Anda di halaman 1dari 142

LAPORAN PRAKTEK PROFESI NERS STASE MANAJEMEN

DI RUANG WIJAYA KUSUMA BAWAH RSUD KARDINAH TEGAL

Disusun oleh,

1. RUNDAH (190104084)
2. SEPTIKA MIRNA NINGRUM (190104086)
3. SINTIA AGUSTIN (190104087)
4. SUTINAH (190104095)
5. TIYA WIDIASTUTI (190104098)
6. UMI FAYONAH (190104099)
7. WAHYU TARUNA AJI (190104101)
8. WINDI SULISTYANI (190104104)
9. YESSY ANGGRAENI (109104107)

PROGRAM PROFESI NERS STASE MANAJEMEN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

PURWOKERTO

2020

i
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG WIJAYA


KUSUMA BAWAH RSUD KARDINAH TEGAL

Telah disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam menyelesaikan

Program Studi Profesi Ners Stase Manjemen

Pada Tanggal : Maret 2020

Mengesahkan,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Tri sumarni, S.Kep, Ns, M.Kep Suci Budiyanti, S.Kep., Ns

Kepala Ruang Wijaya Kusuma BawaH


RSUD KARDINAH TEGAL

SUGIARTO, AMK

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................iv

DAFTAR TABEL...........................................................................................v

KATA PENGANTAR ...................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................1
B. Tujuan Praktek................................................................................4
C. Waktu dan Tempat Pelaksana.........................................................4
D. Cara Pengkajian..............................................................................5
E. Praktikan.........................................................................................5

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Kajian Situasi RSUD Kardinah Kota Tegal...................................1
B. Kajian Situasi Di Ruang Wijaya Kusuma Bawah..........................7
BAB III PENGKAJIAN
A. Analisis Data...................................................................................121
B. Analisa SWOT................................................................................126
C. Perencanaan dan POA....................................................................131
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Struktur Organisasi Ruang Wijaya Kusuma Bawah

Gambar Denah Ruang Wijaya Kusuma Bawah

iv
DAFTAR TABEL

Tabel Fasilitas Pelayanan Ruang Perawatan Wijaya Kusuma Bawah RSUD


Kardinah Tegal Bulan Maret 2020

Tabel Gambaran Tenaga Keperawatan Ruang Wijaya Kusuma Bawah

Tabel Distribusi Frekuensi Tenaga Perawat di Ruang Wijaya Kusuma


Bawah

Tabel BOR Ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal 3 Bulan
Terakhir (Desember 2019 s.d Februari 2020)

Tabel Tingkat Ketergantungan Pasien di Ruang Wijaya Kusuma Bawah

Tabel Diagnosa Keperawatan Terbanyak

Tabel Kepuasan Kinerja Perawat

Tabel Inventaris Barang di Ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah


Tegal

Tabel Daftar Fasilitas Pasien di Setiap Kamar di Ruang Wijaya Kusuma


Bawah

Tabel Daftar Standar Operasional Prosedur Yang Ada Di Ruang Wijaya


Kusuma Bawah

Tabel Hasil Penilaian Mengenai Penerapan MPKP dengan MPM di Ruang


Wijaya Kusuma Bawah

Tabel Tarif Pelayanan Instalasi Rawat Inap di Ruang Wijaya Kusuma


Bawah

Tabel Hasil Kepuasan Pasien dan Keluarga Tentang Pelayanan Rumah


Sakit di Ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal

Tabel Evaluasi Mutu Pelayanan Keperawatan

v
Tabel Evaluasi Pelaksanaan Patient Safety oleh Perawat di Ruang Wijaya
Kusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal

Tabel 3.16 Strategi SWOT

vi
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT karena telah melimpahan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan judul
“Laporan Praktek Profesi Ners Stase Manajemen Di Ruang Wijayakusuma
Bawah RSUD Kardinah Tegal”. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sehingga penulis mendapatkan
kemudahan dalam menyelesaikan laporan ini.
Sehubungan dengan itu, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Direktur RSUD Kardinah Tegal
2. Wakil Direktur Diklat RSUD Kardinah Tegal
3. Kepala Bidang Keperawatan RSUD Kardinah Tegal
4. Kepala Ruang (Sugiarto, AMK)
5. Pembimbing Klinik (Indah Suci S.Kep., Ns.)
6. Pembimbing Akademik (Tri Sumarni, S.Kep., Ns. M.Kep.)
7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, penulis
mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama ini.
8. Teman- teman Kelompok II yang sudah bekerja sama dalam penyusunan
laporan stase manajemen ini
Semoga bimbingan dan arahan serta dorongan yang telah diberikan
mendapat balasan sesuai dengan amal pengabdiannya dari Allah SWT. Tiada
gading yang tak retak, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca dalam rangka perbaikan penulisan selanjutnya.
Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat untuk kita semua. Amin Ya
Robbal’alamin.
Tegal, Maret 2020

(Tim Penulis)

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah bagian dari keseluruhan sistem pelayanan
kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan.
Sehingga pengembangan kesehatan, yakni harus sesuai dengan garis-garis
Besar Haluan Negara, Sistem Kesehatan Nasional dan Repelita dibidang
kesehatan serta peraturan perundang-undangan lainnya. Menurut Permenkes
No. 147 Tahun 2010. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Pembangunan di bidang
kesehatan saat ini dirasakan pesat kemajuannya. Sejalan dengan
berkembangnya IPTEK berbagai peralatan canggih dibidang kedokteran telah
banyak ditemukan, sehingga dapat mempermudah proses pelayanan kesehatan.
Pelaksanaan pelayanan rumah sakit secara umum diperlukan kerjasama tim
dari berbagai profesi baik dokter, dokter gigi, perawat dan tenaga kesehatan
lain, hal ini berpengaruh terhadap pelayanan yang diberikan kepada pasien
(Triwibowo, 2012). Salah satu peralatan yang canggih dimiliki tenaga
kesehatan yaitu thermometer yang berfungsi untuk memantau suhu badan
pasien yang ditempatkan dilipatan lipatan tubuh seperti ketiak. Pemeriksaan
suhu tubuh pasien yang bergantian ini bisa berisiko penularan terinfeksi jamur,
penyakit antara pasien yang satu dengan yang lainnya, terlebih lagi jika
termometer tersebut sudah terinfeksi jamur yang sangat berbahaya. Hal ini
dikarenakan tingkat kebersihan thermometer tidak terjaga.
Sebuah penelitian di Universitas Oxford menemukan, termometer
yang digunakan pada 57 dari 66 pasien yang dirawat dengan perawatan
intensif, mengandung jamur tersebut. Tidak hanya penggunaan alat, penerapan
cuci tangan terhadap pasien, keluarga dan pengunjung juga masih kurang

1
maksimal, rendahnya kepatuhan cuci tangan pada keluarga pasien atau
pengunjung saat kunjungan sangat beresiko terjadinya penularan penyakit dan
terjadinya infeksi.
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di era
global ini dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat.
Oleh karena itu keperawatan di Indonesia pada saat ini dan di masa akan
datang perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan
dengan memperhatikan dan mengelola perubahan yang terjadi di Indonesia
secara profesional. Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap pelayanan
kesehatan, yang dilaksanakan disarana kesehatan sangat tergantung pada
manajemen pelayanan perawatan. Manajemen pelayanan keperawatan
merupakan suatu proses perubahan atau transformasi dari sumber daya yang
dimiliki untuk mencapai tujuan.
Manajemen adalah suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi (Nursalam, 2015).  Manajemen juga
didefinisikan sebagai proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya
orang lain. Manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu
dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas yang telah ditentukan
pada tingkat administrasi (P. Siagian, 2010).
Proses manajemen di bagi menjadi lima tahap yaitu perencanaan,
pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian (Marquis dan
Huston, 2010). Manajemen keperawatan merupakan salah satu mata kuliah
yang ada pada Pendidikan Profesi Ners Universitas Harapan Bangsa
Purwokerto. Fokus mata kuliah manajemen keperawatan yaitu pada
pengelolaan praktek klinik, kepemimpinan dan manajemen keperawatan di
ruang rawat untuk memenuhi pencapaian kompetensi melalui aplikasi
mengintegrasikan fungsi - fungsi kepemimpinan dan manajemen pada lingkup
menejemen pelayanan dan manajemen asuhan keperawatan. Prinsip-prinsip
manajemen diperlukan untuk pengelolaan pelayanan keperawatan, rumah sakit
sebagai salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan, salah satunya adalah
penyelenggara pelayanan asuhan keperawatan yang senantiasa memberikan

2
pelayanan yang memuaskan kepada klien maupun keluarganya (Kemenkes,
2016).
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kardinah sebagai salah satu
penyelenggara pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian serta usaha lain
di bidang kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Rumah sakit perlu di
dukung dengan adanya organisasi dan manajemen yang baik dengan
berorientasi pada mutu pelayanan bagi masyarakat. Perawat sebagai bagian
dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk memiliki kemampuan manajerial yang
tangguh sehingga pelayanan yang diberikan mampu memuaskan kebutuhan
klien. Kemampuan manajerial yang dimiliki perawat dapat dicapai melalui
banyak cara. Salah satu cara untuk dapat meningkatkan ketrampilan manajerial
yang baik selain didapatkan di bangku kuliah juga harus melalui pembelajaran
di lahan praktik.
Mahasiswa Program Studi Profesi Ners Universitas Harapan Bangsa
Purwokerto dituntut untuk dapat mengaplikasikan langsung pengetahuan
manajerialnya di Ruang Wijayakusuma bawah RSUD Kardinah Tegal yang
berlangsung selama 3 minggu yaitu tanggal 9 Maret 2019 –28 Maret 2019
dengan arahan dari pembimbing lapanga n maupun dari pembimbing akademik
yang intensif. Adanya praktik manajemen ini diharapkan mahasiswa mampu
menerapkan ilmu yang didapat dan mengelola ruang perawatan dengan
pendekatan proses manajemen.
Ruang Wijayakusuma Bawah dalam pemberian sistem asuhan
keperawatan yang di berikan kepada klien menggunakan metode fungsional
yang dilaksanankan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan,
Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu untuk dilaksanakan kepada
semua pasien yang dirawat disuatu ruangan. Dalam rangka meningkatkan
keterampilan manajerial peserta didik keperawatan selain mendapatkan materi
manajemen keperawatan juga melakukan praktek langsung di lapangan. Dalam
memberikan asuhan keperawatan tentunya perawat harus memperhatikan
proses dokumentasi keperawatan tidak hanya implementasinya saja.

3
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sitem pelayanan
kesehatan, karena adanya dokumentasi yang baik, informasi mengenai keadaan
kesehatan klien dapat diketahui secara berkesinambungan.

B. Tujuan Praktik
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengelola asuhan keperawatan dan bimbingan
praktik klinik keperawatan di ruang rawat inap sesuai dengan konsep dan
langkah manajemen keperawatan sehingga menghasilkan kualitas pelayanan
professional.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan di ruang Wijaya
Kusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal, mahasiswa mampu:
a. Melakukan pengkajian tentang keadaan ruang perawatan untuk
menemukan masalah-masalah yang ada.
b. Mengumpulkan data, menganalisis data dan memahami data masalah
dalam pengorganisasian asuhan keperawatan.
c. Menyusun perencanaan untuk menyelesaikan masalah yang ada
d. Mengorganisasaikan pelaksanaan kegiatan keperawatan
e. Melakukan tindakan berdasarkan rencana kegiatan yang disusun untuk
menyelesaikan masalah.
f. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan
g. Melakukan role play tentang managerial ruangan (Kepala Ruang,
Perawat Primer, Perawat Asosiated)

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Pelaksanaan praktek manajemen keperawatan mahasiswa Profesi Ners
dilaksanakan di ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal yang
berlangsung mulai tanggal 9 Maret 2020 sampai dengan tanggal 28 Maret
2020.

4
D. Cara Pengkajian
Metode pengumpulan data dalam praktek manajemen keperawatan di
ruang Wijaya Kusuma Bawah dilakukan dengan cara:
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data kondisi fisik
ruangan, inventaris ruangan, proses pelayanan, dan asuhan keperawatan
yang langsung dilakukan kepada klien.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan, perawat serta pasien
dan keluarga pasien untuk mengumpulkan data tentang proses orientasi
pelayanan pasien.
3. Studi Dokumentasi
Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karakteristik
pasien, ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan, manajemen ruangan,
prosedur tetap ruangan, dan inventaris ruangan.
4. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap asuhan
keperawatan, penerapan standar asuhan keperawatan dan pelaksanaan
Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) dan untuk mengetahui
seberapa jauh kepuasan kerja perawat.

E. Praktikan
Mahasiswa Program Studi Profesi Ners Universitas Harapan Bangsa
Purwokerto dengan anggota :
1. Rundah, S.Kep.
2. Septika Mirna Ningrum, S.Kep.
3. Sintia Agustin, S.Kep.
4. Sutinah, S.Kep.
5. Tiya Widiastuti, S.Kep.
6. Umi Fatonah, S.Kep.
7. Wahyu Taruna Aji, S.Kep.

5
8. Windi Sulistiani, S.Kep.
9. Yessy Anggraeni, S.Kep

6
BAB II
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN
RUANG WIJAYA KUSUMA BAWAH RSUD KARDINAH TEGAL

A. Kajian Situasi RSUD Kardinah Kota Tegal


1. Visi Rumah Sakit
Menjadi rumah sakit pilihan utama masyarakat dengan pelayanan
paripurna yang berbasis pendidikan.
2. Misi Rumah Sakit
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan rujukan bermutu yang
mengutamakan keselamatan pasien dan kepuasan pelanggan dengan
berbasis teknologi nasional.
b. Mewujudkan lingkungan rumah sakit yang bersih, rapi, sehat, aman
nyaman dan ramah lingkungan.
c. Mengembangkan sumber daya manusia yang kompeten, kreatif, dan
inovatif.
d. Meyediakan sarana dan prasarana kesehatan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.
e. Menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat
dibidang kesehatan.
f. Mewujudkan tata kelola rumah sakit yang profesional dan akuntable
menuju wilayah birokrasi bersih dan melayani.
3. Motto Rumah Sakit
Kesembuhan dan kepuasan anda adalah keutamaan bagi kami.
4. Falsafah Rumah Sakit
Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan atas dasar keikhlasan,
kesungguhan beretika dan amanah menjadikan setiap langkah pelayanan
jadi ibadah.

B. Kajian Situasi Di Ruang Wijaya Kusuma Bawah


1. Profil dan Gambaran Umum Ruang Wijaya Kusuma Bawah

7
Ruang Wijaya Kusuma Bawah merupakan salah satu ruang perawatan
kelas I di RSUD Kardinah Tegal yang memberikan perawatan pasien
khusus bedah, baik laki-laki maupun perempuan. Ruang Wijaya Kusuma
Bawah terletak dibagian utara RSUD Kardinah Tegal dan berbatasan
dengan ruang HD disebelah utara, ruang Mawar II disebelah timur, ruang
Cendana disebelah selatan dan ruang Farmasi di sebelah barat.
Kapasitas Ruang Wijaya Kusuma Bawah terdiri dari 22 tempat tidur
yang terdiri dari kamar 1 sampai kamar 11, dimana 1 kamar masing-masing
terdapat
a. 2 tempat tidur
b. 2 lemari
c. 1 meja
d. 1 kamar mandi dalam
e. 1 wastafel,
f. 1 AC
g. 1 televisi.
h. Kaca/cermin
Tarif pelayanan perawatan di Ruang Wijaya Kusuma Bawah berdasarkan
ketentuan tarif terbaru di Rumah Sakit Umum Kardinah Kota Tegal, yang
dapat dilihat dalam tabel 1 dibawah ini :
Tabel 2.1 Tarif Pelayanan di Wijaya Kusuma Bawah RSUD
Kardinah Tegal Tahun 2020
No. Jenis Pelayanan Rawat Inap Kelas I
1 Akomodasi Perawatan Rp. 70.000,00
2 Visit Dokter Spesialis Rp. 40.000,00
3 Perawatan Luka besar Rp. 34.000,00
4 Perawatan Luka sedang Rp. 17.000,00
5 Perawatan Luka kecil Rp. 12.000,00
6 Gizi Rp. 37.500,00
7 EKG Rp. 58.000,00
8 Injeksi terapi Rp. 20.000,00
9 Pendidikan Kesehatan Rp. 12.000,00
Sumber : Buku Master Tarif RSUD Kardinah
Ruang Wijaya Kusuma Bawah dipimpin oleh 1 kepala ruang, yang
beranggotakan 2 Ka TIM/PPJA, 4 KA SHIFT dan 5 Perawat Assosiate.

8
Struktur organisasi di Ruang Wijaya Kusuma Bawah secara lengkap dapat
dilihat pada gambar 1.
Gambar 1 Denah Ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah
Tegal Tahun 2020
R. K. K. K. 9 K. 8 K. 7
Kamar R.
Gudang Kepala 11 10
mandi Tindakan
Ruang

K. 1 K. 2 K. 3 K. 4 K. 5 K. 6
Mushol
Dapur Kantor Perawat
a

Keterangan :
: Tangga utama ke WK atas
U

B T

Gambar 2 Struktur Organisasi Ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD


Kardinah Tegal Tahun 2020

WADIR PELAYANAN
dr. HERY SUSANTO, Sp. A
9

CASE MANAGER KA. INST. RAWAT INAP KABID KEPERAWATAN


SRI LESTARI, S.Kep.,Ns JOKO PURWANTO, S.Kep.,Ns ENDANG SRI NINGSIH, SKM
KEPALA RUANG
SUGIARTO, AMK

KA TIM / PPJA KA TIM / PPJA


ELOK FAOLA, S. Kep, Ns VICTAMARA NASUTION, S.Kep

KA SHIFT 1 KA SHIFT 2 KA SHIFT 3 KA SHIFT 4


DIANA LISA WATI, AMK NURUL FAUZIAH, AMK RAHAYU, AMK NURIMA, S. Kep, Ns

PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA


ERCHA GITA M, AMK SINTANI, AMK ADHITYA I, S. Kep, Ns AMRIZA HIMAWAN, AMK

PELAKSANA
ELMI FARIQOH, AMK

ADMINISTRASI
DIANTORO, S. Kep, Ns PRAMUSAJI 1 PRAMUSAJI 2 PRAMUSAJI 3
SRI ASIH SISWATI NURKHASANAH

10
2. Unsur Input
a. Pasien
1) Kajian teori
Menurut Permenkes RI No.4 tahun 2018 tentang kewajiban rumah
sakit dan kewajiban pasien, pasien adalah setiap orang yang
melakukan konsultasi masalah kesehhatannya untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang diperlukakan, baik secara langsung maupun
tidak langsung di Rumah Sakit.
2) Kajian data
Ruang Wijayakusuma Bawah adalah ruang rawat inap kelas I yang
melayani perawatan pasien bedah baik pria dan wanita dengan
perawatan pasien pre dan post operasi. Jumlah pasien yang dirawat
diruang Wijaya Kusuma Bawah selama periode Desember 2019 –
Februari 2020 dijelaskan dalam tabel 2.2
Tabel 2.2 Distribusi Jumlah Pasien Masuk di Ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal Bulan
Desember 2019 - Februari 2020
No Bulan Jumlah
1 Desember 53
2 Januari 63
3 Februari 52
Total 168

56
Rata-rata
Sumber :Laporan Bulanan Rekam Medik Periode Desember
2019 - Februari 2020
Berdasarkan data yang diperoleh dari tabel 2.2
menunjukan bahwa jumlah pasien tertinggi pada bulan Januari
2020 dengan 63 pasien dan terendah pada bulan Februari 2020
dengan 52 pasien.

11
Tabel 2.3 Distribusi 10 Besar Penyakit di Ruang Wijayakusuma
Bawah RSUD Kardinah Tegal Bulan Desember 2019 -
Februari 2020
No Jumlah Persentasi
NamaPenyakit
1 43 25,5%
Katarak
2 32 19,04%
Fraktur
3 29 17,2%
Batu ginjal
4 21 12,5%
BPH
5 17 10,1%
Inpaksi odon
6 10 6%
Hernia
7 7 4,1%
Osteoarthritis
8 4 2,3%
Colelitiasis
9 3 2%
Hidrochepalus
10 2 1,1%
Ca mammae
Jumlah 168 100%
Sumber: Data Laporan bulanan Register ruang Wijayakusuma Bawah
RSUD Kardinah Tegal Bulan Desember 2019 - Februari 2020
Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 2.3 diatas
menunjukkan 10 besar penyakit di ruang Wijayakusuma Bawah
katarak menduduki urutan teratas yaitu sebesar 25,5% atau sebanyak
43 pasien dari total jumlah pasien yang masuk atau dirawat di ruang
Wijayakusuma Bawah selama periode Desember 2019 sampai dengan
Februari 2020 yaitu sebanyak 168 pasien, kemudian di urutan kedua
Fraktur sebesar 19,04% atau sebanyak 32 pasien dan urutan ketiga
penyakit Batu ginjal sebesar 17,2% atau sebanyak 29 pasien.
Proses penentuan 10 besar penyakit diatas belum bisa dijadikan
ukuran dalam proses pembuatan standar asuhan keperawatan karena
data diatas diambil 3 bulan terakhir yaitu bulan Desember 2019 -
Februari 2020.
3) Analisis

12
Berdasarkan tabel 2.2 dan 2.3 diperoleh data jumlah pasien rawat
inap di ruang wijaya kusuma bawah selama 3 bulan terakhir
mengalami penurunan. Serta untuk data 10 penyakit terbesar
didominasi oleh katarak dan fraktur.
b. Peserta didik
1) Kajian teori
Peserta didik merupakan anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur
pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal
pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. Rumah Sakit
Umum Kardinah memiliki salah satu visi yaitu menyelenggarakan
pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat dibidang kesehatan
serta mengembangkan sumber daya manusia yang kompeten, kreatif,
dan inovatif. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut RSUD
Kardinah menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga
kesehatan termasuk SDM keperawatan.
Rumah Sakit Umum Kardinah kota Tegal sebagai rumah sakit
pendidikan, yang digunakan sebagai lahan praktek dari berbagai
institusi pendidikan kesehatan, termasuk pendidikan keperawatan
untuk menghasilkan lulusan peserta didik keperawatan yang
berkualitas, perlu adanya pengelolaan bimbingan PKK yang baik,
bermutu tinggi, serasi dan selaras dengan perkembangan iptek.
2) Kajian data
Tabel 2.4 Distribusi Mahasiswa Praktik di Ruang Wijayakusuma
Bawah RSUD Kardinah Kota Tegal Bulan Desember
2019 – Februari 2020
No Nama Institusi Bulan

Desember Januari Februari

1 STIKes Bhamada 10 - -
Slawi mahasiswa

2 Universitas 7 7 3

13
Harapan Bangsa mahasiswa mahasiswa mahasiswa

Sumber : Daftar Jadwal Praktik Ruang Wijayakusuma Bawah


Mahasiswa Bulan Desember 2019 – Februari 2020
Berdasarkan data yang diperoleh dari tabel 2.4 menunjukan
bahwa pada bulan Desember 2019 terdapat mahasiswa praktik dari
STIKes Bahmada Slawi sebanyak 10 mahasiswa dan dari Universitas
Harapan Bangsa Purwokerto sebanyak 17 mahasiswa dari bulan
Desember 2019 sampai Februari 2020.
3) Analisis
Pelaksanaan praktik klinik di RSUD Kardinah Tegal sudah
sesuai dengan petunjuk teknis pelaksanaan praktik klinik yang dibuat
oleh RSUD Kardinah, yaitu mulai dari penandatanganan perjanjian
kedua institusi, pemberian kerangka acuan oleh institusi pendidikan ke
lahan praktek, penentuan lokasi praktik, perencanaan penerimaan
orientasi dan penyiapan pembimbing klinik bagi mahasiswa praktik.
Selain itu, institusi pendidikan sebelum menerjunkan mahasiswanya
sudah memberikan uraian rencana pelaksanaan PKK meliputi tujuan,
kompetensi, penugasan, tata tertib, sanksi, dll, dimana selain
mahasiswa, pembimbing lapangan juga sudah mendapatkan buku
panduan dari institusi pendidikan. Sebelum melaksanakan praktik
klinik mahasiswa dibekali materi oleh pihak diklat RSUD Kardinah.
Ruang Wijayakusuma Bawah adalah salah satu ruang kelas I
yang menjadi tempat praktik mahasiswa. Dalam tiga bulan terakhir
terdapat 27 mahasiswa yang melakukan praktik diruang tersebut yang
terdiri dari STIKES Bhamada Slawi dan Universitas Harapan Bangsa
Purwokerto.
c. Ketenagaan
1) Kajian Teori
a) Kuantitas
Perawat adalah seorang yang memberikan pelayanan
kesehatan secara profesional dimana pelayanan tersebut

14
berbentuk pelayanan biologis, psikologis, sosial, spiritual yang
ditunjukan pada individu, keluarga dan masyarakat (Depkes RI,
2012).
Penetapan jumlah tenaga keperawatan merupakan
perencanaan dalam hal menentukan berapa banyak tenaga yang
dibutuhkan dalam suatu ruangan dan kriteria tenaga yang dipakai
untuk suatu ruangan tiap shifnya. Perhitungan kebutuhan tenaga
keperawatan atau staffing merupakan fungsi manajemen yang
merupakan dasar pelaksanaan kegiatan keperawatan. Perhitungan
tenaga perwat berhubungan dengan beban kerja perawat. Terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkaji beban kerja
tenaga perawat, yakni rasio pasien dibanding perawat, rasio
tempat tidur, serta perlunya memperhitungkan tugas non-
keperawatan yang dilakukan oleh perawat seperti transport pasien
(Kang et al. 2016). Dalam penetapan jumlah tenaga perawat ada
berapa rumus yang dikembangkan oleh para ahli, selain untuk
menetapkan rumus juga dapat digunakan untuk menilai dan
membandingkan apakah tenaga yang ada saat ini cukup kurang
atau lebih, rumusnya antara lain:
(1) Menurut Gillies
Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat
dirumuskan dengan perhitungan sebagai berikut:

TP : Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan/tahun


Jumlah jam kerja perawat/tahun x jam kerja perawat/hari
Atau
A x B x 365
Tenaga Perawat =
(365-C) x jam kerja / hari

Ket : A : Jam perawatan/24 jam waktu perawatan yang


di butuhkan klien
B : (BOR x jumlah TT)  jumlah pasien
C : Jumlah hari libur

15
(2) Menurut dauglas
Perhitungan jumlah tenaga keperawatan menurut
dauglas di hitung berdasarkan tingkat ketergantungan setiap
sift klien dan hasil keseluruhan di tambah (1/3) sepertiga
untuk perawat yang libur dan atau cuti. Kebutuhan tenaga
perawat berdasarkan klasifikasi tingkat ketergantungan untuk
setiap sift jaga sperti tabel berikut :
Tabel 2.5 Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan
Klasifikasi Pasien menurut Formula Douglas
Klasifikasi Pasien
Minimal Partial Total
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,38 0,30 0,20
0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
Sumber : Nursalam, 2012
Sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan pasien
terhadap keperawatan menurut Douglas berdasarkan kriteria
sebagai berikut:
(a) Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2
jam/24 jam, dengan kriteria:
i) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan
sendiri
ii) Makan dan minum dilakukan sendiri
iii) Ambulasi dengan pengawasan
iv) Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shift
v) Pengobatan minimal, status psikologi stabil
vi) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
(b) Perawatan intermediet memerlukan waktu 3-4 jam/24
jam dengan kriteria:
i) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
ii) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
iii) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali

16
iv) Folley catheter/ intake output dicatat.
v) Klien dengan pemasangan infus, persiapan
pengobatan memerlukan prosedur
(c) Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6
jam/24 jam dengan kriteria:
i) Segalanya diberikan/dibantu
ii) Posisi diatur, observasi tanda vital tiap 2 jam
iii) Makan memerlukan NGT,menggunakan terapi IV
iv) Pemakaian suction
v) Gelisah/disorientasi
(d) Menurut Depkes
Metode penghitungan ini berdasarkan rasio yaitu
menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator
personal yang diperlukan. Perhitungan menurut depkes
adalah sebagai berikut :
Kebutuhan tenaga I = jumlah jam perawatan di ruangan/hari

Jam efektif perawat


Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu
ditambah (faktor koreksi) dengan: hari libur/cuti/hari
besar
Loss (loss
Day day) hari minggu dlm 1 th+ cuti+hari besar
= jumlah
X keb.tenaga
Jumlah hari kerja efektif

Tenaga keperawatan yang mengerjakan pekerjaan non-


keperawatan diperkirakan 25% dari jam pelayanan
keperawatan.
Pekerja non keperawatan= (Kebutuhan tenaga I + loss day) x 25%

Kebutuha tenaga = kebutuhan tenaga I + faktor


koreksi (loss day+peekerja non keperawatan)

17
b) Kualitas
Kualitas pelayanan merupakan pengawasan yang
berhubungan dengan kegiatan yang dipantau atau diatur dalam
pelayanan berdasarkan kebutuhan atau pandangan konsumen.
Dalam keperawatan, tujuan kualitas pelayanan adalah untuk
memastikan bahwa jasa atau produk pelayanan keperawatan yang
dihasilkan sesuai dengan standar atau keinginan pasien
(Nursallam, 2012).
Menurut Djojdibroto (2010), bahwa pelatihan, kursus dan
loka karya yang diperlukan bagi tenaga perawat profesional di
rumah sakit yaitu yang diperlukan bagi tenaga perawat
profesional di rumah sakit yaitu etika komunikasi yang meliputi:
a) Komunikasi dalam keperawatan
b) Etika keperawatan
c) Managemen keperawatan
d) Hospital managemen training
e) Audit medik
f) Pencegahan penyakit nosokomial
g) Sanitasi rumah sakit
Tersedianya tenaga keperawatan yang kompeten melalui
pendidikan formal dan pelatihan-pelatihan akan menunjang
terpenuhinya standar pendidikan tenaga keperawatan yang
berkualitas yang dapat memberikan asuhan keperawatan yang
berkualitas pula secara profesional sesuai dengan tugas dan
fungsinya.

1.) Kajian Data


Berdasarkan observasi dan wawancara yang di peroleh
langsung, bahwa data d RSUD Kardinah Tegal ruang Wijaya
Kusuma Bawah telah di uraikan jabatan kepegawaian sebagai

18
klasifikasi jabatan.Uraian jabatan pegawai keperawn di RSUD
Kardinah Tegal ruang Wijaya Kusuma bawah antara lain
1. Jabatan Kepala ruang rawat
Syarat :
a) Jenis pendidikan DIII Keperawatan / s1+Ners
b) Pelatihan : Manajemen keperawatan, pelatihan kep kritis/
PPGD, pengembangan MPKP, Pembimbing praktek klinik
keperawatan, Peltihan keperawatan klinis sesuai bidang.
c) Pengalaman kerja : pengalaman kerja minimal tahun
d) Memiliki STR / SIK / SIPP
2. Jabatan perawat Primer
Syarat
a) DIII kep / s1 kep + Ners
b) Pelatihan : Manajemen keperawatan, pelatihan kep kritis/
PPGD, pengembangan MPKP, Pembimbing praktek klinik
keperawatan, Peltihan keperawatan klinis sesuai bidang
c) Pengalaman Kerja : Pelaksaan keperawatan sesuai
kelompok klinis kep sesuai dengan latar belakang
pendidikan : DIII Kep 6 tahun, S1+Ners 3 tahun
d) Memiliki STR / SIK / SIPP
e) Di utamakan pernah mengikuti pelatihan klinik
keperawatan fungsional.
3. Perawat Assosiate
Syarat
a) DIII kep
b) Memiliki STR / SIK / SIPP
c) Lolos seleksi mekanisme rekrutmen bagi yang non PNS
kriteria dan kualifikasi tersebut dapat memperhatikan
faktor dedikasi loyalitas dan perilaku berdasarkan
rekomendasi yang di atur internal RSUD Kardinat tegal.

19
Kuaifikasi tenaga perawat berdasarkan tingkat pendidikan dan
pelatihan dapat di lihat pada tabel di bawah ini
Tabel 2.6 Data Jumlah Pegawai di Ruang Wijaya Kusuma
Bawah RSUD Kardinah Kota Tegal Tahun 2019/2020
No Staff Jumlah Presentase %
1. Perawat 12 66,7
2. Dokter ruangan 1 5,5
3. Pramusaji 3 16,7
4. CS 2 11,1
Jumlah 18 100%
Sumber: Data jumlah pegawai di Ruang Wijaya Kusuma Bawah
RSUD Kardinah Kota Tegal tahun 2019/2020
Berdasarkan data dari tabel 2.6 menunjukan bahwa jumlah
karyawan di ruang Wijaya Kusuma Bawah sebanyak 18 orang,
terdiri dari 12 Perawat, 1 Dokter ruangan, 3 Pramusaji, dan 2
Cleaning service.
2.) Analisis
Berdasarkan perhitungan menurut Gillies kebutuhan tenaga
perawat secara kuantitatif dapat dirumuskan dengan perhitungan
sebagai berikut :
Tabel 2.7 Nilai BOR, di Ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD
Kardinah Kota Tegal pada Bulan Desember 2019
Februari 2020
Jumlah Jumlah hari
No Bulan BOR
pasien rawat
1 Desember 53 161 26,1%
2 Januari 63 189 30,6%
3 Februari 52 167 27,1%
Jumlah 168 517 83,8%
Rata-rata 56 172,3 27,9%

Tenaga Perawat = A X B X 31
(31-C) x jam kerja/hari
Ket: A : jam perawatan/24 jam
Keperawatan langsung:

20
 Minimal care 5 orang: 5 x 2 jam = 10 jam
 Partial care 2 orang: 2 x 3 jam = 6 jam
 Total care 1 orang: 1 x 6 jam = 6 jam
22 jam
Perawatan tidak langsung 8 orang: 8 x 1 jam= 8 jam
Penyuluhan kesehatan 8 orang: 8 x 0,25 jam = 2
jam
Jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per
klien per hari adalah (22+8+2) / 8 = 4 jam
B : (BOR x jumlah TT)  jumlah pasien
C : jumlah hari libur
e) Bulan Desember 2019
4 x 26,1% x 31 x 12
= 2,52 = 3
( 31−9 ) x 7
f) Bulan Januari 2020
4 x 30,6 % x 31 x 12
( 31−9 ) x 7
= 2,95 = 3
g) Bulan Februari 2020
4 x 27,1% x 29 x 12
= 2,69 = 3
( 29−9 ) x 7
Jadi rata-rata jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
nilai BOR selama 3 bulan terakhir adalah 3+3+3 = 9/3= 3
perawat. Untuk cadangan 20% menjadi 9 x 20% = 1,8 = 2
perawat. Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara
keseluruhan 3 + 2 = 5 perawat/ hari.
Tabel 2.8 Distribusi Perawat Berdasarkan Jabatan,
Golongan, Pendidikan Dan Pelatihan di Ruang
Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
Jenis pelatihan Level
No Nama Pendidikan Jabatan
yang diikiuti Kompetensi
1 Sugiarto AMK (D3 Kepala - Pelatihan Perawat
Keperawatan) Ruang pencampuran klinis IV

21
obat suntik dengan
- Pelatihan pengalaman
manajemen kerja lebih
asuhan dari 10
keperawatan tahun yaitu
- Pelatihan EMS 28 tahun
(PPGD)
- Pelatihan
penanggulangan
bencana
kebakaran
- Pelatihan BHD
- Pelatihan hand
hygiene
2 Elok Faola S1.,Ners Ka Tim / - BTCLS Perawat
PPJA - Pelatihan hand klinis III
hygiene dengan
- Pelatihan pengalaman
penanggulangan kerja selama
bencana 6-9 tahun
kebakaran yaitu 10
tahun
3 Victamara S1 Keperawatan Ka Tim / - Pelatihan Perawat klinis
Nasution PPJA pencampuran III dengan
obat suntik pengalam
- Seminar dan kerja 9-12
workshop code tahun yaitu
blue 19 tahun
management,
EWSS (early
warning system
score and
caediovascular
emergency)
- Pelatihan BHD
- Pelatihan hand
hygine
- Pelatihan
penanggulangan
bencana
kebakaran

4 Diana D3 Ka Shift 1 - Pelatihan Perawat klinis


Lisawati Keperawatan perawatan luka II dengan

22
CWCCA pengalaman
- Pelatihan teknik kerja 6-9 tahun
dialisis yaitu 9 tahun
- Pelatihan BTCLS
- Pelatihan BHD
- Pelatihan
penanggulangan
bencana
kebakaran
- Pelatihan hand
hygiene
5 Nurul D3 Ka Shift 2 - Pelatihan Perawat klinis
Fauziah Keperawatan endoscopy mahir II dengan
- Pelatihm BTCLS pengalaman
- Seminar-seminar kerja 6-9 tahun
yaitu 9 tahun
6 Rahayu D3 Ka Shift 3 - Pelatihan Perawat klinis
Keperawatan pencampuran II dengan
obat suntik pengalaman
- Pelatihan BHD kerja 6-9 tahun
- Pelatihan hand yaitu 8 tahun
hygiene
- Pelatihan
penanggulanganb
encana kebakaran

7 Ercha Gita D3 Ka. Shift 4 - Pelatihan BTCLS Perawat klinis


Muyana Keperawatan - Pelatihan BHD II dengan
- Pelatihan hand pengalaman
hygiene kerja 6-9 tahun
- Pelatihan yaitu 7 tahun
penanggulanganb
encana kebakaran

23
8 Adhitya S1 Perawat - Pelatiha Perawat klinis
iqbal Keperawatan.,N Pelaksana pencampuran II dengan
permadi ers obat suntik pengalaman
- Pelatihaan kerja 4-7
BTCLS tahun yaitu 5
- Pelatihan hand tahun.
hygiene
- In house training
PPI dasar bagi
perawat dan
bidan
9 Amriza D3 Perawat - Pelatihan Perawat klinis
Himawan Keperawatan pelaksana pencampuran II dengan
Nafis obat suntik pengalaman
- Pelatihan BTCLS kerja 6-9 tahun
- Pelatihan BHD yaitu 5 tahun
- Pelatihann hand
hygiene
- Pelatihan
penanggulangan
bencana
kebakaran
10 Nur S1 Perawat - Pelatihan BTCLS Perawat klinis
Imaniwati Keperawatan., Pelaksana - Pelatihan II dengan
Ns pencampuran pengalaman
obat suntik kerja 4-7
- Seminar nasional tahun yaitu
explore 7 tahun
management of
chronic heart
failure patient
living survicein
all level helath
facilities
- Seminar
kebijakan PPI RS
dalam perspektif
hukum kesehatan
dan implementasi
penegahan dan
pengendalian
infeksi pada HIV
AIDS dalam
tatanan fasiliitas

24
pelayanan
kesehatan
- Seminar
membangun
budaya safety
sebagai upaya
mewujudkan
implementasi
keselamatan
pasien
- Pelatihan BHD
- Pelatihan hand
hygiene
- Pelatihan
penanggulanganb
encana kebakaran
11 Sintani D3 Perawat - Pelatihan BTCLS Perawat klinis
Keperawatan Pelaksana - Pelatihan BHD II dengan
- Pelatihan hand pengalaman
hygiene kerja 6-9 tahun
- Pelatihan 8 yaitu tahun
penanggulanganb
encana kebakaran
12 Elmi D3 Perawat - Pelatihan Perawat klinis
Fariqoh Keperawatan Pelaksana pencampura obat II dengan
suntik pengalaman
- Pelatihan BTCLS kerja 6-9 tahun
- Pelatihan BHD 8 yaitu tahun
- Pelatihan Hand
Hygiene
12 Diantoro S1 Staff - Pelatihan BTCLS Perawat klinis
Keperawatan., Admistrasi - Pelatihan BHD II dengan
Ners - Pelatihan hand pengalaman
hygiene kerja 4-7
- Pelatihan tahun yaitu 5
penanggulanganb tahun
encana kebakaran
13 Sri Asih SMA Pramusaji1 - Pelatihan BHD 25 tahun
- Pelatihan hand
hygiene
- Pelatihan
penanggulangan
bencana
kebakaran

25
14 Siswati SMA Pramusaji 2 - Pelatihan BHD 11 tahun
- Pelatihan hand
hygiene
- Pelatihan
penanggulangan
pencana
kebakaran
15 Nurkhasana SMP Pramusaji 3 - Pelatihan BHD 21 tahun
h - Pelatihan hand
hygiene
- Pelatihan
penanggulangan
bencana
kebakaran

c. Fasilitas dan alat


1) Kajian Teori
Pengertian alat kesehatan menurut ketentuan Pasal 1 UU Rumah
Sakit , ialah instrument, aparatus, mesin dan atau implant yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,
mediagnosis, menyembuhkan, dan meringankan penyakit, merawat
orang sakit, memulihkan keshatan pada manusia, dan/atau
membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
Proses pelaksanaan pengadaan alat kesehatan yang baik adalah
pengadaan yang efektif dan efisien dan optimal dalam pemanfaatan
alat kesehatan. Pengadaan alat kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan harus dapat termanfaatkan secara berhasil guna dan
berdaya guna.
2) Kajian Data
Berdasarkan data inventris alat kesehatan diruangan Wijaya
Kusuma Bawah, perawatan alat dan fasilitas dilakukan secara
periodik dibagi dalam perawatan jangka pendek, jangka menengah
dan jangka panjang berupa perawatan rutin dan perawatan kalibrasi
oleh tim IPS rumah sakit.

26
Daftar inventaris fasilitas dan alat di ruang Wijaya Ksuuma
Bawah dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 2.9 Daftar Inventaris Alat Kesehatan Di Ruang Wijaya


Kusuma Bawah RSUD Kardinah Kota Tegal Tahun
2020
No Nama Barang Jumlah Kondisi
1 Bedside cabinet 22 Baik
2 Brankar 2 Baik
3 EKG 1 Baik
4 Iluminator 1 Baik
7 Kursi roda 2 Baik
8 Lampu ultravioler steriliser 1 Baik
10 Stetosope 2 Baik
11 Stetoscope anak 1 Baik
12 Suction pump 1 Baik
13 Tensimeter 3 Baik
14 Trolly 3 Baik
15 Ambubag 1 Baik
16 Pinset anatomi 3 Baik
17 Bak insstrumen 3 Baik
18 Pinset sirurgis 3 Baik
19 Bengkok 2 Baik
20 Comfort bed 3 crank 22 Baik
21 Flowmetter 11 Baik
22 Glass spuit 3 Baik
23 Gunting hecting aff 3 Baik
24 Gunting TATU 3 Baik
25 Gunting jaringan tajam 3 Baik
26 Gunting verban 1 Baik
27 Kom tutup 3 Baik
28 Klem 3 Baik
29 Lampu kepala 1 Baik
30 Lampu UV 1 Baik
31 Loop optivisor 1 Baik
32 O2 kecil 1 Baik
33 Pinset bayonet 3 Baik
34 Reflek hamer 1 Baik
35 Spseculum hidung 2 Baik
36 Standar infus 22 Baik
37 Termometer kulkas 1 Baik
38 Timbagan badan dewasa 1 Baik
39 Tong spatel 2 Baik

27
40 Troly makan 1 Baik
41 Tromol kecil 1 Baik
42 Bed paramount 22 Baik
43 Nebulizer 1 Baik
Sumber : Kartu Inventaris alat kesehatan ruang Wijaya
Kusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal tahun 2020
Tabel 2.10 Daftar Inventaris Alat Kantor Di Ruang Wijaya
Kusuma Bawah RSUD Kardinah Kota Tegal Tahun
2020
No Alat tulis kantor Jumlah Kondisi
1 Komputer 1 Baik
2 Bak stempel 1 Baik
3 White board 2 Baik
4 Tempat APD 4 Baik
5 Penggaris 3 Baik
6 Meja komputer 1 Baik
7 Meja 6 Baik
8 Steples besar 1 Baik
9 Cutter 2 Baik
10 Gunting kertas 2 Baik
11 Rak stempel 1 Baik
12 Avalon besar/kecil 11 Baik
13 Steples kecil 3 Baik
14 Pembolong 1 Baik
15 Papan informasi 1 Baik
16 Lemari obat 1 Baik
17 Lemari linen 1 Baik
18 Rak sandal 1 Baik
19 Loker 2 Baik
20 Telepon 1 Baik
21 Kursi petugas 15 Baik
22 Televisi 1 Baik

Tabel 2.11 Daftar Inventaris Alat Dapur Di Ruang Wijaya


Kusuma Bawah RSUD Kardinah Kota Tegal Tahun
2020
No Alat Rumah Tangga Jumlah Kondisi
1 Rak piring besar 1 Baik
2 Rak piring kecil 1 Baik
3 Gelas pegawai 15 Baik
4 Gelas pasien 24 Baik
5 Sendok pegawai 10 Baik
6 Sendok pasien 25 Baik

28
7 Tremos 3 Baik
8 Mangkok pegawai 10 Baik
9 Mangkok pasien 25 Baik
10 Panci 5 Baik
11 Kulkas 2 Baik
12 Kompor 1 Baik
13 Teko 4 Baik
14 Troly diet 2 Baik
15 Tutup gelas pasien 24 Baik
16 Tutup gelas pegawai 15 Baik
Sumber : Data Sekunder Ruang Wijaya Kusuma Bawah Tahun
2020
3) Analisis
Berdasarkan hasil observasi alat keperawatan diruang wijaya
kusuma bawah selama 3 hari, diketahui secara keseluruhan kondisi
alat-alat tersebut dalam keadaan baik.
d. Metode (SAK dan SOP)
1. SAK (Standar Asuhan Keperawatan)
a) Kajian teori
Menurut Fisbach tahun 2012 standar dokumentasi asuhan
keperawatan suatu pelayanan tentang prioritas dokumentasi yang
dipertimbangkan secara adekuat dalam suatu situasi tertentu.
Dengan adanya standar bahwa adanya suatu ukuran terhadap
kualitas dokumentasi keperawatan. Perawat memerlukan suatu
standar dokumentasi untuk memperkuat pola pencatatan dan
sebagai petunjuk atau pedoman praktis pendokumentasian dalam
memberikan tindakan keperawatan.
UU RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dalam
penjelasan tentang Pasal 53 ayat 2 mendefinisikan standar profesi
sebagai “pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk
dalam menjalankan profesi secara baik”. Atau secara singkat dapat
dikatakan standar adalah pedoman kerja agar pekerjaan berhasil
dan bermutu. Berdasarkan alasan ini maka kehadiran Standar
Asuhan Keperawatan yang identik dengan standar profesi

29
keperawatan, berguna sebagai kriteria untuk mengukur
keberhasilan dan mutu asuhan keperawatan.
Standar-standar yang ditetapkan dalam Standar Asuhan
Keperawatan dimaksud terdiri dari :
1) Standar I : Pengkajian keperawatan
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang
lengkap dan dikumpulkansecara terus menerus, tentang
keadaannya untuk menentukan kebutuhan asuhankeperawatan.
Data kesehatan harus bermanfaat bagi semua anggota tim
kesehatan.Komponen pengkajian keperawatan meliputi :
a. Kumpulan Data
Kriteria :
(1) Menggunakan format yang baku
(2) Sistematis
(3) Diisi sesuai item yang tersedia
(4) Actual (baru)
(5) Absah (valid)
b. Pengelompokan Data
Kriteria :
(1) Data Biologis
(2) Data Psikologis
(3) Data Sosial
(4) Data Spiritual
c. Perumusan Masalah
Kriteria :
(1) Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma
dan pola fungsi kehidupan
(2) Perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah
dikumpulkan
2) Standar II : diagnosa keperawatan

30
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status
kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma
fungsi kehidupan pasien.
Kriteria :
a. Diagnosa Keperawatan dihubungkan dengan penyebab
kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien.
b. Dibuat sesuai dengan wewenang perawat.
c. Komponennya terdiri dari masalah, penyebab, dan
gejala/tanda (PES) atau terdiri dari masalah dan
penyebab (PE).
d. Bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah
nyata terjadi.
e. Bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien,
kemungkinan besar akan terjadi.
f. Dapat ditanggulangi oleh perawat.
3) Standar III : perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan. Komponen perencanaan keperawatan meliputi :
a. Prioritas masalah
Kriteria :
(1) Masalah-masalah yang mengancam kehidupan
merupakan prioritas utama.
(2) Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang
adalah prioritas kedua.
(3) Masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku
merupakan prioritas ketiga.
b. Tujuan Asuhan Keperawatan
Kriteria :
(1) Spesifik
(2) Bisa diukur
(3) Bisa dipakai

31
(4) Realistik
(5) Ada batas waktu
c. Rencana Tindakan
Kriteria :
(1) Disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan.
(2) Melibatkan pasien/keluarga.
(3) Mempertimbangkan latar belakang budaya
pasien/keluarga.
(4) Menentukan alternatif tindakan yang tepat.
(5) Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang
berlaku,lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada.
(6) Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien.
(7) Kalimat instruksi, ringkas, tegas dan bahasanya mudah
dimengerti.
4) Standar IV : implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana
tindakan yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan
pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek
peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan
kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya.
Kriteria :
a. Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan.
b. Menyangkut keadaan bio-psikososial spiritual pasien.
c. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan
dilakukan kepada pasien/keluarga.
d. Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
e. Menggunakan sumber daya yang ada.
f. Menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik.
g. Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privacy dan
mengutamakan keselamatan pasien.

32
h. Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respons
pasien.
i. Merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam
keselamatan pasien.
j. Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan.
k. Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan
tindakan.
l. Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada
prosedur teknis yang telah ditentukan
5) Standar V : evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan
berencana untuk menilai perkembangan pasien.
Kriteria :
a. Setiap tindakan keperawatan, dilakukan evaluasi.
b. Evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada
rumusan tujuan
c. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan.
d. Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan.
e. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.
6) Standar VI : catatan asuhan keperawatan
Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual.
Kriteria :
a. Dilakukan selama pasien di rawat inap dan rawat jalan.
b. Dapat dilakukan sebagai bahan informasi, komunikasi, dan
laporan
c. Dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan.
d. Penulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan
istilah yang baku.
e. Sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan.
f. Setiap pencatatan harus mencantumkan inisial/paraf/nama
perawat yang melakukan tindakan dan waktunya.

33
g. Menggunakan formulir yang baku.
h. Disimpan sesuai peraturan yang berlaku.
b) Kajian data
Di ruang wijaya kusuma bawah RSUD Kardinah Kota Tegal
dalam pemberian asuhan keperawatan mengacu pada SAK
berdasarkan SK direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah
Kota Tegal, SAK di ruang wijaya kusuma bawah RSUD
Kardinah Kota Tegal pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.12 Standar Asuhan Keperawatan (SAK) di Ruang
wijaya kusuma bawah RSUD Kardinah Kota Tegal
Tahun 2020
No Sak
1. Asuhan keperawatan pada kasus katarak
2. Asuhan keperawatan pada kasus fraktur
3. Asuhan keperawatan pada kasus batu ginjal
4. Asuhan keperawatan pada kasus BPH
5. Asuhan keperawatan pada kasus inpaksi odon
6. Asuhan keperawatan pada kasus hernia
7. Asuhan keperawatan pada kasus osteoarthritis
8. Asuhan keperawatan pada kasus colelitiasis
9. Asuhan keperawatan pada kasus hidrochepalus
10. Asuhan keperawatan pada kasus ca mammae
Sumber : data ppi diruang wijaya kusuma bawah tahun 2020
c) Analisis
SAK masih kurang untuk ruangan, bahkan SAK untuk 10
penyakit yang sering muncul diruangan wijaya kusuma juga
belum tersedia.
2. Sop (standar operasional prosedur)
a) Kajian teori
Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan suatu
pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan
sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi

34
pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis,
administratif dan prosedural sesuai tata kerja, prosedur
kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan
(Tjipto, 2012).
b) Kajian data
Jenis standar operasional prosedur yang ada di ruang wijaya
kusuma bawah adalah sebagai berikut :
Tabel 2.13 Daftar Standar Prosedur Operasional Di
Ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah
Kota Tegal Tahun 2020

No Standar operasional prosedur


1. Sop pemeriksaan suhu tubuh
2. Sop pemeriksaan denyut nadi dan pernafasan
3. Sop pemeriksaan tekanan darah
4. Sop penatalaksanaan mengganti alat tenun dengan
pasien diatasnya
5. Sop penatalkasanaan cuci rambut
6. Sop penatalaksanaan menyisir rambut
7. Sop penatalaksanaan memotong kuku tangan dan
kaki
8. Sop penatalaksanaan oral hygiene
9. Sop penatalaksanaan memandikan pasien diatas
tempat tidur
10. Sop pembersihan colon (lavement)
11. Sop penatalaksanaan oksigen nasal
12. Sop pemberian oksigen masker
13. Sop pemberian oksigen masker rebreathing
14. Sop pemberian oksigen masker non rebreathing
15. Sop pemberian inhalasi atau nebulizer
16. Sop penatalaksanaan batuk efektif
17. Sop penatalaksanaan melatih pasien nafas dalam
18. Sop penghisapan atau suction lendir
19. Sop penatalaksanaan membantu pasien makan dan
minum
20. Sop pemberian nutrisi melalui NGT
21. Sop pemasangan NGT
22. Sop pemasangan IV cateter (dewasa/anak)
23. Sop penatalaksanaan tindakan bilas lambung
24. Sop penggantian cairan infus
25. Sop pengaturan tetesan cairan infus (jarum

35
makro/mikro)
26. Sop pengukuran balance cairan
27. Sop pemberian transfusi darah
28. Sop penatalaksanaan membantu pasien BAK dan
BAB
29. Sop pemberian huknah rendah dan huknah tinggi
30. Sop pemasangan kateter
31. Sop penatalaksanaan blader training
32. Sop perawatan kateter
33. Sop pelepasan kateter
34. Sop penatalaksanaan tindakan irigasi kateter
35. Sop penatalaksanaan posisi fowler dan semifowler
36. Sop penatalaksanaan posisi dorsal recumbent
37. Sop penatalaksanaan posisi litotomi
38. Sop penatalaksanaan posisi trendelenburg
39. Sop penatalaksanaan posisi sim
40. Sop penatalaksanaan posisi kneecest
41. Sop pemindahan pasien
42. Sop penatalaksanaan membantu pasien berjalan ke
kursi roda
43. Sop penatalaksanaan latihan ROM
44. Sop penatalaksanaan alih baring pada pasien
45. Sop penatalaksanaan membantu pasien
menggunakan tongkat penyangga tubuh
46. Sop penatalaksanaan menjaga keselamatan pasien
di tempat tidur
47. Sop pemberian buli-buli panas
48. Sop pemberian kirbat es
49. Sop pemberian kompres panas dan dingin
50. Sop perawatan luka
51. Sop perawatan luka dengan drain
52. Sop perawatan luka colostomi dan penggantian bag
colostomi
53. Sop pemasangan gurita
54. Sop penggantian balutan
55. Sop pengangkatan jahitan luka
56. Sop pemberian obat oral
57. Sop pemberian obat melalui anus
58. Sop pemberian obat melalui vagina
59. Sop pemberian obat topical
60. Sop pemberian obat tetes mata
61. Sop pemberian obat tetes telinga
62. Sop pemberian obat tetes hidung
63. Sop pendidikan kesehatan manajemen nyeri
64. Sop persiapan tindakan injeksi

36
65. Sop persiapan obat dari vial
66. Sop pemberian suntikan intrakutan
67. Sop pemberian suntikan subkutan
68. Sop pemberian suntikan intravena
69. Sop pemberian suntikan intramuskular
70. Sop penatalaksanaan skintest
71. Sop pengambilan sempel laborat (darah vena)
72. Sop pengambilan sampel laborat (urine)
73. Sop pengambilan sampel laborat (feses)
74. Sop pengambilan sampel larorat (sputum)
75. Sop persiapan pasien sebelum operasi
76. Sop pengukuran tinggi badan bayi (infantometer)
77. Sop pengukuran tinggi badan bayi (pita pengukur)
78. Sop pengukuran bera badan bayi (timbangan bayi)
79. Sop pengukuran berat badan (timbangan injak)
80. Sop penerimaan pasien baru diruang rawat inap
81. Sop penatalaksanaan program orientasi kepada
pasien baru
82. Sop penyuluhan kesahatan kepada paien dan
keluarga
83. Sop perekaman EKG
84. Sop pendokumentasian proses keperawatan
85. Sop pencatatan perkembangan terintregasi
86. Sop pemberian kewenangan kerja klinis perawat
dan bidan
87. Sop pemilihan pasien (triage) rawat jalan
88. Sop pengiriman pasien antar bagian (IGD, rawat
jalan, hemodialisa)
89. Sop pengiriman rujukan
90. Sop pelaksanaan assesment keperawatan pasien
gawat darurat
91. Sop pelaksanaan assesment medis pasien gawat
darurat
92. Sop prosedur assesment derajat nyeri pada anak
93. Sop prosedur assesment derajat nyeri pada dewasa
94. Sop prosedur assesment ulang derajat nyeri pasien
95. Sop prosedur manajemen nyeri
96. Sop tata cara konsultsi nyeri
97. Sop pendidikan kesehatan penggunaan peralatan
medis
98. Sop pendidikan kesehatan manajemen nyeri
99. Sop pengkajian kebutuhan pendidikan pasien dan
keluarga
100. Sop verifikasi pendidikan kesehatan
101 Sop pendidikan kesehatan teknik rehabilitasi medik

37
102 Sop pemberian pendidikan kesehatan secara
individu di instalasi rawat jalan
103 Sop pengkajian kebutuhan pendidikan pasien dan
keluarga di rawat jalan
104 Sop pelaksanaan edukasi kolaboratif
105 Sop prosedur konfirmasi identitas sebelum
melakukan tindakan tertentu
106 Sop identifikasi bayi baru lahir
107 Sop identifikasi bayi kembar
108 Sop pemberian identitas pasien
109 Sop identifikasi pasien koma, tidak sadar, gangguan
jiwa dan anak yang belum dapat berkomunikasi
110 Sop pelepasan gelang identitas pasien
111 Sop pelepasan kalung identitas pasien
112 Sop pemasangan gelang pasien
113 Sop pemasangan kalung pasien
114 Sop timbang terima operan antar perawat jaga
115 Sop pengkajian resiko jatuh
116 Sop pemberian edukasi diruang rawat inap
117 Sop merujuk pasien ke rumah sakit lain
118 Sop penolakan atau penghentian rencana asuhan
medis
119 Sop pulang atas permintaan sendiri (APS)
120 Sop panduan persetujuan umum pelayanan
kesehatan (general consent)
121 Sop perencanaan pemulangan pasien (discharge
planning)
122 Sop prosedur intervensi resiko tinggi pasien jatuh
Sumber : data ppi ruang wijaya kusuma bawah tahun
2020
c) Analisis
SOP sudah ada diruangan wijaya kusuma bawah, namun saat
pelaksanaan tindakan ada beberapa tindakan yang tidak
mengacu pada prosedur tindakan yang sudah ada.
e. Sumber dana (money)
a) Kajian teori
Proses pelayanan kesehatan tidak bisa dipisahkan dengan
pembiayaan kesehatan. Biaya kesehatan ialah besarnya dana yang
harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau

38
memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia didanai oleh
pemerintah dan swasta. Secara garis besar pihak swasta
membiayai sekitar 70% total pendanaan (Biro Keuangan Depkes,
2001). Pendanaan dari swasta terutama diperuntukkan bagi sistem
pelayanan kesehatan perorangan yang lebih bersifat private goods.
Di samping itu, sistem pelayanan kesehatan mendapatkan dana
dari sumber pemerintah dan juga dari luar negeri. Sebagian kecil
dana pelayanan kesehatan menggunakan asuransi kesehatan
sebagai mekanisme pendanaan. Sumber dana kemanusiaan secara
resmi tidak tercatat.

b) Kajian data
Berdasarkan data subjektif yang di dapatkan bahwa sumber dana
RSUD Kardinah Kota Tegal didapatkan dari :
(1) APBN ( Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara )
(2) APBD ( Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah )
(3) BPJS
c) Analisis
Sumber dana dan pengaturan keuangan telah sesuai dengan prosedur.

3. Unsur Output
a. Efisiensi Ruang Rawat (BOR, LOS, TOI, BTO)
1) Kajian Teori
Efisiensi pengelolaan rumah sakit secara garis besar dapat dilihat dari
dua segi, yaitu segi medis meninjau efisiensi dari sudut mutu
pelayanan medis dan dari segi ekonomi meninjau efisiensi dari sudut
pendayagunaan sarana yang ada. Grafik Barber-Johnson adalah grafik

39
yang secara visual dapat menyajikan dengan jelas tingkat efisiensi
kedua segi di atas. Grafik Barber-Johnson meggambarkan bagaimana
pemakaian empat parameter yaitu LOS (Length Of Stay), BOR (Bed
Occupancy Rate), TOI (Turn Over Interal), dan BTO (Bed Turn Over)
sebagai salah satu indicator efisiensi pengelolaan rumah sakit.
Efisiensi pelayanan meliputi empat indicator mutu pelayanan
kesehatan menurut Depkes RI (2009) yang meliputi (BOR, LOS, TOI,
BTO).
a) BOR (Bed Occupancy Rate) adalah angka penggunaan tempat
tidur. BOR digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan
tempat tidur rumah sakit. Angka BOR yang rendah menunjukkan
kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh
masyarakat. Standar Depkes dalam satu tahun adalah sekitar (60-
85%). BOR = Jumlah Hari Perawatan
b) LOS (Length Of Stay), adalah lamanya dix 100% rawat yang
Jumlah TT x Jumlah hari dalam satu periode
menunjukkan lama waktu pasien tinggal semakin pendek Length
Of Stay pasien semakin baik, menurut Depkes 2009 standar yang
baik adalah sekitar 6-9 hari.

LOS = Jumlah lama hari Perawatan


Jumlah pasien keluar hidup atau mati

c) TOI (Turn Over Interal), merupakan indikator rmutu pelayanan


keperawatan yang menunjukkan rata-rata tempat tidur kosong
atau waktu antara tempat tidur ditinggalkan pasien sampai diisi
kembali, Standar Depkes adalah 1-3 hari.

TOI = Jumlah TT x periode rawat – jumlah hari perawatan


Jumlah pasien keluar (H+M)

d) BTO (Bed Turn Over), merupakan indikator yang menunjukkan


pemakaian tempat tidur di suatu rumah sakit dalam satu satuan
waktu. Semakin besar TOI maka efisiensi penggunaan tempat

40
tidur semakin jelek. Standar Depkes BTO adalah 40-50 kali per
tahun.

BTO = Jumlah pasien keluar (H+M)


Jumlah tempat tidur

Tabel 2.27 Indikator Efisiensi Ruang Perawatan Menurut


Depkes Tahun
N Indikator Standar Depkes
o
1 BOR 60-85%
2 LOS 6-9 Hari
3 TOI 1-3 hari
4 BTO 40-50 kali
Sumber : Depkes 2008

2) Kajian Data
Data yang didapatkan untuk indikator efisiensi ruang di Wijaya
Kusuma Bawah yaitu :
Tabel 2.28 Efisiensi Ruang di Ruang Wijaya Kusuma Bawah
RSUD Kardinah Tegal Bulan Desember 2018- Februari
2019
No Bulan Indikator
BOR LOS TOI BTO
1 Desember 2019 26,1% 3 8,5 2,4
2 Januari 2020 30,6% 3 6,7 2,8
3 Februari 2020 27,1% 3,2 8,6 2,3

Jumlah 83,8% 9,2 23,8 7,5


Rata-Rata 27,9% 3 7,9 2,5

a) Analisis BOR
BOR diruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
selama bulan Desember 2019- Februari 2020 di dapatkan rerata

41
nilai BOR sebesar 27,9 % dengan demikian pemakaian tempat
tidur belum efisien dengan standar nasional yaitu 65-85 %.
b) LOS
LOS atau lama rata-rata hari perawatan pasien di ruang Wijaya
Kusuma Bawah pada bulan Desember 2019 hingga Februari
2020 yaitu 3 hari menunjukkan perawatan belum sesuai dengan
standar nasional untuk RSUD yaitu 6-9 hari.
c) TOI
TOI atau rata-rata suatu tempat tidur kosong di ruang Wijaya
Kusuma Bawah bulan Desember 2019- Februari 2020 adalah
7,9 hari. Hal ini menunjukan hasil tidak sesuai dengan standar
nasional yaitu hari.
d) BTO
BTO atau frekuensi rata – rata pemakaian tempat tidur di ruang
Wijaya Kusuma Bawah bulan Desember 2019- Februari 2020
adalah 2,5 = 3 kali/bulan, jadi hasil rata-rata per bulan
dikalikan total bulan sama dengan 2,5 x 12 = 30 . Hal ini
menunjukkan BTO belum sesuai dengan standar nasional 40 –
50 kali/ tahun.
b. Instrumen A
1) Kajian Teori
Instrumen A merupakan evaluasi terhadap pendokumentasian
asuhan keperawatan yang telah baku. Evaluasi dilakukan terhadap
dokumentasi asuhan keperawatan pasien yang dirawat minimal 3 hari.
Dokumentasi keperawatan adalah sistem pencatatan kegiatan
sekaligus pelaporan semua kegiatan asuhan keperawatan sehingga
terwujud data yang lengkap, nyata dan tercatat bukan hanya tingkat
kesakitan dari pasien tetapi juga jenis, kualitas dan kuantitas
pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien.
Dokumentasi keperawatan merupakan sesuatu yang mutlak harus ada
untuk perkembangan keperawatan, khususnya proses profesionalisasi

42
keperawatan serta upaya untuk membina dan mempertahankan
akontabilitas perawat dan keperawatan. Dalam membuat dokumentasi
harus memperhatikan aspek-aspek:
1) Keakuratan data
2) Breavity (ringkas)
3) Legibility (mudah dibaca)
a) Komponen dokumentasi keperawatan:
Pengkajian
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan
dikumpulkan secara terus menerus tentang keadaan pasien untuk
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data harus bermanfaat
bagi semua anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian meliputi
pengumpulan data, pengelompokkan data dan perumusan masalah.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menggambarkan masalah pasien baik aktual
maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian data. Diagnosa
dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisa,
dibandingkan dengan fungsi normal kehidupan pasien.Kriteria
diagnosa dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan
kebutuhan pasien, dibuat sesuai dengan wewenang perawat, dengan
komponen terdiri atas masalah, penyebab dan tanda gejala (PES) atau
terdiri dari masalah dan penyebab (PE) yang bersifat aktual apabila
masalah kesehatan sudah nyata terjadi dan bersifat potensial apabila
masalah kesehatan kemungkinan besar akan terjadi, dapat
ditanggulangi oleh perawat.
Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan.
Komponen rencana perawatan meliputi prioritas masalah, tujuan
implementasi dan rencana tindakan. Prioritas masalah ditentukan
dengan memberi prioritas utama masalah yang mengancam
kehidupan dan prioritas selanjutnya masalah yang mengancam

43
masalah kesehatan pasien. Prioritas ketiga adalah masalah yang
mempengaruhi perilaku
Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan
dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi yang mencakup
aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan
kesehatan dengan mengikut sertakan pasien dan keluarga. Tindakan
keperawatan, aktivitas keperawatan. Pelaksanaan tindakan
keperawatan harus sesuai dengan rencana yang ada, menyangkut
keadaan bio-psiko-sosio-spiritual pasien, menjelaskan setiap tindakan
perawatan yang akan dilaksanakan kepada klien, sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan dengan menggunakan sumber-sumber yang ada,
menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik, menerapkan prinsip aman,
nyaman, ekonomis, menjaga privasi, dan mengutamakan keselamatan
pasien, melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien,
merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam
keselamatan pasien, mencatat semua tindakan yang telah
dilaksanakan, merapikan pasien dan alat setiap selesai tindakan,
melaksanakan tindakan perawatan pada posedur teknik yang telah
ditentukan.
Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan secara periodik sistematis, dan berencana untuk
menilai perkembangan pasien. Evaluasi dilaksanakan dengan
memeriksa kembali hasil pengkajian awal dan intervensi awal untuk
mengidentifikasi masalah dan rencana keperawatan pasien termasuk
strategi keperawatan yang telah diberikan untuk memecahkan masalah
pasien. Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan lain
dan dilakukan sesuai dengan standar.
Catatan asuhan keperawatan
Pencatatan merupakan data tertulis tentang kesehatan klien dan
perkembangan klien selama dalam pemberian asuhan keperawatan.

44
2) Kajian Data
Penilaian dokumentasi pada tanggal 9-11 Maret 2020 dengan
mengambil 6 rekam medic pasien yang dirawat minimal 3 hari
kemudian dilakukan check list menggunakan instrument seperti pada
lampiran hasil observasi instrumen A. Hasil evaluasi yang didapatkan
sebagai berikut:
Tabel 2.29 Penilaian Askep pengkajian di Ruang Wijaya Kusuma
Bawah RSUD Kardinah Tegal
No Aspek yang Hasil Keterangan
dinilai
1 Pengkajian 70,5% Pelaksanaan pengkajian tindakan
keperawatan di Ruang Wijaya Kusuma
Bawah masuk kategori cukup baik
dengan presentase 70,5%. Data
pengkajian belum lengkap, masih
terdapat item yang belum terisi, antara
lain data pola fungsional, pemeriksaan
fisik.
2 Diagnosa 87,5% Pendokumentasian diagnose
Keperawatan keperawatan di ruang Wijaya Kusuma
Bawah masuk kategori baik dengan
presentasi 87,5%
3 Perencanaan 89,1% Pendokumentasian rencana tindakan
keperawatan di Ruang Wijaya Kusuma
Bawah masuk kategori baik dengan
presetase 89,1%. Rencana tindakan
keperawatan sudah disusun secara
sistematis, jelas, dan sesuai dengan
diagnose keperawatan yang telah
ditegakkan.
4 Tindakan 96,6% Pelaksanaan tindakan keperawatan di
ruang WIjaya Kusuma Bawah masuk

45
kategori baik dengan presentase 96,6%.
Tindakan yang dilakukan sudah sesuai
dengan rencana tindakan keperawatan
tanggal, jam, paraf, nama terang sudah
dicantumkan disetiap tndakan
keperawatan yang telah dilakukan.
Perawat juga sudah berkolaborasi
dengan profesi yang lain.
5 Evaluasi 100% Pelaksanaan evaluasi tindakan di Ruang
Wijaya Kusuma Bawah masuk kategori
baik dengan presentase 100%. Evaluasi
tindakan keperawatan yang dilakukan
perawat sudah mengacu pada tujuan
menggunakan criteria hasil.
6 Dokumentasi 100% Pelaksanaan pencatatan tindakan
Asuhan keperawatan (Dokumentasi) di Ruang
keperawatan Wijaya Kusuma Bawah masuk kategori
baik dengan presentase 100%.
Tindakan keperawatan yang dilakukan
sudah ditulis secara sistematis dan jelas
melalui entry pada computer. Tindakan
keperawatan telah disusun urut sesuai
jam pelaksanaan.
Rerata 90,6% Baik
Sumber: Pengkajian Tgal 9-11 Maret 2020
Kategori Arikunto (2010), yaitu:
>75% : baik
60% – 74% : cukup
<59% : kurang baik
3) Analisis
Berdasarkan data pada tabel Evaluasi Instrumen A di Ruang
Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardina Tegal diatas didapatkkan hasil

46
bahwa nilai rata-rata pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang
Wijaya Kusuma Bawah masuk kategori baik, dengan nilai presentase
sebesar 90,6% . Sehingga dapat disimpulkan bahwa pproses
pendokumentasian tindakan keperawtan yang dilakukan perawat
sudah baik.
c. Instrumen B
Instrumen B mengevaluasi tentang persepsi pasien terhadap mutu asuhan
keperawatan dengan cara menyebarkan angket kepada pasien yang
memenuhi kriteria yaitu sudah dirawat inap minimal tiga hari, bersedia
mengisi kuesioner.
Pada saat di bagikan, pasien telah diberikan penjelasan, apabila ada
tindakan yang tidak sesuai dengan keadaan pasien supaya diisikan di
kolom keterangan.
1) Kajian Teori
Salah satu indikator mutu asuhan keperawatan adalah dilihat dari
persepsi klien tentang mutu asuhan keperawatan yang diberikan dan
untuk mengevaluasi hal ini juga perlu suatu instrumen yang baku.
RSUD Karinah Tegal menggunakan format standar asuhan
keperawatan yang telah ditetapkan oleh rumah sakit untuk
mengevaluasi persepsi klien terhadap mutu asuhan keperawatan.
2) Kajian Data
Data diperoleh dari 6 responden yang sudah dirawat minimal tiga hari,
data yang diperoleh dalam evaluasi kepuasan pasien terhadap mutu
pelayanan di Ruang Wijaya Kusuma Bawah, yaitu:
Tabel 2.30 Evaluasi Kepuasan Pasien Terhadap Mutu Pelayanan
Di Ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
Tanggal 9 11 Maret 2020
No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1 Perawat memperkenalkan diri pada pasien 6 0
2 Dalam melayani klien, perawat bersikap sopan dan ramah 6 0
Perawat menjelaskan peraturan atau tata tertib rumah sakit 6 0
3
pertama kali klien masuk rumah sakit

47
perawat menjelaskan fasilitas yang tersedia di rumah sakit 6 0
4
pada klien baru
Perawat menjelaskan dimana tempat-tempat yang penting 6 0
5 untuk kelancaran perawatan (kamar mandi, ruang rawat,
tata usaha, dan lain-lain)
6 Perawat menjelaskan tujuan perawatan pada klien 6 0
Ada perawat atau kepala ruangan yang menginformasikan 5 1
7 pada klien tentang perawat yang bertanggungjawab
terhadap klien
8 Perawat memperhatikan keluhan klien 6 0
9 Perawat menanggapi keluhan klien 6 0
Perawat memberikan keterangan tentang masalah yang 6 0
10
dihadapi oleh klien
Perawat memberikan pernjelasan sebelum melakukan 6 0
11
tindakan keperawatan
Perawat meminta persetujuan kepada klien atau keluarga 6 0
12
sebelum melakukan tindakan
Perawat menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan 5 1
13
dilakukan sebelum melakukan tindakan
Perawat menjelaskan resiko atau bahaya tindakan pada 6 0
14
klien sebelum melakukan tindakan
Perawat memberikan keterangan atau penjelasan dengan 6 0
15
lengkap atau jelas
Perawat selalu memantau atau mengobservasi keadaan 6 0
16
klien secara rutin
17 Perawat selalu menjaga kebersihan rumah sakit 6 0
Perawat melakukan tindakan keperawatan dengan terampil 6 0
18
dan percaya diri
Dalam melakukan tindakan keperawatan, perawat selalu 6 0
19
berhati-hati
Setelah melakukan tindakan keperawatan, perawat selalu 4 2
20
menilai kembali keadaan klien
Jumlah 116 4

Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut kategori


Arikunto (2010), yaitu:
76 – 100% : baik
56 – 75% : cukup
40 – 55% : kurang baik
<40% : tidak baik
Kepuasan = Ya x 100 %
Total item (ya dan tidak)

48
Kepuasan = 116 x 100 %
120
= 0,96 x 100%
= 96,6 %

Tabel 2.31 Evaluasi Kepuasan Perawat Terhadap Mutu Pelayanan Di


Ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal Tanggal 9-
11 Maret 2020
No Pertanyaan SP P TP STP
(3) (2) (1) (0)
1 Jumlah gaji yang diterima dibandingkan pekerjaan yang 0
1 1 4
saudara lakukan.
2 Sistem penggajian yang dilakukan institusi tempat 0
0 3 3
saudara bekerja
3 Jumlah gaji yang di terima dibandingkan pendidikan 0
0 0 6
saudara
4 Pemberian insentif tambahan atas suatu presentasi atau 0
0 2 4
kerja ekstra
5 Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang 0
2 2 2
mendukung pekerjaan
6 Tersedianya fasilitas penunjang kamar mandi, tempat 0
3 2 1
parkir, dll
7 Kondisi ruangan kerja terutama yang berkaitan dengan 0
2 3 1
ventilasi udara, kebersihan dan kebisingan
8 Adanya jaminan atas kesehatan/ keselamatan 1 4 1 0
9 Perhatian institusi rumah sakit terhadap saudara 0 3 3 0
10 Hubungan antar karyawan dalam kelompok kerja 2 3 1 0
11 Kemampuan dalam bekerja sama antar karyawan 0 5 1 0
12 Sikap teman-teman sekerja terhadap saudara 1 4 1 0
13 Kesesuaian antara waktu bekerja dengan penugasan 0
1 3 2
yang diberikan
14 Kesesuaian antara pekerjaan dan latar belakang 0
0 6 0
pendidikan saudara
15 Kemampuan supervisi/ pengawas dalam menjalankan 0
0 5 1
tugasnya
16 Perlakuan atasan selama saya bekerja disini 1 5 0 0
17 Kebebasan melakukan metode sendiri dalam 0
0 6 0
menyelesaikan pekerjaan
18 Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja 0
1 3 2
melalui pelatihan dan pendidikan tambahan
19 Kesempatan untuk mendapat posisi yang lebih penting 0 5 1 0

49
20 Kesempatan untuk membuat suatu presentasi dan 0
0 4 2
mendapatkan kenaikan pangkat
Jumlah 15 69 36 0
Total score 120

Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut kategori


Arikunto (2010), yaitu:
76 – 100% : baik
56 – 75% : cukup
40 – 55% : kurang baik
<40% : tidak baik
total skor: jml pasien
Perhitungan Kepuasan ¿ x 100 %
item pertanyan x 3
120:6
Perhitungan Kepuasan ¿ x 100 %
20 x 3
= 20/60 x 100% = 33, 3%
3) Analisis
Dari hasil kuesioner terdapat 6 pasien yang sudah dirawat minimal
3 hari perawatan. Di dapatkan kesimpulan bahwa tingkat kepuasan
pasien terhadap mutu pelayanan ruang Wijaya Kusuma Bawah sebesar
96,6% masuk dalam kategori baik.
Dari hasil wawancara dengan beberapa keluarga pasien didapatkan
data secara subjektif yang mengatakan bahwa keluarga pasien merasa
puas dengan pelayanan dan tindakan keperawatan yang dilakukan oleh
beberapa perawat di ruang Wijaya Kusuma Bawah. Apabila mutu
pelayanan perawat semakin baik maka akan terjadi peningkatan
kepuasan pasien.
Sedangkan hasil kuesioner dari 6 responden menunjukkan bahwa
kepuasan perawat terhadap mutu pelayanan ruang Wijaya Kusuma
Bawah dalam kategori Tidak baik dengan nilai 33,3%.
d. Instrumen C
1) Kajian teori

50
Dalam melakukan tindakan keperawatan yang baik harus sesuai dan
mengacu pada protap-protap atau standar yang telah ditetapkan dengan
hasil tindakan mencapai 100%. Sebagai dasar penilaian tindakan
keperawatan yang mengacu pada instrumen evaluasi penerapan standar
asuhan keperawatan di rumah sakit yang telah ditetapkan oleh RSUD
Kardinah Tegal yang mengacu pada pedoman dari Departemen
Kesehatan.
2) Kajian data
Tabel 2.32 Hasil Observasi Tindakan Keperawatan Di Ruang
Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal

No Prasat/Tindakan F Nilai Keterangan


1 SPO perawatan luka 4 87,2% Evaluasi perawatan luka di
Ruang Wijaya Kusuma
Baawah dikategorikan baik
dengan prrsentase 87,2%.
Tindakan yang belum optimal
belum memasang perlak dan
memberikan kesempatan
pasien untuk bertanya .
2 SPO Injeksi intravena 8 81,8% Evaluasi pemberian obat vena
di Ruang Wijaya Kusuma
Bawah dikategorikan baik
dengan presentasi 81,8%.
Tindakan yang belum optimal
adalah tidak menggunakan
bengkok dan tidak member
tahu tentang tujuan
3 SPO Pemasangan 6 84% Evaluasi pemasangan infus di
Infus Ruang Wijaya Kusuma
Bawah dikategotikan baik
dengan hasil presentase 84%.
Tindakan yang belum optimal
belum memasang perlak dan
tidak menggunakan
tourniquet.
Rata-rata 18 84,3%
Sumber : Hasil observasi di ruang Wijaya Kusuma Bawah 9-11 Maret
2020
3) Analisis

51
Berdasarkan tabel observasi tindakan keperawatan di ruang Wijaya
Kusuma Bawah dengan ketentuan yaitu perawatan luka sebesar 87,2%
Item yang masih rendah adalah belum memasang perlak dan memberikan
kesempatan pasien untuk bertanya. Dari tabel di atas terdapat hasil
persentase Pemasangan Infus sebesar 84% (baik), Dari hasil evaluasi
pemberian injeksi lewat vena sebesar 81,8%. Pengalaman, kemampuan
dan pengetahuan perawat serta sikap yang patuh pada SOP merupakan
point utama tercapainya tindakan keperawatan professional.
e. Mutu Pelayanan Keperawatan
1) Keselamatan pasien
Patient Safety atau keselematan pasien adalah sistem dimana
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi:
Assestment resiko, identifikasi dan pengelolaan yang berhubungan
dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tiindak lanjutnya serta implementas solusi
untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
Tujuan “Patient safety” adalah:
1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
3) Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
4) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan (KTD).
Langkah-langkah pelaksanaan Pasien safety:
1) Lakukan identifikasi pasien setiap akan melakukan tindakan.
2) Lakukan komunikasi efektif.
3) Lakukan pengelolaan obat kategori lassa dan High alert.
4) Persiapan pasien operasi.

52
5) Stop Infeksi.
6) Amankan pasien dari bahaya jatuh dan cedera
2) Pengetahuan pasien
Pengetahuan pasien berhubungan dengan discharge planing.
Discharge Planning adalah proses yang digunakan untuk menentukan
apa yang dibutuhkan pasien untuk melakukan perpindahan dari satu
tingkat perawatan ke tingkat perawatan yang selanjutnya (Medicare,
2002).
Discharge Planning adalah mekanisme yang menuntun berbagai
multidisiplin pelayanan kesehatan untuk mencapai transfer pasien
yang dirawat di institusi pelayanan kesehatan ke rumah dengan sukses
(AARC, 2010).
Discharge Planning adalah proses yang meliputi identifikasi,
pengkajian, penentuan tujuan, implementasi, koordinasi dan evaluasi
(ADPCU, 1997).
Tujuan dari Discharge Planning yaitu
a) Meningkatkan kesinambungan pelayanan
b) Meningkatkan kualitas pelayanan
c) Memaksimalkan penggunaan sumber daya pelayanan kesehatan
3) Kecemasan Pasien
Cemas berasal dari bahasa latin anxius dan dalam bahasa jerman
angst kemudian menjadi anxiety yang berarti kecemasan, merupakan
suatu kata yang digunakan oleh Freud untuk menggambarkan suatu
efek negative dan keterangsangan (Darmanto Jatman, 2008).
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan (affective) yang
ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang
mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam
menilai realitas Reality Testing Ability/RTA,masih baik), kepribadian
masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian /spilitting of
personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas
normal (Hawari, 2008).

53
4) Perawatan Diri Pasien
Model konsep Dorothea Orem terfokus pada selfcare dan
kebutuhan perawatan diri klienuntuk mempertahankan kehidupan,
kesehatan, perkembangan, dan kesejahteraan.
Ada 3 prinsip dalam keperawatan diri sendiri yaitu:
a) Perawatan diri yang bersifat holistik, seperti kebutuhanoksigen,
air, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat
b) Perawatan mandiri yang harus dilakukan sesuai dengan tumbuh
kembang manusia.
c) Perawatan mandiri yang harus dilakukan karena adanya masalah
kesehatan atau penyakit.
Dalam teori Orem (1991) ada 5 area aktifitas keperawatan yaitu
a) Masuk kedalam dan memelihara hubungan antara perawat dengan
pasien dengan individu , keluarga, kelompok, sampai pasien dapat
melegitimasi rencana keperawatan.
b) Menentukan kapan dan bagaimana pasien dapat dibantu melalui
keperawatan.
c) Bertanggung jawab atas permintaan pasien, keinginan dan
kebutuhan untuk kontak dan dibantu perawat.
d) Menjelaskan,memberikan dan melindungi pasien secara langsung
dalam bentuk keperawatan.
e) Mengkoordinasi dan mengintegrasi keperawatan dengan
kehidupan sehari-hari pasien atau perawatan kesehatan lain jika
dibutuhkan serta pelayanan sosial dan edukasi yang dibutuhkan
atau yang akan diterima.
5) Kenyamanan (nyeri) pasien
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah
mengalaminya. Nyeri, sakit, dolor (Latin) atau pain (Inggris) adalah
kata-kata yang artinya bernada negatif; menimbulkan perasaan dan
reaksi yang kurang menyenangkan. Walaupun demikian,kita semua

54
menyadari bahwa rasa sakit kerapkali berguna,antara lain sebagai
tanda bahaya; tanda bahwa ada perubahan yang kurang baik di dalam
diri manusia (Maria, 2017).
Klasifikasi Berdasarkan lama / durasinya.
a) Nyeri akut.
Merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai dengan
adanya peningkatan tegangan otot.
b) Nyeri kronis.
Merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya
berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan.
Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal,
sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis
3. Unsur Proses
a. Proses Asuhan Keperawatan
1) Metode Penugasan
a) Kajian Teori
Dalam memilih model atau metode pengelolaan
pemberian asuhan keperawatan klien paling tepat untuk
setiap organisasi, bergantung pada keterampilan dan
keahlian staf, ketersediaan perawat profesional yang
terdaftar, sumber daya ekonomi dari organisasi tersebut,
keakutan klien, serta kerumitan tugas yang harus
diselesaikan (Marquis dan Huston, 2010).
Gillies (1996) dalam Suni (2018) menyebutkan bahwa
terdapat beberapa metode pemberian asuhan keperawatan,
yaitu:
(1) Metode Kasus
Metode kasus merupakan metode pemberian
asuhan yang pertama digunakan. Pada metode ini, satu
perawat akan memberikan asuhan keperawatan kepada

55
seorang klien secara total dalam satu periode dinas.
Perawat bertanggung jawab terhadap klien tertentu
yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu
klien dengan pemberian perawatan konstan untuk
periode tertentu. Metode ini biasa diterapkan untuk
perawatan khusus seperti isolasi, intensive care, dan
perawat kesehatan komunitas.
Adapun kelebihan metode kasus ini adalah perawat
lebih memahami kasus per kasus dan sistem evaluasi
dapat dilakukan secara terus-menerus. Sementara itu,
kekurangan dalam penerapan metode ini adalah
perawat penanggung jawab belum dapat diidentifikasi,
serta perlu tenaga yang cukup banyak dengan
kemampuan dasar yang sama
(2) Metode Fungsional
Metode fungsional merupakan pemberian asuhan
keperawatan yang menekankan pada penyelesaian
tugas dan prosedur keperawatan. Setiap perawat diberi
satu atau beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada
semua kllien di suatu ruangan. Seorang perawat dapat
bertanggung jawab dalam pemberian obat, mengganti
balutan, memantau penggunaan infus, dan kegiatan
lain.
Prioritas utama yang dikerjakan ialah kebutuhan
fisik dan kurang menekankan pada pemenuhan
kebutuhan secara holistik. Mutu asuhan sering
terabaikan karena pemberian asuhan terfragmentasi.
Komunikasi antarperawat sangat terbatas sehingga
tidak ada satu perawat yang mengetahui tentang satu
klien secara komprehensif, kecuali mungkin kepala
ruangan. Pada metode ini, kepala ruangan terlebih

56
dahulu mengidentifikasi tingkat kesulitan tindakan, lalu
menentukan perawat yang akan bertanggung jawab
melakukan tindakan keperawatan tersebut. Perawat
akan melaporkan tugas yang dikerjakannya kepada
kepala ruangan, lalu kepala ruangan yang bertanggung
jawab dalam membuat laporan klien.
Adapun kelebihan dalam metode fungsional ini
yakni lebih efisien, sangat baik untuk RS yang
kekurangan tenaga, meningkatkan keterampilan
perawat, kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan
tenaga yang kurang berpengalaman untuk tugas
sederhana, dan memudahkan kepala ruangan untuk
mengawasi staf atau peserta didik yang melakukan
praktik untuk keterampilan tertentu.
Sedangkan kekurangan dari metode ini antara lain
pelayanan perawatan terpisah-pisah, perawat cenderung
meninggalkan klien setelah melakukan tugasnya,
persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang
berkaitan dengan keterampilan saja, tidak memberikan
kepuasan kepada klien atau perawat lainnya,
menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat
perawat, serta hubungan perawat dan klien sulit
terbentuk.
(3) Metode Tim
Metode Keperawatan Tim merupakan metode
pemberian asuhan keperawatan dengan seorang
perawat profesional memimpin sekelompok tenaga
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada sekelompok klien, melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif (Sitorus dan Panjaitan, 2011).

57
Metode ini merupakan pengorganisasian pelayanan
asuhan keperawatan dengan menggunakan tim yang
terdiri dari kelompok klien dan kelompok perawat.
Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah
minimal D-3 keperawatan dan berpengalaman kerja,
serta memiliki pengetahuan di bidangnya. Pembagian
tugas dalam kelompok dilakukan oleh ketua tim yang
bertanggung jawab untuk mengarahkan anggota
timnya. Dalam hal ini, ketua tim bertugas memberi
pengarahan dan menerima laporan kemajuan pelayanan
keperawatan klien, serta membantu anggota tim dalam
menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan.
Selanjutnya, ketua tim melaporkan kepada kepala ruang
tentang kemajuan pelayanan asuhan keperawatan
terhadap klien (Suni, 2018).
Secara ringkas, tanggung jawab dari tiap
komponen yang terlibat dalam metode keperawatan tim
diuraikan sebagai berikut. (Suni, 2018)
(a) Tanggung jawab kepala ruang
i)
ii) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan
sesuai dengan standar asuhan keperawatan
iii) Mengorganisasikan pembagian tim dan klien
iv) Memberi kesempatan pada ketua tim untuk
mengembangkan kepemimpinan
v) Menjadi narasumber bagi ketua tim
vi) Mengorientasikan tenaga keperawatan yang
baru tentang metode/ model tim dalam
pemberian asuhan keperawtan
vii) Memberi pengarahan mengenai seluruh
kegiatan yang ada di ruangannya

58
viii) Melakukan pengawasan terhadap seluruh
kegiatan yang ada di ruangannya
ix) Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota
tim kesehatan yang lainnya
x) Melakukan audit asuhan dan pelayanan
keperawatan di ruangannya, lalu melakukan
tindak lanjut
xi) Memotivasi staf untuk meningkatkan
kemampuan melalui riset keperawatan
xii) Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka
dengan semua staf
(b) Tanggung jawab ketua tim
i) Berkoordinasi dengan kepala ruangan dalam
pengaturan jadwal dinas timnya
ii) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan
kewenangan yang didelegasikan oleh kepala
ruangan
iii) Melakukan pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi asuhan keperawatan
bersama anggota timnya
iv) Mengkoordinasikan rencana keperawatan
dengan tindakan medis
v) Membuat penugasan kepada setiap anggota
tim dan memberikan bimbingan melalui
konferensi
vi) Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses
ataupun hasil yang diharapkan dan
mendokumentasikannya
vii) Memberikan pengarahan kepada perawat
pelaksana tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan

59
viii) Menyelenggarakan konferensi
ix) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan
lainnya dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan
x) Melakukan audit atau supervisi pelaksanaan
asuhan keperawatan yang menjadi tanggung
jawab timnya
xi) Melakukan perbaikan pemberian asuhan
keperawatan
(c) Tanggung jawab anggota tim
i) Melaksanakan tugas berdasarkan rencana
asuhan keperawatan
ii) Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan
keperawatan yang telah diberikan berdasarkan
respon klien
iii) Berpartisipasi dalam memberikan masukan
untuk meningkatkan asuhan keperawatan
iv) Menghargai bantuan dan bimbingan ketua tim
v) Melaporkan perkembangan kondisi klien
kepada ketua tim
vi) Memberikan laporan
(4) Metode Primer
Metode primer merupakan suatu metode
pemberian asuhan keperawatan, dengan Perawat Primer
(PP) bertanggung jawab selama 24 jam atas
pelaksanaan asuhan keperawatan secara holistik, mulai
dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi hasil
asuhan terhadap satu atau beberapa klien, yang dimulai
sejak klien masuk RS sampai klien dinyatakan pulang.
Pada umumnya, setiap PP merawat sampai 4 sampai 6
klien, bertanggung jawab terhadap asuhan klien, serta

60
menginformasikan keadaan klien kepada kepala ruang,
dokter, dan staf keperawatan (Suni, 2018).
Selama jam kerja, PP memberikan perawatan
langung secara total untuk klien. Ketika PP tidak
sedang bertugas, tugas perawatan dapat didelegasikan
kepada Perawat Asosiet (Perawat Pelaksana) yang
mengikuti rencana keperawatan yang telah disusun oleh
perawat primer. Pada umumnya, di negara maju
perawat yang ditunjuk sebagai perawat primer adalah
perawat spesialis klinik yang memiliki kualifikasi
master dalam bidang keperawatan.
Karakteristik sebagai modalitas seorang perawat
primer dalam pelaksanaan keperawatn primer di
uraikan sebagai berikut. (Suni, 2018)
(a) Perawat primer bertanggung jawab untuk asuhan
keperawatan klien selama 24 jam, mulai dari
penerimaan sampai klien diizinkan pulang
(b) Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan
asuhan keperawatan, kolaborasi dengan klien, dan
profesi kesehatan lain serta menyusun rencana
tindakan keperawatan
(c) Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan
didelegasikan kepada perawat pelaksana selama
shift lain
(d) PP berkonsultasi dengan perawat kepala dan
penyelia.
(e) Otoritas, tanggung gugat, dan otonomi ada pada
PP.
Adapun kelebihan dari metode primer ini antara
lain:

61
(a) PP mendapat akuntabilitas yang tinggi terhadap
hasil
(b) Memberikan peningkatan otonomi pada pihak
perawat, sehiingga dapat meningkatkan tanggung
jawab dan tanggung gugat
(c) Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai
dengan arahan PP dalam mengarahkan perawatan
sepanjang hospitalisasi
(d) Membebaskan manajer perawat klinis untuk
melakukan peran dan administrasi
(e) Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat
memberikan asuhan keperawatan secara holistik,
staf medik juga merasakan kepuasan karena
senantiasa informasi tentang kondisi klien selalu
mutakhir dan komprehensif
(f) Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai
dengan kapasitas mereka, serta waktu yang
digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi
dan supervisi
(g) Lebih dihargai oleh klien dan klien merasa
dimanusiakan karena terpenuhi kebutuhannya
secara individu, serta meningkatkan hubungan
antara perawat dan klien
(h) RS tidak harus mempekerjakan terlalu banyak
tenaga keperawatan tetapi harus memiliki kualitas
tinggi.
b) Kajian Data
Metode penugasan yang digunakan di ruang
Wijayakusuma Bawah adalah metode fungsional yang
terdiri dari Kepala ruang, perawat primer dan perawat

62
associate. Bagan pembagian tugas ruang Wijayakusuma
Bawah yaitu :

Kepala Ruang
Sugiarto, AMK

PERAWAT PRIMER PERAWAT PRIMER


Elok Faola,ASSOCIATE
PERAWAT S.Kep, Ns Victamara Nasution, S. Kep
 
Diana Lisawati, AMK
Nurul Fauziah, AMK
Adhitya Iqbal, S.Kep, Ns PERAWAT ASSOCIATE
Sintani, AMK
Elmi F, AMK Rahayu, AMK
Ercha Gita M, AMK
Nurimaniwati, S.Kep, Ns
Amriza Himawan, AMK

c) Analisis
Dari hasil observasi dan wawancara yang telah kita
lakukan kepada kepala ruang Wijayakusuma Bawah
didapatkan hasil penerapan metode penugasan yang
diterapkan menggunakan metode fungsional. Dimana
perawat melakukan tugasnya berdasarkan kemampuan yang
dimiliki oleh masing-masing perawat.
2) Sentralisasi Obat
a) Kajian Teori

63
Nursalam (2011) menyatakan bahwa sentralisasi Obat
adalah pengelolaan obat bahwa seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien atau klien yang diserahkan
pengelolaan sepenuhnya oleh perawat.
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat
secara bijaksana dan menghindari pemborosan, sehingga
kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi
(Nursalam, 2011).
Teknik sentralisasi obat adalah pengelolaan obat bahwa
seluruh obat yang diberikan kepada klien baik obat oral
maupun obat injeksi, diserahkan sepenuhnya kepada
perawat, kemudian perawat yang melakukan pengeluaran
dan pembagian obat tersebut (Nursalam, 2011). Dalam hal
ini, klien atau keluarga wajib mengetahui dan ikut serta
dalam mengontrol penggunaan obat tersebut dengan prinsip
Enam Benar, yaitu benar klien, benar obat, benar dosis,
benar cara/ rute, benar waktu, dan benar dokumentasi (Suni,
2018).
Dalam menjalankan alur sentalisasi obat, seorang
menajer keperawatan kesehatan dapat mendidik staf
mengenai sentralisasi obat dengan cara berikut (Nursalam,
2011) :
(1) Buat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai,
menjelaskan penggunaan dan efek samping obat, lalu
memberikan salinan kepada semua staf.
(2) Tulis dosis yang tepat pada obat-obatan yang sering
digunakan dan menggantungnya di dinding.
(3) Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab
pemborosan obat.
(4) Beri tahu kepada semua staf mengenai harga obat-
obatan.

64
(5) Atur program diskusi membahas satu jenis obat setiap
minggu pada waktu pertemuan staf
(6) Sediakan satu atau lebih eksemplar buku farmakologi
sederhana di perpustakaan
Penerimaan dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan
oleh perawat. Pada penerimaan obat, hal-hal yang harus
diperhatikan yaitu: (Nursalam, 2011)
(1) Obat yang telah diresepkan lalu ditunjukkan kepada
perawat, kemudian obat yang telah diambil oleh
keluarga disertahkan kepada perawat dengan menerima
lembar terima obat.
(2) Perawat menuliskan nama klien, nomor registrasi, jenis
obat, jumlah, dan sediaan (bila perlu) dalam kartu
kontrol, serta harus diketahui (ditanda tangani) oleh
keluarga atau klien dalam buku masuk obat.
Selanjutnuya, keluarga atau klien mendapatkan
penjelasan jika obat tersebut akan habis, serta
penjelasan 6 benar obat.
(3) Klien atau keluarga mendapatkan salinan obat yang
harus diminum beserta kertu sediaan obat.
(4) Obat yang telah disertahkan lalu disimpan oleh perawat
dalam kotak obat.
Sedangkan dalam pembagian obat, yang harus
diperhatikan yaitu: (Suni, 2018)
(1) Obat yang telah diterima, lalu disalin dalam buku daftar
pemberian obat.
(2) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan
oleh perawat dengan memperhatikan alur yang
tercantum dalam buku daftar pemberian obat.
(3) Pada saat pemberian obat perawat menjelaskan macam
obat, kegunaan, jumlah dan efek samping.

65
(4) Usahakan tempat/ wadah obat kembali ke perawat
setelah obat dikonsumsi klien
(5) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi
oleh kepala ruang atau petugas yang ditunjuk.
(6) Obat-obatan yang hampir habis akan diinfokan kepada
keluarga dan kemudian dimaintakan resep kepada
dokter penanggung jawab pasien.
Jika ada penambahan obat baru, maka hal-hal yang
harus diperhatikan yaitu: (Suni, 2018)
(1) Jika terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis
atau perubahan alur pemberian obat, maka informasi ini
akan dimasukan dalam buku masuk obat dan sekaligus
dilakukan perubahan dalam kartu sediaan obat.
(2) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin, maka
dokumentasi dilakukan pada buku masuk obat dan
selanjutnya diinformasikan kepada keluarga dengan
kartu khusus obat
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam obat khusus
yaitu: (Suni, 2018)
(1) Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki
harga yang cukup mahal, menggunakan alur pemberian
yang cukup sulit, memiliki efek samping yang cukup
besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu saja.
(2) Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu
khusus obat, dilaksanakan oleh perawat primer.
(3) Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga:
nama obat, kegunaan, waktu pemberian, efek samping,
penanggung jawab pemberian, dan wadah obat
sebaiknya diserahkan atau ditunjukan kepada jkeluarga
setelah pemberian

66
Adapun yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan
persediaan obat yakni: (Suni, 2018)
(1) Melakukan pemeriksaan ulang terhadap kebenaran
obat, jenis obat, jumlah obat, serta menulis etiket dan
alamat klien.
(2) Membuat sistem kartu persediaan.
(3) Melakukan pemeriksaan lemari obat, meliputi
pemeriksaan keamanan mekanisme kunci, penerangan
lemari obat, lemari pendingin, serta pemisahan antara
obat untuk penggunaan oral dan obat luar.
b) Kajian Data
Kajian data dilakukan secara observasional terkait
sentralisasi obat khususnya untuk pasien rawat inap di
ruang Wijayakusuma Bawah :
Tabel 2.13 Sentralisasi Obat Di Ruang Wijaya Kusuma
Bawah RSUD Kardinah tegal
Dilakukan
No. Aspek Yang Dinilai Ya Tidak
(2) (1)
PENERIMAAN
1 Obat yang telah diresepkan diterima oleh √
perawat dari farmasi dengan menerima 
lembar terima obat
2 Pasien atau keluarga selanjutnya √
mendapatkan salinan obat yang harus 
diminum beserta kartu sediaan obat
3 Obat yang telah diserahkan kemudian √
disimpan oleh perawat dalam kotak obat
PEMBAGIAN OBAT
4 Obat yang telah diterima selanjutnya √
disalin dalam buku daftar pemberian
obat
5 Obat yang telah disimpan untuk √
selanjutnya diberikan oleh perawat
dengan memperhatikan alur yang
tercantum dalam buku daftar
pemberian obat

67
6 Pada saat pemberian obat perawat √
menjelaskan macam obat, kegunaan,
jumlah dan efek samping
7 Sediaan obat yang ada selanjutnya √
diperiksa setiap pagi oleh kepala ruang
atau petugas yang ditunjuk
PENAMBAHAN OBAT BARU
8 Bilamana terdapat penambahan atau √
perubahan jenis, dosis atau perubahan
alur pemberian obat, maka informasi
ini akan dimasukan dalam buku masuk
obat dan sekaligus dilakukan
perubahan dalam kartu sediaan obat
9 Pada pemberian obat yang bersifat √
tidak rutin, maka dokumentasi
dilakukan pada buku masuk obat dan
selanjutnya diinformasikan kepada
keluarga dengan kartu khusus obat
OBAT KHUSUS
10 Pemberian obat khusus √
didokumentasikan diformat pemberian
obat khusus
11 Informasi yang diberikan kepada √
pasien dan keluarga yaitu nama obat,
kegunaan, waktu pemberian serta efek
samping obat
Jumlah 10 1
Sumber: Hasil observasi dan wawancara tanggal 9-11
maret 2020 di Ruang Wijaya Kusuma Bawah
RSUD Kardinah Tegal

total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi

20
x 100 % = 90,1%
22
Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %
c) Analisis

68
Berdasarkan hasil observasi yang di lakukan selama 3
hari terhadap perawat terkait sentralisasi obat di ruang
Wijaya kusuma bawah hasil yang didapatkan dengan
presentase 90,1% atau dalam kategori baik.
Dalam pelaksanaan sentralisasi obat di ruang wijaya
kusuma bawah secara keseluruhan sudah di laksanakan
dengan baik.
3) Komunikasi Terapeutik
a) Kajian Teori
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan
komunikasi terapeutik, dalam hal ini komunikasi yang
dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan
intervensi keperawatan harus mampu memberikan khasiat
therapi bagi proses penyembuhan  pasien (Ermawati, 2009).
Tujuan hubungan dari terapeutik adalah kesadaran diri,
penerimaan diri, dan meningkatnua kehormatan diri,
identitas pribadi yang jelas dan meningkatnya integritas
pribadi, kemampuan untuk membentuk suatu keintiman,
saling ketergantungan hubungan interpersonal, dengan
kapasitas member dan menerima cinta, serta mendorong
fungsi dan meningkatkan kemampuan terhadap kebutuhan
yang memuaskan dan mencapai tujuan pribadi yang
realistik.
Empat fase dari hubungan terapeutik:
(1) Fase Preinteraksi
(a) Mengumpulkan data tentang pasien
(b) Menyiapkan alat
(c) Mencuci tangan
(2) Fase Orientasi
(a) Memberikan salam dan tersenyum pada klien
(b) Melakukan validasi

69
(c) Memperkenalkan nama perawat
(d) Menanyakan nama panggilan kesukaan pasien
(e) Menjelaskan tanggung jawab perawat dan pasien
(f) Menjelaskan peran perawat dan pasien
(g) Menjelaskan akan kegiatan yang akan dilakukan
(h) Menjelaskan tujuan
(i) Menjelaskan waktu
(j) Menjelaskan kerahasian
(3) Fase Kerja
(a) Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya
(b) Menanyakan keluhan utama
(c) Memulai kegiatan dengan cara yang baik
(d) Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana
(e) Mencuci tangan
(4) Fase Terminasi
(a) Menyimpulkan hasil wawancara: evaluasi proses
dan hasil
(b) Memberikan reinforcement positif
(c) Melakukan kontrak (waktu, tempat, topik)
(d) Mengakhiri wawancara dengan cara yang baik.

b) Kajian Data
Data pelaksanaan komunikasi terapeutik di ruang
Wijayakusuma Bawah pada 6 perawat melalui observasi
secara langsung didapatkan hasil :
Tabel 2.14 Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Di
Ruang Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah
Tegal
Pelaksanaan
No. Komponen (n=6)
Ya Tidak
TAHAP PERSIAPAN (PRE-INTERAKSpadaI)

70
Pelaksanaan
No. Komponen (n=6)
Ya Tidak
1 Perawat: mengumpulkan data tentang 6 0
pasien (dari RM)
2 Alat: menyiapkan alat yang dibutuhkan 6 0
3 Perawat: cuci tangan, menilai kesiapan diri 4 2
perawat
TAHAP PELAKSANAAN (ORIENTASI)
4 Memberikan salam, berjabat tangan, dan 6 0
tersenyum pada pasien
5 Melakukan validasi 3 3
6 Mempekenalkan nama perawat 0 6
7 Menanyakan nama panggilan kesukaan 0 6
klien
8 Menjelaskan tanggung jawab perawat 0 6
9 Menjelaskan peran perawat dan klien 0 6
10 Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan 5 1
11 Menjelaskan tujuan 4 2
12 Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk 0 6
kegiatan/lama kegiatan
13 Menjelaskan dan menjawab kerahasiaan 6 0
TAHAP KERJA
14 Memberikan kesempatan pada klien untuk 0 6
bertanya
15 Menanyakan keluhan pasien 6 2
16 Memulai kegiatan dengan cara yang baik 6 0
17 Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana 6 0
kegiatan
18 Mencuci tangan 6 0
TAHAP TERMINASI
19 Menyimpulkan hasil kegiatan 3 3
20 Memberi reinforcement positif 2 4
21 Membuat kesepakatan dengan 2 4
klien/keluarga untuk pertemuan/kegiatan
selanjutnya
22 Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik 3 3
(mengucapkan
salam/tersenyum/memberikan
sentuhan/berjabat tangan)
Jumlah 74 54
Presentase 74/128x100%
=57,8%%
Sumber: Hasil observasi tanggal 09-11 Maret 2020 di ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal.

71
total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi
74
: x 100 % = 57,8 %
176128
Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %

c) Analisis
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terkait
penerapan komunikasi terapeutik di ruang Wijayakusuma
Bawah didapatkan hasil, komunikasi terapeutik dalam
kategori kurang dengan persentase 57,8%.
Dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik beberapa
perawat kurang dalam melakukan cuci tangan sebelum
tindakan, melakukan validasi pasien dengan pertanyaan
tertutup, berjabat tangan, memperkenalkan diri, melakukan
kontrak waktu, menanyakan nama panggilan kesukaan,
menjelaskan tanggung jawab perawat, menjelaskan peran
perawat dan klien, menjelaskan waktu yang dibutuhkan
untuk kegiatan/lama kegiatan, memberikan kesempatan
pada klien untuk bertanya, menyimpulkan hasil kegiatan,
memberi reinforcement positif, membuat kesepakatan
dengan klien/keluarga untuk pertemuan/kegiatan
selanjutnya, serta mengakhiri kegiatan dengan cara yang
baik (mengucapkan salam/tersenyum/memberikan
sentuhan/berjabat tangan).
Dalam memberikan asuhan keperawatan, komunikasi
terapeutik sangat membantu tenaga medis khususnya
perawat dan pasien dalam membina hubungan saling

72
percaya. Selain itu juga akan meningkatkan proses
kesembuhan pasien secara tidak langsung, namun pada
ruang Wijayakusuma Bawah belum berjalan secara optimal.
4) Patient Safety
a) Kajian Teori
Keselamatan pasien (Patient Safety) merupakan suatu
variabel untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas
pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap
pelayanan kesehatan. Sejak malpraktik menggema di
seluruh belahan bumi melalui berbagai media baik cetak
maupun elektronik hingga ke jurnal-jurnal ilmiah ternama,
dunia kesehatan mulai menaruh kepedulian yang tinggi
terhadap isu keselamatan pasien (Nursalam, 2014).
Program keselamatan pasien adalah suat usaha untuk
menurunkan angka kejadian tidak diharapkan (KTD) yang
sering terjadi pada pasien selama dirawat di rumah sakit
sehingga sangat merugikan baik pasien itu sendiri maupun
pihak rumah sakit. KTD bisa disebabkan oleh berbagai
faktor antara lain beban kerja perawat yang tinggi, alur
komunikasi yang kurang tepat, penggunaan sarana kurang
tepat dan lain sebagainya.
Indikator keselamatan pasien (IPS) bermanfaat untuk
mengidentifikasi area-area pelayanan yang memerlukan
pengamatan dan perbaikan lebih lanjut, misalnya untuk
menunjukkan:
(1) Adanya penurunan mutu pelayanan dari waktu ke
waktu
(2) Bahwa suatu area pelayanan ternyata tidak memenuhi
standar klinik atau terapi sebagaimana yang diharapkan
(3) Tingginya variasi antar rumah sakit dan antar pemberi
pelayanan

73
(4) Ketidaksepadanan antara unit pelayanan kesehatan
(misalnya, pemerintah dengan swasta atau urban
dengan rural).
Enam International Patient Safety Goals (IPSG) versi
Joint Commision International 2011 meliputi:
(1) Identifikasi pasien dengan benar atau tepat
(2) Meningkatkan komunikasi efektif
(3) Meningkatkan keamanan obat-obat dengan
kewaspadaan tinggi
(4) Memastikan benar lokasi operasi, benar prosedur, dan
benar pasien
(5) Mengurangi resiko infeksi terkait dengan pelayanan
kesehatan
(6) Mengurangi resiko bahaya akibat pasien jatuh
b) Kajian Data
Hasil pelaksanaan Patient Safety yang sudahdiobservasi
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.15 Pelaksanaan Patien Safety Di Ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
Pelaksanaan
No Aspek yang dinilai
SL(3) SR(2) KD(1) TD(0)
1 Ketepatan Identifikasi Pasien
a. Perawat menuliskan identitas pasien dengan 6
lengkap dan jelas dalam setiap pendokumentasian
asuhan keperawatan
b. Perawat memberi obat sesuai dengan prinsip 6 4 2
benar (obat, dosis, waktu, tempat, orang,
pendokumentasiaan).
c. Perawat memanggil nama, umur dan nomer rekam 4 2
medis pasien pada saat mau melakukan tindakan
d. Perawat mengecek gelang identitas 4 2

2 Komunikasi Efektif
a. Menyebutkan identitas pasien, diagnosa medis, 2 4
diagnose keperawatan, tindakan keperawatan yang
telah dilakukan serta pelaksanaannya

74
b. Menginformasikan jenis dan waktu rencana 6
tindakan yang belum dilakukan
c. Menyebutkan perkembangan pasien yang ada 5 1
selama shift
d. Menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta 4 2
waktunya
e. Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan 4 2
selama shift
3 Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (HIGH ALERT)
a. Perawat memisahkan penyimpanan obat-obat yang 6
perlu diwaspadai (HIGH ALERT)
b. Terdapa t tempat khusus penyimpanan obat yang 6
perlu diwaspadai(HIGH ALERT)
c. Adanya dokumentasi mengenai pemberian obat 5 1
yang diwaspadai (HIGH ALERT)
4 Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
a. Perawat melakukan cuci tangan sebelum kontak 4 2
dengan pasien
b. Perawat melakukan cuci tangan sebelum melakukan 4 2
tindakan aseptic
c. Perawat melakukan cuci tangan setelah melakukan 4 2
tindakan aseptic
d. Perawat melakukan cuci tangan setelah kontak 6
dengan cairan tubuh pasien
e. Perawat melakukan cuci tangan setelah kontak 4 2
dengan lingkungan pasien
f. Perawat menggunakan APD selama melakukan 2 2 2
tindakan
5 Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
a. Perawat melakukan assessment awal resiko pasien 4 2
jatuh
b. Perawat memasang pengaman tempat tidur pasien 3 2 1

c. Perawat memisahkan pasien dengan resiko jatuh 6


dengan pasien lainnya
Jumlah 53x3 37x2 16x1 17x0
Total 159 74 32 0

265: 6
Nilai = x100%= 70%
21 x 3
Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut
kategori Arikunto (2010), yaitu:

75
76 – 100% : baik
56 – 75% : cukup
40 – 55% : kurang baik
<40% : tidak baik
c) Analisis
Berdasarkan tabel diatas, pelaksanaa patient safety di
ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah didapatkan
hasil 63,2% dengan kategori cukup dalam hal ini sasaran
ketepatan identifikasi pasien yang kadang tidak dilakukan
oleh bebrapa perawat seperti cuci tangan sebelum tindakkan
aseptik dan sebelum kontak dengan pasien.
5) Discharge Planning
a) Kajian Teori
Discharge planning (perencanaan pulang) adalah
serangkaian keputusan dan aktivitas-aktivitasnya yang
terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan yang kontinu
dan terkoordinasi ketika pasien dipulangkan dari lembaga
pelayanan kesehatan (Potter & Perry, 2010).
Discharge planning sebaiknya dilakukan sejak pasien
diterima di suatu agen pelayanan kesehatan, khususnya di
rumah sakit dimana rentang waktu pasien untuk pengkajian
berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang
komprehensif tentang kebutughan pasien yang berubah-
ubah, pernyataan diagnosa keperawatan, perencanaan untuk
memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang oleh
pemberi layanan kesehatan (Kozier, 2010).
Manfaat discharge planning menurut Nursalam &
Effendi (2008) adalah:
(1) Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat
pengajaran kepada pasien yang dimulai dari rumah
sakit.

76
(2) Dapat memberikan tindak lanjut secara sistematis yang
digunakan untuk menjamin kontinuitas perawatan
pasien.
(3) Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana
pada penyembuhan pasien dan mengidentifikasi
kekambuhan atau kebutuhan parawatan baru.
(4) Membantu kemandirian dan kesiapan pasien dalam
melakukan perawatan di rumah.
b) Kajian Data
Tabel 2.16 Discharge Planning ke keluarga Pasien Di
Ruang Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah
Tegal
Dilakukan
No Kegiatan ( n = 6)
Ya Tidak
1 Identifikasi pasien dan persiapkan 5 1
discharge planning
2 Peninjauan ulang rekam medik 4 2
pasien
3 Ucapkan salam, dan perkenalan 0 6
nama dan profesi anda
4 Lakukan assesment kebutuhan 4 2
perawatan berdasarkan kondisi dan
penyakit pasien
5 Identifikasi dan diskusikan siapa 6 0
penanggung jawab perawatan di
ruang berikutnya
6 Diskusikan dengan pasien dan 4 2
kelurga mengenai alasan pasien
dirawat, tatalaksana prognosis, dan
rencana pemindahan pasien.
7 Pastikan bahwa pasien dan 6 0
keluarga/pendamping pasien telah
memperoleh informasi yang adekuat
8 Dokumentasikan rencana 6 0
pemindahan pasien di rekam medis
pasien
9 Ucapkan salam dan terima kasih 2 4
TOTAL 37 17
PERSENTASE 37/54x100%

77
Dilakukan
No Kegiatan ( n = 6)
Ya Tidak
= 68%
Sumber: Hasil observasi tanggal 09-11 Maret 2020 di ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal

total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi

37
: x 100 % = 68%
54

Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %
c) Analisis
Berdasarkan data observasi discharge planning di
ruang Wijayakusuma Bawah sebesar 68%, masuk
dalam kategori cukup baik. Dari hasil observasi form
discharge planning sudah lengkap terisi, perawat telah
memberi penjelasan mengenai nama, dosis, waktu
minum obat yang dibawa ke ruang rawat berikutnya,
namun perawat tidak mengucapkan salam, dan
perkenalan nama dan profesi perawat sebelum
melakukan discharge planning.
6) Palaksanaan Standar Precaution
a) Kajian Teori
Standar Precaution adalah tindakan pengendalian
infeksi sederhana yang dilakukan oleh seluruh petugas
kesehatan, untuk semua pasien, setiap saat pada semua
tempat pelayanan dalam rangka mengurangi resiko
penyebaran infeksi (Nursalam dan Kurniawati, 2014).

78
Alasan kewaspadaan universal adalah : semua infeksi
dari darah pasien tidak dapat diindentifikasi pada saat
perawatan diberikan kepada mereka, kewaspadaan barier
yang tepat harus digunakan secara utuh oleh semua pasien
dan ditentukan oleh kemungkinan yang lebih besar bahwa
perawat akan terpajan pada darah atau sekresi yang
mengandung darah dari pasien yang terinfeksi
tersebut.cairan yang berkaitan dengan penularan patogen
darah adalah sekresi semen dan vagina, cairan
serebrospinal, cairan senovial,cairan pleural, cairan
peritoneal, cairan perikardial dan cairan amnitiotik
(Smeltzer & Bare, 2013).
Terkait kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi
(PPI) antara lain:
(1) Melaksanakan hand hygiene dengan 6 langkah dan 5
moment.
(2) Menempatkan pasien sesuai dengan kasus penyakit,
termasuk pasien yang harus dengan isolasi.
(3) Melakukan surveilance PPI (pencatatan dan pelaporan
terkait infeksi nasokomial)
(4) Melaksanakan kewaspadaan universal bagi karyawan
seperti menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai
kebutuhan, etika batuk, pengelolaan pasca pajanan
sesegera mungkin (maksimal 3x24 jam).
(5) Pengelolaan manajemen pencucian linen (laundry), dan
sterilisasi alat sesuai prosedur.
(6) Membuang sampah pada tempatnya:
(a) Sampah infeksius ( plastik kuning)
(b) Sampah umum (plastik hitam)
(c) Sampah sitotoksik (palstik ungu)

79
(d) Sampah benda tajam (tempat bertutup seperti
safety box)
(7) Melaksanakan edukasi hand hygiene, etika batuk, dll
terkait pencegahan infeksi.

b) Kajian Data
Tabel 2.17 Pelaksanaan Standar Precaution Di Ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
Pelaksanaan
No Aspek Yang Dinilai (n=6)
Ya Tidak
Perawat cuci tangan ketika akan kontak
1 dengan klien atau melakukan tindakan 2 4
pada klien
Perawat cuci tangan ketika selesai kontak
2 dengan klien atau setelah selesai 6 0
melakukan tindakan dengan klien
Perawat mencuci tangan dengan sabun/
3 6 0
cairan intisep (handrub)
Perawat menggunakan sarung tangan
4 ketika kontak/ melakukan tindakan 5 1
dengan klien
Perawat menggunakan masker ketika
melakukan tindakan tertentu (penyakit
5 infeksi yang menular melalui udara, 4 0
peyakit dengan daya tahan tubuh rendah,
menjaga kebersihan diri)
Perawat menggunakan alat-alat steril
6 6 0
untuk satu klien
Perawat menggunakan alat-alat
7 6 0
disposable hanya untuk sekali pakai
Setelah menggunakan alat-alat non
8 disposable perawat mencucinya dengan 6 0
larutan desinfektan
Perawat mensterilkan alat-alat steril di
9 6 0
instalasi sterilisasi sentral
Perawat menyiapkan alat-alat kesehatan
10 5 1
ditempat khusus
Perawat membuang benda-benda tajam di
11 6 0
tempat khusus
Perawat membuang sampah medis di
12 6 0
tempat sampah medis
13 Perawat membuang sampah non medis di 6 0

80
Pelaksanaan
No Aspek Yang Dinilai (n=6)
Ya Tidak
tempat sampah non medis
JUMLAH 70 6
70/78x100%
Persentase (%)
= 89%
Sumber: Hasil observasi tanggal 09-11 Maret 2020 di
ruang Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi
70
: x 100 % = 89%
78
Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %
c) Analisis
Pelaksanaan Standar Precaution di Ruang
Wijayakusuma Bawah tergolong baik yaitu dengan
persentase 89%. Adapun beberapa item yang belum
dilaksanakan secara optimal oleh perawat adalah mencuci
tangan ketika akan kontak dengan klien atau sebelum
melakukan tindakan kepada klien.
7) Conference (pre – post)
a) Kajian Teori
Pre-conference merupakan pertemuan tim yang
dilakuakan setiap hari dan merupakan langkah awal
kegiatan shift perawat. Pre-conference dilakukan di awal
jaga setelah melakukan operan dinas, baik dinas pagi, sore
atau malam sesuai dengan jadwal dinas PP. Pre-conference
sebaiknya dilakukan diruang sendiri sehingga dapat
menghindari gangguan dari luar.

81
Post-conference dilakukan secara terjadwal siang hari
sebelum operan jaga shift pagi ke shift sore pada hari yang
yang sama dilakukan ketika akan pre conference hari
selanjutnya. Pesertanya yaitu kepala ruang, perawat primer
(PP), perawat asosiet (PA), dan mahasiswa kalau ada.
Tujuan dari conference ini yaitu:
(1) Membahas masalah tiap klien berdasarkan renpra yang
telah dibuat oleh PP
(2) Menetapkan klien yang menjadi tanggung jawab PA.
pembagian didasarkan pada jumlah klien,
ketergantungan klien, dan tempat tidur yang
berdekatan. Bila pada suatu tugas jaga (shift) PP
didampingi oleh 2 orang PA, maka semua klien bagi
pada kedua PA sebagai penanggung jawabnya. PP akan
membimbing dan membantu PA dalam memberikan
asuhan keperawatan bila PP hanya didampingi oleh 1
orang pada suatu tugas jaga maka jumlah pasien yang
menjadi tanggung jawab PP adalah sebanyak 20%.
(3) Membahas Rencana Tindakan Keperawatan
(4) Mengidentifikasi tugas PA untuk setiap klien yang
menjadi tangguang jawabnya
(5) PP mendiskusikan dan mengarahkan PA tentang
masalah yang terkait dengan keperawatan
(6) PP membagi tugas masing-masing PA
(7) Meningkatkan Kembali Standart Prosedur yang
Ditetapkan
(8) Meningkatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian,
kejujuran, dan kemajuan masing- masing PA
(9) Membantu PA menyelesaikan masalah yang tidak dapat
diselesaikan
Tugas perawat pre dan post conference:

82
Tugas PP pada pre conference:
(1) Menyiapkan ruangan / tempat
(2) Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi
tanggung jawabnya
(3) Menjelaskan tujuan dilakukan pre-conference
(4) Memandu pelaksanaan pre-conference
(5) Menjelaskan masalah keperawatan pasien, keperawatan
dan rencana keperawatan yang menjadi tanggung
jawabnya
(6) Membagi tugas kepada PA sesuai kemampuan yang
dimiliki dengan memperhatikan keseimbangan kerja
(7) Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan
pasien / tindakan
(8) Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan
penyelesaian yang sedang didiskusikan
(9) Mengklarifikasi kesiapan PA untuk melaksanakan
asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi
tanggung jawabnya
(10) Memberikan reinforcement positif pada PA
(11) Menyimpulkan hasil pre conference

Tugas PP pada post conference:


(1) Menyiapkan ruangan/ tempat
(2) Menyiapkan rekam medis pasien yang menjadi
tanggung jawabnya
(3) Menjelaskan tujuan dilakukannya post conference
(4) Menerima penjelasan dari PA tentang hasil
tindakan/hasil asuhan keperawatan yang telah
dilakukan PA

83
(5) Mendiskusikan masalah yang telah ditemukan dalam
memberikan ASKEP pada pasien dan mencari upaya
penyelesaian masalah
(6) Memberikan reinforcement pada PA
(7) Menyimpulkan hasil post conference
(8) Mengklarifikasi pasien sebelum melakukan operan
tugas jaga shift jaga berikutnya.

Tugas PA :
(1) Mengikuti pre dan post conference
(2) Menyiapkan diri dan melaksanakan askep kepada
pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti
di rekam keperwatan
(3) Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di
rekam keperawatan.
(4) Melaksanakan konsultasi tentang masalah pasien
kepada PP.
(5) Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan
kepada pasienyang menjadi tanggung jawabnya dan ada
bukti di rekam keperawatan.
(6) Menerima keluhan pasien dan keluarga serta berusaha
untuk mengatasinya.
(7) Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua
pasien yang menjadi tanggung jawabnya
(8) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan setiap akhir
tugas pada semua pasien yang menjadi tangggung
jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan.
(9) Mengikutinya post conference yang diadakan oleh PP
pada setiap akhir tugas dan melaporkan kondisi/
perkembangan semua pasien yang menjadi tangung
jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan.

84
(10) Bila PP tak ada, wajib mengenalkan PA yang ada
dalam satu group yang akan memberikan asuhan
keperawatan pada jaga berikutnya kepada pasien atau
keluarga baru.
(11) Mengikuti diskusi kasus/conference dengan dokter/ tim
kesehatan lain setiap seminggu sekali
(12) Mengikuti diskusi kasus/ conference dalam pertemuan
rutin.
(13) Melaksanakan tugas lain sesuai urain tugas PA.
(14) Melaksanakan tugas PP pada sore, malam dan hari
libur.
Langkah-langkah Pre dan Post Conference :
(1) Konfrensi dilakukan setiap hari segera setelah
pergantian dinas pagi/sore sesuai dengan jadwal dinas
PP
(2) Konfrensi dilakukan oleh PP dan PA dalam timnya
masing-masing
(3) Penyampaikan perkembangan dan masalah klien
berdasarkan hasil evaluasi kemarin dan kondisi klien
yang dilaporkan oleh dinas malam.
Hal-hal yang disampaikan oleh PP meliputi:
(1) Keadaan umum klien
(2) Keluhan klien
(3) Tanda-tanda vital dan kesadaran
(4) Hasil pemeriksaan lab, diagnostic terbaru
(5) Masalah keperawatan
(6) Rencana keperawatan hari ini
(7) Perubahan terapi medis
(8) Rencana medis

b) Kajian Data

85
Tabel 2.18 Evaluasi Pelaksanaan Pre Conference Di
Ruang Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah
Tegal

Selalu Sering Kadang Tidak


No Variabel Yang Dinilai
(3) (2) (1) (0)
1 Menyiapkan rungan/ tempat √
Menyiapkan rekam medik klien
2 √
yang menjadi tanggung jawabnya
Menjelaskan tujuan dilakukannya
3 √
pre conference
Memandu pelaksanaan pre
4 √
conference
Menjelaskan masalah
keperawatan klien, dan rencana
5 √
keperawatan yang menjadi
tanggung jawabnya
Membagi tugas kepada PA sesuai
kemampuan yang dimiliki dengan
6 √
memperhatikan keseimbangan
kerja
Mendiskusikan cara dan strategi
7 pelaksanaan asuhan klien/ √
tindakan
Memotivasi untuk memberikan
tanggapan dan penyelesaian
8 √
masalah yang sedang di
diskusikan
Mengklarifikasi kesiapan PA
untuk melaksanakan asuhan
9 √
keperawatan kepada klien yang
menjadi tanggung jawabnya
Memberi reinforcement positif
10 √
pada PA
Menyimpulkan hasil pre
11 √
conference
JUMLAH 12 12 1 0
Persentase 25/ 33 x 100% = 75,7%
Sumber: Hasil observasi tanggal 09-11 Maret di ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal

total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi

86
25
: x 100 % = 75,7%
33

Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %

Tabel 2.19 Evaluasi Pelaksanaan Post Conference Di


Ruang Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah
Tegal
Selalu Sering Kadang Tidak
NO Aspek Yang Dinilai
(3) (2) (1) (0)
1 Menyiapkan rungan/ tempat √
Menyiapkan rekam medik klien
2 √
yang menjadi tanggung jawabnya
Menjelaskan tujuan dilakukannya
3 √
post conference
Menerima penjelasan dari PA
tentang hasil tindakan/ hasil
4 √
asuhan keperawatan yang telah di
lakukan oleh PA
Mendiskusikan masalah yang di
temukan dalam memberikan
5 √
askep klien dan mencari upaya
penyelesaian masalahnya
6 Memberi reinforcement pada PA √
Menyimpulkan hasil post
7 √
conference
Mengklarifikasi klien sebelum
8 melakukan operan tugas jaga sift √
jaga berikutnya
JUMLAH 15 6 0 0
Persentase 21/24 x 100% = 87,5%
Sumber: Hasil observasi tanggal 09-11 Maret 2020 di ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal.

total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi

87
21
: x 100 % = 87,5 %
24

Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %

c) Analisis
Evaluasi pelaksanaan Pre Conference sebesar 75,7%
dengan kriteria baik dan juga Post Conference dengan
kriteria baik dengan persentase sebesar 87,5 %.
8) Timbang Terima
a) Kajian Teori
Timbang terima (operan) merupakan teknik atau cara
untuk menyampaikan atau menerima sesuatu atau laporan
yang berkaitan dengan keadaan klien. Operan dilakukan
oleh Perawat Primer keperawatan kepada Perawat Primer
(penganggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara
tertulis dan lisan (Suni, 2018).
Tujuan timbang terima yaitu:
(1) untuk mengkomunikasikan keadaan klien dan
menyampaikan informasi yang penting
(2) menyampaikan kondisi dan keadaan klien
(3) menyampaikan hal yang sudah/ belum dilakukan dalam
asuhan keperawatan kepada klien
(4) menyampaikan hal yang penting yang harus
ditindaklanjuti oleh perawat dinas berikutnya
(5) menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
b) Kajian Data

88
Tabel 2.20 Lember Observasi Serah Terima Pasien Di
Ruang Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah
Tegal
Dilakukan
No Kegiatan
Ya Tidak
1 Serah terima pasien/operan jaga diawali √
dengan rapat bersama/ conference antara
petugas sebelumnya dengan petugas yang
baru
2. Petugas jaga lama membacakan buku
laporan yang berisi informasi tentang:
a. Jumlah pasien dan kondisi masing- √
masing pasien
b. Jumlah pasien maksimal care, √
intermediate care dan minimal care
dan pasien dengan resiko tinggi
(manula, bayi, balita, immuno
suprissed, kondisi terminal)
c. Program terapi atau program tindakan √
pasien yang belum terlaksana (konsul
Sp lain, foto, obat, transfusi, dll)
d. Sarana prasarana baik alat kesehatan √
maupun alat kedokteran (jumlah,
kondisi alat)
e. Informasi lain contoh pengumuman- √
pengumuman, aturan pembiayaan
pasien, kondisi bangunan misal bocor,
dll
3. Dilanjutkan keliling ruangan untuk √
mengoperkan pasien satu persatu sambil
menginformasikan kepada pasien dan atau
keluarga bahwa ada pergantian petugas jaga
sambil memperkenalkan petugas jaga yang
akan bertugas
4. Berikutnya mengoperkan alat-alat √
kedokteran atau alat kesehatan lain dan
kondisi masing-masing alat tersebut
5. Mengoperkan obat-obat/ alat kesehatan √
yang tersedia di ruang tempat obat

6. Kegiatan serah terima/operan jaga di tulis √


pada buku operan atau blangko lain
7. Kegiatan operan di akhiri dengan jabat √

89
Dilakukan
No Kegiatan
Ya Tidak
tangan dan petugas lama berpamitan dengan
petugas baru
TOTAL 7 4
PERSENTASE 7/11 x 100% =
63,6%
Sumber: Hasil observasi tanggal 9-11 maret 2019 di ruang
Di Ruang Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal

total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi

7
: x 100 % = 63,6%
11

Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %
c) Analisis
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan timbang terima di ruang Wijaya Kusuma
bawah sudah cukup baik menurut indikator SPO RSUD
Kardinah Tegal dengan presentasi 63,6%. Indikator
kegiatan yang kurang optimal adalah Sarana prasarana baik
alat kesehatan maupun alat kedokteran (jumlah, kondisi
alat), Informasi lain contoh pengumuman-pengumuman,
aturan pembiayaan pasien, kondisi bangunan misal bocor
mengoperkan alat-alat kedokteran atau alat kesehatan lain
dan mengoperkan obat-obatan / alat kesehatan yang
tersedia.
b. Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan
1) Perencanaan
a) Kajian Teori

90
Perencanaan adalah sebuah keputusan untuk suatu
kemajuan yang berisikan apa yang akan dilakukan serta
bagaimana, kapan dan dimana akan dilaksanakannya
(Marquis,2011). Perencanaan dimaksudkan untuk
menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam
mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Perencanaan dibuat untuk menentukan kebutuhan dalam
asuhan keperawatan kepada semua pasien menegakan
tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan
ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan,
membuat pola struktur organisasi yang dapat
mengoptimalkan efektifitas staff serta menegakan kebijakan
dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi
institusi yang telah ditetapkan.
Perencanaan yang adekuat dan efektif akan mendorong
pengelolaan sumber yang ada dimana kepala ruangan harus
mengidentifikasi tujuan jangkapanjang dan tujuan jangka
pendek serta melakukan perubahan (Marquis danHuston,
2010). Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat
inap akan memberi petunjuk dan mempermudah
pelaksanaan suatu kegiatanuntuk mencapai tujuan
pelayanan dan asuhan keperawatan kepada klien.
Perencanaan di ruang rawat inap melibatkan seluruh
personil mulai dari perawatpelaksana, ketua tim dan kepala
ruang. Tanpa perencanaan yang adekuat, prosesmanajemen
pelayanan kesehatan akan gagal (Marquis dan Huston,
2010). Dengan demikian perencanaan dapat dikoreksi tanpa
kehilangan waktu dan efisiensi.
Kerangka perencanaan terdiri dari :
(1) Misi berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana
langkah mencapai visi.

91
(2) Filosofi sesuatu yang bisa menguatkan motivasi.
(3) Tujuan berisikan tujuan yang ingin dicapai.
(4) Obyektif berisi langkah-langkah rinci bagaimana
mencapai tujuan
(5) Prosedur berisi pelaksanaan perencanaan
(6) Aturan berisi langkah-langkah antisipasi untuk hal-hal
yang menyimpang
Model perencanaan meliputi :
(1) Reactive Planning yaitu tidak ada perencanaan,
manajer langsung melakukan tindakan begitu
menemukan masalah. Perubahan yang terjadi tidak
pasti karena dipengaruhi oleh masalah dan kondisi yang
ada.
(2) Inactive Planning yaitu perencanaan yang sudah dibuat
sejalan dengan masalah yang muncul (telah ada
bayangan atau perencanaan tetapi dalam
pelaksanaannya dilakukan sejalan dengan
perkembangan masalah).
(3) Preactive Planning yaitu penyusunan perencanaan
dengan mengetahui rencana ke depan pencapaian target
yang sudah pasti (sudah jelas dan tidak berubah). Ciri
dari perencanaan ini adalah tujuan yang akan dicapai
jelas, terdapat pembatasan antara waktu perencanaan
berlangsung, terdapat indikator untuk pencapaian
target, resiko dan ketidak pastian jelas.
(4) Practive Planning yaitu pembuatan perencanaan
dengan memperhatikan masa lalu, masa sekarang dan
masa depan. Masa lalu digunakan sebagai pengalaman
untuk menyusun perencanaan sekarang dan masa
depan, masa sekarang sebagai pelaksanaan
perencanaan, dan masa depan merupakan perencanaan

92
yang disusun berdasarkan evaluasi pelaksanaan
perencanaan masa lalu dan sekarang.

Perencanaan berdasarkan periode meliputi:


(1) Perencanaan jangka pendek: target waktu dalam
seminggu atau sebulan, Meliputi perubahan jadwal
dinas (pagi, siang, malam) akibat perubahan kondisi
bangsal dan permintaan fasilitas yang segera akibat
kerusakan yang tidak dapat diperkirakan.
(2) Perencanaan jangka menengah : periode dalam waktu
satu tahun, meliputi pengaturan dinas, perbaikan
peralatan/ service, permintaan perlengkapan rutin/
barang habis pakai.
(3) Perencanaan jangka panjang: periode tahun mendatang,
meliputi pengembangan SDM baik perawat maupun
non perawat, penambahan peralatan, penambahan
jumlah tenaga, cuti tahunan, dan sebagainya.

Tugas kepala ruang dalam perencanaan meliputi :


(1) Menyusun rencana kerja kepala unit
(2) Berperan serta dalam menyusun falsafah dan tujuan
pelayanan keperawatan diruang yang bersangkutan.
(3) Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari
segi jumlah maupun kualifikasi diruang rawat,
koordinasi dan instalasi.
b) Kajian Data
Data yang didapatkan dalam perencanaan di Ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal didapatkan
hasil :
Tabel 2.21 Kajian Perencanaan Di Ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal

93
No. Standar Keterangan
1. Perencanaan jangka Jadwal dinas disusun tiap bulan dan
pendek oleh Karu ada dokumen tentang jadwal dinas,
paparan pengetahuan, laporan bulanan
indikator mutu pelayanan dan
pertemuan setiap bulan dengan seluruh
staf keperawatan dan non keperawatan
serta menambah tenaga perawat di
ruangan
2. Perencanaan jangka Membuat daftar permintaan
menengah oleh Karu perlengkapan ruangan atau fasilitas
dengan e-planing yaitu yang
memasukkan data ke dalam komputer,
perbaikan alat dan membuat jadwal
liburan untuk semua staf medis dan
non medis diruangan.
3. Perencanaan jangka Untuk pembangunan perencanaan
panjang oleh Karu yang dilakukan yaitu memperbaiki
infrastruktur dan menambah beberapa
sarana dan prasarana untuk menunjang
pelayanan ruangan.
Sumber:Hasil wawancara kepada PP tanggal 10 Maret 2020 di
ruang Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
c) Analisis
Berdasarkan kajian data yang diperoleh maka dapat
dianalisis bahwa ruang Wijayakusuma Bawah sudah sesuai
prosedur dengan mempunyai perencanaan jangka pendek,
jangka menengah dan jangka panjang dan melakukan
koordinasi dengan unit pelayanan terkait, salah satunya
dengan melibatkan staf keperawatan dalam perencanaan dan
secara garis besar tidak ada masalah dengan sistem
perencanaan di ruangan.
2) Pengorganisasian
a) Kajian Teori
Pengorganisasian melibatkan semua sumber daya yang
ada dalam suatu sistem orang, modal dan peralatan dalam
kegiatan menuju pencapaian tujuan. Keinginan seorang

94
perawat kepala adalah memasukan semua unsur manusia
dan situasi ke dalam suatu sistem yang akan mengemban
suatu tujuan tertentu dan mengatur mereka sedemikian rupa
sehingga kelompok dapat bekerja bersama ke arah
pencapaian tujuan (Nursalam, 2011).
Tujuan organisasi pada dasarnya adalah memberikan
tugas yang terpisah dan berbeda kepada masing-masing
orang dan menjamin tugas-tugas tersebut terkoordinir.
Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen untama
dalam manajemen keperawatan. Studi pengaturan staf dapat
digunakan untuk menentukan kebutuhan staf sehubungan
dengan ketrampilan personil, jumlah perawat dan beban
kerja (Swansbrug, 2008).
Didalam pengorganisasian asuhan keperawatan dikenal
beberapa model pemberian asuhan keperawatan. Model
Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) terdiri dari 5
elemen subsistem (Hoffart and Words, 2012) yaitu : Nilai-
nilai professional, pendekatan manajemen, metode
pemberian askep, hubungan professional, sistem
kompensasi dan penghargaan.
Tugas pokok kepala ruang dalam pengoganisasian
meliputi:
(1) Mengelola kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan
pasien di ruang rawat
(2) Melaksanakan fungsi kolaboratif dengan tim kesehatan
lain
(3) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan
keluarga
(4) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan
PKK
(5) Melakukan atau membantu pelaksanaan penelitian

95
(6) Melakukan pengendalian, pemantauan dan evaluasi
kegiatan guna peningkatan mutu pelayanan
keperawatan di ruang rawat
(7) Mendukung terlaksananya program Patient Safety
Tugas pokok Ketua Tim dalam pengorganisasian meliputi :
(1) Mengatur jadwal dinas timnya yang dikoordinasikan
dengan kepala ruangan
(2) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan
kewenangannya yang didelegasikan oleh kepala
ruangan
(3) Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi asuhan keperawatan bersama-sama anggota
tim
(4) Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan
tindakan medik
(5) Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan
memberikan bimbingan melalui konferensi
(6) Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun
hasil yang diharapkan serta mendokumentasikannya
(7) Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang
pelaksanaan asuhan keperawatan
(8) Menyelenggarakan konferensi
(9) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
(10) Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi
tanggung jawab timnya
(11) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan
keluarga
(12) Mendukung terlaksananya program Patient Safety
Tugas pokok penangung jawab tugas jaga meliputi :

96
(1) Mengelola kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan
pasien di ruang rawat pada sore, malam dan hari libur.
(2) Melakukan fungsi kolaboratif dengantim kesehatan lain
(3) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan
keluarga
(4) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan
PKK
(5) Melakukan atau membantu pelaksanaan penelitian
(6) Melakukan pengendalian, pemantauan dan evaluasi
kegiatan guna peningkatan mutu pelayanan
keperawatan di ruang rawat
(7) Mendukung terlaksananya program Patient Safety

97
b) Kajian Data
(1) Pelaksanaan Tugas Karu
Tabel 2.22 Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang
Keperawatan Di Ruang Wijayakusuma Bawah
RSUD Kardinah Tegal
SL SR KD TP
No Tugas Kepala Ruang
(3) (2) (1) (0)
1. Melaksanakan fungsi perencanaan dengan √
cara:
a. Merencanakan jumlah, jenis, dan mutu
tenaga lainnya sesuai kebutuhan ruang
rawat yang berada dibawah tanggung
jawabnya
b. Merencanakan jumlah dan jenis √
peralatan keperawatan yang diperlukan
sebagai penunjang tercapainya pelayanan
di ruang rawat yang berada diwilayah
tanggung jawabnya
c. Merencanakan perawatan pasien oleh √
sejumlah tenaga keperawatan yang
berada diwilayah tanggung jawabnya
secara kesinambungan
d. Merencanakan pengelolaan ruang √
perawatan dan lingkungan sekitar ruang
perawatan diwilayah tanggung jawabnya
2. Melaksanakan fungsi pergerakkan dan √
pelaksana dengan cara:
a. Mengatur dan mengkoordinir seluruh
kegiatan pelayanan di ruang rawat yang
berada diwilayah tanggung jawabnya
melalui pertemuan pagi setiap akan
memulai kegiatan setiap harinya
b. Menyusun dan mengatur jadwal dinas √
tenaga perawatan dan tenaga lainnya di
ruang perawatan yang berada dibawah
tanggung jawabnya, sesuai kebutuhan
dan ketentuan yang berlaku (bulanan,
mingguan, harian dan lain-lain)

c. Memberikan pengarahan dan motivasi √


kepada tenaga perawatan untuk
melaksanakan tugasnya sesuai standar
d. Mengkoordinasi seluruh kegiatan yang √

98
SL SR KD TP
No Tugas Kepala Ruang
(3) (2) (1) (0)
ada dengan cara kerja sama dengan
berbagai pihak yang terlibat dalam
pelayanan diruang rawat tersebut
e. Mengadakan pertemuan berkala dengan √
pelaksanaaan keperawatan dan tenaga
lainnya yang berada diwilayah tanggung
jawabnya
f. Meningkatkan pengetahuan dan √
ketrampilan dibidang keperawatan,
antara lain melalui pertemuan rutin
g. Mengenal jenis dan kegunaan barang √
atau peralatan serta mengusahakan
pengadaannya sesuai kebutuhan pasien
diruang perawatan agar tercapai
perawatan optimal
h. Menyusun permintaan kebutuhan rutin, √
alat, obat dan bahan yang diperlukan
diruang perawatan
i. Memberikan program orientasi terhadap √
pasien dan keluarganya yang meliputi
penjelasan tentang peraturan Rumah
Sakit, tata tertib, keadaan ruang rawat,
fasilitas yang ada dan cara
penggunaannya serta kegiatan rutin
sehari-hari di ruangan
j. Menjaga perasaan pasien agar merasa √
aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan berlangsung
k. Memberi penyuluhan kesehatan terhadap √
pasien dalam batas wewenangnya
l. Menjaga perasaan petugas agar merasa √
aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan berlangsung
m. Mempertahankan dan meningkatkan √
system pencatatan dan pelaporan tentang
perkembangan pasien dan kegiatan lain
yang dilakukan secara cepat dan benar.
n. Mengadakan kerjasama dan hubungan √
baik dengan kepala ruang lainnya,
seluruh kepala bidang, kepala bagian,
kepala instalasi dan staff medis
fungsional Rumah Sakit
o. Menciptakan dan memelihara lingkungan √

99
SL SR KD TP
No Tugas Kepala Ruang
(3) (2) (1) (0)
kerja dan suasana kerja yang baik antara
petugas, pasien dan keluarga pasien
sehingga memberikan ketenangan
p. Memotivasi tenaga penunjang dan tenaga √
non perawatan dalam mempersiapan
serta memlihata kebersihan ruang rawat
dan lingkungan
q. Memeriksa dan meneliti pengisian √
formulir sensus di ruang rawat secara
tepat dan benar
r. Memelihara buku register dan berkas √
catatan medis
s. Membuat laporan harian dan bulanan √
mengenai pelaksanaan kegiatan
pelayanan pelaksanaan kegiatan
pelayanan keperawatan serta kegiatan
lain diruang rawat. Selanjutnya
menyampaikan kepada kepada kepala
instalasi dengan tembusan kepada kepala
seksi keperawatan/kepala bidang
keperawatan
t. Melakukan verifikasi kepada seluruh √
dokumentasi asuhan keperawatan yang
dibuat oleh PP dalam wilayah
tanggungjawabnya
u. Memegang teguh rahasia jabatan √
3. Melaksanakan fungsi pengawasan, √
pengendalian dan penilaian dengan cara:
a. Mengawasi, mengoreksi dan menilai
pelaksanaan pelayanan keperawatan
yang telah ditentukan
b. Melaksanakan penilaian terhadap upaya √
peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan dibidang keperawatan

c. Mengawasi dan mengendalikan √


pendayagunaan peralatan keperawatan
serta obat-obatan secara efektif dan
efisien
d. Mengawasi pelaksanaan system √
pencatatan pelaporan kegiatan pelayanan
keperawatan serta mendokumentasikan
kegiatan lainnya di ruang rawat

100
SL SR KD TP
No Tugas Kepala Ruang
(3) (2) (1) (0)
Jumlah 39 28 2
Jumlah Total 69/87x100%
Presentase 79,3%
Sumber: Hasil penyebaran kuesioner ke PP Wijayakusuma Bawah tanggal
10 Maret 2020 RSUD Kardinah Tegal

Keterangan:
SL : Selalu
SR : Sering
KD : Kadang-kadang
TP : Tidak Pernah

nilai yang didapat


Persentase (%) = x 100%
nilai keseluruhan ( n )
69
= x 100 %
87
= 79,3%
Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut
kategori Arikunto (2010), yaitu:
76 – 100%: baik
56 – 75% : cukup
40 – 55% : kurang baik
<40% : tidak baik

Berdasarkan Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa


pelaksanaan tugas oleh kepala ruang keperawatan
masuk dalam kategori baik 79,3 %. Hampir seluruh
tugas karu sudah dilaksanakan, hanya saja ada beberapa
tugas yang belum dilaksanakan secara optimal yaitu
mengenai memeriksa dan meneliti pengisian formulir
sensus di ruang rawat secara tepat dan benar.
(2) Pelaksanaan Tugas PP

101
Data yang diperoleh dalam kegiatan penugasan
dari PP didapatkan hasil:
Tabel 2.23 Pelaksanaan PP Di Ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah
Tegal

Dilakukan
No. Tugas
SL SR KD TP
(3) (2) (1) (0)
1. Bertanggung jawab kepada pelayanan dalam 1 √
tim
2. Melakukan timbang terima bersama KARU √
3. Membagi kerja sesuai dengan tingkat √
ketergantungan pasien
4. Menyusun rencana keperawatan √
5. Mengikuti visit dokter √
6. Mengorientasi pasien baru √
7. Mengkoordinir pekerjaan yang harus dilakukan √
bersama
8. Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan √
kepada perawat pelaksana dibawah tanggung
jawab sesuai pasien yang dirawat
9. Melakukan bimbingan dan evaluasi pada perawat √
pelaksana dalam implementasi dalam
implementasi tindakan apakah sudah sesuai
renpra
10. Melakukan supervise dokumentasi asuhan √
keperawatan
11. Melakukan tindakan keperawatan yang tidak √
dapat dilakukan oleh perawat pelaksana
12. Mengatur pelaksanaan konsultasi dan √
pemeriksaan penunjang
13. Memberikan Penkes √
14. Membuat rencana pasien pulang √
15. Mengusulkan ronde keperawatan kepada kepala √
ruang
16. Membuat laporan jaga √
17. Melaksanakan tugas lumpah atau tugas lain dari √
kepala ruang
Jumlah 24 12 3
Sumber: Hasil penyebaran kuesioner kepada PA tanggal 10 Maret 2020
di ruang Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal

102
nilai yang didapat
Persentase (%) = x 100%
nilai keseluruhan ( n )
39
x100% = 76,4%
51
Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut
kategori Arikunto (2010), yaitu:
76 – 100%: baik
56 – 75% : cukup
40 – 55% : kurang baik
<40% : tidak baik

Berdasarkan hasil observasi yang di lakukan dapat


di simpulkan bahwa pelaksanaan tugas oleh perawat
primer masuk dalam kategori baik 76,4 %. Hampir
seluruh tugas perawat primer sudah dilaksanakan,
hanya saja ada beberapa tugas yang belum
dilaksanakan secara optimal.

(3) Pelaksanaan Tugas PA


Data yang diperoleh dalam kegiatan penugasan
dari PA didapatkan hasil :
Tabel 2.24 Pelaksanaan Tugas PA Di Ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
Observasi PA
No. Pernyataan
WKB WKB WKB
1 Melaksanakan operan tugas setiap awal √ √ √
dan akhir jaga dari dan kepada PP yang
ada dalam satu grup
2 Melakukan konfirmasi atau supervisi √ √ √
tentang kondisi pasien segera setelah
selesai operan setiap pasien
3 Melakukan doa bersama setiap awal dan √ √ √
akhir tugas yang dilakukan setelah selesai
serah terima operan tugas jaga
4 Mengikuti pre conference yang dilakukan √ √
PP setiap awal jaga pagi
5 Melaksanakan asuhan keperawatan √ √ √

103
Observasi PA
No. Pernyataan
WKB WKB WKB
kepada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya dan ada bukti di rekam
keperawatan
6 Melakukan monitoring respon pasien dan √ √ √
ada bukti di rekam keperawatan
7 Melakukan konsultasi tentang masalah 0 0 0
pasien atau keluarga kepada PP
8 Membimbing dan melakukan penkes 0 0 0
kepada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya dan ada bukti di rekam medik
keperawatan
9 Menerima keluhan pasien atau keluarga √ √ √
berusaha untuk mengatasinya
10 Melengkapi catatan asuhan keperawatan √ √ √
pada semua pasien yang menjadi
tanggung jawabnya
11 Melakukan evaluasi askep setiap akhir √ √ √
tugas yang menjadi tanggung jawabnya
dan ada bukti di rekam keperawatan
12 Mengikuti post conference yang diadakan √ √ √
PP pada setiap akhir tugas dan
melaporkan kondisi atau perkembangan
semua pasien yang menjadi tanggung
jawabnya kepada PP
13 Bila PP tidak ada wajib mengenalkan 0 0 0
perawat yang ada dalam satu grup yang
akan memberikan askep pada jaga
berikutnya pada pasien baru/keluarga
14 Melaksanakan pendelegasian tugas PP √ √ √
pada S/M/HL
Jumlah 11 11 11
Jumlah Total 33
Sumber: Hasil observasi PA tanggal 09-11 Maret 2020 di ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal.

nilai yang didapat


Persentase (%) = x 100%
nilai keseluruhan ( n )
33
= x 100 %
14 x 3
= 78,5%

104
Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut
kategori Arikunto (2010), yaitu:
76 – 100% : baik
56 – 75% : cukup
40 – 55% : kurang baik
<40% : tidak baik
Berdasarkan Tabel diatas didapatkan hasil bahwa
pelaksanaan tugas PA terlaksana dengan baik yaitu 78,5%.
3) Penggerakan
a) Kajian Teori
Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan
kepada staff agar mereka mampu bekerja secara optimal
dalam melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan
ketrampilan yang mereka miliki. Pengarahan ini termasuk
didalamnya adalah kejelasan komunikasi, pengembangan
motivasi yang efektif. Pelaksanaan pengarahan (actuating)
merupakan fungsi yang paling fundamental dalam
manajemen, karena merupakan pengupayaan berbagai jenis
tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok mulai
dari tingkat teratas sampai terbawah, berusaha mencapai
sasaran organisasi sesuai rencana yang telah ditetapkan
semula, dengan cara terbaik dan benar.
Hakikat dari pengarahan adalah sebagai keseluruhan
usaha, cara, tekhnik dan metode untuk mendorong para
anggota organisasi dengan efisien, efektif dan produktif.
Para anggota organisasi akan bersedia mengerahkan segala
kemampuan, tenaga, keahlian, ketrampilan, dan waktunya
bagi kepentingan pencapaian tujuan organisasi apabila
kepada mereka diberikan penjelasan yang lengkap tentang
hakikat, bentuk dan sifat tujuan yang hendak dicapai.

105
Usaha meyakinkan para anggota organisasi untuk
memahami dan menerima tujuan dan berbagai sasaran
tersebut diperkirakan akan lebih mudah apabila para
manager berhasil pula meyakinkan para bawahannya dalam
mengemudikan organisasi, para manajer tersebut akan
menggunakan gaya manajerial yang mencerminkan
pengakuan atas harkat dan mahabat para bawahannya
sebagai insan yang ada. Pimpinan organisasi perlu
menjelaskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang akan
ditempuh oleh organisasi dalam usaha pencapaian tujuan
dan berbagai sasaran organisasional yang sekaligus
berusaha memuaskan berbagai kebutuhan para bawahan
tersebut. Para manajer perlu menjelaskan bentuk pewadahan
kegiatan yang dianggap paling tepat untuk digunakan dalam
penekanan diberikan pada interaksi positif antara orang-
orang dalam satu satuan kerja dan antar satuan kerja dalam
organisasi berdasarkan kebiasaan, norma-norma, dan kultur
organisasi yang telah disepakati bersama. Dalam
menggerakan para bawahan, para manajer harus selalu
mempertimbangkan pandangan para bawahan tentang
organisasi kemampuan yang dimiliki oleh organisasi akan
siap menyelenggarakan semua kegiatan operasional yang
diharapkan atau diharuskan untuk dilakukan.
Penggerakan adalah menggerakan orang-orang agar
mau bekerja, menciptakan suasana bekerja yang lebih
mendukung bukan hanya karena perintah, tetapi dengan
kesadaran sendiri dan rasa tanggung jawab, serta
termotivasi secara internal (Suarli, 2009).
b) Kajian Data
Tabel 2.25 Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang Di Ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal

106
SL SR KD TP
Tugas Kepala Ruang
(3) (2) (1) (0)
Melaksanakan fungsi pergerakkan dan √
pelaksana dengan cara:
a. Mengatur dan mengkoordinir seluruh
kegiatan pelayanan di ruang rawat yang
berada diwilayah tanggung jawabnya
melalui pertemuan pagi setiap akan
memulai kegiatan setiap harinya
b. Menyusun dan mengatur jadwal dinas √
dS
tenaga perawatan dan tenaga lainnya di
ruang perawatan yang berada dibawah
tanggung jawabnya, sesuai kebutuhan
dan ketentuan yang berlaku (bulanan,
mingguan, harian dan lain-lain)
c. Memberikan pengarahan dan motivasi √
kepada tenaga perawatan untuk
melaksanakan tugasnya sesuai standar
d. Mengkoordinasi seluruh kegiatan yang √
ada dengan cara kerja sama dengan
berbagai pihak yang terlibat dalam
pelayanan diruang rawat tersebut
e. Mengadakan pertemuan berkala dengan √
pelaksanaaan keperawatan dan tenaga
lainnya yang berada diwilayah tanggung
jawabnya
f. Meningkatkan pengetahuan dan √
ketrampilan dibidang keperawatan,
antara lain melalui pertemuan rutin
g. Mengenal jenis dan kegunaan barang √
atau peralatan serta mengusahakan
pengadaannya sesuai kebutuhan pasien
diruang perawatan agar tercapai
perawatan optimal

h. Menyusun permintaan kebutuhan rutin, √


alat, obat dan bahan yang diperlukan
diruang perawatan
i. Memberikan program orientasi terhadap √
pasien dan keluarganya yang meliputi
penjelasan tentang peraturan Rumah
Sakit, tata tertib, keadaan ruang rawat,
fasilitas yang ada dan cara
penggunaannya serta kegiatan rutin
sehari-hari di ruangan
j. Menjaga perasaan pasien agar merasa √
aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan berlangsung
k. Memberi penyuluhan kesehatan terhadap √
pasien dalam batas wewenangnya
l. Menjaga perasaan petugas agar merasa √
aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan berlangsung
m. Mempertahankan dan meningkatkan √
system pencatatan dan pelaporan tentang
perkembangan pasien 107 dan kegiatan lain
yang dilakukan secara cepat dan benar.
n. Mengadakan kerjasama dan hubungan √
baik dengan kepala ruang lainnya,
Sumber :Hasil penyebaran kuesioner kepada PP
Wijayakusuma Bawah tanggal 10 Maret 2020
RSUD Kardinah Tegal
Keterangan:
0 : Tidak Pernah
1 : Kadang-kadang
2 : Sering
3 : Selalu
nilai yang didapat
Persentase (%) = x 100%
nilai keseluruhan ( n )
49
= x 100 %
63
= 77,8%
Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut
kategori Arikunto (2010), yaitu:
76 – 100% : baik
56 – 75% : cukup
40 – 55% : kurang baik
<40% : tidak baik

c) Analisis Data
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mengenai
penggerakan dan pelaksanaan di ruang Wijayakusuma
Bawah kepala ruang didapatkan bahwasanya tugas kepala
ruang dalam kategori baik sesuai dengan data yang didapat
data hasil observasi terhadap pelaksanaan tugas kepala
ruang mendapatkan persentase sebesar 77,8% dalam
indikator baik.
Kepala ruang telah melaksanakan tugasnya dalam
pengarahan dan pelaksanaan. Kepala ruang memberikan
komando, arahan dan bimbingan kepada seluruh staf

108
keperawatan ataupun non keperawatan. Pengarahan
bimbingan dan komando sering dilakukan oleh kepala ruang
pada saat dilakukanya meeting morning.
4) Pengawasan
(a) Kajian Teori
Pengawasan adalah membandingkan hasil kinerja
dengan standar dan mengambil tindakan korektif bila
kinerja yang didapat tidak sesuai standar (Nursalam, 2008).
Pengawasan melalui komunikasi mengawasi dan
berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun
pelaksanaan mengenai asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien. Fungsi pengawasan mencakup 4 unsur yaitu:
(1) Penetapan standar pelaksanaan
(2) Penetapan ukuran-ukuran pelaksanaan
(3) Pengukuran pelaksanaan nyata dibandingkan dengan
standar yang ditetapkan
(4) Pengambilan tindakan koreki
Pelaksanaan pengawasan antara lain yaitu:
(1) Pelaksanaan langsung melalui inspeksi, mengamati
sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki atau melalui laporan langsung secara lisan
dan memperbaiki atau mengawasi kelemahan yang ada
saat itu juga.
(2) Pengawasan tidak langsung dengan mengecek daftar
hadir perawat yang ada, membaca dan memeriksa
rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama
dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan,
mendengar laporan dari KaTim/ PP mengenai
pelaksanaan tugas.

109
(3) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana perawatan yang telah disusun bersama
KaTim/ PP.
(4) Mengaudit, untuk keperluan evaluasi hasil kerja
diperlukan dahulu persiapan antara lain: Standar
Operating Prosedur.
(b) Kajian Data
Tabel 2.26 Kepala Ruang sebagai Pengawas, Pengendali,
dan Penilaian Di Ruang Wijayakusuma Bawah
RSUD Kardinah Tegal

SL SR KD TD
No. Nama Kegiatan
(3) (2) (1) (0)
1. Mengawasi, mengoreksi dan 2
menilai pelaksanaan pelayanan
keperawatan yang telah
ditentukan
2. Melaksanakan penilaian terhadap 2
upaya peningkatan pengetahuan
dan ketrampilan di bidang
keperawatan
3. Mengawasi dan mengendalikan 2
pendayagunaan peralatan
keperawatan serta obat-obatan
secara efektif dan efisien
4. Mengawasi pelaksanaan sistem 1 1
pencatatan pelapor kegiatan
pelayanan keperawatan serta
pendokumentasian kegiatan
lainnya di ruang rawat
Jumlah 15 6
Jumlah total 21/24 x 100% = 87,5%
Sumber: Hasil penyebaran kuesioner kepada PP
Wijayakusuma Bawah tanggal 10 Maret 2020 RSUD
Kardinah Tegal
Keterangan:
SL : Selalu
SR : Sering

110
KD : Kadang-kadang
TP : Tidak Pernah
nilai yang didapat
Persentase (%) = x 100%
nilai keseluruhan ( n )

21
= 25 x 100 %
= 87,5%
Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut
kategori Arikunto (2010), yaitu:
76 – 100% : baik
56 – 75% : cukup
40 – 55% : kurang baik
<40% : tidak baik
(c) Analisis Data
Berdasarkan hasil observasi di Wijayakusuma Bawah,
secara keseluruhan kegiatan pengawasan dalam penilaian
tugas kepala ruang sebagai pengawas, pengendali, dan
penilaian di ruang Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah
Tegal diperoleh nilai 87,5% dengan kategori baik.

b. Proses Bimbingan Klinik dengan Mahasiswa Praktikan


Praktik klinik dalam keperawatan adalah kesempatan kepada
mahasiswa untuk menerjemahkan pengetahuann teoritis ke dalam
tindakan yang sesungguhnya, pembelajaran klinik tidak hanya
menerapkan teori-teori yang telah diperoleh. Proses manajemen
bimbingan praktek klinik keperawatan yaitu:
1) Perencanaan
Praktek klinik adalah suatu bentuk pengalaman belajar yang
dilaksanakan dalam tatanan pelayanan kesehatan secara nyata
dimana peserta didik diharapkan langsung dengan klien dan

111
situasi yang nyata, pembelajaran klinik tidak hanya menerapkan
teori-teori yang telah diperoleh dari kampus (Munthe, 2009)
Peserta didik berkesempatan dalam melatih diri
melaksanakan asuhan keperawatan professional, dan melatih
kemampuan untuk berhubungan langsung ke dalam masalah
nyata. Hal tersebut perlu adanya bimbingan dari Instruktur klinis
(clinical instructor) dalam membimbing dan mengembangkan
keterampilan praktik klinis mahasiswa keperawatan. Clinical
instructor berperan sebagai mediator dan fasilitator.
Sebelum melakukan praktik ada beberapa yang harus
dipenuhi yaitu :
a) Direktur RSUD Kardinah Tegal mendelegasikan
penerimaan mahasiswa kepada kepala bidang diklat.
b) Penentuan lokasi praktek diajukan oleh pihak akademi
sesuai dengan kompetensi mahasiswa di koordinasikan
dengan diklat.
c) Bidang perawatan atau penanggung jawab bimbingan PKK
menyerahkan kerangka acuan bimbingan PKK, penetapan
lokasi sesuai dengan kompetensi yang ingin di capai.
d) Mahasiswa selanjutnya akan menemui pembimbing klinik
dan pembimbing klinik akan memberikan pengarahan,
orientasi ruangan dan tugas pembuatan asuhan keperawatan.
e) Bimbingan dilakukan oleh pembimbing klinik, pembimbing
klinik adalah seorang tenaga keperawatan yang profesional
yang di beri wewenang dan tanggung jawab membimbing
secara langsung peserta didik.
Dalam proses bimbingan terhadap mahasiswa PKK,
peranan pembimbing klinik adalah sebagai berikut :
a) Melakukan kerjasama dengan pembimbing akademik dalam
rangka kelancaran pelaksanaan bimbingan PKK sesuai
dengan metode yang telah ditentukan.

112
b) Mengikuti kegiatan bimbingan sesuai metode yang
ditentukan.
c) Mempersiapkan kelengkapan bahan peralatan dan pasien
yang akan menjadi sumber pengalaman dilahan.
d) Mengikutkan peserta didik dalam kerja keperawatan.
e) Memotivasi minat dan semangat belajar untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik
f) Memfasilitasi peserta didik saat memberikan asuhan kepada
pasien.
g) Mengetahui pasien kelolaan peserta didik
h) Mengecek dokumentasi di status kelolaan peserta didik.
i) Memantau pelaksanaan praktek yang meliputi kemampuan,
ketaatan, serta memberikan teguran bila terjadi pelanggaran.
j) Mengarah dan membimbing peserta didik dalam rangka
pencapaian target kompetensi yang diharapkan.
k) Mengesahkan pencapaian target kompetensi peserta didik.

2) Pengorganisasian
Pengorganisasian mahasiswa PKK di ruang Wijayakusuma
Bawah sebagai berikut:
a) Penerimaan
b) Peserta didik diserahkan dari institusi, kepada Ruang
Wijayakusuma Bawah
(1) Orientasi
(a) Umum
Orientasi yang bersifat umum diberikan dalam satu
hari, yang meliputi orientasi tugas secara umum,
tujuan orientasi umum adalah agar peserta didik
memahami tentang PPI rumah sakit, struktur
organisasi, tata tertib dan sanksi peserta didik

113
PKK, sistem pelayanan keperawatan, penjelasan
tentang pelaksanaan PKK.
(b) Khusus
Orientasi yang bersifat khusus diberikan pada awal
pelaksanaan PKK di ruangan, yang meliputi :
i) Orientasi Ruang
Meliputi Struktur Organisasi Tata Kerja
(SOTK) instalasi, Struktur Organisasi Tata
Kerja (SOTK) ruang rawat, Tata tertib ruang
rawat dan Fasilitas ruang rawat
ii) Orientasi Tugas
Meliputi MPKP Ruang rawat, Standar asuhan
keperawatan 10 kasus terbesar di ruang rawat,
Fasilitas alat keperawatan dan Sistem
penugasan peserta didik.

3) Menetapkan pembimbing klinik


Divisi keperawatan dan penanggung jawab PKK segera
menyiapkan pembimbing PKK, sesuai kriteria yang telah
ditetapkan di masing-masing lahan praktek.
Institusi pendidikan wajib menjelaskan rencana
pelaksanaan PKK peserta didik (tujuan, kompetensi, penugasan,
dll) kepada pembimbing PKK yang dipakai sebagai lahan
praktek satu minggu sebelum pelaksanaan PKK. Waktu
penjelasan sesuai dengan kesepakatan pembimbing institusi
pendidikan dan pembimbing lahan. Proses bimbingan dilakukan
oleh pembimbing klinik. Pembimbing klinik adalah seorang
tenaga perawat profesional yang diberi wewenang dan tanggung
jawab membimbing secara langsung peserta didik.
4) Metode pembelajaran klinik
a) Kajian Teori

114
Menurut Nursalam (2012) metode pembelajaran klinik
ada beberapa macam yaitu :
(1) Eksperensial
Metode ini memberikan pengalaman yang
langsung dari kejadian, baik melalui praktik klinis yang
melibatkan interaksi dengan klien yang nyata dan orang
lain di lapangan atau melalui pengalaman yang seperti
kenyataan.
(2) Proses Insident
Insiden harus berasal dari pengalaman klinik yang
baru dialami oleh peserta didik. Insiden harus dapat
berorientasi pada klien, staf, ataupun lingkungan.
(3) Observasi : Field trip, ronde keperawatan, observasi
lapangan, emonstrasi.
Observasi terhadap pengalaman actual dilapangan
atau terhadap suatu perangan yang diperlukan untuk
belajar didapat melalui modeling.
(4) Bed-Side Teaching
Metode pembelajaran klinik yang berbeda
langsung disamping atau bersama dengan klien.
(5) Conference
Pertemuan atau konferensi kliik/ lapangan
merupakan bentuk diskusi kelompok mengenai
beberapa aspek praktik klinik/lapangan. Conference
meningkatkan pembelajaran pemecahan masalah yaitu
bahwa kelompok akan melakukan analisis kritis
terhadap masalah dan menerima umpan balik langsung
dari pengajar. Dalam satu Conference, kelompok
peserta didik semakin terbuka terhadap berbagai situasi
yang ada di lapangan, yang mungkin banyak
diantaranya bekum pernah dialami peserta didik.

115
(6) Metode Studi Asuhan Keperawatan (Nursing case
study).
Studi asuhan keperawatan merupakan suatu
kegiatan pemecahan masalah dimana peserta didik
melakukan pengkajian secara mendalam dan
menyeluruh mengenai masalah klinik yang mendasari
pada perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap
tindakan yang dilakukan.
b) Kajian Data
Dari hasil wawancara dengan pembimbing lahan
ataupun pembimbing klinik di RSUD Kardinah Tegal,
didapatkan bahwa metode pembelajaran disini
menggunakan dan Studi Asuhan Keperawatan dan Metode
Eksperensial. Pada awal, mahasiswa masuk ke ruangan,
pembimbing klinik akan melakukan orientasi ruangan dan
memberikan arahan serta kasus. Mahasiswa diberikan satu
kasus atau mahasiswa memilih sendiri kasus tersebut sesuai
kesepakatan. Mahasiswa diberikan tugas membuat laporan
pendahuluan sesuai kasus yang didapatkan dan asuhan
keperawatan dikelola selama minimal tiga hari.
Pembimbing klinik akan melakukan bimbingan setiap
minggunya sesuai kesepakatan kontrak dengan mahasiswa.
Pembimbing klinik mengevaluasi mahasiswa dengan
memberikan beberapa pertanyaan tentang pengetahuan dari
laporan pendahuluan yang telah dibuat dan mengklarifikasi
asuhan keperawatan kelolaan mahasiswa. Pembimbing
klinik akan memberikan penilaian responsi tugas sesuai
ketentuan dari pihak akademik. Sedangkan Metode
Eksperensial yang di maksudkan yaitu pembimbing klinik
atau CI melibatkan peserta didik untuk berinteraksi dengan

116
klien dan orang lain di lapangan, dan memberikan
pengalaman yang seperti kenyataan
c) Analisis
Pembimbing klinik di ruang RSUD Kardinah Tegal
sudah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
mahasiswa praktik yaitu mahasiswa diperbolehkan untuk
melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan apa yang
peserta didik diajarkan di kampus. Pembimbing klinik juga
membagikan kasus kepada setiap mahasiswa dan asuhan
keperawatan dikelola selama minimal 3 hari. Bimbingan
dilaksanakan setiap minggu 1 kali pertemuan, pembimbing
mengevaluasi tugas yang telah dibuat mahasiswa.
Pembimbing melakukan responsi kepada mahasiswa dan
memberikan nilai dengan format yang sudah ada dari pihak
akademik serta penilaian disesuaikan dengan kemampuan
mahasiswa menjawab pertanyaan dan ketepatan dalam
memberikan asuhan keperawatan.

117
BAB III

MASALAH DAN PERENCANAAN

A. ANALISIS DATA
Masalah yang dapat diidentifikasi dari hasil pengkajian di ruang Wijaya
Kusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal adalah sebagai berikut :
1. Unsur Input
a. Dalam bulan Desember - Februari ruang Wijaya Kusuma Bawah
memiliki distribusi pasien masuk sebanyak 168 pasien dengan rata-
rata perbulan 56 pasien
b. Dalam bulan Desember - Februari ruang Wijaya Kusuma Bawah
memiliki 10 diagnosa keperawatan dari yang terbesar pasien dengan
diagnosa katarak berjumlah 43 pasien ( 25,5 % )
c. Dalam bulan Desember - Februari ruang Wijaya Kusuma Bawah
memiliki mahasiswa yang sedang melakukan praktik klinik dari

118
STIKes Bhamada Slawi sebanyak 10 mahasiswa dan dari
Universitas Harapan Bangsa sebanyak 17 Mahasiswa
d. Ruang Wijaya Kusuma Bawah mengalami kekurangan jumlah
tenaga perawat berdasarkan penghitungan kebutuhan tenaga dengan
menurut metode gillies dalam nilai BOR
e. Ruang Wijaya Kusuma Bawah memiliki Standar Asuhan
Keperawatan namun masih ada kekurangan belum adanya SAK
untuk 10 penyakit sering muncul di ruang Wijaya Kusuma Bawah.
f. Ruang Wijaya Kusuma Bawah belum memiliki ruang isolasi
g. Ruang Wijaya Kusuma Bawah sudah memiliki SOP dalam tindakan
keperawatan, namun beberapa tindakan yang masih belum sesuai
dengan SOP

2. Unsur Proses
a. Dari hasil observasi dan wawancara yang telah kita lakukan kepada
kepala ruang Wijayakusuma Bawah didapatkan hasil penerapan
metode penugasan yang diterapkan menggunakan metode
fungsional. Dimana perawat melakukan tugasnya berdasarkan
kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing perawat.
b. Berdasarkan hasil observasi yang di lakukan selama 3 hari terhadap
perawat terkait sentralisasi obat di ruang Wijaya kusuma bawah hasil
yang didapatkan dengan presentase 90,1% atau dalam kategori baik
dalam pelaksanaanya
c. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terkait penerapan
komunikasi terapeutik di ruang Wijayakusuma Bawah didapatkan
hasil, komunikasi terapeutik dalam kategori kurang dengan
persentase 57,8%. Dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik
beberapa perawat kurang dalam memperkenalkan diri, memberikan

119
kesempatan klien untuk bertanya dan membuat kesepakatan klien
untuk melakukan tindakan selanjutnya
d. Dalam pelaksanaa patient safety di ruang Wijaya Kusuma Bawah
RSUD Kardinah didapatkan hasil 63,2% dengan kategori cukup
dalam hal ini sasaran ketepatan identifikasi pasien yang kadang tidak
dilakukan oleh bebrapa perawat seperti cuci tangan sebelum
tindakkan aseptik dan sebelum kontak dengan pasien.
e. Berdasarkan data observasi discharge planning di ruang
Wijayakusuma Bawah sebesar 68%, masuk dalam kategori cukup
baik. Dari hasil observasi form discharge planning sudah lengkap
terisi, perawat telah memberi penjelasan mengenai nama, dosis,
waktu minum obat yang dibawa ke ruang rawat berikutnya, namun
perawat tidak mengucapkan salam, dan perkenalan nama dan profesi
perawat sebelum melakukan discharge planning.
f. Pelaksanaan Standar Precaution di Ruang Wijayakusuma Bawah
tergolong baik yaitu dengan persentase 89%. Adapun beberapa item
yang belum dilaksanakan secara optimal oleh perawat adalah
mencuci tangan ketika akan kontak dengan klien atau sebelum
melakukan tindakan kepada klien.
g. Evaluasi pelaksanaan Pre Conference sebesar 75,7% dengan kriteria
baik dan juga Post Conference dengan kriteria baik dengan
persentase sebesar 87,5 %.
h. Pelaksanaan timbang terima di ruang Wijaya Kusuma bawah sudah
cukup baik menurut indikator SPO RSUD Kardinah Tegal dengan
presentasi 63,6%. Indikator kegiatan yang kurang optimal adalah
Sarana prasarana baik alat kesehatan maupun alat kedokteran
(jumlah, kondisi alat), Informasi lain contoh pengumuman-
pengumuman, kondisi bangunan misal bocor mengoperkan alat-alat
kedokteran atau alat kesehatan lain dan mengoperkan obat-obatan /
alat kesehatan yang tersedia

120
i. Berdasarkan kajian data yang diperoleh maka dapat dianalisis bahwa
ruang Wijayakusuma Bawah sudah sesuai prosedur dengan
mempunyai perencanaan jangka pendek, jangka menengah dan
jangka panjang dan melakukan koordinasi dengan unit pelayanan
terkait, salah satunya dengan melibatkan staf keperawatan dalam
perencanaan dan secara garis besar tidak ada masalah dengan sistem
perencanaan di ruangan.
j. Pelaksanaan tugas oleh kepala ruang keperawatan masuk dalam
kategori baik 79,3 %. Hampir seluruh tugas karu sudah
dilaksanakan, hanya saja ada beberapa tugas yang belum
dilaksanakan secara optimal yaitu mengenai memeriksa dan meneliti
pengisian formulir sensus di ruang rawat secara tepat dan benar.
k. Berdasarkan hasil observasi yang di lakukan dapat di simpulkan
bahwa pelaksanaan tugas oleh perawat primer masuk dalam kategori
baik 76,4 %. Hampir seluruh tugas perawat primer sudah
dilaksanakan, hanya saja ada beberapa tugas yang belum
dilaksanakan secara optimal.
l. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mengenai penggerakan
dan pelaksanaan di ruang Wijayakusuma Bawah kepala ruang
didapatkan bahwasanya tugas kepala ruang dalam kategori baik
sesuai dengan data yang didapat data hasil observasi terhadap
pelaksanaan tugas kepala ruang mendapatkan persentase sebesar
77,8% dalam indikator baik.
m. Berdasarkan hasil observasi di Wijayakusuma Bawah, secara
keseluruhan kegiatan pengawasan dalam penilaian tugas kepala
ruang sebagai pengawas, pengendali, dan penilaian di ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal diperoleh nilai 87,5%
dengan kategori baik.
3. Unsur Output
a. BOR diruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal selama
bulan Desember 2019- Februari 2020 di dapatkan rerata nilai BOR

121
sebesar 27,9 % dengan demikian pemakaian tempat tidur belum
efisien dengan standar nasional yaitu 65-85 %.
b. LOS atau lama rata-rata hari perawatan pasien di ruang Wijaya
Kusuma Bawah pada bulan Desember 2019 hingga Februari 2020
yaitu 3 hari menunjukkan perawatan belum sesuai dengan standar
nasional untuk RSUD yaitu 6-9 hari.
c. TOI atau rata-rata suatu tempat tidur kosong di ruang Wijaya
Kusuma Bawah bulan Desember 2019- Februari 2020 adalah 7,9
hari. Hal ini menunjukan hasil tidak sesuai dengan standar nasional
yaitu hari.
d. BTO atau frekuensi rata – rata pemakaian tempat tidur di ruang
Wijaya Kusuma Bawah bulan Desember 2019- Februari 2020 adalah
2,5 = 3 kali/bulan, jadi hasil rata-rata per bulan dikalikan total bulan
sama dengan 2,5 x 12 = 30 . Hal ini menunjukkan BTO belum sesuai
dengan standar nasional 40 –50 kali/ tahun.
e. Berdasarkan data pada tabel Evaluasi Instrumen A di Ruang Wijaya
Kusuma Bawah RSUD Kardina Tegal diatas didapatkkan hasil
bahwa nilai rata-rata pendokumentasian asuhan keperawatan di
Ruang Wijaya Kusuma Bawah masuk kategori baik, dengan nilai
presentase sebesar 90,6%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa proses
pendokumentasian tindakan keperawtan yang dilakukan perawat
sudah baik.
f. Dari hasil kuesioner terdapat 6 pasien yang sudah dirawat minimal 3
hari perawatan. Di dapatkan kesimpulan bahwa tingkat kepuasan
pasien terhadap mutu pelayanan ruang Wijaya Kusuma Bawah
sebesar 96,6% masuk dalam kategori baik.
g. Dari hasil wawancara dengan beberapa keluarga pasien didapatkan
data secara subjektif yang mengatakan bahwa keluarga pasien
merasa puas dengan pelayanan dan tindakan keperawatan yang
dilakukan oleh beberapa perawat di ruang Wijaya Kusuma Bawah.

122
Apabila mutu pelayanan perawat semakin baik maka akan terjadi
peningkatan kepuasan pasien.
h. Sedangkan hasil kuesioner dari 6 responden menunjukkan bahwa
kepuasan perawat terhadap mutu pelayanan ruang Wijaya Kusuma
Bawah dalam kategori Tidak baik dengan nilai 33,3%.
i. Berdasarkan tabel observasi tindakan keperawatan di ruang Wijaya
Kusuma Bawah dengan ketentuan yaitu perawatan luka sebesar
87,2% Item yang masih rendah adalah belum memasang perlak dan
memberikan kesempatan pasien untuk bertanya. Dari tabel di atas
terdapat hasil persentase Pemasangan Infus sebesar 84% (baik), Dari
hasil evaluasi pemberian injeksi lewat vena sebesar 81,8%.
Pengalaman, kemampuan dan pengetahuan perawat serta sikap yang
patuh pada SOP merupakan point utama tercapainya tindakan
keperawatan professional.

B. Analisa SWOT
1. Variabel S, W, O, dan T
Tabel 3.1 Analisis SWOT Ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD
Kardinah Tegal

No Variabel Dimensi
1. STRENGHT a. Alat keperawatan di ruang Wijaya Kusuma Bawah
sudah cukup memadai dan secara keseluruhan dalam
kondisi baik.
b. Sebagian besar perawat sudah memiliki sertifikat
pelatihan untuk perawatan intensif.
c. Adanya SAK dan SOP sebagai panduan asuhan
keperawatan dan tindakan keperawatan.
d. Sentralisasi obat berada di ruang di ruang Wijaya
Kusuma Bawah sudah dalam kategori baik
e. Sudah dilaksanakannya pre conference dan post
conference dengan baik yaitu sebesar 75,7 % dan

123
No Variabel Dimensi
87,5 %.
f. Pelaksanaan Standar Precaution di Ruang
Wijayakusuma Bawah tergolong baik yaitu dengan
persentase 89%.
g. Pelaksanaan tugas oleh kepala ruang keperawatan
masuk dalam kategori baik 79,3 %. Hampir seluruh
tugas karu sudah dilaksanakan
h. kegiatan pengawasan dalam penilaian tugas kepala
ruang sebagai pengawas, pengendali, dan penilaian di
ruang Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
diperoleh nilai 87,5% dengan kategori baik
2. WEAKNESSES a. Ruang Wijaya Kusuma bawah gabung dengan ruang
Mawar 2 dalam satu ruangan
b. Belum lengkap tempat pemberian oksigen setiap bed
c. Belum adanya ruang isolasi
d. Beberapa perawat masih menggunakan aksesoris
seperti jam tangan, gelang dan cincin.
e. Belum adanya papan laporan BOR, LOS, TOI, BTO
di ruang Wijaya Kusuma Bawah
f. belum adanya SAK dalam 10 besar kasus penyakit
yang ada di ruang Wijaya Kusuma Bawah
g. Komunikasi terapeutik di ruang Wijayakusuma Bawah
didapatkan hasil, komunikasi terapeutik dalam
kategori kurang dengan persentase 57,8%.
h. Ruang Wijaya Kusuma Bawah mengalami kekurangan
jumlah tenaga perawat berdasarkan penghitungan
kebutuhan tenaga dengan menurut metode gillies
dalam nilai BOR
3. OPPORTUNIT a. Pendanaan RSUD Kardinah Tegal didukung oleh
Y pemerintah kota
b. RSUD Kardinah Tegal berada di lokasi yang strategis.
c. Adanya program pemerintah (BPJS)
d. RSUD Kardinah Tegal merupakan rumah sakit
rujukan.
e. RSUD Kardinah Tegal merupakan rumah sakit
pendidikan.
4. THREAT a. Adanya kesadaran masyarakat untuk memilih fasilitas
sarana prasarana yang lebih memadai.
b. Adanya persaingan antar rumah sakit yang
mengedepankan pelayanan prima bagi masyarakat.
c. Tingginya keinginan masyarakat akan kenyamanan
pelayanan dan ruangan yang baik.
d. Kesadaran masyarakat untuk berfikir kritis terhadap
pelayanan yang didapatkan.
e. Semakin banyak rumah sakit swasta dan klinik di

124
No Variabel Dimensi
daerah Tegal.

2. Matriks Internal Eksternal


Tabel 3.1 Analisis SWOT Ruang Wijaya Kusuma Bawah

125
No Bobot Rating
Variabel BXR Skor
. (B) (R)
1.
STRENGTH
S-W
a. Alat keperawatan di ruang Wijaya
0,15 5 0,75 =(4,249-
Kusuma Bawah sudah cukup
1,837) =
memadai dan secara keseluruhan
2,412
dalam kondisi baik.
b. Sebagian besar perawat sudah
0,095 3 0,285
memiliki sertifikat pelatihan untuk
perawatan intensif.
c. Adanya SAK dan SOP sebagai
0,115 4 0,46
panduan asuhan keperawatan dan
tindakan keperawatan.
d. Sentralisasi obat berada di ruang
0,143 5 0,715
di ruang Wijaya Kusuma Bawah
sudah dalam kategori baik
e. Sudah dilaksanakannya pre
conference dan post conference
0,12 4 0,48
dengan baik yaitu sebesar 75,7 %
dan 87,5 %.
f. Pelaksanaan Standar Precaution
di Ruang Wijayakusuma Bawah
0,128 4 0,512
tergolong baik yaitu dengan
persentase 89%.
g. Pelaksanaan tugas oleh kepala
ruang keperawatan masuk dalam
kategori baik 79,3 %. Hampir
0,099 3 0,297
seluruh tugas karu sudah
dilaksanakan
h. kegiatan pengawasan dalam
penilaian tugas kepala ruang
sebagai pengawas, pengendali,
0,15 5 0,75
dan penilaian di ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD
Kardinah Tegal diperoleh nilai
87,5% dengan kategori baik
JUMLAH 1 33 4.249
2. WEAKNESSES
a. Ruang Wijaya Kusuma bawah
gabung dengan ruang Mawar 2
dalam satu ruangan
b. Belum adanya tempat pemberian 0,12 2 0,24
oksigen setiap bed
c. Belum adanya ruang isolasi
d. Beberapa perawat masih 0,125 2 0,25

126
No Bobot Rating
Variabel BXR Skor
. (B) (R)

0,098 3 0,294
menggunakan aksesoris seperti 0,099 3 0,297
jam tangan, gelang dan cincin.
e. Belum adanya papan laporan
BOR, LOS, TOI, BTO di ruang 0,099 3 0,297
Wijaya Kusuma Bawah
f. belum adanya SAK dalam 10
besar kasus penyakit yang ada di 0,153 1 0,153
ruang Wijaya Kusuma Bawah
g. Komunikasi terapeutik di ruang
Wijayakusuma Bawah didapatkan 0,153 1 0,153
hasil, komunikasi terapeutik dalam
kategori kurang dengan persentase
57,8%.
h. Ruang Wijaya Kusuma Bawah
mengalami kekurangan jumlah 0,153 1 0,153
tenaga perawat berdasarkan
penghitungan kebutuhan tenaga
dengan menurut metode gillies
dalam nilai BOR

JUMLAH 1 17 1,837
3. O-T
OPPORTUNITY = (4,36-
a. Pendanaan RSUD Kardinah Tegal 0,25 5 1,25 2,04)
didukung oleh pemerintah kota =2,32
b. RSUD Kardinah Tegal berada di 0,17 4 0,68
lokasi yang strategis.
c. Adanya program pemerintah 0,25 5 1,25
(BPJS)
d. RSUD Kardinah Tegal merupakan 0,19 4 0,76
rumah sakit rujukan.
e. RSUD Kardinah Tegal merupakan 0,14 3 0,42
rumah sakit pendidikan.

JUMLAH 1 21 4,36
4. THREAT
a. Adanya kesadaran masyarakat
untuk memilih fasilitas sarana 0,12 4 0,48
prasarana yang lebih memadai.
b. Adanya persaingan antar rumah 0,17 3 0,51
sakit yang mengedepankan

127
No Bobot Rating
Variabel BXR Skor
. (B) (R)
pelayanan prima bagi masyarakat.
c. Tingginya keinginan masyarakat
0,17 3 0,51
akan kenyamanan pelayanan dan
ruangan yang baik.
d. Makin tingginya kesadaran
masyarakat untuk berfikir kritis
0,27 1 0,27
terhadap pelayanan yang
didapatkan.
e. Semakin banyak rumah sakit
0,27 1 0,27
swasta dan klinik di daerah Tegal.
JUMLAH 1 9 2,04

128
Diagram Cartecius
S-W = 4,249-1,8377 = 2,412
O-T = 4,36-2,04 = 2,32

(2,412)

(2,32
)

129
C. Perencanaan Dan POA
1. Analisa Data
Tabel 3.3 Analisa Perencanaan dan POA Ruang Wijaya Kusuma
Bawah Tahun 2020
N Data Fokus Masalah
O
1. Hasil observasi diruangan Wijaya Belum adanya ruangan
Kusuma Bawah didaptakan isolasi
ketidakadanya ruangan isolasi yang
suatu saat tiba tiba sangat dibutuhkan
2. Hasil observasi diruangan pasien, Belum adanya informasi
didapatkan ketidakadanya informasi seputar penyakit yang ada di
seputar penyakit yang ada diruangan Ruang Wijaya Kusuma
Wijaya Kusuma Bawah Bawah
3. Hasil observasi didaptkan ketika Ketidakpatuhan perawat
perawat melakukan tidakan ke pasien, terhadap 5 momen cuci
sebagian perawatan kurang tangan
memperhatikan 5 momen cuci tangan.
4. Hasil observasi diruangan Wijaya Kurangnya edukasi tentang
Kusuma Bawah didaptkan kurangnya pentingnya menggunakan
edukasi kepada keluarga pasien maupun alas kaki selama berada di
pengunjung terhadap pentingnya ruangan maupun luar
menggunakan alas kaki selama berada di ruangan Wijaya Kusuma
ruangan mapaun luar ruangan. Bawah

130
TABEL 3.4 Prioritas Masalah Ruang Wijaya Kusuma Bawah
No Masalah V M1 M2 M3 M4 M5 TOTAL
1. Hasil Menghindari Berkoordinasi Memberikan Menekankan Memantau Perawat
observasi terjadinya dengan kepala ruang edukasi . kedisiplinan 5 kedisplinan menerapkan 5
didaptkan penyebaran untuk momen cuci perawat terhadap momen cuci
ketika bakteri atau virus menginformasikan tangan. 5 momen cuci tangan dengan
kepada tenaga kerja tangan. disiplin.
perawat
yaitu perawat
melakukan tentang kedisiplinan
tidakan ke dalam
pasien, mengaplikasikan 5
sebagian momen cuci tangan
perawatan
kurang
memperhatik
an 5 momen
cuci tangan
2. Hasil Menghindari Berkoordinasi Memberikan Menekankan Memantau Keluarga
observasi adanya penularan dengan kepala ruang edukasi . kedisiplinan kedisplinan pasien dan
diruangan virus maupun untuk memberikan dalam keluarga mapaun pengunjung
Wijaya bakteri edukasi kepada menggunakan pengunjung menggunakan
keluarga pasien alas kaki selama terhadap alas kaki
Kusuma
maupun pengunjung berada di rumah kedisiplinan selama berada
Bawah pasien akan sakit menggunakan dilingkungan
didaptkan pentingnya alas kaki selama ruangan pasien
kurangnya menggunakan alas berada di ruangan
edukasi kaki selama berda pasien maupun
kepada diruangan pasien diluar ruangan
keluarga maupun luar pasien.
pasien ruangan.

131
No Masalah V M1 M2 M3 M4 M5 TOTAL
maupun
pengunjung
terhadap
pentingnya
menggunaka
n alas kaki
selama
berada di
ruangan
mapaun luar
ruangan.
3. Hasil Mengantisipasi Berkoordinasi Membuat Membuat denah Memasang papan Terpasangnya
observasi akan adanya dengan kepala ruang konsep ruangan ruangan isolasi denah bentuk papan laporan
diruangan pasien yang untuk mengajukan rungan isolasi bentuk denah
Wijaya berisiko pembuatan rungan ruang isolasi
menularkan khusus pasien isolasi
Kusuma
penyakit
Bawah
didaptakan
ketidakadany
a ruangan
isolasi yang
suatu saat
tiba tiba
sangat
dibutuhkan
4. Hasil Meningkatkan Berkoordinasi Menyusun Mencetak Menyiapkan Pasien,
observasi pengetahuan dengan kepala ruang informasi informasi informasi keluarga

132
No Masalah V M1 M2 M3 M4 M5 TOTAL
diruangan pasien, keluarga untuk membuat seputar penyakit seputar penyakit diruangan pasien pasien maupun
pasien, pasien maupun tempat penarohan seputar penyakit pengunjung
didapatkan pengunjung lembar informasi pasien dapat
ketidakadany pasien akan seputar penyakit dengan mudah
penyakit mendaptkan
a informasi
informasi
seputar seputar
penyakit penyakit
yang ada
diruangan
Wijaya
Kusuma
Bawah

Keterangan : 1 : Rendah sekali


V : Visi 2 : Rendah
M1 : Misi 1 3 : Sedang
M2 : Misi 2 4 : Tinggi
M3 : Misi 3 5 : Tinggi Sekali
M4 : Misi 4
M5 : Misi 5

133
2. Prioritas Masalah
a. Kurang tingkat kedisiplinan tenaga perawat akan pentingnya 5 momen
cuci tangan.
b. Kurangnya edukasi kepada keluarga pasien maupun pengunjung pasien
akan pentingnya menggunakan alas kaki selama berada diruangan pasien
maupun diluar rungan pasien
c. Belumadanya ruangan isolasi
d. Tidakadanya informasi diruangan pasien seputar penyakit

134
135

Anda mungkin juga menyukai