Disusun oleh :
2019
Daftar Isi
BAB I......................................................................................................................................2
PENDAHULUAN..................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum...............................................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus..............................................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian...........................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................7
LANDASAN TEORI..............................................................................................................7
2.1 Hospitalisasi Pada Anak..................................................................................................7
2.2 Kecemasan......................................................................................................................12
2.3 Terapi Bermain..............................................................................................................16
2.4 Penelitian Yang Relevan................................................................................................22
2.5 Kerangka Teori..............................................................................................................23
BAB III...................................................................................................................................1
METODE PENELITIAN......................................................................................................1
3.1 Rencana Penelitian...........................................................................................................1
3.2 Kerangka Konsep.............................................................................................................2
3.3 Hipotesis............................................................................................................................2
3.4 Variabel dan Definisi Operasional..................................................................................2
3.5 Populasi dan Sample Penelitian......................................................................................4
3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................................................5
3.7 Pengumpulan Data...........................................................................................................5
3.7.1 Instrumen Penelitian.....................................................................................................5
i
3.7.2 Validitas dan Reliabilitas..............................................................................................6
3.7.3 Metode dan Prosedur Pengumpulan Data..................................................................7
3.8 Pengolahan dan Analisa Data.........................................................................................7
3.8 Etika Penelitian................................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
2005). Salah satu cara yang efektif untuk mengurangi kecemasan akibat
dampak hospitalisasi anak yaitu dengan terapi bermain. Bermain bermanfaat
bagi anak yang di rawat di rumah sakit, dengan bermain anak dapat teralihkan
dari ketidak nyamanan serta rasa takut pada saat pemberian tindakan
keperawatan.
4
permusuhan dan agresi tanpa takut dimarahi oleh perawat. Anak juga akan
memperoleh kegembiraan dan kesenangan yang membuatnya lebih kooperatif
terhadap tindakan keperawatan selama hospitalisasi.
Dengan tidak adanya program terapi bermain pada ruang rawat anak di
RSUD Soreang, sehingga menarik peneliti untuk melakukan penelitian
tentang “Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kecemasan pada Anak
yang Mengalami Hospitalisasi di RSUD Soreang”.
5
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada anak usia yang
mengalami hospitalisasi sebelum diberikan terapi bermain di
RSUD Soreang.
1. Manfaat Teoritik
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
6
1) Meningkatkan pengetahuan perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan tentang manfaat terapi bermain
bagi anak yang mengalami kecemasan akibat
hospitalisasi.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
8
baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor
stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua dan
keluarga (Wong, 2000).
Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan
berencana atau darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di
rumah sakit untuk menjalani terapi dan perawatan. Meskipun
demikian dirawat di rumah sakit tetap merupakan masalah besar
dan menimbulkan ketakutan, cemas, bagi anak (Supartini, 2004).
Hospitalisasi juga dapat diartikan adanya beberapa perubahan
psikis yang dapat menjadi sebab anak dirawat di rumah sakit
(Stevens, 1999).
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
hospitalisasi adalah suatu proses karena alasan berencana maupun
darurat yang mengharuskan anak dirawat atau tinggal di rumah
sakit untuk mendapatkan perawatan yang dapat menyebabkan
beberapa perubahan psikis pada anak. Perubahan psikis terjadi
dikarenakan adanya suatu tekanan atau krisis pada anak. Jika
seorang anak di rawat di rumah sakit, maka anak tersebut akan
mudah mengalami krisis yang disebabkan anak mengalami stres
akibat perubahan baik terhadap status kesehatannya maupun
lingkungannya dalam kebiasaan sehari-hari. Selain itu, anak
mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping untuk
mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang sifatnya
menekan (Nursalam, Susilaningrum, dan Utami, 2005).
9
Reaksi anak terhadap sakit dan rawat inap di rumah sakit
berbeda pada masing-masing anak. Menurut Adriana (2011),
reaksi anak prasekolah terhadap hospitalisasi yaitu:
1) Mekanisme pertahanan adalah regresi. Anak akan bereaksi
terhadap perpisahan dengan regresi dan menolak untuk
bekerja sama.
2) Merasa kehilangan kendali akibat kehilangan kontrol
terhadap diri mereka sendiri.
3) Takut terhadap cedera tubuh dan nyeri, mengarah kepada
rasa takut terhadap mutilasi dan prosedur yang
menyakitkan.
4) Menginterpretasikan hospitalisasi sebagai hukuman dan
perpisahan dengan orang tua sebagai kehilangan kasih
sayang.
5) Keterbatasan pengetahuan mengenai tubuh meningkatkan
rasa takut yang khas, misalnya membuat jalur intravena dan
prosedur pengambilan darah akan menyebabkan bagian
dalam tubuhnya bocor.
10
Reaksi anak usia prasekolah terhadap perpisahan adalah
kecemasan karena berpisah dengan lingkungan yang nyaman,
penuh kasih sayang, lingkungan bermain, permainan, dan teman
bermain. Reaksi kehilangan kontrol anak merasa takut dan
khawatir serta mengalami kelemahan fisik. Reaksi terhadap
perlukaan tubuh dan nyeri dengan menggigit bibir dan memegang
sesuatu yang erat.
Biasanya anak akan melontarkan beberapa pertanyaan
karena bingung dan anak tidak mengetahui keadaan di
sekelilingnya. Selain itu, anak juga akan menangis, bingung,
khususnya bila keluar darah atau mengalami nyeri pada anggota
tubuhnya. Ditambah lagi, beberapa prosedur medis dapat membuat
anak semakin takut, cemas, dan stress (Wong, 2004).
11
mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-
kejadian yang bersifat menekan (Nursalam, dkk 2005). Akibat dari
hospitalisasi akan berbeda-beda pada anak, ada yang bersifat
individual dan sangat tergantung pada tahapan perkembangan
anak.
Akibat perpisahan anak akan memberikan respon berupa
perubahan perilaku. Respon perilaku anak akibat perpisahan di
bagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap protes (phase of protest),
tahap putus asa (phase of despair), dan tahap menolak (phase of
denial) (Nursalam, dkk 2005).
1) Pada tahap protes, reaksi anak dimanifestasikan dengan
menangis kuat-kuat, menjerit, memanggil orang tuanya
atau menggunakan tingkah laku agresif agar orang lain tahu
bahwa ia tidak ingin ditinggalkan orang tuanya serta
menolak perhatian orang asing atau orang lain.
2) Tahap putus asa menampilkan perilaku anak yang
cenderung tampak tenang, tidak aktif, menarik diri,
menangis berkurang, kurang minat untuk bermain, tidak
nafsu makan, sedih, dan apatis.
3) Tahap berikutnya adalah tahap menolak dimana anak
samar-samar menerima perpisahan, membina hubungan
dangkal dengan orang lain serta terlihat menyukai
lingkungan. Anak mulai kelihatan gembira. Fase ini
biasanya terjadi setelah anak berpisah lama dengan orang
tua.
Selain akibat perpisahan, anak juga mengalami
cemas akibat kehilangan kendali atas dirinya. Akibatnya
yaitu anak akan kehilangan kebebasan dalam
mengembangkan otonominya. Anak akanbereaksi negatif
12
terhadap ketergantungan yang dialaminya, terutama anak
akan menjadi cepat marah dan agresif (Nursalam, dkk
2005). Kecemasan yang muncul merupakan respon
emosional terhadap penilaian sesuatu yang berbahaya,
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya
(Stuart & Sundeen, 2006).
2.2 Kecemasan
a. Pengertian Kecemasan
Cemas adalah keadaan emosi yang berkaitan dengan
ketidakpastian dan ketidakberdayaan. Keadaan emosi ini tidak
memiliki subyek yang spesifik, kondisi dialami secara subyektif dan
dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal (Stuart & Sundeen,
2006).
Cemas adalah suatu keadaan patologik yang ditandai oleh
perasaan ketakutan disertai tanda somatic pertanda system saraf
otonom yang hiperaktif. Dibedakan dari rasa takut yang merupakan
respon terhadap suatu penyebab yang jelas (Kaplan & Saddock, 2010).
b. Penyebab Kecemasan
Menurut Stuart & Sundeen (2006) faktor predisposisi
kecemasan timbul karena adanya perasaan takut dan tidak adanya
penerimaan terhadap kondisi yang ada, kecemasan muncul karena
ketidakmampuan dari seseorang mencapai keinginan.
Teori yang menjelaskan mengenai penyebab dari kecemasan
diantaranya adalah: pandangan interpersonal menjelaskan bahwa
cemas timbul dari perasaan takut terhadap penolakan dan
ketidaksetujuan interpersonal, pandangan perilaku menjelaskan bahwa
cemas merupakan hasil dari frustasi, pandangan psikoanalitis
13
menjelaskan bahwa cemas adalah konflik emosional yang terjadi
antara dua elemen kepribadian, yaitu id dan superego (Stuart, 2006).
c. Rentang Respon Kecemasan
Seseorang yang mengalami kecemasan memiliki rentang
respon dan tingkatan yang berbeda-beda. Menurut Stuart & Sundeen
(2006), ada empat tingkat kecemasan yang dialami individu, yaitu
kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, serta panik.
14
1) Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dan
waspada. Manisfestasi yang muncul pada ansietas ringan,
antara lain:
a) Respon fisiologis
Respon fisiologis meliputi sesekali nafas pendek,
mampu menerima rangsang yang pendek, muka
berkerut dan bibir bergetar.
b) Respon kognitif
Respon kognitif meliputi koping persepsi luas,
mampu menerima rangsang yang kompleks, konsentrasi
pada masalah, dan menyelesaikan masalah.
c) Respon perilaku dan emosi
Respon perilaku dan emosi meliputi tidak dapat
duduk tenang, tremor halus pada lengan, dan suara
kadang meninggi.
2) Ansietas sedang
Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk
memusatkan pada hal yang penting dengan mengesampingkan
yang lain perhatian selektif dan mampu melakukan sesuatu
yang lebih terarah. Manifestasi yang muncul pada kecemasan
sedang antara lain:
a) Respon fisiologis
Sering napas pendek, nadi dan tekanan darah
naik, mulut kering, diare atau konstipasi, tidak nafsu
makan, mual, dan berkeringat setempat.
b) Respon kognitif
15
Respon pandang menyempit, rangsangan luas
mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi
perhatian dan bingung.
c) Respon perilaku dan emosi
Bicara banyak, lebih cepat, susah tidur dan tidak
aman.
3) Ansietas berat
Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu
yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tantang hal
lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk
dapat memusatkan pada suatu area lain. Manifestasi yang
muncul pada kecemasan berat antara lain:
a) Respon fisiologis
Napas pendek, nadi dan tekanan darah naik,
berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, dan
ketegangan.
b) Respon kognitif
Lapang persepsi sangat sempit, dan tidak
mampu menyelesaikan masalah.
c) Respon perilaku dan emosi
Perasaan terancam meningkat, verbalisasi
cepat, dan menarik diri dari hubungan interpersonal.
d. Tingkat Kecemasan
Tingkat kecemasan ada empat yaitu : ringan, sedang, berat dan
panik (Kaplan & Saddock, 2010)
1) Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan
dalam kehidupan sehari hari dan menyebabkan orang menjadi
16
waspada dan meningkat lahan persepsinya. Kecemasan ringan
dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreativitas. Kecemasan ringan dapat menghasilkan gejalagejala
fisiologis seperti gemetar, tegang dan gelisah. Sedangkan
gejala emosinal yang ada adalah tidak ada perasaan yang takut,
konsep diri tidak terancam, menggunakan mekanisme koping
yang minimal dan fleksibel, tingkah laku sesuai dengan situasi.
2) Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang memiliki gejala fisiologis yaitu
beberapa gejala yang tidak normal dapat ditemukan, persepsi
panjang menyempit, respon muncul secara langsung (dapat
merespon terhadap perintah), masih dapat memecahkan
masalah secara efektif dan merespon langsung serta perlu
support dan perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan
yang tidak menambah kecemasan. Kecemasan sedang secara
emosional menimbulkan tingkah laku tidak sadar, mudah
tersinggung, mudah lupa, banyak pertimbangan, menangis dan
marah, menggunakan berbagai macam mekanisme koping
untuk mengatasi kecemasannya.
3) Kecemasan Berat
Secara fisiologis, kecemasan berat menyebabkan
terjadinya perubahan terhadap tingkat rasa takut yang dapat
berkembang menjadi ketakutan. Secara kognitif dapat terjadi
wawasan persepsi menyempit, tidak perhatian terhadap
sesuatu, pemecahan masalah yang digunakan tidak efektif,
perlu pengarahan berulang, tidak mampu mengikuti atau
mengingat sesuatu. Tidak mampu membuat perencanaan dan
keputusan.Secara emosional kecemasan berat mengakibatkan
hal-hal yang tidak semestinya yaitu konsep diri terancam,
17
merasa tidak berguna, mencakup tingkah laku yang tidak
sesuai,banyak menggunakan mekanisme koping, disorientasi,
bingung, mungkin terjadi halusinasi.
4) Panik
Panik menimbulkan perubahan tingkah laku secara
fisiologis dan kognitif. Secara fisiologis beberapa tingkat
kelelahan mungkin sudah tidak mampu dikenali. Sedangkan
secara kognitif, kemampuan sensoris dan perhatian berkurang
sehingga hanya objek kecemasan yang diperhatikan,
mekanisme koping yang tidak efektif, tingkah laku terfokus
pada bantuan, mungkin menjerit, menangis, berdoa atau
memukul orang lain atau diri sendiri, tidak dapat
berkonsentrasi. Tidak dapat belajar memecahkan masalah,
membuat keputusan dan membuat tujuan yang realistis, tidak
dapat berespon terhadap perintah dan dapat menjadi psikosis.
18
yang membutuhkan keteraturan dan kontinuitas demi perubahan
tingkah laku anak (Adriana, 2011).
19
kemampuan menyamakan dan membedakan, mengembangkan
kemampuan berbahasa, mengembangkan pengertian tentang
berhitung (menambah dan mengurangi), merangsang daya
imajinasi dengan berbagai cara bermain pura-pura (sandiwara),
membedakan benda-benda dengan perabaan, menumbuhkan
sportivitas, mengembangkan kepercayaan diri, mengembangkan
kreativitas, mengembangkan koordinasi motorik (melompat,
memanjat, lari dan lain-lain), mengembangkan kemampuan
mengontrol emosi, motorik halus dan kasar, memperkenalkan
pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan misalnya pengertian
terapung dan tenggelam, memperkenalkan suasana kompetisi,
gotong royong
20
7) Membantu anak untuk merasa lebih aman dalam
lingkungan yang asing
21
Permainan yang terapeutic didasari oleh pandangan
bahwa bermain bagi anak merupakan aktivitas yang sehat dan
diperlukan untuk kelangsungan tumbuh kembang anak dan
memungkinkan untuk dapat menggali dan mengekspresikan
perasaan dan pikiran anak, mengalihkan perasaan nyeri, dan
relaksasi. Sehingga, kegiatan bermain harus menjadi bagian
integral dari pelayanan kesehatan anak di rumah sakit
(Brennan, (1994) cit Supartini, (2004)).
22
cemas, takut, sedih, tegang, dan nyeri. Pada beberapa
anak yang belum dapat mengekspresikan perasaan dan
pikiran secara verbal, permainan menggambar,
mewarnai atau melukis akan membantu
mengekspresikan perasaan anak.
23
2) Tidak membutuhkan energy yang banyak, singkat dan
sederhana. Pilih jenis permainan yang tidak melelahkan
anak, menggunakan alat permainan yang ada pada anak
atau yang tersedia di ruangan. Kalaupun akan membuat
permainan sendiri, pilih yang sederhana agar tidak
melelahkan anak. Misalnya, menggambar atau
mewarnai, bermain boneka, dan membaca buku cerita.
24
2.4 Penelitian Yang Relevan
a. Jurnal Nasional
No Judul Penelitian Terbit Tahun Variable yang terlihat Hasilnya
1. Hubungan antara Dyna Jurnnal Pendekatan yang dilakukan RSUD Kelas B Cianjur merupakan
hospitalisasi anak Apriany keperawatan, adalah cross sectional rumah sakit satu-satunya yang dijadikan
dengan tingkat volume 8, karena pengukuran lama rumah sakit rujukan di Kabupaten
kecemasan orang No. 02, juli rawat (hospitalisasi) anak Cianjur. Penelitian ini untuk
tua 2013 (independen) dan tingkat mengetahui hubungan lama rawat
kecemasan orang tua (hospitalisasi) anak dengan tingkat
(dependen) kecemasan orang tua. Metode
penelitian yang digunakan adalah
observasional dengan sampel orang tua
yang anaknya dirawat di RSUD Kelas
B Cianjur. Sebanyak 87 sampel terpilih
secara consecutive sampling.
Pengumpulan data menggunakan
kuesioner. Uji statistiknya adalah
regresi linear sederhana. Hubungan
antara hospitalisasi anak dengan tingkat
kecemasan orang tua tergolong sedang
(r=0287) dan berpola positif artinya
semakin lama rawat anak, maka
semakin tinggi tingkat kecemasan orang
tua. Hospitalisasi anak mempengaruhi
25
tingkat kecemasan orang tua sebesar
8.3% dan sisanya 91.7% tingkat
kecemasan orang tua dipengaruhi oleh
variabel lain. Hasil uji statistik
didapatkan ada hubungan yang
signifikan antara lama rawat anak
dengan tingkat kecemasan orang tua
(p=0.007). Perawat dapat memberikan
dukungan kepada orang tua, mengenai
informasi, emosional, penilaian, dan
instrumental.
26
digunakan adalah quasy-experimental
design dengan rancangan penelitian
pretest-posttest with control group.
Sebanyak 34 anak berusia 1-14 tahun
menjadi sampel penelitian
menggunakan pendekatan sampling non
probabilitas dengan metode consecutive
sampling yang dilakukan pemasangan
infus yang terdiri dari 17 anak
kelompok intervensi kompres es batu
dan pemberian mainan dan 17 anak
kelompok kontrol atau tanpa intervensi.
Hasil penelitian menggunakan uji t
berpasangan dan uji t tidak berpasangan
didapatkan pada kelompok intervensi
(p= 0,000). Kesimpulan menunjukkan
adanya pengaruh penerapan atraumatic
care terhadap respon kecemasan anak
yang mengalami hospitalisasi. Saran
penelitian ini yaitu kompres es batu dan
pemberian mainan pada saat
pemasangan infus dapat menurunkan
kecemasan pada anak.
3. Hubungan Asni Journal Jenis penelitian adalah Hospitalisasi diartikan sebagai suatu
pendidikan Indrayani, Nursing kuantitatif non proses karena suatu alasan darurat atau
kesehatan dengan Agus Studies eksperimental. Desain berencana yang mengharuskan anak
kecemasan orang Santoso Volume 1 penelitian yang digunakan untuk tinggal di rumah sakit menjalani
tua pada anak nomor 1, adalah deskriptif korelasi, terapi dan perawatan sampai
hospitalisasi Tahun 2012 dengan pendekatan cross pemulangan kembali kerumah. Selama
27
sectional. Cara penetapan proses hospitalisasi anak, stress tidak
responden menggunakan hanya dialami oleh anak yang dirawat
teknik accidental sampling tetapi juga orang tua. Kurangnya
dengan besar sampel yang pengetahuan orang tua memicu
diperoleh dalam waktu 1 timbulnya stressor baru pada orang tua,
bulan pada 10 April-15 Mei yang dapat menimbulkan kecemasan.
2012 sebanyak 34 sampel. Tujuan penelitian ini adalah untuk
Instrument penelitian yang mengetahui hubungan antara
digunakan berupa kuesioner pendidikan kesehatan dengan tingkat
pendidikan kesehatan untuk kecemasan orang tua yang anaknya
mengukur lengkap tidaknya dirawat di rumah sakit (hospitalisasi).
pendidikan kesehatan Desain penelitian ini yaitu deskriptif
diberikan yang korelasi. Sampel diambil dengan
memodifikasi dari Standar menggunakan teknik accidental
Prosedur Operasional, sampling, sebanyak 34 responden. Hasil
dokumen Pemberlakuan perhitungan statistik menunjukkan p-
Hak dan Kewajiban Pasien, value = 0,028. Nilai p-value < 0,05
Dokter dan Perawat/ Bidan yang menunjukkan ada hubungan yang
di Rumah Sakit, dan signifikan antara pendidikan kesehatan
dokumen Asuhan dengan kecemasan orang tua. Hasil
Keperawatan dan kuesioner penelitian terdapat hubungan yang
tingkat kecemasan orang tua signifikan antara pendidikan kesehatan
berdasarkan kuesioner dengan kecemasan orang tua, maka
kecemasan Hamilton peneliti memberikan saran perawat di
Anxiety Rating Scale rumah sakit agar dapat memberikan
(HARS). Kuesioner pendidikan kesehatan yang lengkap
pendidikan kesehatan terdiri pada pasien dan keluarga untuk
dari 20 item pernyataan mengatasi kecemasan.
yang telah dinyatakan valid
28
dan reliabel dengan melalui
uji content validity pada dua
orang ahli, pilot study pada
20 responden yang
memenuhi kriteria inklusi
penelitian, dan dianalisa
dengan rumus teknik
korelasi Pearson Product
Moment. Uji validitas
menghasilkan 20 item
pernyataan dengan rentang
nilai r 0,463-0,878. Uji
reliabilitas menggunakan
rumus Alfa Cronbach dan
didapatkan 20 item
pernyataan reliable dengan
nilai alfa > 0,6. Kuesioner
diberikan pada orang tua
dengan anak hospitalisasi
yang memenuhi kriteria
inklusi. Data yang diperoleh
dianalisa dengan
menggunakan uji statistik
Chi Kuadrat (χ²) dan
disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi.
4. Perbedaan terapi Inggrith eJournal Desain penelitian yang Perasaan cemas merupakan dampak
bermain puzzle Kalaus, Keperawatan digunakan adalah quasi dari hospitalisasi yang dialami oleh
dan berceruita Amatus Yudi Volume 3 experimental dengan anak prasekolah. Pada umumnya reaksi
29
terhadap Ismanto, nomor 2, rancangan perbandingan anak terhadap sakit adalah kecemasan
kecemasan anak Rina Mei 2015 kelompok statis (static karena perpisahan, kehilangan,
usia prasekolah Margaretha group comparism) yang perlukaan tubuh dan rasa nyeri. Sering
selama Kundre menggunakan dua kali hospitalisasi dipersepsikan oleh
hospitalisasi kelompok sampel. Tempat anak sebagai hukuman, ada perasaan
penelitian di ruang anak RS. malu dan takut sehingga menimbulkan
TK. III. R. W. Mongisidi reaksi agresif, marah, berontak, tidak
Manado pada bulan Januari mau bekerja sama dengan perawat.
2015 sampai bulan Maret Untuk mengurangi kecemasan anak
2015. Populasi penelitian dapat diberikan terapi bermain. Tujuan
ini adalah semua anak usia untuk mengetahui perbedaan terapi
prasekolah (3-5 tahun) yang bermain puzzle dan bercerita terhadap
mengalami hospitalisasi. kecemasan anak usia prasekolah (3-5
Metode pengambilan tahun) selama hospitalisasi. Metode
sampel dalam penelitian ini Penelitian menggunakan quasi
adalah non probability experimental design dengan rancangan
sampling dengan cara perbandingan kelompok statis. Teknik
purposive sampling yaitu pengambilan sampel yaitu dengan
pengambilan sampel yang purposive sampling. Hasil penelitian
didasarkan pada analisa data menggunakan uji statistik
pertimbangan paired sample t-Test dengan tingkat
kemaknaan 95% (α = 0,05) didapatkan
nilai p value = 0,000 < α = 0,05 (Ho
ditolak). Kesimpulan yaitu ada
perbedaan terapi bermain puzzle dan
bercerita terhadap kecemasan anak usia
prasekolah (3-5 tahun) selama
hospitalisasi di ruang anak RS.TK.III
R.W.Mongisidi Manado. Saran
30
pemberian terapi bermain puzzle dan
bercerita dapat diterapkan sebagai salah
satu intervensi keperawatan untuk
menurunkan kecemasan anak usia
prasekolah (3 – 5 tahun) selama
hospitalisasi.
5. Hubungan Febriana Journal Penelitian non Prevalensi kecemasan anak saat
kecemasan ibu Sartika Sari, Nursing eksperimental dengan studi hospitalisasi mencapai 75%.
dengan anak saat Madya Studies korelasi dan desain cross Kecemasan memperburuk proses
hospitalisasi anak Sulisno Volume 1 sectional ini dilakukan di penyembuhan pada anak. Dugaan
nomor 1, Ruang Aggrek RSUD kecemasan Ibu berhubungan dengan
Tahun 2012 Ambarawa pada tanggal 7 kecemasan anak muncul ketika banyak
Februari sampai 7 April Ibu mengalami kecemasan saat
2012. Subyek penelitian hospitalisasi anak. Penelitian bertujuan
adalah 60 pasangan Ibu dan mengetahui hubungan tingkat
anak yang usia 3 sampai 6 kecemasan Ibu dengan tingkat
tahun yang hospitalisasi di kecemasan anak usia 3 sampai 6 tahun
Ruang Anggrek RSUD yang mengalami hospitalisasi di Ruang
Ambarawa dan diambil Anggrek RSUD Ambarawa. Peneliti
melalui teknik incidental juga ingin mengetahui tingkat
sampling. Subyek Ibu kecemasan Ibu dan anak sesuai
dikelompokkan sesuai karakteristiknya. Penelitian
umur, status bekerja/tidak, menggunakan metode kuantitatif
status bersuami/janda. noneksperimental dengan desain studi
Subyek anak korelasi. Data diperoleh melalui
dikelompokkan sesuai usia, wawancara dengan kuesioner. Sampel
jenis kelamin dan lama hari penelitian adalah 60 pasangan Ibu dan
rawat. anak, diambil dengan teknik incidental
sampling. Data dianalisa menggunakan
31
rumus kendalls tau. Hasil penelitian
menjelaskan bahwa kejadian Ibu dan
anak yang mengalami cemas ringan
sebesar 63,33%, kejadian Ibu cemas
ringan dan anak cemas sedang sebesar
10%, kejadian Ibu cemas sedang dan
anak cemas ringan sebesar 5%, dan
kejadian Ibu dan anak cemas sedang
sebesar 21,67%. Hasil korelasi
kendall’s tau-b menunjukkan nilai p
value 0.000 dan koefisien korelasi
0.643. Kesimpulan penelitian ini ada
hubungan antara tingkat kecemasan Ibu
dengan tingkat kecemasan anak usia 3
sampai 6 tahun yang mengalami
hospitalisasi di Ruang Anggrek RSUD
Ambarawa. Tingkat kecemasan Ibu dan
anak berbeda-beda sesuai
karakteristiknya. Diharapkan perawat
mampu memberikan asuhan
keperawatan secara komprehensif dan
pihak Rumah Sakit membuat Standart
Operating Procedure manajemen cemas
Ibu dan anak saat hospitalisasi.
32
2.5 Kerangka Teori
Terapi bermain
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
33
BAB III
METODE PENELITIAN
Keterangan :
1
3.2 Kerangka Konsep
5. Ringan 1. Ringan
6. Sedang 2. Sedang
7. Berat 3. Berat
8. Panik 4. Panik
Pemberian Terapi
Bermain
3.3 Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan landasan teori timbul hipotesis
pada penelitian ini yaitu bahwa “Ada pengaruh terapi bermain terhadap
tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi di
RSUD Soreang”.
1. Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas
2
b. Variabel Terikat
2. Definisi Operasional
b. Terapi Bermain
3
Terapi bermain adalah memberikan intervensi atau
perlakuan berupa permainan yaitu menggambar dan mewarnai
khusus untuk anak usia prasekolah yang dirawat di rumah
sakit. Adapun permainan yang diberikan tidak berlawanan atau
mengganggu prosedur keperawatan.
1. Populasi
2. Sampel
a. Kriteria Inklusi
4
3) Anak usia prasekolah atau keluarga yang bersedia menjadi
responden.
b. Kriteria Eksklusi
a. Tingkat Kecemasan
5
unfavorable. Jawaban setiap item favorable mempunyai
degradasi dari selalu dengan skor 0, sering dengan skor 1,
kadang-kadang dengan skor 2, dan tidak pernah dengan skor 3.
Jawaban setiap item pertanyaan unfavorable mempunyai
degradasi dari selalu dengan skor 3, sering dengan skor 2,
kadang-kadang dengan skor 1, dan tidak pernah dengan skor 0.
Adapun kisi-kisi kuesioner tingkat kecemasan anak usia
prasekolah adalah sebagai berikut :
Indikator No Pertanyaan
Favorable Jumlah Unfavorable Jumlah
Kecemasan 1-8 8 6 1
Menarik 10-12 3 13,14,15 3
Diri
Marah 16-19 4 20,21,22 3
Frustasi 23,24 2 25 1
Jumlah 17 8
Sumber : Putri 2012
b. Terapi Bermain
6
validitas yang pertama dilakukan terhadap 30 responden menggunakan
item koisioner respon hospitalisasi yang berisi 34 item pernyataan, dan
uji validitas yang kedua dengan penambahan 10 responden menjadi 40
responden dengan koisioner yang sudah dimodifikasi dan hasilnya
terdapat 25 item yang valid. Hasil uji coba pada koisioner respon
hospitalisasi menunjukan bahwa dari 34 item pernyataan terdapat 25
item pernyataan yang valid (r>0,312). Item-item yang valid dalam
koisioner respon hospitalisasi adalah item-item yang memiliki r hitung
lebih besar dari r tabel 0,312 (n=40).
7
pemberian layanan konseling kelompok yang berisi tentang
berbagai perilaku pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh
subjek penelitian.
1. Pengolahan Data
8
2. Analisa Data
a. Analisis Univariat
P= F : N x 100%
Ket :
N = Jumlah Sampel
b. Analisis Bivariat
9
3.8 Etika Penelitian
Pengambilan data dilakukan dengan membagikan lembar kuesioner
kepada responden dengan memperhatikan etika-etika penelitian yang secara
umum dibagi menjadi 3 bagian (Nursalam, 2009).
1. Informed Concent
10
11