Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI ATAU ANAK

DENGAN GANGGUAN PADA SISTEM URINARIA


WILLEM’S TUMOR

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1

ARIFIN (23142019013P)
DIDIT RIBOWO (23142019012P)
KOPRIYANTI (23142019037P)
MAULIDIA AGUSTINI (23142019022P)
M NOFRAN ARIO PRADANA (23142019026P)
SINTA FARIDA (23142019040P)

KELAS : REGULER B 1
DOSEN : CITRA SURAYA, S.Kep, Ners, M.Kes, M.Kep.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA PALEMBANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2023-2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat melesaikan tugas
makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Bayi atau anak dengan
gangguan pada system urinaria willem;’s tumor ” tepat pada waktunya. shalawat dan
salam kami junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen mata kuliah Keperawatan Anak yakni Ibu Citra Suraya, S.Kep, Ners,
M.Kes, M.Kep. yang telah memberikan tugas kepada kami. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu dalam penyusunan makalah
ini.
Kami jauh dari kesempurnaan masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Maka kritik dan saran yang membangun, sangat kami
harapkan. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami khususnya dan banyak orang
pada umumnya.

Palembang, Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI

COVER .......................................................................................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................
A. LATAR BELAKANG .........................................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH .....................................................................................................
C. TUJUAN ..............................................................................................................................
BAB II TINAJUAN PUSTAKA...............................................................................................
A. KONSEP PENYAKIT ........................................................................................................
1. Pengertian ............................................................................................................
2. Etiologi .................................................................................................................
3. Klasifikasi ............................................................................................................
4. Manifestasi Klinis ................................................................................................
5. Patofisiologi .........................................................................................................
6. Pathway ................................................................................................................
7. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................................
8. Penatalaksanaan ...................................................................................................
9. Penatalaksanaan Keperawatan .........................................................................................
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN WILLEM’S TUMOR ........
1. Pengkajian ........................................................................................................................
2. Diagnosa Keperawatan .....................................................................................................
3. Intervensi Keperawatan ....................................................................................................
4. Implementasi Keperawatan ..............................................................................................
5. Evaluasi Keperawatan ......................................................................................................
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................
A. KESIMPULAN ...................................................................................................................
B. SARAN .................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumor Wilms atau yang disebut juga nefroblastoma merupakan
keganasan ginjal yang paling sering pada anak. Tumor Wilms mencakup 5%
dari seluruh keganasan pada anak.1 Sekitar 85% keganasan primer ginjal pada
anak adalah tumor Wilms. Kebanyakan anak dengan tumor Wilms terdiagnosis
antara usia 1-5 tahun, dengan usia tersering pada 3 tahun.2 Kasus tumor Wilms
seringkali ditemukan secara insidental oleh orangtua atau pengasuh dengan
gejala berupa adanya massa atau benjolan pada perabaan di perut. (Nicodemus,
2022).
Salah satu contoh tumor akibat genetik ini adalah tumor wilms, tumor
wilms adalah tumor ginjal campuran ganas yang tumbuh dengan cepat,
terbentuk dari unsur embrional, biasanya mengenai anak-anak sebelum usia
lima tahun.
Tumor wilms menyebabkan neoplasma ginjal sebagian besar anak dan
terjadi dengan frekuensi hampir sama pada kedua jenis kelamin dari semua ras,
dengan indikasi tahunan 7,8 per juta anak yang berusia kurang dari 15 tahun.
Gambaran tumor Wilms yang paling penting adalah kaitannya dengan anomaly
congenital, yang paling umum adalah anomaly urogenotal (4,4%),
hemihipertrofi (2,9%), dan aniridia sporadic (91,1%).

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Apa definisi dari penyakit tumor wilm’s?
2. Apa saja etiologi dari penyakit tumor wilm’s?
3. Apa saja klasifikasi dari penyakit tumor wilm’s?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit tumor wilm’s?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk penyakit
tumor wilm’s?
6. Bagaimana penatalaksanaan untuk penyakit tumor wilm’s?
7. Bagaimana pathway penyakit tumor wilm’s?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien penyakit tumor wilm’s?
C. Tujuan
Adapun tujuan pada makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui defisini dari tumor wilm’s
2. Untuk mengetahui etiologi dari tumor wilm’s
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari tumor wilm’s
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit tumor wilm’s
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
penyakit tumor wilm’s
6. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan untuk penyakit tumor
wilm’s
7. Untuk mengetahui pathway penyakit tumor wilm’s
8. Untuk mengetaui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
tumor wilm’s
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah tumor ganas ginjal yang
tumbuh dari sel embrional primitive di ginjal. Tumor Wilms biasanya
ditemukan pada anak-anak yang berumur kurang dari 5 tahun, tetapi
kadang ditemukan pada anak yang lebih besar atau orang dewasa. Tumor
Wilms merupakan tumor ganas intra abdomen yang tersering pada anak-
anak dan tumbuh dengan cepat (progesif).
Tumor wilms adalah tumor ginjal campuran ganas yang tumbuh
dengan cepat, terbentuk dari unsur embrional, biasanya mengenai anak-
anak sebelum usia lima tahun (Kamus Kedokteran Dorland).
Tumor wilms adalah tumor padat intra abdomen yang paling sering
dijumpai pada anak. Tumor ini merupakan neoplasma embrional dari
ginjal, biasanya muncul sebagai massa asimtomatik di abdomen atas atau
pinggang. Tumor sering ditemukan saat orang tua memandikan atau
mengenakan baju anaknya atau saat dokter melakukan pemeriksaan fisik
terhadap anak yang tampak sehat. (Basuki, 2011).

2. Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor
genetik. Tumor wilms berhubungan dengan kelainan bawaan tertentu,
seperti sebagai berikut :
a. WAGR syndrome, Kelainan yang mempengaruhi banyak sistem tubuh
1) Aniridia – bayi lahir tanpa iris mata
2) Genitourinary malformation
3) Retardasi mental
b. Orang dengan sindrom WAGR memiliki kemungkinan 45 sampai
60 persen untuk bisa terjadi tumor Wilms, bentuk kanker ginjal yang
langka. Jenis kanker ini paling sering didiagnosi pada anak-anak namun
terkadang terlihat pada orang dewasa.
c. Deny-Drash Syndrome
Sindrom ini menyebabkan kerusakan ginjal sebelum umur 3 tahun dan
sangat langka. Didapati perkembangan genital yang abnormal. Anak
dengan sindrom ini berada dalam resiko tinggi terkena tipe kanker lain,
selain Tumor Wilms.
d. Beckwith- Wiedemann Syndrome
Bayi lahir dengan berat badan yang lebih tinggi dari bayi normal, lidah
yang besar, pembesaran organ –organ.
Tumor wilms berasal dari proliferasi patologik blastema metanefron
akibat tidak adanya stimulasi yang normal dari duktus metanefron untuk
menghasilkan tubuli dan glomeruli yang berdiferensiasi baik.
Perkembangan blastema renalis untuk membentuk struktur ginjal terjadi
pada umur kehamilan 8-34 minggu. Beberapa kasus disebabkan karena
defek genetik yang diwariskan dari orang tua. Ada dua gen yang
ditemukan mengalami defek yaitu Wilms Tumor 1 atau Wilms Tumor 2.
Dan juga ditemukan kelainan mutasi di kromosom lain. Sekitar 1,5%
penderita mempunyai saudara atau anggota keluarga lain yang juga
menderita Tumor wilms. Hampir semua kasus unilateral tidak bersifat
keturunan yang berbeda dengan kasus Tumor bilateral. Sekitar 7-10%
kasus Tumor wilms diturunkan secara autosomal dominan.

3. Klasifikasi
a. Penyebaran tumor wilms menurut TMN sebagai berikut :
1) T : Tumor primer
a) T1 : Unilateral permukaan ( termasuk ginjal ) < 80cm
b) T2 : Unilateral permukaan > 80cm
c) T3 : Unilateral ruptur sebelum penanganan
d) T4 : Bilateral
2) N : Metastasislimfa
3) N0 : Tidak ditemukan metastasis
4) N1 : Ada metastasis limfa
5) M : Metastasis jauh
6) M0 : Tidak ditemukan
7) M+ : Ada metastasis jauh
b. The National Wilms Tumor Study (NWTS) membagi Empat stadium
tumor Wilms, yaitu:
1) Stadium I : Tumor terbatas di dalam jaringan ginjal tanpa
menembus kapsul. Tumor ini dapat direseksi dengan lengkap.
2) Stadium II : Tumor menembus kapsul dan meluas masuk ke dalam
jaringan ginjal dan sekitar ginjal yaitu jaringan perirenal, hilus
renalis, vena renalis dan kelenjar limfe para-aortal. Tumor masih
dapat di reseksi dengan lengkap.
3) Stadium III : Tumor menyebar ke rongga abdomen
(perkontinuitatum), misalnya ke hepar, peritoneum, dll.
4) Stadium IV : Tumor menyebar secara hematogen ke rongga
abdomen, paru-paru, otak, tulang.

4. Manifestasi Klinis
Keluhan utama biasanya hanya benjolan perut, jarang dilaporkan
adanya nyeri perut dan hematuria, nyeri perut dapat timbul bila terjadi
invasi tumor yang menembus ginjal sedangkan hematuria terjadi karena
invasi tumor yang menembus sistim pelveokalises. Demam dapat terjadi
sebagai reaksi anafilaksis tubuh terdapat protein tumor dan gejala lain yang
bisa muncul adalah:
Hipertensi diduga karena penekanan tumor atau hematom pada
pembuluh- pembuluh darah yang mensuplai darah ke ginjal, sehingga
terjadi iskemi jaringan yang akan merangsang pelepasan renin atau tumor
sendiri mengeluarkan renin. Gejala lain yang muncul yaitu:
a. Malaise
b. Anoreksia
c. Anemia
d. Penurunan berat badan
e. Infeksi saluran kencing
f. Nafas pendek, dyspesia, batuk, nyeri dada.
5. Patofisiologi
Tumor Wilm’s ini terjadi pada parenkim ginjal. Tumor tersebut
tumbuh dengan cepat di lokasi yang dapat unilateral atau bilateral.
Pertumbuhan tumor tersebut akan meluas atau menyimpang ke luar renal.
Mempunyai gambaran khas berupa glomerulus dan tubulus yang primitif
atau abortif dengan ruangan bowman yang tidak nyata, dan tubulus abortif
di kelilingi stroma sel kumparan.
Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi, tetapi
kemudian di invasi oleh sel tumor. Tumor ini pada sayatan memperlihatkan
warna yang putih atau keabu-abuan homogen, lunak dan encepaloid
(menyerupai jaringan ikat). Tumor tersebut akan menyebar atau meluas
hingga ke abdomen dan di katakan sebagai suatu massa abdomen. Akan
teraba pada abdominal dengan di lakukan palpasi.
Wilms Tumor seperti pada retinoblastoma disebabkan oleh 2 trauma
mutasi pada gen supresor tumor. Mutasi pertama adalah inaktivasi alel
pertama dari gen suppressor tumor yang menyangkut aspek prozigot dan
postzigot. Mutasi kedua adalah inaktivasi alel kedua dari gen tumor supresor
spesifik.
Gen WT1 pada kromosom 11p13 adalah gen jaringan spesifik untuk
sel blastema ginjal dan epitel glomerolus dengan dugaan bahwa sel
precursor kedua ginjal merupakan lokasi asal terjadinya Wilms Tumor.
Ekspresi WT1 meningkat pada saat lahir dan menurun ketika ginjal telah
makin matur.WT1 merupakan onkogen yang dominan sehingga bila ada
mutasi yang terjadi hanya pada 1 atau 2 alel telah dapat menimbulkan
Wilms Tumor. Gen WT2 pada kromosom 11p15 tetap terisolasi tidak
terganggu.
Gambaran klasik tumor Wilms bersifat trifasik, termasuk sel epitel,
blastema dan stroma. Berdasarkan korelasi histologis dan klinis, gambaran
histopatologik tumor Wilms dapat dikelompokkan dalam dua kelompok,
yaitu tumor risiko rendah (favourable), dan tumor risiko tinggi
(unfavourable). Munculnya tumor Wilm’s sejak dalam perkembangan
embrio dan akan tumbuh dengan cepat setelah lahir. Pertumbuhan tumor
akan mengenai ginjal atau pembuluh vena renal dan menyebar ke organlain.
6. PATHWAY

Kelainan Genetika

Poliferasi Patologik

Tabuli dan Glomerulur tidak berdifusi


dengan Baik Pada Kehamilan

Blastema Renalis di Janin

TUMOR WILMS

Tumor Menembus Kemoterapi Tindakan pra


Kapsul Ginjal operasi
Berdiferensiasi Rambut rontok, kulit kering terasa perih, Adanya massa di
mual muntah, dan tidak nafsu makan. abdomen
Tumor menebus Rencana
kapsul ginjal peembedahan
Rasa lelah dan lemah dan
Disfungsi Ginjal lemah sepanjang hari Kuran pengetahuan

MK: Gangguan Rasa Nyaman Gelisah, cemas, sulit


tidur, menangis

Gangguan Gangguan
Glomerulus keseimbangan asam MK : Ansietas

Gangguan Filterasi Asidosis metabolik

Hematuria Peningkatan asam


lambang

MK : Resiko Mual muntah


Kekurangan Cairan
Nafus makan
menurun
MK : Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
7. Pemeriksaan Penunjang
Tumor Wilms harus dicurigai pada setiap anak kecil dengan massa
di abdomen. Pada 10-25% kasus, hematuria mikroskopik atau makroskopik
memberi kesan tumor ginjal.
a. IVP → Dengan pemeriksaan IVP tampak distorsi sistem pielokalises
(perubahan bentuk sistem pielokalises) dan sekaligus pemeriksaan ini
berguna untuk mengetahui fungsi ginjal.
b. Foto thoraks merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya
metastasis ke paru-paru. Arteriografi khusus hanya diindikasikan untuk
pasien dengan tumor Wilms bilateral
c. Ultrasonografi → USG merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat
membedakan tumor solid dengan tumor yang mengandung cairan.
Dengan pemeriksaan USG, tumor Wilms nampak sebagai tumor padat di
daerah ginjal. USG juga dapat digunakan sebagai pemandu pada biopsi.
Pada potongan sagital USG bagian ginjal yang terdapat tumor akan
tampak mengalami pembesaran, lebih predominan digambarkan sebagai
massa hiperechoic dan menampakkan area yang echoteksturheterogenus.
d. CT-Scan → memberi beberapa keuntungan dalam mengevaluasi tumor
wilms. Ini meliputi konfirmasi mengenai asal tumor intra renal yang
biasanya menyingkirkan neuroblastoma; deteksi massa multipel;
penentuan perluasan tumor, termasuk keterlibatan pembuluh darah besar
dan evaluasi dari ginjal yang lain. Pada gambar CT-Scan Tumor Wilms
pada anak laki-laki usia 4 tahun dengan massa di abdomen.
e. CT scan memperlihatkan massa heterogenus di ginjal kiri dan metastasis
hepar multiple. CT scan dengan level yang lebih tinggi lagi
menunjukkan metastasis hepar multipel dengan thrombus tumor di
dalam vena porta.
f. Magnetic Resonance Imaging (MRI) → MRI dapat menunjukkan
informasi penting untuk menentukan perluasan tumor di dalam vena
cava inferior termasuk perluasan ke daerah intarkardial. Pada MRI tumor
Wilms akan memperlihatkan hipointensitas (low density intensity) dan
hiperintensitas (high densityintensity)
g. Laboratorium → Hasil pemeriksaan laboratorium yang penting
yangmenunjang untuk tumor Wilms adalah kadar lactic dehydrogenase
(LDH) meninggi dan Vinyl mandelic acid (VMA) dalam batas normal.
Urinalisis juga dapat menunjukkan bukti hematuria, LED meningkat,
dan anemia dapat juga terjadi, terlebih pada pasien dengan perdarahan
subkapsuler. Pasien dengan metastasis di hepar dapat menunjukkan
abnormalitas pada analisaserum.

8. Komplikasi
Radiasi dan kemoterapi efektif dalam meningkatkan kelangsungan hidup
pasien tumor wilms stadium tinggi, namun mungkinjuga menyebabkan peningkatan
risiko keganansan sekunder beberapa tahun kemudian. Sudah diketahui bahwa terapi
radiasi akan meningkatkan risiko kanker tulang, payudara, usus besar, dan tiroid di
kemudian hari. Hal ini juga meningkatkan risiko osteporosis. (Hussain Sajjad, 2023).

9. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan tumor wilms adalah mengusahakan
penyembuhan dengan komplikasi dan morbiditas serendah
mungkin.Biasanya dianjurkan kombinasi pembedahan, radioterapi dan
kemoterapi.Dengan terapi kombinasi ini dapat diharapkan hasil yang
memuaskan. Jika secara klinis tumor masih berada dalam stadium dini dan
ginjal di sebelah kontra lateral normal, dilakukan nefrektomiradikal.
Ukuran tumor pada saat datang menentukan cara pengobatan.
masing- masing jenis ditangani secara berbeda, tetapi tujuannya adalah
menyingkirkan tumor dan memberikan kemoterapi atau terapi radiasi yang
sesuai. Apabila tumor besar maka pembedahan definitive mungkin harus di
tunda sampai kemoterapi atau radiasi selesai.Kemoterapi dapat memperkecil
tumor dan memungkinkan reaksi yang lebih akurat dan aman.
a. Farmakologi
1) Kemoterapi
Tumor Wilms termasuk tumor yang paling peka terhadap obat
kemoterapi. Prinsip dasar kemoterpai adalah suatu cara penggunaan
obat sitostatika yang berkhasiat sitotoksik tinggi terhadap sel ganas
dan mempunyai efek samping yang rendah terhadap sel yang normal.
Terapi sitostatika dapat diberikan pra maupun pasca bedah didasarkan
penelitian sekitar 16-32% dari tumor yang mudah ruptur. Biasanya,
jika diberikan prabedah selama 4 – 8 minggu. Jadi tujuan pemberian
terapi adalah untuk menurunkan resiko ruptur intraoperatif dan
mengecilkan massa tumor sehingga lebih midah direseksi total.
Ada lima macam obat sitostatika yang terbukti efektif dalam
pengobatan tumor Wilms, yaitu Aktinomisin D, Vinkristin,
Adriamisin, Cisplatin dan siklofosfamid. Mekanisme kerja obat
tersebut adalah menghambat sintesa DNA sehingga pembentukan
protein tidak terjadi akibat tidak terbentuknya sintesa RNA di
sitoplasma kanker, sehingga pembelahan sel-sel kanker tidak terjadi.
2) Aktinomisin D
Golongan antibiotika yang berasal dari spesies Streptomyces,
diberikan lima hari berturut-turut dengan dosis 15 mg/KgBB/hari
secara intravena. Dosis total tidak melebihi 500 mikrogram.
Aktinomisin D bersama dengan vinkristin selalu digunakan sebagai
terapi prabedah.
3) Vincristine
Golongan alkaloid murni dari tanaman Vina rossa, biasanya diberikan
dalam satu dosis 1,5 mg/m2 setiap minggu secara intravena (tidak
lebih dari 2 mg/m2). Bila melebihi dosis dapat menimbulkan
neurotoksis, bersifat iritatif, hindarkan agar tidak terjadi ekstravasasi
pada waktu pemberian secara intravena. Vinkristin dapat dikombinasi
dengan obat lain karena jarang menyebabkan depresi hematologi,
sedangkan bila digunakan sebagai obat tunggal dapat
menyebabrelaps.
4) Adriamisin
Golongan antibiotika antrasiklin diisolasi dari streptomyces pencetius,
diberikan secara intravena dengan dosis 20 mg/m2/hari selama tiga
hari berturut-turut.Dosis maksimal 250 mg/m2.obat ini tidak dapat
melewati sawar otak dapat menimbulkan toksisitas pada miokard bila
melebihi dosis. Dapat dikombinasi dengan Aktinomisin D.
5) Cisplatin
Dosis yang umum digunakan adalah 2-3 mg/KgBB/hari atau 20
mg/m2/hari selama lima hari berturut-turut.
6) Cyclophospamide
Dari nitrogen mustard golongan alkilator. Dosis 250 – 1800
mg/m2/hari secara intravena dengan interval 3-4 mg. Dosis peroral
100-300mg/m2/hari.

b. Non Farmakologi
1) Pembedahan
2) Keperawatan perioperative
Karena banyak anak dengan tumor wilms mungkin mendapat obat
kemoterapi kardiotoksik, maka mereka harus diperiksa oleh ahli
onkologi dan di izinkan untuk menjalani operasi.Mereka perlu
menjalani pemeriksaan jantung yang menyeluruh untuk menentukan
status fungsi jantung. Tumor wilms jangan di palpasi untuk
menghindari rupture dan pecahnya sel-sel tumor. Pasien di letakkan
dalam posisi telentang dengan sebuah gulungan di bawah sisi yang
terkena. Seluruh abdomen dan dada dibersihkan.
3) Hasil akhir pada pasien pasca operatif
Pasien tumor wilms menerima kemoterapi dan terapi radiasi yang
sesuai dengan lesi.Gambaran histologik lesi merupakan suatu
indicator penting untuk prognosis, karena gambaran tersebut
menentukan derajat anaplasia. Anak yang histologiknya relative baik.
Maka memiliki prognosis baik.Sedangkan anak yang gambaran
histologiknya buruk, maka memilii prognosis buruk.Terapi dibuat
sespesifik mungkin untuk masing-masing anak, karena terapi yang
lebih sedikit menghasilkan kualitas hidup yang lebih baik dengan
lebih sedikit efek sampingnya.
Nefrektomi radikal dilakukan bila tumor belum melewati garis tengah
dan belum menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar limfe
retroperitoneal total tidak perlu dilakukan tetapi biopsi kelenjar di
daerah hilus dan paraaorta sebaiknya dilakukan.Pada pembedahan
perlu diperhatikan ginjal kontralateral karena kemungkinan lesi
bilateral cukup tinggi.Apabila ditemukan penjalaran tumor ke vena
kava, tumor tersebut harus diangkat.
4) Radioterapi
Tumor Wilms dikenal sebagai tumor yang radiosensitif, tapi
radioterapi dapat mengganggu pertumbuhan anak dan menimbulkan
penyulit jantung, hati dan paru.Karena itu radioterapi hanya diberikan
pada penderita dengan tumor yang termasuk golongan patologi
prognosis buruk atau stadium III dan IV.Jika ada sisa tumor pasca
bedah juga diberikan radioterapi.Radioterapi dapat juga digunakan
untuk metastase ke paru, otak, hepar serta tulang.

10. Penatalaksanaan Keperawatan


a) Meredakan kecemasan yang dihadapi pasien dankeluarga
b) Memberikan informasi tentangproses/ kondisi penyakit,
c) prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
d) Mengalihkan rasa nyeri yang dihadapi pasien
e) Melakukan kompres untuk menurunkan suhu pasien
f) Membantu aktivitas pasien karena sebagian besar terganggu dengan
adanya tumo rdiperut
g) Melakukan pemasangan infus untuk menjaga keseimbangan cairan
pasien.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Penting dilakukan Pengkajian terhadap Klien secara holistik
(Biologis, Psikologis, Social dan Spiritual ) untuk mendapatkan data yang
lengkap dan sistematis. Adapun metode yang dapat dipakai dalam Proses
Pengkajian yaitu :
a. Status kesehatan
1) Status kesehatan saat ini
2) Status kesehatan masa lalu
3) Riwayat penyakit keluarga
4) Riwayat kehamilan dan kelahiran
5) Riwayat imunisasi
b. Pola kebutuhan dasar
1) Persepsi dan Penanganan Kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan.
Persepsi terhadap arti kesehatan, dan penata laksanaan kesehatan,
kemampuan menyusun tujuan, pengetahuan tentang praktek
kesehatan. Komponen:
a) Gambaran kesehatan secara umum dan saat ini,
b) Alasan kunjungan dan harapan,
c) Gambaran terhadap sakit dan penyebabnya dan
penanganan yang dilakukan:
 Kepatuhan terhadap pengobatan
 Pencegahan/tindakan dalam menjaga kesehatan
 Penggunaan obat resep dan warung,
 Penggunaan produk atau zat didalam kehidupan sehari-
hari dan frekuensi (misal : rokok, alkohol)
 Penggunaan alat keamanan dirumah/sehari-hari, dan faktor
resiko timbulnya penyakit
 Gambaran kesehatan keluarga
2) Nutrisi-Metabolik
Menggambarkan intake makanan, keseimbangan cairan dan
elektrolit, nafsu makan, pola makan, diet, fluktuasi BB dalam 6
bulan terakhir, kesulitan menelan, mual / muntah, kebutuhan julah
zat gizi, masalah / penyembuhan kulit, akanan kesukaan.
Komponen:
a) Gambaran yang biasa dimakan (Pagi,siang,sore,snack)
b) Tipe dan intake cairan
c) Gambaran bagaimana nafsu makan kesulitan dan keluhan yang
mempengaruhi makan dan nafsu makan
d) Penggunaan obat diet
e) Makanan Kesukaan, Pantangan,alergi
f) Penggunaan suplemen makanan
g) Gambaran BB, perubahan BB dalam 6-9 bln,
h) Perubahan pada kulit (lesi, kering, membengkak,gatal)
i) Proses penyembuhan luka (cepat-lambat)
j) Adakah faktor resiko terkait ulcer kulit (penurunan sirkulasi, defisit
sensori,penurunan mobilitas)
3) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan kulit.
Komponen :
a) Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin
b) Adakah masalah dalam proses miksi, adakah penggunaan alat
bantu untuk miksi
c) Gambaran pola BAB, karakteritik
d) Penggunaan alat bantu
e) Bau bdn, Keringat berlebih,lesi & pruritus

4) Aktivitas dan Latihan


Menggambarkan pola aktivitas dan latihan, fungsi pernafasan dan
sirkulasi. Komponen:
a) Gambaran level aktivitas, kegiatan sehari-hari dan olahraga
b) Aktivitas saat senggang/waktu luang
c) Apakah mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri
dada,palpitasi,nyeri pada tungkai, gambaran dalam pemenuhan
ADL : Level Fungsional (0-IV), Kekuatan Otot (1-
5) Tidur dan istirahat
Menggambarkan pola tidur-istirahat dan persepsi pada level energi.
Komponen:
a) Berapa lama tidur dimalam hari
b) Jam berapa tidur-Bangun
c) Apakah terasa efektif
d) Adakah kebiasaan sebelum tidur
e) Apakah mengalami kesulitan dalam tidur
6) Kognitif dan persepsi
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, taktil,
penciuman, persepsi nyeri, bahasa, memori dan pengambilan
keputusan.
Komponen:
a) Kemampuan menulis dan membaca
b) Kemampuan berbahasa
c) Kemampuan belajar
d) kesulitan dalam mendengar
e) Penggunaan alat bantu mendengar/melihat
f) Bagaimana visus
g) Adakah keluhan pusing bagaimana gambarannya
h) Apakah mengalami insensitivitas terhadap dingin, panas,nyeri
i) Apakah merasa nyeri(Skala dan karaketeristik)
7) Persepsi dan konsep diri
Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap
kemampuan,harga diri,gambaran diri dan perasaan terhadap diri
sendiri.
Komponen:
a) Bagaimana menggambarkan diri sendiri
b) Apakah ada kejadian yang akhirnya mengubah gambaran
terhadap diri
c) Apa hal yang paling menjadi pikiran
d) Apakah sering merasa marah, cemas, depresi, takut, bagaimana
gambarannya
8) Peran hubungan
Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga-
lainnya. Komponen:
a) Bagaimana gambaran pengaturan kehidupan (hidup
sendiri/bersama)
b) Apakah mempunyai orang dekat?Bagaimana kualitas hubungan?
Puas?
c) Apakah ada perbedaan peran dalam keluarga, apakah ada saling
keterikatan.
d) Bagaimana dalam mengambil keputusan dan penyelesaian konflik
e) Bagaimana keadaan keuangan
f) Apakah mempunyai kegiatan sosial?
9) Seksualitas dan reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah dalam seksualitas-reproduksi.
Komponen:
a) Apakah kehidupan seksual aktif
b) Apakah menggunakan alat bantu/pelindung
c) Apakah mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan
kebutuhan seks
d) Khusus wanita : TMA, gambaran pola haid, usia menarkhe/
menopause riwayat kehamilan, masalah terkait dengan haid
10) Koping dan toleransi stress
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stres dan
menggunakan sistem pendukung. Komponen:
a) Apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam bbrp thn
terakhir
b) Dalam menghadapi masalah apa yang dilakukan?efektif?
c) Apakah ada orang lain tempat berbagi?apakah orang tersebut
ada sampai sekarang?
d) Apakah anda selalu santai/tegang setiap saat
e) Adakah penggunaan obat/zat tertentu
11) Nilai dan kepercayaan
Menggambarkan spiritualitas, nilai, sistem kepercayaan dan
tujuan dalam hidup. Komponen:
a) Apakah anda selalu mendapatkan apa yang diinginkan
b) Adakah tujuan,cita-cita,rencana di masa yang akan datang
c) Adakah nilai atau kepercayaan pribadi yang ikut berpengaruh
d) Apakah agama merupakan hal penting dalam hidup? Gambarkan

c. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Pengamatan secara seksama setatus kesehatan Klien dari kepala
sampai kaki. Pada Klien dengan yang mungkin akan ditemukan antara
lain:
a) Ruam wajah dalam pola malar (seperti kupu-kupu) pada daerah
pipi dan hidung.
b) Lesi dan kebiruan di ujung jari akibat buruknya sirkulasi dan
hipoksia kronik
c) Lesi berskuama di kepala, leher dan punggung, pada beberapa
penderita ditemukan eritema atau sikatrik.
d) Luka-luka di selaput lender mulut atau pharing.
e) Dapat terlihat tanda peradangan satu atau lebih persendian yaitu
pembengkakan, warna kemerahan dan rentang gerak yang
terbatas.
f) Perdarahan sering terjadi terutama dari mulut atau bercampur
urina (urine kemerahan)
g) Gerakan dinding thorak mungkin tidak simetris atau tampak
tanda– tanda sesak (Napas cuping hidung,Retraksi supra sterna,
bahkan intercostals,apabila terdapat ganguan organ paru).

2) Palpasi
Pemeriksaan dengan meraba klien :
a) Sklerosis, yaitu terjadi pengencangan dan pengerasan kulit
jari-jari tangan
b) Nyeri tekan pada daerah sendi yang meradang
c) Oedem mata dan kaki, mungkin menandakan keterlibatan
ginjal dan hipertensi
3) Perkusi
Pemeriksaan pisik dengan mengetuk bagian tubuh tertentu; untuk
mengetahui Reflek, atau untuk mengetahui kesehatan suatu organ
tubuh misalnya : Perkusi organ dada untuk mengetahui keadaan
Paru dan jantung.
4) Auskultasi
Pemeriksaan pisik dengan cara mendengar, biasanya menggunakan
alat Stetoskup, antara lain untuk mendengar denyut jantung dan Paru-
paru.

2. Diagnosis Keperawatan
a. DIAGNOSIS PRE OP
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis
2) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplai oksigen
3) Defisit Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolisme, kehilangan protein dan
penurunan intake
4) Ansietas (orang tua) berhubungan dengan kurang pengetahuan
b. DIAGNOSIS POST OP
1) Nyeri Akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan
2) Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi

3. Intervensi Keperawatan
a. DIAGNOSIS PRE OP
1) Nyeri akut berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia
Intervensi :
Paint Management
a) Lakukan pengkajian secara komperhensif
b) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
c) Gunakan teknik komunikasi terapeutik
d) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
e) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri dimasa lampau
f) Bantu pasien dan keluarga dengan menemukan dukungan
g) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, kecahayaan, kebisingan
h) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi, dan interpersonal)
i) Ajarkan tentang teknik non farmakologis
j) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
k) Tingkatkan istirahat
l) Monitor penerimaan pasien terhadap manajemen nyeri

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan


antara suplai dan kebutuhan oksigen
Intervensi :
a) Observasi keadaan umum pasien
b) Bantu pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
c) Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
d) Bantu klien dan keluarga untuk membuat jadwal latihan di
waktu luang
e) Kolaborasi dengan tenaga rehabiltasi medik dalam
merencanakan program terapi yang tepat.

3) Defisit Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan


peningkatan kebutuhan metabolisme, kehilangan protein dan
penurunan intake
Intervensi :
Nutrition Management
a) Kaji adanya alergi makanan
b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
c) Berikan substansi gula
d) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
e) monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
f) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

Nutrition Monitoring
a) BB pasien dalam batas normal
b) Monitor adanya penurunan BB
c) Monitor tipe dan jumlah aktivitas
d) Monitor turgor kulit
e) Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
f) Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht

4) Ansietas (Orang Tua) berhubungan dengan kurangnya


pengetahuan tentang penyakit dan prosedur pembedahan
Intervensi :
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
a)Gunakan pendekatan yang menyenangkan
b) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku pasien
c) Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
prosedur
d) Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress
e) Dorong keluarga untuk menemani anak
f) Dengarkan penuh perhatian
g) Dorong pasien mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
h) Intstruksikan pasien menggunakan teknik relaksasasi

b. DIAGNOSIS POST OP
1) Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
Intervensi :
a) Lakukan pengkajian secara komperhensif
b) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
c) Gunakan teknik komunikasi terapeutik
d) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
e) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri dimasa lampau
f) Bantu pasien dan keluarga dengan menemukan dukungan
g) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, kecahayaan, kebisingan
h) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi, dan interpersonal)
i) Ajarkan tentang teknik non farmakologi
j) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
k) Tingkatkan istirahat
l) Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

2) Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi


Intervensi :
Infection Control
a) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
b) Pertahankan teknik isolasi
c) Batasi pengunjung bila perlu
d) Instruksikan pengunjung untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
e) Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci tangan
f) Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
g) Gunakan baju, sarug tangan sebagai pelindung
h) Pertahankan lingkungan aseptic selama pemasangan alat
i) Berikan terapi antibiotic bila perlu

3) Infection Protection
a) Monitor tanda dan gejala infeksi iskemik dan local
b) Monitor kerentanan terhadap infeksi
c) Berikan perawatan kulit pada area epidema
d) Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
e) Inspeksi luka / insisi bedah
f) Dorong masukan nutrisi yang cukup
g) Dorong masukan cairan
h) Dorong istirahat
i) Instruksikan pasien minum obat antibiotik sesuai resep

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahapan perencanaan. Jenis
tindakan pada implmentasi ini terdiri dari tindakan mandiri, saling
ketergantungan/ kolaborasi dan tindakan rujukan/ ketergantugan.
Implementasi tindakan keperawatan disesuikan dengan rencana tindakan
keperawatan.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai
apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau
tidak untuk mengatasi suatu masalah. (Meirisa, 2013). Pada tahap
evaluasi, perawat dapat mengetahui seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan telah tercapai.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tumor ginjal adalah massa abnormal yang berkembang di ginjal. Tumor
Ginjal terbentuk ketika sel tumbuh terlalu cepat dalam ginjal. Biasanya,
sel yang lebih tua mati dan diganti oleh sel baru. Ketika proses ini berjalan
kacau, sel-sel tua tidak mati, dan sel-sel baru tumbuh ketika mereka tidak
dibutuhkan, membuat tumor. Faktor resiko lainnya antara lain : kegemukan,
hipertensi, lingkungan kerja, dialisa, faktor genetik. Penatalaksanaan medis
bagi penderita tumor ginjal yaitu : nefrektomi, hormonal, imunoterapi, radiasi
Eksterna, sitostatika.
Dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan Tumor
Wilm’s akan menentukan untuk kelansungan hidup anak, mengingat masalah
yang komplex yang dapat terjadi pada anak dengan Tumor Wilm’s. Oleh
karena itu perawat harus memiliki keterampilan, kompetensi, dan
pengetahuan yang luas tentang konsep dasar perjalanan penyakit Tumor
Wilm’s. Sehingga dapat menentukan diagnosa yang tepat sehingga nantinya
angka kesakitan dan kematian dapat ditekan.

B. Saran
Pemberian asuhan keperawatan harus dissesuaikan dengan respon dan
kondisi pasien, begitu pula dengan pasien nefrotik sindrom pada anak. Maka
diharapkan bagi seorang perawat untuk lebih memahami serta
menambah pengetahuan lebih dalam lagi
akan perkembanagan penyakit nefrotik sindrom sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan tahap
perkembangan anak serta kebutuhan anak yang belum terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Keperawatan. Laporan Pendahuluan Tumor Wilms (Neprhoblastoma). Edisi 2008.


Diunduh dari URL. https://kornlizsiki.blogspot.com/p/laporan-pendahuluan-tumor-
wilms.html?m=1
Damianus & Ardani, Sri Mufti. (2022). Tumor Wilms Asimptomatik Pada Anak
Asymptomatic Wilms Tumor In Children. Journal Of Medicine. Vol.21 No.3 Desember
2022: Hal.284-293. Universitas Atma Jaya.
Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Tumor Wilms. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Dharma Husada. Bandung. Diakses 8 Desember 2023.
Sajjad Hussain, dkk. (2023). Wilms Tumor. Natioal Library of Medicine. Diakses 8
Desember 2023. https://www/ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK442004/

Anda mungkin juga menyukai