Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN TN.M DENGAN STROKE HEMORAGIK DI


RUANG ICU RSUD KARDINAH TEGAL

Oleh :

RUNDAH

190104084

PRAKTIK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO

TAHUN 2019
STROKE HEMORAGIK

A. DEFINISI
Menurut Batticaca (2008) stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena
terjadi gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya
kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita
kelumpuhan atau kematian. Menurut Corwin (2009) ada dua klasifikasi umum
cedera vascular serebral (stroke) yaitu iskemik dan hemoragik. Stroke iskemik
terjadi akibat penyumbatan aliran darah arteri yang lama kebagian otak. Stroke
Hemoragik terjadi akibat perdarahan dalam otak.
Stroke hemoragik adalah suatu keadaan kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh perdarahan dalam otak sehingga mengakibatkan seseorang
menderita kelumpuhan atau kematian.
Stroke hemoragik dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum
mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau
langsung ke dalam jaringan otak. (Price & Wilson, 2006).

B. ETIOLOGI
1. Trombosis pada arteri serebri yang memasok darah ke otak atau trombosis
pembuluh darah intrakranial yang menyumbat aliran darah.
2. Emboli akibat pembentukan trombus di luar otak seperti di dalam jantung,
aorta, atau arteri karotis kominis.
3. Perdarahan dari arteri atau vena intrakranial seperti yang terjadi karena
hipertensi, ruptur aneurisma, malformasi arteriovenosa, trauma, gangguan
hemoragik.

C. TANDA DAN GEJALA


1. Defisit lapang penglihatan
2. Defisit motorik
3. Defisit sensori
4. Defisit verbal
5. Defisit emosional
6. Defisit kognitif

D. PATOFISIOLOGI
Stroke disebabkan penurunan suplai darah ke otak yang disebabkan oleh
kecelakaan, hipertensi, karena pada intinya stroke hemoragik disebabkan oleh
pembuluh darah yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau
ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intra kranial
yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang
bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian.
Disamping itu, darah yang mengalir ke subtansi otak atau ruang subarachnoid
dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak atau penekanan pada
daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada, sehingga
terjadi nekrosis jaringan otak.
Kematian sel-sel otak berpengaruh terhadap penurunan fungsi dan kinerja
otak, otak memiliki dua fungsi yaitu sensorik dan motorik, akibat awal dari
stroke adalah hemiparesis kontralateral (kelumpuhan separuh anggota
ekstremitas atas da bawah yang bersilangan dengan hemisfer yang terkena).
Akibat yang muncul pertama kali dari hemiparesis kontralateral adalah gangguan
mobilitas fisik atau ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari-hari.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. laboratorium: mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit,
kolesterol, dan bila perlu analisa gas darah, gula darah dsb.
2. CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau infark
3. MRI untuk mengetahui adanya edema, infark, hematom dan bergesernya
struktur otak.
4. Angiografi untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai
pembuluh darah yang terganggu.
5. Fungsi Lumbal : Menunjukan adanya tekanan normal dan biasanya ada
trombosis, emboli serabral dan TIA, sedangkan tekanan meningkat dan
cairan yang mengandung darah menujukan adanya hemoragi suaraknoid
intrakranial. Kadar protein meningkat pada kasus trombosis sehubungan d
engan adanya proses imflamasi.
6. Mengidentifikasi maslah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin
adanya daerah lesi yang spesifik.
7. Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan
dari masa yang meluas; klasifikasi karptis interna terdapat pada trombosis
serebral.
8. Ultrasonografi Doppler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah
system arteri karotis), aliran darah / muncul plak (arteriosklerotik)

F. PENATALAKSANAAN
1. Terapi umum
Untuk merawat keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai
berikut :
a. Menstabilkan tanda-tanda vital
1) Mempertahankan saluran nafas (sering melakukan penghisapan
yang dalam, O2, trakeotomi, pasang alat bantu pernafasan bila batang
otak terkena).
2) Kendalikan tekanan darah sesuai dengan keadaan masing-masing
individu; termasuk usaha untuk memperbaiki hipotensi maupun
hipertensi.
b. Deteksi dan memperbaiki aritmia jantung
c. Merawat kandung kemih. Sedapat mungkin jangan memasang kateter
tinggal; cara ini telah diganti dengan kateterisasi “keluar masuk” setiap 4
sampai 6 jam.
d. Menempatkan posisi penderita dengan baik secepat mungkin:
1) Penderita harus dibalik setiap jam dan latihangerakan pasif setiap 2
jam.
2) Dalam beberapa hari dianjurkan untuk dilakukan gerakan
pasif penuh sebanyak 50 kali per hari; tindakan ini perlu untuk
mencegah tekanan pada daerah tertentu dan untuk mencegah
kontraktur (terutama pada bahu, siku dan mata kaki)
2. Terapi khusus
Ditujukan untuk stroke pada therapeutic window dengan obat anti
agregasi dan neuroprotektan. Obat anti agregasi: golongan pentoxifilin,
tielopidin, low heparin, tPA.
a. Pentoxifilin
Mempunyai 3 cara kerja:
1) Sebagai anti agregasi → menghancurkan thrombus
2) Meningkatkan deformalitas eritrosit
3) Memperbaiki sirkulasi intraselebral
b. Neuroprotektan
1) Piracetam: menstabilkan membrane sel neuron, ex: notropil. Cara
kerja dengan menaikkan cAMP ATP dan meningkatkan sintesis
glikogen.
2) Nimodipin: gol. Ca blocker yang merintangi masuknya Ca2+ ke
dalam sel, ex.nimotup. Cara kerja dengan merintangi masuknya Ca2+
ke dalam sel dan memperbaiki perfusi jaringan otak.
3) Citicholin: mencegah kerusakan sel otak, ex. nicholin. Cara kerja
dengan menurunkan free faty acid, menurunkan generasi radikal
bebas dan biosintesa lesitin ekstrax gingkobiloba, ex ginkan
3. Pengobatan konservatif
Pada percobaan vasodilator mampu meningkatkan aliran darah otak
(ADO), tetapi belum terbukti demikian pada tubuh manusia. Dilator yang
efektif untuk pembuluh ditempat lain ternyata sedikit sekali efeknya
bahkan tidak ada efek sama sekali pada pembuluh darah serebral,
terutama bila diberikan secara oral (asam nikotinat, tolazolin,
papaverin dan sebagainya), berdasarkan uji klinis ternyata pengobatan
berikut ini masih berguna : histamin, aminofilin, asetazolamid, papaverin
intraarteri.
4. Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran
darah otak. Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga
menderita beberapa penyulit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit
kardiovaskular yang luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum
sehingga saluran pernafasan dan kontrol ventilasi yang baik dapat
dipertahankan.
G. PATHHWAY
H. FOKUS PENGKAJIAN
1. Pemeriksaan Fisik Sistem Neurologis
a. Tingkat Kesadaran
1) Kualitatif
Adalah fungsi mental keseluruhan dan derajat kewasapadaan.
 CMC → dasar akan diri dan punya orientasi penuh
 APATIS → tingkat kesadaran yang tampak lesu dan mengantuk
 LATARGIE → tingkat kesadaran yang tampak lesu dan
mengantuk
 DELIRIUM → penurunan kesadaran disertai pe ↑ abnormal
aktifitas psikomotor → gaduh gelisah.
 SAMNOLEN → keadaan pasien yang selalu mw tidur →
diransang bangun lalu tidur kembali
 KOMA → kesadaran yang hilang sama se
2) Kuantitatif
 Menilai kesadaran pasien, dengan menggunakan Glasgow Coma
Scale (GCS)
Respon membuka Respon Verbal (V= Respon Motorik (M=
mata ( E = Eye) Verbal) Motorik)
 Spontan (4)  Berorientasi (5)  Dengan perintah (6)
 Dengan perintah  Bicara  Melokalisasi nyeri
(3) membingungkan (5)
 Dengan nyeri (2) (4)  Menarik area yang
 Tidak berespon (1)  Kata-kata tidak nyeri (4)
tepat (3)  Fleksi
 Suara tidak dapat abnormal/postur
dimengerti (2) dekortikasi (3)
 Tidak ada  Ekstensi
respons (1) abnormal/postur
deserebrasi (2)
 Tidak berespon (1)
 Menilai kekuatan otot, periksa tonus otot dan kekuatan Kekualan
otot dinyatakan dengan menggunakan angka dari 0-5
0 = tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot ; Iumpuh total
1 = terlihat kontraksi tetap ; tidak ada gerakan pada sendi.
2 = ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat melawan gravitasi
3 = bisa melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan
tahanan pemeriksa
4 = bisa bergerak melawan tahanan peme
riksa tetapi kekuatannya
berkurang
5 = dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan maksimal

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot, kontrol
2. Perfusi jaringanm tidak efektif berhubungan dengan perdarahan otak. Oedem
otak
3. Resiko infeksi b.d penurunan pertahanan prime
4. Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik
5. Resiko kerusakan integritas kulit b.d faktor mekanik

J. INTERVENSI
Diagnosa keperawatan I : Kerusakan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot,
kontrol
Intervensi: Terapi latihan mobilitas sendi
- Jelaskan pada klien&kelg tujuan latihan pergerakan sendi.
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama atihan
- Gunakan pakaian yang longgar
- Kaji kemampuan klien terhadap pergerakan
- Ajarkan ROM aktif/pasif pada klien/keluarga.
- Ubah posisi klien tiap 2 jam.
- Kaji perkembangan/kemajuan latihan
Diagnosa keperawatan II : Perfusi jaringanm tidak efektif berhubungan dengan
perdarahan otak. Oedem otak
Intervensi: Perawatan sirkulasi peningkatan perfusi jaringan otak
- Monitor status neurologik
- Monitor status respitasi
- Monitor bunyi jantung
- Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan dalam posisi netral
- Kelola obat sesuai order
- Berikan Oksigen sesuai indikas
Diagnosa keperawatan III : Resiko infeksi b.d penurunan pertahanan prime
Intervensi: Cegah infeksi
- Mengobservasi & melaporkan tanda & gejala infeksi, seperti kemerahan,
hangat, rabas dan peningkatan suhu badan
- Mengkaji suhu klien netropeni setiap 4 jam, melaporkan jika temperature
lebih dari 380C
- Menggunakan thermometer elektronik atau merkuri untuk mengkaji suhu
- Catat dan laporkan nilai laboratorium
- Kaji warna kulit, kelembaban kulit, tekstur dan turgor lakukan dokumentasi
yang tepat pada setiap perubahan
- Dukung untuk konsumsi diet seimbang, penekanan pada protein untuk
pembentukan system imun
Diagnosa keperawatan IV : Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik
Intervensi : Self care
- Observasi kemampuan klien untuk mandi, berpakaian dan makan.
- Bantu klien dalam posisi duduk, yakinkan kepala dan bahu tegak selama
makan dan 1 jam setelah makan
- Hindari kelelahan sebelum makan, mandi dan berpakaian
- Dorong klien untuk tetap makan sedikit tapi sering
Diagnosa keperawatan V : Resiko kerusakan intagritas kulit b.d faktor mekanik
Intervensi : Manajemen tekanan
- Lakukan penggantian alat tenun setiap hari dan tempatkan kasur yang sesuai
- Monitor kulit adanya area kemerahan/pecah
- Monitor area yang tertekan
- Berikan masage pada punggung/daerah yang tertekan serta berikan pelembab
pad area yang pecah
- Monitor status nutrisi
DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, Fransisca B. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan


Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10.
Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J. (2009).Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Dewanto, et al. (2009). Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana
Penyakit Saraf. Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn E. dkk. (2000). Penerapan Proses Keperawatan dan
Diagnosa Keperawatan, EGC; Jakarta
Muttaqin, Arif. (2008). BukuAjar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai