Anda di halaman 1dari 33

`MAKALAH KEPERAWATANGHONOREA

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Mata kuliah KMB 3

Dosen Pembimbing :
Laviana Nita. S.Kep.,Ns.,M.Kep.

Disusun Oleh :

KELOMPOK 9

1. Loisa Thabita M 201701068


2. Mar’atu Sholikah 201701073
3. Muhammad Ulul Azmi 201701079
4. Nurin Nafisah 201701084
5. Purwo Agung Nugroho 201701089
6. Rizka Alfiana 201701094
7. Rozi Sekar Arum 201701099
8. Selvi Handayani 201701104
9. Syahdila Sabrina Agusti 201701109
10. Uswatun Hasana Dewi 201701114
11. Winda Qurotul Ayuni 201701119
12. Zona Ardha F 201710124

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TINGKAT 3


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA KEDIRI
2019

1
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang
diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas “Ghonorea” suatu permasalahan
yang selalu dialami oleh perawat khususnya para mahasiswa S1 Ilmu
keperawatan .

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang


penyakit gonore yang menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah
Keperawatan Keluargapada semester V.
Selama proses penulisan dan penyelesaian makalah ini, penulis banyak
memperoleh bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam sebuah
karya yang sederhana ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Laviana Nita. S.Kep.,Ns.,M.Kep. Selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan bantuan dan dorongan dalam penyelesaian makalah.
2. Rekan-rekan seperjuangan S1 Keperawatan tingkat III yang tidak dapat kami
sebut satu persatu.
Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat khususnya bagicalon
perawat masadepan, mahasiswa STIKES KaryaHusada Kediri. Kritik dan saran
serta masukan dari teman-teman sangat kami nantikan guna memperbaiki
kesalahan kami, karena kami hanya manusia biasa yang tak pernah luput dari
salah dan khilaf.

Pare, 12 November 2019


Penyusun

Kelompok 9

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... I
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB IPENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................. 3
1.3. Tujuan................................................................................................... 3
1.4. Manfaat................................................................................................. 4
BAB IITINJAUAN PUSTAKA................................................................... 5
2.1. Definisi ................................................................................................. 5
2.2. Klasifikasi ............................................................................................ 5
2.3. Anatomi fisiolgi.................................................................................... 8
2.4. Etiologi ................................................................................................. 9
2.5. Manifestasi Klinis................................................................................. 10
2.6. Patofisiologi.......................................................................................... 11
2.7. WOC..................................................................................................... 12
2.8. Pemeriksaan Penunjang........................................................................ 13
2.9 Penatalaksanaan..................................................................................... 13
2.10. Komplikasi.......................................................................................... 14
2.11. Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................ 15
BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN ....................................................... 18
3.1 Asuhan Keperawatan............................................................................. 18
3.1.1. Pengkajian.......................................................................................... 18
3.1.2. Analisa Data....................................................................................... 21
3.1.3. Diagnosa Keperawatan...................................................................... 22
3.1.4. Intervensi............................................................................................ 23
3.1.5. Implementasi Evaluasi....................................................................... 27
BAB IVPENUTUP...................................................................................... 30
4.1. kesimpulan............................................................................................ 30
4.2. Saran...................................................................................................... 30

3
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 31

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Gonore atau penyakit kencing nanah adalah penyakit infeksi menular
seksual (IMS) yang paling sering terjadi. Gonore disebabkan oleh bakteri
diplokokus gram negatif, Neisseria gonorrhoeae (N. gonorrhoeae), yang
menginfeksi membran mukosa dari urethra, endocervix, rectum, dan
pharynx. Infeksi ini bisa tidak menimbulkan gejala (Morel, 2010). Gonore
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting dan kedua tersering
dari IMS di Amerika. Gonore dapat ditularkan melalui hubungan seks
vaginal, anal dan oral dengan pasangan yang terinfeksi bakteri N.
gonorrhoeae. Gonore juga dapat ditularkan melalui ibu yang sedang
mengandung kepada bayi yang ada dalam kandungannya selama proses
melahirkan bayi tersebut sehingga menyebabkan ophtalmia neonatorum dan
systemic neonatal infection (Wong, 2016). Gambaran klinis dan perjalanan
penyakit pada perempuan berbeda dengan laki-laki. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin laki-laki dan perempuan. Pada
perempuan, penyakit akut maupun kronik, gejala subjektif jarang ditemukan
dan hampir tidak pernah didapati kelainan objektif. Pada umumnya
perempuan datang berobat kalau sudah ada komplikasi. Gejala pertama pada
laki-laki berupa uretritis sedangkan pada perempuan berupa uretritis dan
servisitis. Masa tunas gonore sangat singkat, pada laki-laki umumnya
berkisar 2-5 hari, kadang lebih lama. Gejala tersebut dapat menyebabkan
komplikasi lokal maupun sistemik selain itu juga dapat menyebabkan
komplikasi diseminata seperti artritis, miokarditis, endokarditis, perikarditis,
meningitis, dan dermatitis (Daili, 2014).
Menurut WHO, pada tahun 2008 terjadi peningkatan infeksi N.
gonorrhoeae yang signifikan selain di benua Eropa dan daerah Timur
Tengah, yaitu dari sebanyak 87,7 juta kasus pada tahun 2005 menjadi 106,1
juta kasus pada tahun 2008. Pada Benua Afrika insidensi penderita gonore
perempuan sebanyak 9,6 juta kasus, sedangkan laki-laki sebanyak 11,6 juta

1
kasus. Pada Tahun 2008, di Benua Amerika penderita gonore perempuan
4,4 juta kasus, sedangkan laki-laki sebanyak 6,6 juta kasus. Di Asia
Tenggara insidensi penderita gonore perempuan sebanyak 7,5 juta kasus,
sedangkan laki-laki 18,0 juta kasus. Insidensi penderita gonore perempuan
di Benua Eropa sebanyak 1,9 juta kasus, sedangkan laki-laki sebanyak 1,6
juta kasus. Di Timur tengah insidensi penderita gonore perempuan sebanyak
1,2 juta kasus sedangkan laki-laki 1,9 juta kasus. Data mengenai IMS secara
keseluruhan menurut SDKI 2012. Laki-laki kawin usia 15-54 tahun yang
berobat IMS ke klinik, dokter, atau tenaga kesehatan lainnya sebanyak 45%,
8% membeli obat sendiri ke apotik, 6% membeli obat dari sumber lain
selain apotik, dan sebanyak 39% tidak melakukan pengobatan IMS. Di
Indonesia, IMS yang paling banyak ditemukan adalah sifilis dan gonore.
Prevalensi infeksi menular di Indonesia yakni kota Bandung sebanyak
37,4% untuk kasus gonore, klamidia 34,5%, dan sifilis 25,2%. Di Surabaya
prevalensi infeksi klamidia 33,7%, sifilis 28,8%, dan gonore sebanyak
19,8%. Jakarta sebagai ibu kota negara Republik Indonesia memiliki jumlah
kasus gonore sebanyak 29,8%, sifilis 25,2% dan klamidia 22,7%. Di Medan
angka kejadian syphilis terus meningkat setiap tahun. Peningkatan penyakit
ini terbukti sejak tahun 2003 meningkat 15,4%, sedangkan pada tahun 2004
terus menunjukkan peningkatan menjadi 18,9%, sementara pada tahun 2005
menjadi 22,1% (Chiuman, 2009). Laki-laki seks laki-laki (LSL) termasuk
kelompok masyarakat berisiko tinggi terhadap IMS. Angka kejadian infeksi
menular seksual pada LSL di Amerika meningkat cukup tinggi. Berbagai
faktor penyebab tingginya angka kejadian HIV dan IMS pada LSL adalah
berhubungan seksual dengan pasangan yang terinfeksi dan ahkirnya
menularkan dirinya sendiri, perilaku seks yang tidak menggunakan kondom
dan perilaku seks melalui anal, serta pandangan masyarakat yang buruk
terhadap LSL dapat mempengaruhi kesehatan dari LSL (Center for Disease
Control and Prevention, 2016). Gonore dapat disembuhkan dengan
pemberian antibiotik. Pengobatan antibiotik ini akan diberikan kepada
seseorang dengan hasil tes gonore positif, seseorang yang berhubungan seks
dengan pasangan yang terinfeksi dengan ada atau tidak adanya gejala dalam

2
kurun waktu enam puluh hari, dan bayi yang lahir dari ibu yang menderita
gonore (Marshall, 2014).
Dengan memberikan informasi dan memberikan peningkatan
pengetahuan dengan menanyakan upaya pencegahan yang harus dilakukan
agar tidak tertular IMS adalah dengan kepada pasangan sebelum
berhubungan seksual apakah pasangan anda sedang menderita gonore,
gunakan kondom dengan benar setiap kali berhubungan seks, berpikir dua
kali sebelum berhubungan seks terutama jika bukan dengan pasangan tetap,
batasi jumlah pasangan dalam berhubungan seks, dan mengetahui status diri
sendiri apakah sedang menderita IMS sehingga dapat menjauhkan pasangan
dari risiko tertular IMS (Center for Disease Control and Prevention, 2016)
Pada LSL didapatkan beberapa gejala klinik yang jarang didapatkan pada
pasangan heteroseksual yaitu infeksi oropharyngeal maupun anal karena
perilaku seks mereka yang menyimpang seperti anal sex dan oral sex.
Tingginya insidensi LSL mungkin juga akan berdampak pada tingginya
infeksi gonore yang ada saat ini. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas tertarik
untuk mempelajari Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gonorhea.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mempelajari mengenai Asuhan Keperawatan Penyakit pada
Pasien Gonorhea?
2) Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Gonorhea?

1.3 TUJUAN
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan makalah ini terdiri atas 2
hal yaitu tujuan umum dan tujuan khusus
1. Tujuan umum
 Sebagai pemenuhan tugas KMB III.
 Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Penyakit
Gonorhea.

3
2. Tujuan khusus
 Untuk mengetahui definisi Gonorhea.
 Untuk mengetahui Anatomi fisiologi pada Gonorhea
 Untuk mengetahui etiologi Gonorhea
 Untuk mengetahui manifestasi klinis Gonorhea
 Untuk mengetahui Patofisiologi Gonorhea
 Untuk mengetahui WOC Gonorhea
 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada Gonorhea
 Untuk mengetahui penatalaksanaan Gonorhea
 Untuk mengetahui komplikasi dari Gonorhea
 Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Pada Gonorhea
 Untuk menganalisa kasus berdasarkan askep.

1.4 MANFAAT
 Meningkatkan informasi tentang penyakit Gonorhea.
 Sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan agar
nantinya dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada penyakit
GonorheA.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Gonore atau kecing nanah adalah penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh bakteri Neisseria Gonorrhoeae yang dapat menginfeksi
baik pria dan wanita yangmengakibatkan infeksi pada alat kelamin, rektum
dan tenggorokan. Gonore bisa menybar melalui pembuluh darah kebagian
tubuh lainnya terutama kulit dan persendian. Pada wanita gonore bisa naik
kesaluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga
timbul nyeri panggul dan gangguan reproduksi .Neisseria gonorrhoeae (N.
Gonorrhoeae) merupakan bakteri diplokokkus gram negative dan manusia
merupakan satu-satunya faktor host alamiah untuk gonokokus,infeksi
gonore hampir selalu ditularkan saat aktivitas seksual.(Sari, et al., 2012)

2.2 KLASIFIKASI GONORHOE


Gonore dibedakan menjadi 4 golongan yaitu antara lain :
1) Infeksi gonokokal non komplikasi/ Uncomplicated Gonococcal
Infections.
Infeksi gonokokal yang termasuk dalam golongan ini adalah infeksi
gonokokal urogenital (serviks, uretra dan rektum), faring dan
gonokokalkonjungtivitis. Contoh infeksi gonokokal non komplikasi
untuk lebih jelasditunjukkan pada Gambar 1.

(A) (B)

5
(C) (D)
Gambar 1. Contoh infeksi gonokokal non komplikasi (A) infeksi gonokokal
serviks, (B) infeksi gonokokal uretra (C) infeksi gonokokal faring
(D) infeksi gonokokalkonjungtivis.

2) Infeksi gonokokal diseminasi/ Disseminated Gonococcal Infections.


Infeksi gonokokal diseminasi ditandai dengan munculnya lesi pada
kulit, arthritis dan seringkali komplikasi perihepatitis, endokarditis dan
meningitis. Contoh infeksi gonokokal diseminasi untuk lebih jelas
ditunjukkan pada Gambar 2.

(A) (B) (C)


Gambar 2. Contoh infeksi diseminasi gonokokal (A) infeksi gonokokal lesi
pada jari (B) infeksi gonokokal lesi pada kaki (C) infeksi gonokokal
arthritis.

6
3) Infeksi gonokokal pada neonatus/ Gonococcal Infections Among
Neonates.
Infeksi gonokokal dapat menjadi masalah serius bagi ibu hamil yang
terinfeksi dikarenakan dapat mengakibatkan ophtalmia neonatorum/
infeksikonjungtivitis pada bayi baru lahir sehingga terjadi kebutaan
pada bayi barulahir. Infeksi gonokokal pada neonatus terdiri dari
ophtalmia neonatorumdan gonococcal scalp abscesses, untuk lebih
jelas ditunjukkan pada gambardibawah ini.

(A) (B)
Gambar 3. Contoh infeksi gonokokal neonatus (A) ophtalmia neonatorum (B)
gonococcal scalp abscesses.

4) Infeksi gonokokal pada bayi dan anak/ Gonococcal Infections Among


Infants and Children.
Golongan klasifikasi ini sama dengan golongan infeksi gonokokal non
komplikasi dan infeksi gonokokal diseminasi, tetapi golongan ini dibuat
untuk memberikan panduan pengobatan yang lebih efektif berdasarkan
usia.

2.3 ANATOMI FISIOLOGI

7
Neisseria gonorrhoeae dapat ditularkan melalui kontak seksual atau
melaluipenularan vertikal pada saat melahirkan. Bakteri ini terutama
mengenai epitel kolumnardan epitel kuboidal manusia. Patogenesis gonore
terbagi menjadi 5 tahap sebagai berikut :
1. Fase 1 adalah bakteri Neisseria gonorrhoeae menginfeksi permukaan
selaput lendirdapat ditemukan diuretra, endoserviks dan anus.
2. Fase 2 adalah bakteri ke microvillus sel epitel kolumnar untuk
kolonisasi selamainfeksi, bakteri dibantu oleh fimbriae, pili.
Fimbriae terutama terdiri dari protein pilin oligomer yang digunakan
untukmelekatkan bakteri ke sel-sel dari permukaan selaput lendir.
Protein membran luar PIIOppacity associated protein (OPA) kemudian
membantu bakteri mengikat dan menyerangsel inang.
3. Fase 3 adalah masuknya bakteri ke dalam sel kolumnar dengan proses
yang disebutendositosis di mana bakteri yang ditelan oleh membran sel
kolumnar, membentuk vakuola.
4. Fase 4 adalah vakuola ini kemudian dibawa ke membran basal sel
inang, dimanabakteri berkembang biak setelah dibebaskan ke dalam
jaringan subepitel dengan proseseksositosis. Peptidoglikan dan bakteri
LOS (Lipo Oligo Sakharida) dilepaskan selamainfeksi. Gonococcus
dapat memiliki dan mengubah banyak jenis antigen dari Neisseria LOS.
LOS merangsang tumor necrosis factor, atau TNF, yang akan
mengakibatkan kerusakan sel.

8
5. Fase 5 reaksi inflamasi yang dihasilkan menyebabkan infiltrasi
neutrofil. Selaputlendir hancur mengakibatkan akumulasi Neisseria
gonorrhoeae dan neutrofil pada jaringan
ikat subepitel. Respon imun host memicu Neisseria gonorrhoeae untuk
menghasilkanprotease IgA ekstraseluler yang menyebabkan hilangnya
aktivitas antibodi danmempromosikan virulensi.

2.4 ETIOLOGI
Penyebab gonore adalah infeksi bakteri Neisseria gonorrhoeae.
Kuman ini paling sering menyerang permukaan mukosa dengan epitel
kolumner yaitu organ genital (utama). Selain itu, faring dan rektum juga
dapat terinfeksi baik pada pria maupun wanita. Bakteri ini paling sering
menular melalui hubungan intim, termasuk seks oral dan seks anal.
Seseorang lebih mudah terkena gonore apabila sering bergonta-ganti
pasangan seks atau bekerja sebagai pekerja seks.
Infeksi yang terjadi pada endoserviks, faring, dan rektum biasanya
asimptomatik. Seorang ibu yang akan melahirkan secara normal namun
menderita gonore dapat menularkan dan menyebabkan konjungtivitis pada
bayi yang dilahirkan. Infeksi kuman ini pada pria menyebabkan uretritis.
Masa inkubasi ratarata 2-5 hari. Gejala tersering untuk uretritis adalah
urethral discharge (kencing nanah) dan disuria (kesulitan untuk berkemih).
Uretritis menyebabkan uretra menjadi bengkak, merah, perabaan hangat,
dan terasa nyeri. Pada saat berkemih, penderita akan merasakan nyeri dan
rasa seperti terbakar yang berlebih. Uretritis yang tidak segera diterapi, akan
menyebabkan tanda dan gejala yang muncul bertambah berat dan
memuncak dalam waktu 2 minggu. Endoservik merupakan lokasi utama
infeksi kuman Neisseria gonorrhoeae dan menyebabkan servisitis pada
wanita. 26 Gejala yang muncul adalah vaginal discharge (cairan purulen
dengan bau tidak sedap), disuria, nyeri saat berhubungan seksual,
perdarahan inter menstrual, dan nyeri abdomen bawah ringan. Gejala-gejala
ini muncul 10 hari setelah pajanan. Namun umumnya infeksi pada
endoservik adalah asimptomatik (60-80%).

9
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Gejala biasanya diketahui sekitar 14 hari setelah Anda tertular.
Sayangnya, tidak semua orang menyadari gejala yang muncul dari gonore.
Bahkan ada yang mengidap gonore tetapi tanpa menunjukkan gejala-gejala
yang ada – biasanya disebut nonsymptomatic carrier alias pembawa non
gejala. Terdapat dua gejala berbeda pada perempuan dan laki-laki.yaitu :
 Gejala gonore pada laki-laki
Sebagian besar laki-laki mungkin tidak akan menyadari gejala
bahwa ia telah menginap gonore, karena beberapa laki-laki memang
tidak mendapatkan gejalanya. Gejala yang paling umum dan paling
pertama dikenali adalah rasa panas atau terbakar ketika buang air kecil.
Setelah itu akan diikuti oleh gejala lainnya berupa:
 Frekuensi buang air kecil yang cukup sering
 Keluarnya nanah dari penis (tetesan cairan) berwarna putih, kuning,
krem atau kehijau-hijauan)
 Bengkak dan kemerahan bukaan penis
 Bengkak atau nyeri pada testis
 Sakit tenggorokan yang datang terus-menerus
Ketika telah diobati, infeksi ini mungkin masih akan bertahan di
tubuh selama beberapa hari. Pada kasus yang jarang ditemui, gonore
dapat menyebabkan kerusakan pada tubuh, khususnya urethra dan
testis. Rasa nyeri juga dapat dirasakan hingga ke rektum.
 Gejala gonore pada perempuan
Beberapa perempuan sulit mengidentifikasi gejala gonore ini,
sebab gejala yang muncul ada kemiripan dengan infeksi lain. Gejala
gonore pada perempuan tidak terbentuk dengan jelas, seperti infeksi
jamur vagina pada umumnya, sehingga beberapa perempuan salah
menebak infeksi yang diidapnya. Berikut ini adalah beberapa gejala
yang muncul pada perempuan:
 Keluar cairan dari vagina (berair, menyerupai krim, sedikit
kehijauan).

10
 Ketika buang air kecil, adanya sensasi nyeri dan rasa panas.
 Frekuensi buang air kecil yang cukup sering.
 Munculnya bercak darah atau perdarahan saat tidak
sedang menstruasi.
 Rasa nyeri ketika melakukan hubungan seksual.
 Rasa nyeri juga dirasakan pada perut bagian bawah atau nyeri
panggul.
 Bengkak pada vulva.
 Rasa terbakar atau panas di tenggorokan (ketika sudah melakukan
oral seks).
 Demam.

2.6 PATOFISIOLOGI GHONOREA


Patofisiologi gonorrhea, dikenal juga sebagai gonore atau gonorea,
terjadi melalui penyebaran bakteri Neisseria gonorrhoeae melalui penularan
secara kontak seksual atau melalui jalan lahir. Bakteri tersebut akan
menyebabkan infeksi purulen pada membran mukosa. Kuman penyebab
gonorrhea masuk ke dalam tubuh dengan karakteristik yang berbeda-beda
pada protein yang terdapat di permukaan masing-masing kuman, subtipe
tertentu dapat menghindari respon imun dan bahkan cenderung
menyebabkan infeksi yang meluas (sistemik). Neisseria gonorrhoeae
bersifat patogen, dipengaruhi oleh keberadaan fili pada permukaannya,
yakni berupa rambut halus di permukaan membran. Fili tersebut mencegah
fagositosis oleh neutrofil, dan juga mengandung IgA protease yang
mencerna IgA pada permukaan mukosa, baik pada uretra, tuba falopi serta
endoserviks, sehingga dapat menempel dan menyebabkan reaksi inflamasi
yang mencetuskan timbulnya eksudat purulen. Pada kehamilan, bakteri
Neisseria gonorrhoeae dapat ditransmisikan kepada bayi pada saat
persalinan, yang umumnya menyebabkan inflamasi supuratif pada
konjungtiva mata.

11
2.7 WOC

Invasi bakteri Neisseria Gonorhea

Kontak seksual
(anus,orogenital, genital)

Infeksi mukosa rektum Faring Urethra, kanalis


(saluran anus) endoserviks

Infeksi meivas
♂ (Prostat, vasdeferens, vesikula seminalis, epididimis dan testis)
♀ (Kelenjar skene, bartholini, endometrium, tuba falopi, ovarium)

Gonorhoe

Kerusakan Penyebarangonorhoese Kurang Ansietas


sarafperifer kulit cara Pengetahuan
sistemik melalui darah
Kemerahan dan
Infeksi teraba panas Bakteremia primer

Bau Pus Purulen


Oral,Genital,Anal

Disuria Tidak difagosit


Gangguan
Peradangan Bakteremia sekunder Gangguan
Konsep Diri
Eliminasi Urin
(HDR)
Peningkatan Peningkatan
frekuensi/dorongan set point
kontraksi uretral
Hipotalamus
Depresi saraf
perifer Peningkatan
suhu tubuh
NyeriAkut
Hipertermi

12
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada penyakit gonore berupa:
1. Pemeriksaan sampel cairan tubuh
Pemeriksaan sampel cairan dari bagian tubuh yang dicurigai terkena gonore untuk
diperiksa di laboratorium. Misalnya cairan vagina, penis, dubur, lubang kencing,
tenggorokan, atau cairan sendi.
2. Pemeriksaan darah
Tes darah dapat dilakukan untuk mengetahui apakah infeksi sudah menyebar ke
dalam darah.
3. Tes sensitivitas antibiotik
Tes ini dilakukan bila antibiotik yang diberikan sudah tidak mempan lagi, dan
ingin dicari antibiotik lain yang efektif mengobati gonore.

2.9 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan gonore tidak dapat dianggap enteng akibat pilihan akibat
terapi yang semakin sempit. Hal ini diakibatkan oleh semakin meningkatnya tingkat
resistensi kuman Neisseria gonorrhoeae terhadap antibiotik.
1. Pengobatan Antibiotik
Cara pengobatan gonore menggunakan regimen dual terapi sebagai berikut:
1. Ceftriaxone 250mg, IM, dosis tunggal dan azithromycin 1g, PO, dosis tunggal
atau alternatif pengobatan
2. Cefixime 400mg, PO, dosis tunggal dan doxycycline 2x100mg, PO, 7 hari atau
cefixime 400 mg, PO, dosis tunggal dan kanamisin 2g, IM, dosis tunggal
Pada fasilitas layanan kesehatan primer seperti puskesmas, diberikan pilihan
pengobatan kombipak, yang terdiri dari cefixime 400mg dan azithromycin 1g.
Walau demikian, akibat peningkatan kasus gonorrhea multidrug-resistance secara
persisten, saat ini pilihan utama regimen pengobatan yang direkomendasikan
adalah pemberian obat seftriakson secara injeksi dan azitromisin per oral dosis
tunggal.

2. Edukasi
Disarankan untuk tidak berhubungan seksual hingga dinyatakan pulih oleh
dokter, hindari hubungan seks berisiko, gunakan kondom sebagai pengaman, jalani

13
pengobatan hingga benar-benar dibuktikan telah pulih melalui pemeriksaan
profesional medis.
Sarankan untuk kontrol dalam waktu 5-7 hari untuk evaluasi ulang dan
pastikan pasangan juga ikut diperiksa serta mendapatkan penanganan untuk
menghindari ping-pong phenomenon.
Untuk menghindari reinfeksi, abstinensia disarankan minimal 7 hari pasca
pengobatan dari dokter, berikan pula KIE (komunikasi, informasi dan edukasi)
untuk melakukan skrining HIV dan infeksi menular seksual lainnya, sebagai
langkah preventif dan deteksi dini.

2.10 KOMPLIKASI
1. Gonore dapat menimbulkan komplikasi jika tidak diobati, baik itu pada pria,
wanita, maupun bayi. Komplikasi gonore yang dapat muncul pada pria antara lain:
 Epididimitis
 Luka pada saluran kencing
 Terdapat nanah di dalam penis
 Mandul.
2. Wanita lebih rentan mengalami komplikasi gonore dibanding pria, karena sering
kali tidak bergejala sehingga tidak diobati. Beberapa komplikasi akibat gonore
pada wanita adalah:
 Penyakit radang panggul
 Sumbatan pada saluran telur (tuba falopi), yang memicu munculnya kehamilan
ektopik
 Kemandul
3. Gonore juga dapat menyebabkan komplikasi pada bayi, mulai dari kulit kering dan
bersisik, rentan terserang penyakit, hingga kebutaan.

14
2.11 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian keperawatan
Yaitu Asuhan keperawatan yang memerlukan data lengkap dan di kumpulkan
secara terus menerus, tentang keadaan untuk menentukan kebutuhan asuhan
keperawatan. Data yang harus dikumpulkan pada pasien gonorhoe meliputi :
1) Identitas pasien
1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan,
pendidikan, status perkawinan, alamat, tgl MRS, dll.
2. Keluhan utama
Tanyakan apa keluhan yang dirasakan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit berat.
4. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan kepada pasien apakah ada penyakit lain yang diderita
sekarang.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada klien apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama seperti yang diderita pasien.
2) Pengkajian persistem
1) Sistem integumen
Kaji apakah terjadi inflamasi jaringan sekitar uretra, genital, dll.
2) Sistem kardiovaskuler
Kaji apakah bunyi jantung normal/mengalami gangguan, pada klien
bunyi jantung normal, namun akan mengalami peningkatan nadi karena
proses dari inflamasi yang mengakibatkan demam.

3) Sistem pernafasan

15
Kaji pola nafas klien, auskultasi paru-paru untuk mengetahui bunyi
nafas, dan juga kaji anatomi pada sistem pernafasan, apakah terjadi
peradangan atau tidak. Biasanya pada klien terdapat peradangan pada
faringnya karena adanya penyakit.
4) Sistem penginderaan
Kaji konjungtiva, apakah ada peradangan/tidak(Konjungtiva tidak
mengalami peradangan, namun akan mengalami peradangan jika pada
konjungtiva gonorhoe dan juga bisa ditemukan adanya pus) .
5) Sistem pencernaan
Kaji mulut dan tenggorokan termasuk toksil. Apakah terdapat
diare/tidak. Biasanya pasien mengalami inflamasi jaringan akibat
infeksi yang menyebabkan klien sulit dan nyeri saat BAB.
6) Sistem perkemihan
Klien akan mengalami retensi urin karena inflamasi prostat, keluar
nanah dari penis dan kadang-kadang ujung uretra disertai darah,
pembengkakan frenulum pada pria, dan pembengkakan kelenjar
bartoloni serta labia mayora pada wanita yang juga disertai dengan
nyeri tekan.

2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan buku SDKI edisi 1 cetakan 2 januari 2017, Diagnosa keperawatan
yang sering muncul pada pasien penderita GONORHOE ialah :
1) Gangguan eliminasi urin (SDKI, D.0040).
2) Nyeri akut (SDKI, D.0077).
3) Hipertermi (SDKI, D.0130).

3. Intervensi keperawatan
1) Gangguan eliminasi urin.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
diharapkan klien tidak mengalami gangguan pola eliminasi.
Kriteria hasil :
 Urin meningkat
16
 Tidakadadesakanberkemih
 Frekuensi BAK membaikdankarakteristik normal
Rencana tindakan :
 Dukungan perawatan diri: BAB/BAK(1.11349).
 Manejemen eliminasi urine (1.04152).
2) Nyeri akut.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
diharapkan nyeri berkurang.
Kriteria Hasil :
 Nyeri berkurang.
 Klien tidakmenyeringaikarenamenahannyeri.
 Membaiknyafrekuensinyeri, polanafas, fokus, danfungsiberkemih.
Rencana Tindakan :
 Manejemen nyeri(1.08238) :
 Pemberian analgesik(1.08243).
3) Hipertermi
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan
panas klien normal.
Kriteria Hasil :
 suhu dalam rentang normal.
 mukosa bibir lembab.
 bakteri (-).
 wajah klien tidak terlihat pucat dan lemah.
Rencana Tindakan :
 Menajemen Hipertemia (1.15506).
4. Evaluasi
a. Pola eliminasi tidak terganggu lagi
b. Klien tidak merasakan nyeri lagi saat berkemih
c. Suhu klien normal

17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS :
Dari pengkajian pada tanggal 5 april 2019 jam 10.00 WIB. Seorang laki-laki berinisial
Tn. P berusia 30 tahun, sudah menikah dan bekerja sebagai pelaut datang RSUD Pare dengan
keluhan keluarnya cairan/puspada orifisium uretra eksterna (OUE) dysuria sejak 3 hari
sebelumnya, dan ditemukan eritema di saluran kemih. wajah Tn. P terlihat menyeringai dan
berkeringat karena sulit melakukan BAK, bahkan yang dikeluarkan hanya sedikit disertai
nyeri.
Dari hasil pemeriksaan tingkat nyeri (PQRST) P : Nyeri saat BAK, Q: Nyeri seperti
terbakar, R: nyeri dirasakan pada daerah penis , S: skala nyeri 7, T: saat klien buang air
kecil. (+) konjungtiva anemis.
Serta hasil pemeriksaan dari TTV menunjukan RR : 24x/menit, S : 38°C, N :
95x/menit TD : 130/90 mmHg, terlihat wajah klien terlihat pucat dan lemah, mukosa bibir
kering, suhu tubuh meningkat.
Dari anamnesis diketahui klien telah melakukan hubungan seksual dengan PSK tanpa
menggunakan pengaman.

3.1 Asuhan Keperawatan


3.1.1 PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien :
Nama : Tn. P
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Laki- Laki
Alamat : Kediri
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
No.RM : 201900150
Tanggal masuk RS : 5 April 2019
Dx. Medis : Gonorrhea

18
2. Keluhan Utama :
Biasannya nyeri (saat kencing/BAK) dengan tingkat nyeri PQRST)
P : Nyeri saat BAK
Q: Nyeri seperti terbakar
R: nyeri dirasakan pada daerah penis
S: skala nyeri 5
T: saat klien buang air kecil.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dahulu
4. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan bahwa keluarga tidak memiliki penyakit yang sama
5. Riwayat alergi obat dan makanan
Tidak ditemukan adanya alergi
6. Riwayat berhubungan seksual sebelumnya
Berhubungan seks dengan PSK tanpa pengaman

7. Pemeriksaan Fisik
 TTV : N : 95x/menit
TD : 130/90 mmHg
RR : 24x/menit
Suhu : 38oC
 Inspeksi : Tampak orifisium uretra eksterna (OUE) ditemukan
adanya eritema dengan disertai keluarnya pus/cairan

8. Pengkajian Persistem
1) Kesadaran umum
Di dapatkan klien tampak lemah.
2) Kesadaran
Normal GCS 4-5-6.
3) Sistem Integumen
a. Adanya tanda kemerahan, luka/lecet, duh tubuh uretra cairan yang
keluar dari uretra berupa puss berwarna kehijauan, bukan darah
dan bukan air seni ).
b. Klien berkeringat saat melakukan BAK.

19
c. Suhu tubuh klien meningkat.
d. Wajah terlihat pucat.
4) Sistem Pernafasan
Masih dalam rentang normal yaitu 16-20x/menit.
5) Sistem Penginderaan
a. Anemis pada konjungtiva (+)
b. Mukosa bibir kering (+)
6) Sistem Pencernaan
Klien tidak mengalami diare.
7) Sistem Perkemihan
a. Pasien juga mengeluhkan rasa nyeri yang dirasakan ketika urinasi,
dan sulit BAK
b. Ditemukan eritema pada orifisium uretra eksterna (OUE).
8) Sistem Muskuluskeletal
Klien merasa lemah karena kurang istirahat
9) Sistem Kardiovaskuler
Takikardi dengan hasil pemeriksaan TD : 130/90mmHg
10) Anus
Belum ada tanda-tanda inflamasi/infeksi
9. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Kebutuhan Nutrisi
Kebutuhan nutrisi klien tidak terganggu, klien dapat menghabiskan satu
porsi makan
b. Kebutuhan Eliminasi :
Eliminasi alvi klien tidak mengalami konstipasi, sedangkan urine
mengalami gangguan karena ada bakteri gonorrhe yang masuk
sehingga urine tidak lancar.
c. Kebutuhan Aktifitas / istirahat :
Klien dengan GO terlihat lemah dan pucat karena kurang istirahat
disebabkan nyeri yang dialaminya.
d. Kebutuhan Kebersihan Diri :
Klien dapat melakukan kebutuhan kebersihan dan kesehatan diri secara
mandiri.
e. Fungsi Seksual :

20
Klien pernah melakukan seks dengan PSK
f. Spiritual :
Gambaran tentang penyakit gonorrhea menurut agama dan
kepercayaan, kecemasan akan kesembuhan, tujuan dan harapan akan
sakitnya.
10. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Gram, ditemukan leukosit >50/lpb ditemukannya bakteri
diplokokus gram negatif ekstraseluler dan intra seluler.
b. Pemeriksaan Darah, dengan Hemoglobin : 17 g/dL , Hematokrit : 42 %
, Trombosit : 150.000 mcL , leukosit : 50.000 sel/mm , bahwasanya
adanya peningkatan jumlah leukosit/sel darah putih menandakan
adanya suatu proses infeksi dari bakteri GO
c. Pemeriksaan Langsung, dengan Pewarnaan Gram, tampak kuman
kokus berpasang-pasangan terletak di dalam dan di luar sel darah putih

3.1.2 ANALISA DATA


Nama Tn. P No. Register 201900150
Umur 30 th Diagnosa medis Gonorhoe
Ruang rawat Permata, RSUD Alamat Kediri
PARE

No Data Fokus Etiologi Problem


1 Ds: klien mengatakan nyeri saat Peradangan Gannguan
BAK, keluar nanah saat BAK. disebabkan oleh eliminasi urine
Klien mengatakan takut untuk bakteri GO, yang
BAK. menimbulkan
Do: puss dan
Nyeri saat BAK menyumbat
Ada puss banyak saat BAK, saluran kemih
puss berwarna hijau klien.
Wajah klien terlihat meringis
menahan sakit

2 Ds: nyeri saat berkemih Bakteri Neisseria Nyeri Akut


Do: gonorhoe
- TD : 130/90 mmHg
- RR : 24x/mnt
- Suhu : 38oC Kontak seksual
(anus, orogenital,
Muka klien terlihat meringis genital)

21
menahan nyeri
Infeksi mukosa
rektum uretra,
P : Nyeri saat BAK endoserviks
Q: Nyeri seperti terbakar (saluran anus)
R: nyeri dirasakan pada daerah
sekitar perkemihan
S: skala nyeri 5 Adanya
T: saat klien buang air kecil puss/nanah pada
saluran kemih
yang disebabkan
infeksi

3 Ds: klien mengatakan badannya Inflamasi Hipertermi


terasa panas. disaluran kemih
Do:
- TD : 130/90 mmHg
- RR : 24x/mnt Disebabkan
- Suhu : 38oC bakteri Neisseria
- Wajah klien terlihat gonorhoe
pucat dan lemah
- Mukosa bibir kering
- Bakteri (+) Suhu tubuh
- Teraba panas kulit menigkat karena
reaksi inflamsi
- Hasil lab dari
(respon
pemeriksaan darah,
hipotalamus)
dengan Hb : 17 g/dL ,
Hematokrit : 42 % ,
Trombosit : 120.000
mcL ,
leukosit : 50.000
sel/mm.
bahwasanya adanya
peningkatan jumlah leukosit/sel
darah putih menandakan
adanya suatu proses infeksi dari
bakteri GO

Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil bahwa klien positif terhadap
bakteri Neisseria gonorhoe

3.1.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosa data
Gangguan eliminasi urine (D.0040)

22
Nyeri Akut (D.0077)
Hipertermi(D.0130)

3.1.4 INTERVENSI

N Diagnosa SLKI SIKI


O keperawatan
1 Gangguan Setelah dilakukan 1.Dukungan perawatan diri:
intervensi keperawatan 2 x BAB/BAK(1.11349)
eliminasi
24 jam maka eliminasi Observasi
urine urine membaik dengan - Identifikasi kebiasaan BAK/BAB
kiteria hasil : sesuai usia
1. Sensasi berkemih - Monitor intergritas kulit pasien
meningkat Terapeutik
2. Desakan - Suka pakian yang diperlukan
berkemih(urgensi) untuk memudahkan eliminasi
menurun ,distensi - Dukungan penggunaan
kandung kemih toilet/commode/pispot/urinal
menurun,berkemih secara konsisten
tidak tuntas - Jaga privasi pasien setelah
menurun eliminasi,jika perlu
(hesitancy). - Bersihkan alat bantu BAB/BAK
3. Frekuensi BAK dan setelah digunakan
karakteristik urine - Sediakan alatbantu (mis. Kateter
membaik. eksternal,urinal), jika perlu
Edukasi
- Anjurkan BAK/BAB secarah
rutin
- Anjurkan ke kamar mandi/toilet,
jika perlu
-
2.Manejemen eliminasi urine (1.04152)
Observasi
- Indetifikasi tanda dan gejala
rentesi atau inkontinensia urine
- Indetifikasi faktor yang
menyebabkan rentensi atau
inkontinensia urine
- Monitor eliminasi urine
Terapeutik
- Catat waktu dan haluaran
berkemih
- Batasi asupan car\iran jika perlu
- Ambil sempel urine tengah
Setelah dilakukan (midsteram)
Edukasi

23
intervensi keperawatan -Ajarkan tanda dan gejala infeksi
selama 2 x 24 jam maka saluran kemih
tingkat nyeri menurun - Ajarkan minum yang cukup
dengan Kiteria hasil : - Ajarkan terapi modalitas otot-otot
1. Kemampuan punggung,pinggulanjurkan
menuntaskan aktivitas mengguragi minum menjalang
meningkat. tidur
2. Keluhan Kolaborasi
nyeri,meringis,sikap Kolaborasi pemberian obat
protektif,gelisah,kesulitan supositoria uretra,jika perlu
tidur menurun.
3. Frekuensi nadi,pola Nyeri akut
napas,fokus dan fungsi 1.Manejemen nyeri(1.08238)
berkemih membaik. Observasi
- Identifikasi
lokasi,karakteristik,durasi,frekuen
si,kualitas,intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
Terapeutik
- kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan,pencahayaan,
2. Nyeri akut kebisingan).
Edukasi
- menggunakan analgetik dengan
tepat
Kolaborasi
- pemberian analgetik,jika perlu

Setelah dilakukan
2.Pemberian analgesik(1.08243)
intervensi keperawatan
Obsevasi
selama 2 x 24 jam maka
- Identifikasi karateristik nyeri(mis.
Termoregulasi membaik
Pencetus,
dengan
pereda,kualitas,lokasi,intensitas,fr
Kiteria hasil :
ekuensi,durasi)
1. Menggigil
menurun. - Monitor tanda-tanda vital sebelum
2. Pucat,hipoksia dan sesudah pemberian analgesik
menurun. - Monitor efektifitas analgesik
3. Suhu tubuh, suhu Terapeutik
kulit, dan tekanan darah - Tetapkan target efektifitas
membaik. analgesik untuk mengoptimalkan
respon pasien
Edukasi
- Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi
- Pemberian dosis dan jenis
analgesik,jika perlu

24
1.Menajemen Hipertemia (1.15506)
Observasi
- Indetifikasi penyebab
hipertemia(mis. Dehidrasi,
terpapar lingkungan panas,
penggunaan ikubator)
- Monitor suhu tubuh
- Monitor komplikasi akibat
hipertemia
Tarepeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan
pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
- Berikan cairan oral
- Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
-Ajarkan pasien teknik termorgulasi
3. Hipertemia
untuk mengguragi suhu tubuh secara
konduksi,konfeksi,dan efaporasi
Kolaborasi
- Pemberian cairan dan eliktrolit
intravena,jika perlu

3.1.5 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

25
Nama klien : Tn. P
Umur : 30 Tahun
Ruang rawat : Permata, RSUD PARE
No. Register : 201900150
Diagnosa medis : gonorhoe
Alamat : Kediri

NO Tgl Jam Implementasi Evaluasi Ttd


1 5/4/19 10.30 Dukungan perawatan S: pasien mengatakan sudah bisa
diri: BAK/BAB buang air kecil.
-Mengmengidentifikasi O:
kebiasaan BAK/BAB Wajah klien sudah tidak terlihat
-Memonitor integritas meringis
kulit px. A: Masalah teratasi sebagian
-Mengmengidentifikasi P : Intervensi dilnmjutkan
tanda dan gejala
retensi/inkontinensia
urine.
-Mengmengidentifikasi
faktor yang
menyebabkan
retensi/inkontinensia
Monitor eliminasi
urine.
- Mengajarkan tanda
dan gejala infeksi
saluran kemih
- Menganjurkan minum
yang cukup

2 5/419 14.30 Mengontrol lingkungan S : pasien mengatakan nyeri


yang memperberat rasa berkurang
nyeri seperti membatasi O:
jam kunjungan. Ttv
- Memberikan asam TD : 130/90 mmHg
mefenamat 500 mg 3x1 Suhu : 37 ͦC
sehari. Nadi : 86x/menit
-Melakukan monitor ttv RR : 20x/menit
sebelum dan sesudah skala nyeri 5
Menjelaskan efek terapi Pasien sudah sedikit tidak gelisah
dan efek samping obat A : masalah teratasi sebagian
seperti mual, pusing dll P : intervensi dilanjutkan

3 5/4/19 21.00 Mengmengidentifikasi S : pasien mengatakan sudahtidak


faktor hipertemia panas lagi.
misalnya dehidrasi, O:
terpapar lingkungan Ttv :

26
panas, penggunaa Suhu : 36,5 ͦ C
inkubator. Nadi : 86x/menit
- Memonitor suhu RR: 20x/menit
tubuh TD ; 120/90 mmHg
- Memonitor Wajah klien tidak pucat, mukosa
komplikasi akibat bibir sudah tidak kering.
hipertermi. Bakteri (+)
- Menyediakan A : masalah teratasi sebagian
lingkungan sesuai P : intervensi dilnjutkan
kondisi klien (misalnya
mengatur ventilasi
udara untuk
memastikan sirkulasi
berjalan baik)
-
Melonggarkan/lepaskan
pakaian untuk
menurunkan panas
pada badan pasien.
-Memberikan cairan
oral mis. Banyak
minum air putih,
pemberian secara IV
dengan NaCl.

27
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Gonorhea atau kecing nanah adalah penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeaeyang dapat menginfeksi baik
pria dan wanita yangmengakibatkan infeksi pada alat kelamin, rektum dan
tenggorokan. Neisseriagonorrhoeae (N. Gonorrhoeae) merupakan bakteri
diplokokkus gram negatif danmanusia merupakan satu-satunya faktor host
alamiah untuk gonokokus, infeksigonore hampir selalu ditularkan saat
aktivitas seksual (Sari et al., 2012).
AsuhankeperawatanpadapasienGonorheameliputiNyeriakut,
Gangguaneliminasi urine danhipertermi

4.2 SARAN
Periksakan segera apabila terdapat tanda-tanda gonorhea atau infeksi
kelamin lainnya ke pusat kesehatan masyarakat supaya dapat segera
dilakukan penanganan lebih lanjut supaya angka penularan bisa ditekan dan
penyakit bisa segera disembuhkan,selain itu penting untuk melakukan sex
education kepada penderita gonorhea maupun pada masyarakat supaya
menambah wawasan tentang deteksi dini gonorhea

28
DAFTAR PUSTAKA

Audrey E Pettifor (2010) Increassed Risk of Chalamydial and Gonnococcus


infection in adolescent sex worker in Madagaskar. Sexually Transmitted
Diseases, July 2010, Vol. 34, No. 7

Daili SF. Gonore. Dalam: Daili SF, Makes WIB, Zubier F, Judanarso J, editor
(2009).

Daily, S.F (2009). Tinjauan Penyakit Menular Seksual (PMS). In: Djuanda, A.,

Sari, J.., et al. (2012). Prevalensi Infeksi Saluran Reproduksi pada Wanita
Penjajah Seks di Blitung, Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal PPM &
PPL.

Sjaiful FD, WerstiIndriatmi BM, Jubianto J. (2007). InfeksiMeularSeksual.


Edirike 3. Jakarta : FKUI

29

Anda mungkin juga menyukai