Makalah Penanganan Gejala Pasien Paliatif
Makalah Penanganan Gejala Pasien Paliatif
Bismillahirrahmaanirrahiim
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Kelompok telah
menyelesaikan tugas blok 19 dalam bentuk makalah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan rekan-rekan kami, sehingga kendala-kendala
yang penulis hadapi teratasi. Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan
persyaratan untuk menyelesaikan tugas makalah Penanganan Gejala Paliativ Blok 19 di
PSIK FKIK UMY.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini kelompok
menyampaikan ucapan terima kasih kepada rekan-rekan yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Luka kanker disebut juga dengan sebutan fungating malignant wound atau
malignant cutaneous wound. Luka kanker merupakan infiltrasi sel tumor yang
merusak lapisan epidermis dan dermis yang disebabkan oleh deposisi dan atau
proliferasi sel ganas dengan bentuk menonjol atau tidak beratura, biasanya
seringkali muncul berupa benjolan (nodul) yang keras, non mobile, bentuknya
menyerupai jamur (cauli flower), mudah terinfeksi, mudah berdarah, nyeri,
mengeluarkan cairan yang berbau tidak sedap dan sulit sembuh. Menurut World
Health Organization (WHO) Kanker payudara, kanker serviks, dan kanker prostat
merupakan jenis kanker dengan presentase tertinggi yang terjadi terutama di negara
berkembang. Lebih dari 70%, kematian oleh kanker terjadi di daerah Afrika, Asia,
dan Amerika. Tingginya kasus penyakit kanker ini disebabkan karena terbatasnya
akses screening, pengetahuan, dan pengobatan mengenai kanker.
Pasien yang mengalami metastase kanker akan mengalami luka kanker.
Luka kanker paling banyak ditemukan pada pasien yang menderita kanker bagian
payudara, leher, dan kepala. Luka kanker muncul disebabkan karena infiltrasi dari
sel-sel maligna yang menyebabkan kerusakan pada integritas jaringan.
Karakteristik luka kanker diantaranya terdapat eksudat berlebih, bau yang sangat
menyengat, nyeri kronis, dan sukar disembuhkan. Dampak dari luka kanker pada
pasien adalah pasien merasa malu dengan luka kanker yang dialaminya sehingga
pasien enggan untuk keluar rumah maupun berobat.
Penggunaan madu untuk penanganan luka keganasan bisa menjadi hal yang
menguntungkan dalam praktikkan mengenai masalah biaya perawatan kesehatan
dan sumber daya yang terbatas. Namun demikian, diperlukan penelitian yang
panjang Selidiki penggunaan madu untuk mengobati rasa sakit dan pendarahan
pada Luka keganasan sehingga nilai madu dalam kondisi khusus ini bisa jadi
diperkuat.
2.2 Gangguan Kulit ( Pruritus dan Luka Tekan )
A. Pruritus
1) Definisi dan Prevalensi
2) Klasifikasi pruritus :
a. Berdasarkan perubahan pada kulit dan mekanismenya
Pruritus pada penyakit kulit (kulit mengalami inflamasi)
Pruritus pada kulit yang normal (non inflamasi)
Pruritus dengan lesi sekunder akibat garukan kronis.
b. Berdasarkan lama keluhannya
Pruritus akut
Jika keluhan berlangsung kurang daru 6 minggu
Pruritus kronik
Jika keluhan berlangsung lebih dari 6 minggu dan biasanya berkaitan
dengan penyakit sistemik.
3) Jenis-jenis pruritus
a. Pruritus pada gravidarum
Di induksi oleh hormon estrogen terutama pada trimester III akhir gravidarum
dimulai dari abdomen atau badan kemudian generalisata, bisa disertai dengan
gejala anorexia, nausea atau muntah juga disertai ikterus kolestatik setelah
pruritus 2- 4 minggu karena garam empedu ada dalam kulit.
b. Pruritus pada hepatikum
Pruritus sebagai akspresi kolestatis tanda adanya obstruksi pada empedu
(obstruksi biliarry disease) yang berlokalisasi pada daerah hepatal, bisa juga
disebabkan efek samping obat-obatan yang memberi obstruksi intra hepatal
sehingga terjadi ekskresi garam asam billiar.
6) Penatalaksanaan farmakologi
a. Aspirin: efektif pada pruritus yang disebabkan oleh mediator kinin atau
prostaglandin, tapi dapat memperburuk rasa gatal pada beberapa pasien.
b. Doxepin atau amitriptyline: antidepresan trisiklik dengan antipruritus yang
efektif. Antidepresan tetrasiklik dapat membantu rasa gatal yang lebih
parah.
c. Antihistamin: antihistamin yang tidak mengandung penenang memiliki
antipruritus. Antihistamin penenang dapat digunakan karena efek
penenangnya tersebut.
d. Thalidomide terbukti ampuh mengatasi prurigo nodular dan beberapa jenis
pruritus kronik.
e. Antagonis opioid terbukti efektif pada pasien yang menderita pruritus yang
berkepanjangan.
B. Luka Tekan
1) Definisi dan Prevalensi
Luka tekan adalah luka yang disebabkan karena adanya tekana yang terus-
menerus pada suatu area sehingga menyebabkan iskemia, kematian sel dan
nekrosis jaringan, dimana biasanya terjadi pada jaringan lunak di atas tulang yang
menonjol/body prominence (Durovic, 2008). Di Indonesia pernah dilakukan survey
di Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta tahun 2001. Dilaporkan dari 40 pasien tirah
baring, 40% menderita luka dekubitus (Setyawan 2008 dalam Tarihoran 2010).
Setiajati (2001) melakukan survey di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta,
didapatkan 38,18% pasien mengalami luka tekan (Setyawan 2008 dalam tarihoran
2010). Secara keseluruhan Indonesia, kejadian luka tekan dirumah sakit 33%
(Suriadi et al 2007 dalam Tarihoran 2010).
Pasien yang sudah tua memiliki resiko yang tinggi untuk terkena
luka tekan karena kulit dan jaringan akan berubah seiring dengan proses
penuaan. (Sussman & Jensen, 2001).
2. Tekanan arteriolar
3. Merokok
4) Patofisiologi
luka tekan adalah nekrosis jaringan yang terjadi saat jaringan lunak tertekan
diantara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam waktu yang lama.
Tekanan yang terus menerus akan mempengaruhi metabolisme sel dengan
menurunkan atau menghambat aliran darah sehingga terjadi iskemi jaringan dan
selanjutnya mengakibatkan kematian jaringan. Tekanan eksternal yang terlalu lama
mengakibatkan jaringan menjadi hipoksia. Ketika tekanan ini tidak dihilangkan
dari tempat hipoksia maka terjadi kolap dan trombosis. Pembentukan luka
dekubitus juga berhubungan dengan adanya gaya gesek yang terjadi saat
menaikkan posisi klien diatas tempat tidur. Area sakral dan tumit merupakan area
yang sangat rawan terjadinya dekubitus.
2.3 Xerostomia
Xerostomia berasal dari bahasa Yunani yaitu xeros: kering dan stoma:
mulut. Mulut kering digambarkan sebagai penurunan kecepatan sekresi stimulasi
saliva. Xerostomia adalahkomplain subjektif dari mulut kering yang bisa
disebabkan leh penurunan produksi saliva. Xerostomia didefinisikan sebagai
kekeringan dari mulut yang dapat dihasilkan dari aliran air liur berkurang atau
tidak ada. Kira-kira 500 mL air liur diproduksi setiap hari yang sangat bervariasi
berdasarkan kebutuhan. Laju aliran air liur yang tidak distimulasi dan distimulasi
adalah 0,3 mL / menit, dan 4,0 sampai 5,0 mL / menit masing-masing. Kelenjar
saliva diklasifikasikan sebagai kelenjar liur mayor dan minor. Kelenjar liur utama
terdiri dari kelenjar liur parotid menghasilkan air liur serosa, dan kelenjar liur
submandibular menghasilkan air liur mukin. Selain itu, banyak kelenjar liur minor
di dalam mukosa oral penting untuk pelumasan yang diperlukan untuk berbicara
dan meningkatkan produksi immuno globulin A (IgA) saliva yang memiliki fungsi
kekebalan tubuh. Kelenjar liur minor menghasilkan sekitar 10% air liur namun
sekitar 25% IgA saliva.
2)Etiology
Banyak orang tua melaporkan dengan mulut kering karena berbagai alasan.
Penyakit sistemik dan perawatannya, banyak kondisi medis, obat-obatan,
radioterapi dan kemoterapi dapat menyebabkan penyakit kelenjar ludah.
Xerostomia yang disebabkan obat biasa terjadi pada orang tua karena mereka
cenderung minum obat daripada yang lain. Kualitas dan kuantitas sekresi saliva
dipengaruhi pada pasien yang berada di bawah obat yang menghambat
neurotransmitter agar tidak mengikat reseptor membran kelenjar ludah. Terapi
radiasi sinar eksternal menyebabkan kerusakan kelenjar ludah permanen yang
menyebabkan xerostomia. Agen kemoterapi menyebabkan xerostomia sementara
namun fungsi saliva kembali ke tingkat prechemotherapy setelah terapi selesai
3)Gambaran klinis
Manifestasi oral Mulut dan mulut kering umumnya terkait dengan rasa yang
berubah dan sulit ditelan. Mulut kering dapat menyebabkan peningkatan akumulasi
plak bakteri yang menyebabkan radang gusi, penyakit periodontal dan halitosis.
Ada peningkatan kerentanan terhadap kandidiasis orofaringeal. Mulut kering juga
menyebabkan kesulitan memakai gigi tiruan dan masalah pengunyahan.
Ketidaknyamanan mulut nokturnal umum terjadi karena aliran saliva berada pada
tingkat sirkadian terendah pada malam hari.
Reseptor Gustatory dirangsang oleh air liur sehingga tidak adanya air liur
mengubah sensasi rasa. Cairan dibutuhkan untuk mempermudah menelan makanan
kering. Halitosis, mulut terbakar serta lidah dan makanan pedas intoleransi telah
dilaporkan. Hipofungsi saliva membuat mukosa rentan terhadap kandidiasis dan
dapat menyebabkan karies gigi. Pembesaran kelenjar ludah sering terjadi pada SS
dan dapat dikaitkan dengan atau tanpa infeksi yang menyertainya.
4)Treatment
Oral mukositis adalah peradangan yang terjadi pada oral mukosa akibat
terpapar agen kemoterapi atau ion radiasi ( Haris.D et. al 2007). Secara umum
resiko terjadinya oral mukositis berbeda beda sesuai dengan diagnosa pasien, usia
pasien, kebersihan mulut, type serta dosis maupun frekwensi pemberian obat.
Menurut WHO, 2011 Peterson, Bensadoun & Roila, 2011 menyebutkan bahwa
kejadian oral mucositis grade 3-4 ditemukan pada sekitar 85% pasien kanker
kepala dan leher yang menerima kemoterapi. Oral mucositis Grade 3 atau 4 terjadi
pada 75% pasien yang menjalani sel induk hematopoietik transplantasi (HSCT),
50% pada limfoma non- Hodgkin, kanker payudara, paru-paru dan kanker
kolorektal.
Penyinaran dengan Carnation 87C foton memiliki efek yang sangat baik
untuk mempercepat penyembuhan luka. Sinar yang dipancarkan ini ketika
terpapar ke luka maka energi foton yang diserap oleh mitokondria sel,
merangsang pengeluaran enzim dalam mitokondria, meningkatkan fungsi
respirasi sel dan sirkulasinya sehingga meningkatkan jumlah sel endotel dan
fibroblast yang merupakan faktor utama dalam penyembuhan luka.
Salepnya memiliki fungsi utama sebagai antipruritik, analgesik dan
memperbaiki sel endotel. Selain itu salep ini mudah diserap kulit dan langsung
terlibat dengan sintesis RNA dalam sel kulit sehingga sel endotel dapat
diperbaiki dan dilindungi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Luka Kanker
Penatalaksanaan:
Penanganan dapat dilakukan dengan menggunakan madu, untuk mengontrol bau,
membuat pasien nyaman
penyinaran dengan Carnation 87C foton, untuk mempercepat penyembuhan luka.
Sinar yang dipancarkan ini ketika terpapar ke luka maka energi foton yang diserap
oleh mitokondria sel, merangsang pengeluaran enzim dalam mitokondria,
meningkatkan fungsi respirasi sel dan sirkulasinya sehingga meningkatkan jumlah
sel endotel dan fibroblast yang merupakan faktor utama dalam penyembuhan luka
2. Gangguan Kulit
a. Pruritus , penatalaksanaan dengan:
Aspirin: efektif pada pruritus yang disebabkan oleh mediator kinin atau
prostaglandin, tapi dapat memperburuk rasa gatal pada beberapa pasien.
Doxepin atau amitriptyline: antidepresan trisiklik dengan antipruritus yang
efektif. Antidepresan tetrasiklik dapat membantu rasa gatal yang lebih
parah.
Antihistamin: antihistamin yang tidak mengandung penenang memiliki
antipruritus. Antihistamin penenang dapat digunakan karena efek
penenangnya tersebut.
Thalidomide terbukti ampuh mengatasi prurigo nodular dan beberapa jenis
pruritus kronik.
Antagonis opioid terbukti efektif pada pasien yang menderita pruritus yang
berkepanjangan.
b.Luka Tekan, penatalaksanaan dengan:
Terapi ozon pada luka tekan
Teknik massage dengan menggunakan oil
3.Xerostomia
Penatalaksanaan :
Sering minum air.
Bilas mulut dengan obat kumur, gel, semproan dan saliva buatan.
Memperbanyak mengunyah permen, tetapi harus bebas gula dan non asam.
Produk yang mengandug xylitol sebagai agen pemanis dapat disarankan.
Untuk bibir kering bisa menggunakan krim atau salep. Hydrating dapat
membantu meringankan gejala.
Penggunaan produk lidah buaya atau vitamin E.
Diet makanan yang kasnya kelembaban dan bukan makanan panas atau pedas.
4.Oral Muxositis
Penatalaksanaan:
Mengontrol nyeri dengan cryotherapy oral atau aplikasi es chip ke mulut
selama 30 menit
Gizi dukungan dengan diet makanan lembut, suplemen, dan diet cair
4.2 Saran
Chen Y, Qun L, Sun G. Clinical application research on the use of the photon therapeutic
apparatus combined with hops extract compound ointment in treatment for breast cancer
patients. BIO Web of Conferences. 2017;8.
Mardiah, Wiwi, Melda Iskawati, Titin Sutini. 2016. Tingkat Odor Pasien Kanker Serviks
Menurut Petugas Kesehatan Di Rshs Bandung.
Nugraha, Tete Wayan. 2015. Pemberian Minyak Jinten Hitam (Nigella Sativa) dalam
Perawatan Luka terhadap Penurunan Malodor, Jumlah Eksudat, Skala Nyeri, Perdarahan
pada Luka Kanker di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.