LAPORAN PENDAHULUAN
STRIKTUR URETRA
DISUSUN OLEH :
RAHMATUL AZIZAH
180102045
PURWOKERTO
2020
A. DEFINISI STRIKTUR URETRA
Striktur uretra adalah kondisi dimana suatu bagian dari uretra menyempit.
Berbeda dengan obstruksi pada uretra yang disebabkan oleh batu, striktur
uretra merupakan adanya oklus dari dari meatus uretralis karena adanya
jaringan yang fibrotik dengan hipertrofi. Jaringan fibrotik yan tumbuh dengan
urine (urine flow) akan menurun. (Prabowo & Pranata, 2014: 144)
mengalami fibrosis dan pada tingkat yang lebih parah terjadi fibrosis korpus
lumen uretra akibat adanya jaringan parut dan kontriksi. (Suharyanto &
B. ETIOLOGI
instrumen, infeksi, spasmus otot, atau tekanan dari luar, atau tekanan
oleh struktur sambungan atau oleh pertumbuhan tumor dari luar serta
lebih progresif daripada striktur akibat infeksi. Pada ruftur ini ditemukan
Penyebab paling umum dari striktur uretra saat ini adalah traumatik
adalah 45,5% dari kasus striktur. Pada pasien yang lebih muda dari 45
panggul. Pada pasien yang lebih tua dari 45 tahun penyebab utama
adalah reseksi transurethraldan idiopathy. Penyebab utama penyakit
posterior.
striktura uretra pada wanita radang kronis. Biasanya di derita wanita usia
tanda khas dari pemeriksaan bougie aboul’e adalah pada waktu dilepas
a. Ringan : jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen
uretra.
uretra.
c. Berat : jika terdapat oklusi lebih besar dari ½ diameter lumen uretra.
kemih lainnya, misalnya BPH. Namun ada beberapa yang khas dari klien
striktur uretra, yaitu pancaran urine yang kecil dan bercabang. Hal ini
menurunkan patensi urine low dan obstruksi yang berada di medial akan
1. Frekuensi
2. Urgensi
striktur uretra.
3. Disuria
maupun pada vesika urinaria. Hal ini dikarenakan akumulasi urine yang
melebihi kapasitas bladder dan sifat pH dari urine yang cenderung asam/
basa akan melukai mukosa saluran kemih. Selain itu, relaksasi vesika
dan nyeri.
4. Inkontenensia urine
awam : ngompol ) kejadian ini pada klien striktur uretra dipicu oleh
5. Urine menetes
6. Penis membengkak
Bendungan urine dan obstruksi pada saluran uretra akan
7. Infiltrat
baik dan terjadi dalam jangka waktu yang lama, maka kemungkinan
untuk pertumbuhan kuman yang baik. Jika hal ini terjadi, inflamasi
jaringan striktu akan menjadi abses dan infiltrasi akan terjadi pula.
8. Abses
obstruksi striktur.
9. Fistel
untuk mencari jalan keluar. Oleh karena itu, iritabilitas jaringan sekitar
sehingga urine tidak akan keluar sedikit pun dan terakumulasi pada
vesika urinaria.
D. PATOFISIOLOGI
kompleks dari dampak striktur adalah terjadinya gagal ginjal. Hal ini
melakukan fungsinya.
striktur. Urine yang bersifat asam/ basa akan berusaha mencari jalan baru
pada lumen uretra menimbulkan hambatan aliran urine hingga retensi urine.
Aliran urine yang terhambat tersumbat mencari jalan keluar di tempat lain (di
sebelah proksimal striktura) dan akhirnya mengumpul di rongga periuretra.
selangkangan (straddle injury) dan fraktur tulang pelvis. Proses radang akibat
hambatan aliran urine hingga retensi urine. Aliran urine yang terhambat
mencari jalan keluar di tempat lain (di sebelah proksimal striktura) dan
seruling.
dan menyisakan strikture dikemudian hari. Demikian pula fiksasi kateter yang
1. Laboratorium
2. Uroflowmetri
pancaran urin. Volume urin yang dikeluarkan pada waktu miksi dibagi
dengan lamanya proses miksi. Kecepatan pancaran urin normal pada pria
3. Radiologi
bahan kontras secara antegrad dari buli-buli dan secara retrograd dari
4. Instrumentasi
dengan kateter dengan ukuran yang lebih kecil sampai dapat masuk ke
buli- buli. Apabila dengan kateter ukuran kecil dapat masuk menandakan
5. Uretroskopi
F. PENATALAKSANAAN
farmakologis.
1. Terapi Farmakologis
a. Bougie (Dilatasi)
dan periksa adanya glukosa dan protein dalam urin. Tersedia beberapa
juga terbuat dari logam, mempunyai ujung yang tumpul dan umumnya
yang lebih kecil dan terbuat dari bahan yang lebih lunak.
bougie lurus.
yang lebih berat. Karena itu, setiap dokter yang bertugas di pusat
dan bougie bengkok (F); dilatasi strikur anterior dengan sebuah bougie
walaupun kecil dan panjang tidak lebih dari 2 cm serta tidak ada
bouginasi.
c. Uretrotomi eksterna
uretra yang masih sehat, cara ini tidak dapat dilakukan bila daerah
d. Uretroplasty
kulit preputium atau kulit penis dan dengan free graft atau pedikel
graft yaitu dibuat tabung uretra baru dari kulit preputium/kulit penis
kateter.
maka otot kalau diberi beban akan berkontraksi lebih kuat sampai pada
suatu saat kemudian akan melemah. Jadi pada striktur uretra otot buli-
2. Residu urine
kuat tidak timbul residu. Pada fase dekompensasi maka akan timbul
residu. Residu adalah keadaan dimana setelah kencing masih ada urine
jalan setiap saat mengosongkan buli-buli waktu buang air kecil. Dalam
buli-buli dan timbul refluks, maka akan timbul pyelonefritis akut maupun
maka bisa timbul inhibisi urine keluar buli-buli atau uretra proksimal dari
akan timbul abses, abses pecah timbul fistula di supra pubis atau uretra
1. Pengkajian
diagnosis keperawatan.
1) Pengkajian fokus :
Palpasi :
a) Abdomen
meningkat.
dapat teraba pada saat rectal touché. Pada klien yang terjadi
Inspeksi :
sekitarnya
2) Pengkajian psikososial :
i. Intra personal
tentang sakitnya.
masyarakat.
3) Pengkajian diagnostik
4) Identitas klien
hipertensi.
adekuat).
9) Pola eliminasi
pasien lain, perawat atau dokter. Bagai mana peran klien dalam
berdaya.
isi pikiran, daya ingat dan waham. Pada klien biasanya tidak
perilaku seksual
c) Kepala
d) Muka
e) Mata
f) Telinga
g) Hidung
i) Leher
limphe.
j) Thoraks
k) Paru
l) Jantung
m)Abdomen
teraba pada saat rectal touché. Pada klien yang terjadi retensi
infus ada tanda – tanda infeksi seperti merah atau bengkak atau
meliputi:
1) Keluhan utama
klien post operasi Sachse adalah keluhan rasa tidak nyaman, nyeri
klien sendiri.
2) Keadaan umum
3) Sistem respirasi
irama nafas, suara nafas. Ada wheezing dan ronchi atau tidak.
Gerakan otot Bantu nafas seperti gerakan cuping hidung, gerakan
4) Sistem sirkulasi
5) Sistem gastrointestinal
6) Sistem muskuloskleletal
infus.
7) g. Sistem eliminasi
kemih.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
operasi
kerusakan uretra.
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
. Keperawatan
gangguan eliminasi urin klien dapat teratasi dengan kriteria komprehensif berfokus pada
perkusi
Eliminasi Urin:
Tujuan
No Indikator Awal
1 2 3 4 5
1. Partikel urin
terlihat
2. Darah terlihat
dalam urin
3. Nyeri saat kencing
4. Rasa terbakar saat
berkemih
5. Retensi urin
Keterangan:
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
Nyeri akut NOC NIC: Manajemen nyeri (1400)
nyeri akut pada pasien dapat berkurang, dengan kriteria hasil: 2. Observasi adanya petunjuk
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
prosedur
mengurangi takut
prognosis
perhatian
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
10 Instruksikan pasien
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, 1 Bersihkan lingkungan setelah
tidak terjadi infeksi pada pasien dengan kriteria hasil: dipakai pasien lain
mengidentifika pasien
keperawtan
8 Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat
Risiko Cedera Jatuh NOC Knowledge: fall prevention NIC Environtmental Management
meningkatkankeamanan.
keselamatan pasien di
kimia).
2. Benar dalam 4. Hilangkan risiko dari
terali yang memungkinkan.
menggunakan bahaya.
8. Memberitahu agensi
4. Ringan
5. Tidak ada
Evaluasi
O (objektif) yaitu data pasien yang diperoleh oleh perawat setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
dimodifikasi
Discharge Planning
pemulangan
lanjut atau tindakan lainnya di rumah (misal kunjungan rumah oleh tim
kesehatan)
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Bulecheck, et all. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth Edition.
Mosby: Elsevier.
Tijani KH, Adesnya AA, Ogo CN. The New pattern of Urethral Stricture Disease
in Lagos, Nigeria. Niger Postgrad Med J. 2009 Jun;16(2):162-5
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC.
Prabowo, E., & Pranata, A. E. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Suharyanto, T., & Madjid, A. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Trans Info Media.