Anda di halaman 1dari 13

KEPERAWATAN LUKA DASAR

Kelompok 5
“Dehisensi dan eviserasi”

Dosen Pembimbing : Ns. Imran, MSN

Disusun Oleh :
Bagas Ikhlasul Jamil
Dita Widiana Nurjannah
Fitri Laili amelia
Indah Pratiwi
Rista Apriani
Rahayu Kurniasih
Sri hartinawati
Sulistia Nova Pradana

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2021
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrahim,
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
            Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang
senantiasa selalu menyertai seluruh tugas dan tanggung jawab, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan tugas makalah untuk mata kuliah Keperawatan Luka Dasar dengan tepat waktu.
meskipun masih banyak terdapat kekurangan pada makalah kami ini , dan bahkan makalah kami
ini sangat sederhana.
            Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk melengkapi nilai
tugas kelompok Keperawatan Luka Dasar .Penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini. Untuk itu, kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini. Kami sangat
berharap pembaca makalah ini dapat memberikan keritik dan saranya kepada kami agar
dikemudian hari kami bisa membuat makalah yang lebih baik lagi untuk kedepanya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pontianak, 28 Oktober 2021

Penulis
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
Daftar Isi..........................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan masalah.................................................................................................................5
C. Tujuan pembahasan..............................................................................................................5
D. Manfaat penulisan.................................................................................................................5
.....................................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
A. Pengertian luka dehisensi dan eviserasi................................................................................6
B. Etiologi.................................................................................................................................7
1. Factor mekanik..................................................................................................................7
2. Factor metabolic................................................................................................................7
3. Factor infeksi.....................................................................................................................7
C. Patofisiologi..........................................................................................................................7
D. Jenis Luka.............................................................................................................................8
E. Tanda dan Gejala..................................................................................................................8
1. Luka terbuka.....................................................................................................................8
F. Pengkajian Luka...................................................................................................................8
G. Perawatan luka........................................................................................................................9
H. Pencegahan luka dehisensi....................................................................................................10
BAB III..........................................................................................................................................11
PENUTUP.....................................................................................................................................11
A. Kesimpulan.........................................................................................................................11
B. Saran...................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif
dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan
tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah bagian yang akan
ditangani ditampilkan dilakukan tindakan perbaikan yang akan diakhiri dengan
penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2010). Klasifikasi operasi terbagi
manjadi dua, yaitu operasi minor dan operasi mayor. Operasi minor adalah operasi yang
secara umum bersifat selektif, bertujuan untuk memperbaiki fungsi tubuh, mengangkat
lesi pada kulit dan memperbaiki deformitas, contohnya pencabutan gigi, pengangkatan
kutil, kuretase, operasi katarak, dan arthoskopi. Operasi mayor adalah operasi yang
bersifat selektif, urgen dan emergensi.

Tujuan dari operasi ini adalah untuk menyelamatkan nyawa, mengangkat atau
memperbaiki bagian tubuh, memperbaiki fungsi tubuh dan meningkatkan kesehatan,
contohnya kolesistektomi, nefrektomi, kolostomi, histerektomi, mastektomi,
amputasidan operasi akibat trauma. Salah satu jenis operasi besar yang dilakukan adalah
laparatomi (Rustianawati, Karyati, Himawan & Dini, 2013). Laparatomy merupakan
salah satu prosedur pembedahan mayor, dengan melakukan penyayatan pada lapisan-
lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian organ abdomen yang mengalami
masalah (hemoragi, perforasi, kanker dan obstruksi). Setiap pembedahan dapat
menyebabkan ketidaknyamanan dan trauma bagi pasien. Salah satu yang sering
dikeluhkan klien adalah nyeri (Serri, Nancy, & Lia, 2019).

Pembedahan laparatomy membutuhkan insisi pada dinding abdominal yang


cukup lebar sehingga beresiko untuk terjadinya infeksi, terutama infeksi luka operasi
paska pembedahan (Sandy, 2015). Data dari World Health Organization (WHO)
melaporkan bahwa angka kejadian infeksi luka operasi di dunia berkisar 5%-34%.
Infeksi luka operasi di United Kingdom memiliki angka kejadian infeksi luka operasi
sekitar 10%. Tindakan bedah laparatomy diperkirakan mencapai 32% dari seluruh
tindakan bedah yang ada di Indonesia berdasarkan data tabulasi nasional Depkes RI
tahun 2009 (Fahmi, 2012). Berdasarkan data yang diperoleh hasil bahwa angka kejadian
tindakan bedah laparatomy termasuk dalam 10 besar tindakan operasi.

B. Rumusan masalah
1. apa pengertian luka dehisensi dan eviserasi ?
2. apa etiologi dari luka dehisensi dan eviserasi?
3. Bagaimana patofisiologi luka dehisensi dan eviserasi
4. Bagaimana jenis luka evisensi dan dehisensi?
5. Apa saja tanda dan gejala luka dehisensi dan eviserasi?
6. Bagaimana cara pengkajian luka dehisensi dan eviserasi
7. Bagaimana proses perawatan luka dehisenspi dan eviserasi?

C. Tujuan pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian luka dehisensi dan eviserasi
2. Untuk mengetahui etiologi dari luka dehisensi dan eviserasi
3. Untuk mengetahui patofisiologi luka dehisensi dan evisrasi
4. Untuk mengetahui jenis dari luka dehisensi dan eviserasi
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala luka dehisensi dan eviserasi
6. Untuk mengetahui bagaimana cara mengkaji luka dehisensi dan eviserasi
7. Untuk mengetahui proses perawatan luka dehisensi dan eviserasi

D. Manfaat penulisan
agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang luka dehisensi dan
eviserasi dan dapat menjadikan makalah ini menjadi reverensi.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian luka dehisensi dan eviserasi
Dehisensi luka merupakan rusaknya sebagian atau keseluruhan luka dan dapat
berhubungan atau tidak berhubungan dengan infeksi luka. Factor yang dapat
memperburuk meliputi malnutrisi, anemia, penyakit keganasan yang terjadi bersamaan,
serta penyakit kuning, merupakan pengaruh yang merugikan penyembuhan luka melalui
berbagai mekanisme. Dehisensi sangat sering muncul setelah bedah abdomen, khususnya
pada pasien lansia dengan obesitas yang menderita infeksi dada pascaoperatif, dehisensi
terjadi bila jahitan tidak mampu menahan penyatuan tepi-tepi luka, biasanya pada saat
meningkatnya tekanan intraabbdominal yang dalam hal ini disebabkan oleh batuk atau
muntah.

Jika luka tidak sembuh dengan baik maka lapisan kulit dan jaringan akan terpisah.
Terpisahnya lapisan kulit dan jaringan paling sering terjadi sebelum pembentukan
kolagen (3-11 hari setelah cedera. Dehisensi adalah terpisahnya lapisan luka secara
parisial dan total. Klien dengan obesitas juga berisiko tinggi mengalami dehisensi karena
adanya regangan yang konstan pada luka dan buruknya kualitas penyembuhan luka pada
jaringan lemak. Dehisensi sering terjadi pada luka pembedahan abdomen dan terjadi
setelah regangan mendadak, misalnya batuk, muntah atau duduk tegang di tempat tidur.
Klien sering melaporkan rasa seakan aka nada sesuatu yang terlepas.

Terpisahnya lapisan luka secara total dapat menimbulkan eviserasi atau keluarnya
organ visceral melalui luka yang terbuka. Kondisi ini merupakan darurat medis yang
perlu diperbaiki melalui pembedahan. Bila terjadi eviserasi, perawat melakukan handuk
steril yang dibasahi dengan salin normal steril di atas jaringan yag keluar untuk
mencegah masuknya bakteri dan kekeringan pada jaringan terseubut. Keluarnya organ
melalui luka dapat membahayakan suplai darah ke jaringan tersebut, klien harus tetap
puasa, dan terus diobservasi adanya tanda dan gejala syok serta segera siapkan
pembedahan darurat.
B. Etiologi
Factor penyebab dehisensi luka operasi berdasarkan mekanisme kerjanya
dibedakan atas tida yaitu:

1. Factor mekanik : adanya tekanan dapat menyebabkan jahitan jaringan semakin


merenggag dan mempengaruhi penyembuhan luka operasi. Faktor mekanik tersebut
antara lain bantuk-batuk yang berlebihan, ileusobstruktif dan hematom serta teknik
operasi yang kurang.
2. Factor metabolic : hypoalbuminemia, diabetes mellitus, anemia. Gangguan
keseimbangan elektrolik serta defisiensi vitamin dapat mempengaruhi proses
penyembuhan luka
3. Factor infeksi : semua ofaktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi lukaoperasi
akan meningkatkan terjadinya dehisensi luka operasi. Secara klinis biasanya terjadi
pada hari ke 6 – 9 paska operasi dengan gejala suhu badan yang meningkat disertai
tanda peradangan disekitar luka. Menurut National Nosocomial Infection Surveilance
System, luka operasi dibedakan menjadi luka bersih, bersih terkontaminasi,
terkontaminasi dan kotor. Infeksi luka jahitan yang terjadi dini ditandai dengan
peningkatan temperature dan terjadinya selulitis dalam waktu 48 jam setelah
perjahitan. Dehisensi luka operasi akan segera terjadi jika infeksi tidak diatasi. Infeksi
dini seringkali tidak disertai peningkatan temperature dan pembetukan pus, dan
terutama disebabkan oleh stafilococcus aureus.
C. Patofisiologi
Luka dehisensi adalah salah satu komplikasi yang paling umum terjadi pada luka
bedah, yang melibatkan kerusakan sayatan pada kulit sepanjang jahitan dan terbukanya
luka dengan dinding atau tepi luka yang terpisah satu sama lain. Biasanya, pada luka ini
akan tampak jaringan granulasi dan mulai menyembuhkan luka.

Luka eviserasi adalah suatu komplikasi bedah yang mana syatan terbuka dan
terdapat pengeluaran isi organ dalam, seperti usus, dan menonjol ke luar. Pengeluaran
organ dalam ini adalah merupakan keadaan darurat yang memerlukan penanganan segera.
Pengeluaran isi dapat mulai dari keadaan ringan hingga parah, dengan organ-organ dalam
yang bisa tumpah keluar dari sayatan.
D. Prevelensi dan insidensi
World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa Infeksi Luka Operasi
(ILO) merupakan tipe HAI (Healthcare-associated infection) yang banyak terjadi di
negara berkembang dengan insidensi gabungan sebesar 11,8 kejadian dari 100 prosedur
operasi1 . ILO adalah infeksi pada daerah insisi atau organ-space yang terjadi pada pasien
setelah pembedahan. Menurut beberapa studi, ILO menyebabkan peningkatan LOS
(Length of Stay) di rumah sakit dari 1,5 hingga 16,6 hari. Prevalensi ILO di Indonesia
diperkirakan sekitar 2,3-18,3% dan merupakan infeksi nosokomial yang paling umum
terjadi, terhitung sebesar 38% dari HAI2,3 . Salah satu prosedur pembedahan yang sering
dilakukan di Indonesia adalah bedah obstetri dan ginekologi. Pada bedah obstetri seperti
C-section, prevalensi kejadian ILO bervariasi antara 10-20% di negara berpendapatan
rendah-menengah4 . Sedangkan menurut data CDC (Center for Disease Control), ILO
pada bedah ginekologi seperti hysterectomy terjadi sebesar 1,7% di negara maju seperti
Amerika1 . Berdasarkan CDC Guideline for the Prevention of Surgical Site Infection
2017, kejadian ILO dapat dicegah hingga 50% dengan cara memilihkan antibiotik
profilaksis yang tepat dan sesuai dengan strategi evidence based5 . Menurut Anderson
dkk (2014) dan Berrὶos-Torres dkk (2017), terdapat faktorfaktor risiko terpilih yang dapat
dikaji hubungannya dengan tingkat kejadian ILO5,6 . Studi-studi penelitian yang
melaporkan kejadian ILO pada bedah obstetri dan ginekologi secara simultan jumlahnya
masih sangat terbatas. Data tersebut diperlukan untuk meningkatkan kualitas dari suatu
prosedur pembedahan dan menurunkan angka kejadian ILO. Oleh karena itu, tujuan
penelitian ini yaitu untuk mengetahui insidensi dan faktor risiko terjadinya ILO pada
pasien yang menjalani bedah obstetri dan ginekologi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Insidensi luka secara keseluruhan adalah sekitar 5 sampai 10% di seluruh dunia
dan tidak berubah selama dasawarsa terakhir. Sebagian besar infeksi luka menjadi jelas
dalam 7 sampai 10 hari pasca operasi. Kadang-kadang infeksi luka terjadi dalam 24
sampai 72 jam pertama setelah intervensi bedah. Ini adalah infeksi luka yang paling
berbahaya dan jelas. Tipe infeksi ini biasanya terjadi setelah operasi pada usus besar atau
apendektomi. Infeksi biasanya disebabkan oleh bakteri Gram-positif (klostridium,
stafilokokus dan streptokokus).
E. Jenis Luka
Ada dua tipe dasar luka dehisensi, yaitu dehisensi sebagian atau parsial dan
dehisensi lengkap, tergantung pada tingkat pemisahan. Pada luka dehisensi parsial, hanya
lapisan dangkal atau bagian dari lapisan jaringan yang membuka. Sedangkan pada luka
dehisensi lengkap, seluruoh lapisan luka terpisahkan, bisa sampai pada jaringan di
bawahnya dan organ, yang dapat menonjol keluar dari luka. Hal ini dapat dilihat dari
luka. Hal ini dapat dilihat dalam beberapa kasus luka dehisensi di perut

F. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala luka dehisensi tampak jelas dan mudah untuk diidentifikasi, tanda-
tandanya adalah:

1. Luka terbuka
2. Jahitan rusak (tampa penyembuhan)
3. Nyeri pada lokasi luka
4. Dapat terjadi pendarahan
5. Nanah dan / atau drainase pada luka yang terinfeksi
6. Tampak granulasi
Sedamgkan luka evisensi yaitu luka terbuka yang mengeluarkan isi organ dalam
seperti usus.

G. Pengkajian Luka
Setiap orang yang memiliki luka bedah juga beresiko terjadi dehisensi, terutama
pada dua minggu pertama pasca operasi, dimana jaringan masih lemah dan belum
sepenuhnya sembuh. Dua factor yang paling penting untuk mengendalikan risiko
dehisensi luka adalah dengan menkaji status kesehatan pasien yang berisiko lebih tinggi:
pasien dengan system kekebalan tubuh yang lemah, kurang gizi, dan penyakit kronis.
Perlu dikaji juga riwayat pembedahan atau prosedur penjahitan, resiki dehisensi
meningkat dengan jahitan yang terlalu ketat, teknik penjahitan tidak baik, dan bahan
penjahitan yang kurang sesuai. Factor-faktor lain pasien yang mempunyai resiko tinggi
adalah obesitas, latihan pasca operasi terllu dini, angkat berat, mutah berulang, bentuk
atau diet yang tidak tepat yang mengarah ke sambelit.
Pada awal pasca operasi, perhatikan area luka dengan tanda seperti kemerehan,
nyeri, tendernesss, adanya drainase, hangat dan demam. Tanda-tanda ini akan muncul
kadang dalam 3-5 hari setelah pembedahan, bahkan ada yang lebih dari satu minggu.

G. Perawatan luka
Perlu diketahui bahwa semua kasus luka dehisensi dapat dikategorikan ke dalam
keadaan darurat bedah yang membutuhkan perhatian segera. Luka dehisensi
merupakan luka baru yang perlu mempertimbangkan riwayat luka bedah. Terapi
antibiotic biasanya diberikan bila bersamaan dengan timbulnya infeksi yang mungkin
menjadi penyebab dehisensi tersebut.

Pada luka eviserasi, dilakukan pengompresan pada isi perut yang keluar
menggunakan kasa yang lembut dan normal salin, dengan teknik steril. Perhatikan
pula tanda-tanda syok, tanda vital, lalu laporkan ke dokter bedah dan persiapan untuk
prosedur penutupan kembali.

1. Pencucian luka dehisensi dann eviserasi


Pencucian pada luka dehisebsi sebaiknya tetap menggunakan normal salin
atau air biasa yang disterilkan. Penggunaan antiseptic harus dihindari jika luka
menembus sampai ke organ dalam atau luka dengan eviserasi.
2. Debridemang
Debridemang biasanya dilakukan untuk mengobati luka dehisensi dengan
menghilangkan jaringan mati atau terinfeksi untuk mempercepat penyembuhan
yang lebih baik. Debridemang dilakukan bila terdapat jaringan mati atau slaf
sesuai dengan kondisi dasar luka.
Apabila memungkinkan untuk dilakukan penjahitan, segea konsultasikan
ke dokter bedah yang mennagani. Luka harus ditutup dengan benar dengan
tekhnik bedah yang tepat, termasuk tekhnik penjahitan. Luka pasien harus diamati
secara teliti untuk mencegah dehisensi berulang.
3. Dressing
Jika tidak dilakukan penjahitan ulang, maka perawatan intensif dan
penggunaan dressing yang tepat merupakan sebuah keharusan. Penggantian
dressing yang sering atau setiap 24 jam dianjurkan untuk mengurangi risiko
infeksi.

H. Pencegahan luka dehisensi


Luka dehisensi dapat dicegah dengan mengambil langkah-langkah berikut:

1. Mematuhi semua prosedur tindakan operasi


2. Perawatan yang baik pada luka setelah operasi
3. Menjaga kebersihan area operasi
4. Mempertahankan hidrasi yang cukup baik dan diet yang adekuat untuk membantu
penyembuhan luka lebih cepat
5. Pencegahan sambelit
6. Menghindari stress yang tidak perlu atau regangan area luka (seperti angkat berat,
latihan, muntah, batuk, mengejan, sambelit, dan lainya). Mrnggunakan bantalan
pada tangan atau di area luka dapat membantu meringankan stress pada luka
ketika beraktifitas.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dehisensi adalah terpisahnya lapisan luka secara parisial dan total. Klien dengan
obesitas juga berisiko tinggi mengalami dehisensi karena adanya regangan yang konstan
pada luka dan buruknya kualitas penyembuhan luka pada jaringan lemak. Dehisensi
sering terjadi pada luka pembedahan abdomen dan terjadi setelah regangan mendadak,
misalnya batuk, muntah atau duduk tegang di tempat tidur. Klien sering melaporkan rasa
seakan aka nada sesuatu yang terlepas. Factor penyebab dehisensi luka operasi
berdasarkan mekanisme kerjanya dibedakan atas tida yaitu: factor mekanik, factor
metabolic dan factor infeksi.

Ada dua tipe dasar luka dehisensi, yaitu dehisensi sebagian atau parsial dan
dehisensi lengkap, tergantung pada tingkat pemisahan. Perawatan luka dehisensi dan
eviserasi : pencucian luka, debridemang, dressing, dan dressing.

B. Saran
Penulis sangat menyadari bahwa penyajian isi makalah ini tidak terlepas dari
berbagai kekurangan, tetapi setidaknya kekurangan terseut merupakan bagian positif
dalam mendapatkan kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran
dan kritikan yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi. 2015. Pengkajian Luka dan Penanganannya. Surabaya: agung seto.

BP RADHIKA - 2019 - eprints.umpo.ac.id,, EO Langi, JT Saselah - Jurnal Ilmiah Tindalung, 2021 - e-


journal.polnustar.ac.id, D ANGGRAINI - 2018 - repository.unimus.ac.id, IKA RAHMAWATI - 2018 -
repository.bku.ac.id

WR Gukguk - 2020 - repo.poltekkes-medan.ac.id, D IKAWATI - 2019 - repository.poltekkes-tjk.ac.id, A


Syah - 2018 - repository.unimus.ac.id

R Rosdiana,  A Bukhari, NA Taslim… - …  JOURNAL OF CLINICAL …, 2018 - journal-ijcnp.com

Anda mungkin juga menyukai