“PRESSURE ULCERS”
DI SUSUN OLEH :
“ Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bersinergi, Bermutu dan Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif sebagai Rujukan Nasional
Berkualitas Global”
MISI
PROGRAM STUDI NERS
POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
i
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah keperawatan Kritis
“Pressure Ulcers”
Kelompok 9
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Kritis dengan judul
“Pressure Ulcers”.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan dating, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan................................................................................................2
D. Manfaat..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan......................................................................................17
B. Saran................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................18
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pressure ulcer merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pasien yang
mengalami gangguan neurologis, penyakit kronis, penurunan status mental, pasien
yang dirawat di ruang Intensive (ICU), onkologi, dan pasien dengan ortopedik (Potter
& Perry, 2010). Pressure ulcer merupakan kerusakan kulit pada suatu area dan dasar
jaringan yang disebabkan oleh tulang yang menonjol, sebagai akibat dari tekanan,
pergeseran, gesekan atau kombinasi dari beberapa hal tersebut (NPUAP, 2014).
Angka kejadian pressure ulcer di Amerika Serikat yaitu berkisar 3-11% pada unit
perawatan akut dan 24% pada unit perawatan jangka panjang (Ayello, 2007). Fasilitas
perawatan akut di Amerika Serikat memperkirakan 2,5 juta Pressure ulcer ditangani
setiap tahunnya (Reddy et al, 2006). Data ini susah untuk didapatkan di Indonesia, akan
tetapi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti di berbagai Rumah
sakit didapatkan angka kejadian yang bervariasi diantaranya adalah: di Rumah Sakit
Pontianak ruang Intensive Care Unit (ICU) mencapai 33,3% (Suriadi et al, 2007), di
Siloam Hospital ruang unit stroke (Neuroscience Unit) sebesar 37,5% (Tarihoran, et al
2010), di RSUD Abdoel Moeloek Provinsi Lampung di ruang unit bedah didapatkan
angka kejadian pressure ulcer sebesar 26,67% (Handayani, et al, 2011).
Kejadian pressure ulcer akan menimbulkan komplikasi yang serius pada kesehatan
pasien, kualitas hidup pasien, dan bisa menyebabkan sepsis, bahkan sampai
menyebabkan kematian, oleh karna itu pencegahan harus menjadi fokus utama dari
pada penyembuhan, pressure ulcer sebenarnya bisa dicegah dan biayanya lebih murah
dibanding untuk pengobatan (Ayello, 2007 & Hopkin et al, 2000).
Pencegahan pressure ulcer merupakan prioritas pada pasien yang mengalami
keterbatasan mobilisasi (Potter & Perry, 2006). Langkah utama pencegahan terjadinya
pressure ulcer adalah keakuratan pengkajian resiko terjadinya pressure ulcer sehingga
perawat dapat menetapkan dan melaksanakan intervensi untuk pencegahan (Kottner
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja definisi dan etiologi luka tekan ?
2. Apa saja factor resiko yang menyebabkan luka tekan ?
3. Ada berapa saja stadium dalam luka tekan ?
4. Di mana saja lokasi terjadinya luka tekan ?
5. Apa saja pengetahuan perawat dalam mencegah luka tekan ?
PEMBAHASAN
3
4
b. Kotner et al. (2009), menjelaskan 4 teori penyebab Iuka tekan yaitu, iskemia
yang disebabkan oleh sumbatan kapiler yang menimbulkan insufiensi
vaskuler, anoksia jaringan dan kematian sel.
c. Referensi lain menyebutkan bahwa :
1) Luka tekan disebabkan oleh iskemia yang terjadi bila tekanan pada
jaringan lebih besar daripada tekanan dalam kapiler, sehingga
menghambat aliran darah ke daerah tersebut.
2) Jaringan otot, yang membutuhkan lebih banyak oksigen dan
nutrient dibandingkan kulit, menunjukkan akibat terburuk dari
tekanan yang lama. Seperti pada ulkus kronik lainnya, reperftsi
Iuka merusak jaringan.
3. Faktor Risiko
a. Faktor ekstrinsik
Faktor ekstrinsik penyebab Iuka tekan adalah :
1) Tekanan
Luka tekan terjadi apabila penekanan pada satu area dan dalam
waktu 2 jam pada tekanan 500 mmHg, sementara pada tekanan
sebesar 100 mmHg terjadinya cedera memerlukan waktu 10 jam.
2) Shear (geser tekan)
Shear adalah trauma akibat pergeseran. Biasanya terjadi apabila
pasien dalam posisi semi flower. Shear terjadi apabila pasien di
atas tempat tidur kemudian sering merosot dan kulit mengalami
regangan dan tekanan.
3) Friction (gesekan)
Friksi terjadi saat mobilisasi pasien saat memindahkan pasien
menggunakan alat bantu seperti slide sheet.
4) Kelembaban
5
2) Kondisi kulit
Terdapat tiga fungsi kulit yang penting adalah sebagai pelindung,
sensori dan termogulasi. Adanya sesuatu yang menganggu ketiga fungsi
kulit ini dapat mengganggu integritas kulit. Kurangnya kemampuan
kulit untuk melaksanakan fungsi termogulasi dapat menyebabkan
kelembaban kulit meningkat.
3) Perfusi jaringan tubuh
Viabilitas jaringan ditentukan oleh adanya kekuatan pada pembuluh
darah, suplai darah dan oksigenasi. Dalam hal ini pembuluh darah
mengalami vasokontriksi fisiologis (responn hormonal) maupun
patologis (arterosklerosis)
4) Temperature tubuh
Kondisi tubuh yang mengalami peningkatan temperature dapat
berpengaruh pada temperature jaringan yang meningkatkan resiko
terhadap iskemik jaringan. Adanya iskemik jaringan menyebabkan tidak
toleran terhadap gaya gesekan dan pergeseran sehingga mudah
mengalami kerusakan kulit.
5) Nutrisi
6
penderita berbaring dalam waktu yang lama, lokasi tersering (96%) adalah level
umbilicus, yaitu sacrum (36-60%), iskium (6%), trokanter (6%) dan tumit (30%).
Selain faktor mekanik yang disebutkan diatas terdapat juga faktor Iain yang
mendasari terjadinya ulkus tekanan, Faktor tersebut seperti infeksi, malnutrisi,
penyakit neurologis, cedera tulang belakang, penurunan masa tubuh dan peningkatan
kebutuhan metabolic.
Bagan patofisiologi terjadinya luka tekan menurut Maryuani (2013)
Luka decubitus merupakan dampak dari tekanan yang terlalu lama pada
permukaan tulang yang menonjol
Nekrosis
a. Stadium I
Kulit utuh dengan non blanchable erythema pada daerah yang terlokalisir di atas
daerah penonjolan tulang. Pada kulit hitam sulit menemukan non blanchable
erythema. Salah satu yang bisa menjadi pentunjuk adalah warna kulitnya mungkin
8
berbeda dibanding sekitarnya. Pada area ini biasanya terasa nyeri, lembek lebih
hangat atau dingin bila dibandingkan dengan jaringan sekitarnya.
c. Stadium III
Luka mencapai lapisan subkutan tapi belum sampai ke tulang dan otot. Biasanya
disertai adanya slaf, undermining dan tunneling. Kedalaman Iuka tekan pada
stadium ini bervariasi sesuai dengan lokasi anatominya. Batang hidung, teliga dan
occiput dan malleolus tidak memiliki jaringan subkutan dan Iuka tekan stadium
9
III pada lokasi anatomis tersebut dangkal. Sedangkan, pada area yang memiliki
jaringan adipose yang banyak terjadi Iuka tekan stadium III yang sangat dalam.
Tulang, otot tidak tampak atau dapat teraba secara langsung.
d. Stadium IV
Luka mencapai lapisan subkutan telah sampai ke tulang, tendon dan otot. Disertai
adanya slaf, ekshar, undermining dan tunneling kedalam Iuka tekan stadium IV
bervariasi tergantung letak anatominya. Luka tekan stadium IV dapat meluas
ke ,tendon dan kapsul seotot dan struktur penunjangnya (seperti tendon atau
kapsul sendi) yang kemungkinan berisiko osteomyelitis. Tulang atau tendon bisa
tampak atau terpalpasi secara langsung.
e. Unstageable
Kehilangan jaringan hingga subkutan tetapi tertutup oleh slaf (kuning, abuabu,
hijau atau coklat) dengan atau tanpa adanya ekhsar pada bantalan luka (dasar
luka). Luka sangat dalam dan oleh sebab itu stadium tidak dapat ditentukan.
Ekshar yang stabil (kering, lengket, intact atau utuh tanpa eritema) pada tumit
bertindak sebagai lapisan alami tubuh dan seharusnya tidak diangkat.
Menurut Maryuani (2013), risiko kejadian luka tekan bedasarkan lokasi adalah
sebagai berikut :
a. Siku 8,8 %
b. Sacrum 32,6 %
c. Buttock 11,4 %
d. Tronchanter 8,3 %
e. Ankles 9,1 %
f. Heels 29,7 %
reposisi dan mobilisasi (tiap 2 jam), edukasi kepada pasien dan keluarga setta support
system (menggunakan kasur untuk Iuka tekan). Pengetahuan pencegahan Iuka tekan
harus dimiliki oleh perawat dan diikuti dengan sikap positif dan dipraktekkan dalam
asuhan keperawatan. Antara pengetahuan, sikap dan perilaku harus berjalan sinergis
karena terbentuknya perilaku baru akan dimulai dari domain kognitif, kemudian akan
menimbulkan respon dalam bentuk sikap dan dibuktikan dengan adanya tindakan.
Pengetahuan yang harus dimiliki perawat dalam pencegahan Iuka tekan adalah
mengetahui tanda dan gejala dari Iuka tekan dan mampu mengkaji pencegahan Iuka
tekan. Beberapa tindakan pencegahan Iuka tekan yang perlu diperhatikan menurut
NPUAP (2016)
1. Kaji Faktof Resiko
a. Mengkaji pasien yang mengalami tirah baring lama yang beresiko terjadinya Iuka
tekan
b. Gunakan penilaian risiko terstruktur, seperti Skala Braden, untuk mengidentifikasi
pasien yang berisiko mengalami cedera tekanan.
c. Perbaikan penilaian dengan memasukan faktor resiko tambahans seperti :
2) Kaji adanya Iuka tekan dalam derajat apapun, termasuk Iuka tekan yang telah
sembuh dan tertutup.
d. Ulangi penilaian resiko secara berkala setiap 48 jam dan catat bila ada perubahan
kondisi.
e. Kembangkan rencana keperawatan berdasarkan area resiko terjadinya luka tekan.
2. Perawatan Kulit
a. Periksa semua kulit saat masuk sesegera mungkin (kurang dari 8 jam).
b. Periksa kulit setidaknya setiap hari untuk tanda-tanda terjadinya luka tekan.
14
c. Kaji titik Iolasi tekanan tersering, seperti sakrum, tulang belakang, gluteal, tumit,
siku, ishikum, dan trokhanter.
d. Saat memeriksa kulit dengan pigmen yang gelap, cari perubahan warna kulit,
periksa perubahan suhu kulit dan konsistensi jaringan dengan membandingkan
kulit sekitar yang berdekatan. Melembabkan kulit membantu mengenali
perubahan warna.
e. Bersihkan kulit segera setelah terkena kontaminasi inkontinensia urin atau feces.
f. Gunakan pembersih kulit atau sabun dengan pH yang seimbang untuk kulit.
g. Gunakan pelembab kulit setiap hari pada kulit yang kering.
h. Hindari penempatan pada area yang tampak eritema atau adanya luka tekan dan
hindan memijat daerah penonjolan tulang.
15
3. Nutrisi
a. Kaji pasien yang di rawat di rumah sakit untuk mendapat status gizi pasien.
b. Gunakan alat skrining yang valid dan handal untuk menentukan resiko
kekurangan gizi, seperti Mini Nutritional Assessment.
c. Rujuk semua pasien yang beresiko mengalami luka tekan akibat kekurangan gizi
ke ahli gizi.
d. Membantu pasien pada waktu makan untuk meningkatkan asupan oral.
e. Dorong semua pasien yang beresiko terjadinya luka tekan untuk mengkonsumsi
cairan yang adekuat dan dien seimbang.
f. Menilai perubahan berat badan dari waktu ke waktu.
g. Kaji kecukupan asupan oral, enternal, dan parenteral
h. Berikan suplemen gizi di antara waktu makan dan dengan obat oral, kecuali ada
kontraindikasi
i. Tingkatkan asupan protein, kalori dan zat nutrisi lain yang adekuat.
4. Mobilisasi dan Reposisi
a. Balikan dan posisikan semua pasien yang beresiko mengalami luka tekan, kecuali
kontraindikasi karena kondisi medis atau perawatan medis.
b. Pilih frekuensi untuk melakukan reposisi tiap 2 jam.
c. Balikan pasien ke posisi berbaring miring 30 derajat
d. Hindari penempatan pasien pada area tubuh dengan kondisi sudah ada luka tekan.
e. Pastikan tumit tidak menyentuh kasur saat posisi terlentang. Beri alat pelindung
tumit agar terhindar dari tekanan. Tinggikan bagian tumit pada tempat tidur.
f. Dengan menempatkan bantal di bawah kaki
g. Lanjutkan untuk mereposisi kembali pasien saat ditempatkan di permukaan
pendukung seperti kasur luka tekan.
h. Reposisikan pasien tiap jam pada kondisi di kursi duduk.
i. Pada pasien yang dapat mengubah posisinya sementara duduk, pemulihan tekanan
dianjurkan 15 menit dengan aktifitas seperti bangkit di kursi.
j. Jika individu tidak dapat dipindahkan atau diposisi dengan kepala tempat tidur
ditinggikan lebih dari 30 derajat, tempatkan polyurethane foam pada sekrum.
16
k. Gunakan polyurethane foam pada tumit jika beresiko terjadinya luka tekan di
tumit dan tempatkan busa tipis atau breathable dressing di bawah peralatan-
peralatan medis yang beresiko menimbulkan luka tekan.
l. Berikan tranparan film atau hidrokoloid pada tonjolan tulang untuk mengurangi
trauma mekanis dari friksi.
5. Edukasi
a. Ajarkan pasien dan keluarga tentang resiko cedera luka tekan.
b. Libatkan pasien dan keluarga dalam intervensi pengurangan risiko luka tekan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil meta analisis Australian Wound Management Assosiation (AWMA,
2012) mengindikasikan bahwa skala braden mempunyai reabilitas paling kuat.
Scoonhoven, et al (2002) melalui penelitian dengan desain Cohort prospective
menyatakan braden’s scale instrument terbaik untuk prediksi pressure ulcer diunit bedah,
intere, neurologi, dan geriatric jika dibandingkan Norton’s scale dan Waterlow. Skala
Braden mempunyai validitas yang paling tinggi dibandingkan dengan skala yang lainnya
(Satekoa & Ziakova, 2014). Skala braden lebih efektif dibandingkan dengan skala Norton
dalam memprediksi pressure ulcer di ruang ICU (Bhoki, 2014). Sedangkan menurut
Mufarika (2013) skala Braden mempunyai validitas prediksi yang baik dalam
memprediksi kejadian pressure ulcer.
B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.
17
DAFTAR PUSTAKA
Bhoki, M.W. & Mardiyono. (2014). Skala Braden dan Norton Dalam Memprediksi Risiko
Dekubitus di Ruang ICU. JRK ISSN: 2252-5068, Vol. 3, No. 2, Mei 2014.
Handayani, R. S., Irawaty, D., & Panjaitan, R. U. (2011). Pencegahan Luka Tekan Melalui Pijat
Menggunakan Virgin Coconut Oil. Jurnal Keperawatan Indonesia, 14(3).
Kozier, B., ERB, G., Berman,A., & Snyder, S.J. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan,
Konsep, Proses & Praktik. Edisi 7, Volume 2. Penerjemah Wahyuningsih, E., Yulianti, D.,
Yuningsih, Y., Lusyana, A. Jakarta. EGC.
Mufarika. (2013). Validitas Prediksi Skala Braden dan Suriadi Sanada Dalam Menentukan
Risiko Kejadian Luka Tekan Pada Pasien Kritis Di Neurosurgical Critical Care Unit (NCCU)
Rsup Dr. Hasan Sadikin Bandung. Tesis Universiras Padjajaran Bandung.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental : Konsep, Proses, Dan Praktik.
Jakarta: EGC.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2010). Fundamental Keperawatan. (Buku 3, Edisi 7). Penerjemah
Fitriani, D.N., Tampubolon, O., Diba, F. Jakarta: Salemba Medika.
Reddy, M., Gill, S. S., & Rochon, P. A. (2006). Preventing pressure ulcers: a systematic review.
Jama, 296(8), 974-984.
Tarihoran, D. E. T. A. U., Sitorus, R., & Sukmarini, L. (2010). Penurunan Kejadian Luka Tekan
Grade I (Non Blanchable Erythema) Pada Klien Stroke Melalui Posisi Miring 30 Derajat. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 13(3).
18