DISUSUN OLEH :
RAHMATUL AZIZAH
180102045
2020
A. DEFINISI
Intranatal care adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi
yang cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
(Nugroho, 2011)
Persalinan (intranatal) adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir, dengan bantuan
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37– 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
1. Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati
batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat mulai. Keadaan
uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot
uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi
proses persalinan.
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi
penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Villi
persalinan dimulai.
4. Teori Prostaglandin
oleh Linggin (1973). Malpar tahun 1933 mengangkat otak kelinci percobaan,
hasilnya kehamilan kelinci menjadi lebih lama. Pemberian kortikosteroid yang dapat
1. Power (kekuatan)
Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi involunter dan volunteer
secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi
serviks berdilatasi, usaha volunteer dimulai untuk mendorong, yang disebut kekuatan
primer berasal dari titik pemicu tertentu yang terdapat pada penebalan lapisan otot di
segmen uterus bagian atas. Dari titik pemicu, kontraksi dihantarkan ke uterus bagian
sekunder terjadi segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat
kontraksi berubah yakni bersifat mendorong keluar. Sehingga wanita merasa ingin
Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tatapi setelah dilatasi serviks
lengkap. Kekuatan ini penting untuk mendorong bayi keluar dari uterus dan vagina.
Jika dalam persalinan seorang wanita melakukan usaha volunteer (mengedan) terlalu
dini, dilatasi serviks akan terhambat. Mengedan akan melelahkan ibu dan
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina,
dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-
lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh
lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya
terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul
Janin dapat mempengaruhi jalannya kelahiran karena ukuran dan presentasinya. Dari
semua bagian janin, kepala janin merupakan bagian yang paling kecil mendapat
tekanan. Namun, karena kemampuan tulang kepala untuk molase satu sama lain, janin
dapat masuk melalui jalan lahir asalkan tidak terlalu besar dan kontraksi uterus cukup
kuat. Passanger atau janin, bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi
beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin.
Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka ia dianggap juga sebagai
bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat
4. Psycian (Penolong)
yang mungkin terjadi pada ibu atau janin. Bila diambil keputusan untuk melakukan
campur tangan, ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati, tiap campur tangan bukan
saja membawa keuntungan potensial, tetapi juga risiko potensial. Pada sebagian besar
Menurut Sumarah, (2019), ada tujuh gerakan-gerakan janin dalam persalinan atau
1. Engangement
pada multigravida dapat terjadi pada awal persalinan. Masuknya kepala akan
mengalami kesulitan bila saat masuk ke dalam panggul dengan sutura sagitalis dalam
anteroposterior. Jika kapala masuk ke dalam pintu atas panggul dengan sutura
sagitalis melintang di jalan lahir, tulang parietal kanan dan kiri sama tinggi, maka
keadaan ini disebut sinklitismus. Kepala pada saat melewati pintu atas anggul dapat
juga dalam keadaan dimana sutura sagitalis lebih dekat ke promontorium atau ke
2. Penurunan
Penurunan diakibatkan oleh kekuatan kontraksi rahim, kekuatan mengejan dari ibu,
dan gaya berat kalau pasien dalam posisi tegak. Berbagai tingkat penurunan janin
terjadi sebelum permulaan persalinan pada primigravida dan selama Kala I pada
3. Fleksi
Fleksi sebagian terjadi sebelum persalinan sebagai akibat tonus otot alami janin.
Selama penurunan, tahanan dari serviks, dinding pelvis, dan lantai pelvis
menyebabkan fleksi lebih jauh pada tulang leher bayi sehingga dagu bayi mendekati
dadanya. Pada posisi oksipitoanterior, efek fleksi adalah untuk mengubah presentasi
lama.
Pada posisi oksipitoanterior, kapala janin, yang memasuki pelvis dalam diameter
simfisis pubis. Putaran paksi dalam mungkin terjadi karena kepala janin bertemu
penyangga otot pada dasar pelvis. Ini sering tidak tercapai sebelum bagian yang
berpresentasi telah tercapai sebelum bagian yang berpresentasi telah mencapai tingkat
janin dapat memutar ke posterior sehingga oksiput berbalik ke arah lubang sakrum.
Pilihan lainnya, kepala janin dapat memutar lebih dari 90 derajat menempatkan
75% dari janin yang memulai persalinan pada posisi oksipitoposterior memutar ke
5. Ekstensi
Kepala yang difleksikan pada posisi oksipitoanterior terus menurun di dalam pelvis.
Karena pintu bawah vagina mengarah ke atas dan ke depan, ekstensi harus terjadi
terdapat penonjolan pada perineum yang diikuti dengan keluarnya puncak kepala.
Puncak kepala terjadi bila diameter terbesar dari kepala janin dikelilingi oleh cincin
vulva. Suatu insisi pada perineum (episotomi) dapat membantu mengurangi tegangan
Kepala dilahirkan dengan ekstensi yang cepat sambil oksiput, sinsiput, hidung, mulut,
dan dagu melewati perineum. Pada posisi oksipitoposterior, kepala dilahirkan oleh
kombinasi ekstensi dan fleksi. Pada saat munculnya puncak kepala, pelvis tulang
posterior dan penyangga otot diusahakan berfleksi lebih jauh. Dahi, sinsiput, dan
oksiput dilahirkan semantara janin mendekati dada. Sesudah itu, oksiput jatuh
kembali saat kepala berekstensi, sementara hidung, mulut, dan dagu dilahirkan.
punggung dan bahu janin. Putaran paksi kepala lebih jauh dapat terjadi sementara
bahu menjalani putaran paksi dalam untuk menyebariskan bahu itu di bagian
7. Ekspulsi (Pengeluaran)
Setelah putaran paksi luar dari kepala, bahu anterior lahir dibawah simfisis pubis,
diikuti oleh bahu posterior di atas tubuh perineum, kemudian seluruh tubuh anak.
1. Perubahan Kardiovaskuler
kardiovaskuler, pada setiap kontraksi 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan masuk
ke dalam sistem vaskuler ibu. Hal ini akan meningkatkan curah jantung sekitar 10–15
% pada tahap pertama persalinan dan sekitar30%-50% pada tahap kedua persalinan.
2. Perubahan Pernafasan
meningkat), hipoksia dan hipokapnea (CO2 menurun). Pada tahap kedua persalinan,
jika wanita tidak diberi obat – obatan, maka ia akan mengkonsumsi O 2 hampir 2x
3. Perubahan Perkemihan
Selama persalinan, wanita dapat mengalami kesulitan bereamih secara spontan akibat
edema jaringan karena tekanan bagian presentasi, rasa tidak nyaman, sedasi, malu.
Proteinuria +1 dikatakan N dan hasil ini merupakan respons rusaknya jaringan otot
4. Perubahan Integumen
Adaptasi sistem integumen jelas terlihat khususnya pada daya distensibilitas daerah
introitus vagina (muara vagina). Tingkat distensibilitas ini berbeda – beda pada tiap
individu. Meskipun daerah itu dapat meregang, namun dapat terjadi robekan –
robekan kecil pada kulit sekitar introitus vagina sekalipun tak dilakukan episiotomi /
5. Perubahan Muskuloskeletal
otot yang menyolok. Nyeri punggung dan nyeri sendi (tidak berkaitan dengan posisi
janin) terjadi sebagai akibat meregangnya sendi pada masa aterm. Proses persalinan
itu sendiri dan gerakan melurusnya jari – jari dapat menimbulkan kram tungkai.
6. Perubahan Neurologi
Sistem neurologi menunjukkan bahwa timbul stres dan rasa tidak nyaman selama
persalinan selama persalinan. Mula – mula wanita bersalin mungkin merasa euforia
yang mana membuat wanita menjadi serius, kemudian mengalami amnesia di antara
fraksi selama tahap kedua. Akhirnya, wanita merasa sangat senang atau merasa letih
setelah melahirkan. Endofrin endogen (senyawa mirip morfin yang diproduksi tubuh
secara alami) meningkatkan ambang nyeri dan menimbulkan sedasi. Anastesia
presepsi nyeri.
7. Perubahan Gastrointestinal
Bibir dan mulut dapat menjadi kering akibat wanita hamil bernapas melalui mulut,
absorpsi saluran cerna menurun dan waktu pengosongan lambung menjadi lambat.
Wanita hamil seringkali mual dan memuntahkan makanannya ysng belum dicerna
setelah bersalin. Mual dan sendawa juga terjadi sebagai respon refleks terhadap
dilatasi serviks lengkap. Ibu dapat mengalami diare pada awal persalinan.
8. Perubahan Endokrin
a) Fase laten
Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai
b) Fase Aktif
1) Fase Akselerasi
9 cm.
3) Fase Deselerasi
cm menjadi lengkap.
Pada permulaan Kala II, ibu biasanya berkeinginan untuk mengejan pada tiap
rahim akan mengeluarkan janin. Selama Kala II persalinan, turunnya janin harus
dari segi kemajuan pada bagian yang berpresentasi melalui jalan lahir. Pada kala II
his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Karena
biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada his
dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan
rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan kepada rektum dan hendak buang air
besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus
membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala tampak dalam
vulva pada waktu his. Bila dasar panggul lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk
lagi di luar his, dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin
dikeluarkan dengan suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati
perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan, dan
anggota bayi. Pada primipara kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan multipara
Segera sesudah kelahiran bayi, serviks dan vagina harus diperiksa secara menyeluruh
untuk mencari ada tidaknya laserasi dan dilakukan perbaikan lewat pembedahan
kalau perlu. Serviks, vagina, dan perineum dapat diperiksa lebih mudah sebelum
pelepasan plasenta, karena tidak ada perdarahan rahim yang mengaburkan pandangan
ketika itu. Pelepasan plasenta biasanya terjadi dalam 5 sampai 10 menit pada akhir
kala II. Memijat fundus seperti memeras untuk mempercepat pelepasan plasenta
Satu jam segera setelah kelahiran membutuhkan observasi yang cermat pada pasien.
Tekanan darah, kecepatan denyut nadi, dan kehilangan darah pada rahim harus
dipantau dengan cermat. Selama waktu inilah biasanya terjadi perdarahan masa nifas,
biasanya karena relaksasi rahim, bertahannya fragmen plasenta, atau laserasi yang
vagina) dapat muncul sebagai keluhan nyeri pelvis. Mungkin terdapat peningkatan
kecepatan denyut nadi, sering tidak sesuai dengan setiap pengurangan tekanan darah.
G. ASUHAN KEPERAWATAN INTRANATAL
1. Pengkajian Kala I
a. Anamnesa
seperti perdarahan, kapan mulai kontraksi, apakah gerakan bayi masih terasa,
apakah selaput ketuban sudah pecah? Jika ya, cairan warnanya apa? Kental/
encer? Kapan pecahnya? Apakah keluar darah pervagina? Bercak atau darah
segar? Kapan ibu terakhir makan dan minum? Apakah ibu kesulitan
berkemih?
8) Riwayat medis saat ini (sakit kepala, pusing, mual, muntah atau nyeri
epigastrium)
b. Pemeriksaan fisik
4) Nilai tanda – tanda vital (TD, Nadi, suhu, dan pernafasan), untuk akurasi
5) Pemeriksaan abdomen
a) Menentukan tinggi fundus
b) Kontraksi uterus
9) Pemeriksaan dalam
panggul
c. Diagnosa keperawatan
2. Pengkajian Kala II
1) Aktivitas /istirahat
b) Letargi
3) Integritas Ego
b) Dapat merasa kehilangan control atau kebalikannya seperti saat ini klien
4) Eliminasi
a) Keinginan untuk defikasi, disertai tekanan intra abdominal dan tekanan uterus
upaya mendorong.
e) Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 mnt masing-masing dan berakhir 60-90
dtk.
kelahiran anak.
7) Keamanan
8) Sexualitas
vertex
9) Diagnosa Keperawatan
a) Aktivitas/istirahat
b) Sirkulasi
1) Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat kemudian kembali ke
adanya robekan atau laserasi. Perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir
mungkin ada.
e) Seksualitas: darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
dari endometrium, biasanya dalam 1-5 menit setelah melahirkan bayi. Tali pusat
memanjang pada muara vagina. Uterus berubah dari discoid menjadi bentuk
globular.
f) Pemeriksaan fisik
tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu tubuh), status mental klien.
2) Inspeksi
plasenta.
3) Palpasi
pengeluaran plasenta.
g) Diagnosa keperawatan
dengan plasenta
4. Pengkajian Kala IV
a) Aktivitas / Istirahat
b) Sirkulasi
3) Edema : bila ada mungkin dependen (misal : pada ekstremitas bawah), atau
dapat juga pada ekstremitas atas dan wajah atau mungkin umum (tanda
4) Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sampai 400 – 500 ml untuk
c) Integritas Ego
kecewa
2) Dapat mengekspresikan masalah atau meminta maaf untuk perilaku
mengenai kondisi bayi baru lahir dan perawatan segera pada neonatal
d) Eleminasi
2) Kandung kemih mungkin teraba di atas simpisis pubis atau kateter urinarius
mungkin dipasang
4) Makanan / Cairan
e) Neurosensori
khususnya pada pasien dengan diabetes mellitus, remaja, atau pasien primipara)
f) Nyeri / Ketidaknyamanan
g) Keamanan
h) Seksualitas
1) Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi umbilikus
2) Drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah gelap dengan hanya
i) Penyuluhan / Pembelajaran
h) Pemeriksaan Diagnostik
i) Diagnosa keperawatan
3) Resiko Perdarahan
DAFTAR PUSTAKA
Henderson & Jones. 2016. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC.
Waspodo, dkk. 2017. Asuhan Persalinan Normal, Buku Acuan. Jakarta : Jaringan
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Saifuddin, dkk. 2016. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal &
Sarwana Prawirohardjo.