Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Asuhan Keperawatan Tumor Wilms


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak Sakit Kronis dan
Terminal
Dosen Pengampu :
Ns. Lailatul Hafidah, S.Kep., M.Kes

Disusun Oleh :
Elfiya Rodiyana (722621844)
Agus Syairi (722621826)

PROGRAM STUDI
KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS
WIRARAJA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan karunia-Nya yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan
Makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Tumor Wilms. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
Sakit Kronis Dan Terminal. Penulis sadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya
makalah ini tidak lepas dari dukungan, dorongan, dan bimbingan, serta doa dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada: Ns. Lailatul Hafidah, S.Kep., M.Kes, selaku dosen mata
kuliah keperawatan anak sakit dan terminal yang telah memberikan waktu, tenaja,
pikiran, dan dukungan dalam bentuk pengarahan dan bimbingan sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Orang Tua yang selalu memberikan
doa dan motivasi, serta dukungan yang sangat berarti sehingga mendorong penulis
untuk melakukan yang terbaik. Penulis berharap semoga Allah SWT memberikan
limpahan pahala atas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis
merasa bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran bagi para pembaca
demi perbaikan makalah ini.

Pamekasan, 22 Desember 2022


Penyusun

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN...................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar belakang..............................................................................................1
B. Rumusan masalah........................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................4
A. Konsep tumor wilms....................................................................................4
1. Definisi...................................................................................................4
2. Etiologi...................................................................................................4
3. Tanda dan gejala....................................................................................4
4. Pathofisiologi dan pathway....................................................................5
5. Komplikasi.............................................................................................7
6. Pemeriksaan penunjang.........................................................................7
7. Penatalaksanaan.....................................................................................7
B. Konsep askep tumor wilms..........................................................................8
1. Pengkajian..............................................................................................8
2. Diagnosa..............................................................................................11
3. Intervensi..............................................................................................11
4. Implementasi........................................................................................17
5. Evaluasi................................................................................................17
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................18
A. Kesimpulan................................................................................................18
B. Saran..........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tumor merupakan pertumbuhan sel-sel yang tidak normal dalam
tubuh yang tumbuh secara terus-menerus, tidak terbatas, dan tidak
terkoordinasi dengan jaringan di sekitarnya, serta tidak berguna bagi tubuh.
Tumor Abdomen adalah pembengkakan atau adanya benjolan yang
disebabkan oleh neoplasma dan infeksi yang berada di abdomen berupa
massa abnormal di sel-sel yang berpoliferasi yang bersifat autonom (tidak
terkontrol), progresif (tumbuh tidak beraturan), tidak berguna. Seiring
dengan pertumbuhan dan perkembang biakannya, sel tumor dapat
membentuk suatu massa dari jaringan yang ganas dan kemudian dapat
menjadi dan dapat bermetastasis keseluruh tubuh sehingga dapat
menyebabkan kematian. Tumor intra abdomen antara lain tumor hepar,
tumor limpa, tumor lambung atau usus halus, tumor kolon, tumor ginjal
(hipernefroma), tumor pankreas. Pada anak-anak dapat terjadi tumor ginjal
(Smeltzer, 2002). Tumor/kanker adalah suatu penyakit yang
bersifat tidak menular, atau NCD (Non communicable
diseases) yang menjadi penyebab kematian terbesar manusia diseluruh
dunia apabila tidak segara dilakukan tindakan. Sampai saat ini, tumor
merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia .
Tumor abdomen disebabkan oleh pola makan yang tidak sehat seperti
konsumsi makanan yang diasinkan, diasapi dan jarang mengkonsumsi buah-
buahan serta sayuran. Gejala pada penyakit Tumor abdomen sangat sulit
untuk dideteksi karena sangat sedikit gejala yang terjadi. Gejala tumor
abdomen dapat dideteksi cenderung pada saat mencapai stadium lanjut
seperti nafsu makan menurun, penurunan berat badan, cepat kenyang,
gangguan pencernaan, mual, muntah darah, pembengkakan pada perut
karena penumpukan cairan, dan anemia (Sjamsuhidajat, 2005).
Riskesdas menyebutkan di tahun 2018 terdapat 18,1 juta kasus baru
dengan angka kematian sebesar 9,6 juta kematian, dimana 1 dari 5 laki-laki
dan 1 dari 6 perempuan di dunia mengalami tumor. Data tersebut juga
menyatakan dari 8 laki-laki dan 1 dari 11 perempuan, meninggal karena
tumor. Angka kejadian penyakit tumor di Indonesia (136.2/100.000
penduduk) berada pada urutan 81 di Asia Tenggara, sedangkan Asia urutan
ke 23 (Kemenkes, 2018). Prevalensi kejadian tumor di Indonesia
menunjukan adanya peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk tahun 2013
menjadi 1,79 per 100.000 penduduk pada tahun 2018. Prevalensi tumor
tertinggi adalah pada Propinsi DI Yogyakarta 4;86 per 100.000 penduduk
dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk.
Terdapat beberapa pendekatan yang telah banyak digunakan untuk
mengobati Tumor yaitu pembedahan, radiasi dan kemoterapi. Penggunaan
metode tersebut tergantung pada jenis tumor dan stadium
perkembangannya. Pembedahan adalah suatu penanganan medis secara
invasive yang dilakukan untuk mendiagnosa atau mengobati penyakit,
injuri, atau deformitas tubuh. Pembedahan merupakan suatu tindakan
pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka dan
menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh
ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah bagian yang akan
ditangani ditampilkan, selanjutnya dilakukan perbaikan yang diakhiri
dengan penutupan dan penjahitan luka.
Perawat harus mempunyai bekal untuk mendukung pasien dan
keluarga melewati rentang krisis, emosional, sosial, budaya, dan spiritual
yang luas. Pencapaian hasil-hasil yang di inginkan meliputi pemberian
dukungan yang realistik pada mereka yang menerima asuhan keperawatan
dan dengan menggunakan standar-standarpraktik dan proses keperawatan
sebagai dasar asuhan.
Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan asuhan keperawatan tumor wilms.
B. Rumusan masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada klien yang mengalami
tumor wilms

2
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran
dan pelaksanaan Asuhan Keperawatan Tumor Wilms dan sebagai ilmu
pengetahuan tentang masalah tumor wilms dan bagaimana melakukan
asuhan
keperawatannya.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tumor Wilms


1. Definisi
Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah tumor ginjal yang tumbuh
dari sel embrional primitive diginjal. Tumor Wilms biasanya ditemukan
pada anak-anak yang berumur kurang dari 5 tahun, tetapi kadang
ditemukan pada anak yang lebih besar atau orang dewasa.
Tumor Wilms merupakan tumor ganas intraabdomen yang
tersering pada anak-anak. Tumor wilms adalah tumor ginjal campuran
ganas yang tumbuh dengan cepat, terbentuk dari unsur embrional,
biasanya mengenai anak-anak sebelum usia lima tahun (Silahi, 2021).
2. Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor
genetik. Tumor wilms berasal dari proliferasi patologik blastema
metanefron akibat tidak adanya stimulasi yang normal dari duktus
metanefron untuk menghasilkan tubuli dan glomeruli yang
berdiferensiasi baik. Perkembangan blastema renalis untuk membentuk
struktur ginjal terjadi
pada umur kehamilan 8-34 minggu. Sehinga diperkirakan bahwa
kemampuan blastema primitif untuk merintis jalan ke arah pembentukan
Tumor wilms, apakah sebagai mutasi germinal atau somatik, itu terjadi
pada usia kehamilan 8-34 minggu.
Sekitar 1,5% penderita mempunyai saudara atau anggota keluarga
lain yang juga menderita Tumor wilms. Hampir semua kasus unilateral
tidak bersifat keturunan yang berbeda dengan kasus Tumor bilateral.
Sekitar 7-10% kasus Tumor wilms diturunkan secara autosomal dominan
(Silahi, 2021).
3. Tanda dan gejala
Keluhan utama biasanya hanya benjolan perut, jarang dilaporkan
adanya nyeri perut dan hematuria, nyeri perutdapat timbul bila terjadi

4
invasi tumor yang menembus ginjal sedangkan hematuria terjadi karena
invasi tumor yang menembus sistim pelveokalises. Demam dapat terjadi
sebagai reaksi anafilaksis tubuh terdapat protein tumor dan gejala lain
yang bisa muncul adalah :
a. Malaise (merasa tidak enak badan)
b. Nafsu makan berkurang
c. Mual dan muntah
d. Pertumbuhan berlebih pada salah satu sisi tubuh (hemihipertrofi)
e. Pada 15-20% kasus, terjadi hematuria (darah terdapat didalam air
kemih).
Tumor Wilms bisa menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi).
Gambaran klinis lainnya berupa demam, penurunan berat badan, anemia,
varikokel kiri (akibat obstruksi vena renalis kiri), dan hipertensi.
Trombus tumor dapat meluas ke vena cava inferior dan jantung sehingga
menimbulkan malfungsi jantung. Kadang-kadang, terjadi gejala akut
abdomen akibat ruptur tumor setelah suatu trauma minor (Silahi, 2021).
4. Patofisiologis dan pathway
Tumor Wilms (Nefroblastoma) merupakan tumor ginjal yang
tumbuh dari sel embrional primitif diginjal, makroskopis ginjal akan
tampak membesar dan keras sedangkan gambaran histo-patologisnya
menunjukan gabungan dari pembentukan abortif glomerulus dan
gambaran otot polos, otot serat lintang, tulang rawan dan tulang.
Biasanya unilateral dan hanya 3-10% ditemukan bilateral. Tumor
bermetastase ke paru, hati, ginjal, dan jarang sekali ke tulang. Komponen
klasik dari tumor Wilms terdiri dari tiga komponen yang tampak pada
diferensiasi ginjal normal: blastema, tubulus,dan stroma. Terdapat
gambaran yang heterogen dari proporsi komponen tersebut dan juga
adanya diferensiasi yang aberan, seperti jaringan lemak, otot lurik,
kartilago, dan tulang. Adanya gambaran komponen yang monofasik juga
ditemukan. Tumor ginjal lain yang ditemukan pada anak berupa
mesoblastik nefroma, clear cell sarkoma, dan renal rhabdoid tumor dapat
membingungkan. Gambaran anaplasia merupakan indikator
pentingdalam prognosis tumor Wilms. Gambaran

5
anaplastik ditandai oleh pembesaran inti sel 2-3 kali lipat, hiperkromatisasi
dan gambaran mitosis yang abnormal.
Stadium pada tumor wilms Staging berdasarkan NWTSG V, terdiri
dari:
Stadium I
Tumor terbatas pada ginjal dan dapat direseksi secara lengkap dengan
kapsul ginjal yang utuh. Tidak terjadi ruptur atau robekan kapsul.
Pembuluh darah sinus renal tidak terlibat
Stadium II
Tumor sudah melewati kapsul ginjal namun dapat dieksisisecara lengkap.
Terdapat ekstensi regional tumor yang dibuktikan dengan penetrasi
kapsul atau dengan invasi ekstensif sinus renal. Pembuluh darah di luar
sinus renal dapat mengandung tumor. Tumor mengalami cedera akibat
biopsi atau tercecer terbatas di daerah flank. Tidak ada bukti tumor pada
atau di luar batas reseksi.
Stadium III
Terdapat sisa tumor nonhematogen yang terbatas pada abdomen, atau yang
meliputi berikut ini:
a. Keterlibatan kelenjar getah bening pada hilus atau pelvis
b. Penetrasi tumor melalui permukaan peritoneum
c. Implan tumor pada permukaan peritoneum
d. Tumor gross atau mikroskopik pada atau di luar batas reseksi bedah
e. Tumor tidak dapat direseksi secara lengkap karena infiltrasi lokal ke
dalam struktur vital
f. Tumor menyebar tidak terbatas pada daerah flank
Stadium IV
Metastasis hematogen ke paru-paru, hepar, tulang atau otak atau
metastasis ke kelenkar getah bening di luar abdomen dan pelvis. Nodul
paru tampak pada CT scan harus dibiopsi untuk diagnosis definitif
stadium IV. Stadium V
Keterlibatan kedua ginjal pada diagnosis. Setiap sisi harus
didiagnosis secara individu menurut kriteria di atas (Silahi, 2021).

6
5. Komplikasi
a. Tumor Bilateral
b. Ekstensi Intracaval dan atrium
c. Tumor lokal yang lanjut
6. Pemeriksaan penunjang
a. CT scan atau MRI perut
b. USG perut
c. Rontgen perut
d. Rontgen dada (untuk melihat adanya penyebaran tumor ke dada)
e. Pemeriksaan darah lengkap (mungkin akanmenunjukkan anemia)
f. BUN
g. Kreatinin
h. Urinalisis (analisa air kemih, bisa menunjukkan adanya darah atau
protein urine)
i. Pielogram intravena.
7. Penatalaksanaan

Tindakan operasi merupakan tindakan untuk terapi sekaligus


penentuan stadium tumor. Berdasarkan rekomendasi NWTSG,
nefrektomi primer dikerjakan pada semua keadaan kecuali pada tumor
unilateral yang

7
unresectable, tumor bilateral dan tumor yang sudah berekstensi ke vena
cava inferior di atas vena hepatika. Tumor yang unresectable dinilai
intraoperatif. Diberikan kemoterapi seperti stadium III dan pengangkatan
tumor dilakukan setelah 6 minggu. Pada tumor bilateral, dilakukan
biopsi untuk menentukan jenis tumor dan diberikan kemoterapi biasanya
dalam 8-10 minggu. Nefrektomi dilakukan pada kasus tumor bilateral
jika diberikan sisa parenkim ginjal setelah reseksi tumor masih lebih dari
2/3. Hal penting dalam pembedahan meliputi insisi transperitoneal,
eksplorasi ginjal kontralateral, dilakukan nefrektomi radikal, hindari
tumpahan tumor, dan biopsi kelenjar getah bening yang dicurigai. Terapi
lanjutan dengan kemoterapi atau radioterapi tergantung pada hasil
staging dan histologi (favourable atau non favourable) dari tumor.
Berdasarkan NWTS-5 berikut algoritma pemberian kemoterapi dan
radioterapi pada tumor Wilms. Nefrektomi parsial hanya dianjurkan pada
pasien dengan tumor bilateral, solitary kidney, dan insufisiensi renal.
Pada kasus tumor Wilms bilateral yang perlu dilakukan nefrektomi
bilateral, transplantasi dilakukan setelah 1 tahun selesai pemberian
kepoterapi.
Keberhasilan penanganan tumor Wilms ditentukan dari hasil
stratifikasi, registrasi, dan studi NWTSG. Survival bebas penyakit 95%
untuk stadium I, dan kira-kira 80% untuk pasien secara keseluruhan.
Prognosis buruk dijumpai pada pasien dengan metastasis ke kelenjar
getah bening, paru-paru dan hepar (Silahi, 2021).
B. Konsep Asuhan Keperawatan Tumor Wilms
1. Pengkajian
a. Identitas
Menanyakan nama, jenis kelamin ,alamat, nomor telepon yang bisa
dihubungi.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak
sekitar perut. Tidak nafsu makan, mual, muntah dan diare. Badan
panas hanya sutu hari pertama sakit.

8
c. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengeluh kelainan pada ginjal sebelumnya, atau
gejala-gejala tumor wilms.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada riwayata keluarga klien pernah mengidap kanker atau
tumor sebelumnya.
e. Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan TTV klien, dan mengobservasihead to too
dan yang harus di perhatikan adalah palpasi abdomen yang cermat dan
pengukuran tekanan darah pada keempat ektremitas. Tumor dapat
memproduksi renin atau menyebabkan kompresi vaskuler sehingga
mengakibatkan hipertensi. Deskripsi yang rinci mengenai kelainan
traktus urinarius dan adanya aniridia atau hemihipertrofi juga perlu
dicari.
f. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium tidak banyak membantu, hanya dapat
ditemukan laju endap darah yang meninggi dan kadang kadang
ditemukan hematuria. Bila kedua kelainan labolatorium ini
ditemukan, maka prognosis diagnosa buruk
2) Pada foto polos abdomen akan tampak masa jaringan lunak dan
jarang ditemukan klasifikasi didalamnya
3) Pemeriksaan pielografi intravena dapat memperlihatkan gambaran
distori, penekanan dan pemanjangan susunan pelvis dan kalises.
4) Dari pemeriksaan renoarteriogram didapatkan gambaran arteri yang
memasuki masa tumor. Foto thoraks dibuat untuk mencari
metastasi kedalam paruparu.
g. Pola aktivitas
1) Pola nutrisi dan metabolic
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi
kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air,
edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah
mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya
mual , muntah

9
dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB
meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi
karena uremia.
2) Pola eliminasi
Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri: gangguan pada
glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat
diekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada
tubulus yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan
oliguria sampai anuria ,proteinuri, hematuria.
3) Pola Aktifitas dan latihan
Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan
kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan
klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan dan
tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk
dimulai bila tekanan ddarah sudah normal selama 1 minggu.
Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi dada,
pengggunan otot bantu napas, teraba , auskultasi terdengar rales
dan krekels , pasien mengeluh sesak, frekuensi napas. Kelebihan
beban sirkulasi dapat menyebabkanpembesaran jantung (Dispnea,
ortopnea dan pasien terlihat lemah), anemia dan hipertensi yang
juga disebabkan oleh spasme pembuluh darah. Hipertensi yang
menetap dapat menyebabkan gagal jantung. Hipertensi ensefalopati
merupakan gejala serebrum karena hipertensi dengan gejala
penglihatan kabur, pusing, muntah, dan kejangkejang.
4) Pola tidur dan istirahat
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena
adanya uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan
kehilangan tonus.
5) Kognitif & perseptual
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan
rasa gatal. Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi

1
ensefalopati hipertensi. Hipertemi terjadi pada hari pertama sakit
dan ditemukan bila ada infeksi karena inumnitas yang menurun.
6) Persepsi diri
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema
dan perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali
seperti semula.
7) Hubungan peran
Anak tidak dibesuk oleh teman-temannya karena jauh dan
lingkungan perawatan yang baru serta kondisi kritis menyebabkan anak
banyak diam (Silahi, 2021).

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminyan baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI T. P.,
2017).

a. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis

b. Gangguan eliminasi urine b/d penurunan kemampuan menyadari


tanda-tanda gangguan kandung kemih

c. Defisit nutrisi b/d faktor psikologis

d. Ansietas b/d krisis situasional

3. Intervensi

Intervensi keperawatan merupakan segala treatment yang


dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian
klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (PPNI T. P.,
2018).

1
No Diagnosis Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri akut Diharapkan Latihan Pengendalian Impuls
b/d agen tingkat nyeri Observasi:
pencedera menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
fisiologis dengan kriteria frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
hasil: 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan 3. Identifikasi respons nyeri
nyeri non verbal
menurun 4. Identifikasi faktor yang
2. Meringis memberatkan dan memperingan
menurun nyeri
3. Sikap 5. Identifikasi pengetahuan
protektif dan keyakinan tentang
menurun nyeri
4. Gelisah 6. Identifikasi pengaruh
menurun budaya terhadap respon
5. Kesulitan nyeri
tidur 7. Identifikasi pengaruh nyeri
menurun pada kualitas hidup
6. Frekuensi 8. Monitor keberhasilan
nadi terapi komplementer yang
membaik sudah diberikan
9. Monitor efek
samping penggunaan
analgesik
Terapeutik:
10. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
11. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
12. Fasilitasi istirahat dan tidur
1
13. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

1
Edukasi:
14. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
15. Jelaskan strategi meredakan nyeri
16. Anjurkan monitor meredakan
nyeri secara mandiri
17. Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
18. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
19. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

2. Gangguan Diharapkan Dukungan Perawatan Diri


eliminasi eliminasi urine Observasi:
urine b/d membaik 1. Idenfikasi tanda dan gejala retensi
penurunan dengan kriteria atau inkontensia urine
kemampuan hasil: 2. Idenfikasi faktor yang menyebabkan
menyadari 1. Sensasi retensi atau inkontensia urine
tanda-tanda berkemih 3. Monitor eliminasi urine
gangguan meningkat Terpeutik:
kandung 2. Desakan 4. Catat waktu-waktu dan haluaran
kemih berkemih berkemih
menurun 5. Batasi asupan cairan, jika perlu
3. Distensi 6. Ambil sample urine tengah atau
kandung kultur
kemih Edukasi:
menurun 7. Ajarkan tanda dan gejala
4. Urine infeksi saluran kemih
menetes 8. Ajarkan mengukur asupan cairan dan
menurun haluaran urine

1
5. Mengompol 9. Ajarkan mengambil spesimen urine
menurun midstrem
6. Frekuensi 10. Ajarkan mengenali tanda berkemih
BAK dan waktu yang tepat untuk berkemih
membaik 11. Ajarakan terapi modalitas penguatan
otot-otot panggul
12. Ajarkan minum yang cukup, jika
tidak ada kontraindikasi
13. Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur
Kolaborasi:
14. Kolaborasi pemberian obat
supositorior utertra, jika perlu

3. Defisit Diharapkan Managemen nutrisi


nutrisi b/d status nutrisi Observasi:
faktor membaik 1. Identifikasi status nutrisi
psikologis dengan kriteria 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
hasil: makanan
1. Porsi 3. Identifikasi makanan yang disukai
makanan 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
yang nutrisi
dihabiskan 5. Identifikasi perlunya penggunaan
meningkat selang nasogastrik
2. Berat badan 6. Monitor asupan makanan
membaik 7. Monitor berat badan
3. Indeks 8. Monitor hasil pemeriksaan
massa tubuh laboratorium
(IMT) Terapeutik:
membaik 9. Lakukan oral hygiene sebelum makan,
jika perlu

1
10. Fasilitasi menentukan pedoman diet

11. Sajikan makanan secara menarik dan


suhu yang sesuai

12. Berikan makanan tinggi serat untuk


mencegah konstipasi

13. Berikan makanan tinggi kalori dan


tinggi protein

14. Berikan suplemen makanan, jika perlu

15. Hentikan pemberian makanan melalui


selang nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi:
16. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
17. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi:

18. Kolaborasi pemberian medikasi


sebelum makan

19. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk


menentukan jumlah kalori dan jenis

4. Ansietas b/d Diharapkan nutrisi yang dibutuhkan

krisis Tingkat
situasional ansietas Reduksi ansietas

menurun Observasi:

dengan kriteria 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah


hasil: 2. Identifikasi kemampuan mengambil
1. Verbalisasi keputusan
kebingungan
3. Monitor tanda-tanda ansietas
menurun
Terapeutik:
2. Verbalisasi
1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
khawatir
menumbuhkan kepercayaan

1
akibat kondisi 2. Temani pasien untuk mengurangi
yang dihadapi kecemasan
menurun 3. Pahami situasi yang membuat ansietas
3. Perilaku dengarkan dengan penuh perhatian
gelisah 4. Gunakan pendekatan yang tenang dan
menurun meyakinkan
4. Perilaku 5. Tempatkan barang pribadi yang
tegang memberikan kenyamanan
menurun 6. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
5. Konsentrasi memicu kecemasan
membaik 7. Diskusikan perencanaan realistis
6. Pola tidur tentang peristiwa yang akan datang
membaik Edukasi:

8. Jelaskan prosedur termasuk sensasi


yang mungkin dialami

9. Informasikan secara faktual mengenai


diagnosis pengobatan dan prognosis

10. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama


pasien

11. Anjurkan melakukan kegiatan


yang tidak kompetitif sesuai
kebutuhan

12. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan


persepsi

13. Melatih kegiatan pengalihan untuk


mengurangi ketegangan

14. Latih penggunaan mekanisme


pertahanan diri yang tepat

15. Latih teknik relaksasi

Kolaborasi

16. Kolaborasi pemberian obat antlansietas

1
4. Implementasi
Implementasi keperawatan aplikasi dari intervensi yang bertujuan
untuk mencapai kriteria hasil. Implementasi pada studi kasus ini
disesuaikan dengan intervensi utama sesuai situasi, kondisi serta respon
pasien hipertensi.

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan indikasi penilaian tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi keperawatan dalam studi kasus ini
meliputi evaluasi sesuai dengan buku Standart Luaran Keperawatan
Indoensia (PPNI T. P., 2019).

1
BAB III

KESIMPULAN DAN

SARAN

A. Kesimpulan
Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah tumor ginjal yang tumbuh dari
sel embrional primitive diginjal. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga
melibatkan faktor genetik. Dengan keluhan utama biasanya hanya benjolan
perut. Tumor Wilms (Nefroblastoma) merupakan tumor ginjal yang tumbuh
dari sel embrional primitif diginjal,makroskopis ginjal akan tampak
membesar dan keras sedangkan gambaran histo-patologisnya menunjukan
gabungan dari pembentukan abortif glomerulus dan gambaran otot polos,
otot serat lintang, tulang rawan dan tulang. Biasanya unilateral dan hanya 3-
10% ditemukan bilateral. Dalam melaukuan tindakan keperawatan seperti
pengkajian dan pemeriksaan perawat harus lebih memperhatikan klien dan
keluarganya karena klien adalah anak-anak.
B. Saran
Bagi Rumah Sakit semoga dapat mengembangkan proses asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah tumor wilms dan diharapkan
menjadi informasi dalam saran dan evaluasi untuk meningkatkan mutu
pelayanan yang lebih kepada pasien yang akan datang.
Bagi Institusi Pendidikan Sebagai sumber informasi dan bahan bacaan
pada kepustakaan institusi dalam meningkatkan mutu pendidikan yang akan
datang.

1
DAFTAR PUSTAKA

PPNI, T. P. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta:


PPNI.
PPNI, T. P. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta:
PPNI.
PPNI, T. P. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta:
PPNI.
Silahi, Bernita. S.Pd., S.Kep., M.Kes. 2021. Keperawatan Anak. Medan: UIM
Pres
Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D.(2005). Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar Ilmu
Bedah, Edisi 2. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanna C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner &
Suddartedisi 8 volume 1, 2, 3. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai