akhir kehidupan
(end of life care) pada lansia untuk mempersiapkan lansia dalam menghadapi
akhir kehidupannya. Berdasarkan hal tersebut maka penulis ingin melakukan
pengkajian lebih mendalam mengenai perawatan menjelang akhir kehidupan
(end of life care) pada lansia dan peran perawat dalam perawatan lansia
tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa definisi kanker paru ?
2. Apa definisi menjelang ajal ?
3. Bagaimana teori dari menjelang ajal ?
4. Apa jenis jenis penyakit terminal/menjelang ajal ?
5. Apa ciri/ tanda lansia menjelang ajal ?
6. Bagaimana perawatan lansia menjelang ajal ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penulisan makalah
ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi kanker paru
2. Untuk mengetahui definisi menjelang ajal
3. Untuk mengetahui bagaimana teori dari menjelang ajal
4. Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit terminal/menjelang ajal?
5. Untuk mengetahui ciri/tanda lansia menjelang ajal?

3
6. Untuk mengetahui bagaimana perawatan lansia menjelang ajal
1.4 Manfaat Penulisan
Makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca untuk mengetahui
definisi dari kanker paru, serta definisi dan juga teori lansia menjelang ajal,
dan aplikasi asuhan keperawatan pada lansia menjelang ajal.

4
BAB 2. TINJAUAN TEORI

5
6
BAB 3. PEMBAHASAN

Menurut jurnal yang berjudul ‘’Palliative care specialists’ beliefs about


spiritual care’’ spiritualitas dalam perawatan kesehatan menggambarkan cara
orang terlibat dengan tujuan dan makna keberadaan manusia, dan cara ini
menginformasikan nilai-nilai pribadi mereka. Hal ini juga menentukan apakah
mereka dapat menyelesaikan masalah eksistensi mereka dan mencapai
perdamaian dalam menghadapi penyakit. Penyediaan perawatan spiritual sangat
dibutuhkan oleh pasien dengan penderita kanker untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien. Kegagalan untuk mengatasi kebutuhan spiritual pasien kanker
berhubungan dengan penderitaan pasien. Saat ini penyediaan perawatan
spiritual sangat dibutuhkan dalam perawatan paliative khususnya pasien yang
sudah menyerah dengan keadaan penyakitnya.

Tujuan dari perawatan spiritual in sebagai bagian dari menangani


kebutuhan psikososial pasien, membantu menemukan makna dengan cara
mendekatkan diri dan berserah diri kepada yang maha kuasa, membantu pasien
memeriksa dan merekontruksi keyakinan spiritual mereka untuk menjawab
kekhawatiran yang sedang dialami, dan menawarkan kepada pasien mengenai
praktik spiritual meliputi doa-doa/dzikir. Teapi spiritual dapat meningkatkan
dukungan emosional pasien sebagai bagian dari menangani kebutuhan
psikososial pasien. Terapi spiritual juga berkaitan dengan pengambilan
keputusan mengenai kesehatan pasien dan lebih mendekatkan pasien kepada
sang pencipta. Terapi spiritual dapat menjadi dasar untuk pasien agar tidak
merasa putus asa karena merasa dekat dengan kemaatian. Keadaan pasien yang
menjelas ajal sangat membutuhkan terapi spiritual untuk meningkatkan
keyakinan dalam dirinya mengenai apa sebenarnya arti kehidupan dan
kematian.

7
Pada jurnal yang berjudul Palliative care specialists’ beliefs about
spiritual care penyedia perawatan spiritual harus mempunyai kemampuan
untuk merawat pasien dengan kanker dan mampu memberikan perawatan
palliative.

Menurut jurnal yang berjudul ‘’Spiritual care in palliative care : a


systematic review of the recent european literature’’ bahwa ada bukti yang
berkembang bahwa perawatan spiritual di akhir hidup adalah penting untuk
pasien dan pasien ingin profesional perawatan kesehatan untuk menyediakan
jenis perawatan ini.

Efek positif dari perawatan spiritual pada kualitas hidup pasien telah
dilaporkan di seluruh kelompok umur dan kelompok pasien / kondisi medis,
termasuk kanker, kegagalan organ, dan demensia. Menurut beberapa penelitian,
perawatan spiritual adalah sebuah seni, yang itu sendiri dimanfaatkan seni,
seperti seni visual atau auditif. Obyek elisitasi pasien dengan kanker stadium
lanjut dalam studi fenomenologis, misalnya, memfasilitasi artikulasi dan
ekspresi pengalaman. Menurut para peneliti menemukan rumah paliatif di
Belgia. Berdasarkan survei dan semi-terstruktur wawancara dengan perawat
dan dokter. Para peneliti menemukan bahwa penilaian spiritual ini dianggap
sebagai penghargaan karena pasien telah mampu berbagi harapan dan keinginan
mereka tentang akhir kehidupan.

Pada jurnal dengan judul ‘’ Terapi Pada Pasien Kanker Stadium Lanjut’’
Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai oleh tidak terkontrolnya
perkembangan dan penyebaran sel-sel tubuh yang abnormal, dan dapat
berakibat kematian. Rasa nyeri akibat kanker yang dirasakan pasien begitu
hebatnya sehingga sangat mengganggu aktivitas sehari-hari dan menimbulkan
penderitaan yang luar biasa bagi pasien. Kanker juga dapat menyebabkan
penampilan fisik tidak lagi menarik, misalnya: tubuh yang kian kurus hingga

8
kerontokan rambut. Gejala-gejala paling umum muncul adalah perasaan tidak
berharga, perasaan tidak tertolong, kehilangan harapan, perasaan bersalah yang
berlebihan serta pemikiran menyakiti diri sendiri.
Pemikiran menyakiti diri sendiri ini telah mengarah pada keinginan
bunuh diri diantaranya tercermin pada pernyataan pada HAD (The Hospital
Anxiety and Depression) Scale seperti: “aku ingin tidur dan berharap tidak akan
bangun lagi”, “aku ingin mengakhiri hidupku bila ada kesempatan”, “aku
berharap dokter melakukan sesuatu yang dapat mengakhiri hidupku”.Beberapa
studi telah banyak menunjukkan bahwa orang-orang yang mempunyai
keyakinan spiritual cenderung mampu melihat masa depan dengan lebih positif
dan mempunyai kualitas hidup lebih baik.
Demikian pula pasien kanker stadium lanjut yang mempunyai keimanan
terhadap agamanya merasa lebih puas dan bahagia dengan hidupnya serta
merasakan nyeri lebih ringan.Di dalam ajaran agama Islam, pendekatan kepada
Allah dapat dilakukan dengan mengingat nama-nama Allah beserta sifat-sifat
dan kekuasaan-Nya yang dilakukan secara lisan, dalam hati maupun tercermin
dalam perbuatan manusia. Pendekatan ini disebut dzikir.
Doa dan dzikir mengandung unsur psikoterapeutik yang mendalam.
Seiring dikeluarkannya segala kegalauan hati, dipasrahkannya segala
penderitaan kepada Allah, penderita merasakan Kekuatan Yang Maha Lembut
yang memberikan kesejukan, kedamaian dalam jiwa. Meskipun kemungkinan
sembuh kecil pada kanker stadium lanjut, dzikir sangat membantu pasien
menjadikan kehidupannya lebih bermakna bagi dirinya dan orang
lain.Penelitian ini mempelajari dzikir sebagai alternatif pilihan penanganan
kepada para pasien kanker stadium lanjut terutama bagi mereka yang menganut
agama Islam. Dzikir dipertimbangkan sebagai bentuk penanganan depresi yang
tepat bagi pasien kanker tidak hanya mendasarkan alasan dzikir relatif mudah
dilakukan dimana saja, kapan saja dan dalam kondisi apapun. Dzikir juga
sebagai amalan utama, memperoleh keridhlaan atau derajat yang tinggi di mata

9
Allah, memantapkan keimanan kepada Allah, menjauhkan individu dari
perbuatan-perbuatan yang tidak disukai Allah sekaligus menjadi media pemberi
ketenteraman dan penerangan bagi jiwa individu yang sedang merasa hampa
dan putus asa.
Melalui penghayatan akan makna kalimat-kalimat dzikir yang diucapkan
secara tulus dan sungguh-sungguh, dzikir dapat menjadi kegiatan transendental
menuju kedekatan dengan Allah. Dengan kekuatan dzikir ini, diharapkan tidak
hanya tercipta sensasi akan ketenangan dan ketenteraman hati, tapi juga
kepasrahan dan keikhlasan dalam diri pasien kanker. Dalam hal ini dibutuhkan
kesediaan para pasien kanker untuk melepaskan segala pikiran dan perasaan
yang negatif, memasrahkan segala proses kehidupan yang akan terjadi,
memohon ampun atas kesalahan dan kekhilafan yang pernah dilakukan dan
berdoa kepada Allah untuk memperoleh kehidupan yang terbaik untuk dirinya.
Dengan perasaan dan pikiran yang positif, maka terbentuk mind set yang
bijaksana pula terhadap kanker.
Kanker tidak lagi dipandang sebagai sebuah penderitaan, kesengsaraan
atau death sentence (hukuman mati), melainkan sebagai anugerah, karunia dan
kemuliaan dari Allah. Dengan demikian, para pasien mampu bangkit dari
kondisi keterpurukan, keputusasaan dan kehampaan untuk menjalani
kehidupannya dengan bersemangat dan bahagia. Hasil dari terapi spiritual
dzikir tersebut dapat diperoleh hasil bahwa banyak memberikan perubahan-
perubahan positif bagi pasien kanker seperti perasaan dan kejiawaannya lebih
tenang dan mampu menerima keadaannya, pasien merasa lebih damai dan
mampu mengontro emosi dan pikiran negatif termasuk kesedihan dan
kekecewaan dalam dirinya. Pasien lebih mudah untuk mengatasi kegelisahan
atas keadaan sakitnya sebagai efek positif dari berdzikir.

10
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Menjelang ajal merupakan salah satu tindakan yang membantu
meningkatkan kenyamanan seseorang yang mendekati akhir hidup. Lansia
sebagai populasi dengan usia lanjut memiliki risiko menjadi penderita
penyakit kronis yang pada suatu saat menjadi keadaan dimana tidak ada
kegiatan yang bisa dikerjakan. Menjelang ajal adalah perawatan yang
diberikan kepada orang-orang yang berada di bulan atau tahun terakhir
mereka hidup. Menjelang ajal bertujuan untuk membantu orang hidup yang
dengan kondisi sebaik baiknya dan meninggal dengan bermartabat.
Seorang perawat diharapkan bisa membantu lansia dengan menjelang
ajal dengan perawatan paliatif yaitu tindakan aktif, tindakan aktif yaitu
seperti; mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain seta
memperbaiki psikologis, sosial, dan spiritual untuk meringankan beban
penderita, terutama yang tidak bisa disembuhkan

4.2 Saran
Perawat memiliki peran utama dalam berperan sebagai pendukung
pasien yang bertujuan untuk memastikan bahwa kebutuhan pasien dan
keluarga terpenuhi. Perawat perlu meningkatkan pengetahuan mengenai
perawatan paliatif dan prinsip-prinsip perawatan paliatif ataupun menerima
ilmu ataupun informasi tentang perawatan paliatif terbaru sehingga
memungkinkan dalam penanganan perawatan menjelang ajal pada lansia
menjadi lebih baik lagi.

11
ANALISA DATA
NO DATA PENUNJANG ETIOLOGI MASALAH
1. DS: Kebiasaan merokok Nyeri Kronis
1. Keluarga mengatakan
bahwa klien Kondisi paru paru
abnormal
mengatakan bahwa
klien sering merintih
Paru paru
sambil menyentuh dada
menyempit
sebalah kanan.
2. Keluarga klien
Paru paru tidak dapat
mengatakan bahwa mengembang secara
normal
klien telah didiagnosa
kanker paru sejak 3
Nyeri Kronis
tahun yang lalu, 5 bulan
lalu klien mengeluh
nyeri sangat nyeri skala
9 di rawat di RS dan
dinyatakan dengan
dokter memasuki
stadium 4.
DO:
1. Klien terlihat lemah
2. Wajah klien pucat
3. TD= 90/60 mmhg, RR=
27x/menit, Nadi=
64x/menit, Suhu=
36,5oC
4. Kesadaran Semi koma

12
No DATA (SIG/GEJALA) INTERPRETASI MASALAH
(ETIOLOGI) (PROBLEM)
1. DS : Penyakit kronis Distres Spiritual
- Tn P mengatakan sudah
tidak pernah Menjelang ajal Domain 10, kelas 3
menjalankan berdoa
dan beribadah sejak Ansietas Definisi : suatu
satu tahun terakhir keadaan menderita
- Tn P mengatakan Ketakutan yang berhubungan
bahwa dia sudah pasrah dengan hambatan
terhadap penyakit yang Merasa hidup kurang kemampuan untuk
dialami saat ini bermakna mengalami makna
- Tn P mengatakan hidup melalui
bahwa sebentar lagi ajal Strategi koping tidak hubungan dengan
akan menjemputya efektif diri sendiri, dunia
- Tn P mengatakan atau kekuatan yang
bahwa dirinya sudah Perubahan ritual Maha Tinggi.
tidak percaya lagi religius
dengan doa-doa
- Tn P mengatakan Distress spiritual
menyesal karena pada
saat muda dulu sering
merokok bahkan
sampai habis 5 sampai
12 batang perhari
DO :
- Tn P tampah gelisah
dan sedih

13
- Tn P sering terlihat
menangis ketakutan
terhadap penyakit dan
kematian yang seolah
olah akan
menghampirinya.

14
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN (SMART) DAN INTERVENSI RASIONAL
(DX) KRITERIA HASIL
1. Nyeri Setelah dilakukan tindakan 2210. Pemberian Analgesik
Kronis keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Tentukan karakteristik, 1. Mengetahui
pasien menunjukkan hasil: kualitas, dan keparahan karakteristik kualitas
nyeri sebelum mengobati
Kriteria Hasil: dan keparahan nyeri
klien
1605. Kontrol Nyeri 2. Cek perintah pengobatan sebelum klien berobat
1. Mengenali kapan nyeri meliputi obat, dosis, dan 2. Mengetahui riwayat
frekuensi obat analgesik
terjadi pengobatan yang
yang diresepkan
2. Menggambarkan faktor 3. Cek adanya riwayat alergi dilakukan klien
penyebab nyeri obat 3. Mengetahui alergi
4. Monitor tanda-tanda
3. Menggunakan tindakan yang dimiliki klien
vital sebelum dan
pengurangan nyeri sesudah pemberian 4. Mengetahui tanda –
4. Melaporkan nyeri terkontrol analgesik tanda vital klien
2012. Tingkat Nyeri 5. Berikan analgesik sesuai sebelum dan sesudah
dengan waktu paruhnya
1. Nyeri yang dilaporkan diberikan analgesik
1400. Manajemen Nyeri
berkurang 5. Memberikan
1. Lakukan pengkajian nyeri
2. Ekspresi wajah nyeri komprehensif dengan kebutuhan analgesik
teknik PQRST

1
berkurang 2. Gunakan strategi klien
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
1. Mengetahui nyeri
pengalaman nyeri
3. Berikan informasi dengan teknik PQRST
mengenai nyeri, seperti 2. Mengetahui startegi
penyebab nyeri, berapa
komunikasi terapeutik
lama nyeri akan dirasakan
dan antisipasi dari kepada klien tentang
ketidaknyamanan akibat nyeri
prosedur
3. Mengetahui segala
4. Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri informasi nyeri dari
5. Dorong pasien untuk klien
memonitor nyeri dan
4. Klien atau keluarga
menangani nyerinya
dengan tepat. mampu memanajemen
6. Kolaborasi dengan pasien, nyeri
orang terdekat dan tim 5. Klien atau keluarga
kesehatan lainnya untuk
memilih dan mampu melaporkan
mengimplementasikan nyeri
tindakan penurunan nyeri 6. Perlu dukungan
sesuai kebutuhahan.
perawatan dari

2
keluarga terdekat atau
yang mau membantu
dalam tindakan
penurunan tingkat
nyeri
2 Distres Setelah dilakukan asuhan Perawatan kondisi akhir Perawatan kondisi akhir
Spiritual keperawatan selama 2x24 jam kehidupan : kehidupan:
distress spiritual dapat teratasi 1. Identifikasi prioritas 1. Untuk menentukan
dengan kriteria hasil : perawatan pasien perawatan apa yang
Penerimaan : status kesehatan 2. Dukung pasien dan sedang dibutuhkan
1. Mengenali realita keluarga untuk bersama- oleh klien
kesehatan sama mengenali makna 2. Agar klien tidak
2. Melaporkan harga diri kematian merasa cemas akan
yang positif 3. Usahakan untuk arti hidup dan
3. Malanjutkan latihan memahami tindakan, kematian yang
spiritual yang tidak perasaan, dan sikap sebenarnya
mengganggu kesehatan pasien 3. Agar pasien merasa
4. Mengekspresikan Dukungan Spiritual: lebih tenang dan tidak
pengurangan perasaan 1. Gunakan komunikasi gelisah berlebihan

3
bersalah dan ansietas terapiutik dalam Dukungan Spiritual:
membangun hubungan 1. Agar proses
saling percaya dan caring perawatan berjalan
2. Dorong individu untuk lancar dan mampu
meninjau ulang masa lalu menjalin hubungan
dan berfokus pada saling percaya antara
kejadian dan hubungan perawat dan klien
yang memberikan 2. Agar klien tidak
dukungan dan kekuatan mudah putus asa
spiritual terhadap keadaannya
3. Berikan privasi dan saat ini
waktu-waktu yang tenang 3. Agar klien lebih fokus
untuk dilakukannya dalam berdoa dan
kegiatan spiritual beribadah

4
No Tanggal Diagnosa Pelaksanaan Evaluasi Tanda
Tangan
1 1 Mei Nyeri 2210. Pemberian Analgesik S: KEL 9
2019 Kronis 1. Tentukan karakteristik, kualitas, - Klien mengatakan bahwa
dan keparahan nyeri sebelum setelah diberikan analgesik
mengobati klien
Pukul merasa nyeri berkurang
2. Cek perintah pengobatan
09.00 meliputi obat, dosis, dan menjadil skala nyeri 6
frekuensi obat analgesik yang - Keluarga klien mengatakan
diresepkan
10.25 akan melihat perkembangan
3. Cek adanya riwayat alergi obat
4. Monitor tanda- klien secara teratur
10.45 tanda vital sebelum O:
dan sesudah pemberian - Istri dan keluarga klien
analgesik
11.15 tampak kooperatif dalam
5. Berikan analgesik sesuai
dengan waktu paruhnya penanganan klien
11.30 1400. Manajemen Nyeri - Klien tampak lebih tenang
1. Lakukan pengkajian nyeri tapi masih merasakan nyeri
komprehensif dengan teknik

5
PQRST A : Nyeri Kronis
2. Gunakan strategi P : Lanjutkan intervensi
komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri
3. Berikan informasi mengenai
nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan
dirasakan dan antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat
prosedur
4. Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
5. Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyerinya dengan
tepat.
6. Kolaborasi dengan pasien,
orang terdekat dan tim
kesehatan lainnya untuk
memilih dan
mengimplementasikan
tindakan penurunan nyeri
sesuai kebutuhahan.

1 1 Mei Distres 1. Identifikasi prioritas perawatan S: KEL 9

6
2019 Spiritual pasien - Pasien mengatakan bahwa setelah
2. Dukung pasien dan keluarga untuk diberikan konseling mengenai terapi
Pukul bersama-sama mengenali makna dan tindakan spiritual pasien lebih
09.00 kematian tenang dan menerima keadaannya
3. Usahakan untuk memahami - Pasien akan berusaha untuk sedikit
10.25 tindakan, perasaan, dan sikap demi sedikit kembali beribadah dan
pasien berdoa
10.45 4. Dorong individu untuk meninjau O:
ulang masa lalu dan berfokus pada - Istri dan keluarga pasien tampak
11.15 kejadian dan hubungan yang selalu berada disamping pasien
memberikan dukungan dan - Pasien masih tampak gelisah
11.30 kekuatan spiritual ,etakutan, dan merasa putus asa
5. Berikan privasi dan waktu-waktu A : Distres spiritual
yang tenang untuk dilakukannya P : Lanjutkan intervensi
kegiatan spiritual

7
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, I. (2008). Kecemasan dalam menghadapi kematian pada lansia yang mengalami penyakit kronis. Diunduh dari
imamaffandi.wordpress.com
Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Penduduk Lanjut Usia. Diakses: 24 Oktober 2015, http://www.bps.go.id.
Berlian, R., & Heppy, F. (2014). Hubungan depresi dengan kejadian insomnia pada lansia dipanti sosial tresna wedha kasih
sayang ibu batusangkar. Jurnal Kesehatan Stikes Prima Nusantara Bukit Tinggi , 83.
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2. Jakarta EGC.
Ermawati. Sudarji, Shanty. (2013). Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lanjut Usia. UBM Psibernetika. Vol. 6 (1):
28-38.
Harapan, Puspita. (2014). Studi Fenomenologi Persepsi Lansia dalam Mempersiapkan Diri Menghadapi Kematian. JOM
PSIK Vol.1. No.2
Harimurti. K. (2011). Perawatan usia lanjut di rumah. Komisi Nasional Lanjut Usia. Diunduh dari
www.komnaslansia.or.id/modules.
Kementerian Kesehatan RI. (2012). Sehat dan Aktif di Usia Lanjut. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Meiner, Sue E., dan Annette G. Lueckenotte. (2006). Gerontologic Nursing (3th ed.). Philadelphia: Mosby Elsevier.

8
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai