Anda di halaman 1dari 12

RESUME MATERI

TUGAS KEPERAWATAN KRITIS

oleh
Melis Candrayani
NIM 172310101177

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
GAGAL NAFAS

Gagal napas merupakan suatu kondisi gawat darurat pada sistem respirasi berupa
kegagalan sistem respirasi dalam menjalankan fungsinya, yaitu oksigenasi dan eliminasi
karbon dioksida. Berdasarkan kedua fungsi tersebut, maka gagal napas dapat diklasifikasikan
menjadi dua tipe, yaitu gagal napas hipoksemia dan gagal napas hiperkapnia:

A. Gagal Napas Hipoksemia


Yaitu kegagalan pertukaran oksigen dalam paru atau keadaan dimana tekanan parsial
oksigen di arteri ) rendah (PaO2) yaitu < 60 mmHg. (N = 75 – 100 mmHg). Terjadi akibat
kegagalan difusi (berpindah) oksigen dari alveolus ke sirkulasi.

Penyebab:
1. Ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi seperti pneumonia dan emboli paru
2. Terjadinya pirau atau shunting (penurunan ventilasi namun perfusi normal atau tidak
menurun separah ventilasi sehingga rasio V/Q menurun) darah dari sisi sirkulasi kanan
ke kiri yang menyebabkan terjadinya bypass paru. Hal ini mengakibatkan oksigenasi
tidak dapat terjadi. Dugaan klinis pirau jika kadar oksigen inspirasi yang tinggi tidak
memperbaiki PO2.
3. Hipoksemia pada ketinggian krn O2 rendah

Manifestasi:
- PO2 ↓
- PCO2 ↓
- Agitasi 
- Perasaan jengkel, kesal atau gelisah
- Agresif
- Bingung
- Tanpa flap metabolik
- RR ↑
- Bradikardi (<60 x/m)  denyut lemah
- Takikardi
- Koma
- Kejang
- Sianosis
- Hipertensi
- Hipotensi
- Takipneau (napas cepat)
- Diaphoresis (keringat dingin)
- Laktat asidosis

Produksi asam laktat yang berlebihan. Terjadi saat tubuh melakukan


metabolisme anaerob (kadar oksigen rendah).

Terapi:
1. O2 konsentrasi tinggi
Diberikan selama resusitasi atau jika terjadi pirau intrapulmonal (pneumonia
berat, asma, edema paru). Konsentrasi ≥ 60%, dengan sistem tertutup (pemasangan
masker wajah yang ketat atau pipa endotrakea). Hati-hati dalam pemberian karena
dapat mengakibatkan narkosis CO2 (mati rasa) dan kematian.
2. O2 konsentrasi rendah
Mengalirkan oksigen dengan konsentrasi 30 – 50%.

B. Gagal Napas Hiperkapnia


Yaitu kegagalan ventilasi untuk mengeluarkan CO2. Tekanan parsial karbondioksida
di arteri tinggi (PaCO2) > 45 mmHg (N = 38 – 42 mmHg). Terutama terjadi akibat
kegagalan fungsi ventilasi atau pompa udara pada saluran napas. Dapat disertai
hipoksemia, umumnya disertai asidosis respiratorik.

Manifestasi:
- PO2 ↓
- PCO2 ↑
- Mengantuk
- Bingung
- Somnolence
- Restlessness atau gelisah
- Flap metabolik
- Tremor
- Papilledema (pembengkakan saraf mata)
- Hangat
- Koma
- Diaphoresis (keringat dingin)
- Asterixis (tremor ketika tangan direntangkan)
- Slurred speech (bicara tidak jelas)
- Vasodilatasi, N kuat > 100 x/m (Takikardi)

FYI:
Vasodilatasi (pembesaran pembuluh darah), terjadi secara alami sebagai
respons terhadap kadar oksigen rendah atau peningkatan suhu tubuh.
Terjadi ketika otot polos di arteri dan vena mayor mengendur.

Penyebab:
1. Penurunan ventilasi alveolar
Terjadi ketika ventilasi total menurun, atau ventilasi buangan meningkat (pembesaran
rongga yang tidak terpakai [dead space])

FYI:
Ventilasi alveolar adalah jumlah udara yang mencapai alveoli tiap menitnya.

Dead space adalah ventilasi normal, namun perfusi berkurang sehingga rasio
ventilasi dan perfusi (V/Q) meningkat. Dampaknya, tidak terjadi pertukaran
gas pada area ini dan udara yang diventilasi menjadi sia sia..

2. Meningkatnya CO2 inspirasi juga dapat meningkatkan CO2, hal ini dapat terjadi
apabila ventilasi pasien mengambil kembali udara ekspirasi.

Terapi:
1. Dengan cara meningkatkan ventilasi
2. CO2 diturunkan dengan ventilasi mekanik
VENTILATOR

Ventilator merupakan suatu alat sistem bantuan napas secara mekanik yang digunakan
untuk menggantikan/ menunjang/ membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk
mempertahankan fungsi pernapasan.
Indikasi:
1. Kegagalan oksigenisasi : Hypoxemian (PaO2 <55 mmhg dengan Flo2 > 60%)
2. Kegagalan Ventilasi: Hypercapnia (PaCO2 > 45 mmHg)

Mode Ventilator
Nama (Mode) Deskripsi Keuntungan
Assisted Controlled Dirangsang oleh inspirasi Meningkatkan pernapasan
Ventilation (ACV) pasien, namun pada keadaan spontan, tidak ada penurunan
tidak ada inspirasi, akan tonus otot, baik untuk
berputar sesuai kecepatan meningkatkan kadar CO2, Tv
yang telah diset. (Tidal Volume) mekanik penuh
Assusted Ventilation Pasien mencetuskan Tv deprogram namun pasien
(AV) ventilator, yang menyediakan menentukan frekuensi
napas bertekanan positif
Controlled Ventilation Ventilator menyalurkan Tv dan RR sudah diset
(CV) pernapasan yang telah sebelumnya . untuk apnea dan
deprogram tanpa henti napas akibat obat dan
mempertimbangkan usaha status asmatikus, penurunana
napas pasien usaha bernapas pasien
Intermittent Mandatory Menggabungkan spontan dan Volume dan kecepatan tidak
Ventilation (IMV) CV, pasien dapat bernapas tergantung pada usaha pasien,
spontan di antara napas memungkinkan penyaluran gas
ventilasi yang diberikan. yang dilembabkan, membantu
hiperventilasi persisten,
penurunan ansietas,
penurunana barotrauma,
membantu dengn PEEP.
Pressure Support Menyediakan napas Digunakan sebagai cadangan
Ventilation (PSV) bertekanan positif yang SIMV, lebih nyaman karena
levelnya sudah diset kecepatan pemberian
sebelumnya, hanya selama ditentukan oleh pasien, paling
siklus inspirasi baik untuk melatih pernapasan
mandiri (weaning).
Synchronous Intermittent Menggambungkan spontan Sama seperti IMV dengan
Mandatory Ventilation dan ACV, memberikan napas pernapasan yang lebih
(SIMV) bantuan tekanan positif pada terkontrol, nyaman, dan
interval tertentu denganusaha efisien, mencegah atrofi otot,
pasien. kembali ke IMV jika tidak ada
usaha pasien, mencegah
penyaluran Tv yang ganda,
lebih umum digunakan untuk
PEEP.
Positive End Expiratory Pemeliharaan tekanan Meningkatkan VA  (Alveolar
Pressure (PEEP) “superatmosfir” buatan pada Ventilation), peningkatan FRC
akhir ekspirasi (fungsi residual capacity);
pencegahan atelectasis;
digunakan pada edema paru
dan ARDS, digunakan dengan
SIMV
Continous Positive Tekanan positif selama Menggunakan napas pasien
Airway Pressure (CPAP) inspirasi dan ekspirasi tanpa seluruhnya, berguna untuk
bantuan ventilator weaning atau sebelum
ekstubasi.
PENCEGAHAN VENTILATOR ASOCIATED PNEUMONIA (VAP)

Ventilator Associated Pneumonia (VAP), yaitu infeksi pneumoni yang terjadi >48 jam
setelah diberikannya terapi ventilator mekanik. Mikroorganisme masuk melalui saluran napas
bawah melalui aspirasi sekret orofaring yang berasal dari bakteri endemik dalam tubuh di
saluran pencernaan atau juga bisa dari bakteri eksogen yang berasal dari peralatan yang
terkontaminasi atau dari tenaga kesehatan (Anandani, 2015).

Tindakan pencegahan:
1. Cuci tangan dan pemakaian handscoon sebelum dan sesudah melakukan tindakan
2. Dekontaminasi oral
3. Intervensi farmakologis oral
4. Stress ulcer prophilaxis
5. Penghisapan sekret endotrakeal
6. Perubahan posisi klien
7. Posisi semi-fowler (30-45˚)
8. Penghisapan sekret orofaring
9. Pemeliharaan sirkuit ventilator
10. Melakukan suction sesuai SOP dan memperhatikan teknik steril
11. Tindakan pencegahan untuk aspirasi ke paru-paru dengan menyapih dan ekstubasi dini
(Fitriani & Santi, 2018).

Strategi pencegahan dapat berfokus untuk menurunkan kolonisasi bakteri dari orofaring
dengan cara:
1. Mengurangi frekuensi aspirasi
2. Menjaga sistem kekebalan tubuh
3. Membebaskan pasien dari ventilator sedini mungkin (Anandani, 2015).

Infectious Disease Society of America dan America Thoracic Society 2005 menerbitkan
pedoman pencegahan VAP dengan berfokus pada faktor resiko yang dapat dimodifikasi:
1. Hindari intubasi dan re-intubasi jika mungkin
2. Pilih intubasi orotrakeal daripada intubasi nasotrakeal
3. Aspirasi berkesinambungan sekret epiglotis
4. Posisi semi-recumbent (bagian kepala/atas tempat tidur lebih tinggi 30-450 jika mugkin
5. Enteral feeding dengan post-pyloric feeding tube
6. Pengaplikasian standar pengendalian infeksi
7. Interupsi sedasi harian bersama dengan protokol weaning ventilator (ketergantungan
pasien dalam penggunaan ventilator)
8. Kebijakan tranfusi konservatif
9. Profilaksis stress ulcer dengan sukralfat atay H2-bloker daripada dengan proton pump
inhibitor (PPI) (Anandani, 2015)
COVID-19

Coronavirus adalah virus yang menginfeksi saluran pernapasan. Ada setidaknya


dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan
gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS).
Manifestasi klinis biasanya muncul dalam 2 hari hingga 14 hari setelah paparan.
Tanda dan gejala umum infeksi coronavirus antara lain gejala gangguan pernapasan akut
seperti demam, batuk dan sesak napas. Pada kasus yang berat dapat menyebabkan
pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian (Kemenkes RI,
2020).
Coronavirus bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan
oleh desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56℃ selama 30 menit,
eter, alkohol, asam perioksiasetat, detergen non-ionik, formalin, oxidizing agent dan
kloroform.

Patofisiologi:
Berikut siklus dari Coronavirus setelah menemukan sel host sesuai tropismenya.
Pertama, penempelan dan masuk virus ke sel host diperantarai oleh Protein S yang ada
dipermukaan virus. Protein S penentu utama dalam menginfeksi spesies host-nya serta
penentu tropisnya. Pada studi SARS-CoV protein S berikatan dengan reseptor di sel host
yaitu enzim ACE-2 (angiotensinconverting enzyme 2). ACE-2 dapat ditemukan pada
mukosa oral dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus,
sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus,
sel endotel arteri vena, dan sel otot polos. Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi
replikasi gen dari RNA genom virus. Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana
sintesis virus RNA melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi virus. Tahap
selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus.
Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas kemudian bereplikasi
di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus hidupnya). Setelah itu menyebar ke
saluran napas bawah. Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan
virus dapat berlanjut meluruh beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah
penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari.
Dampak Coronavirus :
1. Pankreas
Ekspresi ACE2 di pankreas tinggi dan lebih dominan di sel eksokrin dibandingkan
endokrin. Hal ini juga diperkuat data kejadian pankreatitis pada pasien yang telah
dibuktikan secara laboratorium dan radiologis. Bila ini memang berhubungan, maka
perlu perhatian khusus agar tidak berujung pada pankreatitis kronis yang dapat
memicu inflamasi sistemik dan kejadian ARDS yang lebih berat. Namun, peneliti
belum dapat membuktikan secara langsung apakah SARS-CoV-2 penyebab kerusakan
pankreas karena belum ada studi yang menemukan asam nukleat virus di pankreas.
2. Miokarditis
Miokarditis fulminan telah dilaporkan sebagai komplikasi COVID-19. Temuan terkait
ini adalah peningkatan troponin jantung, myoglobin, dan n-terminal brain natriuretic
peptide. Pada pemeriksaan lain, dapat ditemukan hipertrofi ventrikel kiri, penurunan
fraksi ejeksi, dan hipertensi pulmonal. Miokarditis diduga terkait melalui mekanisme
badai sitokin atau ekspresi ACE2 di miokardium.
3. Kerusakan Hati
Peningkatan transaminase dan biliriubin sering ditemukan, tetapi kerusakan liver
signifikan jarang ditemukan dan pada hasil observasi jarang yang berkembang
menjadi hal yang serius. Keadaan ini lebih sering ditemukan pada kasus COVID-19
berat. Elevasi ini umumnya maksimal berkisar 1,5 - 2 kali lipat dari nilai normal.
Terdapat beberapa faktor penyebab abnormalitas ini, antara lain kerusakan langsung
akibat virus SARS-CoV-2, penggunaan obat hepatotoksik, ventilasi mekanik yang
menyebabkan kongesti hati akibat peningkatan tekanan pada paru.

Terdapat beberapa kelompok rentan terinfeksi covid-19, yaitu;


1. Lansia, yaitu orang yang berusia lebih dari 60 tahun keatas dikarenakan mengalami
penurunan berbagai fungsi tubuh dikarenakan proses penuaan seperti penurunan produksi
hormon, elastisitas kulit, massa otot dan fungsi organ-organ tubuh..
2. Orang dengan riwayat penyakit tertentu, orang dengan penyakit komplikasi pada penderita
covid-19 seperti diabetes, hipertensi, kanker dan kondisi lainnya yang menyerang sistem
imun tubuh.
3. Petugas medis, yaitu para perugas medis yangmana telah diketahui seperti dokter, perawat
yang diharuskan bersinggungan secara langsung dengan pasien yang terinfeksi covid-19.
4. Anak-anak, yaitu pasien anak-anak terutama kelompok bayi tidak dapat disepelekan walau
kondisi yang memungkinkan tidak terlalu parah seperti pada pasien dewasa

Upaya Pencegahan:
1. Membuat Gugus Tugas Covid-19, yaitu untuk menggerakkan warga yang memiliki
keinginan untuk berpartisipasi dalam program menjadi relawan dan membantu dalam
menangani pasien dalam pengawasan (PDP).
2. Sistem Lockdown, yaitu untuk menutup aliran keluar masuk orang dan barang antar
lokalitas. Hal tersebut diharapkan penyebaran virus dapat berkurang atau berhenti.
3. Giat Bersih Tempat Ibadah, yaitu meningkatkan PHBS di tempat ibadah sehingga resiko
dalam penularan virus Covid-19 bisa dicegah.
4. Gerakan Sekolah Bersih, yaitu untuk memberikan edukasi kepada lingkungan sekolah
mengenai pentingnya menjaga kebersihan diri dan mencegah penyebaran kuman dengan
mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir.
DAFTAR PUSTAKA

Anandani, A. (2015). Pencegahan Ventilator-Associated Pneumonia Dengan Pemberian


Profilaksis Stress Ulcers Prevention of Ventilator-Associated Pneumonia. The
Indonesian Journal of Infectious Disease, 1(1), 16–19.
Fitriani, D., & Santi, P. W. (2018). Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Pencegahan
Ventilator Associated Pneumonia ( Vap ) Dengan Peningkatan Angka Vap Di Ruang Icu
Rumah Sakit Sari Asih Karawaci Tangerang 2016. Edudharma Journal, 2(1), 46–61.
Hellyer, T. P., Ewan, V., Wilson, P., & Simpson, A. J. (2016). The Intensive Care
Society Recommended Bundle of Interventions for the Prevention of Ventilator-
Associated Pneumonia. Journal of The Intensive Care Society ,17 (3), 238-243.
Saodah, S. (2019). Knowledge of Guideline VAP Bundle Improves Nurse Compliance Levels
in Preventing Associated Pneumonia (VAP) Ventilation in the Intensive Care Unit.
Media Keperawatan Indonesia, 2(3), 113. https://doi.org/10.26714/mki.2.3.2019.113-
120
Setyopranoto, I. 2019. Pemeriksaan Analisa Gas Darah Arteri. Yogyakarta:gadjah Mada
Univercity press
Tablan OC, Anderson LJ, Besser R, et al: Guidelines for preventing health-care associated
pneumonia. Recommendations of CDC and the health care infection control practices
advisory committee. CDC 2004;53 (RR03): 1-36

Anda mungkin juga menyukai