FARINGITIS
MAKALAH
Disusun oleh:
2019
LEMBAR PENILAIAN TUGAS
NIDN: 0402066501
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Faringitis kadang juga disebut sebagai radang tenggorok.
Faringitis-Viral (Faringitis karena Virus) adalah peradangan pharynx
(bagian tenggorokan antara amandel dan pangkal tenggorokan) yang
disebabkan oleh virus. Selain virus, bakteri juga dapat menyebabkan
perdadangan. Namun yang paling umum penyebab peradangan adalah
virus. Ketika di tenggorokan tidak ditemukan bakteri penyebab gejala,
kemungkinan besar faringitis disebabkan virus. Peradangan ini
mengkibatkan sakit tenggorokan. Faringitis dapat terjadi sebagai bagian
dari infeksi virus yang juga melibatkan sistem organ lain, seperti paru-paru
atau usus.
Faringitis terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis
kelamin, tetapi frekuensi yang paling tinggi terjadi pada anak-anak.
Faringitis akut jarang ditemukan pada usia di bawah 1 tahun. Insidensinya
meningkat dan mencapai puncaknya pada usia 4-7 tahun, tetapi tetap
berlanjut sepanjang akhir masa anak-anak dan kehidupan dewasa.
Kematian yang diakibatkan faringitis jarang terjadi, tetapi dapat terjadi
sebagai hasil dari komplikasi penyakit ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu faringitis?
2. Apa penyebab faringitis?
3. Bagaimana tanda dan gejala faringitis?
4. Bagaimana asuhan keperawatan mengenai faringitis?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan umum
1
Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan mengenai
penyakit faringitis
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat memahami definisi faringitis
b. Mahasiswa dapat memahami penyebab faringitis
c. Mahasiswa dapat memahami tanda dan gejala faringitis
d. Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan faringitis
3. Manfaat bagi penulis
Menambah wawasan khususnya dalam pembahasan materi
asuhan keperawatan penyakit faringitis.
4. Manfaat bagi pembaca
Mendapatkan informasi dan ilmu mengenai asuhan keperawatan
pada pasien dengan gagal ginjal.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
a. Virus epstein Barr (Epstein Barr virus, EBV) disertai dengan gejala
infeksi mononukleus seperti splenomegali dan limfadenopati
generalisita
b. Infeksi virus campak
c. Cytomegalovirus (CMV)
d. Virus rubella
e. Virus penyebab penyakit respiratori seperti adenovirus, rhinovirus,
dan virus parainfluenza
Mikroorganisme
Bakteri
Streptokokus, grup A Farongitis, tonsilitis, demam scarlet
Streptokokus, grup C dan G Farongitis, tonsilitis, scarlatiniform
Campuran bakteri anaerob Vincent’s angina
Neisseria gonorrhoeae Faringitis, tonsilitis
Corunebacterium diphtheriae Difteri
Arcanobacterium haemolytcum Faringitis, scarlatiniform
Yersinia enterocolitica Faringitis, enterokolitis
Yersinia pestis Plague
Francisella tularensis Tularemia (oropharyngeal form)
Virus
Virus rhino Common cold/rhinitis
Virus corona Common cold
Virus adeno Pharyngoconjunctival fever, IRA
Virus herpes simplex 1 & 2 Faringitis, gingivostomatitis
Virus parainfluenza Cold croup
Virus coxsackie A Heparangina. Hand-foot-and-mout disease
Virus epstein-barr Infeksi mononucleosis
Virus sitomegalo Mononucleosis viris sitomegalo
4
Human imunodeficiency virus Infeksi HIV primer
Virus influenza A dan B Influenza
Mikoplasma
Mycoplasma pneumoniae Pneumoniae, bronchitis, faringitis
Klamidia
Chlamydia psittaci IRA, pneumonia
C.Pneumoniae Pneumonia, faringitis
Sumber: clinical infectious diseases 1997;25:574-83 (Buku ajar respirologi anak)
(aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis NANDA NIC-NOC)
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala faringitis;
a. Awitan akut disertai mual muntah
b. Faring hiperemis
c. Tonsil bengkak dengan eksudasi
d. Kelenjar getah bening leher anterior bengkak dan nyeri
e. Uvula bengkak dan merah
f. Ekskoriasi hidung disertai lesi impetigo sekunder
g. Ruam skarlitina
h. Petekie palatinum mole
i. Nyeri tenggorok, nyeri telan, sulit menelan, mulut berbau
j. Demam, tonsil hyperemia, otalgia (sakit di telinga)
4. Pemeriksaan penunjang
a. Leukosit: terjadi peningkatan
b. Hemoglobin: terjadi penurunan
c. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas
obat
5. Penatalaksanaan
a. Tata laksana umum
1) Istirahat cukup dan pemberian nutrisi dan cairan yang cukup
5
2) Pemberian obat kumur dan obat hisap pada anak yang lebih
besar untuk mengurangi nyeri tenggorokan
3) Pemberian antipiretik, dianjurkan parasetamol atau ibuprofen
b. Terapi antibiotik
Pemberian antibiotik harus berdasarkan gejala klinis dugaan
faringitis steptokokus dan diharapkan didukung hasil rapid sntigen
detection test dan/atau kultur positif dari usap tenggorok.
Antibiotik epmpiris dapat diberikan pada anak dengan klinis
mengarah ke faringitis steptokokus, tampak toksik dan tidak ada
fasilitas pemeriksaan laboratorium. Golongan penisilin (pilihan
untuk faringitis streptokokus) yaitu penisilin V oral 15-30
mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis selama 10 hari atau amoksisilin
50mg/kgBB/hari di bagi 2 selama 6 hari. Bila alergi penisilin dapat
diberikan
1) Eritromisin estolat 20-40 mg/kgBB/hari dengan pemberian 2,3
atau 4 kali perhari selama 10 hari
2) Eritromisin etil suksinat 40 mh/kgBB/hari
3) Mikrolid baru misalnya azitromisin dosis tunggal 10
mg/kgBB/hari selama 3 hari
6
c. Hambatan komunikasi verbal b.d iritasi jalan napas atas sekunder
akibat infeksi atau pembengkakan (hal.280)
d. Intoleransi aktivitas (hal.290)
e. Gangguan menelan b.d abnormalitas orofaring, gangguan neuro
muskuler (hilangnya reflek muntah) (hal.270)
7. Discharge planning
a. Menghindari makanan dan minuman yang bersifat dingin
b. Menghindari makanan yang memakai perasa dan bahan pengawet
c. Memakai masker di kawasan yang berdebu dan berpolusi
d. Minum suplemen dan olahraga secara teratur untuk menjaga daya
tahan tubuh
e. Berkumur-kumur dengan air garam minimal 3-4 kali sehari
f. Mengkompres dengan air hangat pada leher
g. Istirahat dan tidur yang cukup
8. Patofisiologi
in patogen
Invasi kuman Penyebaran limfogen Faring & tonsil
(bakteri/virus)
Nyeri telan
Obstruksi pada tuba eustaktil
Infeksi sekunder
Otitis media
Gangguan persepsi atau
sensori pendengaran
7
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Biodata
a. Identitas klien
Nama Klien :
Jenis Kelamin :
Umur :
Agama :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Alamat :
Suku Bangsa :
Tanggal masuk RS :
Tanggal Pengkajian :
Diagnosa Medis :
b. Identitas penanggung jawab
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Hubungan dengan klien :
2. Keluhan/ Pengkajian
a. Keluhan utama
Klien masuk RS dengan keluhan utama demam
b. Riwayat kesehatan sekarang
Bibir klien tampak kering dan pucat, terpasang IVFD RL 20
tpm,klien mengatakan sakit tenggorokan, nafsu makan kurang,
badan klien lemas, dan suhu klien : 39,2℃
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Keluarga Klien mengatakan sebelumnya klien belum pernah
dirawat di rumah sakit dengan penyakit yang sama seperti
sekarang, klien tidak pernah menderita penyakit lain, klien juga
tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan maupun obat.
8
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran umum : Compos Mentis
Compos mentis adalah keadaan normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan di sekelilingnya.
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah :-
Suhu : 38,7°C
Pernapasan : 24x/i
Nadi : 80 x/i
c. Sistem pernafasan
Hidung : secret (-)
Leher : Pembesaran kelenjar dan tumor (-)
Dada : Besar dan gerak dada normal
Tenggorokan : Adanya rasa nyeri
d. Sistem kardiovaskuler
Bising jantung (-)
e. Sistem pencernaan
Bibir : kering
Mulut : Kurang bersih
Abdomen : tidak terdapat luka
Klien mempunyai masalah pada nafsu makan
f. Sistem indra
Telinga : pendengaran normal
Mata : tidak ada kelainan
g. Sistem saraf
Fungsi serebral
Tingkat kesadaran : Compos mentis
h. Fungsi Cranial
Nervus I : normal
Nervus II : Penglihatan Normal
Nervus III, IV, VI: Pergerakan bola mata ke segala arah normal
9
Nervus V : Refleks mengunyah baik
Nervus VII : Ekspresi wajah pucat
Nervus VIII : Pendengaran baik
Nervus IX dan XII : Pergerakan lidah baik
Nervus X : Klien tidak menelan dengan baik
Nervus XI : mampu menggerakkan kepala ke segala arah.
Klien Nampak gelisah
Klien mengalami sulit tidur (insomnia)
i. Sistem endokrin
Tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid, Tidak ada riwayat DM
j. Sistem urinaria
BAK : Baik ( Tidak ada keluhan saat miksi)
BAB : Baik (Tidak ada kesulitan saat BAB)
k. Sistem reproduksi
Tidak dilakukan pengkajian
l. Sistem imun
Terjadi penurunan kekebalan tubuh
m. Sistem integument
Rambut : Kurang bersih
Kulit : Akral Hangat
Kuku : pendek, dan cukup bersih
n. Sistem muskulus keletal
Klien Nampak lemah
4. Diagnosa keperawatan
a. Hipertermia b.d proses inflamasi pada tonsil (hal.284)
b. Nyeri akut b.d iritasi jalan napas atas sekunder akibat infeksi
(hal.317)
c. Hambatan komunikasi verbal b.d iritasi jalan napas atas sekunder
akibat infeksi atau pembengkakan (hal.280)
d. Intoleransi aktivitas (hal.290)
10
e. Gangguan menelan b.d abnormalitas orofaring, gangguan neuro
muskuler (hilangnya reflek muntah) (hal.270)
5. Intervensi NANDA NIC-NOC
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1 Hipertermia NOC NIC
Definisi: peningkatan suhu Thermoregulation Fever treatment
tubuh diatas kirasan normal Kriteria hasil: Monitor suhu sesering
Batasan karakteristik: Suhu tubuh dalam rentang mungkin
Konvusi normal Monitor IWL
Kulit kemerahan Nadi dan RR dalam rentang Monitor warna dan suhu
Peningkatan suhu tubuh normal kulit
diatas kisaran normal Tidak ada perubahan warna Monitor tekanan darah,
Kejang kulit dan tidak ada pusing nadi, RR
Takikardi Monitor penurunan tingkat
Takipnea kesadaran
Kulit terasa hangat Monitor WBC, Hb, dan Hct
Faktor-faktor yang Monitor intake dan output
berhubungan: Berikan antipiretik
Anastesia Berikan pengobatan untuk
Penurunan respirasi mengatasi penyebab demam
Dehidrasi Selimuti pasien
Pemajanan lingkungan Lakukan tapid sponge
yang panas Kolaborasi pemberian
Penyakit cairan intravena
Pemakaian pakaian yang Kompres pasien pada lipat
tidak sesuai dengan suhu paha dan aksila
lingkungan Tingkatkan sirkulasi udara
Peningkatan laju Berikan pengobatan untuk
metabolisme mencegah terjadinya
Medikasi menggigil
11
Trauma Tremperature regulation
Aktivitas berlebihan Monitor suhu minimal tiap
2 jam
Rencanakan monitoring
suhu secara kontinu
Monitor TD, nadi, dan RR
Monitor warna dan suhu
kulit
Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek
negatif dari kedinginan
Beritahukan tentang
indikasi terjadinya keletihan
dan penanganan emergency
yang diperlukan
Ajarkan indikasi dan
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
Berikan antipiretik jika
12
perlu.
Vital sign monitoring
Monitor TD, nadi, suhu, RR
Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk atau
berdiri
Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan
irama pernafasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernafasan
abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Indentifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2 Nyeri akut NOC NIC
Definisi: pengalaman Pain lavel Pain manajemen
13
sensori dan emosional yang Pain control Melakukan pengkajian
tidak menyenangkan yang Comfort level nyeri secara komprehensif
muncul akibat kerusakan Kriteria hasil termasuk lokasi,
jaringan yang aktual atau Mampu mengontrol nyeri karakteristik, durasi,
potensial atau digambarkan (tahu menyebab nyeri, frekuensi, kualitas dan
dalam hal kerusakan mampu menggunakan faktor presipitasi
sedemikian rupa tekhnik non farmakologi Observasi reaksi non verbal
(international association for untuk mengurangi nyeri, dari ketidaknyamanan
the study of pain): awitan mencari bantuan) Gunakan tekhnik
yang tiba-tiba atau lambat Melaporkan bahwa nyeri komunikasi terapeutik
dari intensitas ringan hingga berkurang dengan untuk mengetahui
berat dengan akhir yang menggunakan manajemen pengalaman nyeri pasien
dapat diantisipasi atau nyeri Kaji kultur yang
diprediksi dan berlangsung Mempu mengenali nyeri mempengaruhi rasa nyeri
<6 bulan. (skala, intensitas, frekuensi, Evaluasi pengalaman nyeri
Batasan karakteristik: dan tanda nyeri) masa lampau
Perubahan selera makan Menyatakan rasa nyaman Evaluasi bersama pasien
Perubahan tekanan darah setelah nyeri berkurang dan tim kesehatan lain
Perubahan frekuensi tentang ketidak efektifan
jantung kontrol nyeri masa lampau
Perubahan frekuensi Bantu pasien dan keluarga
pernapasan untuk mencari dan
Laporan isyarat menentukan dukungan.
Diaforesis Kontrol lingkungan yang
Perilaku distraksi dapat mempengaruhi nyeri
(mis;berjalan mondar seperti suhu ruangan,
mandir mencari orang lain pencahayaan dan
dan atau aktivitas lain, kebisingan
aktivitas yang berulang) Kurangi faktor presipitasi
Mengekspresikan perilaku nyeri
14
(mis; gelisah, merengek, Pilih dan lakukan
menangis) penanganan nyeri
Masker wajah (mis; mata (farmakologi, non
kurang bercahaya, tampak farmakologi dan inter
kacau, gerakan mata personal)
bencar atau tetap pada Kaji tipe dan sumber nyeri
satu fokus, meringis) untuk menentukan
Sikap melindungi rasa intervensi
area nyeri Ajarkan tentang teknik non
Fokus menyempit (mis; farmakologi
gangguan persepsi nyeri, Berikan anaIgetik untuk
hambatan proses berfikir, mengurangi nyeri
penurunan interaksi Evaluasi keefektifan kontrol
dengan orang dan nyeri
lingkungan) Tingkatkan istirahat
Indikasi nyeri yang dapat Kolaborasikan dengan
diamati dokter jika ada keluhan dan
Perubahan posisi untuk tindakan nyeri tidak
menghindari nyeri berhasil
Sikap tubuh melindungi Monitor penerimaan pasien
Dilatasi pupil tentang manajemen nyeri
Melaporkan nyeri secara Analgesic Administration
verbal Tentukan lokasi,
Gangguan tidur karakteristik, kualitas, dan
Faktor yang berhubungan: derajat nyeri sebelum
Agen cedera (mis.biologis, pemberian obat
Zatkimia,fisik,psikologis) Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi
Cek riwayat alergi
15
Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
3 Hambatan komunikasi NOC NIC
verbal Anxiety self control Communication
Definisi : penurunan, Coping Enhancement : Speech
kelambatan, atau ketiadaan Sensory function: hearing & Deficit
kemampuan untuk vision Gunakan penerjemah , jika
menerima, memproses, Fear sef control diperlukan
mengirim, dan/atau Kriteria Hasil : Beri satu kalimat simple
menggunakan sistem simbol Komunikasi: penerimaan, setiap bertemu, jika
Batasan Karakteristik : intrepretasi dan ekspresi diperlukan
16
Tidak ada kontak mata pesan lisan, tulisan, dan non Konsultasikan dengan
Tidak dapat bicara verbal meningkat dokter kebutuhan terapi
Kesulitan Komunikasi ekspresif bicara
mengekspresikan pikiran (kesulitan berbicara) : Dorong pasien untuk
secera verbal (mis, afasia, ekspresi pesan verbal dan berkomunikasi secara
disfasia, apraksia, atau non verbal yang perlahan dan untuk
disleksia) bermakna mengulangi permintaan
17
menggunakan ekspresi keluarga secara teratur
wajah untuk memberi stimulus
Ketidaktepatan verbalisasi komunikasi
Defisit visual parsia I Anjurkan ekspresi diri
Pelo dengan cara lain dalam
18
perkembangan
Gangguan emosi
Kendala lingkungan
Kurang informasi
Hambatan fisik (mis :
trakeostomi, intubasi)
Kondisi psikologi (mis :
psikosis, kurang stimulus)
Harga diri rendah
situasional
Stress
Efek samping obat (mis :
agens farmaseutikal)
Pelemahan sistem
musculoskeletal
4 Intoleransi aktivitas NOC NIC
Definisi : Ketidakcukupan Energy conservation Activity Therapy
energi psikologis atau Activity tolerance Kolaborasikan dengan
fisiologis untuk melanjutkan Self Care : ADLs tenaga rehabilitasi medik
atau menyelesaikan Kriteria Hasil : dalam merencanakan
aktifitas kehidupan sehari- Berpartisipasi dalam program terapi yang tepat
hari yang harus atau yang aktivitas fisik tanpa disertai Bantu klien untuk
ingin dilakukan. peningkatan tekanan darah, mengidentifikasi aktivitas
Batasan Karakteristik : nadi dan RR yang mampu dilakukan
Respon tekanan darah Mampu melakukan Bantu untuk memilih
abnormal terhadap aktivitas sehari-hari (ADLs) aktivitas konsisten yang
aktivitas secara mandiri sesuai dengan kemampuan
Respon frekwensi jantung Tanda-tanda vital normal fisik, psikologi dan social
abnormal terhadap Energy psikomotor Bantu untuk
aktivitas Level kelemahan mengidentifikasi dan
19
Perubahan EKG yang Mampu berpindah: dengan mendapatkan sumber yang
mencerminkan aritmia atau tanpa bantuan alat diperlukan untuk aktivitas
Perubahan EKG yang Status kardiopulmunari yang diinginkan
mencerminkan iskemia adekuat Bantu untuk mendapatkan
Ketidaknyamanan setelah Sirkulasi status baik alat bantuan aktivitas
beraktivitas Status respirasi : pertukaran seperti kursi roda, krek
Dipsnea setelah gas dan ventilasi adekuat Bantu untuk
beraktivitas mengidentifikasi aktivitas
Menyatakan merasa letih yang disukai
20
Gangguan fase esofagus partikel padat ke dalam menjaga/Mempertahankan
Abnormalitas pada fase paru jalan napas
esofagus pada Status menelan : fase Posisi tegak 90 derajat atau
pemeriksaan menelan esofagus : penyaluran sejauh mungkin
Pernafasan bau asam cairan atau partikel padat Jauhkan manset trakea
Bruksisme dari faring ke lambung meningkat
Nyeri epigastrik, Nyeri ulu Status menelan : fase oral: Jauhkan pengaturan hisap
hati persiapan, penahanan, dan yang tersedia
Menolak makan pergerakan cairan atau Menyuapkan makanan
Hematemesis partikel padat ke arah dalam jumlah kecil
Hiperekstensi kepala (mis posterior di mulut Periksa penempatan tabung
: membungkuk pada saat Status menelan : fase faring NG atau
atau setelah makan) : penyaluran cairan atau gastrostomy sebelum
Bangun malam karena partikel padat dari mulut ke menyusui
mimpi buruk esophagus Periksa tabung NG atau
Batuk malam hari Kriteria Hasil : gastrostomy sisa sebelum
Terlihat bukti kesulitan Dapat mempertahankan makan
menelan (mis: statis makanan dalam mulut Hindari makan, jika residu
makanan pada rongga Kemampuan menelan tinggi tempat "pewarna"
mulut, batuk/tersedak) adekuat dalam tabung pengisi NG
Odinofagia Pengiriman bolus ke Hindari cairan atau
Regurgitasi isi lambung hipofaring selaras dengan menggunakan zat pengental
(sendawa bawah) refleks menelan Penawaran makanan atau
Menelan berulang Kemampuan untuk cairan yang dapat dibentuk
Keluhan "ada yang mengosongkan rongga menjadi bolus sebelum
menyangkut" mulut menelan
Kegelisahan yang tidak Mampu mengontrol mual & Potong makanan menjadi
jelas seputar waktu makan muntah potongan-potongan kecil
Pembatasan volume Imobilitas konsekuensi : Permintaan obat dalam
Muntah, Muntahan di fisiologis bentuk obat mujarab
bantal Pengetahuan tentang Istirahat atau
21
Gangguan fase oral prosedur pengobatan menghancurkan pil sebelum
Abnormalitas fase oral Tidak ada kerusakan otot pemberian
pada pemeniksaan tenggorong atau otot wajah, Jauhkan kepala tempat tidur
menelan menelan, menggerakkan ditinggikan 30 sampai 45
Tersedak sebelum lidah, atau refleks muntah menit setelah makan
menelan Pemulihan pasca prosedur Sarankan pidato/berbicara
Batuk sebelum menelan pengobatan patologi berkonsultasi,
Ngiler Kondisi pernapasan, sesuai
Makanan jatuh dari mulut ventilasi adekuat Sarankan barium menelan
Makanan terdorong keluar Mampu melakukan kue atau video fluoroskopi,
dari mulut perawatan terhadap non sesuai
Muntah sebelum menelan pengobatan parenteral
Ketidakmampuan Mengidentifikasi faktor
membersihkan rongga emosi atau psikologis yang
mulut menghambat menelan
Masuknya bolus terlalu Dapat mentoleransi ingesti
dini makanan tanpa tersedak
Bibir tidak menutup rapat atau aspirasi
Kurang mengunyah Menyusui adekuat
Kurang kerja lidah untuk Kondisi menelan bayi
membentuk bolus Memelihara Kondisi gizi :
Makan lama dengan makanan & asupan cairan
konsumsi sedikit ibu dan bayi
Refluks sedikit Hidrasi tidak ditemukan
Piecemeal deglutition Pengetahuan mengenai cara
Makanan terkumpul di menyusui
sulkus lateral Kondisi pernafasan adekuat
Sialorea Tidak terjadi gangguan
Pembentukan bolus terlalu neurologis
lambat
Kelemahan menghisap
22
yang mengakibatkan
ketidakcukupan mengatur
putting
Gangguan Fase Faring
Abnormalitas pada fase
faring pada pemeriksaan
menelan
Gangguan posisi kepala
Tersedak, Batuk
Keterlambatan menelan
Menolak makan, Muntah
Suara seperti kumur
Ketidakadekuatan elevasi
laring
Menelan berkali-kali
Refluks nasal
Infeksi paru berulang
Demam yang tidak jelas
penyebabnya
Faktor Yang
Berhubungan:
Defisit kongenital
Masalah perilaku makan
Gangguan dengan
hipotonia signifikan
Penyakit jantung
kongenita
Gagal bertumbuh
Riwayat makan dengan
selang
Obstruksi mekanis (mis :
23
edema, slang trakeostomi,
tumor)
Gangguan neuromuskular
(mis; penurunan atau
hilangnya refleks muntah,
penurunan kekuatan atau
ekskursi otot)
Malnutrisi energi-protein
Gangguan pernafasan
Anomali saluran nafas
atas
Masalah Neurologis
Akalasia
Defek anatomi didapat
Paralisis serebral
Gangguan saraf kranial
Keterlambatan
perkembangan
Abnormalitas orofaring
Prematuritas
Penyakit refluks
gastroesofagus
Abnormalitas laring
Defek laring, nasal,
rongga nasofaring, trakea,
esophagus
Trauma,Cedera kepala
traumatic
Anomali jalan nafas atas
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan
(faring).Faringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit
peradangan yang menyerang tenggorok atau faring.Kadang juga disebut
sebagai radang tenggorok.
Radang tenggorokan berarti dinding tenggorokan menebal atau
bengkak, berwarna lebih merah, ada bintik-bintik putih dan terasa sakit
bila menelan makanan.
Bakteri dan virus merupakan penyebab dari faringitis dan virus
merupakan menjadi penyebab terbanyak seperti virus epstein Barr (Epstein
Barr virus, EBV) disertai dengan gejala infeksi mononukleus seperti
splenomegali dan limfadenopati generalisita, infeksi virus campak,
Cytomegalovirus (CMV), virus rubella dan virus penyebab penyakit
respiratori seperti adenovirus, rhinovirus, dan virus parainfluenza.
Tanda dan gejala faringitis yaitu Awitan akut disertai mual muntah,
faring hiperemis, tonsil bengkak dengan eksudasi, kelenjar getah bening
leher anterior bengkak dan nyeri, uvula bengkak dan merah, ekskoriasi
hidung disertai lesi impetigo sekunder, ruam skarlitina, petekie palatinum
mole, nyeri tenggorok, nyeri telan, sulit menelan, mulut berbau dan
demam, tonsil hyperemia, otalgia (sakit di telinga).
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada klien dengan
faringitis yaitu:
1. Hipertermia b.d proses inflamasi pada tonsil
2. Nyeri akut b.d iritasi jalan napas atas sekunder akibat infeksi
3. Hambatan komunikasi verbal b.d iritasi jalan napas atas sekunder
akibat infeksi atau pembengkakan
25
4. Intoleransi aktivitas
5. Gangguan menelan b.d abnormalitas orofaring, gangguan neuro
muskuler (hilangnya reflek muntah)
B. Saran
Selaku penulis berharap kepada pembaca khususnya kepada
makasiswa/i fakultas ilmu kesehatan agar dapat meningkatkan lagi
dibidang ilmu dan pengetahuan yang dimiliki dibidang keperawatan
khususnya dalam membuat asuhan keperawatan.
26
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku wajib
Amin Huda Nuarif dan Hardi Kusuma (2015) Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasaran Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC
B. Website
1. https://kupdf.net/queue/laporan-pendahuluan-
faringitis_5b0b62ade2b6f5794dd0000e_pdf?queue_id=-
1&x=1557577851&z=MTQwLjIxMy4xOC40OA
Diakses pada tanggal 10 Mei 2019 pukul 18.15 WIB
2. http://aineni.blogspot.com/2013/04/asuhan-keperawatan-faringitis.html
Diakses pada tanggal 10 Mei 2019 pukul 18.20 WIB
3. https://www.kompasiana.com/apikcatures/54f8ed78a333115d158b49f
8/asuhan-keperawatan-faringitis?page=all
Diakses pada tanggal 10 Mei 2019 pukul 19.00 WIB