Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN MENGENAI PENYAKIT

FARINGITIS

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah

Keperawatan Medikal Bedah I

Disusun oleh:

Linda Nurjanah (701170017)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BALE BANDUNG

2019
LEMBAR PENILAIAN TUGAS

MAKALAH INI TELAH DIPERIKSA

di Bandung tanggal: ..............

dengan Nilai Angka: .............

Dosen Mata Kuliah,

Tri Nugroho Wismadi, S.Kp.,MPH

NIDN: 0402066501

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Faringitis kadang juga disebut sebagai radang tenggorok.
Faringitis-Viral (Faringitis karena Virus) adalah peradangan pharynx
(bagian tenggorokan antara amandel dan pangkal tenggorokan) yang
disebabkan oleh virus. Selain virus, bakteri juga dapat menyebabkan
perdadangan. Namun yang paling umum penyebab peradangan adalah
virus. Ketika di tenggorokan tidak ditemukan bakteri penyebab gejala,
kemungkinan besar faringitis disebabkan virus. Peradangan ini
mengkibatkan sakit tenggorokan. Faringitis dapat terjadi sebagai bagian
dari infeksi virus yang juga melibatkan sistem organ lain, seperti paru-paru
atau usus.
Faringitis terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis
kelamin, tetapi frekuensi yang paling tinggi terjadi pada anak-anak.
Faringitis akut jarang ditemukan pada usia di bawah 1 tahun. Insidensinya
meningkat dan mencapai puncaknya pada usia 4-7 tahun, tetapi tetap
berlanjut sepanjang akhir masa anak-anak dan kehidupan dewasa.
Kematian yang diakibatkan faringitis jarang terjadi, tetapi dapat terjadi
sebagai hasil dari komplikasi penyakit ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu faringitis?
2. Apa penyebab faringitis?
3. Bagaimana tanda dan gejala faringitis?
4. Bagaimana asuhan keperawatan mengenai faringitis?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan umum

1
Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan mengenai
penyakit faringitis
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat memahami definisi faringitis
b. Mahasiswa dapat memahami penyebab faringitis
c. Mahasiswa dapat memahami tanda dan gejala faringitis
d. Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan faringitis
3. Manfaat bagi penulis
Menambah wawasan khususnya dalam pembahasan materi
asuhan keperawatan penyakit faringitis.
4. Manfaat bagi pembaca
Mendapatkan informasi dan ilmu mengenai asuhan keperawatan
pada pasien dengan gagal ginjal.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Definisi
Faringitis adalah inflamasi atau infeksi dari membran mukosa
faring atau dapat juga tonsilopalatina. Faringitis akut biasanya
merupakan bagian dari infeksi akut orofaring yaitu tonsilofaringitis
akut atau bagian dari influenza (rinofaringitis) (Departemen
Kesehatan, 2007).
Faringitis ( pharyngitis) adalah suatu penyakit peradangan yang
menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau
virus tertentu. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. Radang
tenggorokan berarti dinding tenggorokan menebal atau bengkak,
berwarna lebih merah, ada bintik-bintik putih dan terasa sakit bila
menelan makanan.
Faringitis akutmerupakan istilah yang digunakan untuk
menunjukkan semua infeksi akut pada faring tonsilitis
(tonsilofaringitis) yang berlangsung hingga 14 hari dan merupakan
peradangan akut membran mukosa faring dan struktur lain
disekitarnya. Karena letaknya yang sangat dekat dengan hidunng dan
tonsil, jarang terjadi hanya pada tonsillitis namun juga mencakup
nasofaringitis, dan tonsilofaringitis dan ditandai dengan keluhan nyeri
tenggorok. Faringitis streptokokus beta hemolitikus grup A (SBHGA)
adalah infeksi akut orofaring dan/atau nasofaring oleh SBHGA.
(Raharjoe, 2012)
2. Etiologi
Bakteri dan virus merupakan penyebab dari faringitis dan virus
merupakan menjadi penyebab terbanyak seperti

3
a. Virus epstein Barr (Epstein Barr virus, EBV) disertai dengan gejala
infeksi mononukleus seperti splenomegali dan limfadenopati
generalisita
b. Infeksi virus campak
c. Cytomegalovirus (CMV)
d. Virus rubella
e. Virus penyebab penyakit respiratori seperti adenovirus, rhinovirus,
dan virus parainfluenza

Mikroorganisme penyebab faringitis akut

Mikroorganisme
Bakteri
Streptokokus, grup A Farongitis, tonsilitis, demam scarlet
Streptokokus, grup C dan G Farongitis, tonsilitis, scarlatiniform
Campuran bakteri anaerob Vincent’s angina
Neisseria gonorrhoeae Faringitis, tonsilitis
Corunebacterium diphtheriae Difteri
Arcanobacterium haemolytcum Faringitis, scarlatiniform
Yersinia enterocolitica Faringitis, enterokolitis
Yersinia pestis Plague
Francisella tularensis Tularemia (oropharyngeal form)
Virus
Virus rhino Common cold/rhinitis
Virus corona Common cold
Virus adeno Pharyngoconjunctival fever, IRA
Virus herpes simplex 1 & 2 Faringitis, gingivostomatitis
Virus parainfluenza Cold croup
Virus coxsackie A Heparangina. Hand-foot-and-mout disease
Virus epstein-barr Infeksi mononucleosis
Virus sitomegalo Mononucleosis viris sitomegalo

4
Human imunodeficiency virus Infeksi HIV primer
Virus influenza A dan B Influenza
Mikoplasma
Mycoplasma pneumoniae Pneumoniae, bronchitis, faringitis
Klamidia
Chlamydia psittaci IRA, pneumonia
C.Pneumoniae Pneumonia, faringitis
Sumber: clinical infectious diseases 1997;25:574-83 (Buku ajar respirologi anak)
(aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis NANDA NIC-NOC)

3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala faringitis;
a. Awitan akut disertai mual muntah
b. Faring hiperemis
c. Tonsil bengkak dengan eksudasi
d. Kelenjar getah bening leher anterior bengkak dan nyeri
e. Uvula bengkak dan merah
f. Ekskoriasi hidung disertai lesi impetigo sekunder
g. Ruam skarlitina
h. Petekie palatinum mole
i. Nyeri tenggorok, nyeri telan, sulit menelan, mulut berbau
j. Demam, tonsil hyperemia, otalgia (sakit di telinga)
4. Pemeriksaan penunjang
a. Leukosit: terjadi peningkatan
b. Hemoglobin: terjadi penurunan
c. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas
obat
5. Penatalaksanaan
a. Tata laksana umum
1) Istirahat cukup dan pemberian nutrisi dan cairan yang cukup

5
2) Pemberian obat kumur dan obat hisap pada anak yang lebih
besar untuk mengurangi nyeri tenggorokan
3) Pemberian antipiretik, dianjurkan parasetamol atau ibuprofen
b. Terapi antibiotik
Pemberian antibiotik harus berdasarkan gejala klinis dugaan
faringitis steptokokus dan diharapkan didukung hasil rapid sntigen
detection test dan/atau kultur positif dari usap tenggorok.
Antibiotik epmpiris dapat diberikan pada anak dengan klinis
mengarah ke faringitis steptokokus, tampak toksik dan tidak ada
fasilitas pemeriksaan laboratorium. Golongan penisilin (pilihan
untuk faringitis streptokokus) yaitu penisilin V oral 15-30
mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis selama 10 hari atau amoksisilin
50mg/kgBB/hari di bagi 2 selama 6 hari. Bila alergi penisilin dapat
diberikan
1) Eritromisin estolat 20-40 mg/kgBB/hari dengan pemberian 2,3
atau 4 kali perhari selama 10 hari
2) Eritromisin etil suksinat 40 mh/kgBB/hari
3) Mikrolid baru misalnya azitromisin dosis tunggal 10
mg/kgBB/hari selama 3 hari

Penanganan faringitis streptokokus persisten antara lain:

1) Klindamisin oral 20-30 mg/kgBB/hari (10 hari) atau


2) Amoksisilin clavulanat 40 mg/kgBB/hari terbagi 3 dosis
selama 10 hari atau
3) Injeksi benzathine penicillin G intramuskular, dosis tunggal
600.000 IU (BB<30 kg) atau 1.200.000 IU (BB>30 kg).
6. Masalah yang lazim muncul
a. Hipertermia b.d proses inflamasi pada tonsil (hal.284)
b. Nyeri akut b.d iritasi jalan napas atas sekunder akibat infeksi
(hal.317)

6
c. Hambatan komunikasi verbal b.d iritasi jalan napas atas sekunder
akibat infeksi atau pembengkakan (hal.280)
d. Intoleransi aktivitas (hal.290)
e. Gangguan menelan b.d abnormalitas orofaring, gangguan neuro
muskuler (hilangnya reflek muntah) (hal.270)
7. Discharge planning
a. Menghindari makanan dan minuman yang bersifat dingin
b. Menghindari makanan yang memakai perasa dan bahan pengawet
c. Memakai masker di kawasan yang berdebu dan berpolusi
d. Minum suplemen dan olahraga secara teratur untuk menjaga daya
tahan tubuh
e. Berkumur-kumur dengan air garam minimal 3-4 kali sehari
f. Mengkompres dengan air hangat pada leher
g. Istirahat dan tidur yang cukup
8. Patofisiologi

in patogen
Invasi kuman Penyebaran limfogen Faring & tonsil
(bakteri/virus)

Tonsilitis akut Proses inflamasi

Edema tonsil Hipertermi Tonsil & adenoid membesar

Nyeri telan
Obstruksi pada tuba eustaktil

Sulit makan & minum Nyeri

Infeksi sekunder

Gangguan menelan Kurangnya pendengaran

Otitis media
Gangguan persepsi atau
sensori pendengaran
7
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Biodata
a. Identitas klien
Nama Klien :
Jenis Kelamin :
Umur :
Agama :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Alamat :
Suku Bangsa :
Tanggal masuk RS :
Tanggal Pengkajian :
Diagnosa Medis :
b. Identitas penanggung jawab
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Hubungan dengan klien :
2. Keluhan/ Pengkajian
a. Keluhan utama
Klien masuk RS dengan keluhan utama demam
b. Riwayat kesehatan sekarang
Bibir klien tampak kering dan pucat, terpasang IVFD RL 20
tpm,klien mengatakan sakit tenggorokan, nafsu makan kurang,
badan klien lemas, dan suhu klien : 39,2℃
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Keluarga Klien mengatakan sebelumnya klien belum pernah
dirawat di rumah sakit dengan penyakit yang sama seperti
sekarang, klien tidak pernah menderita penyakit lain, klien juga
tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan maupun obat.

8
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran umum : Compos Mentis
Compos mentis adalah keadaan normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan di sekelilingnya.
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah :-
Suhu : 38,7°C
Pernapasan : 24x/i
Nadi : 80 x/i
c. Sistem pernafasan
Hidung : secret (-)
Leher : Pembesaran kelenjar dan tumor (-)
Dada : Besar dan gerak dada normal
Tenggorokan : Adanya rasa nyeri
d. Sistem kardiovaskuler
Bising jantung (-)
e. Sistem pencernaan
Bibir : kering
Mulut : Kurang bersih
Abdomen : tidak terdapat luka
Klien mempunyai masalah pada nafsu makan
f. Sistem indra
Telinga : pendengaran normal
Mata : tidak ada kelainan
g. Sistem saraf
Fungsi serebral
Tingkat kesadaran : Compos mentis
h. Fungsi Cranial
Nervus I : normal
Nervus II : Penglihatan Normal
Nervus III, IV, VI: Pergerakan bola mata ke segala arah normal

9
Nervus V : Refleks mengunyah baik
Nervus VII : Ekspresi wajah pucat
Nervus VIII : Pendengaran baik
Nervus IX dan XII : Pergerakan lidah baik
Nervus X : Klien tidak menelan dengan baik
Nervus XI : mampu menggerakkan kepala ke segala arah.
Klien Nampak gelisah
Klien mengalami sulit tidur (insomnia)
i. Sistem endokrin
Tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid, Tidak ada riwayat DM
j. Sistem urinaria
BAK : Baik ( Tidak ada keluhan saat miksi)
BAB : Baik (Tidak ada kesulitan saat BAB)
k. Sistem reproduksi
Tidak dilakukan pengkajian
l. Sistem imun
Terjadi penurunan kekebalan tubuh
m. Sistem integument
Rambut : Kurang bersih
Kulit : Akral Hangat
Kuku : pendek, dan cukup bersih
n. Sistem muskulus keletal
Klien Nampak lemah
4. Diagnosa keperawatan
a. Hipertermia b.d proses inflamasi pada tonsil (hal.284)
b. Nyeri akut b.d iritasi jalan napas atas sekunder akibat infeksi
(hal.317)
c. Hambatan komunikasi verbal b.d iritasi jalan napas atas sekunder
akibat infeksi atau pembengkakan (hal.280)
d. Intoleransi aktivitas (hal.290)

10
e. Gangguan menelan b.d abnormalitas orofaring, gangguan neuro
muskuler (hilangnya reflek muntah) (hal.270)
5. Intervensi NANDA NIC-NOC
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1 Hipertermia NOC NIC
Definisi: peningkatan suhu Thermoregulation Fever treatment
tubuh diatas kirasan normal Kriteria hasil:  Monitor suhu sesering
Batasan karakteristik:  Suhu tubuh dalam rentang mungkin
 Konvusi normal  Monitor IWL
 Kulit kemerahan  Nadi dan RR dalam rentang  Monitor warna dan suhu
 Peningkatan suhu tubuh normal kulit
diatas kisaran normal  Tidak ada perubahan warna  Monitor tekanan darah,
 Kejang kulit dan tidak ada pusing nadi, RR
 Takikardi  Monitor penurunan tingkat
 Takipnea kesadaran
 Kulit terasa hangat  Monitor WBC, Hb, dan Hct
Faktor-faktor yang  Monitor intake dan output
berhubungan:  Berikan antipiretik
 Anastesia  Berikan pengobatan untuk
 Penurunan respirasi mengatasi penyebab demam
 Dehidrasi  Selimuti pasien
 Pemajanan lingkungan  Lakukan tapid sponge
yang panas  Kolaborasi pemberian
 Penyakit cairan intravena
 Pemakaian pakaian yang  Kompres pasien pada lipat
tidak sesuai dengan suhu paha dan aksila
lingkungan  Tingkatkan sirkulasi udara
 Peningkatan laju  Berikan pengobatan untuk
metabolisme mencegah terjadinya
 Medikasi menggigil

11
 Trauma Tremperature regulation
 Aktivitas berlebihan  Monitor suhu minimal tiap
2 jam
 Rencanakan monitoring
suhu secara kontinu
 Monitor TD, nadi, dan RR
 Monitor warna dan suhu
kulit
 Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
 Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
 Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
 Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek
negatif dari kedinginan
 Beritahukan tentang
indikasi terjadinya keletihan
dan penanganan emergency
yang diperlukan
 Ajarkan indikasi dan
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
 Berikan antipiretik jika

12
perlu.
Vital sign monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu, RR
 Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
 Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk atau
berdiri
 Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan
irama pernafasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernafasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Indentifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2 Nyeri akut NOC NIC
Definisi: pengalaman  Pain lavel Pain manajemen

13
sensori dan emosional yang  Pain control  Melakukan pengkajian
tidak menyenangkan yang  Comfort level nyeri secara komprehensif
muncul akibat kerusakan Kriteria hasil termasuk lokasi,
jaringan yang aktual atau  Mampu mengontrol nyeri karakteristik, durasi,
potensial atau digambarkan (tahu menyebab nyeri, frekuensi, kualitas dan
dalam hal kerusakan mampu menggunakan faktor presipitasi
sedemikian rupa tekhnik non farmakologi  Observasi reaksi non verbal
(international association for untuk mengurangi nyeri, dari ketidaknyamanan
the study of pain): awitan mencari bantuan)  Gunakan tekhnik
yang tiba-tiba atau lambat  Melaporkan bahwa nyeri komunikasi terapeutik
dari intensitas ringan hingga berkurang dengan untuk mengetahui
berat dengan akhir yang menggunakan manajemen pengalaman nyeri pasien
dapat diantisipasi atau nyeri  Kaji kultur yang
diprediksi dan berlangsung  Mempu mengenali nyeri mempengaruhi rasa nyeri
<6 bulan. (skala, intensitas, frekuensi,  Evaluasi pengalaman nyeri
Batasan karakteristik: dan tanda nyeri) masa lampau
 Perubahan selera makan  Menyatakan rasa nyaman  Evaluasi bersama pasien
 Perubahan tekanan darah setelah nyeri berkurang dan tim kesehatan lain
 Perubahan frekuensi tentang ketidak efektifan
jantung kontrol nyeri masa lampau
 Perubahan frekuensi  Bantu pasien dan keluarga
pernapasan untuk mencari dan
 Laporan isyarat menentukan dukungan.
 Diaforesis  Kontrol lingkungan yang
 Perilaku distraksi dapat mempengaruhi nyeri
(mis;berjalan mondar seperti suhu ruangan,
mandir mencari orang lain pencahayaan dan
dan atau aktivitas lain, kebisingan
aktivitas yang berulang)  Kurangi faktor presipitasi
 Mengekspresikan perilaku nyeri

14
(mis; gelisah, merengek,  Pilih dan lakukan
menangis) penanganan nyeri
 Masker wajah (mis; mata (farmakologi, non
kurang bercahaya, tampak farmakologi dan inter
kacau, gerakan mata personal)
bencar atau tetap pada  Kaji tipe dan sumber nyeri
satu fokus, meringis) untuk menentukan
 Sikap melindungi rasa intervensi
area nyeri  Ajarkan tentang teknik non
 Fokus menyempit (mis; farmakologi
gangguan persepsi nyeri,  Berikan anaIgetik untuk
hambatan proses berfikir, mengurangi nyeri
penurunan interaksi  Evaluasi keefektifan kontrol
dengan orang dan nyeri
lingkungan)  Tingkatkan istirahat
 Indikasi nyeri yang dapat  Kolaborasikan dengan
diamati dokter jika ada keluhan dan
 Perubahan posisi untuk tindakan nyeri tidak
menghindari nyeri berhasil
 Sikap tubuh melindungi  Monitor penerimaan pasien
 Dilatasi pupil tentang manajemen nyeri
 Melaporkan nyeri secara Analgesic Administration
verbal  Tentukan lokasi,
 Gangguan tidur karakteristik, kualitas, dan
Faktor yang berhubungan: derajat nyeri sebelum
 Agen cedera (mis.biologis, pemberian obat
Zatkimia,fisik,psikologis)  Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi
 Cek riwayat alergi

15
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
 Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
 Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
 Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
 Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
 Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
3 Hambatan komunikasi NOC NIC
verbal  Anxiety self control Communication
Definisi : penurunan,  Coping Enhancement : Speech
kelambatan, atau ketiadaan  Sensory function: hearing & Deficit
kemampuan untuk vision  Gunakan penerjemah , jika
menerima, memproses,  Fear sef control diperlukan
mengirim, dan/atau Kriteria Hasil :  Beri satu kalimat simple
menggunakan sistem simbol  Komunikasi: penerimaan, setiap bertemu, jika
Batasan Karakteristik : intrepretasi dan ekspresi diperlukan

16
 Tidak ada kontak mata pesan lisan, tulisan, dan non  Konsultasikan dengan
 Tidak dapat bicara verbal meningkat dokter kebutuhan terapi
 Kesulitan  Komunikasi ekspresif bicara
mengekspresikan pikiran (kesulitan berbicara) :  Dorong pasien untuk
secera verbal (mis, afasia, ekspresi pesan verbal dan berkomunikasi secara
disfasia, apraksia, atau non verbal yang perlahan dan untuk
disleksia) bermakna mengulangi permintaan

 Kesulitan menyusun  Komunikasi reseptif  Dengarkan dengan penuh

kalimat (kesutitan mendengar) : perhatian

 Kesulitan menyusun kata- penerimaan komunikasi dan  Berdiri didepan pasien

kata (mis : afonia, dislalia, intrepretasi pesan verbal ketika berbicara

disartria) dan/atau non verbal  Gunakan kartu baca, kertas,

 Kesulitan memahami pola  Gerakan Terkoordinasi : pensil, bahasa tubuh,

komunikasi yang biasa mampu mengkoordinasi gambar, daftar kosakata


gerakan dalam bahasa asing, computer, dan
 Kesulitan dalam kehadiran
menggunakan isyarat lain-lain untuk
tertentu
 Pengolahan informasi : memfasilitasi komunikasi
 Kesulitan menggunakan
klien mampu untuk dua arah yang optimal
ekspresi wajah
memperoleh, mengatur, dan  Ajarkan bicara dari
 Disorientasi orang
menggunakan informasi esophagus, jika diperlukan
 Disorientasi ruang
 Mampu mengontrol respon  Beri anjuran kepada pasien
 Disorientasi waktu
ketakutan dan kecemasan dan keluarga tentang
 Tidak bicara
terhadap ketidakmampuan penggunaan alat bantu
 Dispnea
berbicara bicara (misalnya, prostesi
 Ketidakmampuan bicara
 Mampu memanajemen trakeoesofagus dan laring
dalam bahasa pemberi
kemampuan fisik yang di buatan
asuhan
miliki  Berikan pujian positive jika
 Ketidakmampuan
 Mampu diperlukan
menggunakan ekspresi
mengkomunikasikan  Anjurkan pada pertemuan
tubuh
kebutuhan dengan kelompok
 Ketidakmampuan
lingkungan sosial  Anjurkan kunjungan

17
menggunakan ekspresi keluarga secara teratur
wajah untuk memberi stimulus
 Ketidaktepatan verbalisasi komunikasi
 Defisit visual parsia I  Anjurkan ekspresi diri
 Pelo dengan cara lain dalam

 Sulit bicara menyampaikan informasi

 Gagap (bahasa isyarat)

 Defisit penglihatan total Communication

 Bicara dengan kesulitan Enhancement : Hearing


Deficit
 Menolak bicara
Communication
Faktor Yang
Enhancement : Visual
Berhubungan:
Deficit
 Ketiadaan orang terdekat
Anxiety Reduction
 Perubahan konsep diri
Active Listening
 Perubahan sistem saraf
pusat
 Defek anatomis (mis :
celah palatum, perubahan
neuromuskular pada
sistem penglihatan,
pendengaran, dan aparatus
fonatori)
 Tumor otak
 Harga diri rendah kronik
 Perubahan harga diri
 Perbedaan budaya
 Penurunan sirkulasi ke
otak
 Perbedaan yang
berhubungan dengan usia

18
perkembangan
 Gangguan emosi
 Kendala lingkungan
 Kurang informasi
 Hambatan fisik (mis :
trakeostomi, intubasi)
 Kondisi psikologi (mis :
psikosis, kurang stimulus)
 Harga diri rendah
situasional
 Stress
 Efek samping obat (mis :
agens farmaseutikal)
 Pelemahan sistem
musculoskeletal
4 Intoleransi aktivitas NOC NIC
Definisi : Ketidakcukupan  Energy conservation Activity Therapy
energi psikologis atau  Activity tolerance  Kolaborasikan dengan
fisiologis untuk melanjutkan  Self Care : ADLs tenaga rehabilitasi medik
atau menyelesaikan Kriteria Hasil : dalam merencanakan
aktifitas kehidupan sehari-  Berpartisipasi dalam program terapi yang tepat
hari yang harus atau yang aktivitas fisik tanpa disertai  Bantu klien untuk
ingin dilakukan. peningkatan tekanan darah, mengidentifikasi aktivitas
Batasan Karakteristik : nadi dan RR yang mampu dilakukan
 Respon tekanan darah  Mampu melakukan  Bantu untuk memilih
abnormal terhadap aktivitas sehari-hari (ADLs) aktivitas konsisten yang
aktivitas secara mandiri sesuai dengan kemampuan
 Respon frekwensi jantung  Tanda-tanda vital normal fisik, psikologi dan social
abnormal terhadap  Energy psikomotor  Bantu untuk
aktivitas  Level kelemahan mengidentifikasi dan

19
 Perubahan EKG yang  Mampu berpindah: dengan mendapatkan sumber yang
mencerminkan aritmia atau tanpa bantuan alat diperlukan untuk aktivitas
 Perubahan EKG yang  Status kardiopulmunari yang diinginkan
mencerminkan iskemia adekuat  Bantu untuk mendapatkan
 Ketidaknyamanan setelah  Sirkulasi status baik alat bantuan aktivitas
beraktivitas  Status respirasi : pertukaran seperti kursi roda, krek
 Dipsnea setelah gas dan ventilasi adekuat  Bantu untuk
beraktivitas mengidentifikasi aktivitas
 Menyatakan merasa letih yang disukai

 Menyatakan merasa lemah  Bantu klien untuk membuat


Faktor Yang jadwal latihan diwaktu
Berhubungan: luang

 Tirah Baring atau  Bantu pasien/keluarga


imobilisasi untuk mengidentifikasi

 Kelemahan umum kekurangan dalam

 Ketidakseimbangan antara beraktivitas

suplai dan kebutuhan  Sediakan penguatan positif

oksigen bagi yang aktif beraktivitas

 Imobilitas  Bantu pasien untuk

 Gaya hidup monoton mengembangkan motivasi


diri dan penguatan
 Monitor respon fisik, emosi,
social dan spiritual
5 Gangguan menelan NOC NIC
Definisi : abnormal fungsi  Pencegahan aspirasi Aspiration Precautions
mekanisme menelan yang  Ketidakefektifan pola  Memantau tingkat
dikaitkan dengan defisit menyusui kesadaran, refleks batuk,
struktur atau fungsi oral,  Status menelan : tindakan refleks muntah, dan
faring, atau esofagus. pribadi untuk mencegah kemampuan menelan
Batasan Karakteristik : pengeluaran cairan dan  Memonitor status paru

20
Gangguan fase esofagus partikel padat ke dalam menjaga/Mempertahankan
 Abnormalitas pada fase paru jalan napas
esofagus pada  Status menelan : fase  Posisi tegak 90 derajat atau
pemeriksaan menelan esofagus : penyaluran sejauh mungkin
 Pernafasan bau asam cairan atau partikel padat  Jauhkan manset trakea
 Bruksisme dari faring ke lambung meningkat
 Nyeri epigastrik, Nyeri ulu  Status menelan : fase oral:  Jauhkan pengaturan hisap
hati persiapan, penahanan, dan yang tersedia
 Menolak makan pergerakan cairan atau  Menyuapkan makanan
 Hematemesis partikel padat ke arah dalam jumlah kecil
 Hiperekstensi kepala (mis posterior di mulut  Periksa penempatan tabung
: membungkuk pada saat  Status menelan : fase faring NG atau
atau setelah makan) : penyaluran cairan atau gastrostomy sebelum
 Bangun malam karena partikel padat dari mulut ke menyusui
mimpi buruk esophagus  Periksa tabung NG atau
 Batuk malam hari Kriteria Hasil : gastrostomy sisa sebelum
 Terlihat bukti kesulitan  Dapat mempertahankan makan
menelan (mis: statis makanan dalam mulut  Hindari makan, jika residu
makanan pada rongga  Kemampuan menelan tinggi tempat "pewarna"
mulut, batuk/tersedak) adekuat dalam tabung pengisi NG
 Odinofagia  Pengiriman bolus ke  Hindari cairan atau
 Regurgitasi isi lambung hipofaring selaras dengan menggunakan zat pengental
(sendawa bawah) refleks menelan  Penawaran makanan atau
 Menelan berulang  Kemampuan untuk cairan yang dapat dibentuk
 Keluhan "ada yang mengosongkan rongga menjadi bolus sebelum
menyangkut" mulut menelan
 Kegelisahan yang tidak  Mampu mengontrol mual &  Potong makanan menjadi
jelas seputar waktu makan muntah potongan-potongan kecil
 Pembatasan volume  Imobilitas konsekuensi :  Permintaan obat dalam
 Muntah, Muntahan di fisiologis bentuk obat mujarab
bantal  Pengetahuan tentang  Istirahat atau

21
Gangguan fase oral prosedur pengobatan menghancurkan pil sebelum
 Abnormalitas fase oral  Tidak ada kerusakan otot pemberian
pada pemeniksaan tenggorong atau otot wajah,  Jauhkan kepala tempat tidur
menelan menelan, menggerakkan ditinggikan 30 sampai 45
 Tersedak sebelum lidah, atau refleks muntah menit setelah makan
menelan  Pemulihan pasca prosedur  Sarankan pidato/berbicara
 Batuk sebelum menelan pengobatan patologi berkonsultasi,
 Ngiler  Kondisi pernapasan, sesuai
 Makanan jatuh dari mulut ventilasi adekuat  Sarankan barium menelan
 Makanan terdorong keluar  Mampu melakukan kue atau video fluoroskopi,
dari mulut perawatan terhadap non sesuai
 Muntah sebelum menelan pengobatan parenteral
 Ketidakmampuan  Mengidentifikasi faktor
membersihkan rongga emosi atau psikologis yang
mulut menghambat menelan
 Masuknya bolus terlalu  Dapat mentoleransi ingesti
dini makanan tanpa tersedak
 Bibir tidak menutup rapat atau aspirasi
 Kurang mengunyah  Menyusui adekuat
 Kurang kerja lidah untuk  Kondisi menelan bayi
membentuk bolus  Memelihara Kondisi gizi :
 Makan lama dengan makanan & asupan cairan
konsumsi sedikit ibu dan bayi
 Refluks sedikit  Hidrasi tidak ditemukan
 Piecemeal deglutition  Pengetahuan mengenai cara
 Makanan terkumpul di menyusui
sulkus lateral  Kondisi pernafasan adekuat
 Sialorea  Tidak terjadi gangguan
 Pembentukan bolus terlalu neurologis
lambat
 Kelemahan menghisap

22
yang mengakibatkan
ketidakcukupan mengatur
putting
Gangguan Fase Faring
 Abnormalitas pada fase
faring pada pemeriksaan
menelan
 Gangguan posisi kepala
 Tersedak, Batuk
 Keterlambatan menelan
 Menolak makan, Muntah
 Suara seperti kumur
 Ketidakadekuatan elevasi
laring
 Menelan berkali-kali
 Refluks nasal
 Infeksi paru berulang
 Demam yang tidak jelas
penyebabnya
Faktor Yang
Berhubungan:
Defisit kongenital
 Masalah perilaku makan
 Gangguan dengan
hipotonia signifikan
 Penyakit jantung
kongenita
 Gagal bertumbuh
 Riwayat makan dengan
selang
 Obstruksi mekanis (mis :

23
edema, slang trakeostomi,
tumor)
 Gangguan neuromuskular
(mis; penurunan atau
hilangnya refleks muntah,
penurunan kekuatan atau
ekskursi otot)
 Malnutrisi energi-protein
 Gangguan pernafasan
 Anomali saluran nafas
atas
Masalah Neurologis
 Akalasia
 Defek anatomi didapat
 Paralisis serebral
 Gangguan saraf kranial
 Keterlambatan
perkembangan
 Abnormalitas orofaring
 Prematuritas
 Penyakit refluks
gastroesofagus
 Abnormalitas laring
 Defek laring, nasal,
rongga nasofaring, trakea,
esophagus
 Trauma,Cedera kepala
traumatic
 Anomali jalan nafas atas

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan
(faring).Faringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit
peradangan yang menyerang tenggorok atau faring.Kadang juga disebut
sebagai radang tenggorok.
Radang tenggorokan berarti dinding tenggorokan menebal atau
bengkak, berwarna lebih merah, ada bintik-bintik putih dan terasa sakit
bila menelan makanan.
Bakteri dan virus merupakan penyebab dari faringitis dan virus
merupakan menjadi penyebab terbanyak seperti virus epstein Barr (Epstein
Barr virus, EBV) disertai dengan gejala infeksi mononukleus seperti
splenomegali dan limfadenopati generalisita, infeksi virus campak,
Cytomegalovirus (CMV), virus rubella dan virus penyebab penyakit
respiratori seperti adenovirus, rhinovirus, dan virus parainfluenza.
Tanda dan gejala faringitis yaitu Awitan akut disertai mual muntah,
faring hiperemis, tonsil bengkak dengan eksudasi, kelenjar getah bening
leher anterior bengkak dan nyeri, uvula bengkak dan merah, ekskoriasi
hidung disertai lesi impetigo sekunder, ruam skarlitina, petekie palatinum
mole, nyeri tenggorok, nyeri telan, sulit menelan, mulut berbau dan
demam, tonsil hyperemia, otalgia (sakit di telinga).
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada klien dengan
faringitis yaitu:
1. Hipertermia b.d proses inflamasi pada tonsil
2. Nyeri akut b.d iritasi jalan napas atas sekunder akibat infeksi
3. Hambatan komunikasi verbal b.d iritasi jalan napas atas sekunder
akibat infeksi atau pembengkakan

25
4. Intoleransi aktivitas
5. Gangguan menelan b.d abnormalitas orofaring, gangguan neuro
muskuler (hilangnya reflek muntah)
B. Saran
Selaku penulis berharap kepada pembaca khususnya kepada
makasiswa/i fakultas ilmu kesehatan agar dapat meningkatkan lagi
dibidang ilmu dan pengetahuan yang dimiliki dibidang keperawatan
khususnya dalam membuat asuhan keperawatan.

26
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku wajib
Amin Huda Nuarif dan Hardi Kusuma (2015) Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasaran Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC
B. Website
1. https://kupdf.net/queue/laporan-pendahuluan-
faringitis_5b0b62ade2b6f5794dd0000e_pdf?queue_id=-
1&x=1557577851&z=MTQwLjIxMy4xOC40OA
Diakses pada tanggal 10 Mei 2019 pukul 18.15 WIB
2. http://aineni.blogspot.com/2013/04/asuhan-keperawatan-faringitis.html
Diakses pada tanggal 10 Mei 2019 pukul 18.20 WIB
3. https://www.kompasiana.com/apikcatures/54f8ed78a333115d158b49f
8/asuhan-keperawatan-faringitis?page=all
Diakses pada tanggal 10 Mei 2019 pukul 19.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai