Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KISTA OVARI

KEPERAWATAN MATERNITAS

oleh :

Kelompok 26

Kelas D 2017

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019

i
MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KISTA OVARI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas dengan


dosen pengampu Ns. Nuning Dwi Merina, M.Kep.

oleh :

Kelompok 26 Kelas D 2017

Melis Candrayani (NIM 172310101177)

Nur Oktavia Rhosani (NIM 172310101192)

Muhammad Aldi (NIM 172310101199)

Raka Putra Achmadi (NIM 172310101205)

Asma Yudhi Efendi (NIM 172310101208)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan Maternitas yang berjudul
“Asuhan Keperawatan pada Kista Ovari“ sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.

Pembuatan makalah ini sebagai salah satu tugas kami dalam menempuh
pembelajaran di semester ini. Di dalam pengerjaan makalah ini telah melibatkan
banyak pihak yang sangat membantu dalam banyak hal. Oleh sebab itu, kami
sampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Ns. Dini Kurniawati, M.Psi., M.Kep., Sp.Kep.Mat selaku Dosen


Penanggung Jawab Mata Kuliah Keperawatan Maternitas.
2. Ns. Nuning Dwi Merina, M.Kep. selaku Dosen Pembina Mata Kuliah Dasar
Keperawatan Maternitas.
3. Semua pihak yang ikut serta berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Jember, Mei 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

iii
COVER.....................................................................................................................i

HALAMAN SAMPUL............................................................................................ii

KATA PENGANTAR.............................................................................................iii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1. Latar Belakang..........................................................................................1

1.2. Tujuan........................................................................................................2

1.3. Manfaat......................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3

2.1. Pengertian..................................................................................................3

2.2. Klasifikasi..................................................................................................3

2.3. Etiologi......................................................................................................5

2.4. Patofisiologi...............................................................................................6

2.5. Tanda dan Gejala.......................................................................................8

2.6 Komplikasi................................................................................................9

2.7 Penatalaksanaan.........................................................................................9

BAB III KASUS....................................................................................................11

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................14

4.1 Data Pengkajian.......................................................................................14

4.2 Analisa Data............................................................................................17

4.3 Diagnosa Keperawatan............................................................................18

4.4 Intervensi Keperawatan...........................................................................20

4.5 Implementasi Keperawatan.....................................................................22

4.5 Evaluasi Keperawatan.............................................................................24

iv
BAB V PENUTUP.................................................................................................26

5.1 Kesimpulan..............................................................................................26

5.2 Saran........................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................28

DAFTAR GAMBAR

v
Gambar 2.1 Rahim normal vs kista ovari................................................................3

vi
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kista Ovarium adalah salah satu tumor jinak ginekologis yang paling sering
ditemukan pada wanita dalam kehidupan reproduksi (Depkes RI, 2011).
Indonesia, terdapat 300 pasien kista ovari per tahun di RSU Dharmais, 428 kasus
di RSUD Ciptromangunkusumo. 25% diantaranya meninggal dunia. Perjalanan
penyakit yang sillint killer atau secara diam diam menyebabkan banyak wanita
yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserang kista ovarim danhanya
mengetahui pada saat kista sudah dapat teraba dari luar atau membesar. Kista
ovarium juga dapat menjadi ganas dan berubah menjadi kanker ovarium. Untuk
mengetahui dan mencegah agar tidak terjadi kanker ovarium makaseharusnya
dilakukan pendeteksian dini kanker ovarium dengan pemeriksaan yang
lebihlengkap. Sehingga dengan ini pencegahan terjadinya keganasan dapat
dilakukan (Nasdaldy, 2009).

1.2 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Perawat mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan reproduksi kista ovarium
1.1.2 Tujuan Khusus
a. Mampu memahami definisi dari kista ovarium
b. Mampu memahami etiologi dan factor kista ovarium
c. Mampu memahami manifestasi klinis dari kista ovarium
d. Mampu memahami klasifikasi dari kista ovarium..
e. Mampu memahami patofisiologi kista ovarium..
f. Mampu memahami pathway kista ovarium
g. Mampu memahami pemeriksaan penunjang kista ovarium
h. Mampu memahami penatalaksanaan medis kista ovarium
i. Memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan kista ovarium

1.3 Manfaat
Dalam pembuatan makalah ini, penulis berharap dapat bermanfaat bagi:
1.3.1 Instansi
Sebagai referensi dalam menyempurnakan literature yang sudah ada.
1.3.2 Perawat
Sebagai bahan menambah pengetahuan tentang masalah reproduksi
kista ovari sebagai bahan referensi dalam menyusun makalah selanjutnya.
1.3.3 Pasien

1
Sebagai tambahan wawasan pengetahuan tentang kista ovari
mengetahui cara mencegah dan mengobati serta mengetahui tanda dan gejala
dari kista ovari.

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian
Kista ovarium adalah tumor atau kantung yanng berisi cairan yang terletak
di indung telur atau ovarium. Kista ovarium dapat terbentuk kapan saja baik pada
masa pubertas, kehamilan maupun menopause (Bilottam 2012).
Kista ovarium merupakan penyakit reproduksi yang menyerang ovarium
yaitu tumbuhnya sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak tapi tidak menutup
kemungkinan berkembang menjadi tumor ganas maupun kanker. Penyakit ini
disebut juga sillent killer karena baru disadari ketika sudah teraba diluar atau
sudah membesar (Depkes RI, 2011).

Gambar 2.1 Rahim normal Vs Kista ovari

Kista ovarium mengganggu pembentukan ovum karena peningkatan hormon


androgen yang dapat mengganggu pematangan folikel. Maka dari itu ketika
ovulasi, tidak berisi ovum dan wanita cenderung infertil (Ricci, 2009).
Jadi dapat disimpulkan bahwa kista ovarium adalah adanya kantung berisi
cairan pada ovarium.

2.2. Klasifikasi

Klasifikasi kista terdiri dari (Nugroho, 2010):


1. Tipe Kista Normal
Tipe kista yang termasuk dalam kista normal adalah kista fungsional.Kista
tersebut merupakan jenis kista ovarium yang paling banyak ditemukan. Kista ini
berasal dari sel telur dan korpus luteum, terjadi bersamaan dengan siklus
menstruasi yang normal.Kista fungsional akan tumbuh setiap bulan dan akan
pecah pada masa subur, untuk melepaskan sel telur yang pada waktunya siap
dibuahi oleh sperma. Setelah pecah, kista fungsional akan menjadi kista folikuler
dan akan hilang saat menstruasi.Kista fungsional terdiri dari kista folikel dan kista

3
luteum. Keduanya tidak mengganggu, tidak menimbulkan gejala dan dapat
menghilang dengan sendiri dalam waktu 6-8 minggu (Nugroho, 2010).
2. Tipe Kista Abnormal
Jenis kista yang termasuk pada kista abnormal adalah kistadenoma, kista
coklat ( endometrioma), kista dermoid, kista endometriosis, kista hemorrhage, dan
kista Lutein.
a. Kistadenoma
Merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel indung telur.Biasanya
bersifat jinak, tetapi dapat membesar dan dapat menimbulkan nyeri. Kista Coklat
merupakan endometrium yang tidak pada tempatnya.Kista tersebut berisi
timbunan darah yang berwarna coklat kehitaman.
b. Kista Dermoid
Merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian tubuh seperti kulit, kuku,
rambut, gigi dan lemak. Kista dapat ditemukan di kedua bagian indung telur.
Biasanya berukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala.
c. Kista Endometriosis
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang berada di
luar rahim.Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan
endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri hebat.
d. Kista Hemorrhage
Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan sehingga menimbulkan
nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah.
kista fungsional yang disertai perdarahan sehingga menimbulkan nyeri di salah
satu sisi perut bagian bawah.
e. Kista Lutein
Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Beberapa tipe kista lutein
antara lainKista Granulosa Lutein merupakan kista yang terjadi di dalam korpus
luteum ovarium yang fungsional. Kista yang timbul pada permulaan kehamilan ini
dapat membesar akibat dari penimbunan darah yang berlebihan saat menstruasi
dan bukan akibat dari tumor. Diameternya yang mencapai 5-6 cm menyebabkan
rasa tidak enak di daerah panggul. Jika pecah, akan terjadi perdarahan di rongga
perut. Pada wanita yang tidak hamil, kista ini menyebabkan menstruasi terlambat,

4
diikuti perdarahan yang tidak teratur.Kemudian Kista Theca Lutein merupakan
kista yang berisi cairan bening dan berwarna seperti jerami.Timbulnya kista ini
berkaitan dengan tumor ovarium dan terapi hormonal.Dan kista polikistik ovarium
merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat pecah dan melepaskan sel
telur secara kontinyu.Biasanya terjadi setiap bulan. Ovarium akan membesar
karena bertumpuknya kista ini. Untuk kista polikistik ovarium yang menetap
(persisten), operasi harus dilakukan untuk mengangkat kista tersebut agar tidak
menimbulkan gangguan dan rasa sakit (Nugroho, 2010).

2.3. Etiologi
Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan pembentukan
hormon pada hipotalamus, hipofise, atau indung telur itu sendiri. Kista indung
telur timbul dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi (Agusfarly,
2013).
1. Faktor Internal
Dimana didalam tubuh manusia terdapat gen pemicu kanker yang
disebut gen protoonkogen. Protoonkogen tersebut dapat terjadi akibat dari
makanan yang bersifat karsinogen, polusi, dan paparan radiasi.

2. Faktor Eksternal
Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri
banyak memberikan andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup,
dan sosial ekonomi. Perubahan gaya hidup juga mempengaruhi pola makan
yaitu konsumsi tinggi lemak dan rendah serat, merokok, konsumsi alkohol,
zat tambahan pada makanan, terpapar polusi asap rokok atau zat berbahaya
lainya, stress dan kurang aktivitas atau olahraga bisa memicu terjadinya
suatu penyakit (Agusfarly, 2013).
Kista ovarium dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormon estrogen
dan progesteron akibat penggunaan obat-obatan yang merangsang ovulasi
dan obat pelangsing tubuh yang bersifat diuretik. Kista fungsional dapat
terbentuk karena stimulasi hormon gonadotropin atau sensitivitas terhadap
hormon gonadotropin yang berlebihan. Hormon gonadotropin termasuk
FSH (Folikel Stimulating) dan HCG (Human Chorionik Gonadotropin)
(Agusfarly, 2013).

5
2.4 Patofisiologi

Setiap indung telur berisi ribuan telur yang masih mudah atau folikel yang
setiap bulannya akan membesar dan satu diantaranya membesar sangat cepat
sehingga menjadi telur matang. Pada peristiwa ovulasi telur yang matang ini
keluar dari indung telur dan bergerak ke rahim melalui aluran telur. Apabila sel
telur yang matang ini tidak dibuahi, folikel akan mengecil dan menghilang dalam
waktu 2-3 minggu dan akan terus berulang sesuai siklus haid pada seorang wanita.
Namun jika terjadi gangguan pada proses siklus ini bisa membentuk kista.

Kista juga dapat terbentuk jika fungsi ovarium yang abnormal menyebabkan
penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium.
Folikel tidak mengalami ovulasi karena kadar hormon FSH rendah dan hormon
LH tinggi pada keadaan yang tetap ini menyebabkan pembentukan andorogen dan
estrogen oleh folikel dan kelenjar adrenal yang mengakibatkan folikel anovulasi,
folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur,
terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di
dalam ovarium (Corvin, 2008).

6
Pathway
Faktor Sel telur Gagal Penimbunan Gangguan Faktor
internal gagal ovulasi melepas ovum folikel hormon eksternal

Kista Ovari

Pembesaran ovarium Luka operasi

Menekan Kurang
daerah sekitar informasi Port de entry Diskontinuitas
jaringan

Kurang
Rasa sebah Nyeri Gangguan Risiko infeksi Nyeri
pengetahuan
pada otot usus
abdomen

Peristaltik gelisah
usus turun
Mual
muntah ketakutan
Absorbsi air di
kolon turun
Intake tidak ansietas
adekuat
Risiko
konstipasi
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
tubuh

7
2.5 Tanda dan gejala
Kebanyakan kista ovarium tumbuh tanpa menimbulkan gejala atau keluhan.
Keluhan biasanya muncul jika kista sudah membesar dan mengganggu organ tubuh
yang lain jika sudah kista mulai menekan saluran kemih, usus, saraf, atau pembuluh
darah besar di sekitar rongga panggul, maka akan menimbulkan keluhan berupa susah
buang air kecil dan buang air besar, gangguan pencernaan, kesemutan atau bengkak
pada kaki (Susanti, 2017).
Menurut Susianti (2017), gejala akibat tumor ovarium dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1. Gejala akibat pertumbuhan
Dapat menimbulkan rasa berat di abdomen bagian bawah, sehingga
mengakibatkan penekanan kandung kemih yang dapat menimbulkan gejala
gangguan miksi, selain itu tekanan tumor dapat mengakibatkan obstipasi, edema
pada tungkai. Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak nafsu makan dan rasa
sesak.
2. Gejala akibat pertumbuhan hormonal
Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita, sehingga bila menjadi
tumor menimbulkan gangguan terhadap siklus menstruasi yang dapat berupa
amenore dan hipermenore.
3. Gejala akibat komplikasi yang terjadi pada tumor
a. Perdarahan intra tumor
Perdarahan yang mendadak dalam jumlah yang banyak akan terjadi
ditensi cepat dari kista yang dapat menimbulkan nyeri perut mendadak.
b. Putaran tungkai
Tumor yang bertungkai sering terjadi putaran tungkai, apabila putaran
terjadi secara perlahan tidak menimbulkan nyeri, tetapi jika putaran terjadi
secara mendadak dapat menimbulkan nyeri pada abdomen.
c. Terjadi infeksi pada tumor
Interaksi dapat terjadi jika tumor dekat dengan sumber kuman patogen
seperti appendiksitis.
d. Robekan dinding kista
Terjadi robekan di sebakan karena teori tungkai kista yang akan berkibat
isi kista tumpah ke dalam ruangan abdomen.
e. Perubahan keganasan
Keganasan kista di jumpai pada usia sebelum menarchea dan di atas usia
45 tahun.

8
2.6 Komplikasi
Menurut Susianti (2017), komplikasi – komplikasi yang dapat terjadi pada kista
ovarium adalah :
a. Perdarahan kedalam kista, biasanya terjadi secara terus-menerus dan sedikit-
sedikit yang dapat menyebabkan pembesaran kista dan menimbulkan kondisi
kurang darah (anemia).
b. Putaran tangkai, dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm
atau lebih. Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi akut sehingga
mengalami nekrosis.
c. Robek dinding kista, terjadi pada torsi tangkai akan tetapi dapat pula sebagai
akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada
waktu persetubuhan.
d. Perubahan keganasan atau infeksi (merah, panas, bengkak, dan nyeri).
e. Gejala penekanan tumor fibroid bisa menimbulkan keluhan buang air besar
(konstipasi).

2.7 Penatalaksanaan

Menurut Bilotta (2012), wanita penderita kista ovari dapat diberi


Penatalaksanaan seperti berikut :

1. Observasi
Dilakukan pemantauan selama 1-2 bulan karena kista fungsional jika
tidak ganas akan menghilang dengan sendirinya setelah 1-2 siklus haid.
2. Terapi Hormonal
Pengobatan dengan pemberian pil KB (gabungan estrogen- progresteron)
boleh ditambahkan obat anti androgen progesteron cyproteron asetat yang
akan mengurangi ukuran besar kista. Untuk kemandulan dan tidak terjadinya
ovulasi, diberikan klomiphen sitrat. Juga bisa dilakukan pengobatan fisik pada
ovarium, misalnya melakukan diatermi dengan sinar laser.
3. Terapi bedah
Tindakan operasi harus segera diambil ketika kista ovarium disertai gejala
akut seperti ketika ukuran kista besar dan telah menetap berbulan-bulan.
Apabila kistanya kecil (misalnya sebesar permen) dan pada pemeriksaan
sonogram tidak terlihat tanda-tanda keganasan, biasanya dokter melakukan

9
operasi dengan laparaskopi. Dengan cara ini, alat laparaskopi di masukkan
kedalam rongga panggul dengan melakukan sayatan kecil pada dinding perut,
yaitu sayatan searah dengan garis rambut kemaluan (Bilotta, 2012).
Apabila kistanya agak besar (lebih dari 5 cm), biasanya pengangkatan
kista dilakukan dengan laparatomi. Teknik ini dilakukan dengan pembiusan
total. Dengan cara laparatomi, kista sudah dapat diperiksa apakah sudah
mengalami proses keganasan (kanker) atau tidak. Bila sudah dalam proses
keganasan operasi sekalian mengangkat ovarium dan saluran tuba, jaringan
lemak sekitar serta kelenjar limfe (Bilotta, 2012).

BAB III KASUS

Ny. M (30 tahun) seorang IRT P2A0 datang ke IGD dengan keluhan nyeri sejak
3 hari yang lalu pada perut bagian bawah seperti diplintir dengan skala nyeri 6, mual
dan tidak nafsu makan. Riwayat kesehatan klien adalah klien di diagnose kista
ovarium sejak 3 bulan yang lalu dan klien merasa cemas dan gelisah karena takut
terjadi hal yang tidak diinginkan terhadap klien. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
bahwa TD: 120/70 mmHg, N: 70x/menit, RR: 18x/menit, S: 36 0C. Wajah tampak
grimace dan akral dingin. Dari hasil pemeriksaan laboratorium di dapatkan data
bahwa Hb (gr/dl) : 10.6; Leukosit (1000/UL): 7.72; Trombosit (1000/UL): 183;
Eritrosit (juta/UL): 3.17. Hasil USG didapatkan adanya massa pada ovarium bagian
kanan sebesar 2 cm.
Tugas :

10
1. Carilah kata-kata sulit pada kasus di atas! Carilah arti/maksud kata-kata sulit
tersebut!
Wajah grimace = meringis
2. Tentukan penyebab dari masalah klien pada kasus di atas!
Nyeri akibat dari pembesaran atau adanya massa pada ovarium.
3. Jelaskan bagaimana kasus tersebut bisa terjadi pada klien!
Nyeri akibat adanya massa pada ovarium dapat terjadi karena
ketidakseimbangan hormon dan juga pola hidup tidak sehat.
4. Jelaskan tanda dan gejala apa yang sering terjadi pada klien!
Klien merasakan nyeri di abdomen bagian bawah.
5. Jelaskan pemeriksaan penunjang yg bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan!
a. Laparoskopi berguna untuk mengetahui apakah tumor berasal dari
ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.
b. Ultrasonografi, dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas
tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,
apakah tumor kistik atau solid, dan dapat dibedakan pula antara cairan
alam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
c. Foto rontgen berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
d. CA-125 : memeriksa kadar protein di dalam darah yang disebut CA-125.
e. Kadar CA-125 juga meningkat pada perempuan subur, meskipun tidak ada
proses keganasan. Tahap pemeriksaan CA-125 biasanya dilakukan pada
perempuan yang berisiko terjadi proses keganasan, kadar normal CA-125
(0-35 u/ml).
f. Parasentensis pungsi asites, berguna untuk menentukan sebab asites. Perlu
diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum
peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk
6. Jelaskan penatalaksanaan yg bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk
menyelesaikan kasus tersebut!
a. Observasi
Dilakukan pemantauan selama 1-2 bulan karena kista fungsional jika
tidak ganas akan menghilang dengan sendirinya setelah 1-2 siklus haid.
b. Terapi Hormonal
Pengobatan dengan pemberian pil KB (gabungan estrogen- progresteron)
boleh ditambahkan obat anti androgen progesteron cyproteron asetat yang
akan mengurangi ukuran besar kista. Untuk kemandulan dan tidak terjadinya

11
ovulasi, diberikan klomiphen sitrat. Juga bisa dilakukan pengobatan fisik pada
ovarium, misalnya melakukan diatermi dengan sinar laser.
c. Terapi bedah
Tindakan operasi harus segera diambil ketika kista ovarium disertai gejala
akut seperti ketika ukuran kista besar dan telah menetap berbulan-bulan.
Apabila kistanya kecil (misalnya sebesar permen) dan pada pemeriksaan
sonogram tidak terlihat tanda-tanda keganasan, biasanya dokter melakukan
operasi dengan laparaskopi. Dengan cara ini, alat laparaskopi di masukkan
kedalam rongga panggul dengan melakukan sayatan kecil pada dinding perut,
yaitu sayatan searah dengan garis rambut kemaluan (Bilotta, 2012).
Apabila kistanya agak besar (lebih dari 5 cm), biasanya pengangkatan
kista dilakukan dengan laparatomi. Teknik ini dilakukan dengan pembiusan
total. Dengan cara laparatomi, kista sudah dapat diperiksa apakah sudah
mengalami proses keganasan (kanker) atau tidak. Bila sudah dalam proses
keganasan operasi sekalian mengangkat ovarium dan saluran tuba, jaringan
lemak sekitar serta kelenjar limfe (Bilotta, 2012).
7. Kembangkan kasus diatas sehingga dapat ditentukan diagnosa keperawatan
yang mungkin muncul pada kasus tersebut! (minimal: 3 diagnosa)
(Tambahkan data yang dapat menguatkan diagnosa tersebut)!
1. Nyeri akut b.d agens cedera biologis d.d wajah grimace akibat massa
atau pembesaran ovarium sebesar 2 cm
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang
asupan makan d.d tidak nafsu makan
3. Ansietas b.d ancaman pada status terkini d.d kecemasan pada pasien

12
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Data Pengkajian


a. Identitas Klien
Nama : Ny. M
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
MRS : 7 Mei 2018
b. Keluhan Utama
Nyeri abdomen bagian bawah

c. Riwayat Kesehatan
Diagnosa Medis : Klien didiagnosa kista ovarium sejak 3 bulan yang lalu.
Keluhan Utama : Keluhan yang biasa muncul pada pasien yaitu nyeri pada
perut bagian bawah seperti di plintir.
Riwayat Kesehatan Sekarang :
keluhan nyeri pada perut bagian bawah seperti diplintir
Alergi : tidak ada riwayat alergi
Riwayat Kesehatan Dahulu: klien didiagnosa kista ovarium sejak 3 bulan
yang lalu
Riwayat penyakit keluarga : -
Imunisasi : -
d. Hasil pemeriksaan penunjang
1. Hb (gr/dl) : 10.6
N : 12.1 – 15.1 gr/dl
2. Leukosit (1000/UL) : 7.72 = 7.720 sel/ul
N : 4000 – 11.500 sel/UL
3. Trombosit (1000/UL) : 183 = 183.000/UL
N : 150.000 – 400.000/UL
4. Eritrosit (juta/UL) : 3.17 = 3.170.000/UL
N : 700ribu – 5,2 juta/UL
5. Hasil USG didapat adanya massa pada ovarium kanan sebesar
2 cm
e. Riwayat pembedahan :-
f. Riwayat penyakit yang pernah dialami :-
g. Riwayat penyakit keluarga :-
h. Riwayat kesehatan reproduksi :-
i. Riwayat seksual :-
j. Pemeriksaan sosial ekonomi :-
k. Pemeriksaan spiritual :-
l. Pemeriksaan psikologis :-

13
m. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan TTV :
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 70x/menit
RR : 18x/menit
S : 36o C
b. Head to toe

a. Head to toe
1. Wajah
Tampak grimace
2. Kepala
Bentuk kepala moscocefal, tidak ada benjolan, tidak ada lesi, tidak ada
jejas, wajah terlihat meringis atau grimace
leher
bentuk leher simetris, tidak ada benjolan
3. Mata
bentuk mata simetris, konjungtiva anemis, pupil isokor

4. Telinga
bentuk simetris, tidak ada gangguan pendengaran, tidak ada hambatan,
tidak ada alat bantu pendengaran
5. Hidung
bentuk simetris, tidak ada polip, kebersihan cukup
6. Mulut
bentuk mulut simetris dam kebersihan cukup
7. Abdomen
adanya nyeri pada abdomen bawah,
(P) Nyeri terjadi akibat kista ovari yang dideritanya
(Q) Terasa seperti dipelintir
(R) perut bagian bawah

(S) Pada perut bagian bawah nyeri bekisar skala 6

14
4.2 Analisa Data

Paraf
No. Hari/Tanggal/Jam Data Penunjang Etiologi Masalah &
nama
1. Senin, 7 Mei DO: Pembesaran Nyeri akut ₯
Skala nyeri 6
2019/07.30 ovarium Ns.
Hasil USG
Dewi
terdapat massa
menekan organ
pada ovarium
sekitar
kanan 2 cm
Wajah grimace
Nyeri akut
DS:
Klien mengeluh
nyeri pada bagian
bawah seperti di
plintir sejak 3 hari
yang lalu
P : Adanya
massa/pembesaran
ovarium
Q : Seperti di
plintir
R : Abdomen
bawah
S : skala nyeri 6
T : sejak 3 hari

15
yang lalu

2. Senin, 7 Mei DO: Mual Ketidakseimbangan ₯


-
2019/08.00 nutrisi: kurang dari Ns.
DS : kebutuhan tubuh Dewi
Tidak nafsu makan
Klien mengatakan
mual dan tidak
nafsu makan Asupan makan
kurang

Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
3. Senin, 7 Mei DO: Cemas dan gelisah Ansietas ₯
-
2019/08.30 Ns.
DS : Kurang informasi Dewi
Klien mengatakan
cemas dan gelisah Kurang

16
karena takut pengetahuan
terjadi hal yang
tidak diinginkan
Gelisah

Ketakutan

Ansietas
4.3 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agens cedera biologis d.d wajah grimace
akibat massa atau pembesaran ovarium sebesar 2 cm
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh b.d kurang asupan makan d.d tidak nafsu makan
3. Ansietas b.d ancaman pada status terkini d.d kecemasan
pada pasien

17
4.4 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Nyeri akut b.d agens cedera Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Gunakan strategi komunikasi terapeutik
biologis 2 x 24 jam, diharapkan nyeri akut klien dapat untuk mengetahui pengalaman nyeri
berkurang. dan sampaikan penerimaan pasien
KH : terhadap nyeri
2. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen
1. Nyeri yang dilaporkan dipertahankan pada
nyeri seperti teknik relaksasi, guide
skala 2 = cukup berat ditingkatkan ke 4 =
imaginary dan mendengarkan musik
ringan
3. Dorong pasien untuk memonitor nyeri
2. Ekspresi nyeri wajah dipertahankan pada
dan menangani nyeri dengan tepat
skala 3 = sedang ditingkatkan ke skala 5 =
4. Informasikan keluarga mengenai
tidak ada
strategi nonfarmakologi yang sedang
digunakan untuk mendorong
pendekatan preventif terkait dengan
manajemen nyeri
5. Mulai dan modifikasi tidakan
pengontrol nyeri berdasarkan respon
klien
2. Ketidakseimbangan nutrisi: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Dorong klien untuk mendiskusikan
kurang dari kebutuhan tubuh 3 x 24 jam, diharapkan ketidakseimbangan makanan yang disukai bersama dengan
b.d kurang asupan makan nutrisi kurang dari tubuh teratasi. ahli gizi
2. Monitor intake/asupan dan asupan
KH :

18
1. Hasrat atau keinginan makan dipertahankan cairan secara tepat
3. Monitor berat badan klien secara rutin
pada skala 2 = banyak terganggu ke skala 4
4. Observasi klien selama dan setelah
sedikit terganggu
pemberian makanan atau makanan
2. Intake nutrisi dipertahankan pada skala 2 =
ringan
banyak terganggu ke skala 4 = sedikit
terganggu
3. Ansietas b.d ancaman pada Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Pahami situasi krisis yang terjadi dari
status terkini 2 x 24 jam, diharapkan ansietas dapat teratasi. perspektif klien
2. Berikan informasi faktual terkait
KH :
diagnosis, perawatan dan prognosis
1. Mennggunakan teknik relaksasi untuk
3. Dorong keluarga untuk mendampingi
mengurangi kecemasan dipertahankan
klien dengan cara yang tepat
pada 1 = tidak pernah dilakukan 4. Dengarkan klien
5. Bantu klien untuk mengartikulasi
ditingkatkan pada skala 4 = sering
deskripsi yang realistis mengenai
dilakukan
kejadian yang akan datang
2. Mengurangi penyebab kecemasan
dipertahankan pada skala 2 = jarang
dilakukan ditingkatkan pada skala 4 =
sering dilakukan
4.5 Implementasi Keperawatan

No. Hari/Tanggal/Jam Implementasi Rasional Paraf & Nama


Dx

19
1. Rabu, 9 Mei 2019 12.30 Menggunakan strategi komunikasi Membangun hunungan saling ₯
WIB terapeutik untuk mengetahui percaya sehingga klien merasa Ns. Dewi
pengalaman nyeri dan sampaikan nyaman
penerimaan pasien terhadap nyeri
Rabu, 9 Mei 2019 16.30 Mengajarkan prinsip-prinsip Untuk mengalihakan pikiran ₯
WIB manajemen nyeri seperti teknik sehingga nyeri lebih berkurang Ns. Dewi
relaksasi, guide imaginary dan
mendengarkan musik
Rabu, 9 Mei 2019 16.35 Mendorong pasien untuk memonitor Agar pasien bisa menangani dengan ₯
WIB nyeri dan menangani nyeri dengan tepat cepat ketika nyeri datang Ns. Dewi
Rabu, 9 Mei 2019 19.25 Menginformasikan keluarga mengenai Dukungan keluarga sangat penting ₯
WIB strategi nonfarmakologi yang sedang Ns. Dewi
digunakan untuk mendorong
pendekatan preventif terkait dengan
manajemen nyeri
Kamis, 10 Mei 2019 Mulai dan modifikasi tidakan Untuk mengetahui tindakan ₯
07.30 WIB pengontrol nyeri berdasarkan respon bagaimana yang dapat mengurangi Ns. Dewi
klien nyeri
2. Rabu, 10 Mei 2019 Mendorong klien untuk mendiskusikan Untuk meningkatkan minat makan ₯
12.45 WIB makanan yang disukai bersama dengan klien Ns. Dewi
ahli gizi

20
Rabu, 10 Mei 2019 Memonitor intake/asupan dan asupan Untuk mengetahui apakah intake ₯
12.50 WIB cairan secara tepat klien sudah tercukupi Ns. Dewi
Rabu, 10 Mei 2019 Memonitor berat badan klien secara Agar dapat mendeteksi secara dini ₯
13.00 WIB rutin terkait kekurangan nutrisi Ns. Dewi
Kamis, 11 Mei 2019 Mengobservasi klien selama dan setelah Untuk memastikan asupan klien ₯
07.30 WIB pemberian makanan atau makanan telah tepat Ns. Dewi
ringan
Kamis, 11 Mei 2019 Menentukan pencapaian berat badan Untuk mengetahui pencapaian €
07.30 WIB harian sesuai keinginan harian yang diinginkan
Ns. Juminten
3. Jum’at, 12 Mei 2019 Pahami situasi krisis yang terjadi dari Agar dapat lebih memahami ₯
14.00 WIB perspektif klien keadaan klien dari sudut pandang Ns. Dewi
klien
Jum’at, 12 Mei 2019 Berikan informasi faktual terkait Agar klien mengetahui secara pasti ₯
14.00 WIB diagnosis, perawatan dan prognosis tentang apa yang terjadi padanya Ns. Dewi
Jum’at, 12 Mei 2019 Dorong keluarga untuk mendampingi Agar keluarga dapat memberi ₯
14.05 WIB klien dengan cara yang tepat dukungan secara tepat kepada klien Ns. Dewi
Jum’at, 12 Mei 2019 Dengarkan klien Agar klien merasa tenang setelah ₯
14.10 WIB keluh kesahnya didengarkan Ns. Dewi
dengan baik

21
Jum’at, 12 Mei 2019 Bantu klien untuk mengartikulasi Membantu klien untuk mengetahui ₯
14.10 WIB deskripsi yang realistis mengenai kemungkinan kondisinya yang akan Ns. Dewi
kejadian yang akan datang datang

4.6 Evaluasi Keperawatan

No Hari/Tanggal/Jam Diagnosa Evaluasi Nama dan Paraf


1. Kamis, 11 Mei 2019 Nyeri akut b.d agens cedera S : pasien mengatakan nyerinya sudah ₯
12.00 WIB biologis d.d wajah grimace berkurang Ns. Dewi
dan perut seperti diplintir
O : skala nyeri 3

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi
2. Kamis, 11 Mei 2019 Ketidakseimbangan nutrisi: S : Pasien mengatakan mual hilang ₯
12.00 WIB kurang dari kebutuhan dan suka makan Ns. Dewi
tubuh b.d kurang asupan
O : Pasien tampak segar
makan
A : masalah teratasi

P : lanjutkan intervensi
3. Jumat, 12 Mei 2019 Ansietas b.d ancaman pada S : pasien mengatakan sudah lebih ₯
15.00 WIB tenang tapi masih sedikit

22
status terkini mencemaskan tentang pembesaran Ns. Dewi
ovariumnya

O : wajah tidak lagi grimace

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan hentikan intervensi.

23
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kista ovarium adalah suatu pengumpulan cairan terjadi pada indung telur atau
varium yang permukaannya rata dan halus, bersifat neoplastik dan non neoplastik.
Penyebab dari kista belum diketahu secara pasti, kemungkinan dari bahan – bahan
yang bersifat karsinogenik, bisa zat kimia, polutan, hormonal dan lain – lain.
Penyebab dari kista ovarium belum sepenuhnya dimengerti, tetapi beberapa tori
menyebutkan adanya gangguan Dallam pembentukan gangguan estrogen dan dalam
mekanisme umpan balik ovarium-hipotalamus. Penyebab terbentuknya kista pada
ovarium adalah gagalnya sel telur atau folikel untuk berovulasi. Fungsi ovarium yang
normal tergantung kepada sejumlah hormone dan kegagalan pembentukan salah satu
hormone tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium.
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang nantinya
akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium, tipe folikuler
merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh
karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol.
Kista ovarium dapat dicegah dengan cara pola hidup sehat.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Penulis

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.

5.2.2 Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan tenaga kesehatan senantiasa membantu dan menangani kista ovari


agar wanita dapat terselamatkan. Tenaga kesehatan juga dapat mensosialisasikan
kepada masyarakat agar dapat mencegah kasus ini.

5.2.3Bagi Instansi Kesehatan

24
Diharapkan instansi, agar dapat meningkatkan riset – riset mengenai kasus kista
ovari.

25
DAFTAR PUSTAKA

Agusfarly. 2013. Penyakit Kandungan. Jakarta : Pustaka Populer Obor.

Bilotta, K. 2012. Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi Keperawatan Edisi 2.


Jakarta: EGC.

Corvin, E.J., 2008.Penyakit Kandungan. Yogyakarta: Fitramaya.

Depkes RI. 2011. Rencana Stategis Kementrian Kesehatan 2010-2014. Jakarta.

Nasdaldy. 2009. Aplikasi dan Konsep Keperawatan, Jakarta : Cipta Pustaka.

Ricci. 2009. Hapami Penyakit Kista Ovarium. Jakarta: Andi Offlet.

Susianti, I. 2017. Aplikasi Teori Model Calista Roy Dalam Pemberian Asuhan
Keperawatan Pada NY. S Dengan Kista Ovarium Di Sukamaju Kota Bengkulu.
V5 no. 2. Bengkulu.

26

Anda mungkin juga menyukai