Anda di halaman 1dari 75

 

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M. S. R


DENGAN ORCHITIS
DI RUANG PERAWATAN BEDAH RSUD KAIMANA

OLEH :
MAHASISWA D-IV KEPERAWATAN KELAS KARYAWAN KAIMANA
LAPORAN PENDAHULUAN ORCHITIS
KONSEP DASAR MEDIS

A. PENGERTIAN  
 Orchitis adalah suatu inflamasi testis (kongesti testikular), yang biasanya disebabkan
oleh faktor-faktor piogenik, virus, spiroseta, parasit, traumatis, kimia atau faktor yang
tidak diketahui ( Smeltzer, 2002).
 Orchitis adalah peradangan testis yang jika bersama dengan epididimitis menjadi
epididimoorkitis dan merupakan komplikasi yang serius dari epididimitis (Price, 2005).
 Orchitismerupakan peradangan satu atau kedua testis, ditandai dengan pembengkakan
dan nyeri. Keadaan ini sering disebabkan oleh parotitis, sifilis, atau tuberculosis
(Hartanto, 2008).
ETIOLOGI

Penyebab orchitis bisa piogenik bakteria, gonokokus, basil tuberkal, atau virus seperti
paramiksovirus, penyebab dari gondongan (parotitis). Sekitar 20% dari orchitis timbul sebagai
komplikasi dari gondongan (parotitis) setelah pubertas (Baradero, 2006).

Menurut Price, 2005 virus adalah penyebab orchitis yang paling sering. Orchitis parotiditis
adalah infeksi virus yang paling sering terlihat, walaupun imunisasi untuk mencegah parotiditis
pada masa anak-anak telah menurunkan insiden. 20-30% kasus parotiditis pada orang dewasa
terjadi bersamaan dengan orchitis, terjadi bilateral pada sekitar 15% pria dengan orkitis
parotiditis. Pada laki-laki pubertas atau dewasa, biasanya terdapat kerusakan tubulus
seminiferus dengan resiko infertilitas, dan pada beberapa kasus, terdapat kerusakan sel-sel
leydig yang mengakibatkan hipogonadisme defisiensi testosterone. Orchitis paroditisis jarang
terjadi pada laki-laki prapubertas, namun bila ada, dapat diharapkan kesembuhan yang
sempurna tanpa disfungsi testiskular sesudahnya.
 Seseorang dengan orchitis parotiditis terlihat sakit akut
dengan demam tinggi, edema, peradangan hidrokel akut, dan
terdapat nyeri skrotum yang menyebar ke kanalisis
inguinalis. Komplikasinya termasuk infark testis, abses, dan
terdapatnya pus dalam skrotum. Orchitis granulomaktosa
dapat disebabkan oleh sifilis, penyakit mikrobakterial,
aktinomikosis, penyakit jamur, mycobacterium tuberculosis,
dan mycobacterium leprae. Infeksi dapat menyebar melalui
funikulus spermatikus menuju testis. Penyebaran selanjutnya
melibatkan epididymis, testis, kandung kemih, dan ginjal.
Virus lain yang dapat menyebabkan orchitis dan memberikan gambaran klinis yang sama adalah :
 virus Coxsakie B,
 Varisela, dan mononukleosis.

Orchitis bakterial piogenik disebabkan oleh


 bakteri (Escherichia coli, Klebsiella pneumonia,
 Pseudmonas aeruginosa)
 infeksi parasitik (malaria, filariasis, skistosomiasis, amebiasis)
 atau kadang-kadang infeksi riketsia yang ditularkan pada epididimitis
FAKTOR RESIKO

Menurut Ulfiyah, 2012 faktor resiko pada orchitis ada dua yaitu:
1. Faktor resiko untuk orchitis yang tidak berhubungan dengan penyakit menular seksual adalah :
a. Imunisasi gondongan yang tidak adekuat
b. Usia lanjut (lebih dari 45 tahun)
c. Infeksi saluran berkemih berulang
d. Kelainan saluran kemih
e. Traumatik

2. Faktor resiko untuk orchitis yang berhubungan dengan penyakit menular seksual adalah:
f. Berganti-ganti pasangan
g. Riwayat penyakit menular seksual pada pasangan
h. Riwayat gonore atau penyakit menular seksual lainnya
PATO FISIOLOGI

Kebanyakan penyebab orchitis pada laki-laki yang sudah puber adalah gondongan (mumps),
dimana manifestasinya biasanya muncul mendadak dalam 3 sampai 4 hari setelah pembengkakan
kelenjar parotis. Virus parotitis juga dapat mengakibatkan orchitis sekitar 15 % – 20% pria
menderita orchitis akut bersamaan dengan parotitis. Anak laki-laki pra pubertas dengan orchitis
parotitika dapat diharapkan untuk sembuh tanpa disertai disfungsi testis. Pada pria dewasa atau
pubertas, biasanya terjadi kerusakan tubulus seminiferus dan pada beberapa kasus merusak sel-sel
leydig, sehingga terjadi hipogonadisme akibat defisiensi testosteron. Ada resiko infertilitas yang
bermakna pada pria dewasa dengan orchitis parotitika. Tuberkukosis genitalia yang menyebar
melalui darah biasanya berawal unilateral pada kutub bawah epididimis. Dapat terbentuk nodula-
nodula yang kemudian mengalami ulserasi melalui kulit. Infeksi dapat menyebar melalui
fenikulus spermatikus menuju testis. Penyebaran lebih lanjut terjadi pada epididimis dan testis
kontralateral, kandung kemih, dan ginjal. (Price, 2005)  
Organ reproduksi normal dan organ reproduksi dengan Orchitis pada pria
Organ reproduksi dengan Orchitis pada pria
Organ reproduksi dengan Orchitis pada pria
PATHWAY
MANIFESTASI KLINIS

Menurut Price, 2005 tanda dan gejala orchitis berkisar dari ketidaknyamanan
ringan pada testikular dan edema hingga nyeri testicular yang parah dan
terbentuknya edema dalam waktu sekitar 4 hingga 6 hari setelah awitan
penyakit dengan demam tinggi, mual, dan muntah. Gejala yang dirasakan
meliputi nyeri pada testis hingga ke pangkal paha, pembengkakan dan
kemerahan pada testis, menggigil, dan demam yang dapat bilateral atau
unilateral, mual, muntah, nyeri saat buang air kecil dan nyeri saat hubungan
seksual, darah pada semen. Keadaan ini dapat berakibat steril atau
impotensi. Terapi terhadap inflamasi ini dengan istirahat di tempat tidur,
kompres panas atau hangat, dan antibiotik (bila perlu)
  MANIFESTASI KLINIS

 Orchitis ditandai dengan nyeri testis dan pembengkakan.


 Nyeri berkisar dari ketidaknyamanan ringan sampai nyeri yang hebat.
 Kelelahan / mialgia
 Kadang-kadang pasien sebelumnya mengeluh gondongan
 Demam dan menggigil
 Mual/muntah
 Sakit kepala
 Pembesaran testis dan skrotum
 Erythematous kulit skrotum dan lebih hangat.
 Pembengkakan KGB inguinal
 Pembesaran epididimis yang terkait dengan epididymo-orchitis
A. KOMPLIKASI

Menurut Price, 2005 komplikasi dari orchitis dapat berupa:


1. Testis yang mengecil (Atrofi)
2. Abses (Nanah) pada kantong testis
3. Infertilitas (Sulit memiliki keturunan), terutama jika orkhitis terjadi pada kedua testis.
 .
 Menurut Ulfiyah, 2012 komplikasi dari orchitis adalah:

1. Sampai dengan 60% dari testis yang terkena menunjukkan beberapa derajat atrofi testis.
2. Gangguan kesuburan dilaporkan 7-13%.
3. Kemandulan jarang dalam kasus-kasus orchitis unilateral.
4. Hidrokel communican atau pyocele mungkin memerlukan drainase bedah untuk mengurangi tekanan dari tunika.
5. Abscess scrotalis
6. Infark testis
7. Rekurensi
8. Epididimitis kronis
9. Impotensi tidak umum setelah epididimitis akut, walaupun kejadian sebenarnya yang didokumentsikan tidak
diketahui. Gangguan dalam kualitas sperma biasanya hanya sementara.
10.Yang lebih penting adalah azoospermia yang jauh lebih tidak umum, yang disebabkan oleh gangguan saluran
epididimal yang diamati pada laki-laki penderita epididimitis yang tidak diobati dan yang diobati tidak tepat.
Kejadian kondisi ini masih belum diketahui
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 
Menurut Ulfiyah, 2012 pemeriksaan diagnostic pada pasien orchitis:
1. Pemeriksaan urin kultur
2. Urethral smear (tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhoe)
3. Pemeriksaan darah CBC (complete blood count)
4. Dopller ultrasound, untuk mengetahui kondisi testis, menentukan diagnosa dan
mendeteksi adanya abses pada skrotum
5. Testicular scan
6. Analisa air kemih
7. Pemeriksaan kimia darah
 

PEMERIKSAAN PENUNJANG
 
 Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita orchitis antara lain:
 Pemeriksaan discharge uretra untuk mengetahui mikroorganisme penyebab
 Sistoskopi, pielografi intravena, dan sistografi dapat dilakukan jika dicurigai adanya patologi pada kandung
kemih
PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan suportif: Bed rest, analgetik, elevasi skrotum. Yang paling penting adalah membedakan orchitis
dengan torsio testis karena gejala klinisnya hampir mirip. Tidak ada obat yang diindikasikan untuk
pengobatan orchitis karena virus. Pada pasien dengan kecurigaan bakteri, dimana penderita aktif secara
seksual, dapat diberikan antibiotik untuk penyakit menular seksual (terutama gonore dan klamidia) dengan
ceftriaxone, doksisiklin, atau azitromisin. Antibiotik golongan Fluoroquinolon tidak lagi direkomendasikan
oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) untuk pengobatan gonorrhea karena sudah resisten.
PROGNOSIS
 
 Sebagian besar kasus orchitis karena mampu menghilang secara spontan dalam 3-10 hari.
 Dengan pemberian antibiotik yang sesuai, sebagian besar kasus orchitis bakteri dapat sembuh tanpa
komplikasi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M. S. R DENGAN ORCHITIS
DI RUANG PERAWATAN BEDAH RSUD KAIMANA

PENGKAJIAN
A.

1.Data Umum
Identitas
 Klien
Nama
 : Tn. M. S. R
Umur
 : 21 tahun
Agama
 : Islam
Jenis
 Kelamin : Laki-laki
Status
 Marital : Bekum menikah
Pendidikan
 : SMA
Pekerjaan : TNI

Suku Bangsa : Maluku/Indonesia

Alamat : Asmil Yonif 764

Tanggal Masuk : 03 Maret 2021

Tanggal Pengkajian : 03 Maret 2021, jam 15.15 WIT

No. Register : 04.51.42

Diagnosa Medis : Orchitis


Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. J. R

Umur : 20 Tahun

Hub. Dengan Klien : Rekan Kerja (Atasan-Danru)

Pekerjaan : TNI

Alamat : Asmil Yonif 764


 
 

1.Riwayat Kesehatan 
Alasan Masuk Rumah Sakit
Sejak 3 hari SMRS (hari minggu) pasien merasa nyeri di daerah kemaluan
(scrotum/testis) dan semakin berat 1 hari SMRS (hari selasa) sehingga pasien melaporkan
ke atasan kemudian ditangani oleh bagian kesehatan dan di bawa ke rumah sakit.
Keluhan Utama
Pada saat dikaji, pasien mengatakan nyeri di daerah kemaluan (scrotum-testis)
Nyeri dirasakan berdenyut dan seperti tertarik
Nyeri dirasakan semakin berat saat tersentuh atau bergerak (terutama kaki) dan akan
berkurang saat beristirahat
Dari skala 1-10, pasien mengatakan nyeri yang dirasa berada di skala 6.
 
 Keluhan Tambahan

 Keluhan lain yang dirasakan : nyeri saat BAK, tidak ada cairan/secret yang keluar dari penis
 Frekuensi BAK menurun karena nyeri saat BAK, rasa tidak lampias/puas saat berkemih tidak ada.
 Tidak ada demam, mual/muntah
 Riwayat berhubungan seksual SMRS disangkal pasien 
 Riwayat Kesehatan Dahulu
 Pada November tahun 2020 pasien pernah dirawat dengan sakit yang sama.
 Sakit ini mulai muncul dan dirasakan setelah ditendang atasan saat pelatihan fisik.
 Riwayat ISK dan IMS disangkal pasien
 Riwayat vaksinasi MMR tidak diketahui pasien (lupa)
 Penyakit lain yang sering diderita adalah ISPA dan migrain
 
 Riwayat Kesehatan Keluarga

 Dalam keluarga tidak ada anggota keluarga lainnya yang sedang mengalami/pernah mengalami
Orchitis. 

 Riwayat Sosiokultural

 Sebelum Sakit :

 Pasien tinggal di asmil Yonif 764. Setiap hari melakukan aktivitas fisik berat sebagai anggota
TNI dan dapat berinteraksi dengan baik dengan sesama anggota maupun atasannya. Pasien sering
terlibat dalam kegiatan sosial bersama satuannya di masyarakat. Pasien juga tetap berkomunikasi
baik dengan keluarganya walaupun hanya lewat smartphone.

 Saat Sakit :

 Pasien untuk sementara diistirahatkan dari aktivitas keanggotaannya sebagai TNI oleh atasannya
karena sakit. Pasien berharap dapat segera sembuh dan beraktivitas seperti biasanya. Pasien bisa
berinteraksi dengan sesama (perawat, orang sakit lain & keluarganya) dengan baik selama sakit. 
1. Pola Fungsi Kesehatan Gordon

 Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan


 Sebelum Sakit :
 Pasien mengatakan tidak merokok, pasien tidak sering mengonsumsi alkohol hanya beberapa kali bersama
tema-teman saat bebas tugas.
 Pasien rutin melakukan pemeriksaan kesehatan sesuai jadwal yang ditentukan oleh satuannya, mulai dari
pemeriksaan tekanan darah, pernafasan, nadi, suhu badan dan juga pemeriksaan darah lengkap.
 Pasien mengatakan jika sakit selalu berkonsultasi dengan bagian kesehatan di satuannya (yonif 764) untuk
penanganan lebih lanjut.
 Pasien teratur melakukan olahraga setiap hari bersama satuannya.
 Pola makan teratur, menu makanan sudah ditentukan kesatuan dan porsi harus selalu dihabiskan.
 Setelah Sakit :

 Pasien mengatakan sedikit khawatir karena sakit, pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya
tetapi juga bersyukur karena bisa beristirahat dari aktivitas yang sering dilakukan dalam satuannya.
 Pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakit yang dialami disebabkan karena peradangan
 Pasien mengatakan sepengetahuannya sakit yang dialami ini disebabkan karena ditendang sebelumnya saat
pelatihan fisik yang dijalani
 Pasien mengatakan khawatir dengan sakitnya dan pengaruhnya terhadap masa depannya jika berkeluarga
nanti
•Pola Nutrisi-Metabolik

Makan Minum
Sebelum sakit : Sebelum sakit :
 Kebiasaan makan 2-3x/hari  Kebiasaan minum 8-10 gelas/hari
 Nafsu makan baik tergantung aktivitas
 Tidak ada kesulitan menelan  Pasien biasanya minum air putih
 Komposisi nasi, ikan, sayur saja pada pagi dan siang hari,
 Porsi makan 1 piring, dihabiskan kadang-kadang teh manis saat
 Tidak ada makanan pantangan sore hari
 Makanan yang disukai lalapan, dan  Tidak ada minuman pantangan
masakan rumah dengan sayur kangkung  Minuman yang disukai coca-cola
tumis dingin
 Makanan yang tidak disukai sayur  Minuman yang tidak disukai tidak
terong ada
 Dalam 6 bulan terakhir BB stabil  Pasien tidak konsumsi
Setelah sakit : Setelah sakit :
 Kebiasaan makan 3x/hari  Kebiasaan minum 1-2 botol air
 Diet TKTP Aqua besar/hari
 Nafsu makan baik  Pasien hanya minum air putih
 Komposisi bubur & telur (sarapan), saja selama sakit
 
nasi, ikan, sayur, buah (siang), nasi,  
 
ikan sayur (malam)  
 
 Porsi makan 1 piring, tidak  
 
dihabiskan (terutama sarapan karena  
tidak terbiasa makan bubur) hanya ¾
dari porsi yang diberikan
 Tidak ada mual
 Tidak ada muntah
•Pola Eleminasi

BAB BAK
Sebelum sakit : Sebelum sakit :
 Frekuensi 1-2x/hari  Frekuensi 4-5x/hari tergantung aktivitas
 Konsistensi lunak  Jernih
 Warna kuning kecoklatan  Warna kuning terang
 Tidak ada nyeri/kesulitan saat BAB  Tidak ada kesulitan BAK
 Tidak ada riwayat penggunaan obat  
pencahar
 
Setelah sakit : Setelah sakit :
 Sejak masuk RS pasien belum BAB  Pasien mengatakan nyeri saat BAK
(1 hari rawat)  Frekuensi 2x/hari
 Tidak kembung
Urinalisis (tgl.3-3-2021)
 Bising usus (+)
 Warna kuning tua, keruh
   Bau Amoniak
 PH : 7
 Protein (-)
 Leukosit (-)
 Blood (-)
 Reduksi (-)
 Bilirubin (-)
 Urobilin (-)
 Keton (-)
 Nitrit (-)
 Pola Aktivitas dan Latihan

 sebelum sakit :

 pasien mengatakan melakukan aktivitas seperti biasa dan melakukan aktivitas fisik dengan baik dalam
satuannya sebagai anggota tni
 pasien mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri
 pasien mengatakan berolahraga terjadwal dan teratur
 rutinitas kebersihan sehari-hari : pasien mandi 2x/hari memakai sabun dan keramas memakai shampoo 
 setelah sakit :

 pasien lebih banyak berbaring


 pasien tidak mengalami keterbatasan aktivitas yang berarti, hanya beberapa hal yang dilakukan dengan
bantuan rekan kerja/perawat (bab/bak), aktivitas lainnya dapat dilakukan secara mandiri.
 pasien mengatakan takut banyak bergerak karena saat bergerak pasien merasa nyeri di daerah
kemaluan (scrotum/testis)
 wajah tampak meringis saat bergerak
 pasien menarik diri (proteksi) saat diminta bergerak atau akan disentuh terutama di ekstremitas
bawah
 rutinitas kebersihan sehari-hari : pasien belum mandi dan keramas sejak mrs
Pola koqnitif dan Persepsi sensori
Sebelum sakit :
Gangguan sensori penglihatan dalam batas normal
Gangguan sensori pendengaran dalam batas normal
Gangguan sensori penciuman dalam batas normal
Gangguan sensori peraba dalam batas normal
Gangguan sensori pengecap dalam batas normal
Tidak ada hambatan dalam berkomunikasi
Tidak ada gangguan proses pikir (pasien dapat menjawab sesuai pertanyaan yang diajukan)
Setelah sakit :
Gangguan sensori penglihatan dalam batas normal
Gangguan sensori pendengaran dalam batas normal
Gangguan sensori penciuman dalam batas normal
Gangguan sensori peraba dalam batas normal
Gangguan sensori pengecap dalam batas normal
Tidak ada hambatan dalam berkomunikasi
Tidak ada gangguan proses pikir (pasien dapat menjawab sesuai pertanyaan yang diajukan)
Pola Persepsi-Konsep diri
 Sebelum sakit :

 Pasien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang paling disukai atau tidak disukai
 Status pasien dalam satuannya sebagai anggota TNI tidak ada hambatan 
 Setelah sakit :

 Pasien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang paling disukai atau tidak disukai
 Pasien mengatakan agak cemas dengan kondisinya terutama tentang masa depannya (apakah penyakit ini akan
berpengaruh atau tidak khususnya reproduksi)
 Status pasien dalam satuannya sebagai anggota TNI belum bisa dijalankan karena sakit
 Pasien berharap segera sembuh dan dapat beraktivitas dengan normal kembali sebagai anggota TNI
 Pasien mengatakan merasa puas dengan pelayanan yang diberikan selama sakit dan menjadi lebih tahu tentang
penyakit yang dialami
Pola Tidur dan Istirahat

 Sebelum sakit :

 Pasien tidur jam 22.00 WIT dan bangun jam 04.00 WIT
 Pasien tidur 6 jam/hari, dapat tidur dengan lelap
 Pasien mengatakan tidak pernah tidur siang
 Tidak ada gangguan tidur (insomnia/hipersomnia)

 Setelah sakit :

 Pasien tidur jam 21.00 WIT atau jam 22.00 WIT dan bangun jam 04.00 WIT
 Pasien tidur 6-7 jam/hari
 Pasien mengatakan sering terjaga saat tidur karena nyeri
Pola Peran-Hubungan
 Sebelum sakit :

 Peran pasien sebagai anggota TNI dijalankan seperti biasa


 Pasien dapat berinteraksi dengan rekan-rekan satuan dengan baik

 Setelah sakit :

 Pasien sudah diizinkan atasan untuk berobat sampai benar-benar sembuh


 Pasien masih dapat berhubungan dengan rekan-rekan di satuannya secara baik walaupun hanya
lewat smartphone.
 
Pola Seksual-Reproduksi

 Tidak dikaji.
Pola Toleransi Stress-Koping

 Sebelum sakit :

 Pasien mengatakan jika punya masalah pasien selalu membicarakannya dengan teman terdekat atau
atasan (jika masalahnya berat) 
 Setelah sakit :

 Pasien tampak gelisah


 Pasien mengatakan khawatir dengan sakitnya dan pengaruh ke masa depannya jika berkeluarga
nanti
 Pasien bersyukur karena selalu ditemani dan dijaga oleh rekan jerja (danru Joe)
 Pasien mengatakan setelah diceritakan keluarga juga mendukung dengan doa agar pasien segera
sembuh
Pola Nilai-Kepercayaan

 Pasien beragama Islam

 Sebelum sakit :

 Pasien mengatakan selalu menjalankan ibadah dengan tekun (rutin menjalankan sholat 5
waktu)

 Setelah sakit :

 Pasien mengatakan tetap menjalankan ibadah walaupun sakit dan hanya berbaring
  PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan Umum
 Sakit sedang, kesadaran : compos mentis (GCS 15, ) 
b. Tanda Vital

 TD : 117/67 mmHg

 N : 96x/menit, reguler, kuat angkat

 RR : 20x/menit

 SB : 36,6

 SpO2 : 97 %
 C. Kepala

 Bentuk kepala normocephal, simetris


 Rambut berwarna hitam
 Jenis rambut lurus
 Pergerakan kepala baik tanpa ada hambatan
 Bentuk wajah oval, simetris
 Wajah tampak meringis saat mobilisasi

d. Mata
 Mata kanan & kiri bentuk simetrik
 Tidak ada gangguan penglihatan, lapang pandang 6/6
 Konjungtiva anemis (-/-)
 Sklera ikterik (-/-)

 
e. Hidung

 Tampak simetris kanan dan kiri


 Tidak ada gangguan penciuman
 Tidak ada sekret
 Tidak ada epistaksis

f. Telinga

 Tampak simetris kanan dan kiri


 Tidak ada gangguan pendengaran
 Tidak ada serumen/cairan abnormal yang keluar
 
g. Mulut
 Bentuk bibir simetris, tipis
 Warna bibir merah muda gelap
 Lembab
 Mukosa mulut merah muda
 Gigi bersih
 Caries (+), molar 2 bagian kiri bawah (bekas tambalan)
 Lidah tidak kotor
h. Leher
 Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
 Tidak ada pembesaran KGB
 Tidak ada hambatan dalam pergerakan

i. Dada dan Punggung


 Pergerakan dada simetris
 Tidak sesak, RR : 19x/menit
 Suara nafas normal
 Ronchi -/-, wheezing -/-
 Pasien mengatakan punggung sedikit pegal
j. Abdomen

 Bentuk datar
 Tidak tampak adanya distensi
 Bising usus (+)
 Nyeri tekan ulu hati (-)
 Kembung (-)

K. Ekstremitas Atas

 Tidak ada sianosis


 Akral hangat
 Tidak ada edema
 Terpasang IVFD RL 20 tpm (ta-ka), tidak ada flebitis

 Bawah :

 Akral hangat
 Tidak ada edema
 Pasien takut menggerakkan kedua kaki karena saat digerakkan daerah kemaluannya (scrotum/testis) terasa nyeri.
L. Genetalia

 Pasien mengatakan rajin membersihkan daerah genitalia, baik setelah BAB/BAK maupun saat
mandi menggunakan sabun

 
 
DATA PENUNJANG (Pemeriksaan Diagnostik) :

 Pemeriksaan Darah Lengkap (Rabu, 03/03/2021) :

 HGB : 12,6 g/DL (Nilai Normal : 11,0 – 16,0 g/DL)

 HCT : 38,0 % (NIlai Normal : 37,0 – 54, 0 %)

 MCV : 86,9 fL (Nilai Normal : 80,0 – 100,0 fL)

 MCH : 28,9 pg (Nilai Normal : 27,0 – 34,0 pg)

 WBC : 4.60 x /UL (Nilai Normal : 4.00 – 10.00/UL)

 PLT : 297 x /UL (Nilai Normal : 150 – 450 x /UL)

 GDS : 90 mg/dL (Nilai Normal : < 200 mg/dL)

 SGOT : 15 (NIlai Normal : 3 – 45 )

 SGPT : 14 (NIlai Normal : 0 – 35 )

 CT/BT : CT 3,0 “ (NIlai Normal : 2-6” )

 CT/BT : BT 3,30” (NIlai Normal : 1-6” )


 Imunoserologi (Rabu, 03/03/2021) :

 HbSAg : Non Reaktif

 HIV : Non Reaktif

 Anti-SARS-CoV-2 IgG, IgM : Non Reaktif

 Urinalisis (Rabu, 03/03/2021) :

 Warna Kuning

 PH : 7

 Protein (-)

 Reduksi (-)

 Bilirubin (-)

 Urobilin (-)

 Keton (-)

 Nitrit (-)

 Blood (-)

 Leukosit (-)
DATA TAMBAHAN

 Therapi Farmakologi (Rabu, 03/03/2021) :

 Ceftriaxone 19 gr/12 jam, Jam 06.00 WIT & 18.00 WIT

 Ketorolac 30 mg/12 jam, Jam 06.00 WIT & 18.00 WIT

 Ranitidin 50mg/12 jam, Jam 06.00 WIT & 18.00 WIT


 IVFD RL 20 tmp (terpasang di tangan kanan)
•KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif Data Objektif


 Pasien mengatakan nyeri di daerah  Wajah tampak meringis saat bergerak
kelamin (scrotum/testis)  Bersikap protektif (posisi menghindari
 Pasien mengatakan sering terjaga saat nyeri)
tidur.  TD : 117/67 mmHg
   N : 96x/menit, reguler, kuat angkat
   RR : 20x/menit
 SB : 36,6
 SpO2 : 97 %

 Pasien mengatakan sering terjaga saat  Pasien tidur jam 21.00 WIT atau jam
tidur karena nyeri 22.00 WIT dan bangun jam 04.00 WIT
   Pasien tidur 6-7 jam/hari
 Wajah tampak meringis saat bergerak
 Pasien mengatakan tidak tahu tentang  Tampak gelisah
penyakit yang dialami  Lebih banyak berbaring
 Pasien mengatakan sepengetahuannya sakit yg  N : 96x/menit, reguler, kuat angkat
dialami ini disebabkan karena ditendang dulu  
saat pelatihan fisik yg dijalani  
 Pasien mengatakan khawatir dengan sakitnya
dan pengaruh ke masa depannya jika
berkeluarga nanti

 Pasien mengatakan nyeri saat BAK Hasil Urinalisis :


 Frekuensi BAK 2x/hari  Warna kuning pekat, keruh
 Pasien mengatakan saat sakit minum 1-2 botol 
PH : 7
air Aqua besar/hari  Protein (-), Leukosit (-)
   Blood (-), Reduksi (-)
 Bilirubin (-), Urobilin (-)
 
 Keton (-), Nitrit (-)
ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah Keperawatan


DS : Agen pencedera fisik  
 Pasien mengatakan nyeri di daerah (trauma)  
kelamin (scrotum/testis)
   
 Pasien mengatakan sering terjaga saat
tidur.  
Reaksi antigen antibody
Do :  
 
 Wajah tampak meringis saat bergerak  
 Bersikap protektif (posisi menghindari  
nyeri) Pertahanan tubuh kalah
 TD : 117/67 mmHg   Nyeri
 
 N : 96x/menit, reguler, kuat angkat
 RR : 20x/menit  
 SB : 36,6 Infeksi pada testis
 
 SpO2 : 97 % (proliferasi dan multiplikasi sel2
 
pathogen)
 
Ulserasi kulit scrotum
 

DS : Agen pencedera fisik


 

(trauma)  

 Pasien mengatakan sering terjaga  

 
saat tidur karena nyeri Reaksi antigen antibody
 

DO :  
Gangguan Pola Tidur
 Pasien tidur jam 21.00 WIT/jam Pertahanan tubuh kalah
22.00 WIT & bangun jam 04.00 WIT
 
 Pasien tidur 6-7 jam/hari Infeksi pd testis
 Wajah tampak meringis saat bergerak (proliferasi & multiplikasi sel2 pathogen)
 

 
Ulserasi kulit scrotum

Kerusakan syaraf perifer sekitar ulkus

Nyeri 
Sering terjaga saat tidur

  
Gangguan Pola Tidur
 
S: Agen pencedera fisik
 
(trauma)
Pasien mengatakan nyeri saat BAK  

Frekuensi BAK 2x/hari    

Pasien mengatakan saat sakit Reaksi antigen antibody  

minum 1-2 botol air Aqua besar/hari    

Pertahanan tubuh kalah Gangguan Eliminasi


O:
  Urine
asil Urinalisis :
Infeksi pada testis  

Warna kuning pekat, keruh (proliferasi dan multiplikasi sel2 pathogen)


 

PH : 7  
 
Protein (-) Ulserasi kulit scrotum
 

Leukosit (-)  

 
Blood (-) Kerusakan syaraf perifer sekitar ulkus  
Reduksi (-)
   
Bilirubin (-)
 
Nyeri saat berkemih
Urobilin (-)  
Keton (-)  
 
Nitrit (-) Gangguan Eliminasi  

Urine  
DS : Agen pencedera fisik  

(trauma)   
 Pasien mengatakan tidak tahu
 
tentang penyakit yang dialami Reaksi antigen antibody
 
 Pasien mengatakan
 
sepengetahuannya sakit yang dialami Pertahanan tubuh kalah
ini disebabkan karena ditendang dulu  
 
saat pelatihan fisik yang dijalani Infeksi pada testis  

 Pasien mengatakan khawatir dengan (proliferasi dan multiplikasi sel2 pathogen)  

sakitnya dan pengaruh ke masa    


Kerusakan tubulus seminiferus
depannya jika berkeluarga nanti  
 
 
Defisiensi testosteron  
Ansietas
DO :
Hipogonadisme
 Tampak gelisah
  
 Lebih banyak berbaring Resiko infertilitas
 N : 96x/menit, reguler, kuat   
angkat Kurangnya pengetahuan

 
Ansietas
 
 
  

PRIORITAS MASALAH BERDASARKAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri b/d agen pencedera fisik (trauma)


2. Gangguan eliminasi urine b/d perubahan pola eliminasi urin karena nyeri
3. Gangguan pola tidur b/d nyeri
4. Ansietas b/d kurangnya pengetahuan
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M. S. R DENGAN ORCHITIS
DI RUANG PERAWATAN BEDAH RSUD KAIMANA

No DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN

1 Nyeri b/d agen pencedera fisik (trauma), yang ditandai dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
: selama 3x24 jam, pasien mengatakan nyeri
hilang/terkontrol dengan kriteria hasil :
DS :
 Skala nyeri di angka 0 atau mendekati 0
 Pasien mengatakan nyeri di daerah kelamin
 Tidak menunjukan reaksi nyeri seperti
(scrotum/testis)
meringis
 Pasien mengatakan sering terjaga saat tidur.
 Sikap protektif menurun
Do :  Vital sign dalam batas normal
 Wajah tampak meringis saat bergerak
 Bersikap protektif (posisi menghindari
nyeri)
 TD : 117/67 mmHg
 N : 96x/menit, reguler, kuat angkat
 RR : 20x/menit
 SB : 36,6
INTERVENSI RASIONAL
1. Identifikasi nyeri (PQRST)  1. Mengetahui gambaran nyeri yang
2. Berikan teknik nonfarmakologis untuk dirasakan pasien
mengurangi nyeri (teknik nafas dalam, 2. Memfokuskan perhatian dan
terapi musik) merilekskan pasien, membantu
3. Kontrol lingkungan yang memperberat menurunkan ketegangan otot
nyeri (suhu,pencahayaan,kebisingan)  3. Lingkungan yang tenang dapat
4. Berikan HE tentang pemicu nyeri, mempengaruhi tingkat stress menjadi
pencegahan serta penanganannya  lebih ringan sehingga pasien dapat
5. Observasi vital sign   beristirahat
6. Kolaborasi dengan dokter dalam 4. Pengetahuan yg memadai
pemberian terapi farmakologis : menungkinkan pasien membuat pilihan
analgetik tindakan yg tepat
5. Mengetahui perkembangan kondisi
pasien
6. Therapi analgetik dapat meringankan
nyeri
No DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN

2. Gangguan pola tidur b/d nyeri Setelah dilakukan tindakan


yang ditandai dengan : keperawatan selama 3x24 jam, pasien
DS : pola tidur pasien kembali normal
dengan kriteria hasil :
 Pasien mengatakan sering
terjaga saat tidur karena nyeri  Pasien dapat tidur sesuai dengan
kebutuhan dan usia
DO :  Dewasa : 6-8 jam/hari
 Pasien tidur jam 21.00 Kebutuhan tidur terpenuhi (kualitas &
WIT/jam 22.00 WIT & bangun kuantitas)
jam 04.00 WIT  Pasien mengutarakan merasa segar
 Pasien tidur 6-7 jam/hari dan puas
 Wajah tampak meringis saat  Istirahat dan tidur cukup
bergerak
 
INTERVENSI RASIONAL

1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur 1. Untuk mengetahui pola & kebiasaan tidur pasien
2. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik atau 2. Menentukan tindakan keperawatan yang tepat
psikologis) setelah mengetahui faktor pencetus masalah
3. Untuk menghindari makanan & minuman yang
3. Identifikasi makanan & minuman yang mengganggu
mengganggu tidur
tidur (mis. kopi, alkohol, makanan mendekati
waktu tidur, atau banyak minum sblum tidur) 4. Makan sebelum tidur dapat membuat
metabolisme bekerja ekstra dan minuman
4. Anjurkan untuk menghindari makanan/minuman
seperti kopi dapat mempengaruhi waktu tidur
yang mengganggu tidur
pasien karena mengandung kafein.
5. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
5. Obat tidur dapat mempengaruhi pola tidur pasien
6. Modifikasi lingkungan (mis. pencahayaan, 6. Suasana yang tepat & nyaman dapat membantu
kebisingan, suhu, matras & tempat tidur) pasien beristirahat dengan tenang
7. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau 7. Agar tidak menggangu waktu tidur pasien
tindakan untuk menunjang siklus tidur terjaga 8. Tindakan pendukung yang tepat dapat membantu
8. Lakukan prosedur untuk meningkatkan pasien beristirahat dengan tenang
kenyamanan (mis.pijat, pengaturan posisi nyaman, 9. Pengetahuan yang baik tentang pola tidur yang
terapi akupresure) tepat dapat membantu pasien untuk tindakan
9. Berikan HE tentang pentingnya tidur cukup selama tepat selanjutnya
No DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN

3. Gangguan eliminasi urine b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan


perubahan pola eliminasi karena nyeri selama 3x24 jam, pasien mengatakan nyeri saat
yang ditandai dengan : berkemih hilang/terkontrol dan pola eliminasi
DS : kembali normal dengan kriteria hasil :
 Skala nyeri di angka 0 atau mendekati 0
 Pasien mengatakan nyeri saat BAK
 Frekuensi BAK 2x/hari  Frekuensi berkemih kembali normal
 Pasien mengatakan saat sakit minum  Intake & output seimbang
1-2 botol air Aqua besar/hari
DO :
Hasil Urinalisis :
 Warna kuning pekat, keruh
 PH : 7
 Protein (-), Leukosit (-)
 Blood (-), Reduksi (-)
 Bilirubin (-), Urobilin (-)
 Keton (-), Nitrit (-)
INTERVENSI RASIONAL

1. Identifikasi faktor yang menyebabkan 1. Sebagai indikator dalam menentukan


perubahan pola eliminasi urine intervensi selanjutnya
2. Monitor eliminasi urine (frekuensi, volume, 2. Mengetahui pola eliminasi urine pasien
aroma, dan warna) 3. Keseimbangan intake dan output urine
3. Pantau keseimbangan intake & output cairan dapat mempengaruhi pola eliminasi urine
4. Berikan HE tentang proses penyakit dan 4. Pengetahuan yg memadai menungkinkan
kaitannya dengan nyeri yang dialami saat pasien membuat pilihan tindakan yg tepat
berkemih 5. Sebagai bahan acuan tindakan medis
selanjutnya
5. Kolaborasi dalam pemeriksaan urinalisis
 
 
 
No DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN

4. Ansietas b/d kurangnya pengetahuan yang Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
ditandai dengan : jam, tingkat kecemasan berkurang dengan kriteria
hasil :
DS :
 Perilaku gelisah dan tegang berkurang
 Pasien mengatakan tidak tahu tentang
 Kekhawatiran akibat kondisi yang dialami menurun
penyakit yang dialami
atau berkurang
 Pasien mengatakan sepengetahuannya sakit
 Tampak lebih tenang
yang dialami ini disebabkan karena
 Tidak menarik diri
ditendang dulu saat pelatihan fisik yang
 Memahami penyakit yang dialami beserta prosesnya
dijalani
dengan baik
 Pasien mengatakan khawatir dengan
 Vital sign dalam batas normal
sakitnya dan pengaruh ke masa depannya
jika berkeluarga nanti
 
DO :
 Tampak gelisah
 Lebih banyak berbaring
 N : 96x/menit, reguler, kuat angkat
INTERVENSI RASIONAL

1. Identifikasi tingkat kecemasan pasien 1. Sebagai indikator dalam menentukan


2. Berikan kesempatan kepada pasien untuk intervensi selanjutnya
mengekspresikan perasannya 2. Membangun chemistri dan rasa nyaman
3. Berikan HE tentang penyakit, proses dan antara perawat dan pasien
prognosis kesembuhannya 3. Pengetahuan yg memadai menungkinkan
4. Berikan kesempatan kepada pasien untuk pasien membuat pilihan tindakan yg tepat
bertanya tentang penyakitnya dan mengurangi kecemasan
4. Membangun interaksi dengan pasien
5. Informasikan tentang sumber-sumber dan alat- sehingga muncul rasa percaya kepada
alat yang tersedia yang dapat membantu petugas dan lingkungan
pasien 5. Memungkinkan pasien untuk memilih
metode pengobatan yang pasling tepat dan
nyaman untuk kehidupannya sehari-hari
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

HARI/
NO Dx
TANGGA IMPLEMENTASI EVALUASI
L
1. Rabu, Jam 16.30 WIT Rabu, 03/03/2021
03/03/2
1. Mengidentifikasi nyeri (PQRST) : Jam 20.30 WIT
021
 P : Nyeri
 
   Q : Nyeri yg dirasakan seperti berdenyut dan tertarik
 R : didaerah scrotum/testis, nyeri menyebar ke daerah S : Pasien mengatakan nyeri di daerah
selangkangan & suprapubik kelamin
 S : skala nyeri yg dirasakan 6 (sedang) (scrotum/testis) masih dirasakan
 T : muncul tiba-tiba, karena aktivitas ± 1-3 menit, muncul dgn  
sendirinya ± 1 menit, tergantung aktivitas, semakin bergerak O : Wajah tampak meringis saat bergerak
maka frekuensinya semakin tinggi saat beristirahan  Bersikap protektif (posisi menghindari
frekuensi menurun. nyeri)
1. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (teknik  TD : 120/87 mmHg
nafas dalam, terapi musik) : mengajarkan teknik nafas dalam dan  N : 92x/menit, reguler, kuat
menganjurkan mendengarkan musik yg disukai angkat
2. Mengontrol lingkungan yang memperberat nyeri  RR : 20x/menit
(suhu,pencahayaan,kebisingan) : membatasi pengunjung  SB : 36,1
3. Memberikan HE tentang pemicu nyeri, pencegahan serta  SpO2 : 95 %
penanganannya
A : Masalah belum teratasi
 
HARI/
NO
TANGGA IMPLEMENTASI EVALUASI
Dx
2. Rabu,
L Jam 16.40 WIT Rabu, 03/03/2021
03/03/20
1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur Jam 20.45 WIT
21
 Pasien tidur jam 21.00 WIT/jam 22.00 WIT & bangun jam 04.00 WIT
 
   Pasien tidur 6-7 jam/hari
2. Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur (fisik atau psikologis) S : Pasien mengatakan masih sering terjaga
 Pasien mengatakan sering terjaga saat tidur karena nyeri saat
3. Mengidentifikasi makanan & minuman yang mengganggu tidur (mis. kopi,
tidur karena nyeri
alkohol, makanan mendekati waktu tidur, atau banyak minum sblum tidur) :
 Pasien mengatakan jarang minum kopi/alkohon, makan malam jam 19.00  
WIT setelah itu pasien tidak makan lagi, hanya minum saja tapi tidak
banyak. O : Wajah tampak meringis saat bergerak
4. Menganjurkan untuk menghindari makanan/minuman yang mengganggu  Pasien tidur jam 21.00 WIT/jam 22.00
tidur WIT & bangun jam 04.00 WIT
5. Mengidentifikasi obat tidur yang dikonsumsi :  Pasien tidur 6-7 jam/hari
 Pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat tidur
6. Memodifikasi lingkungan (mis. pencahayaan, kebisingan, suhu, matras &  
tempat tidur) : Membatasi pengunjung dan menganjurkan keluarga/penjaga agar A : Masalah belum teratasi
tidak mengajak pasien bercerita di jam istirahat pasien.
7. Menyesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk menunjang  
siklus tidur terjaga : P : Lanjutkan intervensi 1, 6, 7, 8, 9
 Semua injeksi/12 jam (dilakukan jam 06.00 & 18.00 WIT)
8. Melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis.pijat, 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur
pengaturan posisi nyaman, terapi akupresure) : Menganjurkan pasien tidur 2. Memodifikasi lingkungan (mis.
dengan posisi nyaman (kaki lebih tinggi, dialas bantal) pencahayaan, kebisingan, suhu, matras &
9. Memberikan HE tentang pentingnya tidur cukup selama sakit. tempat tidur)
3. Menyesuaikan jadwal pemberian obat
HARI/
NO Dx IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL
3. Rabu, Jam 16.40 WIT Rabu, 03/03/2021
03/03/20
1. Mengidentifikasi faktor yang menyebabkan perubahan pola Jam 20.10 WIT
21
eliminasi urine : nyeri
S :Pasien mengatakan masih nyeri saat
  2. Monitor eliminasi urine (frekuensi, volume, dan warna) :
BAK
Frekuensi 2x/hari, volume ± 100cc, warna kuning tua
3. Memantau keseimbangan intake & output cairan  Frekuensi BAK 2x/hari

Intake : air aqua botol besar 1-2 botol/hari, IVFD RL 20 tpm O :Hasil Urinalisis :

Output : Frekuensi 2x/hari, volume ± 100cc, warna kuning tua  Warna kuning pekat, keruh
 PH : 7
Muntah (-)
 Protein (-), Leukosit (-)
4. Memberikan HE tentang proses penyakit dan kaitannya dengan  Blood (-), Reduksi (-)
nyeri yang dialami saat berkemih  Bilirubin (-), Urobilin (-)
5. Berkolaborasi dalam pemeriksaan urinalisis  Keton (-), Nitrit (-)
Hasil Urinalisis (03/03/2021) : A : Masalah belum teratasi
 Warna kuning pekat, keruh P : Lanjutkan intervensi 2, 3
 PH : 7
1. Monitor eliminasi urine (frekuensi,
 Protein (-), Leukosit (-)
volume, aroma, dan warna)
 Blood (-), Reduksi (-)
2. Memantau keseimbangan intake &
 Bilirubin (-), Urobilin (-)
output cairan
 Keton (-), Nitrit (-)
NO HARI/
IMPLEMENTASI EVALUASI
Dx TANGGAL
4. Rabu, Jam 16.50 WIT Rabu, 03/03/2021
03/03/2
1. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien : sedang Jam 20.20 WIT
021
2. Memberikan HE tentang penyakit, proses dan prognosis
 
  kesembuhannya
3. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk S : Pasien mengatakan sudah
mengekspresikan perasannya paham tentang
4. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya penyakit yang dialami
tentang penyakitnya
5. Menginformasikan tentang sumber-sumber dan alat-alat  Pasien mengatakan percaya
yang tersedia yang dapat membantu pasien pada proses pengobatan dan
pelayanan medis yang diberikan
serta yakin akan sembuh
 Pasien mengatakan tidak
khawatir lagi
O : Tampak lebih tenang
 Tidak menarik diri
 N : 82x/menit
P : Masalah teratasi
A :-
NO HARI/
IMPLEMENTASI EVALUASI
Dx TANGGAL
1. Kamis, Jam 15.00 WIT Kamis, 04/03/2021
04/03/2021
1. Mengidentifikasi nyeri : Jam 20.30 WIT
 
 P : Nyeri
S : Pasien mengatakan nyeri di daerah
 Q : Nyeri yg dirasakan seperti berdenyut dan tertarik
kelamin
 R : didaerah scrotum/testis, nyeri menyebar ke daerah
(scrotum/testis) masih dirasakan tapi
selangkangan & suprapubik
sudah
 S : skala nyeri yg dirasakan 5 (sedang)
berkurang
 T : muncul tiba-tiba, karena aktivitas ± 1-3 menit, muncul
 
dgn sendirinya ± 1 menit, tergantung aktivitas, semakin
O : Wajah tampak meringis saat bergerak
bergerak maka frekuensinya semakin tinggi saat beristirahan
Bersikap protektif (posisi menghindari
frekuensi menurun.
nyeri)
2. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (teknik
TD : 120/80 mmHg
nafas dalam, terapi musik) : menganjurkan untuk tetap melakukan teknik
N : 80x/menit, reguler, kuat angkat
nafas dalam yang telah diajarkan dan mendengarkan musik yg disukai
RR : 20x/menit
3. Mengontrol lingkungan yang memperberat nyeri
SB : 36,1
(suhu,pencahayaan,kebisingan) : membatasi pengunjung
SpO2 : 95 %
 
A : Masalah belum teratasi
Jam 18.00 WIT
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 5, 6
4. Mengobservasi vital sign :
 TD : 122/80 mmHg  Mengidentifikasi nyeri (PQRST)
 N : 80x/menit, reguler, kuat angkat  Menganjurkan pasien untuk melakukan
 RR : 20x/menit teknik nafas dalam yg telah diajari dan
 SB : 36,9 mendengarkan musik yg disukai
 SpO2 : 97 %  Mengontrol lingkungan yg memperberat
NO HARI/
IMPLEMENTASI EVALUASI
Dx TANGGAL
2. Kamis, Jam 15.10 WIT Rabu, 03/03/2021
04/03/2021
1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur Jam 20.45 WIT
 Pasien tidur jam 21.00 WIT/jam 22.00 WIT & bangun jam
S : Pasien mengatakan saat tidur masih terjaga
04.00 WIT
 Pasien tidur 6-7 jam/hari karena nyeri beberapa kali, biasanya saat
2. Memodifikasi lingkungan (mis. pencahayaan, kebisingan,
subuh dan merasa dingin.
suhu, matras & tempat tidur) :
 Membatasi pengunjung dan menganjurkan keluarga/penjaga O : Wajah tampak meringis saat bergerak
agar tidak mengajak pasien bercerita di jam istirahat
pasien.  Pasien tidur jam 21.00 WIT/jam 22.00 WIT & bangun
3. Menyesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan jam 04.00 WIT
untuk menunjang siklus tidur terjaga  Pasien tidur 6-7 jam/hari
 Semua injeksi/12 jam (dilakukan jam 06.00 & 18.00 WIT) A : Masalah belum teratasi
4. Melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
(mis.pijat, pengaturan posisi nyaman, terapi akupresure) P : Lanjutkan intervensi 1, 6, 7, 8, 9
 Menganjurkan pasien tidur dengan posisi nyaman (kaki lebih 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur
tinggi, dialas bantal) 2. Memodifikasi lingkungan (mis. pencahayaan,
5. Memberikan HE tentang pentingnya tidur cukup selama kebisingan, suhu, matras & tempat tidur)
sakit. 3. Menyesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau
tindakan untuk menunjang siklus tidur terjaga
4. Melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
(mis.pijat, pengaturan posisi nyaman, terapi
akupresure)
5. Memberikan HE tentang pentingnya tidur cukup
selama sakit.
NO HARI/
IMPLEMENTASI EVALUASI
Dx TANGGAL
3. Kamis, Jam 15.10 WIT Kamis, 04/03/2021
04/03/20
1. Mengidentifikasi faktor yang menyebabkan perubahan pola Jam 20.10 WIT
21
eliminasi urine : nyeri
S :Pasien mengatakan nyeri saat BAK
  2. Monitor eliminasi urine (frekuensi, volume, aroma, dan warna)
berkurang
Frekuensi 2x/hari, volume ± 175cc, warna kuning tua
3. Memantau keseimbangan intake & output cairan  Frekuensi BAK 2-3x/hari
4. Memberikan HE tentang proses penyakit dan kaitannya dengan O :Hasil Urinalisis (04/03/2021)
nyeri yang dialami saat berkemih
 Warna kuning pekat, keruh
5. Berkolaborasi dalam pemeriksaan urinalisis
 PH : 7
Hasil Urinalisis (04/03/2021)  Protein (-), Leukosit (-)
 Blood (-), Reduksi (-)
 Warna kuning pekat, keruh
 Bilirubin (-), Urobilin (-)
 PH : 7
 Keton (-), Nitrit (-)
 Protein (-), Leukosit (-)
 Blood (-), Reduksi (-) A : Masalah belum teratasi
 Bilirubin (-), Urobilin (-)
P : Lanjutkan intervensi 2, 3, 5
 Keton (-), Nitrit (-)
  1. Monitor eliminasi urine (frekuensi,
volume, aroma, dan warna)
2. Memantau keseimbangan intake &
output cairan
3. Berkolaborasi dalam pemeriksaan
urinalisis
NO HARI/
IMPLEMENTASI EVALUASI
Dx TANGGAL
1. Jumat, Jam 15.00 WIT Jumat, 05/03/2021
05/03/2021
1. Mengidentifikasi nyeri : Jam 20.00 WIT
   P : Nyeri
 Q : Nyeri yg dirasakan seperti berdenyut dan tertarik S : Pasien mengatakan nyeri di daerah kelamin
 (scrotum/testis) berkurang
R : didaerah scrotum/testis, nyeri menyebar ke daerah
selangkangan & suprapubik  
 O : Wajah tidak tampak meringis saat bergerak
S : skala nyeri yg dirasakan 3 (ringan)
 T : muncul tiba-tiba, karena aktivitas ± 1-3 menit, muncul Nyeri tekan di daerah scrotum/testis ↓
dgn sendirinya ± 1 menit, tergantung aktivitas, semakin bergerak maka Tidak bersikap protektif lagi (posisi
frekuensinya semakin tinggi saat beristirahan frekuensi menurun. menghindari nyeri)
TD : 120/80 mmHg
2. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (teknik nafas dalam,
N : 74x/menit, reguler, kuat angkat
terapi musik) : menganjurkan untuk tetap melakukan teknik nafas dalam yang telah
RR : 20x/menit
diajarkan dan mendengarkan musik yg disukai
SB : 36,1
3. Mengontrol lingkungan yang memperberat nyeri (suhu,pencahayaan,kebisingan) :
SpO2 : 96 %
membatasi pengunjung dan menganjurkan keluarga/penjaga agar tidak mengajak pasien
berbicara saat jam istirahat A : Masalah belum teratasi

Jam 18.00 WIT P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, 5

4. Mengobservasi vital sign : 1. Mengidentifikasi nyeri (PQRST)


 TD : 119/83 mmHg 2. Menganjurkan pasien untuk melakukan teknik
 N : 82x/menit, reguler, kuat angkat nafas dalam yg telah diajari dan mendengarkan
 RR : 20x/menit musik yg disukai
 SB : 36,5 3. Mengontrol lingkungan yg memperberat nyeri
 SpO2 : 98 % (suhu,pencahayaan,kebisingan)
1. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi farmakologis : analgetik 4. Mengobservasi vital sign
(Ketorolac 30 mg/12 jam) 5. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian
 Melayani injeksi ketorolac 1 amp/IV terapi farmakologis : analgetik Ketorolac 30
mg/12 jam
NO HARI/
IMPLEMENTASI EVALUASI
Dx TANGGAL
2. Jumat, Jam 15.10 WIT Jumat, 05/03/2021
05/03/202
1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur Jam 20.45 WIT
1
 Pasien tidur jam 21.00 WIT/jam 22.00 WIT &
S : Pasien mengatakan saat tidur masih terjaga
  bangun jam 04.00 WIT
 Pasien tidur 6-7 jam/hari karena nyeri beberapa kali, biasanya saat
2. Memodifikasi lingkungan (mis. pencahayaan,
subuh dan merasa dingin.
kebisingan, suhu, matras & tempat tidur) :
 Membatasi pengunjung dan menganjurkan O : Wajah tampak meringis saat bergerak
keluarga/penjaga agar tidak mengajak pasien  Pasien tidur jam 21.00 WIT/jam 22.00 WIT & bangun
bercerita di jam istirahat pasien. jam 04.00 WIT
3. Menyesuaikan jadwal pemberian obat  Pasien tidur 6-7 jam/hari
dan/atau tindakan untuk menunjang siklus tidur
terjaga A : Masalah belum teratasi
 Semua injeksi/12 jam (dilakukan jam 06.00 P : Lanjutkan intervensi 1, 6, 7, 8, 9
& 18.00 WIT)
4. Melakukan prosedur untuk meningkatkan 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur
kenyamanan (mis.pijat, pengaturan posisi 2. Memodifikasi lingkungan (mis. pencahayaan,
nyaman, terapi akupresure) kebisingan, suhu, matras & tempat tidur)
 Menganjurkan pasien tidur dengan posisi 3. Menyesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau
nyaman (kaki lebih tinggi, dialas bantal) tindakan untuk menunjang siklus tidur terjaga
5. Memberikan HE tentang pentingnya tidur 4. Melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
cukup selama sakit. (mis.pijat, pengaturan posisi nyaman, terapi
akupresure)
NO HARI/
IMPLEMENTASI EVALUASI
Dx TANGGAL
3. Jumat, Jam 15.10 WIT Jumat, 05/03/2021
05/03/202
1. Mengidentifikasi faktor yang menyebabkan Jam 20.10 WIT
1
perubahan pola eliminasi urine : nyeri
S :Pasien mengatakan nyeri saat BAK berkurang
  2. Monitor eliminasi urine (frekuensi, volume,
aroma, dan warna) Frekuensi 2x/hari,  Frekuensi BAK 2-3x/hari
volume ± 175cc, warna kuning tua  
3. Memantau keseimbangan intake & output
O :Hasil Urinalisis (05/03/2021) :
cairan
4. Berkolaborasi dalam pemeriksaan urinalisis  Warna kuning pekat, keruh
 PH : 7
Hasil Urinalisis (05/03/2021)
 Protein (-), Leukosit (-)
 Warna kuning tua  Blood (-), Reduksi (-)
 PH : 7  Bilirubin (-), Urobilin (-)
 Protein (-), Leukosit (-)  Keton (-), Nitrit (-)
 Blood (-), Reduksi (-)
A : Masalah belum teratasi
 Bilirubin (-), Urobilin (-)
 Keton (-), Nitrit (-) P : Lanjutkan intervensi 2, 3, 5
  1. Monitor eliminasi urine (frekuensi, volume, aroma, dan
warna)
2. Memantau keseimbangan intake & output cairan
3. Berkolaborasi dalam pemeriksaan urinalisis
 

Anda mungkin juga menyukai