LAPORAN PENDAHULUAN
VENTILATOR
LUTFIA MARTVIANA
1606826426
Paru-paru mempunyai apeks yang tumpul, menjorok ke atas dan masuk ke leher sekitar 2,5
cm di atas klavikula. Paru-paru kanan sedikit lebih besar dari paru-paru kiri dan dibagi oleh
fisura oblikua dan fisura horisontalis menjadi 3 lobus yaitu lobus superior, medius dan
inferior [ CITATION Mar12 \l 1057 ]. Sedangkan paru-paru kiri dibagi oleh fisura oblikua
menjadi 2 lobus yaitu lobus superior dan inferior.
Sumber: Martini, Nath, & Bartholomew (2012)
Di dalam paru-paru, terdapat alveolus dimana fungsi alveolus adalah sebagai kantong
udara terminal yang berhubungan erat dengan jejaring kaya pembuluh darah. Ukurannya
bervariasi, tergantung lokasi anatomisnya, semakin negatif tekanan intrapleura di apeks,
ukuran alveolus akan semakin besar [ CITATION She11 \l 1057 ]. Ada dua tipe sel epitel
alveolus. Tipe I berukuran besar, datar dan berbentuk skuamosa, bertanggungjawab untuk
pertukaran udara. Sedangkan tipe II, yaitu pneumosit granular, tidak ikut serta dalam
pertukaran udara. Sel-sel tipe II inilah yang memproduksi surfaktan, yang melapisi
alveolus dan memcegah kolapnya alveolus. Sirkulasi pulmonal memiliki aliran yang
tinggi dengan tekanan yang rendah (kira-kira 50 mmHg).
Selama pernapasan spontan normal, tekanan intratoraks adalah negatif sepanjang siklus
pernapasan. Tekanan intrapleural berkisar dari -5cmH 2O sampai dengan -8cmH2O.
Tekanan alveolar berfluktuasi dari +1 cmH 2O selama pernafasan sampai −1 cmH 2O
selama penghirupan. Penurunan tekanan intrapleural selama penghirupan memfasilitasi
inflasi paru-paru dan aliran balik vena. Terdapat tekanan transpulmonar yang secara
normal saat inspirasi adalah sekitar 30 cmH 2O, sedangkan terdapat batasan tekanan
transalveolar (juga disebut stress alveolar) yang harus harus dibatasi hingga 20 cmH 2O
selama tekanan positif ventilasi.
b. Ventilator
Ventilator untuk perawatan akut dewasa menggunakan tekanan positif yang diterapkan
pada bukaan jalan napas untuk mengembangkan paru-paru. Selain itu, ventilator
merupakan alat bantu napas yang berfungsi untuk mempertahankan pertukaran gas atau
ventilasi (Chang, 2014). Penggunaan ventilasi mekanik dapat dalam jangka waktu pendek
atau jangka waktu panjang dan pada layanan kesehatan akut hingga sebagai perawatan
penunjang di rumah. Perbedaan antara pernapasan normal dengan ventilator adalah pada
pernapasan normal udara masuk ke paru karena tekanan di dalam paru lebih rendah
daripada tekanan di atmosfir sehingga udara secara pasif masuk ke dalam paru-paru,
sementara pada ventilator udara dimasukkan secara paksa oleh mesin ventilator sesuai
dengan jumlah yang diinginkan yang dapat berupa besarnya tekanan, volume, atau jumlah
frekuensi napas[ CITATION Sme10 \l 1057 ].
c. Indikasi
Menurut Chang (2014), terdapat beberapa indikasi penggunaan ventilator yaitu:
1. Gangguan ventilasi
Disfungsi otot pernapasan
Penyakit neuromuscular seperti miestania gravis dan polymelitis
Sumbatan jalan napas
Gangguan kendali napas
Gagal napas akut disertai asidosis respiratorik
2. Gangguan oksigen
Hipoksemia yang telah dapat terapi oksigen maksimal namun tidak ada
perbaikan.
3. Secara fisiologis memenuhi kriteria
RR > 35x/menit
Tidal volume <5ml/kgBB
Kapasitas vital <10ml/kg/BB
Tekanan inspirasi maksimal <25 cm H2O
PO2 <60 mmHg dengan FiO2 21%
PO2 <70 mmHg dengan FiO2 40%
PO2<100 mmHg dengan FiO2 100%
PaCO2 > 55 mmHg
Minute volume (MV) <3 liter/menit atau >20 liter per menit
Penggunaan otot tambahan pernapasan
4. Indikasi lain
Pemberian sedasi berat
Menurunkan kebutuhan oksigen baik secara sistematik atau miokard
Menurunkan TIK dan mencegah TIK
d. Komplikasi
Meskipun tekanan positif dapat menguntungkan bagi ventilasi mekanik, tekanan postif
juga berpeluang dapat menyebabkan efek samping yang merugikan [ CITATION Dea19 \l
14345 ].
- Cedera Paru Akibat Ventilator. Overdistensi dapat menyebabkan cedera paru akut
yang disebabkan dari perbedaan tekanan intra-alveolar dan tekanan intrapleural.
Peak alveolar (end-inspiratory plateau pressure) harus serendah mungkin, bahkan
ada beberapa pihak yang menyarankan bahwa Plat pressure (Pplat) tidak boleh
melebihi 30cmH2O. Tetapi, karena adanya mekanik dinding dada, maka Pplat harus
dipertahankan kurang dari 28 cmH2O untuk menjauhkan dari stress dan ketegangan.
Overdistensi sebaikany diminimalkan dengan membatasi volume tidak menjadi 4 – 8
ml/kgBB, driving pressure (Pplay-PEEP) kurang dari 15 cmH2O dan tekanan distensi
alveolar (stress) kurang dari 20 cmH2O.
e. Mode Ventilator
Mode ventilator terbagi menjadi 3 target utama, yaitu target volume, target tekanan, dan
target gabungan antara volume dan tekanan [ CITATION Bla09 \l 1057 ]. Berdasarkan
bantuan yang diberikan, ventilator dibagi menjadi 2 yakni bantuan sepenuhnya atau kontrol
dan bantuan sebagian. Pemilihan mode ventilator tidak mutlak harus menggunakan mode
volume atau mode tekanan, melainkan perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini dalam
menentukan terapi ventilator bagi pasien:
- Kenyamanan pasien (work of breathing tidak meningkat).
- Apakah kebutuhan tidal volume atau minute volume terpenuhi.
- Apakah dengan mode volume yang diberikan peak inspiratory pressure (PIP) berada
dalam batas aman.
- Apakah dengan mode tekanan yang diberikan tidal volume atau minute volume berada
dalam batas aman.
- Apakah frekuensi napas klien berada pada batas normal.
- Apakah saturasi oksigen dan AGD klien mengalami perbaikan.
- Apakah kebutuhan respirasi klien dapat terpenuhi dengan mode bantuan sebagian atau
harus dengan mode bantuan penuh.
f. Pengaturan Ventilator
Menurut Chang (2014), terdapat beberapa pengaturan yang perlu diatur pada ventilator
yaitu:
- FiO2, merupakan konsentrasi oksigen pada udara yang terhirup. FiO2 dapat diset dari
0,21 sampai 1,0 (100%).
- Volume tidal, merupakan jumlah volume udara baik yang diinhalasi dan diekshalasi
selama bernapas. Volume tidal umumnya diset antara 8-12 ml/kgBB, namun dapat
diset lebih rendah (misalnya 6 ml/kgBB) untuk mencegah overdistensi paru dan injuri.
- Respiratory rate, merupakan jumlah napas dalam 1 menit yang dikirimkan oleh
ventilator. RR umumnya diset antara 10-20x/menit. Jika pasien membuat usaha napas
spontan, RR akan meningkat.
- Minute ventilation, merupakan rata-rata volume udara yang masuk atau keluar dari
paru-paru per menit. MV merupakan hasil kali antara VT dan RR. MV yang normal
adalah antara 5-10 liter/menit.
- Peak flow rate atau peak insiparoty rate, merupakan aliran atau kecepatan tertinggi
yang diatur untuk mengirimkan volume tidal selama inspirasi, biasanya diukur dalam
satuan liter/menit. Saat flow rate diset lebih tinggi maka kecepatan pengiriman gas
menjadi lebih cepat dan waktu inspirasi menjadi lebih pendek.
- Rasio inspirasi dan ekspirasi. Pengaturan waktu inspirasi yang lebih singkat
menghasilkan aliran udara inspirasi yang lebih cepat. Rata-rata rasio I:E dewasa adalah
1:2 atau 2:3.
- Peak airway pressure (Paw), merupakan tekanan total yang dibutuhkan untuk
mengirimkan volume tidal dan bergantung pada resistensi jalan napas, komplain paru,
dan faktor dinding dada. Satuan Paw adalah cmH2O.
- Sensitivity atau trigger, merupakan upaya atau tekanan negatif yang dikeluarkan
seseorang untuk memicu mesin ventilator. Umumnya diset dari usaha minimal (-1
sampai -2 cmH2O) untuk memicu mesin ventilator.
- Positive end-expiratory pressure (PEEP), merupakan jumlah tekanan positif yang
dipertahankan pada akhir ekspirasi. Tujuan PEEP adalah untuk meningkatkan volume
eskpirasi akhir paru-paru.
- Continous positive airway pressure (CPAP), merupakan tekanan udara kontinu sirkuit
pernapasan ketika pasien bernapas spontan. CPAP dapat digunakan sebagai langkah
terakhir pada proses penyapihan atau sebagai metode non invasif yang menyediakan
udara di jalan napas atas obstructive sleep apnea.
- Mandatory breath, merupakan napas yang waktu atau jumlahnya dikontrol oleh
ventilator.
g. Penyapihan Ventilator
Penyapihan adalah proses untuk melepaskan bantuan ventilasi mekanik yang dilakukan
secara bertahap (McConville & Kress, 2012). Adapun syarat-syarat penyapihan yaitu:
a. Proses penyakit yang menyebabkan pemasangan ventilator sudah dapat
dikurangi atau diatasi.
b. Pasien dalam keadaan sadar.
c. Hemodinamika stabil dan normal.
d. Pada pemberian PEEP tidak lebih dari 5 cm H2O atau pada FiO2 50% dapat
mempertahankan PaO2 ≥60mmHg.
e. PaCO2<45mmHg.
f. Volume tidal 10-15cc/KgBB.
g. Kapasitas vital paru > 10cc/Kg/BB atau 2 kali lebih besar dari volume tidal.
h. Volume semenit < 10 L/menit.
i. Tekanan maksimum inspirasi <20 H2O.
j. Laju pernapasan kurang dari 25 kali/menit.
h. Metode Penyapihan
Menurut Smeltzer (2010), terdapat metode penyapihan yang dipaparkan sebagai berikut:
- Metode T.Piece
Teknik penyapihan dengan menggunakan suatu alat yang bentuknya seperti huruf
T. pemberian oksigen harus lebih tinggi 10% dari oksigen saat penggunaan
ventilator. Pasien dinyatakan siap diekstubasi jika penggunaan T.Piece lebih
banyak dari penggunaan ventilator. Keuntungannya adalah proses penyapihan
lebih cepat
- Metode SIMV
Metode dengan cara mengurangi bantuan ventilasi dengan cara mengurangi
frekuensi pernapasan yang diberikan oleh mesin. Dengan menggunakan metode
ini pasien dapat melatih otot-otot pernapasan, lebih aman dan pasien tidak
merasakan ketakutan.
- Metode PSV
Dengan cara mengurangi jumlah tekanan yang diberikan ventilator
i. Prosedur Penyapihan
Menurut Smeltzer (2010), terdapat prosedur penyapihan yang dipaparkan sebagai berikut:
- Memberitahukan pasien tentang rencana weaning, cara, perasaan tak enak pada awal
weaning. Lakukan support mental pada pasien terutama yang sudah menggunakan
ventilator dalam waktu lama.
- Melakukan pada pagi hari atau siang hari dimana masih banyak staff ICU dan kondisi
pasien stabil.
- Melakukan monitoring keluhan subjektif, nadi, RR, irama jantung, kerja nafas, dan
saturasi O2.
- Melakukan dokumentasi yang meliputi teknik weaning, respon pasien, dan lamanya
penyapihan
II. Rencana Asuhan Keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
RASIONAL
KEPERAWATAN EVALUASI KEPERAWATAN
Bersihan jalan nafas tidak efektif Tujuan : 1. Kaji kepatenan jalan nafas Obstruksi dapat disebabkan
b.d. ketidakmampuan untuk Setelah diberikan intervensi oleh akumulasi secret,
batuk dan terpasangnya alat di keperawatan 3x24 jam, perlengketan mukosa,
trakea bersihan jalan nafas menjadi perdarahan, spasme bronkus,
efektif atau masalah posisi selang
Data : endotrakeal
berubahnya frekuensi Kriteria Evaluasi :
dan kedalaman Tanda-tanda vital 2. Evaluasi pergerakan dada Gerakan dada simetris dengan
pernafasan normal dan auskultasi bunyi nafas bunyi nafas melalui area paru
bunyi nafas tidak normal Suara napas vesikuler, menunjukan letak selang
sianosis (+) tidak ada ronchi tepat / tak menutup jalan
Tidak ada retraksi nafas. Obstruksi jalan nafas
dinding dada bawah menghasilkan
Tidak ada sianosis perubahan pada bunyi nafas
Akral hangat
3. Awasi letak selang Selang endotrakeal dapat
endotrakeal masuk ke bronkus kanan,
sehingga menghambat aliran
udara ke kiri dank lien
berisiko mengalami tension
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
RASIONAL
KEPERAWATAN EVALUASI KEPERAWATAN
pneumotoraks
9. Kolaborasikan pemberian
bronkodilator dan aerosol Meningkatkan ventilasi dan
sesuai indikasi, contoh membuang sekret
aminofilin, metaproterenol
sulfat, bronkosol.
Pola nafas tidak efektif : Tujuan : 1. Kaji etiologi gagal nafas Pemahaman penyebab gagal
ketidakmampuan untuk bernafas Setelah diberikan intervensi nafas memberi dasar untuk
secara spontan b.d penurunan keperawatan 3x24 jam, pemilihan intervensi yang
ekspansi paru pasien akan memiliki pola tepat bagi klien
nafas yang efektif
Data : Klien dengan ventilator dapat
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
RASIONAL
KEPERAWATAN EVALUASI KEPERAWATAN
TV Kriteria Evaluasi : 2. Observasi pola nafas. mengalami hiperventilasi /
RR Tidak ada Catat RR, jarak antara hipoventilasi, dispnea, dan
Takipnea / bradipnea bila penggunaan otot pernafasan spontan nafas cepat sebagai
dilepaskan dari ventilator bantu pernapasan dengan ventilator kompensasi
PaCO2 Tidak ada sianosis
atau hipoksia Pernafasan sangat bergantung
AGD dalam rentang 3. Hitung pernafasan klien pada masalah yang
normal selama 1 menit penuh dan memerlukan bantuan
Tidak ada takipnea bandingkan untuk ventilator, contoh klien
menyusun frekuensi di mungkin secara total
ventilator bergantung pada ventilator
atau mampu bernafas sendiri
diantara nafas yang diberikan
oleh ventilator
Meningkatkan kewaspadaan
5. Periksa fungsi alarm terhadap perubahan kondisi
ventilator. Jangan matikan klien dan kepatenan alat yang
alarm digunakan
Menyediakan ventilasi
6. Sediakan alat resusitasi adekuat bila ada masalah pada
dan ventilasi manual alat yang menuntut klien
disamping tempat tidur sementara dilepas dari
klien ventilator