Anda di halaman 1dari 115

Asuhan Keperawatan Pada Keganasan Sistem Reproduksi

Perempuan
Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas

Keperawatan maternitas III

Oleh Kelompok 13 :

Riski Novita 1711311020

Miftah Huljannah 1711312040

Silvia Zuela 1711313030

Dosen Pengampu :

Ns. Yanti Puspita Sari, M.Kep.

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb


Puji dan syukur Tim Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang
telah dilimpahkan kepada Tim Penulis sehingga Tim Penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Keganasan Sistem Reproduksi Perempuan” yang merupakan
salah satu tugas Mata kuliah Keperawatan Maternitas III. Tak lupa Shalawat dan salam semoga
tetap tercurah pada Nabi junjungan kita Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat dan
seluruh umatnya.
Dalam menyelesaikan makalah ini, Tim Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Ns. Yanti Puspita Sari, M. Kep selaku Dosen mata kuliah Keperawatan Maternitas
yang telah memberikan tugas mengenai “Asuhan Keperawatan Pada Keganasan Sistem
Reproduksi Perempuan” ini sehingga pengetahuan Tim Penulis dalam penulisan makalah
ini makin bertambah dan hal itu sangat bermanfaat bagi penyusunan skripsi kami di
kemudian hari.

2. Pihak-pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang telah turut membantu
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dalam waktu yang tepat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, namun
demikian telah memberikan manfaat bagi Tim Penulis. Akhir kata Tim Penulis berharap makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang bersifat membangun akan Tim Penulis
terima dengan senang hati.

Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb

Padang, 6 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii


DAFTAR ISI…. ............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................. 1
1.4 Manfaat………………………………………………………………. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Neoplasma Maligna............................................................................. 3
2.2 Kanker Endometrium ......................................................................... 12
2.3 Kanker Ovarium .................................................................................. 28
2.4 Kanker Serviks .................................................................................... 47
2.5 Kanker Vulva ..................................................................................... 64
2.6 Kanker Serviks ................................................................................... 83
2.7 Kanker Tuba Falopi ............................................................................ 96
2.8 Analisis Jurnal .................................................................................... 108

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan..................................................................................... 111
3.2 Saran ............................................................................................. 111

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... . 112

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

System reproduksi adalah organ-organ yang berhubungam demgam seksualitas.


System reproduksi manusia akan mulai berfungsi ketika seseorang mencapai kedewasaan
(pubertas) atau masa akil baligh. System reproduksi pada manusia dapat mengalami gangguan,
baik disebabkan oleh kelinan atau penyakit. Salah satunya adalah kanker. Wanita merupakan
jenis manusia yang rentan terkena penyakit kanker reproduksi.

Kanker atau keganasan adalah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan dan
penyebaran jaringan secara abnormal. Penyakt ini disebabkan oleh kondisi fisim yang tidak
normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat menyerang berbagai jaringan termasuk
organ reproduksi pada wanita seperti kanker endometrium, kanker serviks, kanker vulva,
kanker ovarium, kanker vagina dan kanker tuba falopi.

Dengan berbagai penyakit keganasan pada orga reproduksi wanita, perlu


dilakukannya penatalaksanaan yang baik, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
penderita. Termasuk asuhan keperawatan yang baik.

1.2 Rumusan masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan tadi, makalah ini akan membahas tentang
asuhan keperawatan pada berbagai keganasan/kanker pada reproduksi wanita. Yaitu, kanker
endometrium, kanker serviks, kanker vulva, kanker ovarium, kanker vagina dan kanker tuba
falopi.

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit kanker endometrium, kanker


serviks, kanker vulva, kanker ovarium, kanker vagina dan kanker tuba falopi.

1
1.4 Manfaat penulisan

Bagi Pendidikan Keperawatan

Untuk menambah wawasan dan sebagai bahan referensi dalam bidang keperawatan
khususnya tentang asuhan keperawatan pada penyakit kanker pada reproduksi wanita.

Bagi Perawat

Menjadi masukan bagi perawat untuk memberikan asuhan keperawatan yang


professional kepada pasien.

Bagi Masyarakat

Mendapat informasi serta penanganan yang baik dari asuhan keperawatan kanker pada
penyakit reproduksi pada wanita

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Neoplasma Maligna (Kanker)

2.1.1 Definisi Neoplasma Maligna (Kanker)

Neoplasma secara harfiah berarti “pertumbuhan baru”. Neoplasma, adalah massa


abnormal jaringan yang pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinasi dengan
pertumbuhan jaringan normal serta terus demikian walaupun rangsangan yang memicu
perubahan itu telah berhenti. Dalam istilah kedokteran, neoplasma dikenal sebagai tumor dan
dikatakan jinak (benigna) apabila gambaran mikros dan makrosnya mengisyaratkan bahwa
tumor tersebut akan tetap terlokalisasi, tidak dapat menyebar ke tempat lain, dan pada
umumnya dapat dikeluarkan dengan tindakan bedah lokal dan pasien umumnya selamat. Tumor
ganas (maligna) secara kolektif disebut kanker. Ganas, bila diterapkan pada neoplasma,
menunjukkan bahwa lesi dapat menyerbu dan merusak struktur di dekatnya dan menyebar ke
tempat yang jauh (metastasis) serta menyebabkan kematian (Cotran, Kumar dan Robbins,
2007).
Kanker atau tumor ganas terjadi akibat adanya pertumbuhan sel- sel jaringan tubuh yang
tidak normal, disebabkan neoplasia, displasia, dan hiperplasia. Neoplasia adalah kondisi sel
yang terdapat pada jaringan berproliferasi secara tidak normal dan invasif, dysplasia yaitu
kondisi sel yang tidak berkembang normal dengan indikasi adanya perubahan pada nucleus(inti
sel), hyperplasia merupakan kondisi sel normal pada jaringan mengalami pertumbuhan
berlebihan (Ariani, 2015).
Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang
tidak normal, berkembang dengan cepat, tidak terkendal dan terus membelah diri (Indah, 2010).
Kanker adalah penyakit yang dapat menyerang dan muncul akibat pertumbuhan tidak normal
dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker dalam perkembangannya (Lubis,
2009).

2.1.2Etiologi

3
a. Lingkungan, sosial

b. Fisik: radiasi, perlukaan/ lecet

c. Kimia: makanan, industri, farmasi, rokok

d. Genetik: payudara, uterus

e. Virus: umumnya pada binatang (Padila, 2013).

Penyebab kanker yaitu tubuh yang sehat tidak mampu mempertahankan diri terhadap
kanker, ini terjadi karena interaksi kompleks antara pajanan karsinogen dan mutasi yang
sudah menumpuk dalam beberapa gen yang disebut onkogen, sehingga mengaktifkan
pembelahan sel yang mempengaruhi perkembangan embrionik. Gen kanker lain yaitu gen
supresor tumor, ini akan menghentikan pembelahan sel. Penyebab kerusakan gen yang
didapat yaitu: virus, radisi, karsinogen lingkungan serta makanan dan hormon. Faktor– faktor
lain yang mempengaruhi terjadinya kanker yaitu usia, status gizi, keseimbangan hormonal
dan respons terhadap stres (Kowalak, 2011).

2.1.3 Patofisiologi

Sel abnormal membentuk sebuah kelompok dan mulai berproliferasi secara abnormal,
membiarkan sinyal pengatur pertumbuhan dilingkungan sekitarnya sel. Sel mendapatkan
karakteristik invasif sehingga terjadi perubahan jaringan sekitar. Sel menginfiltrasi jaringan
dan memperoleh akses kelimfe dan pembuluh darah, yang membawa sel kearea tubuh yang
lain. kejadian ini dinamakan metastasis (kanker menyebar kebagian tubuh yang lain). Sel-sel
kanker disebut neoplasma ganas/ maligna dan diklasifikasikan serta diberi nama berdasarkan
tempat jaringan yang tumbuhnya sel kanker tersebut. Kegagalan sistem imun untuk
menghancurkan sel abnormal secara cepat dan tepat tersebut meneyebabkan sel-sel tumbuh
menjadi besar untuk dapat ditangani dengan menggunakan imun yang normal. Kategori agens
atau faktor tertentu yang berperan dalam karsinomagenesis (transpormasi maligna) mencakup
virus dan bakteri, agens fisik, agens kimia, faktor genetik atau familial, faktor diet, dan agens
hormonal. (Suddarth, 2016).

4
Neoplasma merupakan pertumbuhan baru. Menurut seorang ankolog dari inggris
menemakan neoplasma sebagai massa jaringan yang abnormal, tumbuhan berlebih, dan tidak
terkordinasi dengan jaringan yang normal, dan selalu tumbuh meskipun rangsangan yang
menimbulkan sudah hilang. Proliferasi neoplastik menimbulkan massa neoplasma sehingga
menimbulkan pembengkakan atau benjolan pada jaringan tubuh, sehingga terbentuknya
tumor. Istilah tumor digunakan untuk pembengkakan oleh sembaban jaringan atau
perdarahan. Tumor dibedakan menjadi dua yaitu jinak dan ganas. Jika tumor ganas
dinamakan kanker. (Padila, 2013).

1. Invasi lokal
Tumor jinak tetap berada ditempatnya berasal, tidak memiliki kemampuan
menginfiltrasi, menginvasi, atau menyebar ke tempat yang jauh seperti kanker. Contohnya,
fibroma dan adenoma berkembang secara lambat, membentuk kapsul fibrosa yang
memisahkannya dari jaringan pejamu.
Kapsul ini mungkin berasal dari stroma jaringan asli karena sel parenkim mengalami
atrofi akibat tekanan tumor yang membesar, tidak semua neoplasma jinak memiliki kapsul.
Kanker tumbuh dengan cara menginfiltrasi, menginvasi dan penetrasi progresif ke
jaringan sekitar, tidak membentuk kapsul yang jelas. Cara pertumbuhan yang bersifat
infiltratif menyebabkan perlunya pengangkatan jaringan normal disekitar secara luas melalui
bedah.
2. Metastasis
Metastasis menunjukkan terbentuknya implan sekunder yang terpisah dari tumor primer,
mungkin di jaringan yang jauh. Dibandingkan ciri-ciri neoplastik lainnya, kemampuan invasi
dan metastasis menunjukkan secara pasti suatu neoplasma bersifat ganas.
Namun, tidak semua kanker memiliki kemampuan sel bermetasis yang setara. Secara
umum, semakin anaplastik dan besar neoplasma primernya, semakin besar kemungkinan
metastasis. Namun kanker yang sangat kecil juga dapat mengakibatkan metastasis, dan
sebaliknya, kanker yang besar mungkin belum tentu menyebar saat ditemukan.
Neoplasma ganas menyebar melalui salah satu :
1. Penyemaian dalam rongga tubuh
2. Penyebaran limfatik

5
3. Penyebaran hematogen
Penyemaian kanker terjadi bila neoplasma menginvasi rongga alami tubuh. Misalnya
karsinoma kolon dapat menembus dinding usus dan mengalami reimplantasi di rongga
peritonium. Penyebaran limfatik lebih khas untuk karsinoma, sedangkan rute hematogen lebih
kepada sarkoma. Namun terdapat banyak hubungan antara sistem limfe dan vaskular sehingga
kanker dapat berkembang melalui salah satu atau kedua sistem.
Misalnya karsinoma paru yang timbul di saluran nafas menyebar ke kelenjar getah
bening bronkialis regional, kemudian ke kelenjar getah bening trakeobronkus dan hilus.
Karsinoma payudara biasanya timbul di kuadran luar atas dan menyebar ke kelenjar aksila.
Penyebaran hematogen merupakan konsekuensi kanker yang paling ditakuti. Arteri
lebih sulit ditembus daripada vena. Setelah vena mengalami invasi, sel kanker mengikuti aliran
vena bersama darah, hati dan paru adalah tempat sekunder yang paling sering terkena.
Dibedakan atas penyebaran setempat dan penyebaran jauh (metastase). Penyebaran
setempat merupakan penjalaran sel-sel tumor dari tumor induk ke jaringan sehat sekitarnya.
Metastase merupakan pelepasan sel-sel tumor dari tumor induk yang kemudian diangkut oleh
aliran darah (hematogen) atau kelenjar limfe (limfogen) atau transplantasi langsung ke tempat
yang jauh.

Sel sel tumor harus berinteraksi dengan matriks ekstrasellular yang terdiri dari
kolagen, glikoprotein dan proteoglikans pada kaskade metastatik. Suatu karsinoma harus
pertama kali menyebar melampaui membran basalis kemudian masuk ke interstitial jaringan
ikat dan mendapat akses ke sirkulasi darah dengan menembus membrane basal pembuluh
darah. Invasi ini meliputi empat langkah :

1) Longgarnya ikatan antara sel sel tumor satu dari yang lain

2) Perlekatan sel tumor dengan komponen matriks

3) Degradasi matriks ekstraselular

4) Migrasi sel tumor

2.1.4 Epidemiologi

6
Angka kejadian penyakit kanker di Indonesia (136.2/100.000 penduduk) berada pada
urutan 8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23. Angka kejadian tertinggi di
Indonesia untuk laki laki adalah kanker paru yaitu sebesar 19,4 per 100.000 penduduk dengan
rata-rata kematian 10,9 per 100.000 penduduk, yang diikuti dengan kanker hati sebesar 12,4
per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 7,6 per 100.000 penduduk. Sedangkan
angka kejadian untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu sebesar 42,1
per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk yang diikuti
kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per
100.000 penduduk.

Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi tumor/kanker di Indonesia menunjukkan


adanya peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000
penduduk pada tahun 2018. Prevalensi kanker tertinggi adalah di provinsi DI Yogyakarta
4,86 per 1000 penduduk, diikuti Sumatera Barat 2,47 79 per 1000 penduduk dan Gorontalo
2,44 per 1000 penduduk.

Untuk pencegahan dan pengendalian kanker di Indonesia, khususnya dua jenis kanker
terbanyak di Indonesia, yaitu kanker payudara dan leher rahim, pemerintah telah melakukan
berbagai upaya antara lain deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim pada
perempuan usia 30-50 tahun dengan menggunakan metode Pemeriksaan Payudara Klinis
(SADANIS) untuk payudara dan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) untuk leher
rahim.

2.1.5 Penatalaksanaan

Penganganan kanker tak cukup dengan mengandalkan satu modalitas terapi. Terapi
kanker memerlukan multimodalitas terapi yang dapat dilakukan secara bersama-sama atau
tidak bersama-sama. Masing-masing modalitas terapi memiliki kelebihan dan kekurangan.
Bila digunakan bersama maka apa yang kurang dari terapi yang satu akan didapatkan dari
terapi lainnya. Demikian juga dalam hal efektivitas dan toxisitas terapi akan dapat
dikendalikan dengan melakukan terapi tersebut. Alasan penting lainnya adalah karena sel-sel
kanker adalah sel-sel dengan populasi yang hererogen. Masing masing sel kanker memiliki
kepekaan terhadap terapi masing-masing.
7
1. Pembedahan

Pembedahan dapat dikatakan sebagai terapi utama dalam penanganan kanker solid.
Dengan pembedahan maka keseluruhan populasi kanker ditempat yang dioperasi akan
diangkat atau dibuang. Pada semua level kanker (T,N,M) dapat dilakukan tindakan
pembedahan. Pembedahan memiliki tujuan kuratif atau paliatif. Namun tidak semua keadaan
kanker dapat dilakukan tindakan pembedahan. Pembedahan sendiri juga memiliki kelemahan
yaitu rekurensi tumor karena tidak semua tepi dapat dieksisi dengan benar. Oleh sebab itu
pembedahan sendiri harus dibarengi dengan modalitas terapi lainnya, khususnya pada kanker
yang diperkirakan telah mengalami metastase.

2. Radioterapi

Pemberian radioterapi dapat ditujukan sebagai bagian dari terapi primer atau menjadi
bagian dari terapi tambahan terhadap pembedahan atau kemoterapi. Sayang sekali tidak
semua kanker sensitif terhadap radioterapi. Radioterapi akan sangat baik pada tumor-tumor
yang sensitif terhadap radiasi. Radioterapi digunakan dalam dosis yang terbatas dan tempat
yang terbatas. Tidak mungkin melakukan radioterpi pada seluruh bagian tubuh. Efek
radioterapi terhadap tumor memerlukan waktu, tidak dalam waktu semalam dan itu akan
berlanjut sampai tahunan.

3. Kemoterapi

Merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan obat sitostatika yaitu


suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-sel kanker :
a. Prinsisp Kerja Obat KemoterapiSebagian besar obat kemoterapi (sitostatika) yang
digunakan saat ini bekerja terutama terhadap sel-sel kanker yang sedang
berproliferasi, semakin aktif sel-sel kanker tersebut berproliferasi maka semakin peka
terhadap sitostatika hal ini disebut Kemoresponsif, sebaliknya semakin lambat
prolifersainya maka kepekaannya semakin rendah, hal ini disebut kemoresisten. Obat
kemoterapi ada beberapa macam, di antaranya adalah :

8
1) Obat golongan Alkylating agent, platinum Compouns, dan Antibiotik Anthrasiklin
obst golongsn ini bekerja dengan antara lain mengikat DNA di inti sel, sehingga
sel-sel tersebut tidak bisa melakukan replikasi.
2) Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa inti sel, yang
berakibat menghambat sintesis DNA.
3) Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid, dan Taxanes bekerja pada
gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjadi hambatan mitosis sel.
4) Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan menghambat sintesis
protein, sehingga timbul hambatan dalam sintesis DNA dan RNA dari sel-sel
kanker tersebut.
b. Pola Pemberian Kemoterapi
a) Kemoterapi Induksi
Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau jumlah sel
kanker, contoh pada tumur ganas yang berukuran besar (Bulky Mass Tumor) atau
pada keganasan darah seperti leukemia atau limfoma, disebut juga dengan
pengobatan penyelamatan.
b) Kemoterapi Adjuvan
Biasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti pembedahan atau
radiasi, tujuannya adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker yang masih tersisa
atau metastase kecil yang ada (micro metastasis).
c) Kemoterapi Primer
Dimaksudkan sebagai pengobatan utama pada tumor ganas, diberikan pada
kanker yang bersifat kemosensitif, biasanya diberikan dahulu sebelum
pengobatan yang lain misalnya bedah atau radiasi.
d) Kemoterapi Neo AdjuvanDiberikan mendahului/sebelum pengobatan /tindakan
yang lain seperti pembedahan atau penyinaran kemudian dilanjutkan dengan
kemoterapi lagi. Tujuannya adalah untuk mengecilkan massa tumor yang besar
sehingga operasi atau radiasi akan lebih berhasil guna.
c. Cara Pemberian Obat Kemoterapi
1) Intravena (IV) : kebanyakan sitostatika diberikan dengan cara ini, dapat berupa
bolus IV pelan-pelan sekitar 2 menit, dapat pula per drip IV sekitar 30 – 120
9
menit, atau dengan continous drip sekitar 24 jam dengan infusion pump upaya
lebih akurat tetesannya.
2) Intratekal (IT) : Diberikan ke dalam canalis medulla spinalis untuk
memusnahkan tumor dalam cairan otak (liquor cerebrospinalis) antara lain
MTX, Ara.C.
3) Radiosensitizer, yaitu jenis kemoterapi yang diberikan sebelum radiasi,
tujuannya untuk memperkuat efek radiasi, jenis obat untuk kemoterapi ini
antara lain Fluoruoracil, Cisplastin, Taxol, Taxotere, Hydrea.
4) Oral : Pemberian per oral biasanya adalah obat Leukeran®, Alkeran®,
Myleran®, Natulan®, Puri-netol®, hydrea®, Tegafur®, Xeloda®, Gleevec®.
5) Subkutan dan Intramuskular : Pemberian sub kutan sudah sangat jarang
dilakukan, biasanya adalah L-Asparaginase, hal ini sering dihindari karena
resiko syok anafilaksis. Pemberian per IM juga sudah jarang dilakukan,
biasanya pemberian Bleomycin.
6) Topical
7) Intra arterial : intraactivity
8) Intraperitonial/Intrapleural
Intraperitoneal diberikan bila produksi cairan acites hemoragis yang
banyak pada kanker ganas intra-abdomen, antara lain Cisplastin. Pemberian
intrapleural yaitu diberikan kedalam cavum pleuralis untuk memusnahkan sel-
sel kanker dalam cairan pleura atau untuk mengehntikan produksi efusi pleura
hemoragis yang amat banyak, contohnya Bleocin.
d. Tujuan Pemberian Kemoterapi
Mengurangi massa tumor selain pembedahan atau radiasi. Meningkatkan
kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup. Mengurangi komplikasi akibat
metastase.
e. Persiapan dan Syarat Kemoterapi
Persiapan Sebelum pengotan dimulai maka terlebih dahulu dilakukanpemeriksaan yang
meliputi:
 Darah tepi; Hb, Leuko, hitung jenis, Trombosit.

10
 Fungsi hepar; bilirubin, SGOT, SGPT, Alkali phosphat.
 Fungsi ginjal; Ureum, Creatinin dan Creatinin Clearance Test bila serim creatinin
meningkat.
 Audiogram (terutama pada pemberian Cis-plastinum)
 EKG (terutama pemberian Adriamycin, Epirubicin).
Syarat :
 Keadaan umum cukup baik.
 Penderita mengerti tujuan dan efek samping yang akan terjadi, informed concent.
 Faal ginjal dan hati baik.
 Diagnosis patologik
 Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.
 Riwayat pengobatan (radioterapi/kemoterapi) sebelumnya. 7) Pemeriksaan
laboratorium menunjukan hemoglobin > 10 gram %, leukosit > 5000 /mm³,
trombosit > 150 000/mm³.

f. Efek Samping Kemoterapi Efek samping dapat terjadi dalam beberapa cara :
 Efek samping segera terjadi (Immediate Side Effects) yang timbul dalam 24 jam pertama
pemberian, misalnya mual dan muntah
 Efek samping yang awal terjadi (Early Side Effects) yang timbul dalam beberapa hari
sampai beberapa minggu kemudian, misalnya netripenia dan stomatitis.
 Efek samping yang terjadi belakangan (Delayed Side Effects) yang timbul dalam beberapa
hari sampai beberapa bulan, misalnya neuropati perifer, neuropati.
 Efek samping yang terjadi kemudian (Late Side Effects) yang timbul dalam beberapa
bulan sampai tahun, misalnya keganasan sekunder.
Modalitas terapi ini menggunakan obat-obat antikanker yang bersifat cytotoxic.
Kemoterapi diberikan pada tumor-tumor yang sensitif terhadap kemoterapi. Pemberian kemoterapi
dapat dilakukan sebelum atau sesudah terapi pembedahan. Pembedahan bersifat lokal dan regional
kontrol, tetapi kemoterapi bersifat sistemik. Pemebrian obat ini harus melalui infus dan masuk RS.
Kemoterapi memiliki respon yang cepat dan dalam waktu yang singkat dapat dilihat responnya.

11
4. Terapi Hormonal

Pemberian hormonal terapi ditujukan pada kanker-kanker yang bertumbuh oleh karena
ransangan hormonal. Pemberian obat ini dapat efektif bila tumor tersebut memiliki reseptor
hormonal yang baik. Penggunaan terapi ini cukup baik pada kanker payudara dengan cara
memblok atau menurunkan produksi hormon estrogen dan progesteron. Hormonal terapi bekerja
pada sel kanker dengan respon terapi yang cukup lama berbeda dengan pemberian kemoterapi.

5. Biological therapy

Terapi kanker melalui manipulasi faktor mekanisme pertahanan tubuh secara natural yang berefek
sebagai antitumor. Biological therapy merangsang, menggunakan atau memoidifikasi immune
sistim tubuh untuk mengenali dan menghancurkan sel kanker secara efektif. Terapi ini menjadi
penting untuk pengobatan kanker, bersama-sama dengan pembedahan, radioterapi, maupun
kemoterapi. Penggunaan terapi ini tidak seluas penggunaan modalitas terapi lainnya, sebab
produksi obat ini dan penyakit yang diterapi terbatas. Terapi jenis ini masih dalam proses
pengembangan dengan harga yang cukup mahal.

2.2 Kanker Endometrium

2.2.1 Definisi

Kanker endometrium adalah kanker yang terjadi pada organ endometrium atau pada
dinding rahim. Endometrium adalah organ rahim yang berbentuk seperti buah pir sebagai tempat
tertanam dan berkembangnya janin. kanker endometrium kadang-kadang disebut kanker rahim,
tetapi ada sel-sel lain dalam rahim yang bisa menjadi kanker seperti otot atau sel miometrium.
kanker endometrium sering terdeteksi pada tahap awal karena sering menghasilkan pendarahan
vagina di antara periode menstruasi atau setelah menopause. (Whoellan 2009).
2.2.2 Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab kanker endometrium, tetapi
beberapa penelitiian menunjukkan bahwa rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus
menerus bisa menyebabkan kanker endometrium. Berikut ini beberapa faktor resiko yang bisa
meningkatkan munculnya kanker endometrium :
a. Obesitas atau kegemukan.
12
Pada wanita obesitas dan usia tua terjadi peningkatan reaksi konversi
androstenedion menjadi estron. Pada obesitas konversi ini ditemukan sebanyak 25-20 kali.
Obesitas merupakan faktor resiko utama pada kanker endometrium sebanyak 2 sampai 20
kali. Wanita dengan berat badan 10-25 Kg diatas berat badan normal menpunyai resiko 3
kali lipat dibanding dengan wanita dengan berat badan normal. Bila berat badan lebih dari
25 Kg diatas berat badan normal maka resiko menjadi 9 kali lipat.
b. Haid pertama (menarche).
Wanita mempunyai riwayat menars sebelum usia 12 tahun mempunyai resiko 1,6
kali lebih tinggi daripada wanita yang mempunyai riwayat menars setelah usia lenih dari
12 tahun. Menstruation span merupakan metode numerik untuk menentukan faktor resiko
dengan usia saat menarche, usia menopause dari jumlah paritas. Menstruasion span (MS)
= usia menars – (jumlah paritas x1,5). Bila MS 39 maka resiko terkena kanker
endometrium sebanyak 4,2 kali dibanding MS < 29.
c. Tidak pernah melahirkan.
Memiliki resiko terkena kanker endometrium lebih tinggi baik sudah menikah atau
belum dibanding wanita yang pernah melahirkan. Penelitian menunjukkan bahwa 25%
penderita kanker endometrium tidak pernah melahirkan anak (nulipara). Penelitian lainnya
juga menunjukkan bahwa faktor ketidaksuburan(infertilitas) lebih berperan daripada
jumlah melahirkan (paritas).
d. Penggunaan estrogen.
Estrogen sering digunakan sebagai terapi sulih hormon. Peningkatan penggunaan
hormon ini diikuti dengan meningkatnya resiko kanker endometrium.
e. Hiperplasia endometrium.
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan
selaput lendir rahim disertai peningkatan vaskularisasi akibat rangsangan estrogen yang
berlebihan dan terus menerus. Disebut neoplasia endometrium intraepitel jika hiperplasia
endometrium disertai sel-sel atipikal dan meningkatkan resiko menjadi kanker
endometrium sebesar 23%.
f. Diabetes mellitus (DM).
Diabetes melitus dan tes toleransi glukosa (TTG) abnorml merupakan faktor resiko
keganasan endometrium. Angka kejadian diabetes melitus klinis pada penderita karsinoma
13
endometrium berkisar antara 3-17%, sedangkan angka kejadian TTG yang abnormal
berkisar antara 17-64%.
g. Hipertensi.
50% dari kasus endometrium menderita hipertensi dibandingkan dengan 1/3
populasi kontrol yang menderita penyakit tersebut, kejadian hipertensi pada keganasan
endometrium menurut statistik lebih tinggi secara bermakna daripada populasi kontrol.
h. Faktor lingkungan dan diet.
Faktor lingkungan dan menu makanan juga mempengaruhi angka kejadian
keganasan endometrium lebih tinggi daripada di negara-negara yang sedang berkembang.
Kejadian keganasan endometrium di Amerika Utara dan Eropa lebih tinggi daripada
angka kejadian keganasan di Asia, Afrika dan Amerika latin. Agaknya perbedaan mil
disebabkan perbedaan menu dan jenis makan sehari-hari dan juga terbukti dengan adanya
perbedaan yang menyolok dari keganasan endometrium pada golongan kaya dan golongan
miskin. Keadaan ini tampak pada orang-orang negro yang pindah dari daerah rural ke
Amerika Utara. Hal yang sama juga terjadi pada orang-orang Asia yang pindah ke negara
industri dan merubah menu makanannya dengan cara barat seperti misalnya di Manila dan
Jepang, angka kejadian keganasan endometrium lebih tinggi daripada di negara-negara
Asia lainnya.
i. Riwayat keluarga.
Ada kemungkinan terkena kanker endometrium, jika terdapat anggota keluarga
yang terkena kanker ini, meskipun prosentasenya sangat kecil.
j. Tumor memproduksi estrogen.
Adanya tumor yang memproduksi estrogen, misalnya tumor sel granulosa, akan
meningkatkan angka kejadian kanker endometrium.
2.2.3 Manifestasi klinis
Beberapa gejala kanker endometrium adalah sebagai berikut :
 Rasa sakit pada saat menstruasi.
 Rasa sakit yang parah dan terus menerus pada perut bagian bawah, rasa sakit ini akan
bertambah pada saat berhubungan seks
 Sakit punggung pada bagian bawah.

14
 Sulit buang air besar atau diare.
 Keluar darah pada saat buang air kecil dan terasa sakit.
 Keputihan bercampur darah dan nanah.
 Terjadi pendarahan abnormal pada rahim.
2.2.4 Patofisiologi
Kanker endometrium adalah kanker yang terbentuk di dalam endometrium yang
merupakan lapisan dalam halus rahim atau rahim. Rahim terletak di daerah panggul dan
menyerupai bentuk sebuah pepaya atau buah pir. 90% dari semua kanker rahim yang terbentuk
di endometrium. Profesional medis tidak tahu persis apa yang menyebabkan kanker
endometrium, tetapi telah dikaitkan dengan estrogen terlalu banyak, yang merupakan hormon
wanita. Ini adalah ovarium yang memproduksi estrogen, tetapi mereka juga memproduksi
hormon lain yang disebut progesteron yang membantu untuk menyeimbangkan estrogen.
Kedua hormon harus seimbang, tetapi jika terlalu banyak estrogen yang diproduksi akan
menyebabkan endometrium tumbuh, sehingga meningkatkan risiko kanker endometrium. Ada
faktor lain yang meningkatkan kadar estrogen dan salah satunya adalah obesitas. Jaringan
lemak dalam tubuh juga memproduksi hormon estrogen. Pola makan dengan asupan tinggi
lemak hewani, termasuk daging, susu, dan unggas, bersama dengan makanan olahan dan gula
halus adalah nomor satu penyebab obesitas. Makanan ini harus dihindari terutama oleh mereka
yang beresiko. Mereka yang berisiko adalah wanita yang telah melalui menopause, tidak
punya anak, menderita diabetes, memiliki kanker payudara, atau sering mengkonsumsi
makanan dengan lemak tinggi.
Tanda pertama kanker endometrium adalah perdarahan atau bercak. Pendarahan atau
bercak mungkin tidak selalu hasil dari kanker, tetapi ide yang baik untuk segera memeriksakan
ke dokter agar diperiksa lebih detail lagi. Gejala lain dari kanker endometrium adalah
penurunan berat badan, kelelahan, nyeri panggul, kesulitan buang air kecil dan nyeri selama
hubungan seksual. Kanker ini terutama mempengaruhi wanita yang telah melewati
menopause. Mayoritas kasus pada perempuan berusia 55-70 tahun (Corwin: 1999).

2.2.5 Penatalaksanaan

15
Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan kemoterapi. Hanya
kanker ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b dengan derajat diferensiasi sel yang
baik/sedang) yang tidak memerlukan kombinasi pengobatan. Kemoterapi diberikan sebanyak 6
seri dengan interval 3 – 4 minggu sekali dengan melakukan pemantauan terhadap efeh
samping kemoterapi secara berkala terhadap sumsum tulang, fungsi hati, fungsi ginjal, sistem
saluran cerna, sistem saluran cerna, sistem saraf dan sistem kardiovaskuler.

Penatalaksanaan yang sesuai dengan stadium yaitu :


Operasi (stadium awal), kemoterapi (tambahan terapi pada stadium awal), radiasi (tambahan
terapi untuk stadium lanjut). Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometrium
adalah perdarahan pasca menopause bagi pasien yang telah menopause dan perdarahan
intermenstruasi bagi pasien yang belum menopause. Keluhan keputihan merupakan keluhan
yang paling banyak menyertai keluhan utama. Gejalanya bisa berupa :
1) Perdarahan rahim yang abnormal
2) Siklus menstruasi yang abnormal
3) Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami
menstruasi)
4) Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause
5) Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia diatas 40
tahun)
6) Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul
7) Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause)
8) Nyeri atau kesulitan dalam berkemih
9) Nyeri ketika melakukan hubungan seksual (Isdaryanto: 2010).
2.2.6 Asuhan Keperawatan Kanker Endometrium
A. Pengkajian
DATA SUBYEKTIF
a. Identitas
 Nama
 Umur

16
 Pekerjaan
 Pendidikan
 Agama
 Alamat
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometrium adalah perdarahan pasca
menopause bagi pasien yang telah menopause dan perdarahan intermenstruasi bagi pasien
yang belum menopause. Keluhan keputihan merupakan keluhan yang paling banyak
menyertai keluhan utama.

c. Status Kesehatan
1) Riwayat Menstruasi
a. Menarche : Usia menarch dini (<12 tahun) berkaitan dengan meningkatnya risiko
kanker endometrium walaupun tidak selalu konsisten.
b. Siklus : dapat mengalami perdarahan diluar siklus haid dan lebih panjang (banyak
atau bercak)
c. Jumlah : lebih banyak
d. Lamanya : dapat memanjang
e. Sifat Darah : encer atau bergumpal
f. Teratur / tidak : mengalami perubahan
g. Dismenorhea : dapat terjadi
h. Fluor albus : berlebihan, berbau, purulen, bercampur darah
i. HPHT :
2) Riwayat Penyakit yang lalu:
Menggali riwayat penyakit yang pernah dan sedang diderita oleh ibu khususnya penyakit
ginekologi,diabetes dan hipertensi.
3) Riwayat penyakit keluarga
Menggali riwayat penyakit keluarga, karena kanker endometrium berisiko pada wanita
yang memiliki riwayat genetik.
4) Riwayat Sosial Budaya

17
a. Status Emosional
Menggali kondisi emosional ibu yang berkaitan dengan penyakitnya.
Tradisi
Menggali kebiasaan-kebiasaan terhadap penyakitnya (merokok atau perokok pasif),
sirkumsisi.
5) Riwayat Penyakit Sekarang:
Masalah yang mungkin terjadi ketidaknyamanan yang berkaitan dengan perubahan
pola menstruasi (perdarahan banyak), nyeri, adanya keputihan, keluhan lain yang
disebabkan oleh penekanan tumor pada vesika urinaria, uretra, ureter, rectum, pembuluh
darah dan limfe.
d. Pola Fungsi kesehatan Gordon
1. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan.
Kanker endometrium dapat diakibatkan oleh higiene yang kurang baik pada daerah
kewanitaan. Kebiasaan menggunakan bahan pembersih vagina yang mengandung zat –
zat kimia juga dapat mempengaruhi terjadinya kanker endometrium.
2. Pola istirahat dan tidur.
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat progresivitas
dari kanker endometrium gangguan pola tidur juga dapat terjadi akibat dari depresi yang
dialami oleh pasien.
3. Pola Nutrisi.
Perbedaan pola demografi kanker endometrium diperkirakan oleh peran nutrisi,
terutama tingginya kandungan lemak hewani dalam diet. Konsumsi sereal, kacang-
kacangan, sayuran dan buah terutama yang tinggi lutein, menurunkan risiko kanker yang
memproteksi melalui pitoestrogen.
4. Pola Eliminasi.
Pola eliminasi yang dialami oleh ibu. Apakah ibu mengalami obstipasi, retensi urine,
poliuri yang dapat disebabkan metastase sel kanker.
5. Pola kognitif – perseptual
Pada klien dengan kanker endometrium biasanya tidak terjadi gangguan pada pada
panca indra meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, pengecap.
6. Pola persepsi dan konsep diri
18
Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai penyakit
kanker endometrium, akibat dari persepsi yang salah dari masyarakat. Meskipun penyakit
ini tidak disebabkan dari berganti – ganti pasangan.
7. Pola aktivitas dan latihan.
Kaji apakah penyakit serta kehamilan pasien mempengaruhi pola aktivitas dan
latihan. Dengan skor kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu
orang lain, 3= dibantu orang lain dan alat, 4= tergantung total). Pasien dengan kanker
endometrium wajar jika mengalami perasaan sedikit lemas akibat dari asupan nutrisi yang
berkurang akibat dari terapi yang dijalaninya, selain itu pasien juga akan merasa sangat
lemah terutama pada bagian ekstremitas bawah dan tidak dapat melakukan aktivitasnya
dengan baik akibat dari progresivitas kanker endometrium sehingga harus beristirahat
total.
8. Pola seksualitas dan reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien selama
pasien menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien akan terganggu akibat dari
rasa nyeri yang selalu dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual (dispareuni) serta
adanya perdarahan setelah berhubungan. Serta keluar cairan encer (keputihan) yang
berbau busuk dari vagina. Kaji Riwayat penggunana kontrasepsi Menggali jenis dan lama
kontasepsi yang digunakan (pemakaian KB suntik 3 bulan lebih dari 6 tahun, KB IUD).
9. Pola manajemen koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana manajemen
koping pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya setelah sakit.

10. Pola peran - hubungan


Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau lingkungan sekitarnya.
Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola peran dan hubungannya. Pasien dengan
kanker endometrium harus mendapatkan dukungan dari suami serta orang – orang
terdekatnya karena itu akan mempengaruhi kondisi kesehatan pasien. Biasanya koping
keluarga akan melemah ketika dalam anggota keluarganya ada yang menderita penyakit
kanker endometrium.
11. Pola keyakinan dan nilai
19
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang diyakini.
DATA OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN UMUM
a. Tekanan darah : Hipertensi menjadi factor risiko pada wanita pancamenopause dengan
obesitas.
b. Denyut nadi
c. Pernapasan :
d. Suhu :
e. Berat Badan : Obesitas meningkatkan risiko terkena kanker endometrium. Kelebihan 13-22
kg BB ideal akan meningkatkan risiko sampai 3 x lipat. Sedangkan kelebihan di atas 23 kg
akan meningkatkan risiko sampai 10x lipat.
2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Muka
Pucat jika mengalami gangguan pola menstruasi
b. Dada
Pemeriksaan ginekologi sadaris (ada tidaknya penyebaran).
c. Abdomen
Pemeriksaan nyeri tekan. Adanya masa.
d. Genetalia
Terdapat sekret pervaginam (banyak, kekuning-kuningan, berbau amis atau busuk, dapat
bercampur darah, purulent), perdarahan. Terdapat lesi, erosi, tukak kecil, tumor papiller, tumor
eksofitik
e. Ekstremitas
Bisa terdapat oedema pada ekstremitas atas dan bawah
B. Diagnosa

1. Nyeri kronis b.d pola seksualitas tidak efektif d.d laporan perilaku nyeri/perubahan
aktifitas (00133)
2. mual d.d iritasi gastrointestinal, program pengobatan (kemoterapi) (00134)
3. Gangguan citra tubuh b.d perubahan fungsi tubuh (00118)
C. Intervensi
20
NANDA NOC NIC
Nyeri kronis 1. Kontrol nyeri (1605) 1. Manajemen nyeri (1400)
b.d nekrosis  Mengenali kapan nyeri  Lakukan pengkajian
akibat kanker terjadi (level 5) nyeri konprehensif yang
endometrium  Menggunakan analgesik meliputi lokasi
(00133) yang direkomendasikan karakteristik,
(level 5) onset/durasi, frekuensi,
 Melaporkan perubahan kualitas, intensitas atau
terhadap gejala nyeri pada beratnya nyeri dan faktor
profesional kesehatan (level pencetus
5)  Pastikan perawatan
 Mengenali apa yang terkait analgesik bagi pasien
dengan gejala nyeri (level dilakukan dengan
5) pemantauan yang ketat
 Melaporkan nyeri yang  Gunakan metode
terkontrol (level 5) penilaian yang yang
2. Tingkat nyeri (2102) sesuai dengan tahapan
 Nyeri yang dilaporkan perkembagan yang
(level 5) memungkinkan untuk

 Mengerang dan menangis memonitor perubahan

(level 5) nyeri dan akan dapat

 Tidak bisa beristirahat membantu

(level 5) mengidentifikasi faktor

3. Nyeri : efek yang pencetus aktual dan

mengganggu (2101) potensial

 Ketidaknyamanan (level 5)  Gunakan strategi

 Gangguan dalam perasaan komunikasi terapeutik

mengontrol (level 5) untuk mengetahui

 Gangguan pergerakan fisik pengalam nyeri dan

21
(level 5) sampaikan penerimaan
 Gangguan pada aktifitas pasien terhadap nyeri
hidup sehari-hari (level 5) 2. Manajemen pengobatan
(2380)
 Tentukan obat apa yang
diperlukan dan kelola
menurut resep dan atau
protokol
 Monitor efektifitas cara
pemberian obat yang
sesuai
 Monitor pasien mengenai
efek terapeutik obat
 Monitor efek samping
obat
 Kaji ulang pasien
dan/atau keluarga secara
berkala mengenai jenis
dan jumlah obat yang
dikonsums
3. Pemberian analgesik
(2210)
 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas
dan keparahan nyeri
sebelum megobati pasien
 cek perintah pengobatan
meliputi obat, dosis, dan
frekuensi obat analgesik
yang diterapkan

22
 Evaluasi kemampuan
pasien untuk berperan
serta dalan pemilihan
analgesik rute dan dosis
dan keterlibatan pasien
sesuai kebutuhan
 Pilih analgesik atau
kombinasi analgesik
yang sesuai ketika lebih
satu diberikan
 Tentukan analgesik
sebelumnya, rute
pemberian, dan dosis
untuk mencapai hasil
pengurangan nyeri yang
optimal
mual d.d iritasi 1. Kontrol mual dan muntah ( 1. Monitor cairan (4130)
gastrointestinal, 1618)  Tentukan jumlah dan
program  Mengenali onset mual jenia intake asupan
pengobatan (level 5) cairan serta kebiasaan
(kemoterapi)  Mendeskripsikan faktor- eliminasi
(00134) faktor penyebab (level 5)  Tentukan faktor-faktor
 Menggunakan obat resiko yang mungkin
antiemetik seperti yang menyebabkan ketidak
direkomendasikan (level 5) seimbanga cairan
 Melaporkan gejala yang  Tentukan apakah pasien
tidak terkontrol kepada mengalami kehausan
profesional kesehatan (level atau gejala perubahan
5) cairan
2. Mual dan muntah efek yang  Monitor berat badan

23
mengganggu (2106) monitor asupan dan
 asupan cairan menurun pengeluaran
(level 5) 2. Manajemen mual (1450)
 Kehilangan selera makan  Dorong pasien untuk
(level 5) memantau pengalaman
 Perubahan keseimbangan diri terhadap mual
cairan (level 5)  Dorong pasien untuk
 Perubahan status nutrisi belajar strategi mengatasi
(level 5) mual sendiri
 Efek samping dari obat  Lakukan penilaian
antimietik (level 5) lengkap terhadap mual,
3. Fungsi Gastrointestinal termasuk
(1015) frekuensi,durasi, tingkat
 Toleransi terhadap makanan keparahan, dan faktor-
(level 5) faktor pencetus dengan

 Nafsu makan (level 5) menggunakan alat

 Frekuensi BAB (level 5)  Evaluasi dampak dari

 Konsistensi feses (level 5) pengalaman mual pada


kualitas hidup
 Tingkatkan istirahat dan
tidur yang cukup untuk
memfasilitasi
pengurangan mual
3. Manajemen muntah
(1570)
 kaji emesis terkait
dengan warna,
konsistensi akan adanya
darah, dan sejaun mana
kekuatan emesis

24
 Ukur atau perkirakan
volume emesis
 Sarankan membawa
kantong plastik untuk
menampung muntah
 Pertimbangka frekuensi
dan durasi muntah dengn
menggunakan skala
 Dapatkan riwayat
lengkap mengenai
perawatan sebelumnya
Gangguan citra 1. Citra tubuh (1200) 1. Peningkatan citra tubuh
tubuh b.d  Gambaran internal diri (5220)
perubahan (level 5)  Tentukan harapan
fungsi tubuh  Kesesuaian antara citra diri pasien
(00118) realistis tubuh dan ideal didasarkan pada
tubuh dengan tahap perkembangan
penampilan tubuh (level  Tentukan jika
5) terdapat perasaan
 Sikap terhadap tidak suka terhadap
menyentuh bagian karakteristik fisik
tubuh yang terkena khusus yang
(dampak) (level 5) menciptakan
 Sikap terhadap disfungsi paralisis
penggunaan strategi sosial untuk remaja
untuk meningkatkan dan kelompok
penampilan (level 5) dengan risiko tinggi
 Kepuasan dengan lain.
penampilan (level 5)  Bantu pasien untuk
2. Koping (1302) mendiskusikan

25
 Mengidentifikasi pola perubahan-perubahan
koping yg efektik (level bagian tubuh
5) disebabkan adanya
 Mengidentifikasi pola penyakit atau
koping yg tidak efektif pembedahan
(level5)  Bantu pasien
 menyatakan penerimaan menentukan
terhadap situasi (level keberlanjutan dari
5) perubahan-perubahan
 Modifikasi gaya hidup aktual dari tubuh atau
untuk mengurangi stress tingkat fungsinya
(level 5)  Bantu pasien
Mengidentifikasi beberapa strategi memisahkan
koping (level 5) penampilan fisik dari
3. Pengaturan psikososial : perasaan berharga
perubahan kehidupan (1305) secara pribadi dengan
 Menjaga harga diri (level 5) cara yang tepat

 Melaporkan perasaan 2. Peningkatan harga diri

berguna (level 5) (5400)

 Identifikasi strategi dari  Monitor pernyataan

berbagai koping (level 5) pasien mengenai harga

 Menggunakan dukungan diri

sosial yang tersedia (level  Tentukan kepercayaan

5) diri pasien dalam hal


penilaian diri
 Bantu pasien untuk
mengidentifikasi respon
positif dari orang lain
 Jangan mengkritisi
pasien secara negatif

26
 Sampaiakan ungkapan
kepercayaan diri pasien
dalam mengatasi situasi
 Bantu untuk mengatur
tujuan yang realistik
dalam rangka mencapai
harga diri yang lebih
tinggi
3. Pengurangan kecemasan
(5820)
 Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinka
 Nyatakan dengan
jelas harapan
terhadap perilaku
klien
 Jelaskan semua
prosedur termasuk
sensasi yang akan
dirasakan yang
mungkin akan
dialami klien selama
prosedu
 Dengarkan klien
 Berikan informasi
faktual terkait
diagnosis perawatan
dan prognosis

27
2.3 Kanker ovarium
2.3.1 Definisi Kanker Ovarium

Kanker indung telur atau kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur)
yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50- 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar
ke bagian lain, panggul, dan perut melalui kelenjar getah bening dan melalui sistem pembuluh
darah dapat menyebar ke hati dan paru-paru. Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan
kemungkinan kanker ovarium ini merupakan awal dari banyak kanker primer. Kanker ovarium
berasal dari sel-sel yang menyusun, yaitu sel epithelial, sel germinal, dan sel stromal. Sel kanker
dalam ovarium juga dapat berasal dari metastesis organ lainnya terutama sel kanker payudara
dan kanker kolon tapi tidak dapat dikatakan sebagai kanker ovarium Klasifikasi kanker ovarium,
yaitu terdiri dari :
a. Tumor Epithelial
Tumor epithelial ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium, umumnya jenis
tumor yang berasal dari epithelial adalah jinak, karsinoma adalah tumor ganas dari
epithelial ovarium (EOC’s : Epithelial Ovarium Carcinomas) merupakan jenis tumor
yang paling sering (85-90%) dan penyebab kematian terbesar dari jenis kankner
ovarium. Gambaran tumor epithelial yang secara mikroskopis tidak jelas teridentifikasi
sebagai kanker dinamakan sebagai tumor borderline atautumor yang berpotensi ganas.
b. Tumor Germinal
Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum atau sel telur, umumnya
tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas. Bentuk keganasan sel
germinal terutama adalah teratoma, dysgerminoma dan tumor sinus endodermal. Insiden
keganasan tumor
germinal terjadi pada usia muda kadang di bawah usia 20 tahun. Sebelum era
kombinasi kemoterapi, harapan hidupp satu tahun kanker ovarium germinal stadium
dini hanya mencapai 10-19% sekarang ini 90% pasien kanker ovarium germinal dapat
disembuhkan dengan fertilitas dapat dipertahankan.
c. Tumor Stromal
Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang memproduksi

28
hormon esterogen dan progesteron. Jenis tumor ini jarang ditemukan, bentuk yang didapati
berupa tumor techa dan tumor sel sartolileydig termasuk kanker dengan derajad keganasan
yang rendah.

2.3.2 Prevalensi / Epidemologi


Di Indonesia penyakit kanker merupakan urutan ke 6 dari pola penyakit nasional. Setiap
tahunnya 100 kasus baru terjadi diantara 100.000 penduduk. Meningkatnya pengguna rokok
(57 juta orang), konsumsi alkohol, kegemukan atau obesitas dan kurangnya aktifitas
fisik/olahraga juga berperan dalam peningkatan angka kejadian kanker di Indonesia.
Diperkirakan 70-80% kanker ovarium baru ditemukan setelah menyebar luas atau telah
bermetastasis jauh sehingga hasil pengobatan tidak seperti yang diharapkan. Parameter tingkat
keberhasilan pengobatan kanker termasuk kanker ovarium adalah angka ketahanan hidup 5
tahun (five-year survival rate) setelah pengobatan. Sampai saat ini permasalahan kanker
ovarium di Indonesia masih demikian komplek. Salah satunya adalah masih rendahnya daya
tahan hidup penderita. Diketahui bahwa Angka Ketahanan Hidup (AKH) 5 tahun kanker
ovarium menurun sejalan dengan meningkatnya stadium penyakit.

2.3.3 Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, bayak teori yang
menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium. Adapun penyebab dari kanker ovarium, yaitu :
a. Hipotesis incessant ovulation
Teori meyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk
penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu
dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor. Paritas adalah banyaknya
kelahiran hidup atau jumlah anak yang dimiliki oleh seorang wanita. Dalam paritas terjadi
pelepasan sel ovum dari ovarium sehingga menyebabkan produksi estrogen untuk poliferasi
epitel ovarium. Walaupun ada beberapa hipotesis yang menghubungkan antara paritas dengan
kanker ovarium namun etiologi pasritas dengan kanker ovarium belum begitu jelas. Beberapa
hipotesis mengungkapkan bahwa tingginya paritas justru menjadi faktor protektif terhadap
kanker ovarium, salah satunya adalah adalah hipotesis incessant ovulation yang menyebutkan
bahwa pada saat terjadinya ovulasi akan terjadi kerusakan pada epitel ovarium. Untuk proses
29
perbaikan kerusakan ini diperlukan waktu tertentu. Apabila kerusakan epitel ini terjadi berkali-
kali terutama jika sebelum penyembuhan sempurna tercapai, atau dengan kata lain masa
istirahat sel tidak adekuat,maka proses perbaikan tersebut akan mengalami gangguan sehingga
dapat terjadi transformasi menjadi sel-sel neoplastik. Hal ini dapat menjelaskan bahwa wanita
yang memiliki paritas = 2 kali akan menurunkan risiko terkena kanker ovarium. Dalam sebuah
penelitian menunjukkan bahwa hasil bivariat dengan menggunakan uji Odds Ratio (OR)
diperoleh nilai OR = 1,533 dengan nilai Lower Limit (LL) = 0,797 dan Upper Limit (UL) =
2,948, oleh karena nilai LL dan UL mencakup nilai 1 maka nilai 1,533 dianggap tidak
bermakna. Sehingga paritas bukan merupakan faktor risiko kanker ovarium.

b. Hipotesis androgen

Androgen mempunyai peranan penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini
didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam
percobaan in vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-
sel kanker ovarium.
Dalam penelitian sebelumnya diketahui bahwa usia menarkhe dini diduga merupakan
risiko kanker ovarium, hal ini berhubungan dengan produksi hormon oleh ovarium yaitu
estrogen, estrogen sendiri terdiri dari 3 jenis hormon yaitu estradiol, estriol, dan estrion.
Estradiol dan estriol diduga bersifat karsinogenik, hal ini berhubungan dengan poliferasi
jaringan ovarium dimana kedua hormon ini memegang peranan penting. Seperti dikatakan
sebelumnya bahwa menarkhe merupakan pertanda bahwa ovarium telah mulai menghasilkan
hormon estrogen. Dan pada faktanya bahwa usia menarkhe dini (<12 tahun) menyebabkan usia
menopause yang lebih lama, Sehingga keterpaparan estrogen seorang wanita yang memiliki
menarkhe dini lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang memiliki menarkhe normal.
Adapun faktor resiko yang dapat menyebabkan penyakit kanker ovarium antara lain
diuraikan sebagai berikut :
 Merokok
 Alkohol
 Diet tinggi lemak dan obesitas
Obesitas menyebabkan kadar estrogen dalam tubuh juga meningkat serta beberapa zat

30
lemak dapat menghasilkan estrogen yang pada umumnya berbentuk estrion, maupun
estradiol. Mekanisme perubahan dari zat lemak (kolesterol) dapat dijelaskan melalui
biosintesis hormon, dimana semua hormon steroid termasuk estrogen berasal dari
kolesterol.
 Penggunaan bedak talk perineal
Penggunaan bedak pada area genital termasuk lipatan paha telah lama berlangsung lama,
baik dinegara maju maupun negara berkembang namun penelitian mengenai bedak sebagai
penyebab kanker baru dimulai pada tahun 1980-an sehingga badan registrasi kanker dunia
telah menjadikan beberapa jenis bedak sebagai zat karsinogenik bila digunakan dibeberapa
daerah tertentu ditubuh termasuk di area genital maupun lipatan paha. Sifat karsinogenetik
ini disebabkan karena komposisi bedak yaitu magnesium trisilikat yang bersifat basa dapat
melakukan ikatan dengan DNA sel, proses ini biasa disebut sebagai insersi atau
penyusupan suatu basa nitrogen kedalam molekul dna. Adapun proses masuknya molekul
ini kedalam ovarium belum dapat dipastikan secara kimiawi namun beberapa penelitian
menyebutkan bahwa molekul bedak mampu bermigrasi ke ovarium melalui saluran
kelamin melalui transpor pasif sel dan beberapa jaringan sel ovarium yang telah menjadi
tumor ringan maupun ganas terdapat serat molekul bedak, sehingga beberapa penelitian
menghubungkan bedak dengan risiko kanker ovarium.
 Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium
 Riwayat kelurga dengan kanker payudara atau ovarium
Adanya riwayat keluarga yang pernah menderita kanker ovarium atau kanker payudara
merupakan salah satu penyebab terjadinya kanker ovarium pada seorang wanita. Dimana
terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya menderita kanker ovarium.
Pengaruh riwayat keluarga secara teori dan beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
riwayat keluarga merupakan determinan dari kanker ovarium. Beberapa studi genetik
mengungkapkan bahwa adanya riwayat keluarga yang menderita kanker ovarium atau kanker
payudara telah menyebabkan terjadinya mutasi pada genBRCA 1 dan BRCA 2. Gen BRCA 1
dan BRCA 2 merupakan gen yang memiliki fungsi untuk mendeteksi terjadinya kerusakan
dalam untai ganda DNA sel, mekanismekerjanya adalah berikatan dengan protein RAD51
selama perbaikan untai ganda DNAdimana gen ini mengadakan perbaikan didalam inti sel

31
dengan mekanisme rekombinashomolog yang berdasarkan dari sel sebelumnya, rekombinasi ini
menyesuaikan dengankromosom dari sel induk, sehingga kerusakan pada gen ini menyebabkan
tidakterdeteksinya kerusakan gen didalam sel dan sel yang mengalami mutasi tidak
dapadiperbaiki sehingga tumbuh sel yang bersifat ganas yang berpoliferasi menjadi jaringan
kanker.

2.3.4 Patofisiologi
Kanker ovarium disebabkan oleh zat-zat karsinogenik sehingga terjadi tumor primer, di
mana akan terjadi infiltrasi di sekitar jaringan dan akan terjadi implantasi. Implantasi merupakan
ciri khas dari tumor ganas ovarium. Gejala yang terjadi pada kanker ovarium adalah gejala
samar dan ascites. Ascites adalah kelebihan volume cairan di rongga perut, sedangkan gejala
samarnya, yaitu perut sebah, makan sedikit tapi cepat kenyang, sering kembung, dan nafsu
makan menurun.Manifestasi klinik terutama berupa rasa tidak enak di perut bagian bawah atau
tenesmus. Pada stadium awal dapat timbul acites; dengan cepat kanker tumbuh melapaui kavum
pelvis hingga teraba massa, menstruasi tidak teratur, dapat timubl pendarahan per vaginam.
Tanda dan gejala pada pasien kanker ovarium bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal
berupa menstruasi yang tidak teratur, ketegangan menstrual yang meningkat, menoragia,
nyeri.tekan pada payudara, menopause dini, rasa tidak nyaman pada abdomen, dyspepsia,
tekanan pada pelvis, sering berkemih, flatulenes, rasa begah setelah makan makanan kecil,
lingkar abdomen yang terus meningkat. Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan tanda dan
gejala, terutama tumor ovarium kecil. Sebagian tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan,
aktivitas hormonal dan komplikasi tumor-tumor tersebut.
 Akibat pertumbuhan, di mana adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa
menyebabkan pembesaran perut, tekanan terhadap alat sekitarnya, disebabkan oleh
besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat
mengakibatkan konstipasi, edema, tumor yang besar dapat mengakibatkan tidak nafsu
makan dan rasa sakit.
 Aktivitas-aktivitas hormonal, di mana pada umumnya tumor ovarium tidak menganggu
pola haid kecuali jika tumor itu sendiri mengeluarkan hormon.
 Akibat Komplikasi

32
a. Pendarahn pada kista: Perdarahan biasanya sedikit, kalau tidak sekonyong-konyong dalam
jumlah banyak akan terjadi distensi dan menimbulkan nyeri perut.
b. Torsi : Torsi atau putaran tangkai menyebabkan tarikan melalui ligamentum infundibulo
pelvikum terhadap peritonium parietal dan menimbulkan rasa sakit.
c. Infeksi pada tumor : Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di dekat tumor ada tumor kuman
patogen seperti appendicitis, divertikalitis, atau salpingitis akut.
d. Robekan inding kista : Robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul secara akut,
maka perdarahan dapat sampai ke rongga peritonium dan menimbulkan rasa nyeri terus
menerus.
e. Perubahan keganasan : Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, sehingga setelah tumor
diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama terhadap kemungkinan
perubahan keganasan. Tumor ganas merupakan kumpulan tumor dan histiogenesis yang
beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal, endodermal,
mesodermal) dengan sifat histiologis maupun biologis yang beraneka ragam, kira-kira 60%
terdapat pada usia peri menopause 30% dalam masa reproduksi dan 10% usia jauh lebih
muda. Tumor ovarium yang ganas, menyebar secara limfogen ke kelenjar para aorta,
medistinal dan supraclavikular. Untuk selanjutnya menyebar ke alat-alat yang jauh
terutama paru-paru, hati dan otak, obstruksi usus dan ureter merupakan masalah yang
sering menyertai penderita tumor ganas ovarium.
f. . Stadium
Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation International of Ginecologies
and Obstetricians) 1987 adalah :
1) Stadium I
Pada stadium I, pertumbuhan sel kanker terbatas pada ovarium.
a. Stadium 1a
Pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas yang berisi sel ganas, tidak ada
pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.
b. Stadium 1b
Pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas berisi sel ganas, tidak ada tumor
di permukaan luar, kapsul intak.
c. Stadium 1c
33
Rumor dengan stadium 1a dan 1b, tetapi ada tumor di permukaan luar atau kedua ovarium
atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas atau ddengan bilasan peritoneum
positif.
2) Stadium II
Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke panggul.
a. Stadium 2a
Perluasan atau metastesis ke uterus dan atau tuba.
b. Stadium 2b
Perluasan jaringan pelvis lainnya.
c. Stadium 2c
Tumor stadium 2a dan 2b, tetapi pada tumor dengan permukaan satu atau kedua varium,
kapsul pecah atau dengan asitas yangmengandung sel ganas dengan bilasan peritoneum
positif.
3) Stadium III
Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di peritoneum di luar pelvis dan
atau ratroperitonial positif. Tumor terbatas dalam pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti
meluas ke usus besar atau omentum.
a. Stadium 3a
Tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negativetetapi secara histologi
dari konfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan (seeding) di permukaan
peritoneum abdominal.
b. Stadium 3b
Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant dipermukaan peritoneum dan
terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negatif.
c. Stadium 3c
Implant di abdomen dengan diameter >2 cm dan atau kelenjar getah bening retroperitoneal
atau inguinal positif.
4) Stadium IV
Pertumbuhan dengan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh.. Bila efusi
pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke permukaan
liver. Derajad keganasan anker ovarium :
34
- Derajad 1 : differensiasi baik
- Derajad 2 : differensiasi sedang
- Derajad 3 : differensiasi buruk
Dengan derajad differensiasi semakin rendah, pertumbuhan dna prognosis akan lebih baik.
2.3.5 Manifestasi klinis

1) Stadium Awal
 Gangguan haid
 Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)
 Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)
 Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)
 Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul)
 Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan pada lapisan rahim,
pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan rambut)

2) Stadium Lanjut
 Asites
 Penyebaran ke omentum (lemak perut)
 Perut membuncit
 Kembung dan mual
 Gangguan nafsu makan
 Gangguan BAB dan BAK
 Sesak nafas
 Dyspepsia
Sebagian besar kanker ovarium bermula dari suatu kista. Oleh karena itu, apabila pada seorang
wanita ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk
menentukan apakah kista tersebut bersifat jinak atau ganas (kanker ovarium).
Ciri-ciri kista yang bersifat ganas yaitu pada keadaan :
 Kista cepat membesar
 Kista pada usia remaja atau pascamenopause
35
 Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan
 Kista dengan bagian padat
 Tumor pada ovarium

2.3.6 Penatalaksanaan
A. Terapi Farmakologis
1. Kemoterapi
Merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan obat sitostatika yaitu suatu zat-
zat yang dapat menghambat proliferasi sel-sel kanker :
a. Prinsisp Kerja Obat Kemoterapi
Sebagian besar obat kemoterapi (sitostatika) yang digunakan saat ini bekerja terutama
terhadap sel-sel kanker yang sedang berproliferasi, semakin aktif sel-sel kanker tersebut
berproliferasi maka semakin peka terhadap sitostatika hal ini disebut Kemoresponsif,
sebaliknya semakin lambat prolifersainya maka kepekaannya semakin rendah, hal ini
disebut kemoresisten. Obat kemoterapi ada beberapa macam, di antaranya adalah :
1) Obat golongan Alkylating agent, platinum Compouns, dan Antibiotik Anthrasiklin obst
golongsn ini bekerja dengan antara lain mengikat DNA di inti sel, sehingga sel-sel
tersebut tidak bisa melakukan replikasi.
2) Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa inti sel, yang
berakibat menghambat sintesis DNA.
3) Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid, dan Taxanes bekerja pada
gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjadi hambatan mitosis sel.
4) Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan menghambat sintesis
protein, sehingga timbul hambatan dalam sintesis DNA dan RNA dari sel-sel kanker
tersebut.
b. Pola Pemberian Kemoterapi
1) Kemoterapi Induksi
Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau jumlah sel kanker,
contoh pada tumur ganas yang berukuran besar (Bulky Mass Tumor) atau pada keganasan
darah seperti leukemia atau limfoma, disebut juga dengan pengobatan penyelamatan.

36
2) Kemoterapi Adjuvan
Biasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti pembedahan atau radiasi,
tujuannya adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker yang masih tersisa atau metastase
kecil yang ada (micro metastasis).
3) Kemoterapi Primer
Dimaksudkan sebagai pengobatan utama pada tumor ganas, diberikan pada kanker yang
bersifat kemosensitif, biasanya diberikan dahulu sebelum pengobatan yang lain misalnya
bedah atau radiasi.
4) Kemoterapi Neo Adjuvan
Diberikan mendahului/sebelum pengobatan /tindakan yang lain seperti pembedahan atau
penyinaran kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi lagi. Tujuannya adalah untuk
mengecilkan massa tumor yang besar sehingga operasi atau radiasi akan lebih berhasil
guna.
c. Cara Pemberian Obat Kemoterapi
1) Intravena (IV) : kebanyakan sitostatika diberikan dengan cara ini,
dapat berupa bolus IV pelan-pelan sekitar 2 menit, dapat pula per drip IV sekitar 30 – 120
menit, atau dengan continous drip sekitar 24 jam dengan infusion pump upaya lebih
akurat tetesannya.
2) Intratekal (IT) : Diberikan ke dalam canalis medulla spinalis untuk memusnahkan
tumor dalam cairan otak (liquor cerebrospinalis) antara lain MTX, Ara.C.
3) Radiosensitizer, yaitu jenis kemoterapi yang diberikan sebelum
radiasi, tujuannya untuk memperkuat efek radiasi, jenis obat untuk kemoterapi ini antara
lain Fluoruoracil, Cisplastin, Taxol, Taxotere, Hydrea.
4) Oral : Pemberian per oral biasanya adalah obat Leukeran®, Alkeran®, Myleran®,
Natulan®, Puri-netol®, hydrea®, Tegafur®, Xeloda®, Gleevec®.
5) Subkutan dan Intramuskular : Pemberian sub kutan sudah sangat jarang dilakukan,
biasanya adalah L-Asparaginase, hal ini sering dihindari karena resiko syok anafilaksis.
Pemberian per IM juga sudah jarang dilakukan, biasanya pemberian Bleomycin.
6) Topical
7) Intra arterial : intraactivity
8) Intraperitonial/Intrapleural
37
Intraperitoneal diberikan bila produksi cairan acites hemoragis yang banyak pada kanker
ganas intra-abdomen, antara lain Cisplastin. Pemberian intrapleural yaitu diberikan
kedalam cavum pleuralis untuk memusnahkan sel-sel kanker dalam cairan pleura atau
untuk mengehntikan produksi efusi pleura hemoragis yang amat banyak, contohnya
Bleocin.
d. Tujuan Pemberian Kemoterapi
Mengurangi massa tumor selain pembedahan atau radiasi. Meningkatkan kelangsungan
hidup dan memperbaiki kualitas hidup. Mengurangi komplikasi akibat metastase.
e. Persiapan dan Syarat Kemoterapi
Persiapan Sebelum pengotan dimulai maka terlebih dahulu dilakukan
pemeriksaan yang meliputi:
 Darah tepi; Hb, Leuko, hitung jenis, Trombosit.
 Fungsi hepar; bilirubin, SGOT, SGPT, Alkali phosphat.
 Fungsi ginjal; Ureum, Creatinin dan Creatinin Clearance Test bila serim creatinin
meningkat.
 Audiogram (terutama pada pemberian Cis-plastinum)
 EKG (terutama pemberian Adriamycin, Epirubicin).
Syarat
 Keadaan umum cukup baik.
 Penderita mengerti tujuan dan efek samping yang akan terjadi, informed
concent. - Faal ginjal dan hati baik.
 Diagnosis patologik
 Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi. - Riwayat
pengobatan (radioterapi/kemoterapi) sebelumnya. 7) Pemeriksaan laboratorium
menunjukan hemoglobin > 10 gram %, leukosit > 5000 /mm³, trombosit > 150
000/mm³.
f. Efek Samping Kemoterapi
Efek samping dapat terjadi dalam beberapa cara :
 Efek amping segera terjadi (Immediate Side Effects) yang timbul dalam 24 jam
pertama pemberian, misalnya mual dan muntah

38
 Efek samping yang awal terjadi (Early Side Effects) yang timbul dalam beberapa hari
sampai beberapa minggu kemudian, misalnya netripenia dan stomatitis.
 Efek samping yang terjadi belakangan (Delayed Side Effects) yang timbul dalam
beberapa hari sampai beberapa bulan, misalnya neuropati perifer, neuropati.
 Efek samping yang terjadi kemudian (Late Side Effects) yang timbul dalam beberapa
bulan sampai tahun, misalnya keganasan sekunder.
B. Terapi Nonfarmakologis
1. Usaha Operasi Maksimal
Ada axiom diantara banyak ahli ginekologi onkologi bahwa adalah bijaksana untuk
mengeksisi sebanyak mungkin tumor yang dapat dieksisi bila ditemukan penyebaran
penyakit pada saat operasi primer untuk kanker ovarium. Telah diketahui bahwa terapi
yang bermakna dapat dicapai dengan reduksi atau mengurangi beban tumor yang berat.
Munnell, melaporkan angka survival 5 tahun sebesar 28% pada pasien yang menjalani
usaha operasi maksimal dibandingkan dengan angka survival 5 tahun sebesar 9% pada
pasien yang menjalani reseksi parsial dan 3% pada pasien yang hanya menjalani biopsy.
Pada 14 pasien yang bertahan pada Munnells, usaha operasi maksimal yang terdiri dari
histerektomi, bilateral salpingo-oophorectomy, dan omentectomy (TAH- BSO
Omentektoy).
2. Terapi Radiasi
Teknik terapi radiasi mencakup instilasi kromium fosfat radioaktif ke intraperitoneal
dan radiasi external beam ke abdomen dan pelvis. Pasien dengan karsinoma epithelial
ovarium yang dipilih untuk mendapat irradiasi pasca operasi harus mendapat terapi pada
seluruh abdomen dan juga radiasi padapelvis. Lapangan terapi yang luas ini didasarkan
pada analisis terhadap kekambuhan pasca irradiasi pada tumor stadiumI dan II, yang
menunjukkan bahwa sebagian besar kekambuhan atau rekurensi terjadi diluar pelvis. Tidak
ada penutup pada pelvis, dan sel-sel maligna akan meluruh dari tumor ovarium primer dan
bersirkulasi melalui seluruh rongga abdomen. Penyebaran limfatik juga mungkin terjadi.
Terapi radiasi bekerja dengan cara merusak DNA sel. Kerusakan ini disebabkan oleh
foton, elektron, proton, neutron, atau sinar ion langsung atau tidak langsung ionisasi atom

39
yang membentuk rantai DNA. Ionisasi tidak langsung terjadi sebagai akibat dari ionisasi
air, membentuk radikal bebas, radikal hidroksil terutama, yang kemudian merusak DNA.
Dalam bentuk yang paling umum dari terapi radiasi, sebagian besar dari efek radiasi
adalah melalui radikal bebas. Karena sel memiliki mekanisme untuk memperbaiki
kerusakan DNA, melanggar DNA pada kedua untai terbukti menjadi teknik yang paling
signifikan dalam memodifikasi karakteristik sel. Karena sel-sel kanker umumnya
dibedakan dan stem cell seperti, mereka mereproduksi lebih, dan memiliki kemampuan
yang berkurang untuk memperbaiki kerusakan sub-letal dibandingkan dengan sel
dibedakan paling sehat. Kerusakan DNA diwariskan melalui pembelahan sel, terakumulasi
kerusakan pada sel-sel kanker, menyebabkan mereka mati atau mereproduksi lebih lambat.

3. Terapi Isotope
Radioisotope telah banyak digunakan dalam terapi kanker ovarium. Baik beta
emitter radioactive chromium phosphate (waktu paruh 14,2 hari) dan radioactive gold
(waktu paruh 2,7 hari) telah digunakan. Isotop ini mengemisi radiasi dengan penetrasi
maksimal efektif 4-5 mm sehingga hanya bermanfaat pada penyakit minimal. Kedua agen
diambil oleh makrofag serosa dan ditransportasikan ke limfonodi retroperitoneal dan
mediastinal. Kemungkinan bahwa koloid radioaktif akan mengeradikasi metastasis
limfonodi dengan uptake limfatik selektif masih diragukan karena studi-studi menunjukkan
bahwa limfonodi maligna tidak mengambil isotop, namun tumor dengan limfonodi bersih
mengambil isotop. Telah diperkirakan bahwa 6000 cGy dikirim ke omentum dan
permukaan peritoneal dan 7000 cGy pada beberapa struktur retroperitoneal.
2.3.7 Asuhan keperawatan
A. Pengkajian
 Data diri klien
 Data biologis/fisiologis –> keluhan utama, riwayat keluhan utama
 Riwayat kesehatan masa lalu
 Riwayat kesehatan keluarga
 Riwayat reproduksi –> siklus haid, durasi haid
 Riwayat obstetric –> kehamilan, persalinan, nifas, hamil

40
 Pemeriksaan fisik
 Data psikologis/sosiologis–> reaksi emosional setelah penyakit diketahui
B. Diagnosa
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologi (00132)
2. Gangguan citra tubuh b.d perubahan fungsi tubuh (00118)
3. Disfungsi seksual b.d perubahan fungsi seksual yang tidak diinginkan d.d gangguan fungsi
tubuh (00059)
C. Intervensi
NANDA NOC NIC
Nyeri akut b.d 1. Kontrol nyeri (1605) 1. Manajemen nyeri (1400)
agen cidera  Mengenali kapan nyeri  Lakukan pengkajian nyeri
biologi terjadi (level 5) konprehensif yang meliputi
00132  Menggunakan analgesik lokasi karakteristik,
yang direkomendasikan onset/durasi, frekuensi,
(level 5) kualitas, intensitas atau
 Melaporkan perubahan beratnya nyeri dan faktor
terhadap gejala nyeri pada pencetus
profesional kesehatan (level  Pastikan perawatan analgesik
5) bagi pasien dilakukan dengan
 Mengenali apa yang terkait pemantauan yang ketat
dengan gejala nyeri (level 5)  Gunakan metode penilaian
 Melaporkan nyeri yang yang yang sesuai dengan
terkontrol (level 5) tahapan perkembagan yang
2. Tingkat nyeri (2102) memungkinkan untuk
 Nyeri yang dilaporkan (level memonitor perubahan nyeri
5) dan akan dapat membantu

 Mengerang dan menangis mengidentifikasi faktor

(level 5) pencetus aktual dan potensial

 Tidak bisa beristirahat (level  Gunakan strategi komunikasi

5) terapeutik untuk mengetahui

41
3. Nyeri : efek yang mengganggu pengalam nyeri dan sampaikan
(2101) penerimaan pasien terhadap
 Ketidaknyamanan (level 5) nyeri
 Gangguan dalam perasaan 2. Manajemen pengobatan (2380)
mengontrol (level 5)  Tentukan obat apa yang
 Gangguan pergerakan fisik diperlukan dan kelola menurut
(level 5) resep dan atau protokol
 Gangguan pada aktifitas  Monitor efektifitas cara
hidup sehari-hari (level 5 pemberian obat yang sesuai
 Monitor pasien mengenai efek
terapeutik obat
 Monitor efek samping obat
 Kaji ulang pasien dan/atau
keluarga secara berkala
mengenai jenis dan jumlah
obat yang dikonsumi
3. Pemberian analgesik (2210)
 Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas dan keparahan nyeri
sebelum megobati pasien
 cek perintah pengobatan
meliputi obat, dosis, dan
frekuensi obat analgesik yang
diterapkan
 Evaluasi kemampuan pasien
untuk berperan serta dalan
pemilihan analgesik rute dan
dosis dan keterlibatan pasien
sesuai kebutuhan
 Pilih analgesik atau kombinasi

42
analgesik yang sesuai ketika
lebih satu diberikan
 Tentukan analgesik
sebelumnya, rute pemberian,
dan dosis untuk mencapai hasil
pengurangan nyeri yang
optimal
Gangguan 1. Citra tubuh (1200) 1. Peningkatan citra tubuh (5220)
citra tubuh  Gambaran internal diri  Tentukan harapan citra diri
b.d (level 5) pasien didasarkan pada tahap
(perubahan  Kesesuaian antara realistis perkembangan
fungsi tubuh) tubuh dan ideal tubuh  Tentukan jika terdapat
(00118) dengan penampilan tubuh perasaan tidak suka terhadap
(level 5) karakteristik fisik khusus yang
 Sikap terhadap menyentuh menciptakan disfungsi
bagian tubuh yang terkena paralisis sosial untuk remaja
(dampak) (level 5) dan kelompok dengan risiko
 Sikap terhadap penggunaan tinggi lain.
strategi untuk meningkatkan  Bantu pasien untuk
penampilan (level 5 mendiskusikan perubahan-
 Kepuasan dengan perubahan bagian tubuh
penampilan (level 5) disebabkan adanya penyakit
2. Koping (1302) atau pembedahan
 Mengidentifikasi pola  Bantu pasien menentukan
koping yg efektik (level 5) keberlanjutan dari perubahan-
 Mengidentifikasi pola perubahan aktual dari tubuh
koping yg tidak efektif atau tingkat fungsinya
(level5)  Bantu pasien memisahkan
 menyatakan penerimaan penampilan fisik dari perasaan
terhadap situasi (level 5) berharga secara pribadi dengan

43
 Modifikasi gaya hidup cara yang tepat
untuk mengurangi stress 2. Peningkatan harga diri (5400)
(level 5)  Monitor pernyataan pasien
 Mengidentifikasi beberapa mengenai harga diri
strategi koping (level 5)  Tentukan kepercayaan diri
3. Pengaturan psikososial : pasien dalam hal penilaian diri
perubahan kehidupan (1305)  Bantu pasien untuk
 Menjaga harga diri (level 5) mengidentifikasi respon positif
 Melaporkan perasaan dari orang lain
berguna (level 5)  Jangan mengkritisi pasien
 Identifikasi strategi dari secara negatif
berbagai koping (level 5)  Sampaiakan ungkapan
 Menggunakan dukungan kepercayaan diri pasien dalam
sosial yang tersedia (level 5) mengatasi situasi
 Bantu untuk mengatur tujuan
yang realistik dalam rangka
mencapai harga diri yang lebih
tinggi
3. Pengurangan kecemasan (5820)
 Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinka
Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap perilaku klien
 Jelaskan semua prosedur
termasuk sensasi yang akan
dirasakan yang mungkin akan
dialami klien selama prosedur
 Dengarkan klien
 Berikan informasi faktual
terkait diagnosis perawatan

44
dan prognosis
Disfungsi 1. Fungsi seķsual (0119) 1. Konselong seksual (5248)
seksual b.d  Menahan diri dari  Bangun hubungan terapeutik
perubahan penggunaan obat yang didasarkan pada kepercayaan
fungsi seksual memberikan efek yang dan rasa hormat
yang tidak tidak diharapkan pada  Tetapkan lamanya hubungan
diinginkan fungsi seksual (level 5) konseling
d.d gangguan  Mengekspresikan  Berikan privasi dan jaminan
fungsi tubuh kepercayaan diri (level kerahasiaan
(00059) 5)  Informasikan kepada pasien di
 Mengekspresikan awal hubungan bahwa
kenyaman pada tubuh seksualitas merupakan bagian
(level 5) yang penting dalam kehidupan
 Mengekspresikan minat dan bahwa penyakit, medikasi
seksual (level 5) dan stress sering merubah
 Mengekspresikan fungsi seksual
keinginan terhadap seks  Dorong pasien untuk
(level 5) mengungkapkan ketakutan dan
2. Penampilan peran (1501) untuk bertanya mengenai
 Deskripsi tentang perubahan fungsi seksual
peran akibat penyakit akan 2. Peningkatan peran (5370)
kecacatan (level 5)  Bantu pasien untuk
 Melakukan peran sesuai mengidentifikasi bermacam
harapan (level 5) peran dalam siklus kehidupan
 Melaporkan strategi dalam  Bantu pasien untuk
menghadapi perubahan mengidentifikasi periode
peran (level 5) transisi peran pada
 Melakukan peran sesuai keseluruhan rentang kehidupan
harapan;(level 5)  Bantu pasien untuk
 Melaporkan kenyamanan mengidentifikasi ketidak

45
dalan perubahan peran cukupan peran
(level 5)  Dukung pasien untuk
3. Pengetahuan fungsi seksual mengidentifikasi gambaran
(1815) realistik dari adanya perubahan
 Fungsi anatomi seksual  Bantu pasien untuk
(level 5) mengidentifikasi strategi-
 Reproduksi (level 5) strategi positif untuk
 Konsekuensi potensial dari manajemen perubahan peran
aktifitas seksual (level 5) 3. Manajemen perilaku seksual
(4356)
 Identifikasi perilaku seksual
yang tidak dapat diterima
dalam tatanan khusus dan
populasi peran
 Diskusikan dengan pasien
mengenai konsekuensi dari
perilaku seksual dan verbal
yang secara seksual tidak
dapat diterima
 Sediakan pendidikan seksual
dengan cara yang tepat sesuai
dengan tingkat perkembangan
pasien
 Batasi pergerakan fisik pasien
sesuai kebutuhan untuk
menurunkan perilaku seksual
yang tidak dapat diterima

46
2.4 Kanker Serviks

2.4.1 Definisi

Kanker Serviks yaitu keganasan pada leher rahim yang merupakan keganasan pada bagian
terendah rahim yang menonjol ke liang sanggama / vagina (Depkes RI, 2006). Kanker serviks
merupakan pertumbuhan dari Human Papilloma Virus (Kline, 2007). Kanker serviks adalah penyakit
akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang
tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya. (FKUI, 1990; FKKP, 1997). Kanker serviks
adalah penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim, yaitu daerah pada organ reproduksi wanita
yang merupakan pintu masuk kearah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dengan liang senggama
wanita (vagina) (Wijaya, 2010).

2.4.2 Etiologi
Menurut Wijaya (2010), ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan peluang seorang wanita
untuk terkena kanker serviks. Faktor-faktor tersebut adalah :

1. Infeksi Virus Human Papilloma (HPV)


Faktor resiko dari infeksi HPV adalah factor yang terpenting dalam timbulnya
penyakit kanker serviks ini. Human Papilloma Virus adalah sekelompok lebih dari 100 virus
yang berhubungan yang dapat menginfeksi sel-sel pada permukaan kulit, ditularkan melalui
kontak kulit seperti vaginal, anal, atau oral seks. Virus ini berasal dari familia
Papovaridaedan genus Papilloma virus. Hubungan seks yang tidak aman terutama pada usia
muda atau melakukan hubungan seks dengan banyak pasangan, memungkinkan terjadinya
infeksi HPV. Organ reproduksi wanita pada usia remaja (12-20 tahun) sedang aktif
berkembang. Bila terjadi rangsangan oleh penis/sperma dapat memicu perubahan sifat sel
menjadi tidak normal, apalagi bila terjadi luka saat berhubungan seksual dan kemudian
terjadi infeksi virus HPV.
2. Pasangan Seksual yang Berganti-Ganti
Dari berbagai penelitian yang dilakukan timbulnya penyakit kanker serviks berkaitan
erat dengan perilaku seksual seperti mitra seks yang berganti-ganti. Resiko kanker serviks
lebih dari 10 kali bila berhubungan dengan 6 atau lebih mitra seks.

47
3. Usia Pertama Melakukan Hubungan Seks

Wanita yang melakukan hubungan seks pertama sekali pada umur dibawah 17 tahun
hampir selalu 3x ; lebih mungkin terkena kanker serviks di usia tuanya. Semakin muda seorang
wanita melakukan hubungan seks maka semakin besar resiko terkena kanker serviks. Hal ini
disebabkan karena alat reproduksi wanita pada usia ini belum matang dan sangat sensitif.

4. Merokok

Tembakau atau rokok mengandung bahan-bahan karsinogenik baik yang dikunyah atau
dihisap sebagai rokok atau sigaret. Penelitian menunjukkan lendir serviks pada wanita perokok
mengandung nikotin dan zat-zat lainnya terdapat di dalam rokok. Produk sampingan rokok seringkali
ditemukan pada mukosa serviks dari wanita perokok.

5. Jumlah Anak

Wanita yang sering melahirkan mempunyai resiko 3-5 x lebih besar terkena kanker leher
rahim. Terjadinya trauma pada bagian leher rahim yang tipis dapat merupakan penyebab timbulnya
suatu peradangan dan selanjutnya berubah menjadi kanker. Menurut berapa pakar, jumlah kelahiran
yang lebih dari 3 akan meningkatkan resiko wanita terkena kanker serviks.

6. Kontrasepsi

Pil KB yang dipakai dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan resiko terkena kanker
serviks.Dari beberapa penelitian menemukan bahwa resiko kanker serviks meningkat berkaitan
dengan semakin lama wanita tersebut menggunakan pil KB, dan cenderung akan menurun pada saat
pil tersebut dihentikan. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa pemakaian pil KB akan
menyebabkan wanita lebih sensitif terhadap HPV sehingga makin meningkatkan resiko terkena
kanker serviks.

7. Riwayat Keluarga

Sama seperti jenis kanker lainnya, maka pada kanker leher rahim juga akan meningkatkan
resiko lebih besar terkena pada wanita yang mempunyai keluarga (ibu atau kakak perempuan)
terkena kanker leher rahim.

48
8. Kekebalan Tubuh
Seseorang yang melakukan diet ketat, diet rendah sayuran dan buah-buahan, rendahnya
konsumsi vitamin A,C, dan E setiap hari dapat menyebabkan kurangnya daya tahan tubuh, sehingga
oang tersebut gampang terinfeksi oleh berbagai kuman, termasuk HPV. Penurunan kekebalan tubuh
dapat juga mempercepat pertumbuhan sel kanker dari noninvasive menjadi invasif.

2.4.3 Patofisiologi
Serviks mempunyai dua jenis sel epitel yang melapisi nektoserviks dan endoserviks, yaitu sel epitel
kolumner dan sel epitel squamosa yang disatukan oleh Sambungan Squamosa Kolumner (SSK).Proses
metaplasia adalah proses pergantian epitel kolumner dan squamosa. Epitel kolumner akan digantikan
oleh squamosa baru sehingga SSK akan berubah menjadi Sambunga SquamosaSquamosa (SSS)/
squamosa berlapis.

Pada awalnya metaplasia berlangsung fisiologis Namun dengan adanya mutagen dari agen yang
ditularkan melalui hubungan seksual seperti sperma, virus herpes simplek tipe II, maka yang semula
fisiologis berubah menjadi displasia. Displasia merupakan karakteristik konstitusional sel seperti potensi
untuk menjadi ganas.

Hampir semua ca. serviks didahului dengan derajat pertumbuhan prakanker yaitu displasia dan
karsinoma insitu. Proses perubahan yang terjadi dimulai di daerah SquamosaColumner Junction (SCJ)
atau SSK dari selaput lendir portio. Pada awal perkembangannya, ca. serviks tidak memberikan tanda-
tanda dan keluhan. Pada pemeriksaan speculum, tampak sebagai portio yang erosive (metaplasia
squamosa) yang fisiologik atau patologik.

Tumor dapat tumbuh sebagai berikut :

1. Eksofitik, mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai masa proliferasi yang mengalami
infeksi sekunder dan nekrosis.
2. Endofitik, mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan cenderung untuk
mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
3. Ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dan melibatkan
awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.

49
Displasia pada serviks disebut Neoplasia Servikal Intraepitelial (CIN). CIN ada tiga tingkatan yaitu
:

1. CIN I : Displasia ringan, terjadi di epitel basal lapisan ketiga, perubahan sitoplasmik
terjadi di atas sel epitel kedua dan ketiga.
2. CIN II : Displasia sedang, perubahan ditemukan pada epitel yang lebih rendah dan
pertengahan, perubahan sitoplasmik terjadi di atas sel epitel ketiga.
3. CIN III : Displasia berat, terjadi perubahan nucleus, termasuk pada semua lapis sel
epitel, diferensiasi sel minimal dan karsinoma insitu.

2.4.4 Manifestasi Klinis


Menurut Sukaca (2009), gejala penderita kanker serviks diklasifikasikan menjadi dua yaitu gejala
pra kanker serviks dan gejala kanker serviks.

Gejala pra kanker serviks ditandai dengan gejala :

1. Keluar cairan encer dari vagina (keputihan).


2. Pendarahan setelah sanggama yang kemudian dapat berlanjut menjadi pendarahan yang
abnormal.
3. Pada fase invasive dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat
bercampur dengan darah.
4. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi pendarahan kronis.
5. Timbul nyeri panggul(pelvis) atau diperut bagian bawah bila ada radang panggul. Bila sel
- sel tidak normal ini berkembang menjadi kanker serviks, maka muncul gejala-gejala
sebagai berikut :
a) Pendarahan pada vagina yang tidak normal.
Ditandai dengan pendarahan diantara periode menstruasi yang regular, periode menstruasi yang
lebih lama dan lebih banyak dari biasanya, pendarahan setelah hubungan seksual.

b) Rasa sakit saat berhubungan seksual.


c) Bila kanker telah berkembang makin lanjut maka dapat timbul gejala-gejala seperti
penurunan berat badan, nyeri panggul, kelelehan, berkurangnya nafsu makan, keluar
tinja dari vagina, dll.

50
2.3.5 Klasifikasi

Menurut FIGO (Federation Internationale de Gynecologic et Obstetrigue), 1988 :

Tingkat Kriteria :

1. Karsinoma Pra Invasive

Stadium 0 : Karsinoma in situ atau karsinoma intra epitel.

2. Karsinoma Invasif

a) Stadium I : Proses terbatas pada serviks (perluasan ke korpus uteri tidak dinilai).
 Stadium I a
Karsinoma serviks preklinis hanya dapat didiagnostik secara mikroskopis, lesi
tidak lebih dari 3 mm atau secara mikroskopik kedalamannya > 3-5 mm dari
epitel basal dan memanjang tidak lebih dari 7 mm.
 Stadium I b
Lesi invasive > 5, dibagi atas lesi < 4 Cm dan > 4 Cm.
b) Stadium II : Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar ke 2/3 bagian
atas vagina dan atau ke parametrium tetapi tidak sampai dinding panggul.
 Stadium II a
Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infiltrat tumor.
 Stadium II b
Penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral tetapi belum sampai dinding
panggul.
c) Stadium III : Penyebaran sampai 1/3 distal vagina atau ke parametrium sampai
dinding panggul.
 Stadium III a
Penyebaran sampai 1/3 distal vagina namun tidak sampai ke dinding panggul.
 Stadium III b
Penyebaran sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas infiltrasi
antara tumor dengan dinding panggul atau proses pada tingkat I atau II tetapi
sudah ada gangguan faal ginjal / hidronefrosis.
51
d) Stadium IV : Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan
mukosa rektum dan atau vesika urinaria (dibuktikan secara histologi) atau telah
bermetastasis keluar panggul atau ketempat yang jauh.
 Stadium IV a : Telah bermetastasis ke organ sekitar.

 Stadium IV b : Telah bermetastasis jauh.

2.4.6 Penatalaksanaan

1. Pembedahan

Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar), seluruh
kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP (loop
electrosurgical excision procedure) atau konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih
bisa memiliki anak. Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan untuk
mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya (subtotal). Biasanya dilakukan pada
stadium klinik IA sampai IIA (klasifikasi FIGO).

2. Terapi Penyinaran (Radioterapi)


Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta mematikan parametrial
dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks stadium II B, III, IV sebaiknya

diobati dengan radiasi.

3. Kemoterapi

Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat melalui infus, tablet, atau
intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan utamanya untuk membunuh sel kanker dan
menghambat perkembangannya. Tujuan pengobatan menggunakan kemoterapi tergantung jenis
kanker dan fase saat diagnosis. Kemoterapi disebut sebagai pengobatan adjuvant ketika
kemoterapi digunakan untuk mencegah kanker kambuh. Kemoterapi sebagai pengobatan paliatif
ketika kanker sudah menyebar luas dan dalam fase akhir, sehingga dapat memberikan kualitas
hidup yang baik. (Galle, 2000). Kemoterapi bekerja saat sel aktif membelah, namun kerugian
dari kemoterapi adalah tidak dapat membedakan sel kanker dan sel sehat yang aktif membelah
seperti folikel rambut, sel disaluran pencernaan dan sel batang sumsum tulang. Pengaruh yang
terjadi dari kerja kemoterapi pada sel yang sehat dan aktif membelah menyebabkan efek
samping yang umum terlihat adalah kerontokan rambut, kerusakan mukosa gastrointestinal dan
52
mielosupresi. Sel normal dapat pulih kembali dari trauma yang disebabkan oleh kemoterapi, jadi
efek samping ini biasanya terjadi dalam waktu singkat.

Macam-Macam Kemoterapi :

a) Obat golongan Alky lating agent, platinum Compouns, dan Antibiotik Anthrasiklin
obat golongan ini bekerja dengan antara lain mengikat DNA di inti sel, sehingga sel-
sel tersebut tidak bisa melakukan replikasi.
b) Kerja langsung pada molekul basa inti sel, yang berakibat menghambat sintesis
DNA.
c) Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid, dan Taxanes bekerja pada
gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjadi hambatan mitosis sel.
d) Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan menghambat sintesis
protein, sehingga timbul hambatan dalam sintesis DNA dan RNA dari sel-sel kanker
tersebut.

2.3.7 Komplikasi
1. Komplikasi yang Terjadi karena Radiasi
Waktu fase akut terapi radiasi pelvik, jaringan-jaringan sekitarnya juga terlibat seperti
intestines, kandung kemih, perineum dan kulit. Efek samping gastrointestinal secara akut
termasuk diare, kejang abdominal, rasa tidak enak pada rektal dan perdarahan pada GI. Diare
biasanya dikontrol oleh loperamide atau atropin sulfate. Sistouretritis bisa terjadi dan
menyebabkan disuria, nokturia dan frekuensi. Antispasmodik bisa mengurangi gejala ini.
Pemeriksaan urin harus dilakukan untuk mencegah infeksi saluran kemih. Bila infeksi saluran
kemih didiagnosa, terapi harus dilakukan segera. Kebersihan kulit harus dijaga dan kulit harus
diberi salep dengan pelembap bila terjadi eritema dan desquamasi. Squele jangka panjang (1 – 4
tahun setelah terapi) seperti : stenosis pada rektal dan vaginal, obstruksi usus kecil,

malabsorpsi dan sistitis kronis.

2. Komplikasi Akibat Tindakan Bedah


Komplikasi yang paling sering akibat bedah histerektomi secara radikal adalah disfungsi
urin akibat denervasi partial otot detrusor. Komplikasi yang lain seperti vagina dipendekkan,
fistula ureterovaginal, pendarahan, infeksi, obstruksi usus, striktur
53
dan fibrosis intestinal atau kolon rektosigmoid, serta fistula kandung kemih dan rektovaginal.

2.3.8 Asuhan Keperawatan

i. Pengkajian

1. Data Subjektif

Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang.

a) Data pasien
Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama, alamat jenis
kelamin dan pendidikan terakhir.
b) Keluhan utama
Pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan.
c) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru
pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan,
keputihan dan rasa nyeri intra servikal.
d) Riwayat penyakit sebelumnya
Data yang perlu dikaji adalah : Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa
nifas, riwayat operasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga yang
menderita kanker.

2. Data Objektif
a) Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya pembengkakan kelenjar limfe


supraklavikuler dan pembesaran hepar. Pada pemeriksaan spekulum didapatkan lapisan-
lapisan besar selaput lendir mudah lepas dan mudah berdarah waktu disuap spatel.

Adanya warna kemerahan di sekitar ostium eksternum servikalis uteri :

 Inspeksi : Perdarahan, keputihan.

54
 Palpasi : Nyeri abdomen, nyeri punggung bawah.

b) Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Pap Smear

Dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal pada pasien yg tidak memberikan
keluhan. Sel kanker dapat diketahui pada secret yg diambil dari posio serviks.
Pemeriksaan ini harus mulai dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah
melakukan aktivitas seksual sebelum itu. Setelah 3x hasil pemeriksaan pap smear
setiap 3 tahun sekali sampai usia 65 tahun.

 Pemeriksaan DNA HPV


Pemeriksaan ini dimasukkan pada skrining bersama-sama dengan pap’s smear untuk
wanita diatas 30 tahun. Deteksi DNA HPV yang positif yang ditemukan kemudian
dianggap sebagai HPV yg persisten. Apabila hal ini dialami pada wanita dengan usia
yg lebih tua, maka akan terjadi peningkatan resiko kanker serviks.

 Biopsy
Biopsy dilakukan jika pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan atau luka
pada serviks atau jika hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan suatu abnormalitas
atau kanker. Teknik yang biasa dilakukan adalah punch biopsy yang tidak
memerlukan anastesi & teknik cone biopsy yang menggunakan anastesi. Biopsy
dilakukan untuk mengetahui kelainan yang ada pada serviks. Jaringan yang diambil
dari daerah bawah kanal servikal. Hasil biopsy akan

55
memperjelas apakah yang terjadi itu kanker invasive atau hanya tumor saja.

 Kolposkopi (Pemeriksaan Serviks dengan Lensa Pembesar)


Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yg terkena proses metaplasia.
Pemeriksaan ini kurang efisien dibandingkan dengan pap smear karena kolposkopi
memerlukan ketrampilan & kemampuan kolpokospi dalam mengetes darah yang
abnormal.

 Tes Schiller
Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan iodium. Pada serviks yang
normal akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel serviks karena
adanya glikogen. Sedangkan pada sel epitel serviks yang mengandung kanker akan
menunjukkan warna yang tidak berubah karena tidak ada glikogen.

 Radiologi
Pemeriksaan radiologi direkomendasikan untuk mengevaluasi kandung kemih &
rectum yg meliputi sitoskopi, pielogram intravena (IVP), enema barium, &
sigmoidoskopi. Magnetic resonance imaging (MRI) atau CT scan abdomen / pelvis
digunakan untuk menilai penyebaran local tumor &/atau terkenanya nodus limpa
regional.

 Pelvic Limphangiografi
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya gangguan pada saluran pelvic atau
peroartik limfa.

ii. Diagnosa Keperawatan

1. Pre Operasi

a) Nyeri akut b/d agens cidera biologis

b) Risiko kekurangan volume cairan

c) Defisiansi pengetahuan b/d kurang pajanan informasi

2. Post Operasi

a) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan

56
mencerna makanan

b) Risiko Infeksi

c) Ansietas b.d perubahan status kesehatan

iii. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan (NOC) (NIC)
1 Nyeri akut b/d agens  Pain Control  Pain Management
cidera biologis Kriteria Hasil :  Lakukan pengkajian nyeri
 Mampu mengontrol nyeri. secara komprehensif
 Melaporkan bahwa nyeri termasuk lokasi,
berkurang dengan karakteristik, durasi,
menggunakan manajemen frekuensi, kualitas, dan
nyeri. faktor presipitasi.
 Mampu mengenali nyeri  Observasi reaksi non verbal
(skala, intensitas, dari ketidaknyamanan.
frekuensi dan tanda  Gunakan teknik komunikasi
nyeri). terapeutik untuk mengetahui
 Menyatakan rasa nyaman pengalaman nyeri pasien.
setelah nyeri berkurang.  Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan.
 Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi, dan inter
personal).

57
 Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi.

 Ajarkan tentang teknik non


farmakologi.

 Berikan analgetik untuk


mengurangi nyeri.

 Evaluasi keefektifan kontrol


nyeri.

 Tingkatkan istirahat.

 Kolaborasikan dengan dokter


jika ada keluhan dam
tindakan nyeri tidak berhasil.

 Analgesic Administration
 Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat.
 Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis dan
frekuensi.
 Cek riwayat alergi.
 Pilih analgesic yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesic ketika
pemberian lebih dari satu.

58
 Tentukan pilihan analgesic
tergantung tipe dan beratnya
nyeri.
 Tentukan analgesic pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal.
 Pilih rute pemberian secara
IV, Im untuk pengobatan
nyeri secara teratur.
 Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesic pertama kali.
 Berikan analgesic tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat.
 Evaluasi efektivitas
analgesic, tanda dan gejala.

2 Resiko kekurangan  Fluid Balance  Fluid Management


volume cairan  Hydration  Timbang popok / pembalut
 Nutritional Status : food and jika diperlukan.
fluid intake  Pertahankan catatan intake
dan output yang akurat.
Kriteria Hasil :
 Monitor status hidrasi
 Mempertahankan urine
(kelembaban membrane
output sesuai dengan usia
mukosa, nadi adekuat,
dan BB, BJ urine normal,
tekanan darah ortostatik) jika
HT normal.
diperlukan.
 Tekanan darah, nadi, suhu
 Monitor vital sign.
tubuh dalam batas normal.
 Monitor masukan makanan /
 Tidak ada tanda-tanda

59
dehidrasi, elastisitas turgor cairan dan hitung intake
baik, membrane mukosa kalori harian.
lembab, tidak ada rasa haus  Kolaborasikan pemberian
yang berlebihan. cairan IV.
 Monitor status nutrisi.
 Berikan cairan IV.
 Dorong masukan oral.
 Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output.
 Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan.
 Tawarkan snack (jus buah,
buah segar).
 Kolaborasi dengan dokter.
 Atur kemungkinan transfuse.
 Persiapan untuk transfuse.

 Hypovolemia Management

 Monitor status cairan


termasuk intake dan output
cairan.

 Pelihara IV line.

 Monitor tingkat Hb dan


hematocrit.

 Monitor tanda vital.

 Monitor respon pasien


terhadap penambahan cairan.

60
 Monitor berat badan.

 Dorong pasien untuk


menambah intake oral.

 Pemberian cairan IV monitor


adanya tanda dan gejala
kelebihan volume cairan.

 Monitor adanya tanda gagal


ginjal.

3 Resiko infeksi  Imunne Status  Infection Control


 Knowledge : infection  Bersihkan di lingkungan
control setelah dipakai pasien lain.
 Risk Control  Pertahankan teknik isolasi.
Kriteria Hasil :  Batasi pengunjung bila perlu.
 Klien bebas dari tanda dan  Instruksikan pada pengunjung
gejala infeksi. untuk mencuci tangan saat
 Mendeskripsikan proses berkunjung dan setelah
penularan penyakit, faktor berkunjung meninggalkan
yang mempengaruhi pasien.
penularan serta  Gunakan sabun
pelaksanaannya. antimikroba untuk cuci
 Menunjukkan tangan.
kemampuan untuk  Cuci tangan setiap sebelum
mencegah timbulnya dan sesudah tindakan
infeksi. keperawatan.
 Jumlah leukosit dalam  Gunakan baju, sarung tangan
batas normal. sebagai alat pelindung.
 Menunjukkan perilaku  Pertahankan lingkungan

61
hidup sehat. aseptic selama pemasangan
alat.
 Ganti letak IV perifer dan line
central dan dressing sesuai
dengan petinjuk umum.
 Gunakan kateter intermiten
untuk
Menurunkan infeksi kandung
kencing.
 Tingkatkan intake nutrisi.
 Berikan terapi antibiotic bila
perlu.
 Monitor tanda dan gejala
infeksi sitemik dan local.
 Monitor perhitungan
granulosit, WBC.
 Monitor kerentanan terhadap
infeksi.
 Batasi pengunjung.
 Inspeksi kulit dan membrane
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase.
 Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi.
 Laporkan kecurigaan infeksi.
 Laporkan kultur positif.

4 Ansietas b.d  Anxiety Self-Control  Anxiety Reduction


perubahan status  Anxiety Level  Lakukan pendekatan yang

62
kesehatan  Coping menenangkan.
Kriteria Hasil :  Nyatakan dengan jelas
 Klien mampu harapan terhadap perilaku
mengidentifikasi dan pasien.
mengungkapkan gejala  Jelaskan semua prosedur dan
cemas. apa yang dirasakan selama
 Mengidentifikasi, prosedur.
mengungkapkan dan  Pahami perspektif pasien
menujukkan teknik untuk terhadap situasi stress.
mengontrol cemas.  Temani pasien untuk
 Vital sign dalam batas memberikan keamanan dan
normal. mengurangi takut.
 Postur tubuh, ekspresi  Dorong keluarga untuk
wajah, bahasa tubuh, dan menemani pasien.
tingkat aktivitas  Lakukan back / neck rub.
menunjukkan  Dengarkan dengan penuh
berkurangnya kecemasan. perhatian.
 Identifikasi tingkat
kecemasan.
 Bantu pasien mengenal situasi
yang
menimbulkan kecemasan.
 Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, dan persepsi.
 Instruksikan pasien
melakukan teknik relaksasi.
 Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan.

63
2.5 Kanker Vulva

2.5.1 Definisi

Dari semua kanker yang ada pada organ reproduksi wanita, 3-4% merupakan kanker
vulva.Kanker vulva adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam vulva, Vulva merupakan
bagian luar dari sistem reproduksi wanita, yang meliputi labia, lubang vagina, lubang uretra
dan klitoris. Carcinoma vulva adalah suatu keganasan pada pertumbuhan sel pada area vulva
yang menyerang wanita berusia berkisar antara 50 – 70 tahun, umum ditemukan pada
penderita golongan social ekonomi rendah (Sjamsuhidajat, 1997). Kanker vulva merupakan
suatu kondisi medis yang ditandai dengan kanker pada genitalia bagian luar wanita termasuk
labia (bibir di sekeliling lubang vagina), klitoris (jaringan kecil di atas lubang keluar vagina)
dan bagian luar dari vagina.

Pada umumnya 80% kanker vulva merupakan hasil metastatis (penyebaran) dari kanker
serviks, endometrium, koriokarsinoma, ovarium, vagina, kandung kemih, uretra (saluran
kemih), dan paru-paru. Kanker vulva biasanya terjadi setelah menopause, rata-rata pada usia
70 tahun.Kanker vulva lebih sering terjadi pada wanita dengan kanker primer (awal) pada
serviks atau yang biasa kita kenal dengan kanker leher rahim. Tumor dapat ditemukan
dimana – mana, di vulva dan dapat berbentuk eksofitis. Sering tumor bertukak dengan
infiltrasi ke jaringan yang jauh terutama ke vagina, uretra, perineum, anus dan rectum.
Diagnosis hanya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan histologik. Metastasis umumnya
menuju ke kelenjar limfe femoral dan inguinal, unilateral atau bilateral, dan selanjutnya ke
kelenjar iliaka ekstren dan intern.

2.5.2Etiologi

Tidak diketahui secara pasti, diduga karena adanya factor iritasi ekstern dan kronik atau
pada kasus-kasus seperti:

a. Penyakit kelamin (granuloma inguinal) yang menyebabkan vulvitis kronik.

b. Lesi-lesi kronik menimbulkan gatal, kadang-kadang multifokal dari vulva


(leukoplakia dan kraurosis).

64
Namun beberapa factor resiko dibawah ini dapat menjadi pencetusnya, seperti :

1. Infeksi HPV atau kutil kelamin (kutil genitalis), HPV merupakan virus penyebab kutil
kelamin dan ditularkan melalui hubungan seksual.

2. Pernah menderita kanker leher rahim atau kanker vagina.

3. Infeksi sifilis.

4. Diabetes.

5. Obesitas.

6. Tekanan darah tinggi.

7. Usia, Tiga perempat penderita kanker vulva berusia diatas 50 tahun dan dua
pertiganya berusia diatas 70 tahun ketika kanker pertama kali terdiagnosis. Usia rata-
rata penderita kanker invasif adalah 65-70 tahun.

8. Hubungan seksual pada usia dini.

9. Berganti-ganti pasangan seksual.

10. Merokok.

11. Infeksi HIV, HIV adalah virus penyebab AIDS. Virus ini menyebabkan kerusakan
pada sistem kekebalan tubuh sehingga wanita lebih mudah mengalami infeksi HPV
menahun.

12. Golongan sosial-ekonimi rendah. Hal ini berhubungan dengan pelayanan kesehatan
yang adekuat, termasuk pemeriksaan kandungan yang rutin.

13. Neoplasia intraepitel vulva (NIV).

14. Liken sklerosus. Penyakit ini menyebabkan kulit vulva menjadi tipis dan gatal.

15. Peradangan vulva menahun.

16. Melanoma atau tahi lalat atipik pada kulit selain vulva.

65
2.5.3 Patofisiologi

2.5.4Morfologi dan Tipe Tumor Vulva

1. Kelainan Premaligna

66
Banyak ditemukan pada wanita di atas 40 tahun, seperti :

1) Distrofia

Adanya lapisan epitel yang sangat lebar dan sempit pada vulva, terdiri dari :

a. Distrofia hiperplastik

 Tanpa atipi

 Dengan atipi

b. Distrofia atrofik (lichen sclerosus)

c. Distrofia campuran (distrofia atrofik dengan sarang-sarang hiperplasia)

 Tanpa atipi

 Dengan atipi

2) Atipi epitel vulva

3) Karsinoma in situ, tidak ada invasi yang jelas.

Penyakit paget vulva, ciri: banyak sel khas, besar dan pucat, sering bersama a
denokarsinoma yang berasal dari kelenjar keringat.

2. Tumor Maligna

a) Karsinoma Planoselular (90% kasus)

Kebanyakan menunjukkan kornifikasi dan diferensiasi yang tinggi, pertumbuhan


kedalam diukur dari membrane basal papil deral yang paling superficial yang
berbatasan.

b) Karsinoma Verukosa (5% kasus)

Adalah varians dari Ca planoselular, menunjukkan sususnan papilar, terdiri atas


epitel diferensial tinggi dengan atipi sedikit dan kornifikasi luas superficial.

67
c) Melanoma Maligna (5% kasus)

Terjadi dari nevus yang preeksisten atau de novo, bersifat amelanotik, perlu
pemeriksaan imunohistologik.

3. Tipe-Tipe Kanker Vulva

a) Kanker Vulva Epidermoid

Kanker epidermoid paling sering mengenai separuh anterior vulva dan


timbul di labia (mayor dan minor) pada 65% pasien, dan di klitoris pada 25%
pasien. Lebih dari sepertiga tumor terletak di garis tengah atau bilateral. Tidak ada
hubungan positif anara kekerapan metastasis dengan tampilan umum tumor yang
berbentuk eksofitik (menyerupai kembang kol), lesi ulseratif, atau tumor merah
seperti beludru. Penentu utama metastasis dan hasil berikutnya adalah ukuran
tumor. Namun derajat histologi berhubungan dengan kemungkinan metastasis jika
tumor berukuran <2 cm. Karsinoma epidermoid vulva derajat I yang khas
cersusun atas sel-sel lancip atau berduri dengan diferensiasi baik, banyak yang
membentuk mutiara keratin. Kadang-kadang terlihat mitosis. Sel-sel ganas
menginvasi jaringan subepitel, leukosit dan limfosit menginfiltrasi stroma dan
jaringan yang berbatasan langsung dengan tumor. Kanker epidermoid derajat II
dan III tersusun atas sel-sel dengan diferensiasi semakin buruk. Karsinoma
verukosa, suatu varian kanker epidermoid secara umum menyerupai kondilomata
akuminata. Penyebaran lokal umum terjadi, tetapi metastasis limfatik pada pasien
usia lanjut jarang terjadi.

b) Melanoma Maligna

Melanoma maligna meliputi 6%-11% dari seluruh kanker vulva. merupakan


tipe kanker vulva paling umum nomor dua. Melanoma merupakan keganasan yang
sangat agresif biasanya berasal dari nevi berpigmen pada vulva. Melanoma terutama
menyerang wanita kulit putih pascamenopause. Melanoma maligna paling sering
mengenai labia minor atau klitoris. Biasanya melanoma maligna berupa lesi tunggal,
meninggi, tidak nyeri tekan, dengan hiperpigmentasi dan ulserasi yang mudah

68
berdarah. Semua melanoma maligna cepat menyebar melalui sistem vena. Juga
sering terjadi kekambuhan setempat. Pengobatan serupa dengan pengobatan
karsinoma sel skuarnosa.

c) Karsinoma Sel Basal

Karsinoma sel basal adalah lesi ulseratif yang terdiri atas sel ganas basofilik,
bulat, kecil berasal dari lapisan epidermis paling dalam. Sel-sel ini tersusun dalam
kelompok yang tidak beraturan dan seringkali menembus jaringsm penghubung yang
mendasari. Kadang-kadang terlihat micosis, cetapi tidak ada keratinisasi. Tidak
seperti karsinoma sel skuamosa dengan keratinisasi. metastasis karsinoma sel basal
jarang dan lambat. Namun kekambuhan setempat umum terjadi. Karsinoma sel basal
mencakup 2%-3% kanker vulva, dan hampir selalu muncul pada kulit labia mayor.
Pengobatan biasanya dengan eksisi luas lokal karena tumor belum metastasis.
Namun kira-kira 20% mengalarni kekambuhan. Satu pengecualian terapi ini adalah
tumor tipe sel skumosa-basal yang memerlukan pengobatan serupa dengan
karsinoma sel skuamosa invasif.

d) Karsinoma Kelenjar Bartolin

Meskipun angka kesembuhan karsinoma kenjar Bartolin dan karsinoma sel


skuamosa sama. untuk semua stadium. ada dua faktor yang membuat karsinoma
kelenjar Bartolin lebih berbahaya. Biasanya diagnosis kanker kelenjar Bartolin
terlambat karena letaknya yang agak lebih sulit dicapai dibanding kanker serviks. dan
mungkin diduga sebagai kista Bartolin. Disamping itu, karena tumor mempunyai
jalan masuk ke saluran limfa yang mengalir ke rektum, mereka dapat metastasis
langsung ke nodus limfatikus pelvis dalam. Namun, terapi karsinoma kelenjar
Bartolin saupa dcngan karsinoma sel skuamosa.

e) Sarkoma Vubra

Sarkoma vulva mencakup <2% kanker vulva. Kanker sel stroma yang paling
umum adalah leiomiosarkoma dan histiositoma fibrosa. Adenokarsinoma vulva

69
(kecuali yang berasal dari Bartolin) sangat jarang. Metastasis kanker ke vulva dapat
berasal dari tumor traktus genitalis lain atau dari ginjal atau uretra.

4. Penetapan Stadium

a) Menurut Klasifikasi FIGO

 Stadium I : Tumor terbatas pada vulva dan atau peritoneum, diameter

terbesar maksimal 2 cm, kelenjar inguinal negative.

 Stadium Ia : Kedalaman invasi kurang dari 1 mm.

 Stadium Ib : Kedalaman invasi lebih dari 1 mm.

 Stadium II : Tumor terbatas pada vulva dan atau perineum, diameter


lebih

besar daripada 2 cm, kelenjar inguinal negative.

 Stadium III : Tumor denagn perluasan ke bagian distal uretra dan atau

vagina dan anus, atau metastasis unilateral pada kelenjar

inguinal.

 Stadium IVa : Tumor dengan infiltrasi kandung kencing, selaput lender


atau

selaput lender rectum atau kedua-duanya atau bagian

proksimal mukosa uretra dan atau fiksasi pada tulang atau

metastasis blateral kelenjar inguinal.

 Stadium IVb : Tiap metastasis jarak jauh, termasuk metastasis kelenjar


limfe

di pelvis.

70
b) Menurut Klasifikasi TNM dan FIGO

 T : Tumor primer

 TX : Tidak dapat ditentukan

 TO : Tidak dapat ditemui

 Tis : Karsinoma in situ

 T1 : Terbatas pada vulva; < 2 cm

 T2 : Terbatas pada vulva; 2-5 cm

 T3 : Infiltrasi ke dalam uretra, vagina, perineum atau anus

 T4 : Infiltrasi sampai mukosa uretra proksimal, mukosa kandung


kemih,

mukosa rectum atau fiksasi pada tulang

 N : Kelenjar limfe regional

 NX : Tidak dapat ditentukan

 NO : Tidak dapat diraba

 N1 : Kelenjar mobil dan tidak membesar sehingga tidak mencurigakan

 N2 : Kelenjar membesar, padat keras, dan mobil (mencurigakan)

 N3 : Kelenjar melengket atau bertukak

 M : Metastasis

 MO : Tidak dapat ditemukan

 M1 : Metastasis jauh

71
2.5.5 Tanda dan Gejala

Kanker vulva mudah dilihat dan teraba sebagai benjolan, penebalan ataupun luka
terbuka pada atau di sekitar lubang vagina.Kadang terbentuk bercak bersisik atau
perubahan warna. Jaringan di sekitarnya mengkerut disertai gatal-gatal. Pada akhirnya
akan terjadi perdarahan dan keluar cairan yang encer.

Gejala lainnya adalah:

a. Nyeri ketika berkemih.


b. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.
c. Hampir 20% penderita yang tidak menunjukkan gejala.

2.5.6 Manifestasi Klinis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil biopsi
jaringan. Staging (Menentukan stadium kanker). Staging merupakan suatu peroses yang
menggunakan hasil-hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik tertentu untuk
menentukan ukuran tumor, kedalaman tumor, penyebaran ke organ di sekitarnya dan
penyebaran ke kelenjar getah bening atau organ yang jauh. Dengan mengetahui stadium
penyakitnya maka dapat ditentukan rencana pengobatan yang akan dijalani oleh
penderita.

a. Penderita telah menopause.

b. Nyeri pada waktu miksi.

c. Rasa ada benjolan dengan atau tanpa mengeluarkan cairan atau darah.

d. Iritasi vulva lama dengan :

 Pruritus

 Perdarahan sedikit

e. Tanda seperti dermatitis.

Tanda lanjut :

72
 Tumor bunga kol

 Tukak

f. Pembesaran kelenjar limfe lipat paha.

g. Untuk diagnosis diperlukan biopsy.

Jika hasil biopsi menunjukkan bahwa telah terjadi kanker vulva, maka dilakukan
beberapa pemeriksaan untuk mengetahui penyebaran kanker ke daerah lain:

 Sistoskopi (pemeriksaan kandung kemih)

 Proktoskopi (pemeriksaan rektum)

 Pemeriksaan panggula dibawah pengaruh obat bius

 Rontgen dada

 CT scan dan MRI

2.5.7 Penatalaksanaan Medis

Terdapat 3 jenis pengobatan untuk penderita kanker vulva:

1. Pembedahan

a) Eksisi lokal luas : dilakukan pengangkatan kanker dan sejumlah jaringan normal
di sekitar kanker.

b) Eksisi lokal radikal : dilakukan pengangkatan kanker dan sejumlah besar jaringan
normal di sekitar kanker, mungkin juga disertai dengan pengangkatan kelenjar
getah bening.

c) Bedah laser : menggunakan sinar laser untuk mengangkat sel-sel kanker.


d) Vulvektomi skinning : dilakukan pengangkatan kulit vulva yang mengandung
kanker.

73
e) Vulvektomi simplek : dilakukan pengangkatan seluruh vulva. Vulvektomi parsial
: dilakukan pengangkatan sebagian vulva dan Vulvektomi radikal : dilakukan
pengangkatan seluruh vulva dan kelenjar getah bening di sekitarnya.
f) Eksenterasi panggul : jika kanker telah menyebar keluar vulva dan organ wanita
lainnya, maka dilakukan pengangkatan organ yang terkena (misalnya kolon,
rektum atau kandung kemih) bersamaan dengan pengangkatan leher rahim, rahim
dan vagina.
g) Untuk membuat vulva atau vagina buatan setelah pembedahan, dilakukan
pencangkokan kulit dari bagian tubuh lainnya dan bedah plastik.

2. Terapi Penyinaran

Pada terapi penyinaran digunakan sinar X atau sinar berenergi tinggi lainnya utnuk
membunuh sel-sel kanker dan memperkecil ukuran tumor.Pada radiasi eksternal
digunakan suatu mesin sebagai sumber penyinaran; sedangkan pada radiasi internal,
ke dalam tubuh penderita dimasukkan suatu kapsul atau tabung plastik yang
mengandung bahan radioaktif.

3. Kemoterapi

Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat


tersedia dalam bentuk tablet/kapsul atau suntikan (melalui pembuluh darah atau
otot). Kemoterapi merupakan pengobatan sistemik karena obat masuk ke dalam
aliran darah sehingga sampai ke seluruh tubuh dan bisa membunuh sel-sel kanker di
seluruh tubuh.

Penatalaksanaan Berdasarkan Stadium

Pengobatan kanker vulva tergantung kepada stadium dan jenis penyakit serta usia dan
keadaan umum penderita.

1. Kanker Vulva Stadium 0

a) Eksisi lokal luas atau bedah laser, atau kombinasi keduanya.

74
b) Vulvektomi skinning.
c) Salep yang mengandung obat kemoterapi.

2. Kanker Vulva Stadium I

a) Eksisi lokal luas.

b) Eksisi lokal radikal ditambah pengangkatan seluruh kelenjar getah bening

selangkangan dan paha bagian atas terdekat pada sisi yang sama dengan kanker.

c) Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening selangkangan pada


salah satu atau kedua sisi tubuh.

d) Terapi penyinaran saja.

3. Kanker Vulva Stadium II

a) Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening selangkangan kiri


dan kanan. Jika sel kanker ditemukan di dalam kelenjar getah bening, maka
dilakukan setelah pembedahan dilakukan penyinaran yang diarahkan ke panggul.

b) Terapi penyinaran saja (pada penderita tertentu).

4. Kanker Vulva Stadium III

a) Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening selangkangan dan


kelenjar getah bening paha bagian atas kiri dan kanan.

b) Jika di dalam kelenjar getah bening ditemukan sel-sel kanker atau jika sel-sel
kanker hanya ditemukan di dalam vulva dan tumornya besar tetapi belum
menyebar, setelah pembedahan dilakukan terapi penyinaran pada panggul dan
selangkangan.

c) Terapi radiasi dan kemoterapi diikuti oleh vulvektomi radikal dan pengangkatan
kelenjar getah bening kiri dan kanan.

d) Terapi penyinaran (pada penderita tertentu) dengan atau tanpa kemoterapi.

75
5. Kanker Vulva Stadium IV

a) Vulvektomi radikal dan pengangkatan kolon bagian bawah, rektum atau kandung
kemih ( tergantung kepada lokasi penyebaran kanker) disertai pengangkatan
rahim, leher rahim dan vagina (eksenterasi panggul).

b) Vulvektomi radikal diikuti dengan terapi penyinaran.

c) Terapi penyinaran diikuti dengan vulvektomi radikal.

d) Terapi penyinaran (pada penderita tertentu) dengan atau tanpa kemoterapi dan
mungkin juga diikuti oleh pembedahan.

6. Kanker Vulva yang Berulang (Kambuh Kembali)

a) Eksisi lokal luas dengan atau tanpa terapi penyinaran.

b) Vulvektomi radikal dan pengangkatan kolon, rektum atau kandung kemih


(tergantung kepada lokasi penyebaran kanker) disertai dengan pengangkatan
rahim, leher rahim dan vagina (eksenterasi panggul).

c) Terapi penyinaran ditambah dengan kemoterapi dengan atau tanpa pembedahan.

d) Terapi penyinaran untuk kekambuhan lokal atau untuk mengurangi gejala nyeri,
mual atau kelainan fungsi tubuh.

Terapi

1. Karsinoma in situ : eksisi local atau vulvektomi sederhana, penanganan dengan terapi
laser dan salep 5-FU dapat digunakan.

2. Tumor invasive (stadium I-III) : vulvektomi radikal dengan ikut mengambil klitoris,
labia, otot-otot superficial dan fascia, dilakukan ekstirpasi kelenjar limfe bilateral
dengan reseksi en bloc semua jaringan lemak.

3. Pada stadium IV umumnya tidak dilakukan pembedahan, terapi paliatif lebih banyak
digunakan dengan penyinaran megavolt (radioterapi).

76
2.5.8 Prognosis

Ketahanan hidup 5 tahun semua stadium memberi gambaran berikut :

1. Stadium I : 85-95%

2. Stadium II : 65-80%

3. Stadium III : 25-40%

4. Stadium IV : 0-25%

5. Adanya metastasis kelenjar membuat prognosis lebih buruk, tetapi tidak tanpa
harapan.

2.5.9 Pencegahan

Ada 2 cara untuk mencegah kanker vulva:

1. Menghindari faktor resiko yang bisa dikendalikan.

2. Mengobati keadaan prekanker sebelum terjadinya kanker invasif.

2.5.10 Asuhan Keperawatan

i. Pengkajian

1. Identitas Pasien

2. Riwayat Keluarga

3. Status Kesehatan :

 Status kesehatan saat ini.

 Status kesehatan masa lalu.

 Riwayat penyakit keluarga.

77
4. Pola Fungsi Kesehatan Gordon

a) Pemeliharaan dan Persepsi Kesehatan

Kanker vulva dapat diakibatkan oleh penyakit menular seksual atau dapat
disebabkan oleh berganti-ganti pasangan serta melakukan hubungan seksual
terlalu dini.

b) Pola Istirahat dan Tidur

Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat
progresivitas dari kanker vulva ataupun karena gangguan pada pola tidur juga
dapat terjadi akibat dari depresi yang dialami oleh wanita.

c) Pola Eliminasi

Dapat terjadi disuria serta hematuria.

d) Pola Nutrisi dan Metabolik

Asupan nutrisi pada wanita dengan kanker vulva harus lebih banyak karena dapat
terjadi mual dan muntah. Kaji jenis makanan yang biasa dimakan oleh wanita
serta pantau berat badan karena wanita dengan kanker vulva juga biasanya
mengalami penurunan nafsu makan.

e) Pola Kognitif – Perseptual

Pada wanita dengan kanker vulva biasanya tidak terjadi gangguan pada pada
panca indra meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, pengecap.

f) Pola Persepsi dan Konsep Diri

Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai penyakit
kanker vulva, akibat dari persepsi yang salah dari masyarakat. Dimana salah satu
etiologi dari kanker vulva adalah akibat dari sering berganti – ganti pasangan
seksual.

g) Pola Aktivitas dan Latihan

78
Kaji apakah penyakit serta kehamilan pasien mempengaruhi pola aktivitas dan
latihan. Dengan skor kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2=
dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain dan alat, 4= tergantung total). Pasien
wajar jika mengalami perasaan sedikit lemas akibat dari asupan nutrisi yang
berkurang. Wanita yang disertai dengan kanker vulva ibu akan merasa sangat
lemah terutama pada bagian ekstremitas bawah dan tidak dapat melakukan
aktivitasnya dengan baik akibat dari progresivitas kanker vulva sehingga harus
beristirahat total.

h) Pola Seksualitas dan Reproduksi

Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien selama
pasien menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien akan terganggu akibat
dari rasa nyeri yang selalu dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual
(dispareuni) serta adanya perdarahan setelah berhubungan. Serta keluar cairan
encer (keputihan) yang berbau busuk dari vagina.

i) Pola Manajemen Koping Stress

Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana manajemen


koping pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya setelah sakit. Wanita
dengan kanker vulva biasanya mengalami gangguan dalam manajemen koping
stres yang diakibatkan dari cemas yang berlebihan terhadap risiko terjadinya
keselamatan dirinya sendiri.

j) Pola Peran - Hubungan

Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau lingkungan


sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola peran dan
hubungannya. Wanita dengan kanker vulva harus mendapatkan dukungan dari
suami serta orang – orang terdekatnya karena itu akan mempengaruhi kondisi
kesehatannya. Biasanya koping keluarga akan melemah ketika dalam anggota
keluarganya ada yang menderita penyakit kanker vulva.

k) Pola Keyakinan dan Nilai

79
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang
diyakini.

ii. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang mungkin muncul :

1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif akibat
pendarahan.

2. Nyeri kronis b/d nekrosis jaringan pada vulva akibat penyakit kanker vulva.

3. Disfungsi seksual b/d perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit kanker vulva.

iii. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan (NOC) (NIC)

1 Kekurangan Tujuan : Setelah diberikan a) Awasi masukan dan haluaran. Ukur


volume cairan asuhan keperawatan selama volume darah yang keluar melalui
b/d kehilangan ... x 24 jam, diharapkan pendarahan.
volume cairan keseimbangan volume cairan b) Hindari trauma dan pemberian tekanan
tubuh secara adekuat. berlebihan pada daerah yang
aktif akibat Kriteria Hasil : mengalami pendarahan.
pendarahan a) TTV pasien dalam batas c) Pantau status sirkulasi dan volume
normal, meliputi : darah ibu.
 Nadi normal ( ± 60 - 100 x d) Pantau TTV. Evaluasi nadi perifer, dan
/ menit). pengisian kapiler.
 Pernapasan normal (± 16 - e) Catat respon fisiologis individual
24 x / menit). pasien terhadap pendarahan, misalnya
 Tekanan darah normal ( ± kelemahan, gelisah, ansietas, pucat,
100 - 140 mmHg / 60 - 90 berkeringat / penurunan kesadaran.

80
mmHg). f) Kaji turgor kulit, kelembaban
 Suhu normal (± 36,5oC - membran mukosa, dan perhatikan
37,5oC). keluhan haus pada pasien.
b) Membran mukosa g) Kolaborasi : Berikan cairan IV sesuai
lembab. indikasi.
c) Turgor kulit baik (elastis). h) Kolaborasi : Berikan transfusi darah
d) Pengisian kapiler cepat (Hb, Hct) dan trombosit sesuai
(kembali dalam ± 2-3 detik indikasi.
setelah ditekan). i) Kolaborasi : Awasi pemeriksaan
e) Ekspresi wajah pasien laboratorium, misalnya : Hb, Hct, sel
tidak pucat. darah merah.

2 Nyeri kronis Tujuan : Setelah diberikan a) Lakukan pengkajian nyeri secara


b/d nekrosis asuhan keperawatan selama komprehensif [catat keluhan, lokasi
jaringan pada ... x 24 jam, diharapkan nyeri nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas
vulva akibat pasien berkurang atau (skala 0-10) dan tindakan
penyakit kanker terkontrol. penghilangan nyeri yang dilakukan].
vulva Kriteria Hasil : b) Pantau tanda - tanda vital.
a) Pasien mengatakan skala c) Dorong penggunaan keterampilan
nyeri yang dialaminya manajemen nyeri seperti teknik
menurun. relaksasi dan teknik distraksi,
b) Pasien melaporkan nyeri
misalnya dengan mendengarkan
yang sudah terkontrol
musik, membaca buku, dan sentuhan
maksimal dengan
terapeutik.
pengaruh / efek samping
d) Berikan posisi yang nyaman sesuai
minimal.
kebutuhan pasien.
c) TTV pasien dalam batas
e) Dorong pengungkapan
normal, meliputi :
perasaan pasien.
 Nadi normal (± 60 - 100 x
f) Evaluasi upaya penghilangan nyeri /
/ menit).
kontrol pada pasien.
 Pernapasan normal ( ± 16
g) Tingkatkan tirah baring, bantulah

81
- 24 x / menit). kebutuhan perawatan diri yang
 Tekanan darah normal ( ± penting.
100 - 140 mmHg / 60 - 90 h) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai
mmHg). indikasi.
 Suhu normal (36,5oC - i) Kolaborasi untuk pengembangan
37,5oC). rencana manajemen nyeri dengan
d) Ekspresi wajah pasien pasien, keluarga, dan tim kesehatan
tidak meringis. yang terlibat.
e) Pasien tampak tenang j) Kolaborasi untuk pelaksanaan
(tidak gelisah). prosedur tambahan, misalnya
f) Pasien dapat melakukan pemblokan pada saraf.
teknik relaksasi dan
distraksi dengan tepat
sesuai indikasi untuk
mengontrol nyeri.

3 Disfungsi Tujuan : Setelah diberikan a) Dengarkan pernyataan pasien / orang


seksual b/d asuhan keperawatan selama terdekat.
perubahan ... x 24 jam, diharapkan b) Informasikan pada pasien tentang efek
fungsi tubuh aktivitas seksual pasien tetap dari proses penyakit kanker serviks
akibat proses adekuat pada tingkat yang yang dialaminya terhadap fungsi
penyakit kanker sesuai dengan kondisi seksualitasnya (termasuk di dalamnya
vulva fisiologis tubuhnya. efek samping dari pengobatan kanker
Kriteria Hasil : yang akan dijalani).
a) Pasien mampu c) Bantu pasien untuk menyadari /
mengungkapkan
menerima tahap kehilangan tersebut.
pemahamannya tentang
d) Dorong pasien untuk berbagi pikiran
efek kanker vulva yang
dengan orang terdekat.
dialaminya terhadap
fungsi seksualitasnya.
b) Pasien mau
mendiskusikan masalah

82
tentang gambaran diri,
perubahan fungsi seksual
dan hasrat seksual dengan
orang terdekat yang
dialaminya.

2.6 Kanker Vagina

2.6.1 Definisi

Kanker vagina adalah jenis kanker yang terdapat pada vagina yaitu saluran penghubung antara
leher rahim dengan area luar rahim untuk jalan keluar bayi ketika hendak bersalin normal. Kanker
termasuk langka, dimana sel kanker berkembiang biak di vagina. Kanker ini dapat dating tanpa
tanda-tanda.

Kanker vagina adalah tumor ganas pada vagina. Vagina adalah saluran sepanjang 7,5-10 cm,
ujung atasnya berhubungan dengan serviks, sedangkan ujung bawahnya berhubungan dengan vulva.
Dinding viagina dilapisi oleh epithelium yang terbentuk dari sel-sel skuamosa. Dibawah epithelium
terdapat jaringan ikat, otot involunter, kelenjar getah bening, dan persarafan. Dinding vagina
memiliki banyak lipatan yang membantu agar vagina tetap terbuka selama berhubungan seksual
atau proses persalinan berlangsung.

Kanker vagina merupakan kanker yang jarang ditemukan, 1-3 % dari kanker ginekologik.
Insidensi kanker ini 1 kasus diantara 100.000 perempuan. Bila kanker ini ditemukan biasanya pada
sepertiga proksimal vagina, dan jenisnya karsinoma epitel. Ada kesepakatan, bila ada kanker di
serviks dan vagina dan gambaran histopatologiknya sesuai dengan serviks maka dianggap kanker
serviks. Kejadian kanker vagina pada usia 35 dan 90 tahun dan lebih 50% terjadi pada usia antara 70
dan 90 tahun.

2.6.2 Etiologi

83
Kanker vagina ini sendiri penyebab yang pasti tidak diketahui, tetapi tampaknya penyakit ini
melibatkan peningkatan kadar estrogen. Salah satu fungsi estrogen yang normal adalah
merangsang pembentukan lapisan epitel pada rahim sejumlah besar estrogen yang disuntikan
kepada hewan percobaan dilaboratorium menyebabkan hiperplasia endometrium dan kanker.
Adapun faktor ektrinsik hyang diduga berhubungan dengan insiden karsinoma vagina adalah infeksi
virus kuman papiloma virus (HPV).

Penyebab kanker vagina diantaranya :


a) Usia
Sekitar 50 % penderita karsinoma skuamosa adalah wanita yang berusia 60 tahun ke
atas. Sebagian besar kasus kanker vagina ditemukan pada wanita yang berusia 50-70
tahun.
b) DES (dietilstillbestrol)
DES meruapakan suatu jenis obat hormonal yang dahulu banyka digunakan untuk
mencegah keguguran pada wanita hamil. Apabila DES dikonsumsi oleh wanita hamil
ketika masa kehamilan memasuki usia 16 minggu akan beresiko tinggi pada keguguran.
Selain itu, dari kasus yang tejadi 1 diantara 1000 wanita yang mengkonsumsi DES
adalah mereka yang menderita adenokarsinoma yang menyerang sel bersih pada vagina
maupun serviks.
c) Adenosis Vagina
Adenosis vagina dalam keadaan normal, vagina diapisi oleh sel gepeng yang disebut sel
skuamosa. Sekitar 40% wanita yang telah mengalami masa menstruasi, umunya pada
vagina akan ditemukan daerah-daerah tertentu yang dilapisi sel gepeng. Sel ini
ditemukan didalam kelenjar rahim bagian bawah dan lapisan rahim.
d) Infeksi HPV
Infeksi virus ini merupakan infeksi yang banyak terjadi dan merupak virus penyebab
yang banyak ditularkan melalui hubungan intim. HPV ini juga disebut sebagai virus
penyebab kutil pada kelamin.
e) Hubungan seksual untuk pertama kalinya pada usia dini
f) Berganti-ganti pasangan

84
g) Melakukan hubungan seksual untuk pertama kalinya dengan seseorang dan sering
berganti-ganti pasangan
h) Kanker serviks
i) Iritasi vagina

2.6.3 Manifestasi Klinis

Pada pasien dengan stadium awal, biasanya tanpa keluhan. Pada stadium lanjut akan
timbul keluhan perdarahan, massa tumor, keputihan yang berbau, dan nyeri daerah panggul.
Dilakukan anmnesis terhadap keluahan yang dideritanya kemudian dilanjutkan
pemeriksaan fisik lengkap, pemeriksaan foto paru-paru untuk menyingkirkan metastastis
juah, sitoskopi dan protoskopi untuk menyingkirkan metastastis kandung kemih atau rectum.
Pemeriksaan pielografi intravena dan CT Scan diperluakn untuk mengetahui perluasan
penyakit ke organ retroperitoneum intraabminal.
Diagnosis dipastikan dengan biopsi/biopsy dengan bimbingan kolposkopi atau reseksi
mukosa vagina.
Kanker vagina menyebabkan kerusakan pada lapisan vagina dan menyebabkan
terbentuknya luka terbuka yang bisa menghalangi perdarahan dan terinfeksi. Penderita
mungkin juga mengalami perdarahan melalui vagina (seringkali setelah melakukan hubungan
seksual) atau keluar cairan encer dari vagina.
Kanker yang berukuran besar bisa mempengaruhi fungsi kandung kemih dan rectum
sehing ga penderita mengalami ungensi untuk berkemih dan mengalami nyeri ketika buang
air kecil. Gelaja lain dari penyakit ini adalah keluar cairan abnormal dari vagina, terasa ada
benjolan, serta rasa nyeri ketika melakukan seksual. Sementara itu, pada kanker stadium
lanjut akan tibmul rasa nyeri ketika buang air kecil, sambelit, dan rasa nyeri dipanggul yang
menetap.

Gejala lainnya dapat meliputi :

a) Cairan vagina yang bebau atau berdarah


b) Nyeri saat berhubungan seks

85
c) Nyeri saat buang kecil
d) Merasa ingin buang air kecil lebih sering dari biasanya
e) Darah pada urin
f) Nyeri pada pelvis
g) Gatal atau benjolan pada vagina

Stadium Klinik
Stadium klinik berdasarkan FIGO sebagai berikut :
 Stadium 0 : Karsinoma insitu, karsinoma intraepitel.
 Stadium I : Karsinoma terbatas pada dinding vagina.
 Stadium II : Karsinoma telah menyebar ke jaringan submukosa tapi belum meluas
ke dinding panggul.
 II A : Tumor menginfiltrasi ke submukosa tetapi tidak ke
Parametrium.
 II B : Tumor telah mnginfitrasi ke parametrium, tetapi belum
sampai ke dinding panggul.
 Stadium III : Karsinoma telah meluas ke dinding panggul.
 Stadium IV : Karsinoma telah keluar dari panggul kecil atau telah menginfiltrasi ke
muoksa kandung kemih atau rectum; bullou oedema pada mukosa
tersebut belum dianggap sebagai stadium IV.
 IV A : Tumor telah menginfiltrasi ke mukosa kandung kemih dan
/ atau rectum dan / atau keluar panggul kecil.
 IV B : Menyebar dan bermetastasis jauh.

2.6.4 Komplikasi

Ada beberapa komplikasi kanker vagina yang dapat terjadi :


a) Fistula, yaotu lubang saluran yang dapat terbentuk antara vagina dan rektum
(Rectovaginal fistula) pada kanker vagina stadium lanjut.
b) Penyebaran sel kanker (metastasis) ke bagian tubuh lain, misalnya organ panggul.

86
c) Depresi adalah komplikasi kanker vagina yang tak dapat dielekan selama masa
pengobatan.
d) Kesulitan berhubngan intim adalah komplikasi kanker vagina yang sangat mungkin
terjadi.
e) Muntah, mual, kelelahan, rambut rontok adalah komplikasi yang terjadi karena
pengobatan kemoterapi.
f) Sama dengan kemoterapi, terapi radiasi juga dapat menimbulkan rasa mual,
perubahan mood, iritasi kulit, dan penurunan libido.
g) Adapula efek emosional yang aka terjadi pada pasien berusia mudah. Ini berkaitan
pada hilangnya kesempatan untuk memiliki anak kandung setelah pengangkatan
vagina dan organ reproduksi lainnya.

2.6.5 Penatalaksanaan

a) Memberikan Dukungan
Pembedahan vigina dapat menimbulkan kecemasan dan menakutkan. Ostomi yang
dapat menambah kekuatan klien, mungkin perlu dilakukan. Perawata yang bersifat
suportif dan terapeutik adalah sarana yang bernilai bagi klien.
b) Mendiskusikan Seksualitas
Lingkungan terapeutik, yang memungkinkan klien merasa nyaman untuk
mediskusikan kekhawatiran dan masalah seksual, sangatlah penting. Setelah operasi,
aktivitas seksual melalui vagina tidak mungkin dilakukan kecuali telah dilakukan
rekonstruksi vagina. Setelah pembedahan atau terapi radiasi, aktivitas seksual dapat sulit
dilakukan karena perubahan pada ukuran dan bentuk vagina. Penggunaan dilator vagina
dan lubrikan dapat mencegah fibrosis dan penyempitan vagina, juga mendorong
peregangan jaringan. Mandi air hangat, posisi alternatif, teknik relaksasi, dan obat-
obatan nyeri juga dapat membantu.

2.6.6 Pengobatan

a) Karsinoma Insitu (Stadium 0)

87
Diberikan radiasi intrakavieter bagi pasien yang tidak mampu mengalami tindakan
pembedahan. Pembedahan vaginektomi partialis atau total merupakan pilihan
pengobatan kanker vagina bila dicurigai berinvasi atau usia pasien lebih dari 45 tahun.
Pasien dengan resiko rendah terhadap invasi (dibawah 45 tahun), dapat dilakukan terapi
ablasi dengan cavitronic ultrasound surgical aspirator (CUSA) atau laser CO2 sampai
sedalam 2 mm.
Pengobatan topikal dengan 5-Fluorouracil (5-FU) 1,5 gram krim intravagina untuk
1 malam tiap minggu, selama 10 minggu. Ulangi pengobatan sampai karsinoma insitu
menghilang.
Pada pengobatan topikal ini, vulva harus dilindungi dengan jelly untuk mencegah
iritasi dari 5-FU.

b) Stadium I sampai IV
Terapi radiasi whole pelvis yang dilanjutkan dengan tandem dan ovoid (brakiterapi)
dalam satu atau dua aplikasi. Bila tumor berada di sepertiga proksimal vagina (1/3 bagian
atas), tindakan pembedahan dapat dilakukan yakni histerektomi radikal dan
ilmfadenektomi dan vaginektomi partislis / komplet.
Pada kondisi locally advanced kasinoma vulva vagina, dapat dilakukan
pembedahan eksenterasi. Alternatif lain selain pembedahan eksenterasi adalah
kemoradiasi pada daerah pelvis dan vigina, dan bagian luar dilakukan vulvektomi
radikal dan limfadenektomia inguinal bilateral.
Radiasi dapat diberikan pada pasien dengan pnyakit residif setelah pembedahan.
Bila terjadi residif lokal setelah radiasi dapat dilakukan pembedahan eksenterasi.
Pada pasien stadium IV yang terpilih dapat dilakukan pembedahan eksenterasi.
Pada jenis rabdomiosarkoma dilakukan pengobatan dengan cara pembedahan dengan
radioterapi dan kemoterapi.

c) Radioterapi
Cara ini merupakan penanganan utama untuk kanker vagina. Ada dua jenis radioterapi :
 Radioterapi Internal yaitu alat radioterapi berukuran kecil yang dimasukkan ke dalam
vagina.

88
 Radioterapi Eksternal yaitu alat radioterapi yang akan menambahkan sinar berenergi
tiggi ke vagina dan panggul.

d) Pembedahan
 Vaginektomi Parsial
Pembedahan yang mengangkat bagian atas vagina. Vagina dapat berhubungan
intim setelah pulih.
 Vaginektomi Radikal
Pembedahan dimana seluruh vagina dan kelenjar getah bening panggul akan di
angkat. Setelah pulih pasien dapat melakukan hubungan intim seusai menjalani
rekontruksi vagina, namun harus menggunakan pelumnas seks.
 Vaginektomi dan Histerektomi Radikal
Pembedahan untuk mengangkat seluruh vagina, rahim, ovarium, tuba falopi dan
kelenjar getah bening panggul.
 Pelvic Eksenteration
Pembedahan untuk mengangkat seluruh vagina dan jaringan tubuh
disekelilingnya, termasuk kandung kemih dan rektum.

e) Kemoterapi
Kempterapi merupakan pengobatan sistemik pada pasien kanker vagina.
Kempterapi adalah kombinasi radioterapi untuk mengontrol gejala-gejala kanker.
Pelaksanaan kemoterapi harus dengan kolaborasi dokter untuk menentukkan obat-
obatan yang digunakan serta mengikuti protokol.

2.6.7 Asuhan Keperawatan

i. Pengkajian
1. Biodata
a) Identitas Klien
Nama :
Umur :

89
Jenis Kelamin :
Agama :
Suku / Bangsa :
Status Perkawinan :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Penghasilan :
Alamat :
Tanggal Masuk RS :
Diagnosa Medis :

b) Identitas Penanggung Jawab


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Suku / Bangsa :
Kawin / Belum :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Penghasilan :
Hubungan :

2. Riwayat Kesehatan / Keperawatan


a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan Utama :
b) Riwayat Keluhan Utama :
c) Riwayat Kesehatan Masa Lalu :
d) Riwayat Kesehatan Keluarga :
e) Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
 Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan :

90
 Pola Nutrisi-Metabolik
- Sebelum Sakit :
- Saat Sakit :
 Pola Eliminasi
 BAB
- Sebelum Sakit :
- Saat Sakit :
 BAK
- Sebelum Sakit :
- Saat Sakit :
 Pola Aktivitas dan Latihan
- Aktivitas :
- Latihan :
 Pola Kognitif dan Persepsi :
 Pola Konsep diri :
 Pola Tidur dan Istirahat
- Sebelum Sakit :
- Saat Sakit :
 Pola Peran-Hubungan :
 Pola Seksual-Reproduksi
- Sebelum Sakit :
- Saat Sakit :
 Pola Toleransi Stress-Koping :
 Pola Nilai-Kepercayaan :

f) Pemeriksaan Penunjang
 Data laboratorium yang berhubungan :
 Pemeriksaan radiologi :
 Hasil konsultasi :
 Pemeriksaan penunjang diagnostik lain :

91
3. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum :
b) Tingkat kesadaran :
c) GCS :
d) Verbal :
e) Psikomotor :
f) Tanda - Tanda Vital :
g) Keadaan fisik :
 Kepala dan leher :
 Dada :
 Payudara dan ketiak :
 Abdomen :
 Genetalia :
 Integumen :
 Ekstremitas
- Atas :
- Bawah :
 Neurologis :

ii. Diagnosa Keperawatan


1. Resiko Infeksi (0142)
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
2. Nyeri Akut (D.0077)
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan
3. Harga Diri Rendah Situasional (D.0087)
Kategori : Psikologis
Subkategori : Integritas Ego

92
No. TUJUAN DAN INTERVENSI
DIAGNOSA KRITERIA HASIL (NIC)
(NOC)
1 Nyeri Akut (D.0077) NOC : NIC :
 Pain level  Observasi :
Definisi : Pengalaman sensorik  Pain control  Kaji tingkat nyeri pasien.
atau emosional yang berkaitan
 Comfort level
dengan kerusakan jaringan  Tindakan Mandiri :
aktual atau fungsional, dengan
Krieria Hasil :  Intruksikan pasien untuk
onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat  Mampu mengontrol menilai nyeri skala 0-10.
yang berlangsung kurang dari 3 nyeri (tahu penyebab  Berikan makanan lembut
bulan. nyeri, mampu dan berikan pasien
menggunakan teknik istirahat 1 jam setelah
non farmakologi makan.
untuk mengurangi
nyeri, mencari  Health Education :
bantuan).  Informasikan pada pasien
 Melaporkan bahwa tentang aktivitas yang
nyeri berkurang dapat meningkatkan nyeri,
dengan menggunakan pencagahannya, dan cara
management nyeri. penanggulangan nyeri.
 Mampu mengenali
nyeri (skala,  Kolaborasi :
intensitas, frekuensi  Kolaborasi dengan dokter
dan tanda nyeri). dalam pemberian analgetik
 Menyatakan rasa kepada pasien.
nyaman setelah nyeri
berkurang.
2 Risiko Infeksi (0142) Tujuan : Kontrol Infeksi
Setelah dilakukan tindakan  Tindakan Mandiri :
Kategori : Lingkungan keperawatan dalam waktu  Ganti peralatan perawatan
Subkategori : Keamanan dan …..x 24 jam diharapkan per pasien sesuai protokol
Proteksi risiko infeksi dapat teratasi. institusi.
Kriteria Hasil :
 Batasi jumlah pengunjung .
Definisi : Berisiko mengalami  Keparahan Infeksi :
 Pakai pakaian ganti atau
peningkatan terserang  Klien mampu
organisme patogenik. jubah saat menangani
(keparahan tanda dan
bahan-bahan yang
gejala infeksi) Piuria
infeksius.
/ nanah dalam urin
(dengan skala 1-5).
 Health Education :
 Klien mampu
 Anjurkan pasien mengenai
kolonisasi kultur
teknik mencuci tangan
(dengan skala 1-5).
dengan tepat.
 Kontrol risiko proses  Ajarkan pasien untuk
infeksi : mendapatkan specimen
urin aliran tengah yang

93
 Klien mampu sesuai pada saat tanda
(tindakan individu pertama dari kembalinya
untuk mengerti, gejala.
mencegah,  Ajarkan pasien dan
mengeliminasi, atau keluarga pasien mengenai
menguran.gi tanda dan gejala infeksi dan
ancaman terkena kapan harus
infeksi). melaporkannya kepada
 Klien mampu penyedia perawatan
Mengidentifikasi kesehatan.
factor risiko infeksi (  Ajarkan pasien dan
dengan skala 1-5) keluarga mengenai
 Klien mampu bagaimana menghindari
mengidentifikasi infeksi.
tanda dan gejala
infeksi (dengan skala  Kolaborasi :
1-5).  Alokasikan kesesuaian luas
ruang per pasien, seperti
Dengan keterangan skala : yang diindikasikan oleh
1 : Berat pedoman Pusat
2 : Cukup Pengendalian dan
berat pencegahan penyakit
3 : Sedang
(Centers for Disease
4 : Ringan
5 : Tidak Ada Control and Prevention /
CDC).
 Ganti IV perifer dan tempat
saluran penghubung serta
balutannya sesuai dengan
pedoman CDC saat ini.

Perlindungan Infeksi
 Observasi :
 Monitor adanya tanda dan
gejala infeksi sistemik dan
lokal.
 Monitor kerentanan
terhadap infeksi.
 Monitor hitung mutlak
granulosit, WBC, dan
hasil-hasil diferensial.

 Tindakan Mandiri :
 Ikuti tindakan pencegahan
neutropenia, yang sesuai.
 Batasi jumlah pengunjung,
yang sesuai.

94
 Pertahankan asepsis untuk
pasien berisiko.
 Mencoba pengobatan
antibiotic untuk infeksi-
infeksi virus.

 Health Education :
 Intruksikan pasien untuk
minum antibiotic yang
diresepkan.
 Ajarkan pasien dan
keluarga pasien mengenai
perbedaan-perbedaan
antara infeksi-infeksi virus
dan bakteri.
 Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai tanda
dan gejala infeksi dan
kapan harus
melaporkannya kepada
pemberi layanan kesehatan.
 Ajarkan pasien dan anggota
keluarga bagaimana cara
menghindari infeksi.

3 Harga Diri Rendah Tujuan : Setelah dilakukan Peningkatan Koping


Situasional (D.0087) tindakan keperawatan  Mandiri
dalam waktu …..x 24 jam  Evaluasi kemampuan
Kategori : Psikologis diharapkan harga diri pasien dalam membuat
Subkategori : Integritas Ego rendah dapat teratasi.
keputusan.
Kriteria Hasil :
 Citra Tubuh :  Eksplorasi alasan pasien
Definisi : Evaluasi atau mengkritik diri.
 Klien mampu
perasaan negative tehadap
penyesuian terhadap  Berikan penilaian atau
diri sendiri atau kemampuan kemampuan penyesuain
perubahan tampilan
klien sebagai respon pasien terhadap perubahan-
fisik.
terhadap situasi saat ini. perubahan dalam citra
 Klien dapat
tubuh, sesuai dengan
melakukan
indikasi.
penyesuaian
perubahan tubuh  Berikan penialaian
akibat proses mengenai dampak dari
penuaan. situasi kehidupan pasien
terhadap peran dan
 Klien mampu
hubungan.
penyesuaian terhadap
perubahan status  Berikan penilaian
kesehatan. mengenai pemahaman
pasien terhadap proses

95
penyakit.
 Koping
 Klien mampu  Health Education
mengidentifikasi pola  Berikan keterampilan sosial
koping yang efektif. yang tepat.
 Klien mampu
menyatakan perasaan  Kolaborasi
akan control diri.  Berikan keterampilan sosial
 Klien mampu yang tepat.
menyatakan terhadap
penerimaaan situasi. Peningkatan Harga Diri
 Observasi
 Monitor pernyataan pasien
mengenai harga diri.
 Monitor frekuensi
verbalisasi negative
terhadap diri.
 Monitor tingkat harga diri
waktu ke watu dengan tepat.

 Mandiri
 Bantu pasien untuk
menemukan penerimaan
diri.
 Bantu pasien untuk
mengidentifikasi respon
positif dari orang lain.
 Bantu untuk mengatur
tujuan yang realistic dalam
rangka mencapai harga diri
yang lebh tinggi.

2.7 Kanker Tuba Fallopi

2.7.1 Definisi

Tuba adalah saluran yang keluar dari kornu Rahim kanan dan kiri, panjangnya 12-13
cm, diameternya 3-8mm bagian luarnya diliputi oleh peritoneum visceral yang merupakan
bagian dari lagamentum latum.
Kanker tuba fallopi adalah tumbuhnya jaringan abnormal pada system reproduksi
wanita yaitu pada tuba fallopi. Kanker ini adalah kanker yang sangat jarang yang
berkembang disalah satu atau kedua saluran telur wanita (sepasang tabung ramping yang

96
membawa telur dari ovarium ke Rahim). Kebanyakan kanker tuba fallopi adalah
adenokarsinoma serosa papiler.
Kanker Saluran Telur adalah tumor ganas pada saluran telur (tuba falopii). Kanker
tuba falopii sangat jarang terjadi, di seluruh dunia dilaporkan kasus sebanyak kurang dari
1500-2000. Kanker biasanya merupakan penyebaran dari organ lain (misalnya
ovarium/indung telur). Kanker saluran telur paling banyak ditemukan pada wanita pasca
menopause, tetapi bisa juga ditemukan pada wanita yang lebih muda. Kebanyakan kanker
saluran telur memiliki gambaran mikroskopik yang sama dengan kanker ovarium. Yang
paling sering ditemukan adalah adenokarsinoma.
Kanker tuba falopi adaalah kanker yang menyerang pada saluran telur. Kanker ini
jarang ditemukan, jumlahnya hanya berkisar 0,15-1,8 % dari seluruh keganasan
ginekologik.

2.7.2 Etiologi
Penyebab kanker tuba fallopi ini belum diketahui, tetapi diduga berhubungan
dengan mutasi gen BRCA1 dan BRCA2. Risiko relative pada penderita dengan mutase gen
karsinoma tuba dihubungkan pula dengan inflamasi tuba atau didahului oleh penyakit
tuberculosis dan infeksi panggul non tubrkulosis.
Bagian distal dari tuba merupakan bagian yang paling sering terkena, tetapi penyakit
ini dapat juga mengenai bagian isthmus dan intramural pada tuba. Sebagian karsinoma tuba
fallopi adalah adenokarsinoma tipe serosa dengan konfigurasi papiler, tetapi
adenokarsinoma dengan tipe histologi yang lain seperti karsinoma skuamosa,karsinoma sel
transisional.

2.7.3 Patofisiologi
Kanker tuba fallopi biasanya diakibatkan oleh infeksi yang menjalar sampai ke tuba
fallopi sehingga menyebabkan perlengketan dan penyempitan yang menyebabkan berbagai
macam gangguan dan terjadi pertumbuhan yang ganas. Jenis kanker yang paling sering
adalah adenokarsinoma dan endotelioma atau limposarkoma.
Menurut Taymor dan Hertig secara histopatologik adenokarsinoma dapat dibedakan
menjadi 3 tingkatan:

97
1. Jenis tumor dengan pertumbuhan papiler : tumor belum mencapai otot tuba.
2. Jenis tumor dengan pertumbuhan papilo alvoiler : tumor telah memasuki jaringan
otot.
3. Jenis tumor dengan peertumbuhan alveo meduller : terlihat mitosis yang atopic dan
infasi sel ganas ke saluran limpa.

2.7.4 Tanda dan Gejala


Penderita kanker tuba pada umumnya datang dengan keluhan perdarahan pervagina
atau keluarnya cairan dari vagina, nyeri perut bagian bawah, perut membesar dan perasaan
tertekan dalam perut. Adanya pengeluaran cairan vagina dan perdarahan paling sering
ditemukan pada pasien karsinoma tuba. Keluhan perdarahan vagina yang tidak biasanya
perlu difikirkan suatu karsinoma tuba yg tersembunyi. Penekanan pada abdomen bawah atau
panggul yang disertai nyeri juga dilaporkan pada beberapa pasien, meskipun
penampakannya tidak jelas dan nonspesifik.

2.7.5 Manifestasi Klinik

Pada awalnya penyakit tidak menimbulkan gejala. Mula-mula keluhan samar-samar


seperti : perasaan lelah, makan sedikit, terasa cepat kenyang dan sering kembung, kemudian
timbul demam dan rasa nyeri pada uterus bagian kiri dan kanan. Diikuti dengan gejala
perdarahan pervagina mungkin juga disertai pengeluaran getah vagina yang bercampur
dengan darah.

2.7.6 Penatalaksanaan
Laparatomi yang perlu dilakukan untuk menggangkat kanker tuba seperti halnya
karsinoma ovarium. Sekaaligus untuk menentukan stadium penyakit, dan reseksi tumor
metastasis. Setelah bedah, terapi yang paling sering digunakan adalah platinum dengan
kombinasi kemoterapi, meskipun radiasi juga digunakan dalam kasus tertentu yaitu pada
penyakit tanpa sisa.
a. Bedah
Operasinya yang seharusnya dilakukan adalah histerektomi abdomen dan
salpingoooforektomi bilateral.

98
b. Kemoterapi
Agen tunggal yang paling aktif adalah platinum dan taxan, seperti pada terapi
kanker ovarium.
c. Radiasi
Peranan radiasi dalam managemen penyakit tetap belum jelas. Radiasi pada
panggul pernah dipopulerkan, tetapi pendekatan ini tampaknya tidak tepat
karena penyebaran penyakit tersebut pada abdomen bagian atas.
d. Radio Terapy
Radiasi ulang intra cervical saat pra bedah untuk mengecilkan tumor
sehingga dapat menjamin tingkat keamanan saat dilakukan pembedahan.

2.7.7 Asuhan Keperawatan Kanker Tuba Fallopi

A. Pengkajian

a) Data subyektif yang terdiri dari :


- Biodata ibu dan suami
- Alasan ibu memeriksakan diri
Ibu biasanya mengeluh adanya perdarahan yang abnormal : hipermenore,
menorargia, metrorargia, menometorargia. Mengeluh nyeri pada perut, retensio
urine, poli uri, edema pada tungkai dan pusing.
- Riwayat menstruasi
Menarche. Siklus : tidak teratur. Lamanya haid 7-8 hari. Banyaknya : 3-4 x
ganti pembalut tiap hari. Warna darah : merah kehitaman kadang bergumpal.
Dismenore : ya, pada saat sebelum, selama maupun setelah haid. Flor albus
kadang-kadang terdapat flour albus. HPHT
- Riwayat perkawinan
Kawin/tidak, usia pertama kali menikah, lamanya menikah, berapa kali
menikah.
- Riwayat kehamilan sekarang (jika ada)
- Riwayat kebidanan yang lalu
- Riwayat pemakaian alat kontrasepsi
- Riwayat kesehatan

99
Klien : Jantung, DM, TBC, Hepatitis, Ginjal, Asma, (tidak ada). Biasanya
mengalami gangguan dalam siklus haid seperti Hipermenore, Menorargia,
Metrorargia, Menometrorargia.
Keluarga : Jantung, DM, TBC, Hepatitis, Ginjal, Asma, (tidak ada). Biasanya
dalam keluarga terdapat salah satu anggota keluarga yang menderita sakit yang
sama seperti tumor
- Riwayat biopsikososial spiritual
Pola nutrisi, pola eliminasi : nyeri pada saat BAK, poli uri, retensi urine, pola
istirahat : pola aktivitas, pola spritual, pola hubungan seksual.

Tehnik yang digunakan untuk mengumpulan data subyektif yaitu dengan anamnesa.

b) Data Obyektif
 Keadaan Umum
 Kesadaran
 Tanda-tanda Vital : Tekanan darah, nadi, suhu, berat badan, tinggi badan
 Pemeriksaan Fisik :
1. Kepala dan muka : tidak ada masalah
2. Mata : kalau perdarahan banyak biasanya konjungtiva pucat, sclera
putih.
3. Telinga : tidak terdapat masalah
4. Hidung : tidak terdapat masalah
5. Mulut dan Gigi : tidak terdapat masalah
6. Leher : tidak terdapat masalah
7. Dada : biasanya terdapat sesak nafas karena pembesaran mioma
menekan diafragma
8. Abdomen : terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah, teraba
massa pada uterus
9. Genetalia : adanya keluaran darah
10. Anus : timbul rasa sakit saat defekasi
11. Ekstremitas : atas : kadang terdapat oedem
bawah : kadang terdapat edema tungkai

100
 Pemeriksaan Dalam
Teraba massa pada uterus dan terdapat nyeri tekan.
 Pemeriksaan Penunjang
1. USG
2. Biopsi
3. Hb

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Kronis b/d agen pencedera (tumor ganas pada daerah tuba fallopi)
2. Insomnia b/d ketidaknyamanan fisik, dan ansietas (terkait penyakit yang dialami)
3. Ansietas b/d ancaman kematian

No. Diagnosa NOC NIC Aktivitas


Keperawatan
1. Nyeri Kronis b/d 1. Kontrol Nyeri 1. Manajemen - lakukan pengkajian
Agen Pencedera (1605) Nyeri(1400) nyeri komprehensif
akibat tumor ganas di Kriteria hasil : yang meliputi
daerah tuba fallopi - Mengenali kapan lokasi, karakteristik,
nyeri terjadi di durasi, kualitas,
tingkatkan ke intensitas.
level 5 - observasi adanya
- Menggambarkan petunjuk nonverbal
faktor penyebab mengenai
ditingkatkan ke ketidaknyamanan
level 4 terutama pada klien
- Menggunakan yang tidak dapat
analgesic yang berkomunikasi
direkomendasika - bantu keluarga
n ditingkatkan dalam mencari dan
kelevel 5 menyediakan
- Melaporkan nyeri dukungan

101
yang tidak - dorong pasien untuk
terkontrol ke menggunakan obat
level 5 - Berikan individu
penurunan yang
2. Status optimal dengan
kenyamanan (2010) pereseppan
Kriteria Hasil : analgesic.
- kesejahteraan fisik - Pastikan perawatan
ditingkatkan ke evel analgesic bagi
4 pasien dilakukan
- posisi yang nyaman dengan pemantauan
ditingkatkan ke level ketat.
5
- baju yang nyaman 2. Pemberian - Tentukan lokasi,
ditingkatkan ke 5 Analgesik karakteristik,
perawatan pribadi (2210) kualitas dan
dan kebersihan keparahan nyeri
ditingkatkan ke level sebelum mengobati
5 pasien.
- Cek perintah
pengobatan meliputi
obat, dosis, dan
frekuensi obat
analgesic yang
diresepkan.
- Cek adanya riwayat
obat.
- Pilih analgesic atau
kombinasi analgesic
yang sesuai ketika
lebih dari satu yang

102
diberikan.
- Monitor TTV
setelah pemberian
analgesic
- Berikan kebutuhan
keyamanan dan
aktivias lain yang
dapat membantu
relaksasi untuk
memfasilitasi
penurunan nyeri.
- Evaluasi keefektifan
analgesic.
- Dokumentasikan
respon terhadap
analgesic dan
adanya efek
samping.
2. Insomnia b/d 1. Tingkat 1. peningkatan - Tentukan pola
ketidaknyamanan ketidaknyamanan tidur (1850) tidur/aktvitas pasien.
fisik, dan ansietas (2109) - Perkirakan tidur/
(terkait penyakit Kriteria Hasil : siklus bangun pasien
yang dialami) - Tidak dapat di dalam perawatan
beristirahat perencanaan.
ditingkatkan ke - Monitor/catat pola
level 4 tidur pasien dan
- Posisi tubuh yang jumlah jam tidur.
buruk di - Monitor pola tidur
tingkatkan ke level pasien, dan catat
5 kondisi fisik
- Kehilangan nafsu - Fasilitasi untuk

103
makan di mempertahankan
tingkatkan ke level rutinitas waktu tidur
4 pasien
- Mual dan - Bantu untuk
muntaah menghilangkan
ditingkatkan ke situasi stress sebelum
level 4 tidur.
- Stress di - Mulai/terapkan
tigkatkan ke langkah-lagkah
level 5 kenyamanan seperti
pijat, pemberian
2. Tidur (0004) posisi dan sentuhan
Kriteria Hasil : efektif.
- Jam tidur
ditinkatkan ke 2. Manajemen - Evaluasi alam
level 5 alam perasaan perasaan
- Pola tidur (5330)
ditingkatkan ke 5 - Pertimbangkan
- Kualitas tidur perawatan pada
ditingkatkan ke pasien yang
level 5 mengalami
- Perasaan segar gangguaan alam
setelah tidur perasaan
ditingkatkan ke - Monitor status fisik
level 5 klien.
- Suhu ruangan - Bantu pasien untuk
yang nyaman secara sadar
ditingkatkan ke memonitor alam
level 5 perasaannya
- Tidur yang - Bantu pasien untuk
terputus mengidentifikasi

104
ditingkatkan ke pemicu dan disfugsi
level 4 alam perasaan.
- Nyei ditingkakan - Ajarkan koping baru
ke level 4 dan keterampilan
membuat
keputusan.
- Bantu pasien untuk
mengantisipasi dan
mengatasi
perubahan hidup
3. Ansietas b/d ancaman 1. kontrol 1. Pengurangan - Gunakan pendekatan
kematian kecemasan diri kecemasan yang tenang dan
(1402) (5820) meyakinkan.
Kriteria Hasil : - Nyatakaan dengan
- Mengurangi jelas harapan
pnyebab terhadap perilaku
kecemasan klien.
ditingkatkan ke - Jelaskan semua
level 5 prosedur termasuk
- Mencari sensasi yang
informasi untuk dirasakan yang
mengurangi mungkin akan
kecemasan di diaalami klien
tingkatkan ke selama prosedur.
level 5 - Berikan informasi
- Merencanakan yang factual terkait
strategi koping diagnosis, perawatan
untuk situasi dan prognosos.
yang - Berada di sisi klien
menimbulkan untuk meningkatkn
nyeri di asa aman dan

105
tingkatkan ke mengurangi
level 5 ketakutan
- Menggunakan - Dengarkan klien.
teknik relakasi - Dorong keluarga
untuk untuk mendampingi
mengurangi klien dengan cara
kecemasan yang tepat.
ditingkatkan ke - Ciptakan atmosfer
level 5 rasa aman untuk
- Mempertahankan meningkatkan
hubungan sosial kepercayaan diri
ditingkatkan ke klien.
levl 5 - Dukung penggunaan
- Mengendalikan koping yangsesuai.
respon - Kaji untuk tanda
kecemasan verbal dan non
ditingkatkan ke verbal
level 5. - Bantu klien untuk
mengartikulasi
2. Koping (1302) deskripsi yang
- Mengidentifikasi realistis mengenai
pola koping yang kejadian yang akan
efektif di datang.
tingkatkan ke
level 5 2. Peningkatan - Gunakan pendekaan
- Menyatakan Koping (5230) yang tenang dan
perasaan akan memberikan
control (diri) di jaminan.
tingkatkan ke
level 5. - Berikan suasana
- Mencari penerimaan.

106
informasi yang
terprcaya - Bantu pasien dalam
mengenai mengembangkan
diagnosis penilaian
ditingkatkan ke terkaitdengan
level 5. kejadian dengan
- Menggunakan lebih objektif.
strategi koping
yang efektif kee - Dukung sikap
level 5 (pasien) terkait
- Melaporkan harapan yang
penurunan realistisnsebagai
perasaan negative upaya untuk
ke level 4. mengatasi perasaan
ketiakberdyaan.

- Cari jalan untuk


memahami
perspektifpasien
terhadap situasi
yang penuh stress

- Dukung penggunan
sumber-sumber
spiritual, jika
diinginkan.

- Dukung identifikasi
nilai hidup yang
spesifik.

107
- Dukung keterlibatan
keluarga, dengan
cara yang tepat.

2.8 Analisis Jurnal

2.8.1 Jurnal 1

A. Profil Jurnal

 Judul Jurnal :"Efektifitas Latihan Progressive Muscle Relaxation (Pmr)


Terhadap Mual Muntah Kemoterapi Pasien Kanker Ovarium"
 Kata Kunci : kemoterapi, kanker ovarium, mual muntah, Progressive Muscle Relaxation
 Pengarang/Author : Sri Utami
 Tanggal Publikasi : 09 November 2016
 Kesimpulan : Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa latihan relaksasi
otot progresif terbukti dapat mengurangi mual muntah pada pasien yang menjalani
kemoterapi.

B. Critical Apraisal

 Why was this study done?

Kanker merupakan penyakit yang kompleks dengan manifestasi yang bervariasi.


Umumnya pasien kanker mengalami gejala fisik, psikologis, dan gangguan fungsional
(Potter & Perry, 2006). Menurut Persatuan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (2005),
penatalaksanaan atau pengobatan utama penyakit kanker meliputi empat macam yaitu
pembedahan, radioterapi, terapi hormon dan kemoterapi. Kemoterapi merupakan proses
pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang bertujuan untuk membunuh atau
memperlambat pertumbuhan sel kanker. Banyak obat yang digunakan dalam kemotarapi.

108
Perawat sebagai bagian dari pemberi layanan kesehatan mempunyai peranan penting
untuk mendukung pasien dalam proses adaptasi dan mempertahankan keseimbangan
selama keluhan-keluhan tersebut berlangsung. Selain itu, perawat onkologi perlu dibekali
keterampilan khusus untuk membantu pasien dan kelurganya dalam mengatasi stres fisik
dan psikologi melalui intervensi keperawatan yang bersifat mandiri. Intervensi yang
dapat dilakukan antara lain teknik relaksasi yang dapat menimbulkan respon relaksasi
yang menjadi antitesis terhadap respon stres (Astuti & Suandika, 2015 ).

 What is sample of size?

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 18 Mei sampai 20 Juni 2015 dengan
melibatkan 30 responden dengan efektifitas latihan Progressive Muscle Relaxation
(PMR) terhadap mual muntah pasien kemoterapi di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.

 How were the data analyzed?

Jenis penelitian yang digunakan adalah quasy eksperiment Rancangan ini bertujuan untuk
membandingkan hasil yang didapat sebelum dan sesudah diberi perlakuan pada
kelompok intervensi dan tidak diberi perlakuan pada kelompok Kontrol. Pada rancangan
ini, kelompok intervensi diberi perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak diberi
perlakuan Pada kedua kelompok diawali dengan pre test dan setelah pemberian perlakuan
diadakan pengukuran kembali (post test) (Arikunto, 2012).

 Are the measurement of major variables valid and reliable?

Variabel utama yang digunakan sudah valid dan dilengkapi dengan tabel data dan
pembahasan teori.

 Were the any untoward events during the conduct of the study?

Tidak ada, Penelitian berjalan lancar.

 How do the result fit with previous search in the area?

109
Hasil studi kasus menunjukan bahwa Hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal
18 Mei sampai 20 Juni 2015 dengan melibatkan 30 responden dengan efektifitas latihan
Progressive Muscle Relaxation (PMR) terhadap mual muntah pasien kemoterapi di
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dapat mengurangi mual muntah pada pasien yang
menjalani kemoterapi.

 What does this research mean for clinical practice?

Dapat memberikan informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan latihan Progressive


Muscle Relaxation (PMR) serta menambah pengetahuan perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien yang sedang menjalani kemoterapi.

110
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh
yang tidak normal, berkembang dengan cepat, tidak terkendal dan terus membelah diri.
Kanker dapat menyerang seluruh system jaringan tubuh termasuk system reproduksi wanita.
Ada beberapa penyakit kanker pada system reproduksi wanita adalah : kanker endometrium,
kanker ovarium, kanker serviks, kanker vulva, kanker vagina, dan kanker tuba falopi.
Biasanya penyakit kanker ini pada umumnya tidak memiliki tanda dan gejala, dan biasanya
dapat diketahui ketika sudah terdiagnosa kanker stadium lanjut.

Setiap penyakit kanker pada reproduksi wanita memiliki penatalaksanaan yang


berbeda sesuai dengan jenis kanker dan stadium kenker tersebut.

3.2 Saran

Bagi mahasiswa, diharapkan sebagai perawat nantinya bisa mengaplikasikan ilmu ini
dan dapat menerapkannya dalam memberikan asuhan keperawatan pada kasus kanker pada
system reproduksi wanita.

111
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawiroharjo, Sarwono, 2007, Ilmu Kandungan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


2. Base Evidence, 2007,Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi, Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
3. Barbara Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah Jilid II Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
4. Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Jakarta : EGC.
5. Doengoes, Marylynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC.
6. Geoffrey Chamberlain, Sir John Dewhurst (1994), Obstetri dan Ginekologi Praktis,
Widya Medika, Jakarta.
7. Larry J.Copeland (1993), Textbook of Gynecology, WB. Sauders Company, Philadelphia.
8. Marylin E. Doenges (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku
Kedoketran EGC, Jakarta.
9. Price, Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6,
Volume 2. Jakarta : EGC.
10. Anwar. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
11. Bulechek, Gloria,dkk.2016.Nursing Interventions Classification
(NIC).Singapore.Ersevier, Inc.
12. Black, Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Singapore : Elsevier Pte. L.td.All
Right Reserved.
13. Moorhead, Sue,dkk.2016.Nursing Outcome Classification (NOC).Singapore.Esevier Inc.
14. PPNI.2017.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan.Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Indonesia.
15. Hacker, dkk. 2012. (jurnal.esiever.com) diakses pada tanggal 18 Februari 2018.

112

Anda mungkin juga menyukai