DARURAT (VENTILATOR)
Disusun oleh :
Nurul Fajriah
18210100006
JAKARTA
2021
Laporan Pendahuluan
Ventilasi Mekanik (Ventilator)
A. Pengertian
Ventilator adalah suatu alat mekanis yang mampu membantu pernafasan.
Ventilator berfungsi membantu seseorang untuk memenuhi oksigen paru,
mengeluakan karbondioksida dalam tubuh, membantu pasien untuk lebih
mudah bernafas, membantu pasien yang kehilangan kemampuan bernafas.
Ventilator menyalurkan gas ke paru-paru dengan menggunakan tekanan
positif pada tingkat tertentu. Jumlah gas disampaikan dapat dibatasi oleh
waktu, tekanan atau volume. Durasi bisa dikontrol dengan waktu, tekanan
atau aliran (Smeltzer, et al., 2010).
Parameter Nilai
Frekuensi pernapasan <10 kali/ menit (penurunan kendali pernafasan)
Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit
Kapasitas vital <10-20 ml/kg (cadangan pernapasan buruk)
Tekanan inspirasi <20 cm H2O atau cenderung menurun
Gas darah arteri
pH <7,25
PaCo2 >50 mmHg
PaO2 <50 mmHg dengan trapi O2
Gradien pirau A-a ≥300 mmHg
≥25-30
Auskultasi dada Penurunan atau tak ada bunyi napas
Irama dan frekuensi jantung Nadi > 120, disritmia
Aktivitas Kelelahan berat, penurunan toleransi aktifitas
Status mental Kacau mental, delirium, somnolen
Observasi fisik Penggunaan otot aksesori, kelelahan, kerja
pernapasan berat
c. PressureCycled
Ventilator yang mengakhiri inspirasi ketika tekanan preset telah
tercapai. Dengan kata lain siklus ventilator hidup mengantarkan aliran
udara sampai tekanan tertentu yang telah ditetapkan seluruhnya
tercapai dan kemudian siklus mati.Prinsip dasar ventilator type ini
adalah cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin berhenti bekerja dan
terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah ditentukan.
Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi
dengan pasif.Kerugian pada type ini bila ada perubahan komplain paru,
maka volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien
yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak
dianjurkan.
E. Mode Ventilator
a. CMV ( Continous Mechanical Ventilation)
Disebut juga dengan modus control. Karena pada modus ini pasien
menerima volume dan ferkuensi pernafasan sesuai dengan yang telah
diatur. Sedangkan pasien tak dapat bernafas sendiri.
b. ACV ( Assist Control Ventilation)
Pada modus in pasien menerima volume dari mesin dan bantuan
nafas, tetapi hanya sedikit. Pasien diberikan kesempatan untuk
bernafas spontan. Total jumlah pernafasan dan volume semenit
ditentukan oleh pasien sendiri.
c. IMV ( Intermitent Mandatory Ventilation)
Pasien menerima volume and frekuensi pernapasan dari
ventilator.Keuntungannya adalah pasien diberikan kesempatan untuk bernafas sendiri.
d. Pressure Support
Modus ini memberikan bantuan ventilasi dengan cara memberikan
tekanan. Pada saat pasien inspirasi, mesin memberikan bantuan nafas
sesuai dengan tekanan positif yang telah ditentukan. Modus ini sangat
baik untuk digunakan pada proses penyapihan pasien dari penggunaan
ventilator.
e. SIMV ( Syncronous Intermitent Mandatory Ventilation)
Modus ini sama dengan IMV, hanya pada modus ini bantuan
pernafasan dari sesuaikan kapan terjadi pernafasan pasien sendiri.
f. CPAP ( Continous Positif Airway Pressure)
Pemberian tekanan positif pada jalan nafas untuk membantu ventilasi
selama siklus pernafasan. Pada modus ini frekuensi pernafasan dan
volume tidal ditentukan oleh pasien sendiri
g. PEEP ( Positif End Expiratory Pressure)
Digunakan untuk mempertahankan tekanan jalan nafas pada akhir
ekspirasi sehingga meningkatkan pertukaran gas didalam alveoli.
Pemakaian PEEP dianjurkan adalah 5-15 cm H2O
F. Parameter Ventilator
a. FiO2 (Fraksi Oksigen inspirasi)
FiO2 diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien.Pemberian FiO2
sebaiknya diberikan serendah mungkin tetapi memberikan PaO2 yang
adekuat. Prinsipnya adalah mendapatkan PaO2 yang lebih besar dari
60mmHg
b. Volume tidal
Volume tidal adalah jumlah udara yang keluar masuk setiap kali pernafasan.
Normalnya adalah 8-12cc/kgBB
c. Frekuensi pernafasan
<10 kali/ menit (penurunan kendali
pernafasan) Frekuensi napas lebih dari
35 kali per menit
d. Perbandingan inspirasi dan ekspirasi ( I:E Ratio)
Untuk menentukan perbandingan antara waktu inspirasi dan ekspirasi.
Normal I : E adalah 1:2
e. Batas tekanan (Pressure Limit)
Pengaturan pada parameter ini bertujuan untuk membatasi
tekanan yang diberikan dalam mencapai volume tidal. Pressure limit
diberikan pada 10-15 cm H2O diatas tekanan yang dikeluarkan pasien.
f. Sensitivitas
Diberikan agar pasien merangsang mesin untuk memberikan nafas.
Sensitivitas tidak diberikan jika ventilator dalam modus control. Jika
pasien diharapkan untuk merangsang mesin maka sensitivitas diatur pada
-2 cmH2
g. Alarm
Alarm ventilator bekerja atau berbunyi berarti mengindikasikan terjadinya suatu
masalah. Mekanisme kerja alarm pada ventilator antara lain:
1) Oksigen
Alarm akan berbunyi jika FiO2 menyimpang dari settingan awal.
Penyebab Penatalaksanaan
Settingan FiO2 diubah- Mengubah settingan FiO2 sesuai dengan nilai
ubah dan tidak sesuai yang diharapkan.
dengan nilai yang
diharapkan
Analyzer oksigen error Mengkalibrasi analyzer
Gangguan pada sumber Mengkoreksi gangguan yang terjadi
oksigen
2) Pressure
High pressure limit
High pressure limit biasanya disetting 10 cmHg di atas PIP pasien rata-
rata. Alarm akan berbunyi jka tekanan meningkat dimanapun selama masih
di sirkuit ventilator.
Penyebab Penatalaksanaan
Peningkatan hambatan Luruskan selang nafas ventlator.
aliran gas Auskutasi suara nafas dan berikan
bronkodilator jika diperlukan
Penurunan copliance paru Turunkan flow rate/VT/gunakan kontrol mode
Pasien melawan ventilator Disconnect dari ventilator, lakukan bagging.
(fighting) Jjika respiratory distress tidak ada, maka
masalahnya ada pada ventilator.
Jika ada usaha nafas dari pasien, gunakan
SIMV.
Low O2 pressure
Alarm akan aktif jika tekanan oksigen tidak adekuat.
Penyebab Penatalaksanaan
Gangguan pada tekanan Cek sambungan sumber oksigen dn re-
sumber oksigen/gangguan koreksi. Jika sumber oksigen bermasalah
sumber oksigen lakukan bagging dengan sumber oksigen
portable
3) Volume
Rendahnya volume tidal ekspirasi atau minute ventilation.
Penyebab Penatalaksanaan
Tidak tersambungnya Kebocoran bisa bersumber dari mulut atau
ventilator sistem dengan pasien koreksi sirkuit.
(cth: alat terlepas dari pasien) Tanda dan gejala pada pasien: hipoksemia
Terjadi kebocoran udara dan hiperkapnia.
Kebocoran bisa juga karena malposisi alat
pda jalan nafas, udara dapat ditambahkan
pada cuff.
Jika kebocoran tidak dapat diperbaiki dalam
waktu seingkat, maka reset kembali parmeter
alarm (VT) untuk mnegkompensasai volume
yang hilang.
Pasien dalam penggunaan Kaji penyebab penurunan compliance paru
ventilator dengan PC mode, atau penurunan resistensi jalan nafas.
pasien dengan penurunan Kaji tanda dan gejala kelelahan otot nafas
complience, penurunan pada pasien: RR, pola nafas irreguler,
resiistensi atau kelelahan penggunaan otot-otot aksesoris pernafasan.
Meningkatkan tekanan inspirasi untuk
mendapatkan VT yang cukup, meningkatkan
jumlah nafas bantuan, atau mengubah mode
ventilator menjadi volume cycled mode.
Mencapai tekanan batas atas Gangguan disebabkab karena tingginya
tekanan tertinggi karena tekanan inspirasi
ventilator membuang sisa VT.
Sensor dalam kondisi basah, Keringkan sensor dan susun kembali
menyebabkab tdak akuratnya
pengukuran volume ekspirasi
Tidak cukupnya aliran gas. Awasi/Kaji adanya waktu inspirasi yang
memanjang dengan mengontrol I:E ratio.
Kemudian perbaiki dengan meningkatka
aliran udara (flow rate)
Tingginya volume tidal ekspirasi atau minute ventilation
Penyebab Penatalaksanaan
Meningkatnya RR atau tidal Cari alasan/penyebab pasien mengalami
volume peningkatan volume ekspirasi:kecemasan,
nyeri, hipoksemia, asidosisi metabolik yang
dikarenakan menurunnya perfusi jaringan,
kehilangan HCO3 melalui abdominal drain.
Cari penyebab kecemasan, penyebab
hipoksemia, kontro nyeri.
Pengaturan ventilator yang Mengatur kembali settingan VT dan RR atau
tidak sesuai alarm parameter pada ventilator
Adanya kebisingan yang Keluarkan cairan dari selang ventilator
berlebihan (misal:adanya air sesegera mungkin
pada selang) dapat
menyebabkan kesalahan dalam
intepretasi.
4) Apnea
Alarm akan diaktifkan atau berbunyi ketika tidak ada ekshalasi.
Penyebab Penatalaksanaan
Tidak terdeteksinya usaha nafas Kaji pernafasan pasien.
spontan dari pasien. Jika pasien tidak bernafas, lepas
ventilator dan ganti dengan bantuan
nafas manual (bagging). Jika nadi tidak
teraba, cari bantuan dan lakukan RJP.
Lepasnya sambungan sensor ekshalasi Periksa sambungan sensor dan
hubungkan kembali dengan ventilator
5) I:E ratio
Alarm I:E ratio akan berbunyi jika I:E ratio mencapai 1:3 atau dibawah
1:1,5. Normalnya I:E ratio adalah 1:2.
Penyebab Penatalaksanaan
Tidak sesuainya volume tidal, peak Cek kesesuaian VT, peak inspiratory
inspiratory flow rate dan respiratory flow rate, dan RR control.
rate control. Jika VT dan RR settingnya sudah
sesuai, atur peak inspiratory flow rate
untuk mencapai I:E ratio normal
6) Gangguan pada mesin ventilator
Penyebab Penatalaksanaan
Lepasnya sambungan kabel ke Cek sambungan listrik
sumber listrik
Rusaknya tekanan udara dan oksigen Cek sumber tekanan udara dan oksigen
dan cek sambungan
Disfungsinya microproccesor Disconnect ventilator dan berikan
bantuan ventilasi secara manual
G. Komplikasi
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila perawatannya
tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:
a. Pada Kardiovaskuler
1) Akibat dari tekanan posistif pada rongga thorax à darah yang kembali ke
jantung terhambat à venous return menurun maka cardiac output
menurun.
2) Darah yang lewat paru juga berkurang karena ada kompresi
microvaskuler akibat tekanan (+) à sehingga darah berkurang à cardiac
output menurun.
3) Bila tekanan terlalu tinggi à bisa terjadi ex oksigenasi.
b. Pada paru
1) Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara
vaskuler.
2) Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
3) Infeksi paru
4) Keracunan oksigen
5) Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
6) Aspirasi cairan lambung
7) Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
8) Kerusakan jalan nafas bagian atas
c. Pada sistem saraf pusat
1) Vasokonstriksi cerebral
Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2) dibawah normal
akibat dari hiperventilasi.
2) Oedema cerebral
Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal akibat dari
hipoventilasi.
3) Gangguan tidur
4) Gangguan kesadaran
d. Pada sistem gastrointestinal
1) Distensi lambung, illeus
2) Perdarahan lambung
e. Gangguan psikologi
Dengan memberikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
mengenai ventilator, kondisi pasien dan lingkungan secara umum sangat
bermanfaat. Memberikan penjelasan prosedur setiap kali dilakukan untuk
mengurangi ansietas dan membiasakan klien dengan rutinitas rumah sakit.
Klien mungkin menjadi menarik diri atau depresi selama ventilasi mekanik
terutama jika berkepanjangan akibatnya perawat harus menginformasikan
tentang kemajuannya pada klien, bila memungkinkan pengalihan perhatian
seperti menonton TV, bermain musik atau berjalan-jalan jika sesuai dan
memungkinkan dilakukan. Teknik penurunan stress (pijatan punggung,
tindakan relaksasi) membantu melepaskan ketegangan dan memampukan
klien untuk menghadapi ansietas dan ketakutan akan kondisi dan
ketergantungan pada ventilator.
b. Sistem Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk
mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah
menandakan adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien),
sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan,
misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dll. Alarm volume
rendah menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak
dianggap dan harus dipasang dalam kondisi siap
g. Dukungan Nutrisi
Pada pasien dengan dipasangnya ventilator dukungan nutrisi harus
diperhatikan secara dini. Apabila hal ini terabaikan tidak sedikit terjadinya
efek samping yang memperberat kondisi pasien, bahkan bisa menimbulkan
komplikasi paru dan kematian. Bila saluran gastrointestinal tidak ada
gangguan, nutrisi enteral dapat diberikan melalui NasogastricTube (NGT)
yang dimulai dengan melakukan test feeding terlebih dahulu, terutama pada
pasien dengan post laparatomy dengan reseksi usus. Alternatif lain apabila
tidak memungkinkan untuk diberikan nutrisi melalui enteral bisa dilakukan
dengan pemberian nutrisi parenteral.
h. Perawatan Mata
Pada pasien dengan pemasangan ventilator perawatan mata itu sangat
penting dalam asuhan keperawatan. Pengkajian yang sering dan pemberian
tetes mata/zalf mata bisa menurunkan keringnya kornea. Bila refleks
berkedip hilang, kelopak mata harus di plester untuk mencegah abrasi
kornea, kering dan trauma. Edema sclera dapat terjadi pada pasien dengan
ventilator bila tekanan vena meningkat. Atur posisi kepala lebih
atas/ekstensi.
K. Penyapihan (Weaning)
Penyapihan adalah proses untuk melepaskan bantuan ventilasi mekanik yang
dilakukan secara bertahap.
Syarat-syarat Penyapihan
a. Proses penyakit yang menyebabkan pamasangan ventilator sudah dapat
diatasi/kurangi
b. Pasien dalam keadaan sadar
c. Hemodinamik stabil dan normal
d. Pada pemberian PEEP tidak lebih dari 5 cm H2O atau pada FiO2 50% dapat
mempertahankan PaO2≥60 mmHg
e. PaCO2 < 45mmHg
f. Volume tidal >10-15 cc/kgBB
g. Kapasitas vital paru > 10cc/kg/BB atau 2 kali lebih besar dari volum
tidal
h. Volum semenit < 10L/menit
i. Tekanan maksimum inpirasi <20 H2O
j. Laju pernafasan kurang dari 25 kali/menit
k. Secara psikologis pasien sudah siap
Metode Penyapihan
1. Metode T.Piece
Teknik penyapihan dengan menggunakan suatu alat yang bentuknya seperti
huruf T. pemberian oksigen harus lebih tinggi 10% dari oksigen saat
penggunaan ventilator. Pasien dinyatakan siap diekstubasi jka penggunaan T
Piece lebih banyak dari penggunaan ventilator.keuntungannya adalah proses
penyapihan lebih cepat.
2. Metode SIMV
Metode dengan cara mengurangi bantuan ventilasi dengan cara mengurangi
frekuensi pernafasan yang diberikan oleh mesin. Dengan metode ini pasien
dapat melatih otot –otot pernapasan, lebih aman dan pasien tak merasakan
ketakutan, tapi kerugiannya berlangsung lambat
3. Metode PSV
Dengan cara mengurangi jumlah tekanan yang diberikan ventilator.
Prosedur Penyapihan
1. Beritahu pasien tentang rencana weaning, cara, perasaan tak enak pada awal
weaning. Lakukan support mental pada pada pasien terutama yang sudah
mengguanakan ventilator dalam waktu lama
2. Obat-obat sedasi diminimalkan
3. Lakukan pada pagi atau siang hari dimana masih banyak stah ICU dan kondisi
pasien stabil
4. Bersihkan jalan nafas, posisikan senyaman mungkin
5. Gunakan T piece atau CPAP dengan FiO2 sesuai semula
6. Monitoring : keluhan subjektif, nadi, frekuensi nafas, irama jantung, kerja nafas
dan saturasi oksigen
7. Analisa gas darah 30 menit setelah prosedur
8. Dokumentasi : teknik weaning respon pasien, dan lamanya weaning.
2. Pemeriksaan fisik
Perawat sebagai anggota tim kesehatan yang relatif paling lama berada
bersama pasien (24jam). Harus mampu mengantisipasi kondisi klien. Hal – hal
yang perlu diingat kembali dalam melakukan pemeriksaan fisik adalah :
a. Pemeriksaan fisik dilakukan pada saat pasien masuk, diulang kembali
dalam interval waktu tertentu sesuai kondisi pasien.
b. Setiap pemeriksaan dikomunikasikan ke pasien.
c. Privacy pasien harus terus dipertahankan
d. Teknik yang digunakan inspeksi, palpasi & auskultasi
e. Pemeriksaan dilakukan head to toe
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya bersihan jalan napas yang berhubungan dengan intubasi,
kelemahan otot – otot pernapasan, penurunan ekspansi paru, kegagalam vantilator.
Tujuan : mempertahankan kepatenan jalan napas
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi napas
b. Hisap sputum sesuai kebutuhan (batasi penghisapan 15')
c. Anjurkan pasien untuk melakukan teknik batuk selama penghisapan.
d. Monitor humidifair dan suhu ventilator (35 – 370C)
e. Hidrasi cairan sesuai kebutuhan.
f. Lakukan ches fisiotherapy
g. Ubah posisi / lakukan alih baring
h. Inhalasi sesuai program
2. Gangguan pertukaran gas b/d sekresi tertahan, proses penyakit, pengesetan yang
tidak tepat.
Tujuan : mempertahankan ventilasi yang adekuat.
Intervensi :
a. Ambil AGD tiap 10 – 30 mnit setelah perubahan ventilator
b. Monitor gejala & tanda hipoksia & hipercapnia
c. Kaji apakah posisi tertentu menyebabkan penurunan PaO2 atau menimbulkan
ketidaknyamanan pernapasan.
d. Hisap sputum sesuai kebutuhan
3. Tidak efektinya pola napas b/d kelelahan, pengesetan ventilator yang tidak tepat,
peningkatan sekresi / obstruksi selang endotracheal.
Tujuan : pasien mempertahankan pola napas efektif.
Intervensi :
a. Lakukan pemeriksaan ventilator dengan petugas perawatan yang bertugas
b. Evaluasi semua sistem alarm tentukan penyebabnya.
c. Pertahankan resusitasi manual
d. Monitor selang dari terlepas, terlipat, bocor / tersumbat
e. Tinggikan kepala tempat tidur
f. Masukan penahan gigi / jalan napas oral.
g. Amankan selang ETT dengan penahan / plester
h. Restrein pasien untuk mencegah ektubasi sendiri.
i. Evaluasi posisi yang tepat dari ETT dengan foto ronsen lakukan auskultasi
bilateral.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penyakit kritis, peningkatan
kebutuhan metabolisme, kurang kemampuan untuk makan per oral.
Tujuan : pasien dapat mempertahankan berat badan dan mendekati normal.
Intervensi :
Timbang BB sesuai indikasi
Pertahankan masukan tinggi kalori dengan makan perselang, nutrsi parental
total & intralipid. Hindari kelebihan karbonhidrat.
Bila dipasang tracheostomi evaluasi dan berikan makan perselang sesuai
toleransi.
Catat masukan oral bila saat makan
Evaluasi kemampuan makan
Awasi pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, seperti Albumin
Berikan masukan cairan sedikitnya 2500 cc perhari dalam toleransi jantung.
7. Ansietas b/d rasa takut terhadap penyakit / kematian dan lingkungan perawatan
kritis, pasien dan keluarga.
Tujuan : menggunakan mekanisme koping
Intervensi :
Izinkan pasien melakukan perawatan bila mampu
Sedasi sesuai kebutuhan bila dipesankan oleh dokter
Dokumentasikan respon emosional pasien pada penyakit kritis.
Beri waktu untuk pasien mengekpresikan dirinya
Dorong komunikasi perawatan dan keluarga secara terbuka
8. Resiko tinggi cedera b/d ventilasi mekanis, selang endotracheal, ansietas, stress.
Tujuan : pasien bebas dari cedera selama pemasangan ventilasi makanis.
Intervensi :
Monitor ventilator terhadap peningkatan tajam pada ukuran tekanan.
Observasi tanda dan gejalan barotrauma
Monitor tekanan manset tiap 2 – 4 jam
Posisikan selang ventilator untuk mencegah penarikan selang endotracheal.
9. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d pemasangan selang endotracheal dengan kondisi
lemah.
Tujuan : pasien tidak mengalami infeksi nosomial
Intervensi :
Cari faktor terjadinya infeksi
Evaluasi warna, jumlah, konsistensi & bau sputum tiap kali penghisapan
Tampung spesimen untuk kultur & sensitivitas sesuai indikasi.
Pertahankan teknik steril bila melakukan penghisapan
Ganti selang ventilator tiap 24 – 72 jam
Lakukan OH tiap shift
Monitor TTV
Cuci tangan sesering mungkin
Ambil kultur sputum sesuai indikasi
10. Resti perubahan kelemahan volume cairan b/d keseimbangan air positif selama
ventilasi mekanik.
Tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan
Intervensi :
Monitor suhu humidifair ventilator 2 – 4 jam
Monitor asupan dan haluasan
Periksa turgor kulit dan edema
Auskultasi paru untuk ronchi halus dan mengi tiap 2 jam
DAFTAR PUSTAKA
Pierce, Lynelle N.B. (1995). Guide to mechanical ventilation and intensive respiratory
care, 1st edition. Philadelphia: WB. Saunders Company)
Pilbeam, P. Susan. (1998). Mechanikal ventilation Physiological and clinical
application. 3rd ed. Philadelphia : Mosby.
Sanders, K. Jordan. (2000). Emergency Nursing Core Curriculum. 5th ed. Philadelphia:
Saunders.
Smeltzer, S. C., Bare, B., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2010). Brunner & Suddarth's
Textbook of Medical-Surgical Nursing (12th Ed.). Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.