Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

CA CERVIKS, CA MAMMAE, KISTA OVARIUM, MIOMA,

DAN CA OVARIUM

Disusun Oleh :

1. Intan lesmana putri 17. Intan mufidah K


2. Safi ina anitasari 18. mayawi
3. Wiwin istiqo wahyuni 19. nurain
4. Yulia widyaningsih 20. Lea yohana gaelagoy
5. Dewi noer aminah 21. Mita wijayanti
6. Yunita hawa banamtuan 22. Siti mufidah I H
7. Dian istiqomah 23. Anis nur aini
8. Isasih Jiyesthi E 24. Rosita umiyati
9. Nurul laili saidah 25. Nian zumelda
10.Evin suharni 26. Gina mariana
11.Nira tresia tefi 27. irminawati
12.Dinda ayu pangestu 28. Nurul huda
13. Sartomiatun 29. syarkiah
14.Siti romelah 30. maria
15.Luthi fajarratun azizzah 31. Nur laila
16.Mega susilowati 32. Rahmah tamher

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN

SEKOLAH INGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG

2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT.Yang telah memberikan rahmat, hidayah, inayah serta
nikmat yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikanmakalah yang
berjudul“CA
CERVIKS, CA MAMMAE, KISTA OVARIUM, MIOMA, DAN
CA OVARIUM   ”

Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan
dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.Penulis juga tidak lupa mengucapkan
terimakasih kepada CI akademik dan CI klinik atas bimbinganny adalampenulisan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah
ini,sehingga dapat memperlancar dan mempermudah proses belajar mengajar. Makalah ini
mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan saran untuk penyempurnaan
makalah ini.

Jombang, 09 November2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................... 4


1.2 Rumusan masalah...................................................................................... 4
1.3 Tujuan........................................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian.................................................................................................. 5
2.2 Etiologi....................................................................................................... 6
2.3 Patofisiologi............................................................................................... 8
2.4 Tanda dan Gejala....................................................................................... 10
2.5 Penatalaksanaan........................................................................................ 12
2.6 Edukasi Dan Promosi Kesehatan......................................................................... 22

BAB III

3.1 Kesimpulan................................................................................................ 25
3.2 Saran.......................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I 

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia wanita dengan penyakit ca cerviks, ca mammae, kista


ovarium, mioma, dan ca ovarium banyak dijumpai. Mioma uteri adalah suatu tumor
jinak yang tumbuh dalam otot uterus. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri
atau uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan
dengan keganasan. Mioma bisa menyebabkan gejala yang luas termasuk perdarahan
menstruasi yang banyak dan penekanan pada pelvis.(1,3).

Kanker Serviks adalah gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok


penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan
maturasi sel pada jaringan serviks. Pasien dapat melaporkan atau tidak melaporkan
nyeri abdomen akut atau kronik.Gejal-gejala tentang rupture kista menstimulasi
berbagai kedaruratan abdomen akut, seperti apendisitis, atau kehamilan ektopik.
Kista yang lebih besar dapat menyebabkan pembengkakan abdomen dan
penekanan pada organ-organ abdomen yang berdekatan. Pengobatan kista ovarium
yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah.

Kanker ovarium adalah tumor gana yang tidak mempunyai gejala klinis yang
pathogenesis dan akan berkembang secara diam-diamdi dalam tubuh wanita, hingga suatu
waktu dapat menimbulkan keluhan .

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang
CA CERVIKS, CA MAMMAE, KISTA OVARIUM, MIOMA, DAN CA OVARIUM
dari definisi hingga penatalaksanaan yang tepat bila mendapat kasus tersebut di praktek
klinis.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

a. Ca Serviks
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher Rahim atau serviks
yang terdapat pada bagian terendah dari ahim yang menempel pada puncak vagina
( diananda, 2007).

Kanker serviks adalah gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok


penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan maturasi
sel pada jaringan serviks (sarjadi, 2001).

Kanker serviks adalah salah satu kanker pada wanita yang paling umum terjadi di
seluruh dunia, namun biasanya kanker ini lambat pertumbuhanya dan bila dideteksi cukup
dini , dapat diterapi secara efektif. Dinegara maju, kanker serviks stadium lanjut semakin
menurun sebagai akibat dari dilakukannya skrining serviks secara luas, akan tetapi di banyak
Negara berkembang , skrining serviks secara luas. Akan tetapi dibanyak Negara berkemban,
skrining tidak banyak tersedia dan kangker tetap merupakan penyebab kematian akibat
kanker yang paling banyak ( Abrahams, 2014).

b. Pengertian Ca Mammae / Kanker Payudara

Kanker ayudara merupakan suatu penyakit akibat sel-sel yang abnormal terbentuk
pada payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan, yang terus menerus
tumbuh berlipat ganda, yang merupakan keganasan pada jaringan payudara, dapat berasal
dari epitel duktus maupun lobulusnya. Kanker payudara bisa bermula dari saluran air susu
atau dari lobus kemudian menyebar ke jaringan lemak yang ada di payudara lalu masuk ke
dalam aliran darah. Biasanya menyebar di kelenjar getah bening yang ada di ketiak.
Beberapa benjolan disertai bengkak.

c. Pengertian Kista Ovarium

Kistoma adalah tumor berupa kantong berisi cairan atau setengah cairan
(Mardiana,2000). Ovarium adalah organ dalam reproduksi wanita yang menghasilkan
sel telur atauovum(Prawiroharjo,1999).

Kistaovariummerupakanperbesaransederhanaovariumnormal,folikeldegrafatau

korpusluteumataukistaovariumdapattimbulakibatpertumbuhandariepitheliumovarium(
SmelzerandBare.2002:1556)Berdasarkanpengertiantersebutdapatdiambilkesimpulankis
tomaovarimerupakanjaringanyangterdapatpadaorganovariumyangdapatmenggangguf
ungsinormaldariovariummaupunsaluranreproduksi.

d. Pengertian Mioma Uteri

Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat kenyal,
batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel. Mioma uteri
terdiri dari sel-sel otot polos, tetapi juga jaringan ikat. Sel-sel ini tersusun dalam bentuk
gulungan, yang bila membesar akan menekan otot uterus normal.
Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterine
fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan
keganasan.

e. Pengertian ca ovarium

5
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beranekaragam, dapat
berasal dari ketiga dermoblasr (ektodernal, endodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat
histiologis maupun biologis yang beraneka ragam.

Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan maupun padat. Kanker
ovarium disebut sebagai silent killer. Karena kanker ovarium terletak di bagian dalam
sehingga tidak mudah dideteksi 70%-80% kanker ovarium baru ditemukan pada stadium
lanjut dan telah menyebar (metasfase) kemana-mana.

2.2 Etiologi

a. Ca Serviks

penyebab utama kanker serviks adalah infeksi human papilloma virus (HPV). Saat ini
terdapat 138 jenis HPV yang sudah dapat teridentifikasi yang 40 diantaranya dapat ditularkan
lewat hubungan seksual. Beberapa tipe HPV virus risiko tinggi baik tipe tinggi maupun risiko
tipe rendah dapat menyebabkanpertumbuhan abnormal pada sel tetapi pada umumnya hanya
HPV tipe reiko tinggi yang dapat memicu terjadinya kanker. Virus HPV resiko tinggi yang
dapat menularkan melalui hubungan seksual adalah tipe 7, 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 32,
56, 58, 59, 68, 69 dan mungkin masih banyak beberapa tipe yang lain. Beberapa penelitian
menegemukakan bahwa lebih dari 90 %kanker leher Rahim disebabkan oleh tipe 16 dan 18
yang membedakan antara HPV risiko tungggi dan rendah adalah satu asam amino tersebut
adalah aspartate pada HPV resiko tinngi Dn glisin pada HPV resiko rendah dan sedang
( gastout et al, 1996).

b. Ca Mammae

Etiologi kanker payudara tidak diketahui secara pasti. Yang diketahui hanyalah faktor
risiko yang berhubungan dengan kanker payudara, baik faktor risiko internal, maupun
eksternal (lingkungan).

1) Faktor Risiko Internal

Faktor risiko internal yang berhubungan dengan kanker payudara adalah sebagai
berikut:

Usia: puncak insidensi kanker payudara bersifat bimodal, puncak pertama pada usia
sekitar 50 tahun, kedua pada usia sekitar 70 tahun. Hal ini menunjukkan hubungan usia
dengan subtipe kanker payudara. Kanker payudara derajat berat lebih cepat terjadi
dibandingkan dengan kanker sensitif hormone yang berkembang dengan lebih lambat

Jenis kelamin: wanita berisiko 100 kali lipat lebih besar dibandingkan pria

Etnis: di negara maju, keturunan Kaukasia memiliki risiko kanker payudara paling
tinggi, diikuti keturunan Afrika dan Hispanik

Kegemukan: wanita yang gemuk lebih berisiko mengalami kanker payudara pasca
menopause .Perawakan tinggi Riwayat penyakit payudara tertentu: hiperplasia atipikal
berhubungan dengan peningkatan risiko kanker payudara, riwayat kanker payudara
berhubungan dengan peningkatan risiko 3-4 kali untuk mengalami kanker payudara primer
pada payudara kontralateral. Riwayat kanker payudara pada keluarga: meningkat dua kali
lipat pada wanita dengan keluarga kandung yang memiliki riwayat kanker payudara. Densitas
payudara: gambaran mamografi yang menunjukkan payudara densitas tinggi (> 75%)
berkaitan dengan peningkatan risiko kanker payudara

6
Densitas tulang yang tinggi: reseptor estrogen di tulang menjadi marka pengganti
paparan estrogen jangka panjang dan densitas tulang yang tinggi meningkatkan risiko kanker
payudara hingga 50%.

Penggunaan hormon estrogen-progestin jangka panjang (> 3 tahun) Menarche dini


atau menopause terlambat Nuliparitas: risiko 50% lebih tinggi dibandingkan wanita para
terhadap kanker payudara Peningkatan usia saat kehamilan pertama: semakin tua saat hamil
pertama, semakin tinggi risiko kanker payudara Riwayat kanker payudara dalam keluarga
Mutasi genetik: 5-6% kanker payudara familial berkaitan erat dengan adanya mutasi genetik
pada gen BRCA1, BRCA2, p53, ATM, dan PTEN. Paparan radiasi pengion, misalnya
riwayat radioterapi

2) Faktor Risiko Eksternal

Faktor risiko eksternal yang berhubungan dengan kanker payudara adalah paparan
asap rokok, pestisida, dan radiasi, khususnya pada area dada saat pubertas.[6,8]

c. Kista Ovarium

PenyebabKistaOvariumsecarapastimasihbelumdiketahui.Tetapiadapenyebabyangm
endorongtumbuhnyakistaantaralain: 

1) Gayahidup yang tidak sehat seperti makanan tinggi lemak, konsumsi


makanan mengandung:zat-zatsintetik,merokok,
2) Polusiudara, 
3) Stres 
4) Virus 
5) Faktorgenetik  

d. Mioma Uteri

Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan
penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang
dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai
abnormalitas kromosom lengan 12q13-15. 4,5
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi
genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone.

1) Estrogen

Beberapa ahli dalam penelitiannya menemukan bahwa pada otot rahim yang berubah
menjadi mioma ditemukan reseptor estrogen yang lebih banyak daripada otot rahim normal.
Mioma uteri dijumpai setelah menarke

2) Progesterone
Progesteron merupakan antagonis natural dari esterogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.

3) Hormone Pertumbuhan

Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang


mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada periode ini,
memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan
mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen

a) Umur

7
b) Paritas
4) Faktor Ras dan Genetik
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadiaan
mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita
dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
5) Fungsi Ovarium
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma,
dimana mioma uteri muncul setelah menarche, dan mengalami regresi setelah
menopause. Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi
hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma.
6) Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin berhubungan
dengan konversi hormon androgen menjadi estrogen oleh enzim aromatease di jaringan
lemak (Djuwantono, 2005). Hasilnya terjadi peningkatan jumlah estrogen tubuh yang
mampu meningkatkan prevalensi mioma uteri (Parker, 2007).

e. Ca Ovarium

Kanker ovarium merupakan keganasan pada ovarium yang menyebabkan angka


mortalitas yang tinggi. Angka mortalitas yang tinggi ini berhubungan dengan sulitnya deteksi
dini kanker ovarium karena tidak adanya gejala spesifik pada stadium awal. Berdasarkan
jenis histologinya, kanker ovarium dibagi menjadi tipe epitelial, tumor stromal, tumor sel
germinal, karsinoma peritoneal primer dan metastasis tumor ovarium. Kanker ovarium
memiliki etiologi multifaktorial dengan faktor genetik sebagai faktor yang berperan penting.
Faktor genetik yang berperan dalam kanker ovarium adalah adanya mutasi pada gen BRCA1
dan 2.

Anamnesis gejala pada kanker ovarium umumnya bersifat tidak spesifik sehingga
menyulitkan deteksi dini pada pasien, misalnya mudah lelah, perut kembung, sesak napas,
dan penurunan berat badan. Walau demikian, dapat digali faktor yang meningkatkan risiko
kanker ovarium, seperti riwayat kanker pada keluarga dan riwayat penggunaan obat
hormonal. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan adanya efusi pleura, asites, serta massa
pada pelvis atau abdomen. Diagnosis kanker ovarium berdasarkan pada pemeriksaan
radiologis dan penanda tumor. Pemeriksaan radiologis yang paling rutin dikerjakan adalah
ultrasonografi, X-ray thorax, dan CT scan. Pemeriksaan penanda tumor yang dilakukan
adalah CA 125.

2.3 Patofisilogi

a. Ca Serviks
Kanker serviks merupakan kanker yang menyerang area mulut rahim. Serviks
merupakan bagian terbawah dan ujung dari rahim atau uterus. Serviks menghubungkan
antara uterus dan liang vagina. Serviks memiliki dua bagian yaitu ektoserviks yang
merupakan bagian luar serviks dan endoserviks yang merupakan bagian dalam serviks.
Ektoserviks ditempati oleh sel skuamousa yang pipih dan tipis. Sedangkan bagian
endoserviks yang merupakan bagian dalam serviks, ditempati oleh sel kolumnar. Area tempat
dimana ektoserviks bertemu dengan endoserviks dinamakan area transformasi (T-zone). Area
transformasi ini merupakan tempat pertama kali terjadinya perkembangan sel abnormal atau
lesi pra kanker di serviks. Kanker serviks memiliki dua tipe histopatologi yaitu karsinoma sel
skuamosa (squamous cell carcinoma) dan adenokarsinoma (adenocarcinoma). Jenis kanker
serviks yang terbanyak adalah tipe karsinoma sel skuamosa (squamous cell carcinoma) yaitu
sekitar 80-90% dari semua kasus kanker serviks
b. Ca Mammae
1) Transformasi

8
sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
2) Fase Inisisasi
pada tahap inisiasi suatu perubahan dalam bahan genetic sel yang memancing
sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetic sel ini disebabkan oleh suatu agen
yang disebut karsinogen
3) Fase Promosi
pada tahan promosi, suatu sel yang telah menglami inisiasi akan berubah
menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh
promosi. Oleh karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan.
4) Fase Metastasis
Metastasis menuju ke tulang merupakan hal yang kerap terjadi pada kanker
payudara. Beberapa diantaranya disertai dengan komplikasi lain ( anonym, 2012)

c. Kista Ovarium
Kistaovariyangberasaldariprosesovulasinormaldisebut kista fungsional
danselalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut
kistatheca-lutein.Kistatersebutdapatdistimulasiolehgonadotropin,termasukFSHdanHCG.
Kistaneoplasiadapattumbuhdariproliferasiselyangberlebihdantidakterkontroldala
movariumsertadapatbersifatganasataujinak.Neoplasiayangganasdapatberasal
darisemuajenisseldanjaringanovarium.Sejauhini,keganasanpalingseringberasaldari epitel
permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinakyang
serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor
ovariganasyanglaindapatterdiridariareakistik,termasukjenis ini adalah tumor
selgranulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma
berasaldari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional;
ektodermal,endodermal,danmesodermal

d. Mioma Uteri
Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari
penggandaan satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya perkembangan
dari sel otot uterus atau arteri pada uterus, dari transformasi metaplastik sel jaringan ikat,
dan dari sel-sel embrionik sisa yang persisten. Penelitian terbaru telah mengidentifikasi
sejumlah kecil gen yang mengalami mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel
miometrial normal.
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast. Percobaan
Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan
tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek
fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron.
Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat
mengurangi ukuran mioma.

e. Ca Ovarium
Patofisiologi kanker ovarium berhubungan dengan adanya mutasi pada gen
BRCA1 dan BRCA2. Mutasi Gen BRCA1 dan BRCA2 Kanker ovarium berkaitan
dengan faktor genetik yaitu mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2. Gen BRCA1 berperan
penting dalam perbaikan DNA, kontrol siklus reproduksi sel, mitosis, remodelling
kromatin dan regulasi transkripsi. Gen BRCA2 berperan penting dalam rekombinasi
homolog dan perbaikan DNA.[2] Mutasi genetik ini dapat meningkatkan risiko
perubahan sel epitel normal menjadi kanker. Selain mutasi genetik, lingkungan mikro
juga berpengaruh dalam patogenesis dari kanker epitel ovarium. Vascular endothelial
growth factor (VEGF) merupakan satu diantara faktor angiogenesis yang penting dalam
kanker ovarium. Faktor angiogenesis lain di antaranya adalah fibroblast growth factor,
angiopoietin, endothelin, Interleukin (IL)-6, IL-8, protein makrofag kemotaksis dan
platelet derived growth

9
2.4 Tanda Dan Gejala

a. Ca Serviks

1) Perdarahan Vagina

Pendarahan vagina yang ekstrim terutama di antara siklus menstruasi dan pendarahan
setelah menopause dapat menjadi gejala dan tanda dari kanker seviks. Pada tahap awal
kanker serviks mungkin sama sekali tanpa gejala.

2) Perdarahan Saat Berhubungan Seksual

Jika saat kontak atau bersentuhan ketika berhubungan seksual pada alat vital dan
menimbulkan pendarahan atau bahkan mengalami keputihan berat, maka bisa jadi itu
merupakan tanda kanker serviks. Nyeri atau rasa sakit ketika berhubungan seksual juga
dapat menjadi tanda.

3) Mungkin Ada Metastasi

Pada kasus lanjut kanker serviks, mungkin akan hadir metastasis di perut, paru-paru, atau
bagian lainnya. Ini juga harus diperiksa sesegera mungkin.

4) Gejala Lain Yang Mungkin Terbilang Membingungkan

Tanda kanker serviks yang terakhir dikatakan membingungkan. Ada beberapa gejala
yang bahkan dikatakan kurang terkait, seperti kehilangan nafsu makan, penurunan berat
badan, kelelahan, nyeri panggul, sakit kaki, sakit punggung, patah tulang, bahkan hingga
kebocoran urin atau fases (jarang terjadi).

b. Ca Mammae
1) Muncul sebuah benjolan yang terasa berbeda dari jaringan payudara di sekitarnya.
Biasanya, memiliki pinggiran tidak teratur dan tidak menimbulkan nyeri.  
2) Jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah
kulit.  
3) Benjolan atau massa juga bisa muncul di ketiak, sekitar tulang selangka atau di bawah
lengan.
4) Perubahan ukuran atau bentuk payudara
5) Keluar cairan yang abnormal dari puting susu. Cairan juga bisa mengandung darah,
berwarna kuning sampai hijau, atau bisa juga bernanah)
6) Warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu maupun daerah berwarna coklat
tua di sekeliling puting susu (areola) mengalami perubahan.  
7) Payudara tampak kemerahan
8) Kulit sekitar puting bersisik
9) Puting susu terasa gatal atau tertarik ke dalam.
10) Nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara. 

c. Kista Ovarium
1) Perut terasa penuh, berat, kembung
2) Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
3) Haid tidak teratur
4) Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung
bawah dan paha.
5) Nyeri senggama
6) Mual, pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil.

Gejala-gejalaberikutmemberikanpetunjukdiperlukanpenanganankesehatansegera:

10
1) Nyeriperutyangtajamdantiba-tiba 
2) Nyeribersamaandengandemam 
3) Rasainginmuntah 
d. Mioma Uteri
1) Perdarahan Abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan
dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini,
antara lain adalah :
- Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai adeno
karsinoma endometrium.
- Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa
- Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
-Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara
serabut miometrium,
sehinggatidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
2) Rasa Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi
darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada
pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pertumbuhannya yang
menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.
3) Gejala dan Tanda Penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung
kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine,
pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat
menyebabkan konstipasi, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe dipanggul dapat
menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
4) Infertilitas dan Abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars intertisialis
tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh
karena distorsi rongga uterus. Rubin (1958) menyatakan bahwa apabila penyebab lain
infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut,
maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi.

e. Ca Ovarium
1) Perut kembung
2) Cepat kenyang
3) Sakit perut
4) Mual
5) Konstipasi(sembelit).
6) Perut membengkak
7) Berat badan menurun
8) Sering buang air kecil
9) Sakit di punggung bagian bawah
10) Nyeri saat berhubungan seksual
11) Keluar darah dari vagina

11
12) Perubahan siklus menstruasi, pada penderita yang masih mengalami menstruasi

2.5 Penatalaksanaan

a. Ca Serviks
Penatalaksanaan kanker serviks dilakukan berdasarkan stadium kanker tersebut.
Modalitas terapi dapat berupa pembedahan, kemoterapi dan radioterapi. Selain terapi
definitif kanker, dibutuhkan terapi suportif seperti perbaikan kondisi umum dan terapi
paliatif pada pasien kanker stadium lanjut untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Stadium kanker serviks menggunakan 2 metode yaitu metode TNM dan metode
FIGO. Metode TNM oleh American Joint Committee on cancer (AJCC) berdasarkan
ukuran tumor (T), pembesaran kelenjar getah bening (N) dan Metastasis (M). Penentuan
stadium kanker serviks dengan metode FIGO (International Federation of Gynecology
and Obstetrics) berdasarkan pemeriksaan klinis, biopsi, tes pemindaian (imaging tests),
sitoskopi, dan proktoskopi.[12]
Tabel 1. Stadium Kanker Serviks

Stadiu
m TNM FIGO Deskripsi
Sel kanker sudah berkembang dari permukaan serviks ke dalam jaringan
serviks yang lebih dalam. Sel kanker mungkin sudah tumbuh ke dalam
T1 rahim tetapi belum keluar rahim.
Any Sel kanker bisa menyebar ke kelenjar getah bening terdekat, bisa juga
N tidak.
I M0 I Belum terdapat penyebaran ke tempat yang jauh (metastasis)
T1A Karsinoma invasif hanya bisa terlihat dengan mikroskop
Any Sel kanker bisa menyebar ke kelenjar getah bening terdekat, bisa juga
N tidak.
IA M0 IA Belum terdapat penyebaran ke tempat yang jauh (metastasis)
Area kedalaman kanker kurang dari 3 mm diukur dari basal epitel dan
T1a1 luas kurang dari 7 mm.
Any Sel kanker bisa menyebar ke kelenjar getah bening terdekat, bisa juga
N tidak.
IA1 M0 IA1 Belum terdapat penyebaran ke tempat yang jauh (metastasis)
Area kedalaman kanker 3 - 5 mm diukur dari basal epitel dan luas kurang
T1a2 dari 7 mm.
Any Sel kanker bisa menyebar ke kelenjar getah bening terdekat, bisa juga
N tidak.
IA2 M0 IA2 Belum terdapat penyebaran ke tempat yang jauh (metastasis)
T1b Kanker bisa terlihat tanpa menggunakan mikroskop
Any Sel kanker bisa menyebar ke kelenjar getah bening terdekat, bisa juga
N tidak.
IB M0 IB Belum terdapat penyebaran ke tempat yang jauh (metastasis)
IB1 T1b1 IB1 Kanker bisa terlihat tanpa mikroskop tetapi ukurannya kurang dari 4 cm
Any Sel kanker bisa menyebar ke kelenjar getah bening terdekat, bisa juga
N tidak.

12
M0 Belum terdapat penyebaran ke tempat yang jauh (metastasis)
T1b2 Kanker bisa terlihat tanpa mikroskop tetapi ukurannya lebih dari 4 cm
Any Sel kanker bisa menyebar ke kelenjar getah bening terdekat, bisa juga
N tidak.
IB2 M0 IB2 Belum terdapat penyebaran ke tempat yang jauh (metastasis)
Kanker sudah keluar dari serviks dan uterus, tetapi belum menyebar ke
T2 dinding pelvis atau bagian bawah vagina
Any Sel kanker bisa menyebar ke kelenjar getah bening terdekat, bisa juga
N tidak.
II M0 II Belum terdapat penyebaran ke tempat yang jauh (metastasis)
T2a Kanker belum menyebar ke parametria (jaringan didekat serviks)
Any Sel kanker bisa menyebar ke kelenjar getah bening terdekat, bisa juga
N tidak.
IIA M0 IIA Belum terdapat penyebaran ke tempat yang jauh (metastasis)
T2a1 Kanker bisa terlihat  dan ukurannya kurang dari dari 4 cm
Any Sel kanker bisa menyebar ke kelenjar getah bening terdekat, bisa juga
N tidak
IIA1 M0 IIA1 Belum terdapat penyebaran ke tempat yang jauh (metastasis)
T2a2 Kanker bisa terlihat  dan ukurannya lebih besar dari 4 cm
Any Sel kanker bisa menyebar ke kelenjar getah bening terdekat, bisa juga
N tidak
IIA2 M0 IIA2 Belum terdapat penyebaran ke tempat yang jauh (metastasis)
T2b Kanker sudah menyebar ke jaringan di dekat serviks atau parametria
Any Sel kanker bisa menyebar ke kelenjar getah bening terdekat, bisa juga
N tidak
IIB M0 IIB Belum terdapat penyebaran ke tempat yang jauh (metastasis)
T2b1 Kanker bisa terlihat  dan ukurannya kurang dari dari 4 cm
Any Sel kanker bisa menyebar ke kelenjar getah bening terdekat, bisa juga
N tidak.
IIB1 M0 IIB1 Belum terdapat penyebaran ke tempat yang jauh (metastasis)
T2b2 Kanker bisa terlihat  dan ukurannya lebih besar dari 4 cm
Any Sel kanker bisa menyebar ke kelenjar getah bening terdekat, bisa juga
N tidak.
IIB2 M0 IIB2 Belum terdapat penyebaran ke tempat yang jauh (metastasis)
Kanker telah menyebar ke dinding pelvis dan bagian bawah vagina.
T3 Kanker bisa menyumbat ureter
Any Sel kanker bisa menyebar ke kelenjar getah bening terdekat, bisa juga
N tidak.
III M0 III Belum terdapat penyebaran ke tempat yang jauh (metastasis)
IIIA T3a IIIA Kanker telah menyebar ke dinding pelvis dan bagian bawah vagina.
Kanker bisa menyumbat ureter

13
Any Sel kanker bisa menyebar ke kelenjar getah bening terdekat, bisa juga
N tidak.
M0 Belum terdapat penyebaran ke tempat yang jauh (metastasis)
Kanker telah menyebar ke dinding pelvis dan bagian bawah vagina.
Kanker bisa menyumbat satu atau keuda ureter dan dapat menyebabkan
T3b hidronefrosis
Any Sel kanker bisa menyebar ke kelenjar getah bening terdekat, bisa juga
N tidak
IIIB M0 IIIB Belum terdapat penyebaran ke tempat yang jauh (metastasis)
Kanker dapat menyebar ke kandung kemih atau rektum dan telah
T4 berkembang ke luar pelvis
Any Sel kanker bisa menyebar ke kelenjar getah bening terdekat, bisa juga
N tidak.
IVA M0 IV A Belum terdapat penyebaran ke tempat yang jauh (metastasis)

Any
T
Any
N Kanker sudah menyebar ke tempat yang jauh (metastasis) seperti tulang,
IVB M1 hepar, paru-paru dan kelenjar getah bening yang jauh.
 

Penatalaksanaan kanker serviks membutuhkan kerja sama berbagai disiplin ilmu


diantaranya ginekolog onkologis, radiolog onkologi dan onkologi medis. Tatalaksana
kanker serviks disesuaikan dengan stadiumnya, berdasarkan konsensus FIGO.[13]
Tabel 2. Pilihan Penatalaksanaan Kanker Serviks

Stadium Terapi Standar


Stadium IA1 Histerektomi simple
Stadium IA2 Histerektomi simpel atau radikal dan limfadenektomi pelvis bilateral
Histerektomi simpel atau radikal dan limfadenektomi pelvis bilateral atau
Stadium IB1 radioterapi
Kemoradiasi atau radikal histerektomi dan limfadenektomi pelvis bilateral dengan
Stadium IB2 atau tanpa adjuvan radioterapi atau kemoterapi
Stadium IIA1 Kemoradiasi atau radikal histerektomi dan limfadenektomi pelvis bilateral dengan
atau 2 atau tanpa adjuvan radioterapi atau kemoterapi
Stadium IIB1 Kemoradiasi atau radikal histerektomi dan limfadenektomi pelvis bilateral dengan
atau 2 atau tanpa adjuvan radioterapi atau kemoterapi
Stadium IIIA Kemoradiasi atau radioterapi
Stadium IIIB Kemoradiasi atau radioterapi
Stadium IVA Kemoradiasi atau radioterapi
Stadium IVB Radioterapi atau kemoterapi paliatif

b. Ca Payudara

14
Penatalaksanaan kanker payudara dapat berupa pembedahan, radioterapi,
kemoterapi, terapi target, maupun terapi hormonal.

Pembedahan

Tipe pembedahan yang dapat dilakukan untuk kanker payudara adalah biopsi
eksisi dengan lokalisasi lesi, mastektomi radikal, breast conserving surgery,
serta rekonstruksi payudara dan dinding dada.
Biopsi Eksisi dengan Lokalisasi Lesi
Biopsi eksisi dengan lokalisasi lesi dilakukan dengan mengangkat seluruh
jaringan kanker dan menyisakan tepi jaringan tampak sehat dibantu metode mamografi
dan lokalisasi lesi oleh sebuah kawat yang dilabel secara radiasi yang ditempatkan dekat
dengan lokasi lesi.
Mastektomi Radikal
Mastektomi radikal dapat dilakukan dengan metode Halstedt maupun modifikasi
Patey. Metode Halstedt dilakukan dengan mengangkat seluruh jaringan payudara, kulit,
kompleks puting-areola, m. pectoralis mayor dan minor, serta kelenjar getah bening level
I, II, dan III. Pada metode modifikasi Patey, m. pectoralis mayor dan n. pectoralis lateral
tetap dipertahankan.
Breast Conserving Surgery
Breast conserving surgery memerlukan reseksi lesi kanker primer dengan margin
jaringan yang tampak sehat, terapi radiasi ajuvan, dan penilaian status kelenjar getah
bening regional.
Rekonstruksi Payudara dan Dinding Dada
Rekonstruksi payudara dan dinding dada dapat menjadi pilihan pada kasus dengan
pengangkatan jaringan kulit dan subkutan yang masif.

Radioterapi

Radioterapi dapat digunakan sebagai penatalaksanaan, ajuvan, maupun terapi


paliatif kanker payudara. Sebagai tata laksana, radioterapi dapat digunakan pada berbagai
stadium kanker, bergantung pada pilihan pembedahan yang akan dilakukan,
apakah breast conserving surgery atau mastektomi. Radiasi pengion ditargetkan pada
DNA sel (terutama sel kanker) sehingga terjadi kerusakan DNA yang ireversibel dan
berujung pada kematian sel kanker.
Pada pasien yang menjalani breast conserving surgery dapat dilakukan iradiasi
payudara parsial dengan teknik brakiterapi, terapi radiasi sinar eksternal,
maupun intensity-modulated radiation therapy dan hanya dapat dilakukan pada skenario
uji klinis prospektif di senter tertentu saja.
Terapi radiasi ajuvan (setelah pembedahan) bertujuan untuk menurunkan angka
rekurensi kanker dan biasanya dilakukan pada kanker payudara stadium IIIA dan IIIB.
Terapi radiasi juga dapat digunakan sebagai terapi paliatif, misalnya pada kasus kanker
payudara dengan metastasis ke otak di mana agen kemoterapi memiliki efikasi yang
terbatas.
Kemoterapi

Sebelum kemoterapi, perlu dilakukan stratifikasi risiko berdasarkan luaran


kesintasan tanpa penyakit (disease free survival/DFS) dan kesintasan umum (overal
survival/OS). Stratifikasi risiko mempertimbangkan usia pasien, komorbiditas, ukuran

15
tumor, grade tumor, jumlah kelenjar getah bening yang terlibat, serta status reseptor
estrogen.
Kemoterapi Ajuvan
Kemoterapi ajuvan bertujuan untuk menurunkan tingkat rekurensi dan kematian
15 tahun setelah terapi. Kemoterapi ajuvan disarankan pada wanita dengan kanker
payudara yang memiliki karakteristik prognosis yang kurang baik seperti adanya invasi
pembuluh darah atau kelenjar getah bening, grade inti tumor yang tinggi, grade histologik
yang tinggi, ekspresi HER-2/neu yang tinggi, ukuran tumor > 1 cm, serta status reseptor
hormon negatif.
Pilihan regimen kemoterapi ajuvan untuk kanker payudara yang telah terbukti
bermanfaat secara klinis dibedakan berdasarkan ekspresi HER-2/neu.
Regimen kemoterapi untuk kanker dengan ekspresi HER-2/neu negatif (tanpa
trastuzumab):
Regimen / Obat Dosis Frekuensi Siklus

FAC

5-Fluorouracil (5-FU) 600 mg/m2 IV hari 1


Doxorubicin (Adriamycin) 60 mg/m2 IV hari 1
Cyclophosphamide 600 mg/m2 IV hari 1 Setiap 21 hari 4

FAC (regimen alternatif)

5-Fluorouracil (5-FU) 500 mg/m2 IV hari 1 dan 8


Doxorubicin (Adriamycin) 30 mg/m2 IV hari 1 dan 8
Cyclophosphamide 100 mg/m2 PO hari 1-14 Setiap 28 hari 6

FEC100

5-FU 500 mg/m2 IV hari 1


Epirubicin 100 mg/m2 IV hari 1
Cyclophosphamide 500 mg/m2 IV hari 1 Setiap 21 hari 6

AC

Doxorubicin 60 mg/m2 IV hari 1


Cyclophospamide 600 mg/m2 IV hari 1 Setiap 21 hari 4

TAC

Docetaxel (Taxotere) 75 mg/m2 IV hari 1


Doxorubicin 50 mg/m2 IV hari 1
Cyclophosphamide 500 mg/m2 IV hari 1 Setiap 21 hari 6

TAC

Docetaxel (Taxotere) 75 mg/m2 IV hari 1 Setiap 21 hari 6

16
Doxorubicin 50 mg/m2 IV hari 1
Cyclophosphamide 500 mg/m2 IV hari 1

AC diikuti T (regimen konvensional)

Doxorubicin 60 mg/m2 IV hari 1


Cyclophosphamide 600 mg/m2 IV hari 1 Setiap 21 hari 4
Setelah regimen tersebut selesai, lanjutkan dengan:
Paclitaxel (Taxol) 175 mg/m2 IV hari 1 Setiap 21 hari 4

AC diikuti T (regimen dose-dense)

Doxorubicin 60 mg/m2 IV hari 1


Cyclophosphamide 600 mg/m2 IV hari 1 Setiap 14 hari 4
Setelah siklus selesai, lanjutkan dengan:
Paclitaxel (Taxol) 175 mg/m2 IV hari 1 Setiap 14 hari 4

AC diikuti T (regimen metronomik)

Doxorubicin 20 mg/m2 IV hari 1


Cyclophosphamide 50 mg/m2 PO setiap hari Setiap minggu 12
Setelah siklus selesai, lanjutkan dengan
Paclitaxel 80 mg/m2 IV hari 1 Setiap minggu 12

CMF (Regimen Bonadonna)

Cyclophosphamide 100 mg/m2 PO hari 1-14


Methotrexate 40 mg/m2 IV hari 1 dan 8
5-FU 600 mg/m2 IV hari 1 dan 8 Setiap 28 hari 6

CMF (Regimen metronomik)

Cyclophosphamide 50 mg/m2 PO hari 1-7


Methotrexate 15 mg/m2 IV
5-FU 300 mg/m2 IV Setiap minggu 24

TC

Taxotere 75 mg/m2 IV hari 1


Cyclophosphamide 600/m2 IV hari 1 Setiap 21 hari 4
Regimen kemoterapi untuk kanker dengan ekspresi HER-2/neu positif (dengan trastuzumab):
Regimen / Obat Dosis Frekuensi Siklus

AC diikuti T+H

17
Doxorubicin 20 mg/m2 IV hari 1
Setiap
Cyclophosphamide 50 mg/m2 PO setiap hari minggu 12
Setelah siklus selesai, lanjutkan dengan
Paclitaxel 80 mg/m2 IV hari 1
Trastuzumab Setiap
(Herceptin) 4 mg/kg IV load, lalu 2 mg/kg hari 1 minggu 12
Setelah siklus selesai, lanjutkan dengan
Setiap 21
Paclitaxel 6 mg/kg IV minggu 14

TCH

Docetaxel 75 mg/m2 IV hari 1


Carboplatin AUC*6 IV hari 1

8 mg/kg loading dose IV lalu 6 mg/kg/minggu x 18


Trastuzumab lalu 6 mg/kg setiap 3 minggu x 12 Setiap 21 hari 6

TCH-P

Docetaxel 75 mg/m2 IV hari 1


Carboplatin AUC*6 IV hari 1 6

Trastuzumab 8 mg/kg loading dose IV lalu 6 mg/kg 17

840 mg loading dose IV lalu 420 mg untuk dosis


Pertuzumab berikutnya Setiap 21 hari 6

Kemoterapi Neoajuvan
Pada pasien yang menunjukkan respon patologik komplit, kemoterapi neoajuvan
berhubungan dengan peningkatan keberhasilan breast conserving surgery dibandingkan
kemoterapi ajuvan. Regimen kemoterapi ajuvan dapat dipakai pada kemoterapi
neoajuvan mengingat manfaat yang diberikan relatif sama.
Terapi Biologis / Terapi Target

Terapi biologis/terapi target untuk kanker payudara dilakukan dengan


menggunakan trastuzumab (Herceptin). Obat ini merupakan antibodi monoklonal
terhadap HER-2/neu yang menekan efek HER-2/neu terhadap progresivitas kanker
payudara. Walau demikian, penelitian lanjutan menemukan bahwa penggunaan
trastuzumab yang dikombinasikan dengan paclitaxel pada kanker payudara dengan HER-
2/neu negatif meningkatkan respon patologi komplit dari 25% menjadi 66,7%.
Saat ini, trastuzumab digunakan sebagai terapi ajuvan pada pasien kanker
payudara dengan HER-2/neu positif, metastasis ke kelenjar getah bening, atau pada
pasien kanker payudara risiko tinggi tanpa penyebaran kelenjar getah bening.
Trastuzumab sebaiknya tidak digunakan bersama dengan antrasiklin karena peningkatan
risiko disfungsi jantung yang serius.
Terapi Hormonal

18
Terdapat 3 pilihan terapi hormonal yang dapat digunakan untuk kanker payudara,
yaitu tamoxifen, terapi supresi ovarium, dan inhibitor aromatase.
Tamoxifen
Tamoxifen bekerja dengan mengikat reseptor estrogen di sitosol dan menghambat
masuknya estrogen oleh jaringan payudara. Obat ini menunjukkan perbaikan klinis pada
> 60% pasien dengan status reseptor estrogen positif (ER+) dan hanya <10% pada pasien
dengan status reseptor estrogen negatif (ER-). Terapi tamoxifen selama 5 tahun juga
terbukti menurunkan mortalitas akibat kanker payudara hingga 30% dalam evaluasi
selama 15 tahun.
Tamoxifen patut dipertimbangkan pada wanita dengan DCIS (ductal carcinoma
in situ) dengan ER+ untuk menurunkan risiko rekurensi pasca breast conserving
surgery dan menurunkan risiko kanker payudara invasif serta kanker pada payudara
kontralateral.
Terapi Supresi Ovarium
Terapi ini bertujuan menginduksi menopause yang reversibel dengan penghentian
sementara produksi estrogen oleh ovarium pada wanita premenopause dengan pemberian
agonis GnRH (gonadotropin-releasing hormone). Penggunaan agonis GnRH
menunjukkan manfaat yang sama dengan kemoterapi regimen CMF sehingga merupakan
alternatif kemoterapi ajuvan pada wanita dengan kanker payudara stadium awal, berusia
di bawah 40 tahun, yang terseleksi dan tanpa karakteristik kanker payudara risiko tinggi.
Terapi supresi ovarium cocok untuk kanker payudara dengan ER+ dan status
reseptor progesteron positif (PR+), HER-2/neu negatif, dan memiliki keterlibatan
kelenjar getah bening yang minimal.
Inhibitor Aromatase
Setelah menopause, estrogen dibentuk terutama oleh jaringan lemak dengan
bantuan enzim aromatase. Mekanisme ini mendasari penggunaan inhibitor aromatase
pada kelompok populasi pasien kanker payudara pasca menopause. Inhibitor aromatase
merupakan terapi ajuvan lini pertama pada wanita dengan kanker payudara pasca
menopause atau lini kedua pasca terapi tamoxifen ajuvan selama 1 atau 2 tahun.
Penggunaan inhibitor aromatase generasi ketiga seperti anastrozole dan letrozole
menurunkan tingkat rekurensi lokal dan jauh kanker payudara.
Imunoterapi
Imunoterapi merupakan metode pengobatan yang tergolong baru untuk kanker
payudara. Pengobatan ini baru disetujui oleh FDA pada tahun 2019. Obat-obatan yang
digunakan dalam imunoterapi menggunakan mekanisme antibodi monoklonal
dan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan alami tubuh melawan kanker. Di
Indonesia, beberapa agen imunoterapi seperti trastuzumab dan pertuzumab telah disetujui
penggunaannya untuk terapi kanker payudara tertentu.
Terapi Paliatif
Terapi paliatif bukan bertujuan untuk menyembuhkan kanker payudara yang
dialami tetapi bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Cakupan pelayanan
paliatif meliputi layanan psikososial, rehabilitasi, dan upaya untuk mengurangi efek
samping seperti nyeri, dispnea, dan ansietas.
Terapi Paliatif Nyeri
Analgesik opioid seperti morfin bisa diberikan dengan dosis titrasi untuk
menyeimbangkan efek analgesia dan efek samping seperti kebingungan, mual, gatal, atau
sembelit. Jika nyeri merupakan nyeri neuropatik, dokter bisa memberikan antikonvulsan
seperti diazepam dan lorazepam.
Terapi Paliatif Dispnea

19
Terapi paliatif dispnea bisa berupa terapi farmakologis maupun nonfarmakologis.
Contohnya adalah mendudukkan pasien dengan posisi tegak, melakukan drainase bila
terjadi efusi perikardial, memberikan oksigen lewat face mask, atau memberikan opioid
yang sesuai.
Terapi Paliatif Ansietas
Benzodiazepin short-acting seperti lorazepam atau alprazolam dapat diberikan
bila perlu. Benzodiazepin long-acting seperti diazepam biasanya disediakan untuk pasien
yang mengalami kegagalan dosis akhir. Midazolam berguna untuk mengendalikan
kecemasan dan agitasi pada fase terminal penyakit. Intervensi nonfarmakologis termasuk
psikoterapi suportif dan intervensi perilaku juga dapat dipertimbangkan. 

c. Kista Ovarium
Pengobatan dengan tindakan operasi kista ovarium perlu mempertimbangkan
beberapa kondisi antara lain, usia penderita dan ukuran kista. Apabila kista kecil atau
besarnya kurang dari 5 cm pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) tidak terlihat tanda-
tanda proses keganasan, pada kista ini biasa dilakukan operasi dengan laparoskopi
dengan cara, alat laparoskopi dimasukkan ke dalam rongga panggul dengan melakukan
sayatan kecil pada dinding perut. Apabila kista ukurannya besar, biasanya dilakukan
pengangkatan kista dengan laparotomi. Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total.
Pada teknik ini kista dapat diperiksa atau uji patologi apakah mengalami proses
keganasan (Nugroho, 2010).
Pada operasi kista ovarium yang diangkat harus segera dibuka untuk mengetahui
apakah tumor ganas atau tidak. Jika keadaan meragukan perlu dilakukan pemeriksaan
sediaan yang dibekukan (frozen section) oleh ahli patologi. Apabila kista mengalami
proses keganasan maka dilakukan pembedahan dengan cara histerektomi atau salpingo-
ooforektomi bilateral (Kenny & Helen, 2017).

d. Mioma Utery

Penatalaksanaan mioma uteri ada 2 jenis, yaitu ;

1) Terapi Medisinal (Hormonal)

a) Pemakaian agonis gonadotropin-releasing hormone (GnRH) memeberikan hasil untuk


memperbaiki gejalagejala klinis yang ditimbulkan oleh mioma uteri dan agonis bertujuan
untuk mengurangi ukuran mioma dengan jalan mengurangi produksi estrogen dari
ovarium.

b) Efek maksimal pemberian GnRH agonis baru terlihat setelah 3 bulan. Pada 3 bulan
berikutnya tidak terjadi pengurangan volume mioma secara bermakna.

c) Pemberian GnRH agonis sebelum dilakukan tindakan pembedahan akan mengurangi


vaskularisasi pada tumot sehingga akan memudahkan tindakan pembedahan.

d) Terapi hormonal lainnya seperti kontrasepsi oral dan preparat progesteron akan
mengurangi gejala pendarahan uterus yang abnormal manum tidak dapat mengurangi
ukuran dari mioma.

2) Terapi Pembedahan Terapi pembedahan pada mioma uteri dilakukan terhadap mioma
yang menimbulkan gejala. Menurut American College http://repository.unimus.ac.id 17
Of Obstetricians And Gynecologists (ACOG) dan American Society For Reproductive
Medicine (ASRM) indikasi pembedahan pada pasien dengan muima uteri adalah:
1. Pendarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif.
2. Sangkaan adanya keganasan.

20
3. Pertumbuhan mioma pada masa menopouse.
4. Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun karena oklusi tuba.
5. Nyeri dan penekanan yang sangat menganggu .
6. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius.
7. Anemia akibat pendarahan.

Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah miomektomi maupun histrektomi.

a) Miomektomi Miomektomi sering di lakukan pada wanita yang ingin mempertahankan


fungsi reproduksinya dan tidak ingin dilakukan histrektomi. Maka ada beberapa pilihan
tindakan untuk melakukan miomektomi, berdasarkan ukuran dan lokasi dari mioma.
Tindakan miomektomi dapat dilakukan dengan laparotomi, histeroskopi maupun
laparoskopi.

b) Histerektomi Histerektomi tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus dapat


dilakukan dengan 3 cara yaitu:

Dengan pendekatan abdominal (laparotomi), vaginal, dan pada beberapa kasus secara
laparoskopi. Tindakan histerektomi pada pasien dengan mioma uteri merupakan indikasi
bila didapati keluhan menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus

Mioma uteri intramural Mioma uteri submukosa Hormonal Pembedahan Etiologi


Terapi

1. Pemakaian GnRH untuk memperbaiki gejala-gejala klinis dan mengurangi ukuran


mioma.

2. Efek maksaimal GnRH agonis baru terlihat setelah 3 bulan

3. Pemberian GnRH sebelum pembedahan akan mengurangi vaskularisai pada tumor


sehingga memudahkan tindakan pembedahan.

4. Terapi hormonal untuk mengurangi gejala pendarahan uterus yang abnormal namun
tidak dapat mengurangi ukuran mioma.

a. Pendarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif (hormonal).


b. Sangkaan adanya keganasan.
c. Pertumbuhan mioma pada masa menopouse.
d. Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun karena oklusi tuba.
e. Nyeri dan penekanan yang sangat menganggu .
f. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius.
g. Anemia akibat pendarahan
e. Ca ovarium

Pemeriksaan Kanker Ovarium :


Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama pada area panggul dan organ
kelamin. Jika pasien diduga menderita kanker ovarium, dokter akan menjalankan
pemeriksaan lanjutan berupa:
  Tes darah

Tes darah bertujuan untuk mendeteksi protein CA-125, yang merupakan  penanda


adanya kanker
  Pemindaian 

Metode awal yang dilakukan untuk mendeteksi kanker ovarium adalah  USG perut .
Setelah itu, dokter dapat melakukan CT scan atau MRI.
  Biopsi

21
Pada pemeriksaan ini, dokter akan mengambil sampel jaringan ovarium untuk diteliti di
laboratorium. Pemeriksaan ini dapat menentukan apakah pasien menderita kanker
ovarium atau tidak.

Stadium Kanker Ovarium


Berdasarkan tingkat keparahannya, kanker ovarium dibedakan menjadi 4
(empat)  stadium , yaitu:
  Stadium 1

Kanker terdapat di salah satu atau kedua ovarium dan belum menyebar ke organ lain.
  Stadium 2

Kanker sudah menyebar ke jaringan dalam rongga panggul atau rahim.


  Stadium 3

Kanker telah menyebar ke selaput perut (peritoneum), permukaan usus, dan kelenjar
getah bening di panggul atau perut.
  Stadium 4

Kanker sudah menyebar ke organ lain yang letaknya jauh, seperti ginjal, hati, atau paru-
paru.

2.6 Edukasi Dan Promosi Kesehatan

a. Ca Serviks
Pasien yang menderita kanker serviks perlu diedukasi mengenai penyakit yang diderita,
komplikasi yang bisa ditimbulkan, prognosis, serta modalitas terapi yang tersedia. Untuk
pasien kanker serviks stadium awal sebaiknya pasien disarankan untuk segera melakukan
terapi dan kontrol teratur ke dokter sebelum jatuh ke stadium kanker yang lebih lanjut.
kanker serviks dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi HPV dan melakukan skrining
secara rutin. Skrining kanker serviks merupakan pemeriksaan yang dilakukan oleh semua
wanita walaupun tidak memiliki gejala. Skrining bertujuan untuk mendeteksi lesi pre
kanker yang bila tidak ditangani segera dapat berkembang menjadi kanker. Hasil skrining
kanker serviks yang abnormal perlu ditindaklanjuti sesuai kondisi masing-masing pasien.
Bila abnormalitas dicurigai sebagai suatu keganasan, kolposkopi dianjurkan.
Bila abnormalitas bersifat minor, penatalaksanaan dilakukan sesuai stratifikasi
risiko.  Skrining kanker serviks umumnya dapat dilakukan dengan pemeriksaan pap
smear dan deteksi HPV.

b. Ca Mammae
Pasien perlu diedukasi untuk rutin melakukan deteksi dini kanker payudara dengan
metode SADARI. Berikut langkah-langkah yang saat melakukan SADARI:
 Berdiri tegak. Cermati bila ada perubahan pada bentuk dan permukaan kulit
payudara, pembengkakan dan/atau perubahan pada puting. Bentuk payudara kanan
dan kiri tidak simetris? Jangan cemas, itu biasa.
 Angkat kedua lengan ke atas, tekuk siku dan posisikan tangan di belakang kepala.
dorong siku ke depan dan cermati payudara; dan dorong siku ke belakang dan
cermati bentuk maupun ukuran payudara.
 Posisikan kedua tangan pada pinggang, condongkan bahu ke depan sehingga
payudara menggantung, dan dorong kedua siku ke depan, lalu kencangkan
(kontraksikan) otot dada Anda.
 Angkat lengan kiri ke atas, dan tekuk siku sehingga tangan kiri memegang bagian
atas punggung. Dengan menggunakan ujung jari tangan kanan, raba dan tekan area
payudara, serta cermati seluruh bagian payudara kiri hingga ke area ketiak. Lakukan
gerakan atas-bawah, gerakan lingkaran dan gerakan lurus dari arah tepi payudara ke
puting, dan sebaliknya. Ulangi gerakan yang sama pada payudara kanan Anda.

22
 Cubit kedua puting. Cermati bila ada cairan yang keluar dari puting.
Berkonsultasilah ke dokter seandainya hal itu terjadi.
 Pada posisi tiduran, letakkan bantal di bawah pundak kanan. Angkat lengan ke atas.
Cermati payudara kanan dan lakukan tiga pola gerakan seperti sebelumnya. Dengan
menggunakan ujung jari-jari, tekan-tekan seluruh bagian payudara hingga ke sekitar
ketiak.

Promosi kesehatan tentang Ca Mammae sangat diperlukan, diantaranya dengan


menghindari makanan pemicu kanker payudara, seperti:

 Daging merah yang dibakar


 Alkohol
 Gula berlebih
 Susu tinggi lemak dan produk olahannya
 Daging yang sudah diperoleh seperti sosis, ham, dan bacon
c. Kista Ovarium
Penyakit ini dapat diminimalisir resikonya dengan menjaga kesehatan secara
keseluruhan. Beberapa cara yang dapat dilakukan:

 Menerapkan pola makan sehat yaitu Menghindari semua jenis makanan yang
mengandung lemak jenuh tinggi, Konsumsi jumlah protein yang sehat untuk tubuh
seperti protein yang bersumber dari hewan dan tumbuh-tumbuhan, Biasakan untuk
mengkonsumsi berbagai jenis sayuran dan buah yang sangat baik untuk mencegah
terjadinya masalah keseimbangan hormon dalam tubuh, Hindari terlalu banyak
mengkonsumsi makanan yang mengandung hormon seperti produk kedelai.
 Kelola Stres. Stress berlebihan dapat memicu masalah keseimbangan hormon dalam
tubuh, tak terkecuali hormon-hormon yang diproduksi oleh ovarium. 
 Cukup Tidur.Tubuh perlu waktu tidur dan istirahat yang baik dan cukup, untuk bisa
mencapai keseimbangan. Kurang tidur tidak hanya dapat memicu terjadinya
gangguan metabolisme, tetapi juga mengganggu keseimbangan hormon yang
diproduksi ovarium.
 Hindari alkohol dan rokok. Minuman beralkohol dan rokok dapat mengganggu
metabolisme tubuh, serta merusak kesehatan organ reproduksi. Oleh sebab itu,
sebisa mungkin hindari 2 hal ini.
d. Mioma
Edukasi dan promosi kesehatan mengenai mioma uteri perlu diberikan untuk
membangun kesadaran pasien mengenai gejala penyakit ini, serta untuk menghindari
factor resiko yang dapat dimodifikasi. Hal ini penting mengingat mioma uteri
merupakan salah satu tumor jinak yang paling sering ditemui pada wanita. Edukasi
mengenai berbagai pendekatan diagnosis dan tata laksana penyakit serta tanda bahaya,
khususnya tanda-tanda keganasan.
Penyebaran informasi kepada klien mengenai penyakit mioma uteri ini penting
dilakukan mengingat banyaknya kasus ini. Penyampaian informasi yang tepat akan
mengarahkan pada penegakkan diagnosis dan tata laksana yang lebih baik. Berbagai
promosi kesehatan, termasuk menggunakan media online, dapat dilakukan untuk
meningkatkan kesdaran klien.
e. Ca Ovarium
Kampanye 10 jari adalah salah satu bentuk edukasi kepada masyarakat yang mana
angka "10" melambangkan enam faktor risiko dan empat tanda kanker ovarium.
Berikut yang harus Anda ketahui tentang enam faktor risiko kanker ovarium:
 Memiliki riwayat kista endometrium
 Memiliki riwayat keluarga dengan kanker ovarium dan/atau kanker
payudara

23
 Mutasi genetik misalnya BRCA (gen yang memproduksi protein
penekanan tumor)
 Paritas rendah
 Gaya hidup yang tidak sehat
 Pertambahan usia.

Sementara itu, empat tanda kanker ovarium yaitu:

 Kembung
 Nafsu makan berkurang
 Sering buang air kecil
 Nyeri panggul atau perut

24
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher Rahim atau
serviks yang terdapat pada bagian terendah dari ahim yang menempel pada puncak
vagina.
Kanker Payudara merupakan suatu penyakit akibat sel-sel yang abnormal terbentuk
pada payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan, yang terus menerus
tumbuh berlipat ganda, yang merupakan keganasan pada jaringan payudara, dapat
berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya.
Kistomaovari merupakan jaringan yang terdapat pada organ ovarium yang
dapat mengganggu fungsi normal dari ovarium maupun saluran reproduksi.
Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat
kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel.
Mioma uteri terdiri dari sel-sel otot polos, tetapi juga jaringan ikat. Sel-sel ini tersusun
dalam bentuk gulungan, yang bila membesar akan menekan otot uterus normal. Mioma
uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan.
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beranekaragam,
dapat berasal dari ketiga dermoblasr (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan
sifat-sifat histiologis maupun biologis yang beraneka ragam.Kanker ovarium sebagian
besar berbentuk kista berisi cairan maupun padat. Kanker ovarium disebut sebagai silent
killer.

3.2 Saran
Dari penjelasan diatas kami memiliki beberapa saran kepada pembaca khususnya
seorang wanita.
1) deteksi secara dini lebih baik dari pada menunggu sakit.
2) jangan malu untuk bertanya kepada petugas kesehatan bila mengalami sesuatu yang
dianggap tidak biasa.

25
DAFTAR PUSTAKA

Asamris, Burmansyah, Tjindarbumi D, Achmad D, Dlildir D, Handojo D, et al. Panduan


Penatalaksanaan Kanker Payudara. In: Manuaba IBTW, editor. Jakarta: Sagung Seto; 2010. p.
17–48.

Torre LA, Bray F, Siegel RL, Ferlay J. Global Cancer Statistics , 2012. CA A Cancer J Clin
[Internet]. 2015;65(2):87–108. Available from:
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.3322/caac.21262/full

http://repository.unimus.ac.id 18.

Trisia Agusweni, dkk. Gambaran Faktor Resiko Insiden Kanker Ovarium di RSUP Provinsi
Riau. Jurnal Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau.

Mirza, M., Pignata, S., &amp; Ledermann, J. 2018. Latest Clinical Evidence and Further
Development of PARP Inhibitors in Ovarian Cancer. Annals of Oncology, 29(6). Pp.1366-76. 

26

Anda mungkin juga menyukai