Anda di halaman 1dari 67

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER SERVIK DAN KANKER OVARIUM

Dosen Pembimbing:
Tiyas Kusumaningrum,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh:
Adelia Dwi L. R 131611133005
Regyana Mutiara Guti 131611133013
Dita Fajrianti 131611133014
Ayu Saadatul K 131611133020
Marceline Putri C. 131611133023
Verantika Setya P. 131611133026
Erva Yulinda M 131611133033
Novia Tri Handika 131611133042

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan
tugas makalah Keperawatan Maternitas yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Kanker Servik dan Kanker Ovarium.
Ucapan terimakasih kami haturkan kepada dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Maternitas, Ibu Tiyas Kusumaningrum,S.Kep.,Ns.,M.Kep yang telah
membimbing kami selama perkuliahan Keperawatan Maternitas hingga dapat
menyelesaikan tugas makalah ini.
Dengan demikian, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembacanya. Makalah ini masih jauh dari kata sempuna, untuk itu kritik dan saran
dari pembaca sangat kami butuhkan guna perbaikan dan penyempurnaan makalah
berikutnya. Atas kontribusi tersebut, kami ucapkan terimakasih.

Surabaya, 24 Maret 2018


Penyusun,

Kelompok 4

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR …….................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah................................................................................5
1.3 Tujuan..................................................................................................6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kanker Serviks
2.1.1 Definisi ................................................................................. 7
2.1.2 Manifestasi Klinis ................................................................ 7
2.1.3 Etiologi ................................................................................. 8
2.1.4 Faktor Resiko........................................................................ 9
2.1.5 Patofisiologi .........................................................................11
2.1.6 WOC ...................................................................................14
2.1.7 Penatalaksanaan Umum........................................................15
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang........................................................19
2.1.9 Masalah Keperawatann yang Muncul...................................23
2.1.10Pencegahan..........................................................................24
2.2 Kanker Ovarium
2.2.1 Definisi .................................................................................26
2.2.2 Manifestasi Klinis ................................................................26
2.2.3 Stadium.................................................................................27
2.2.4 Jenis......................................................................................28
2.2.5 Etiologi .................................................................................29
2.2.6 Faktor Resiko........................................................................30
2.2.7 Patofisiologi .........................................................................30
2.2.8 WOC ...................................................................................33
2.2.9 Masalah Keperawatan yang Muncul.....................................34
2.2.10 Pencegahan ........................................................................34
2.2.11 Pemeriksaan Penunjang......................................................34
BAB III : PEMBAHASAN
3.1 Asuhan Keperawatan Kanker Serviks................................................ 36
3.2 Asuhan Keperawatan Kanker Ovarium.............................................. 55
BAB IV : PENUTUP
4.1 Simpulan ............................................................................................69
4.2 Saran ..................................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................70

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker Servik dan kanker ovarium merupakan jenis kanker yang


banyak menyerang organ reproduksi perempuan. Penyakit kanker serviks
adalah penyakit dengan prevalensi tertinggi di Indonesia yaitu dengan 0.8‰.
Setiap tahunnya ada sekitar 15 ribu kasus baru kanker serviks di Indonesia.
WHO menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penderita
kanker serviks terbanyak di dunia. Kanker serviks juga menjadi peringkat
pertama pembunuh wanita di Indonesia. Sedangkan kanker ovarium
merupakan penyebab kematian 34,1% dari 327 kasus kematian dan pada tahun
2008 ditemukan 2.314 penderita kanker ovarium di Indonesia.
Hal terpenting menghadapi penderita kanker serviks dan kanker
ovarium adalah menegakkan diagnosis sedini mungkin dan memberikan
terapi yang efektif sekaligus prediksi prognosisnya. Selain itu, diperlukan
upaya maksimal dalam rangka penanggulangan terhadap kejadian kanker
servik dan kanker ovarium yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari kanker servik dan kanker ovarium?
2. Apa manifestasi klinis dari kanker servik dan kanker ovarium?
3. Apa etiologi dari kanker servik dan kanker ovarium?
4. Apa faktor resiko dari kanker servik dan kanker ovarium?
5. Bagaimana patofisiologis kanker servik dan kanker ovarium
6. Bagaimana WOC dari kanker servik dan kanker ovarium?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami kanker servik
dan kanker ovarium?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari kanker servik dan kanker ovarium
2. Mengetahui manifestasi klinis dari kanker servik dan kanker ovarium

4
3. Mengetahui etiologi dari kanker servik dan kanker ovarium
4. Mengetahui faktor resiko dari kanker servik dan kanker ovarium
5. Mengetahui patofisiologis dari kanker servik dan kanker ovarium
6. Mengetahui WOC dari kanker servik dan kanker ovarium
7. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami kanker servik
dan kanker ovarium

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker Serviks

5
2.1.1 Definisi

Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks


merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan
berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum. Kanker serviks adalah tumor
ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks yang terdapat pada bagian terendah
dari rahim yang menempel pada puncak vagina (Diananda, 2009).

2.1.2 Manifestasi Klinis

1) Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, yang lama-kelamaan dapat


terjadi perdarahan spontan (walaupun tidak melakukan hubungan seksual).
2) Perdarahan vagina setelah menopause
3) Sekresi cairan vagina yang berwarna kemerahan
4) Sekresi cairan vagina yang berbau tidak sedap
5) Kaki bengkak (akibat adanya darah tercampur dengan cairan sehingga
menumpuk di organ bawah akibat adanya gravitasi dan susah untuk menuju
siklus naik)
6) Kesulitan buang air besar bisa terjadi pada kanker serviks stadium lanjut
7) Anemia akibat pendarahan berulang
8) Rasa nyeri disekitar genitalia.
9) Timbul nyeri panggul (pelvis) atau diperut bagian bawah bila ada radang
panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi
hidronefrosis. Selain itu, bisa juga nyeri di tempat-tempat lainnya.
10) Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema
kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah
(rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rectovaginal, atau timbul
gejala-gejala akibat metastasis jauh.

6
2.1.3 Etiologi

Ada banyak faktor yang dapat meningkatkan resiko terjangkit kanker


servik, namun semuanya berhubungan dengan adanya HPV (human
papillomavirus) pada tubuh wanita. Ada banyak jenis virus HPV, namun hanya
jenis tertentu yang terkait dengan kanker serviks, yaitu :
- HPV 16
- HPV 18
- HPV 31
- HPV 33
- HPV 45

Menurut American Cancer Society (ACS), sekitar dua pertiga semua kasus
kanker serviks disebabkan oleh HPV 16 dan 18.Selain karena adanya HPV, kanker
serviks juga dapat berkembang dikarenakan didukung oleh faktor genetik. Hal ini
dapat dibenarkan karena apabila disebuah keluarga dengan riwayat pengidap
kanker maka tidak menutup kemungkinan juga akan menurun ke turunan
selanjutnya. Selain faktor genetik ada juga dikaitkan dengan faktor imun. Apabila
kita tidak menjaga oragan kewanitaan dengan baik lalu didukung dengan adanya
tubuh rendah imun maka virus HPV juga akan semakin menungkat dan menyerang
serviks.

2.1.4 Faktor Risiko

Berikut adalah faktor resiko kanker servik :

a) HPV (Human Papiloma Virus)


HPV adalah virus penyebab kutil genetalis (Kandiloma Akuminata)
yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya
adalah HPV tipe 16, 18.

b) Umur
Umur pertama kali melakukan hubungan seksual. Penelitian
menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual maka
semakin besar kemungkinan mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20
tahun dianggap masih terlalu muda.

c) Jumlah kehamilan dan partus

7
Kanker serviks dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin
sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat kanker serviks.

Jumlah kehamilan juga dapat merangsang terbentuknya sel kanker


servik karena jarak kehamilan dan kelarihan terlalu pendek yaitu kurang dari 1
tahun.

d) Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang sangat besar terhadap kanker serviks.
Hal ini disebabkan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang mempuanyai pH
tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH yang berbeda-beda pada
multi-patner sehingga dapat merangsang terjadinya perubahan ke arah
displasia.

e) Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus
kondiloma akuinata diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks.

f) Sosial ekonomi
Kanker serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah.
Mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas, dan
kebersihan perorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang. Hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.

g) Hygine dan sirkumsisi


Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita
yang pasangannya belum disirkumsisi hal ini karena pada pria non sirkumsisi
higine penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.

h) Merokok
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker sedangkan
pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap servik yaitu bermula dari
adanya erosi servik yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang
terus menerus. Hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker servix
(faisal, 2005).
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56 kali
lebih tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada

8
serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi
kokarsinogen infeksi virus.
Selain perokok aktif, perokok pasif juga dapat terkena dampaknya
apabila secara terus menerus terpapar asap rokok sehingga merangsang
terbentuknya sel kanker. Pada perokok pasif diharapkan tidak terpapar lebih
dari 2 jam per hari, karena dengan angka tersebut maka masih dalam kategori
aman.

i) Pemakaian KB
Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari
lima tahun dapat meningkatkan resiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan
resiko relative pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan
meningkat sesuai dengan lamanya pemakaian. Contoh pemakaian KB oral
yaitu pil kb, susuk, dan suntik. Apabila sudah lebih dari 5 tahun maka di
anjurkan untuk mangganti pemakaian KB oral dengan yang lain.

2.1.5 Patofisiologi

Kanker serviks timbul dibatas antara epitel yang melapisi ektoserviks


(portio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai Squoma-
Columnar Junction (SCJ). Histologik antara epitel gepeng berlapis (squamous
complex) dari porsio dengan epitel kuboid/silindris pendek selapis bersilia dari
endoserviks kanalis serviks kanalis serviks. Pada wanita muda SCJ ini berada
diluar ostium uteri eksternum, sedangkan pada wanita berumur >35 tahun,
SCJ berada di dalam kanalis serviks. Maka untuk melakukan pap-smear yang
efektif, yang dapat mengusap zona transformasi, harus dikerjakan dengan
skraper dari Ayre atau cytobrush sikat khusus. Pada pemeriksaan dengan
spekulum, tampak sebagai porsio yang erosif (metaplasia skuamosa) yang
fisiologik atau patologik. 6,15 Pathogenesis NIS dapat dianggap sebagai suatu
spectrum penyakit yang dimulai dari displasia ringan (NIS 1), displasia sedang
(NIS 2), displasia berat dan karsinoma insitu (NIS 3) untuk kemudian
berkembang menjadi karsinoma invasif. Beberapa penelitian menemukan 30-
35% NIS mengalami regresi, yang terbanyak berasal dari NIS 1/NIS 2. Karna
tidak dapat ditentukan lesi mana yang akan berkembang menjadi progresif dan
mana yang tidak, maka semua tingkat NIS dianggap potensial menjadi ganas
sehingga harus ditatalaksana sebagaimana mestinya

9
Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga
menimbulkan gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang
mengalami mutasi dapat berkembang menjadi sel displasia. Apabila sel
karsinoma telah mendesak pada jaringan syaraf akan timbul masalah
keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat mengganggu
kerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis yang
menimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi. Keputihan
yang berkelebihan dan berbau busuk biasanya menjadi keluhan juga, karena
mengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil masalah keperawatan
gangguan pola seksual. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut diantaranya
anemia hipovolemik yang menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga
timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa
efek samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan
terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan
( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek samping tersebut
menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan
kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan
integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang
menyebabkan kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh
berkurang dan resiko injury pun akan muncul. Tidak sedikit pula pasien
dengan diagnosa positif kanker leher rahim ini merasa cemas akan penyakit
yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa dikarenakan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos
dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan
dengan kematian.
Jenis stadium pada kanker serviks:
1. Stadium 0 : Karsinoma intraepithelial. Stadium ini tidak
dimasukkan ke dalam statistic terapetik untuk karsinoma invasive.
2. Stadium 1 : Karsinoma terbatas pada serviks
3. Stadium 1a1 : Karsinoma invesive hanya ditemukan secara
mikroskopik
4. Stadium 1a2 : Invasi stroma >3mm dan <5mm dengan suatu invasi
horizontal 7mm atau lebih sedikit

10
5. Stadium 1b : Tampak lesi secara klinis terbatas pada servks, atau
lesi mikrokopis yang lebih besar dari stadium 1a1/1a2
6. Stadium 1b1 : Lesi klinis berukuran <4mm
7. Stadium 1b2 : Lesi klinis >4mm
8. Stadium 2 : Karsinoma meluas melampaui serviks, tetapi belum
meluas pada dinding panggul, karsinoma melibatkan vagina tetapi tidak
sampai 1/3 bagian bawah
9. Stadium 2a : Mengenai vagina tetapi tidak jelas mengenai
perametrium
10. Stadium 2b : Jelas sampai ke parametrium, tetapi belum sampai ke
dinding panggul
11. Stadium 3 : Karsinoma keluar sampai dinding panggul, tumor
mencapai 1/3 bawah vagina
12. Stadium 3a : Tidak mencapai dinding panggul tapi 1/3 bawah
vagina terkena
13. Stadium 3b : Perluasan ke dinding panggul atau hidronefrosis atau
ginjal tidak berfungsi
14. Stadium 4 : Proses keganasan telah keluar dari dinding panggul
kecil dan melibatkan mukosa rectum dan atau vesika urinaria atau telah
bermetastase keluar panggul atau ke tempat yang jauh
15. Stadium 4a : Penyebaran sampai organ di dekatnya, ke mukosa
kandung kemiih atau rektum dan atau meluas di luar tulang panggul
16. Stadium 4b : Telah bermetastase jauh

11
12
2.1.6 WOC

Genetik Higiene Seksual Hubungan Infeksi Virus Merokok Ganti-ganti Pemajanan


Jelek seksual dini HIV pasangan seks Dietil Stilbestrot
(<16th)

SCJ ke lumen vagina


Serviks MK: Keletihan

Kedua jens epitel mendesak (elektro Endo Serviks) Anemia MK: Penurunan
vol.cairan
Keputihan bau busuk
Metoplasia (Erosif) Perdarahan Perdarahan
spontan
Penebalan
Porsio yang erosive (metolasma squamosa)
epitel
Regresi
displastik
spontan
Metoplasia squamosa columner junction (SLI) Displastik serviks

Penyebaran tumor Karsinoma Invasif Serviks Ulserasi Dari SCJ


f
Vagina
Corpus Mengilfiltrasi Endofilik Eksofilik Menusuk jaringan
Uterus septum rektum serviks
vaginal dan V-U
Infiltrasi

Ulkus luas
Ulkus

13 MK: Infeksi, Gg integritas MK: Infeksi


MK: HDR kulit
2.1.7 Penatalaksanaan Umum

Menurut diananda (2008) dan Ariani (2015) pemeriksaan diagnostik untuk


menentukan kanker serviks sebagai berikut :

1. Schillentest . Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena


tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma
yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak
berwarna.
2. Koloskopi. Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks
dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali. Keuntungan ; dapat melihat jelas
daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy.
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio,
sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak
terlihat.
3. Kolpomikroskopi. Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran
sampai 200 kali
4. Biopsi. Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya
5. Konisasi. Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks
dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi
meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
6. Pemeriksaan lainnya.
- Pemeriksaan hematology (Hb, Ht, lekosit, trombosit, LED, golongan darah,
masa peredaran dan masa pembekuan)
- Pemeriksaan biokimia darah meliputi SGOt dan SGPT.
- Pemeriksaan kardiovaskular, antara lain EKG.
- Pemeriksaan system respiratorius dan urologi serta tes alergi terhadap obat.

1. Operasi

Operasi bertujuan untuk mengambil atau merusak kanker. Operasi ini


dapat menggunakan bedah mikrografik ataupun laser. Tujuan utama tindakan
ini adalah untuk mengangkkat keseluruhan tumor/kanker. Operasi sederhana
dilakukan pada tingkat stadium awal (prakanker) dari stadium 0-1a. Operasi
tersebut dapat disebut dengan konisasi. Konisasi adalah pembuatan sayatan
berbentuk kerucut pada serviks dan kanal serviks. Karena masih di stadium
awal, kanker masih berada di sel-sel selaput lendir. Operasi ini dapat dilakukan

14
jika klien masih ingin hamil. Apabila klien tidak ingin hamil, maka akan
dilakukan histerektomi simple (pengangkatan rahim secara keseluruhan).

Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan untuk


mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya (subtotal).
Biasanya dilakukan pada klien stadium 1a sampai 2a. Umur klien juga
sebaiknya sebelum menopause, atau bila dalam kadaan umum baik, dapat juga
pada klien berumur kurang dari 65 tahun. Klien juga harus terbebas dari
penyakit umum beresiko tinggi, seperti penyakit jantung, ginjal, dan hepar.

Histerektomi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Total histerektomi: pengangkatan seluruh rahim dan serviks


2. Radikal histerektomi: pengangkatan seluruh rahim dan serviks, indung
telur, tuba falopi, maupun kelenjar getah bening di dekatnya.

Pada klien stadium 1a biasanya diobati dengan histerektomi. Selain itu


juga dapat dilakukan metode LEEP (Loop Electrosurgical excision Procedure),
yaitu metode dengan menggunakan arus listrik yang dilewati pada kawat tipis
untuk memotong jaringan abnormal kanker serviks. Atau juga metode Cone
Biopsy juga dapat menjadi pilihan. Selain beberapa alternatif tersebut, ada
alternatif lain yang dapat dijadikan pilihan yaitu Crysurgery (pengobatan
dengan cara membekukan dan menghancurkan jaringan abnormal) dan bedah
laser (untuk memotong jaringan atau permukaan lesi pada kanker serviks).

Kanker serviks stadium awal 1b dan 2a, apabila ukuran tumor lebih
kecil dari 4cm, maka dapat dilakukan radikal histerektomi ataupun radioterapi
dengan/tanpa kemoterapi. Namun apabila ukuran tummor lebih dari 4cm,
maka harus dilakukan radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin,
histerektomi, ataupun kemoterapi berbasis cisplatin yang dilanjutkan dengan
histerektomi.

2) Kemoterapi

Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat


melalui infus, tablet, atau intramuskuler (Prayetni, 1997). Obat kemoterapi
digunakan utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat

15
perkembangannya. Beberapa kanker mempunyai penyembuhan yang dapat
diiperkirakan atau dapat disembuhkan dengan pengobatan kemoterapi. Dalam
hal lain, pengobatan kemoterapi mungkin hanya dapat dberikan untuk
mencegah kanker kambuh, ini biasa disebut dengan pengobatan adjuvant.

Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol


penyakit dalam periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin sembuh.
Apabila kanker menyebar luas dan dalam fase akhir, maka kemoterapi ini
digunakan sebagai paliatif untuk memberikan kualitas hidup yang lebih baik.
Contoh obat kemoterapi pada kasus kanker serviks adalah CAP
(Cyclophopamide Adremcin Platamin), PVB (Platamin Veble Bleomycin) dan
lain-lain. Cara pemberian obat kemoterapi adalah dengan ditelan, disuntik, dan
diinfus. Obat kemoterapi yang paling sering dgunakan sebagai terapi
awal atau bersama terapi radiasi pada stadium 2a, 2b, 3a, dan 4a adalah:
Cisplatin, Fluorouracil (5-FU). Sedangkan pada stadium 4b atau recurrent obat
yang sering digunakan adalah Mitomycin, Paclitaxel, Ifosfamide, dan
Topotecan.

3) Radiasi

Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan sinar ionisasi (sinar x)


yang digunakan untuk merusak sel-sel kanker. Terapi radiasi ini bertujuan
untuk merusak sel tumor pada serviks serta mematikan parametrial dan nodus
limpa pada pelvik. Kanker serviks stadium 2b, 3, dan 4 diobati dengan radiasi.
Metode radioterapi disesuaikan dengan tujuannyayaitu tujuan pengobatan
kuratif dan paliatif. Pengobatan kuratif adalah mematikan sel kanker serta sel
yang telah menjalar ke sekitarnya atau bermetastasis ke kelenjar detah bening
panggul, dengan tetap mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan jaringan
sehat di sekitar seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, dan ureter.
Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium 1-3b.
Apabila sel kanker sudah keluar rongga panggul, maka radioterapi hanya
bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada stadium 4a.

Menurut Reeder dkk (2013), penatalksanaa pada kanker serviks yaitu:

1) Stadium I

16
Kanker serviks pada stadium IA ditangani dengan histerktomi atau dengan
radioterapi, karena kanker masih terbatas di daerah serviks.
2) Stadium IB dan IIA
Pada stadium ini ditangani dengan histerektomi total dan limfadektomi
bilateral.
3) Stadium IIB sampai IVB
Pada stadium ini kanker sudah menyebar melewati daerah serviks sampai
ke organ lain. Penanganan yang dilakukan biasanya dengan radioterapi.

Penatalaksanaan Medis Menurut Tanto (2014) penatalaksanaan medis secara


umum berdasarkan stadium kanker serviks:

STADIUM PENATALAKSANAAN
0 - Biopsi kerucut
- Histerektomi transvaginal
Ia - Biopsi kerucut
- Histerektomi transvaginal
Ib, Iia Histerektomi radikal dengan
limfadenektomi panggul dan evaluasi
kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat
metastasis dilakukan radioterapi pasca
pembedahan)
Iib, III, IV Histerektomi transvaginal
IVa, IVb - Radioterapi
- Radiasi paliatif
- Kemoterapi

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Stadium klinik seharusnya tidak berubah setelah beberapa kali
pemeriksaan.Apabila ada keraguan pada stadiumnya maka stadium yang lebih dini
dianjurkan.Pemeriksaan berikut dianjurkan untuk membantu penegakkan diagnosis
seperti palpasi, inspeksi, kolposkopi, kuretase endoserviks, histeroskopi, sistoskopi,
proktoskopi, intravenous urography, dan pemeriksaan X-ray untuk paru-paru dan
tulang. Kecurigaan infiltrasi pada kandung kemih dan saluran pencernaan
sebaiknya dipastikan dengan biopsi. Konisasi dan amputasi serviks dapat dilakukan
untuk pemeriksaan klinis. Interpretasi dari limfangografi, arteriografi, venografi,
laparoskopi, ultrasonografi, CT scan dan MRI sampai saat ini belum dapat

17
digunakan secara baik untuk staging karsinoma atau deteksi penyebaran karsinoma
karena hasilnya yang sangat subyektif. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala
dan hasil pemeriksaan sebagai berikut (Suharto, 2007):

1. Pemeriksaan Pap Smear


Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal
pada pasien yang tidak memberikan keluhan. Sel kanker dapat diketahui
pada sekret yang diambil dari porsi serviks. Pemeriksaan ini harus mulai
dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah melakukan aktivitas
seksual sebelum itu. Setelah tiga kali hasil pemeriksaan pap smear setiap
tiga tahun sekali sampai usia 65 tahun. Pap smear dapat mendeteksi sampai
90% kasus kanker leher rahim secara akurat dan dengan biaya yang tidak
mahal, akibatnya angka kematian akibat kanker leher rahim pun menurun
sampai lebih dari 50%. Setiap wanita yang telah aktif secara seksual
sebaiknya menjalani pap smear secara teratur yaitu 1 kali setiap tahun.
Apabila selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil pemeriksaan yang
normal, maka pemeriksaan pap smear bisa dilakukan setiap 2 atau 3 tahun
sekali.
Pemeriksaan ini dilakukan di atas kursi pemeriksaan khusus
ginekologis. Sampel sel-sel diambil dari luar serviks dan dari liang serviks
dengan melakukan usapan dengan spatula yang terbuat dari bahan kayu
atau plastik. Setelah usapan dilakukan, sebuah cytobrush (sikat kecil
berbulu halus, untuk mengambil sel-sel serviks) dimasukkan untuk
melakukan usapan dalam kanal serviks.Setelah itu, sel-sel diletakkan dalam
object glass (kaca objek) dan disemprot dengan zat untuk memfiksasi, atau
diletakkan dalam botol yang mengandung zat pengawet, kemudian dikirim
ke laboratorium untuk diperiksa. Waktu yang digunakan dalam pemeriksaan
pap smear dapat dilakukan pada 2 minggu setelah menstruasi dan sebelum
menstruasi berikutnya.

2. Pemeriksaan DNA HPV


Pemeriksaan ini dimasukkan pada skrining bersama-sama dengan Pap’s
smear untuk wanita dengan usia di atas 30 tahun. Tes ini dapat dilakukan pada
sediaan apusan atau cairan vagina dan sel sisa bahan pada sediaan sitologi Pap
smear ataupun dengan biopsis. Deteksi dengan tes DNA HPV adalah salah

18
satu jenis tes pelengkap tes sitologi seperti pap smear. Deteksi DNA HPV bisa
dengan menggunakan PCR dan Hybrid Capture II. PCR pertama kali
dikembangkan oleh Kary Mullis pada tahun 1985 (Nuswantara, 2002). Pada
tahun 1990 Ting dan Manos telah mengembangkan suatu metode
deteksi human papilloma virus dengan PCR. Metode tersebut dikembangkan
dengan mengidentifikasi suatu daerah homologi di dalam genom tipe-tipe
HPV yang kemudian digunakan sebagai dasar untuk mendesain primer untuk
amplifikasi.
Sedangkan teknik pemeriksaan dengan hibridisasi dikenal dengan
istilah teknik Hybrid Capture II System (HC-II). HC-II pada intinya adalah
melakukan teknik hibridisasi yang dapat mendeteksi semua tipe HPV high
risk pada seseorang yang diduga memiliki virus HPV dalam tubuhnya
(Lörincz, 1998).Penggunaan teknik komputerisasi dilakukan untuk
pemeriksaan di tingkat DNA dan RNA, apakah terdapat kemungkinan pasien
tersebut sudah terinfeksi HPV. Jika teknik Pap smear memeriksa adanya
perubahan pada sel (sitologi), teknik HC-II memeriksa pada kondisi yang lebih
awal yaitu terdapatnya kemungkinan seseorang terinfeksi HPV di dalam
tubuhnya sebelum virus tersebut membuat perubahan pada serviks yang
akhirnya dapat mengakibakan terjadinya kanker serviks.
Pengembangan teknik deteksi DNA HPV akhir-akhir ini berupa HC-II
merupakan teknik sederhana dan cara alternatif yang menarik; seperti produk
HC-II. Teknik HC-II adalah sebuah antibody capture/solution
hybridization/signal amplication assay yang memakai deteksi
kualitatif chemiluminescence terhadap DNA HPV (Suwiyoga, 2006) namun
secara umum HC-II ialah suatu teknik berbasis DNA-RNA yang dapat
mendeteksi secara akurat dan cepat (Nainggolan, 2006).

3. Biopsi
Biopsi serviks dilakukan dengan cara mengambil sejumlah contoh
jaringan serviks untuk kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Dibutuhkan
hanya beberapa detik untuk melakukan biopsi contoh jaringan dan hanya
menimbulkan ketidaknyamanan dalam waktu yang tidak lama. Jika diperlukan
maka akan dilakukan biospi disekitar area serviks, tergantung pada temuan
saat melakukan colposcopy.Bersamaan dengan biopsi serviks, kuretase

19
endoserviks juga bisa dilakukan. Selama kuretase, dokter akan menggunakan
sikat kecil untuk menghilangkan jaringan pada saluran endoserviks, area
antara uterus dan serviks. Kuretase akan menimbulkan sedikit nyeri, tapi nyeri
akan hilang setelah kuretase dilakukan. Hasil biopsi dan kuretase biasanya
baru bisa dilihat paling tidak 2 minggu.
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu
pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap smear
menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker. Biopsi ini dilakukan untuk
melengkapi hasil pap smear. Teknik yang biasa dilakukan adalah punch biopsy
yang tidak memerlukan anestesi dan teknik cone biopsy yang menggunakan
anestesi. Biopsi dilakukan untuk mengetahui kelainan yang ada pada
serviks.Jaringan yang diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil biopsi
akan memperjelas apakah yang terjadi itu kanker invasif atau hanya tumor saja
(Prayetni, 1997).
4. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses
metaplasia. Pemeriksaan ini kurang efisien dibandingkan dengan pap smear,
karena kolposkopi memerlukan keterampilan dan kemampuan kolposkopis
dalam mengetes darah yang abnormal (Prayetni, 1997).Colposcopy adalah
suatu pengujian yang memungkinkan dokter untuk melihat serviks (leher
rahim) lebih dekat dengan menggunakan sebuah alat bernama colposcope.
Colposcope akan dimasukkan ke dalam vagina dan kemudian gambar yang
ditangkap oleh alat tersebut akan ditampilkan pada layar computer atau
televisi.Dengan cara seperti ini, kondisi yang terjadi dalam leher rahim akan
sangat jelas terlihat. Sebelumnya diberi cairan ke dalam vagina, apabila pada
sel-sel yang abnormal akan terwarnai suatu warna putih atau lainnya, lalu
sample yg abnormal (sudah terwarnai) itu diambil dengan biopsi, dan dibawa
ke laboratorium.
5. Tes Schiller
Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan yodium. Pada
serviks normal akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel
serviks karena adanya glikogen. Sedangkan pada sel epitel serviks yang
mengandung kanker akan menunjukkan warna yang tidak berubah karena
tidak ada glikogen ( Prayetni, 1997).

20
6. Radiologi
a. Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada
saluran pelvik atau peroartik limfe.
b. Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakukan pada kanker serviks tahap
lanjut, yang dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter terminal.
Pemeriksaan radiologi direkomendasikan untuk mengevaluasi kandung kemih
dan rektum yang meliputi sitoskopi, pielogram intravena (IVP), enema barium,
dan sigmoidoskopi. Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau scan CT
abdomen / pelvis digunakan untuk menilai penyebaran lokal dari tumor dan /
atau terkenanya nodus limpa regional (Gale & charette, 1999).
7. USG
USG adalah merupakan alat tes medis non invasif menggunakan resonansi
suara (sonogram) untuk memberikan gambaran kondisi organ yang akan
diperiksa.Pada wanita yang belum aktif secara seksual, memang papsmear
tidak bisa dilakukan. Papsmear tidak bisa digantikan dengan metode USG,
karena gambaran dari pemeriksaan akan memberikan hasil yang tidak sama.
Kanker servik umumnya jarang (atau hampir tidak ada) menyerang wanita
yang belum aktif secara seksual, karena sebagian besar penyebab dari kanker
servik adalah virus HPV yang biasa ditularkan melalui hubungan seksual
dengan kontak langsung penderita HPV.
8. MRI
MRI scan pemindaian memakai medan magnet yang kuat dan gelombang
radio menghasilkan gambar dari dalam tubuh. Berguna untuk melihat apakah
kanker sudah menyebar dan seberapa jauh penyebarannya.
9. CT SCAN

CT scan: pemindaian kondisi tubuh bagian dalam dengan komputer untuk


mendapatkan gambar tiga dimensi. Berguna untuk melihat kanker yang
tumbuh dan apakah kanker sudah menyebar ke bagian tubuh yang lain.

2.1.9 Masalah Keperawatan yang Muncul


A. Sebelum Tindakan Pengobatan:
1. Cemas
2. Nyeri akut
3. Gangguan rasa nyaman
4. Resiko pendarahan
5. Keputusasaan
6. Hipotermia Perioperatif
B. Post radiasi:
1. Risiko Gangguan integritas kulit
2. Risiko disfungsi seksual

21
C. Post operasi:
1. HDR
2. Gangguan konsep diri
3. Risiko disfungsi seksual
D. Post kemo:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. Kekurangan volume cairan
3. Hambatan mobilitas fisik
4. Risiko pendarahan
5. Risiko infeksi
6. Hipertermi
7. Gangguan citra tubuh
8. Disfungsi seksual
9. Ansietas

2.1.10 Pencegahan Kanker Serviks

Pencegahan kanker serviks dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Pencegahan primer
 Menunda onset aktivitas seksual
Menunda aktivitas seksual sampai usia 20 tahun dan berhubungan
secara monogami akan mengurangi risiko kanker serviks secara
signifikan.
 Penggunaan Kontrasepsi Barier
Dokter merekomendasikan kontrasepsi metode barier (kondom,
diafragma, dan spermisida) yang berperan untuk proteksi terhadap agen
virus. Penggunaan lateks lebih dianjurkan daripada kondom yang dibuat
dari kulit kambing.
 Penggunaan Vaksinasi HPV
Vaksinasi HPV yang diberikan kepada pasien bisa mengurangi
infeksi Human Papilomavirus, karena mempunyai proteksi >90%. Vaksin
HPV yang saat ini telah dibuat dan dkembangkan merupakan vaksin L1
(imunogenik mayor) HPV tipe 16 dan 18. Vaksinasi HPV merupakan
upaya pencegahan primer yang diharapkan akan menurunkan terjadinya
infeksi HPV risiko tinggi, menurunkan kejadian karsinogenesis kanker
serviks dan pada akhirnya menurunkan kejadian kanker serviks uteri.
Infeksi HPV tipe 16 dan 18 ditemukan pada 70-80% penderita kanker
serviks, sehingga sejumlah itu pula yang diharapkan dapat menikmati
proteksi terhadap kanker serviks uteri. Pemberian vaksin dilaporkan
memberi proteksi sebesar 89%, karena vaksin tersebut dilaporkan

22
mempunyai cross prorection dengan tipe lain. Vaksin yang mengandung
HPV 16 dan 18 disebut sebagai vaksin bivalent, sedangkan vaksin HPV
tipe 16,18,6, dan 11 disebut sebagai vaksin quadrivalent. HPV tipe 6 dan
11 (HPV risiko rendah) bukan karsinogen sehingga bukan penyebab
kanker serviks.
2. Pencegahan Sekunder
Tes PAP merupakan tes yang dipercaya sebagai pencegahan
sekunder kanker serviks dan tidak mahal. Tes PSP yang pertama dilakukan
ketika wanita menjadi aktif secara seksual atau mencapai usia 18 tahun.
karena tes ini mempunyai risiko false negatif sebesar 5-6%. Tes PAP yang
kedua seharusnya dilakukan saat tahun pemeriksaan yang pertama.
Penyakit Neoplastik serviks biasanya berkembang dan displasi menjadi
karsinoma insitu kemudian menjadi karsinoma invasif. Perkembangan
dari awal sampai akhir ini biasanya membutuhkan waktu 8-30 tahun. oleh
karena itu, dokter dapat mendeteksi dan menghentikan penyakit ini
dengan mengikuti jadwal tes PAP yang dianjurkan. Penurunan nsiden dan
kematian akibat kanker serviks berkaitan dengan skrining. Diperkirakan
sebanyak 40% kanker serviks invasif dapat dicegah dengan skrining pap
interval 3 tahun. semakin besar jumlah hasil negatif yang didapat, maka
akan semakin kecil risiko berkembangnya tumor serviks invasif.
Tujuan tes pap adalah untuk menemukan sel-sel kanker serviks
dalam stadium dini. Secara umum pemeriksaan tes PAP adalah untuk
mengetahui sel-sel serviks tesebut:
 Normal atau tidak
 Jenis kelainannya radang, prakanker atau kanker
 Derajat kelainan
 Evaluasi sitohormonal

Selain melihat gambaran sel-selnya, pemeriksaan sitologi juga


sekaligus dapat memberikan informasimengenai orgasme penyebab
peradangan serta memantau hasil terapi.

2.2 Kanker Ovarium

23
2.2.1 Definisi

Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol, mempunyai


kemampuan untuk menginvasi dan bermetastasi.Kanker ovarium terjadi ketika sel-sel
pada ovarium berubah dan tumbuh tidak terkendali. Kanker indung telur atau kanker
ovarium adalah tumor ganas padaovarium (indung telur) yang paling sering
ditemukan pada wanita berusia 50-70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke
bagian lain, panggul, dan perut melalui kelenjar getah bening dan melalui sistem
pembuluh darah dapat menyebar ke hati dan paru-paru. Kanker ovarium berasal dari
sel-sel yang menyusun, yaitu sel epithelial,sel germinal, dan sel stromal. Sel kanker
dalam ovarium juga dapat berasal dari metastesis organ lainnya terutama sel kanker
payudara dan kanker kolon tapi tidak dapat dikatakan sebagai kanker ovarium.

2.2.2 Manifestasi Klinis

Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama. Gejala
umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.
a. Stadium Awal
(1) Gangguan haid
(2) Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)
(3) Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)
(4) Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)
(5) Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul)
(6) Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan pada
lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan
rambut)
b. Stadium Lanjut
(1) Asites
(2) Penyebaran ke omentum (lemak perut)
(3) Perut membuncit
(4) Kembung dan mual
(5) Gangguan nafsu makan
(6) Gangguan BAB dan BAK
(7) Sesak nafas
(8) Dyspepsia

24
2.2.3 Stadium
Stadium I Pertumbuhan terbatas pada ovarium
Stadium Ia Pertumbuhan terbatas pada satu ovarium, tidak ada asites,
tidak ada tumor pada permukaan eksternal, kapsul utuh
Stadium Ib Pertumbuhan terbatas pada dua ovarium, tidak ada asites,
tidak ada tumor pada permukaan eksternal, kapsul utuh
Stadium Ic Tumor stadium Ia atau Ib; namun tumor terletak pada
permukaan salah satu atau kedua ovarium, kapsul
mengalami rupture, terdapat asites yang mengandung sel
ganas, atau bilas peritoneum menunjukan hasil positif
Stadium II Pertumbuhan terjadi pada salah satu atau kedua ovarium
dengan perluasan ke panggul
Stadium IIa Perluasan atau metastasis ke uterus atau tuba
Stadium IIb Perluasan ke jaringan panggul lain
Stadium IIIc Tumor stadium IIa atau IIb; namun tumor terletak pada
permukaan salah satu atau kedua ovarium, kapsul
mengalami rupture, terdapat asites yang mengandung sel
ganas, atau bilas peritoneum menunjukan hasil positif
Stadium III Tumor terdapat pada salah satu atau kedua ovarium;
implan peritoneum terletak di luar panggul atau nodus
retroperitoneum atau inguinal positif. Metastase ke
permukaan hati terjadi pada stadium III. Tumor terbatas
pada panggul minor, tetapi pemeriksaan histologis
membuktikan perluasan ganas ke usus halus atau
omentrium
Stadium IIIa Tumor sangat terbatas pada panggul minor; nodus
negative, tetapi pemeriksaan histologis membenarkan
adanya penyebaran mikroskopik ke permukaan
peritoneum abdomen
Stadium IIIb Tumor terdapat pada salah satu atau kedua ovarium;
pemeriksaan histologis menunjukan adanya implan pada
permukaan peritoneum abdomen, dengan diameter tidak

25
lebih dari 2 cm; nodus negatif
Stadium IIIc Diameter implant abdomen lebih dari 2 cm atau nodus
retroperitoneum atau inguinal positif
Sadium IV Pertumbuhan terjadi pada salah satu atau kedua ovarium
dengan metastase yang jauh. Jika terdapat efusi pleura,
hasil sitologi untuk stadium IV dipastikan positif.
Metastase ke parenkim hati terjadi pada stadium IV
Kategori Khusus Kasus yang tidak dieksplorasi, tetapi diduga sebagai
karsinoma ovarium dimasukkan ke dalam kategori khusus

2.2.4 Jenis
Ovarium terbentuk dari 3 sel utama yang dapat berkembang menjadi beberapa jenis
kanker ovarium yaitu:

 Tumor epitel, yaitu tumor yang tumbuh pada permukaan ovarium


 Tumor sel germinal, yaitu tumor yang tumbuh pada sel telur
 Tumor stroma, yaitu tumor yang tumbuh pada lapisan penyokong ovarium
yang menghasilkan hormone estrogen dan progesterone

2.2.5 Etiologi

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, bayak
teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium. Adapun penyebab dari
kanker ovarium, yaitu:
a. Hipotesis incessant ovulation
Teori meyatakan bahwaterjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium
untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-
sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasimenjadi sel-
sel tumor. Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup atau jumlah anak yang
dimiliki oleh seorang wanita. Dalam paritas terjadi pelepasan sel ovum dari
ovarium sehingga menyebabkan produksi estrogen untuk poliferasi epitel
ovarium. Beberapa hipotesis mengungkapkan bahwa tingginya paritas justru
menjadi faktor protektif terhadap kanker ovarium, salah satunya adalah adalah
hipotesis incessant ovulation yangmenyebutkan bahwa pada saat terjadinya
ovulasi akan terjadi kerusakan pada epitel ovarium. Untuk proses perbaikan
kerusakan ini diperlukan waktu tertentu. Apabila kerusakan epitel ini terjadi

26
berkali-kali terutama jika sebelum penyembuhan sempurna tercapai, atau
dengan kata lain masa istirahat seltidak adekuat,maka proses perbaikan
tersebut akan mengalami gangguan sehingga dapat terjadi transformasi
menjadi sel-sel neoplastik. Hal inidapat menjelaskan bahwa wanita yang
memiliki paritas selama 2 kali akan menurunkan risiko terkena kanker
ovarium.
b. Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peranan penting dalam terbentuknya kanker
ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium
mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in vitro, androgen dapat
menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.

2.2.6 Faktor Risiko

Berikut ini adalah beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan


kemungkinan seseorang perempuan mengidap kanker ovarium (Roohe, 2015)
1. Riwayat kesehatan keluarga
Memiliki riwayat kesehatan keluarga dari ibu atau saudara perempuan
yang pernah mengidap kanker ovarium, payudara, atau uterus
2. Faktor usia
Perempuan di atas usia 50 tahun memiliki faktor risiko lebih besar
terhadap kanker ovarium
3. Melahirkan dan menopause
Perempuan yang belum memiliki keturunan, belum pernah mengonsumsi
pil kontrasepsi, mengalami haid dini atau menopause yang terlambat
memiliki risiko kanker ovarium yang lebih besar
4. Riwayat kesehatan
Pernah mengalami masalah ginekologi, seperti kista atau endometrium di
ovarium
5. Pola hidup
Obesitas,makanan tinggi lemak, perokok aktif atau pasif, dan jarang
melakukan aktivitas fisik

2.2.7 Patofisiologi

Kebanyakan teori patofisiologi kanker ovarium meliputi konsep yang dimulai


dengan dedifferentiation dari sel-sel yang melapisi ovarium. Selama ovulasi, sel-sel

27
ini dapat dimasukkan ke dalam ovarium, di mana mereka kemudian berkembang biak.
Kanker ovarium biasanya menyebar ke permukaan peritoneum dan omentum.
Kanker epitel ovarium, epitel biasanya tidak menyerang ke ruang organ
parenkimnya, melainkan hanya menempel pada permukaan organnya saja. Sel tumor
tumbuh di sepanjang selaput rongga peritoneum dan mesentrium usus yang
menunjukkan fase metastasis. Transformasi maligna terkait dengan mutase gen p53
dan mutase dari proto-onkogen, BRAF (v-raf sarcoma murine onkogen virus homolog
B1), dan KRAS. Se kanker yang terkelupas secara tidak sengaja akan ikut mengalir
dalam sirkulasi cairan peritoneal secara alami, sel tersebut akan mengalir di sepanjang
selokan paracolic dan ruang sub-diagfragma. Hal inilah yang membuat hati dan
diagfragma peritoneum memiliki kemungkinan terbesar untuk menjadi implantasi
tumor disana. Pola penyebaran awal kanker ovarium adalah melalui penyebaran
langsung atau drainase limfatik. Sedangkan penyebaran hematogen biasanya baru di
akhir proses penyakit
Karsinoma ovarium bisa menyebar dengan ekstensi lokal, invasi limfatik,
implantasi intraperitoneal, penyebaran hematogen, dan bagian transdiaphragmatic.
Penyebaran intraperitoneal adalah karakteristik yang paling umum dan diakui dari
kanker ovarium. Sel-sel ganas dapat implan di mana saja dalam rongga peritoneal
tetapi lebih cenderung untuk menanamkan di situs statis sepanjang sirkulasi cairan
peritoneum. Seperti dibahas selanjutnya, mekanisme penyebaran mewakili pemikiran
untuk melakukan pementasan bedah, operasi debulking, dan administrasi kemoterapi
intraperitoneal. Sebaliknya, penyebaran hematogen secara klinis yang tidak biasa
pada awal proses penyakit, meskipun tidak jarang terjadi pada pasien dengan penyakit
lanjut.
Kanker ovarium disebabkan oleh zat-zat karsinogenik sehingga terjaditumor
primer, di mana akan terjadiinfiltrasi di sekitar jaringan dan akanterjadi implantasi.
Implantasi merupakan ciri khas dari tumor ganas ovarium.Gejala yang terjadi pada
kanker ovarium adalah gejala samar dan ascites. Ascites adalah kelebihan volume
cairan di rongga perut, sedangkan gejalasamarnya, yaitu perut sebah, makan sedikit
tapi cepat kenyang, seringkembung, dan nafsu makan menurun.
Manifestasi klinik terutama berupa rasa tidak enak di perut bagian bawah atau
tenesmus. Pada stadium awal dapat timbul acites; dengan cepat kankertumbuh
melapaui kavum pelvis hingga teraba massa, menstruasi tidak teratur,dapat timubl
pendarahan per vaginam. Tanda dan gejala pada pasien kankerovarium bervariasi dan
tidak spesifik. Pada stadium awal berupa menstruasiyang tidak teratur, ketegangan

28
menstrual yang meningkat, menoragia, nyeritekan pada payudara, menopause dini,
rasa tidak nyaman pada abdomen,dyspepsia, tekanan pada pelvis, sering
berkemih, flatulenes, rasa begah setelah makan makanan kecil, lingkar abdomen yang
terus meningkat. Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala,
terutama tumor ovarium kecil. Sebagian tanda dan gejala akibat dari
pertumbuhan,aktivitas hormonal dan komplikasi tumor-tumor tersebut.

1) Akibat pertumbuhan, di mana adanya tumor di dalam perut bagian bawahbisa


menyebabkan pembesaran perut, tekanan terhadap alat sekitarnya, disebabkan
oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Selain gangguan miksi,
tekanan tumor dapat mengakibatkan konstipasi, edema,tumor yang besar dapat
mengakibatkan tidak nafsu makan dan rasa sakit.

2) Aktivitas-aktivitas hormonal, di mana pada umumnya tumor ovarium tidak


menganggu pola haid kecuali jika tumor itu sendiri mengeluarkan hormon.
3) Akibat Komplikasi
a. Pendarahn pada kista: Perdarahan biasanya sedikit, kalau tidak sekonyong-
konyong dalam jumlah banyak akan terjadi distensi dan menimbulkan nyeri
perut.
b. Torsi : Torsi atau putaran tangkai menyebabkan tarikan melalui ligamentum
infundibulo pelvikum terhadap peritonium parietal dan menimbulkan rasa
sakit.
c. Infeksi pada tumor : Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di dekat tumor ada
tumor kuman patogen seperti appendicitis, divertikalitis, atau salpingitis
akut.
d. Robekan inding kista : Robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul
secara akut, maka perdarahan dapat sampai ke rongga peritonium
dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus.
e. Perubahan keganasan : Dapat terjadi pada beberapa kista jinak,sehingga
setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang
seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasan. Tumor ganas
merupakan kumpulan tumor dan histiogenesisyang beraneka ragam, dapat
berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal)
dengan sifat histiologis maupun biologis yang beraneka ragam, kira-kira
60% terdapat pada usia perimenopause 30% dalam masa reproduksi dan
10% usia jauh lebih muda.Tumor ovarium yang ganas, menyebar secara
limfogen ke kelenjar paraaorta, medistinal dan supraclavikular. Untuk

29
selanjutnya menyebar kealat-alat yang jauh terutama paru-paru, hati dan
otak, obstruksi usus dan ureter merupakan masalah yang sering menyertai
penderita tumor ganas ovarium.

30
2.2.8 WOC

Diet tinggi lemak Alkohol Merokok Riwayat Kanker Infertilitas Tidak pernah melahirkan

Kadar Esterogen Meningkat

Pertumbuhan sel-sel abnormal di ovarium

Spotting (keluar Rencana tindakan Kurang MK: Defisiensi


MK: Keletihan Kehilangan darah Ca Ovarium
bercak darah) pembedahan pengetahuan Pengetahuan

Invasif Menekan Menekan saraf


Kematian
Sel darah merah jaringan sekitar
menurun Metastase
Pelepasan mediator
kimiawi
Sumplai Nutrisi dan
Rongga vaskuler limfe Pembuluh darah
Oksigen ke jaringan
tidak adekuat Talamus
Obstruksi Metastase Metastase
Jaringan kekurangan kelenjar limfe ke otak ke paru Korteks serebri
Hipoksia
O2 dan nutrisi
Oedema Kematian Dispnea Persepsi nyeri
MK: Resiko
Tubuh menjadi
Cidera
cepat lelah Hipoksemia
MK: Nyeri MK: Nyeri
Akut Kronis
Imunitas menurun

MK: Resiko Infeksi

31
2.2.9 Masalah Keperawatan yang Muncul

1. Nyeri akut dan kronis


2. Defisiensi pengetahuan
3. Keletihan
4. Resiko cidera
5. Resiko infeksi

2.2.10 Pencegahan

1. Pola makan seimbang, seperti sayuran, wortel, jagung, karbohidrat, vitamin A,


vitamin C, dan makanan yang kaya akan serat
2. Diet yang seimbang, terutama hindari diet yang tinggi kandungan lemak
3. Pemeriksaan rutin, wanita di atas 45 tahun, dianjurkan untuk 3 sampai 6 bulan
sekali melakukan pemeriksaan ginekologi atau USG untuk deteksi dini ca
ovarium
4. Berolahraga secara rutin
5. Wanita yang memiliki disfungsi ovarium jangka panjang harus menjalani
perawatan aktif
6. Emosi yang stabil dan manajemen stress yang efektif
7. Menggunakan kontrasepsi oral selama lebih dari 5 tahun
8. Menjalani kehamilan dan menyusui
9. Meningkatkan aktivitas fisik

2.2.11 Pemeriksaan Penunjang


a) Pemeriksaan USG dapat membedakan lesi/tumor yang solid dan kristik serta
memeriksa perut dan panggul menunjukkan massa ovarium dan ascites.
b) Tes laboratorium
Tes alkaline phosphatase (ALP) yaitu suatu tes laboratorium dimana kadar
ALP yang tinggi menunjukkan adanya sumbatan empedu atau kanker yang
telah bermetastasis.
c) X-ray merupakan pemeriksaan bagian dalam tubuh dengan memancarkan
gelombang lalu mengukur serapannya pada bagian tubuh yang sedang
diperiksa.
d) USG Ginekologi
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang dalam diagnosis suatu
tumor ganas atau jinak. Pada keganasan akan memberikan gambran dengan
septa internal, padat, berpapil, dan dapat ditemukan adanya asites.
e) Parasentesis cairan asites

32
Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada penderita
dengan asites yang disertai massa pelvis, karena dapat menyebabkan pecahnya
dinding kista akibat bagian yang diduga asites ternyata kista yang memenuhi
rongga perut. Pengeluaran cairan asites hanya dibenarkan apabila penderita
mengeluh sesak akibat desakan pada diafragma. Bila terdapat cairan ascites
yang tidak dapat diterangkan asalnya atau sebabnya (misalnya akibat Cirrhosis
hepatis), laparatomi eksploratif harus dijalankan.
f) Tumor Marker
Serum CA 125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling sering
digunakan dalam penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering
disertai keterbatasan. Perhatian telah pula diarahkan pada adanya petanda
tumor untuk jenis sel germinal, antara lain Alpha-fetoprotein (AFP), Lactic
acid dehydrogenase (LDH), human placental lactogen (hPL), plasenta-like
alkaline phosphatase (PLAP), dan human chorionic gonadotrophin (hCG).

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Asuhan Keperawatan Kanker Serviks


a) Pengkajian
Identitas Klien :
Nama, tempat, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama, berat badan, tinggi
badan, suku, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan,alamat, diagnosa medis .
Keluhan utama :
33
Badan terasa lemas,lesu, tidak nafsu makan, nyeri perut bagian bawah.
Riwayat Kesehatan:
1. Nyeri Pelvis Umum :
- Lokasi, durasi, radiasi nyeri
- Rasa terbakar, berdenyut, sakit
- Riwayat pembedahan pelvis atau abdomen
- Riwayat trauma
- Obat bebas, obat tradisional yang dicoba dan tingkat keberhasilan
2. Perdarahan Uterus Abnormal :
- Menstruasi yang terlompat atau memanjang
- Menstruasi yang nyeri
- Perdarahan yang banyak
- Hubungan seksual akhir-akhir ini
- Nyeri dengan perdarahan
- Kemungkinan kehamilan
3. Invertilitas :
- Usia pasangan
- Lamanya waktu berusaha hamil
- Waktu hubungan terhadap ovulasi
- Siklus menstruasi
- Riwayat papsmear
- Riwayat PMS
- Riwayat kehamilan sebelumnya
- Riwayat abortus spontan
- Metode kontrasespsi sebelumnya
- Riwayat penggunaan obat fertilitas
- Pasangan laki-laki telat dievaluasi
4. Infeksi
- Lokasi
- Durasi
- Demam atau menggigil
- Keluhan yang berhubungan
- Karakteristik keputihan

34
- Keluhan perkemihan
- Riwayat pasangan seksual
- Percobaan pengobatan sendiri
5. Riwayat Menstruasi
- Periode menstruasi terakhir
- Usia menarche
- Frekuensi atau keteraturan
- Jumlah hari menstruasi
- Produk yang digunakan
- Keluhan seperti menoraghea, amenoraghea, perdarahan yang tidak biasa
6. Kesehatan Seksual
- Usia saat pengalaman pertama
- Jumlah pasangan
- Perilaku berisiko
- Masalah seksual
- Pelecehan seksual
7. Riwayat Obstetrik
- Sedang hamil
- Riwayat aborsi elektif dan spontan
- Lamanya kelahiran
- Jenis kelahiran
- Tempat melahirkan
b) Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum pasien tampak lemah. Pemeriksaan TTV didapatkan hasil :
TD, nadi, RR, suhu
 Pemeriksaan kepala : bentuk kepala klien simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada
hematom, rambut klien bersih tidak rontok.
 Pemeriksaan muka : bentuk muka klien simetris, muka klien nampak pucat dan
berkeringat, tidak ada lesi pada muka klien. Sklera klien berwarna putih bersih,
terdapat sekret pada mata, konjungtiva anemis.Hidung klien simetris, tidak ada
septum deviasi, tidak ada lesi juga tidak ada epistaksis, tidak ada polip. Pada
pemeriksaan bibir klien didapatkan bibir klien kering, tidak ada stomatitis. Pada
telinga klien bentuknya simetris, telinga klien sedikit kotor.

35
 Pemeriksaan leher ,tidak terdapat pembesaran pada kelenjar thyroid, tidak ada
kaku kuduk, reflek menelan baik, dan saat dilakukan pengukuran JVP didapatkan
nilai 2 yang berarti tidak ada pelebaran JVP
 Pemeriksaan dada : saat dilakukan insfeksi bentuk dada,bentuk dada normal, saat
dilakukan palpasi vokal fremitus getaran nya sama antara kanan dan kiri, saat
dilakukan pemeriksaan pengembangan paru normal, pada pemeriksaan Auskultasi
paru mendapatkan bunyi bronkountuk mengetahui suara nafas. Pada jantung yang
perlu dikaji adalah palpasi pulsasi katup teraba kuat, katup pulmonal teraba kuat,
katup trikuspidalis teraba kuat, iktus kordis teraba kuat. Auskultasi bunyi jantung
S1 S2 normal.
 Pemeriksaan abdomen :
1.1. Inspeksi : abdomen klien asites dan teraba keras.
1.2. Auskultasi : karakter, lokasi & frekuensi peristaltik usus, suara Bruit : bunyi
aorta,
arteri renal, arteri iliaka.
1.3. Palpasi : untuk mengkaji ukuran hepar, lien & ginjal, kaji nyeri tekan.
1.4. Perkusi : Kaji jenis & lokasi bunyiàtympani (normal pd usus) hypertimpani
(kembung), menentukan batas hepar.
 Pada Genetalia klien warnanya sama dengan warna kulit,tidak terdapat lesi pada
vulva, ada cairan abnormal pada genitalia klien. Pada palpasi tidak terdapat
nyeri.
 Rectum klien normal ditandai dengan kulit di sekitar rektum tidak terdapat
kemereahan ataupun lesi. Saat dilakukan palpasi tidak terasa nyeri.
 Pengkajian ekstremitas: tonus klien lemah, klien tidak bertenaga

c) Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1 Nyeri Kronis Setelah dilakukan tindakan Pemberian Analgesik
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam (2210)
dengan pasca- diharapkan nyeri akut dapat
1. Cek perintah
trauma karena
36
gangguan (mis., teratasi dengan kriteria hasil: pengobatan meliputi
infeksi, inflamasi) obat, dosis, dan
frekuensi obat
Kontrol Nyeri (1605) analgesik yang

(Domain 12, kelas diresepkan


1. Klien dapat mengenali
1, kode 00133) Rasional: Untuk mengetahui
kapan nyeri terjadi
apakah pasien mnegikuti
(160502)
2. Klien dapat melakukan prosedur pengobatan dengan
Definisi : tindakan pencegahan benar atau tidak.
(160503) 2. Pilih analgesic atau
Pengalaman 3. Menggunakan analgesic
kombinasi analgesic
sensorik dan yang direkomendasikan
yang sesuai ketika lebih
emosional tidak (160505)
4. Klien dapat melaporkan dari satu diberikan
menyenangkan
perubahan terhadap gejala Rasional: untu mempercepat
dengan kerusakan penyembuhan atau
nyeri pada professional
jaringan actual atau kesehatan (160513) menghilangkan rasa nyeri.
potensial, atau 5. Klien dapat melaporkan
3. Berikan analgesic
digambarkan gejala yang tidak terkontrol
sesuai waktu paruhnya,
pada professional
sebagai suatu terutama pada nyeri
kesehatan (160507)
kerusakan yang berat
Tingkat Nyeri (2102)
(international Rasional: Agar terhindar dari
association for the 1. Klien tidak merasakan resistensi obat dan obat bekrja

study of pain) nyeri kembali (210901) seperti yang diharapkan


2. Klien tidak mengerang dan
awitan yang tiba- 4. Kolabirasikan dengan
menangis (210217)
tiba atau lambat 3. Klien dapat beristirahat dokter apakah obat,
dengan intensitas (210208) dosis, rute pemberian,
4. Nafsu makan klien kembali
dari hingga berat, atau perubahan interval
normal (210215)
terjadi konstan atau dibutuhkan, buat

berulang tanpa rekomendasi khsusus


Kepuasan Klien: Manajemen
berdasarkan prinsip
akhir yang dapat di
Nyeri (3016) analgesic
antisipasi atau
1. Nyeri terkontrol Rasional: untuk menyesuaikan
klien
diprediksi dan
sepenuhnya (301601) dengan status perkembangan
berlangsung lebih 2. Efek samping obat kesehatan pasien.
dari tiga (>3) terpantau (301603)
bulan. 3. Mengambil tindakan untuk

37
mengurangi nyeri (301604)
Memberikan pilihan-pilihan untuk
Manajemen Nyeri (1400)
manajemen nyeri (301608)
1. Memastikan perawatan
analgesik pada klien
dilakukan dengan
pemantauan
Rasional: perawat
memastikan perwatan
analgesik guna menurunkan
tingkat nyeri yang dialami
klien

2. Berkolaborasi dengan
klien faktor-faktor yang
dapat menurunkan atau
memperberat nyeri
Rasional: gali bersama klien
mengenai faktor-faktor agar
perawat mengetahui faktor
yang dapat mempengaruhi
nyeri klien

3. Mengevaluasi bersama
klien dan tim kesehatan
lainnya, mengenai
efektifitas tindakan
pengontrolan nyeri
yang pernah digunakan
sebelumnya
Rasional: mengevaluasi
bersama klien dan tim
lainnya agar memudahkan
perawat datau tenaga
kesehatan lainnya dalam
memberikan tindakan

38
selanjutnya

4. Mengajarkan prinsip-
prinsip manajemen
nyeri
Rasional: mengajarkan klien
agar dapat mengatasi nyeri
secara mandiri

Pengalihan (5900)

1. Mengidentifikasi
bersama klien
mengenai daftar
kegiatan yang
menyenangkan
(misalnya.,berbicara
bersama teman atau
keluarga)
Rasional: perawat
mengidentifikasi hal tersebut
guna meningkatkan ketepatan
dan keberhasilan dalam masa
pengalihan nyeri

2. Memotivasi klien untuk


memilih teknik
pengalihan yang
diinginkan (misalnya.,
music, video humor
atau latihan nafas
dalam)
Rasional: perawat
memotivasi klien agar
meningkatkan keefektifan
teknik dalam pengalihan rasa

39
nyeri

3. Menyarankan teknik
pengalihan yang sesuai
dengan tingkat
energi,usia, dan
kemampuan
Rasional: menyarankan hal
tersebut kepada klien agar
meningkatkan derajat
keberhasilan dalam prosedur
perawatan

4. Melibatkan keluarga
dan orang terdekat serta
memberikan
pengajaran yang
diperlukan
Rasional: melibatkan orang
terdekat klien dapat
mengalihkan nyeri pada klien.
2 Resiko cidera Setelah dilakukan tindakan Monitor Nutrisi ( 1160 )
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam
1. Memonitor
dengan pajanan diharapkan masalah keperawatan kecenderungan turun
pada kimia toksik resiko cidera dapat teratasi dan naiknya berat
dengan kriteria hasil : badan
Rasional: Pasien yang telah
(Domain 11, kelas melakukan kemoterapi nafsu
2 , kode 00035) Keparahan Cedera Fisik makannya akan menurun
(1913) sehingga akan mempengaruhi
berat badan.
1 Tidak ada lecet pada kulit
Definisi :
pasien 2. Memonitor turgor kulit
2 Tidak ada memar pada kulit dan mobilitas
Rentan mengalami
pasien Rasional: Pasien yang telah
cedera fisik akibat 3 Tidak ada luka bakar pada
kondisi lingkungan melakukan kemoterapi akan
kulit pasien
4 Tidak ada prdarahan pada mengalami masalah mengenai
yang berinteraksi
pasien

40
dengan sumber 5 Tidak ada kerusakan kulitnya.
adaptif dan sumber kognisi
3. Indentifikasi
defensive individu , abnormalitas kulit
yang dapat Status Nutrisi: Asupan Nutrisi Rasional: Pasien yang telah
mengganggu (1008) melakukan keoterapi akan
kesehatan. mengalami masalah mengenai
1. Asupan kalori pasien
kulitnya. Seperti kulit akan
adekuat
2. Asupan protein pasien kering dan lain sebagainya
adekuat 4. Identifikasi adanya
3. Asupan karbohidrat pasien
abnormalitas rambut
adekuat
4. Asupan mineral pasien Rasional: Pasien yang telah
adekuat melakukan keoterapi akan
mengalami masalah mengenai
rambutnya.
Kontrol Resiko (2102)
5. Memonitor adanya
1 Pasien dapat mencari
mual dan muntah
informasi tentang resiko
Rasional: Pasien yang telah
kesehata.
2 Dapat memonitor factor melakukan keoterapi akan
resiko individu berisiko mudah mengalami
3 Pasien dapat berpartisipasi
mual dan muntah
dalam skrining resiko
4 Pasien dapat menggunakan 6. Identifikasi perubahan
system dukungan personal nafsu makan dan
untuk mengurangi resiko aktivitas akhir-akhir ini
5 Pasien dapat mengenali
Rasional: Pasien kemoterapi
perubahan status kesehatan.
akan mengalami perubahan
nafsu makan menurun karena

Keefektifan Pompa Jantung pasien akan sering mengalami


(0400) mual.

7. Tentukan factor-faktor
1. Tekanan darah sistol pasien
yang memengaruhi
kembali normal
2. Tekanan darah diastole asupan nutrisi.
pasien kembali normal Rasional: Dengan menentukan
3. Kelelahan yang dirasakan factor-faktor yang
pasien hilang mempengaruhi kita bisa
4. Pasien tidak lagi

41
mengalami pucat. mengatasi masalah sesuai
dengan penyebab tersebut.

Identifikasi Risiko (6610)

1. Pertimbangkan
pemenuhan terhadap
perawatan dan medis
dan perawatan
Rasional: Mempertimbang
perawatan kepada pasien dapat
memberikan rasa nyaman dan
kesesuaian dengan status
kesehatan pasien.

2. Implementasikan
aktivitas-aktivitas
pengurangan resiko
Rasional: Kemoterapi
memiliki beberapa resiko maka
tugas perawat yaitu mengontrol
resiko tersebut agar tidak
memberikan ketidaknyamanan
pada pasien.

3. Rencanakan monitor
resiko kesehatan dalam
jangka panjang
Rasional: Monitor resiko
jangka Panjang dapat
membantu pasien untuk
mencegah resiko tersebut agar
tidak berkelanjutan.

Pencegahan Perdarahan
(4010)

42
1. Memonitor dengan
ketat resiko terjadinya
perdarahan pada pasien
Rasional: Perdarahan sering
terjadi kepada pasien
kemoterapi seprti mimisan dll.
Dengan seperti itu perawat
harus dapat mencegah
perdarahan tersebut
berkelanjutan.

2. Memonitor komponen
koagulasi darah, PTT,
dan trombosit hitung
dengan cepat
Rasional: Dengan memonitor
koagulasi darah dapat
mencegah apabila perdarahan
terus berlanjut dan dapat
memantau frekuensi dan jumlah
darah yang keluar.

3. Memonitor tanda dan


gejala perdarahan
menetap .
Rasional: Dengan
memonitoring perdarahan
menetap. Perawat dapat
melakukan pencegahan bahkan
penyembuhan agar perdarahan
akbat kemoterapi dapat
berhenti.

4. Menginstruksikan
pasien dan keluarga
untuk memonitor
tanda-tanda perdarahan
dan mengambil

43
tindakan yang tepat jika
terjadi perdarahan.
Rasional: Dengan
berkolaborasi dengan keluarga
dapat membantu pasien jika
sewaktu-waktu pasien
mengalami perdarahan di
rumah keluarga dapat
menanginya dengan tepat.
3 Resiko kekurangan Setelah dilakukan tindakan Pengurangan Pendarahan (
volume cairan b.d keperawatan selama 3 x 24 jam 3350 )
factor yang diharapkan masalah keperawatan
1. Memonitor pasien akan
memengaruhi resiko kekurangan volume perdarahan secara tepat
kebutuhan cairan. cairan dapat teratasi dengan Rasional: Memantau apakah
kriteria hasil : perdarahan yang keluar adalah
perdarahan yang normal atau
(Domain 2, kelas tidak. Dengan seperti itu dapat
5 , kode 00028) Keseimbangan Cairan (0601) dilakukannya tindakan yang
sesuai.
1. Keseimbangan intake dan
output dalam 24 jam pasien 2. Memonitor jumlah dan
Definisi :
tidak terganggu sifat kehilangan darah
2. Turgor kulit pasien tidak
Kerentanan Rasional: Kemoterapi berisiko
terganggu
mengalami terjadinya perdarahan, sehingga
3. Berat badan pasien stabil
penurunan volume 4. Pasien tidak lagi pasien akan mudah mengalami
mengalami kehausan anemia. Dengan seperti itu
cairan
diperlukan untuk dilakukannya
intravaskuler,
monitoring.
interstisial, Respon Pengobatan (0007)
dan/atau 3. Memonitor tanda dan
1 Efek teraupetik yang
intraseluler yang gejala perdarahan
diharapkan tidak
persisten.
dapat mengganggu terganggu
2 Perubahan gejala yang Rasional: Dengan
kesehatan
diharapkan tidak memonitoring tanda dan gejala
terganggu perdarahan persisten akan
3 Tidak ada dampak membantu perawat mengetahui
buruk yang dialami perdarahan yang dialami pasien
pasien

44
4 Tidak ada intoleransi yang tampak maupun yang
pengobatan pada tersembunyi.
pasien
4. Menginstruksikan
pasien dan keluarga
Keparahan Mual & Muntah tanda-tanda perdarahan
(2107) dan tindakan yang tepat

1 Frekeunsi mual pasien Rasional: Dengan mengetahui


normal tanda dan gejala perdarahan
2 Frekuensi muntah pasien lebih awal akan mengurangi
normal resiko perdarahan yang
3 Pasien tidak mengalami
berkelanjutan.
kehilangan berat badan
4 Pasien tidak mengalami
ketidakseimbangan
Manajemen Diare (6680)
elektrolit.
1. Menentukan riwayat
diare
Status Nutrisi : Asupan
Rasional: Untuk mengetahui
makanan & cairan (0802)
sejak kapan pasien mengalami
1 Asupan makanan secara diare.
oral adekuat
2 Asupan cairan secara oral 2. Menginstruksikan

adekuat pasien atau anggota


3 Asupan cairan intravena keluarga untuk
adekuat mencatat warna,
4 Asupan cairan parenteral
volume, frekuensi dan
adekuat
konsistensi tinja
Rasional: Untuk mengetahui
seberapa sering pasien
mengalami diare dan
bagaimana komposisi tinjanya.

3. Memonitor tanda dan


gejala diare
Rasional: Untuk selalu
memantau perkembangan diare
yang dialami pasien

4. Mengukur diare/output

45
cairan
Rasional: diare dapat
menyebabkan pasien
kehilangan cairan yang banyak
dapam tubuhya, hal tersebut
harus dicatat oleh perawat
untuk memberikan tidakan
pemenuhan cairan pada pasien.

Manajemen Muntah (1570)

1. Mengkaji emesis
terkait dengan warna,
konsistensi, akan
adanya darah, waktu,
dan sejauh mana
kekuatan emesis
Rasional: Untuk mengetahui
muntahan yang dikeluarkan
normal atau tidak.

2. Mempertimbangkan
frekuensi dan durasi
muntah
Rasional: Utuk mengetahui
tindakan dan pengobatan apa
yang sesuai untuk
meminimalisir muntah.

3. Memberikan dukungan
fisisk selama muntah .
Rasional: Membantu pasien
agar dapat secara leluasa dan
nyaman mengeluaran
muntahannya.

4. Memonitor efek
menajemen muntah

46
secara menyeluruh
Rasional: Muntah dapat
berisiko pasien mengalami
kekurangan cairan. Sehingga
diperlukan tindakan sesuai
dengan efek muntah tersebut

5. Memonitor
keseimbangan cairan
dan elektrolit
Rasional: Resiko pasien sering
mengalami muntah yaitu pasien
akan kehilangan cairan dan
elektrolitnya sehingga perawat
harus memantau perkembangan
cairan dan elektrolit pasien di
dalam tubuh pasien.

Manajemen Cairan (1570)

1. Menimbang berat
badan setiap hari dan
monitor status pasien
Rasional: Berat badan
menurun merupakan suatu
tanda pasien tersebut
kehilangan cairan atau tidak.

2. Memonitor status
hidrasi
Rasional : Untuk memenuhi
cairan atau elektrolit yang
dibutuhkan tubuh pasien.

3. Memonitor tanda vital


pasien
Rasional: Tanda vital pasien
dapat menentukan status

47
kesehatn pasien.

4. Memberikan cairan
dengan tepat
Rasional: Pemberian cairan
dengan tepat dapat membantu
pasien untuk memenuhi cairan
tubuhnya yang telah hilang
selama proses tindakan medis
penyinaran yang dilakukan.

4 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Kontrol Infeksi (1030)


berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam
1. Melakukan tindakan-
dengan prosedur diharapkan masalah keperawatan tindakan pencegahan
invasif resiko infeksi dapat teratasi yang bersifat universal
dengan kriteria hasil : Rasional: Untuk
mengurangi resiko-
Pengetahuan: Manajemen resiko infeksi yang
(domain 11, kelas
Penyakit Kronik (1847) mungkin terjadi untuk
1, kode 00004)
pasien pasca operasi.
1. Pasien memiliki 2. Memastikan penanganan
pengetahuan mengenai tanda aseptic dari semua
Definisi: dan gejala penyakit saluran IV
perkembangan penyakit Rasional: Pemberian
Rentan mengalami 2. Pasien memiliki melalui saluran IV
invasi dan pengetahuan strategi pasien berisiko tinggi
multiplikasi mengelola nyeri mengalami infeksi.
3. Pasien mengetahui efek 3. Meningkatkan intake
organisme
teraupetik obat nutrisi yang tepat
patogenik yang 4. Pasien mengetahui efek
dapat mengganggu Rasional: Dengan nutrisi
samping obat
5. Pasien memiliki yang cukup membantu
kesehatan.
pengetahuan mengenai pasien untuk lebih kebal
tindakan-tindakan yang perlu terpapar infeksi.
dilakukan pada saat keadaan
4. Mengajarkan
darurat
pasien dan
anggota keluarga
Kontrol Resiko: Proses Infeksi mengenai

48
(1014) bagaimana
menghindari
1. Dapat menginfeksi factor
infeksi
resiko infeksi Rasional: Dengan
2. Dapat mengidentifikasi
berkolaborasi
tanda dan gejal infeksi.
3. Dapat memonitor perilaku dengan keluarga

diri yang berhubungan dan pasien dpat

dengan resiko infeksi meminimalisir


4. Pasien dapat terjadinya infeksi.
mempraktikkan strategi 5. Mengajarkan

untuk mengontrol infeksi pasien dan


5. Pasien dapat memonitor keluarga mengenai
perubahan status kesehatan tanda dan gejala
infeksi dan kapan
harus
Manajemen Diri: Penyakit
melaporkannya
Kronik (2102)
pada penyedia
1 Pasien dapat mencari perawatan
sendiri informasi tentang kesehatan
cara untuk mencegah Rasional:

komplikasi. Melaporkan
2 Pasien dapat mengikuti dengan tepat akan
pengobatan yang membantu pasien
direkomendasikan. terhindar dari
3 Pasien dapat mencegah
komplikasi
kebiasaan yang potensial
infeksi.
meningkatkan penyakit
4 Dapat membangun rencana Pengajaran: Proses
untuk kegawatdaruratan
Penyakit (1050)
medis
5 Pasien dapat memantau 1. Mereview pengetahuan
tanda dan gejala komplikasi pasien mengenai
kondisinya
Rasional: Untuk
Pemulihan Pembedahan:
memberikan
Penyembuhan (2304)
pengetahuan kepada
1. Pasien dapat berkonsentrasi pasien mengenai
dengan baik kondisinya sehingga
2. Penyesuaian pasien
pasien dapat kooperatif

49
terhadap perubahan tubuh dengan tidakan yang
karena pembedahan normal akan dilakukan.
3. Pasien tidak mengalami 2. Mengidentifikasi
nyeri perubahan kondisi fisik
4. Pasien tidak mengalami
pasien
infeksi luka Rasional: Perubahan
5. Pasien tidak mengalami
kondisi fisik pasien
kelelahan
menandakan status
6. Pasien tidak mengalami
kesehatan pasien.
muntah
3. Memberikan informasi
7. Pasien tidak mengalami
kepada keluarga/orang
mual
yang penting bagi
pasien mengenai
perkembangan pasien.
Rasional: Agar
keluarga memeberikan
dukungan dan dapat
kooperatif dalam
penyembuhan pasien.
4. Memberikan informasi
mengenai pemeriksaan
diagnostic yang
tersedia
Rasional: agar pasien
dapat memilih tidakan
yang ingin
dilakukannya dan tidak
memberatkannya.
5. Mendiskusikan pilihan
terapi/penanganan.
Rasional: untuk
memberikan atau
menerapkan prinsip
autonomi pada pasien.
6. Mengedukasi mengenai
tindakan untuk
mengkontro/
meminimalkan gejala.
Rasional: Dengan
melakukan edukasi

50
mengenai control
gejala dapat membantu
penyembuhan pasien.

Monitor Tanda-tanda Vital


(1160)

1. Memonitor tekanan
darah, suhu, nadi, dan
status pernafasan
dengan tepat
Rasional: Tanda-tanda
vital dapat mengetahui
perubahan dan
perkembangan kondisi
pasien.
2. Memonitor warna kulit,
suhu, dan kelembaman.
Rasional: Untuk
mengetahui perubahan
fisik pasien karena
tindakan medis.
3. Mengidentifikasi
kemungkinan penyebab
perubahan tnda-tanda
vital.
Rasional: Agar perwat
dapat melakukan
tindakan yang sesuai
dengan penyebabnya.
4. Memonitor dan
laporkan tanda dan
gejala hipotermia dan
hipertermia.
Rasional: Pasien pasca
tindakan penyinaran
akan berisiko
mengalami gangguan
pada suhu tubuhnya.

51
3.2 Asuhan Keperawatan Kanker Ovarium
a) Pengkajian

Identitas Klien :

Nama, tempat, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama, berat badan, tinggi badan,
suku, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan,alamat, diagnosa medis .
Keluhan utama :

Badan terasa lemas,lesu, tidak nafsu makan, nyeri perut bagian bawah.

Riwayat Kesehatan:

1. Nyeri Pelvis Umum :


- Lokasi, durasi, radiasi nyeri
- Rasa terbakar, berdenyut, sakit
- Riwayat pembedahan pelvis atau abdomen
- Riwayat trauma
2. Perdarahan Uterus Abnormal :
- Menstruasi yang terlompat atau memanjang
- Menstruasi yang nyeri
- Perdarahan yang banyak
- Hubungan seksual akhir-akhir ini
- Nyeri dengan perdarahan
- Kemungkinan kehamilan
3. Invertilitas :
- Usia pasangan
- Lamanya waktu berusaha hamil
- Waktu hubungan terhadap ovulasi
- Siklus menstruasi
- Riwayat papsmear
- Riwayat PMS
- Riwayat kehamilan sebelumnya
- Riwayat abortus spontan
- Metode kontrasespsi sebelumnya

52
- Riwayat penggunaan obat fertilitas
- Pasangan laki-laki telat dievaluasi
4. Infeksi
- Lokasi
- Durasi
- Demam atau menggigil
- Keluhan yang berhubungan
- Karakteristik keputihan
- Keluhan perkemihan
- Riwayat pasangan seksual
- Percobaan pengobatan sendiri
5. Riwayat Menstruasi
- Periode menstruasi terakhir
- Usia menarche
- Frekuensi atau keteraturan
- Jumlah hari menstruasi
- Produk yang digunakan
- Keluhan seperti menoraghea, amenoraghea, perdarahan yang tidak biasa
6. Kesehatan Seksual
- Usia saat pengalaman pertama
- Jumlah pasangan
- Perilaku berisiko
- Masalah seksual
- Pelecehan seksual
7. Riwayat Obstetrik
- Sedang hamil
- Riwayat aborsi elektif dan spontan
- Lamanya kelahiran
- Jenis kelahiran
- Tempat melahirkan

b) Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum pasien tampak lemah. Pemeriksaan TTV didapatkan hasil :
TD, nadi, RR, suhu

53
 Pemeriksaan kepala : bentuk kepala klien simetris, tidak terdapat lesi, tidak
ada hematom, rambut klien bersih tidak rontok.
 Pemeriksaan muka : bentuk muka klien simetris, muka klien nampak pucat
dan berkeringat, tidak ada lesi pada muka klien. Sklera klien berwarna putih
bersih, terdapat sekret pada mata, konjungtiva anemis.Hidung klien simetris,
tidak ada septum deviasi, tidak ada lesi juga tidak ada epistaksis, tidak ada
polip. Pada pemeriksaan bibir klien didapatkan bibir klien kering, tidak ada
stomatitis. Pada telinga klien bentuknya simetris, telinga klien sedikit kotor.
 Pemeriksaan leher ,tidak terdapat pembesaran pada kelenjar thyroid, tidak ada
kaku kuduk, reflek menelan baik, dan saat dilakukan pengukuran JVP
didapatkan nilai 2 yang berarti tidak ada pelebaran JVP
 Pemeriksaan dada : saat dilakukan insfeksi bentuk dada,bentuk dada normal,
saat dilakukan palpasi vokal fremitus getaran nya sama antara kanan dan kiri,
saat dilakukan pemeriksaan pengembangan paru normal, pada pemeriksaan
Auskultasi paru mendapatkan bunyi bronkountuk mengetahui suara nafas.
Pada jantung yang perlu dikaji adalah palpasi pulsasi katup teraba kuat, katup
pulmonal teraba kuat, katup trikuspidalis teraba kuat, iktus kordis teraba kuat.
Auskultasi bunyi jantung S1 S2 normal.
 Pemeriksaan abdomen :
1.1. Inspeksi : abdomen klien asites dan teraba keras.
1.2. Auskultasi : karakter, lokasi & frekuensi peristaltik usus, suara Bruit :
bunyi aorta,arteri renal, arteri iliaka.
1.3. Palpasi : untuk mengkaji ukuran hepar, lien & ginjal, kaji nyeri tekan.
1.4. Perkusi : Kaji jenis & lokasi bunyiàtympani (normal pd usus)
hypertimpani (kembung), menentukan batas hepar.
 Pada Genetalia klien warnanya sama dengan warna kulit,tidak terdapat lesi
pada vulva, ada cairan abnormal pada genitalia klien. Pada palpasi tidak
terdapat nyeri.
 Rectum klien normal ditandai dengan kulit di sekitar rektum tidak terdapat
kemereahan ataupun lesi. Saat dilakukan palpasi tidak terasa nyeri.
 Pengkajian ekstremitas: tonus klien lemah, klien tidak bertenaga.

54
c) Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1 Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Pengajaran : Proses penyakit
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24  Mengkaji tingkat pengetahuan
kurangnya informasi jam diharapkan masalah pasien terkait dengan proses
(00126, domain 5, kelas keperawatan defisiensi penyakit yang spesifik
4) pengetahuan dapat teratasi Rasional : untuk mengetahui
dengan kriteria hasil: sejauh mana pengetahuan klien
Definisi : ketiadaan Pengetahuan: mengenai penyakit yang dialami
atau defisiensi Manajemen penyakit
informasi kognitif yang akut 3100  Mereview pengetahuan pasien
berkaitan dengan topik 1. Monitor tanda dan mengenai kondisinya
tertentu gejala penyakit Rasional : untuk mengetahui
klien (5) pengetahuan klien mengenai
2. Dapatkan sampel
penyakit yang sedang dialami
darah yang sesuai
permintaan (5)
3. Klien mematuhi  Mengidentifikasi perubahan

prosedur kondisi fisik pasien

pengobatan yang Rasional : mengetahui

direkomendasikan perkembangan dar proses

(5) perawatan yang diberikan


4. Klien mematuhi
aturan pengobatan  Memberi ketenangan terkait
(5) kondisi pasien, sesuai
kebutuhan
Pengetahuan:
Rasional : klien merasa nyaman
Manajemen kanker 1833
1. Klien memiliki
 Diskusi pilihan
pengetahuan
terapi/penanganan
mengenai tanda
Rasional : memberikan klien
dan gejala kanker
beberapa pilihan program
(5)
2. Klien mengetahui pengobatan

55
mengenai  Mengedukasi pasien mengenai
diagnosis kanker tanda dan gejala yang harus
yang dialami (5) dilaporkan kepada petugas
3. Klien mengetahui
kesehatan, sesuai kebutuhan.
perjalanan penyakit
Rasional : untuk meningkatkan
dari kanker yang
partisipasi klien dalam proses
diderita (5)
4. Klien memiliki pengobatan
pengetahuan
mengenai pilihan Pengajaran preoperative
pengobatan yang  Mengkaji riwayat operasi

tersedia (5) sebelumnya, latar belakang,


budaya, dan tingkat
Pengetahuan: Perilaku pengetahuan terkait operasi
kesehatan 1805 Rasional : agar dapat menentukan
1. Klien mngetahui program pengobatan yang tepat
manfaat dari bagi klien
olahraga teratur (5)
2. Klien memiliki
 Memfasilitasi kecemasan
pengetahuan dalam
pasien dan keluarga terkait
mengelola stress
kecemasannya
yang dialami (5)
3. Klien mengetahui Rasional : untuk membantu klien
efek kesehatan dalam mengekspresikan kesedihan
yang merugikan dan kecemasannya
akibat penggunaan
obat terlarang (5)  Menjelaskan obat-obat
preoperatif yang diberikan, efek
yang akan ditimbulkan, dan
alasan penggunaannya
Rasional : untuk membuat klien
percaya dan mau berpartisipasi
dalam pengobatan

Konseling

56
 Membangun hubungan
terapeutik yang didasarkan
pada (rasa) saling percaya dan
saling menghormati
Rasional : agar klien dapat
kooperatif dalam program
pengobatan

 Menyediakan privasi dan


memberikan jaminan
kerahasiaan
Rasional : agar klien merasa
nyaman dan dapat menceritakan
hal apa saja yang ia alami dan
yang ia harapkan saat ini

 Mendukung ekspresi perasaan


(klien)
Rasional : untuk meningkatkan
BHSP
2 Risiko cedera Setelah dilakukan tindakan Terapi Nutrisi
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24  Lengkapi pengkajian nutrisi,
hipoksia jaringan jam diharapkan masalah sesuai kebutuhan
(00035, domain 11, keperawatan risiko cidera Rasional : untuk menentukan
kelas 2) dapat teratasi dengan nutrisi yang akan diberikan kepada
kriteria hasil: klien
Definisi: Kejadian jatuh 1912
Rentan mengalami 1. Klien tidak jatuh  Memonitor intake
cedera fisik akibat saat berdiri (5) makanan/cairan dan hitung
2. Klien tidak jatuh
kondisi lingkungan masukan kalori perhari, sesuai
saat berjalan (5)
yang berinteraksi kebutuhan
3. Klien tidak jatuh
dengan sumber adaptif
dari tempat tidur Rasional : untuk mengetahui
dan sumber defensive perkembangan status nutrisi klien
(5)
individu, yang dapat setiap harinya

57
menggangu kesehatan. Orientasi kognitif 0901
1. Klien dapat  Menentukan jumlah kalori dan
mengidentifikasi tipe nutrisi yang diperlukan
diri sendiri (5) untuk memenuhi kebutuhan
2. Klien dapat
nutrisi dengan berkolaborasi
mengidentifikasi
bersama ahli gizi , sesuai
tempat saat ini (5)
kebutuhan
3. Klien dapat
Rasional : untuk mencukupi
mengidentifikasi
hari dengan benar kebutuhan oksigen klien melalui
nutrisi yang cukup
(5)

Perfusi jaringan 0422 Monitor Nutrisi


1. Aliran darah  Menimbang berat badan pasien
melalui pembuluh Rasional : untuk mengetahui
darah jantung tidak perkembangan klien
ada deviasi (5)
2. Aliran darah
 Mengidentifikasi perubahan
melalui pembuluh
berat badan terakhir
darah pulmonari
Rasional : mengevaluasi dari
tidak ada deviasi
program perawatan yang diberikan
(5)
3. Aliran darah
melalui pembuluh  Memonitor adanya mual dan
perifer tidak ada muntah
deviasi (5) Rasional : mengetahui adanya
4. Aliran darah gangguan dalam pencernaan klien
melalui pembuluh
darah pada tingkat  Mengidentifikasi perubahan
sel tidak ada nafsu makan dan aktivitas
deviasi (5) akhir-akhir ini
Rasional : untuk mengetahui
adanya gangguan dalam system
pencernaan klien

58
 Memonitor status mental
(misalnya., bingung, depresi,
cemas)
Rasional : sebagai pertimabangan
dalam memberikan program
pengobatan selanjutnya

Pencegahan perdarahan
 Memonitor dengan ketat risiko
terjadinya perdarahan pada
pasien
Rasional : untuk mencegah
terjadinya perdarahan

 Memonitor tanda-tanda vital


ortostatik, termasuk tekanan
darah
Rasional : mempertahankan
kestabilan tanda-tanda vital klien

 Memberitahu pasien untuk


pencegahan tindakan-tindakan
invasive, jika tidak dapat
dihindari, monitor dengan ketat
tanda-tanda perdarahan
Rasional : untuk mencegah
terjadinyanperdarahan akibat
tinadakan invasive
3 Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Peresepan obat
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24  Mengidentifikasi alergi yang
leukopenia sekunder jam diharapkan masalah diketahui
dari kemoterapi keperawatan risiko infeksi Rasional : untuk mencegah
(00004, domain 11, dapat teratasi dengan timbulnya komplikasi

59
kelas, 1) kriteria hasil:
Keparahan infeksi 0703  Mengidentifikasi obat-obatan
Definisi: 1. Klien tidak yang memiliki indikasi untuk
Rentan mengalami mengalami demam masalah kesehatan saat ini
invasi dan multiplikasi (5) Rasional : untuk membantu
2. Klien tidak
organisme patogenik mengoptimalkan dari pengobatan
mengalami
yang dapat yang diberikan saat ini
hipotermia (5)
mengganggu kesehatan.
3. Suhu tubuh klien
stabil berkisar  Menuliskan resep,

36,5-37 C (5) menggunakan nama termasuk


4. Klien tidak dosis, dan petunjuk pemberian
merasakan nyeri obat
(5) Rasional : untuk mencegah adanya
kesalahan dalam memberikan obat
Status imunitas 0702
kepada klien
1. Fungsi
gastrointestinal
 Memeriksa bahwa semua obat
klien tidak
yang diresepkan telah ditulis
terganggu (5)
2. Suhu tubuh dalam dengan benar, lengkap, dan

kisaran normal sesuai dengan keperluan dan

36,5 C-37 C (5) tujuan penggunaannya


3. Integritas kulit Rasional : untuk mencegah adanya
klien tidak medical error
terganggu (5)
4. Integritas mukosa
 Mengajarkan pasien dan/atau
klien tidak
keluarga metode pemberian
terganggu (5)
obat sesuai kebutuhan
Rasional : untuk memandirikan
klien dalam melakukan pemberian
obat secara mandiri

 Memonitor efek terapeutik dan


efek samping dari obat yang

60
diberikan sesuai kebutuhan.
Rasional : sebagai bahan evaluasi
atas pengobatan yang telah
diberikan

Peningkatan latihan
 Mempertimbangkan motivasi
individu untuk memulai atau
melanjutkan program latihan
Rasional : semakin motivasi tinggi
maka semakin baik bagi program
latihan yang diberikan

 Menggali hambatan untuk


melakukan latihan
Rasional : mengetahui hal apa saja
yang menurunkan motivasi klien
dalam latihan

 Menginformasikan individu
mengenai manfaat kesehatan
dan efek fisiologis latihan
Rasional : untuk meningkatkan
motivasi klien

 Mengintruksikan individu
terkait dengan tipe aktivitas
fisik yang sesuai dengan
derajat kesehatannya,
kolaborasikan dengan dokter
dan atau ahli terapi fisik
Rasional : latihan yang sesuai
kebutuhan akan lebih efektif dalam

61
membantu kesembuhan klien
4 Keletihan berhubungan Setelah dilakukan tindakan Peningkatan tidur
dengan kelesuan keperawatan selama 1x24  Menentukan pola
fisiologis (mis., anemia, jam diharapkan masalah tidur/aktivitas pasien
kehamilan, penyakit) keperawatan keletihan Rasional : untuk menentukan
dapat teratasi dengan program pengobatan dengan
(00093, domain 4, kelas kriteria hasil: aktivitas klien
3) Tingkat kelelahan (0007)
Definisi : 1. Klien tidak  Menjelaskan pentingnya tidur
Keletihan terus- mengalami yang cukup selama kehamilan,
menerus dan penurunan kelelahan (5) penyakit, tekanan psikososial,
kapasitas untuk kerja 2. Klien tidak dan lain-lain
fisik dan mental pada kehilangan selera Rasional : memotivasi klien agar
tingkat yang lazim. makan (5) klien bersedia untuk kooperativ
3. Kualitas tidur klien selama pengobatan
meningkat (5)
4. Fungsi imun klien  Membantu untuk
meningkat (5) menghilangkan situasi stress
sebelum tidur
Tingkat Depresi (1208) Rasional : untuk meningkatkan
1. Klien tidak kualitas tidur klien
mengalami
perasaan depresi Terapi relaksasi
(5)  Meminta klien untuk rileks dan
2. Klien tidak merasakan sensasi yang terjadi
mengalami Rasional : untuk membuat klien
gangguan merasa tenang
konsentrasi (5)
3. Klien mengalami  Menunjukkan dan
peningkatan berat mempraktikkan teknik
badan (5) relaksasi pada klien
4. Klien mengalami Rasional : agar klien dapat dengan
peningkatan nafsu mudah melakukan perintah yang
makan (5) diberikan

62
5. Klien tidak
mengalami  Memberikan waktu yang tidak
keputusasaan (5) menganggu karena mungkin
6. Klien tidak merasa saja klien tertidur
harga dirinya Rasional : tindakan disesuaikan
rendah (5) dengan aktivitas klien
Daya Tahan (0001)
1. Klien selalu  Evaluasi dan dokumentasi
berkonsentrasi (5) respon terhadap terapi
2. Oksigen darah relaksasi
klien stabil dan Rasional : untuk mengukur
tercukupi ketika keberhasilan dari terapi yang
beraktivitas diberikan
3. Hemoglobin klien
tercukupi (5) Peningkatan sistem dukungan
 Mengidentifikasi tingkat
Motivasi (1209) dukungan keluarga, dukungan
1. Klien memperoleh keuangan, dan sumber daya
dukungan yang lainnya
diperlukan (5) Rasional : dukungan yang optimal
2. Klien dapat dapat membantu keberhasilan
mempertahankan pengobatan yang diberikan
harga diri yang
positif (5)  Menyediakan layanan dengan
3. Klien dapat sikap peduli dan mendukung
mengungkapkan Rasional : membuat klien merasa
keyakinan akan nyaman dan meningkatkan
kemampuan untuk hubungan saling percaya antara
melakukan klien dan tenaga kesehatan
tindakan (5)

 Melibatkan keluarga, orang


terdekat, dan teman-teman
dalam perawatan dan

63
perencanaan
Rasional : klien dapat lebih
percaya terhadap pengobatan yang
diberikan

Evaluasi :
1. Klien yang belum mengetahui mengenai penyakit yang diderita setelah
mendapatkan proses pengajaran, pengetahuan dan konseling dapat memahami
mengenai penyakit yang sedang diderita.
2. Klien yang merasakan pusing, bingung dan shok setelah menjalani proses
pembedahan dapat mengendalikan dirinya dari risiko cedera, setealh dilakukan
terapi dan monitor nutrisi klien.
3. Demam, suhu tubuh naik, mual muntah dapat diatasi setelah klien diberikan obat
dengan dosis yang sesuai atau dengan peresepan dosis yang tepat.
4. Klien tidak terlihat lelah, lesu dan lemas.
5. Pertahankan intervensi.

BAB IV
PENUTUPAN

64
4.1 Simpulan
Kanker serviks adalah keganasan yang berasal dari servik. Kanker serviks
terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tidak terkendali,
jika sel-sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk suatu masa jaringan yang
disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas, jika tumor tersebut ganas maka
keadaannya disebut kanker serviks. Kanker servik dipengaruhi oleh fakto HPV, umur,
jumlah kehamilan dan partus, jumlah perkawinan, infeksi virus, sosial ekonomi,
hygine dan sirkumsisi, merokok dan pemakaian pil kb.
Kanker Ovarium adalah kanker yang terjadi karena sel-sel pada ovarium
berubah dan tumbuh tidak terkendali. Gejala kanker ovarium sangat bervariasi dan
tidak spesifik. Banyak teori yang menjelaskan etiologi kanker servik diantaranya
hipotesis incessant ovulation dan hipotesis androgen. Kanker ovarium dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya merokok, alkhohol, diet tinggi lemak, riwayat
kanker payudara, kolon, atau endometrium, riwayat kelurga dengan kanker payudara
atau ovarium, infertilitas dan tidak pernah melahirkan
Penanganan secara tepat dapat menurunkan gejala dan dampak yang
ditimbulkan dari penyakit kanker ovarium dan kanker servik. Pengetahuan tentang
proses penyakit sangat perlu diberikan kepada klien untuk mengurangi tingkat
kecemasan dan nyeri.

4.2 Saran

Makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi perawat, sehingga


dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang mengalami penyakit kanker
servik dan kanker ovarium dapat dilakukan dengan baik, secara maksimal sesuai dengan
hal yang dibutuhkan pasien.

65
DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M, dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan Edisi 8 Buku 1. Jakarta. Elsevier Inc
Blackwell, W. (2015-1017). NANDA International, Inc. 9600 Garsington Road, Oxford, OX4
2DQ, UK: The Atrium, Southern Gate, Chichester, West Sussex, PO19 8SQ, UK.

Lane, R., & St. Louis, M. (2013). NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION (NIC),
SIXTH EDITION. United States of America: Elsevier.

Novelia, dita. 2017. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KANKER


SERVIKS POST KEMOTERAPI DI RUANG GYNEKOLOGI-ONKOLOGI IRNA
KEBIDANAN RSUP DR. M. DJAMIL PADANG. Padang.
Reeder, S. J., Martin, L. L., & Griffin, D. K. (2011). Keperawatan Maternitas Kesehatan
Wanita, Bayi & Keluarga. Jakarta: EGC.

Roohe. (2015). Onoology Ovarian Cancer Guide.

Sue Moorhead, P. R. (2014). NURSING OUTCOMES CLASSIFICATION (NOC). Kidlington,


Oxford OX5 1GB: Elsevier Global Rights.

66
Suryapratama, S. A., & Pramono, B. A. (2012). Karakteristik penderita kanker serviks di
RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2010 (Doctoral dissertation, Fakultas
Kedokteran).http://eprints.undip.ac.id/37777/1/Satya_Ariza_G2A008172_Lap.KTI.pdf

Wahyuni, S. (2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku deteksi dini kanker serviks
di kecamatan ngampel Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Jurnal Keperawatan
Maternitas, 1(1).

Widayati, P., Ariyanto, A., & Lestari, W. (2014). PRODUKSI KIT


IMMUNORADIOMETRICASSA Y (IRMA) CA-125 UNTUK DETEKSI DINI KANKER
OV ARIUM. Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka, 14(1).

67

Anda mungkin juga menyukai