Dosen Pembimbing:
Tiyas Kusumaningrum,S.Kep.,Ns.,M.Kep
Disusun Oleh:
Adelia Dwi L. R 131611133005
Regyana Mutiara Guti 131611133013
Dita Fajrianti 131611133014
Ayu Saadatul K 131611133020
Marceline Putri C. 131611133023
Verantika Setya P. 131611133026
Erva Yulinda M 131611133033
Novia Tri Handika 131611133042
1
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan
tugas makalah Keperawatan Maternitas yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Kanker Servik dan Kanker Ovarium.
Ucapan terimakasih kami haturkan kepada dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Maternitas, Ibu Tiyas Kusumaningrum,S.Kep.,Ns.,M.Kep yang telah
membimbing kami selama perkuliahan Keperawatan Maternitas hingga dapat
menyelesaikan tugas makalah ini.
Dengan demikian, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembacanya. Makalah ini masih jauh dari kata sempuna, untuk itu kritik dan saran
dari pembaca sangat kami butuhkan guna perbaikan dan penyempurnaan makalah
berikutnya. Atas kontribusi tersebut, kami ucapkan terimakasih.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR …….................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah................................................................................5
1.3 Tujuan..................................................................................................6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kanker Serviks
2.1.1 Definisi ................................................................................. 7
2.1.2 Manifestasi Klinis ................................................................ 7
2.1.3 Etiologi ................................................................................. 8
2.1.4 Faktor Resiko........................................................................ 9
2.1.5 Patofisiologi .........................................................................11
2.1.6 WOC ...................................................................................14
2.1.7 Penatalaksanaan Umum........................................................15
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang........................................................19
2.1.9 Masalah Keperawatann yang Muncul...................................23
2.1.10Pencegahan..........................................................................24
2.2 Kanker Ovarium
2.2.1 Definisi .................................................................................26
2.2.2 Manifestasi Klinis ................................................................26
2.2.3 Stadium.................................................................................27
2.2.4 Jenis......................................................................................28
2.2.5 Etiologi .................................................................................29
2.2.6 Faktor Resiko........................................................................30
2.2.7 Patofisiologi .........................................................................30
2.2.8 WOC ...................................................................................33
2.2.9 Masalah Keperawatan yang Muncul.....................................34
2.2.10 Pencegahan ........................................................................34
2.2.11 Pemeriksaan Penunjang......................................................34
BAB III : PEMBAHASAN
3.1 Asuhan Keperawatan Kanker Serviks................................................ 36
3.2 Asuhan Keperawatan Kanker Ovarium.............................................. 55
BAB IV : PENUTUP
4.1 Simpulan ............................................................................................69
4.2 Saran ..................................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................70
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari kanker servik dan kanker ovarium
2. Mengetahui manifestasi klinis dari kanker servik dan kanker ovarium
4
3. Mengetahui etiologi dari kanker servik dan kanker ovarium
4. Mengetahui faktor resiko dari kanker servik dan kanker ovarium
5. Mengetahui patofisiologis dari kanker servik dan kanker ovarium
6. Mengetahui WOC dari kanker servik dan kanker ovarium
7. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami kanker servik
dan kanker ovarium
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.1.1 Definisi
6
2.1.3 Etiologi
Menurut American Cancer Society (ACS), sekitar dua pertiga semua kasus
kanker serviks disebabkan oleh HPV 16 dan 18.Selain karena adanya HPV, kanker
serviks juga dapat berkembang dikarenakan didukung oleh faktor genetik. Hal ini
dapat dibenarkan karena apabila disebuah keluarga dengan riwayat pengidap
kanker maka tidak menutup kemungkinan juga akan menurun ke turunan
selanjutnya. Selain faktor genetik ada juga dikaitkan dengan faktor imun. Apabila
kita tidak menjaga oragan kewanitaan dengan baik lalu didukung dengan adanya
tubuh rendah imun maka virus HPV juga akan semakin menungkat dan menyerang
serviks.
b) Umur
Umur pertama kali melakukan hubungan seksual. Penelitian
menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual maka
semakin besar kemungkinan mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20
tahun dianggap masih terlalu muda.
7
Kanker serviks dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin
sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat kanker serviks.
d) Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang sangat besar terhadap kanker serviks.
Hal ini disebabkan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang mempuanyai pH
tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH yang berbeda-beda pada
multi-patner sehingga dapat merangsang terjadinya perubahan ke arah
displasia.
e) Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus
kondiloma akuinata diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks.
f) Sosial ekonomi
Kanker serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah.
Mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas, dan
kebersihan perorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang. Hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
h) Merokok
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker sedangkan
pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap servik yaitu bermula dari
adanya erosi servik yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang
terus menerus. Hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker servix
(faisal, 2005).
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56 kali
lebih tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada
8
serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi
kokarsinogen infeksi virus.
Selain perokok aktif, perokok pasif juga dapat terkena dampaknya
apabila secara terus menerus terpapar asap rokok sehingga merangsang
terbentuknya sel kanker. Pada perokok pasif diharapkan tidak terpapar lebih
dari 2 jam per hari, karena dengan angka tersebut maka masih dalam kategori
aman.
i) Pemakaian KB
Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari
lima tahun dapat meningkatkan resiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan
resiko relative pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan
meningkat sesuai dengan lamanya pemakaian. Contoh pemakaian KB oral
yaitu pil kb, susuk, dan suntik. Apabila sudah lebih dari 5 tahun maka di
anjurkan untuk mangganti pemakaian KB oral dengan yang lain.
2.1.5 Patofisiologi
9
Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga
menimbulkan gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang
mengalami mutasi dapat berkembang menjadi sel displasia. Apabila sel
karsinoma telah mendesak pada jaringan syaraf akan timbul masalah
keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat mengganggu
kerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis yang
menimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi. Keputihan
yang berkelebihan dan berbau busuk biasanya menjadi keluhan juga, karena
mengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil masalah keperawatan
gangguan pola seksual. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut diantaranya
anemia hipovolemik yang menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga
timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa
efek samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan
terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan
( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek samping tersebut
menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan
kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan
integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang
menyebabkan kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh
berkurang dan resiko injury pun akan muncul. Tidak sedikit pula pasien
dengan diagnosa positif kanker leher rahim ini merasa cemas akan penyakit
yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa dikarenakan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos
dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan
dengan kematian.
Jenis stadium pada kanker serviks:
1. Stadium 0 : Karsinoma intraepithelial. Stadium ini tidak
dimasukkan ke dalam statistic terapetik untuk karsinoma invasive.
2. Stadium 1 : Karsinoma terbatas pada serviks
3. Stadium 1a1 : Karsinoma invesive hanya ditemukan secara
mikroskopik
4. Stadium 1a2 : Invasi stroma >3mm dan <5mm dengan suatu invasi
horizontal 7mm atau lebih sedikit
10
5. Stadium 1b : Tampak lesi secara klinis terbatas pada servks, atau
lesi mikrokopis yang lebih besar dari stadium 1a1/1a2
6. Stadium 1b1 : Lesi klinis berukuran <4mm
7. Stadium 1b2 : Lesi klinis >4mm
8. Stadium 2 : Karsinoma meluas melampaui serviks, tetapi belum
meluas pada dinding panggul, karsinoma melibatkan vagina tetapi tidak
sampai 1/3 bagian bawah
9. Stadium 2a : Mengenai vagina tetapi tidak jelas mengenai
perametrium
10. Stadium 2b : Jelas sampai ke parametrium, tetapi belum sampai ke
dinding panggul
11. Stadium 3 : Karsinoma keluar sampai dinding panggul, tumor
mencapai 1/3 bawah vagina
12. Stadium 3a : Tidak mencapai dinding panggul tapi 1/3 bawah
vagina terkena
13. Stadium 3b : Perluasan ke dinding panggul atau hidronefrosis atau
ginjal tidak berfungsi
14. Stadium 4 : Proses keganasan telah keluar dari dinding panggul
kecil dan melibatkan mukosa rectum dan atau vesika urinaria atau telah
bermetastase keluar panggul atau ke tempat yang jauh
15. Stadium 4a : Penyebaran sampai organ di dekatnya, ke mukosa
kandung kemiih atau rektum dan atau meluas di luar tulang panggul
16. Stadium 4b : Telah bermetastase jauh
11
12
2.1.6 WOC
Kedua jens epitel mendesak (elektro Endo Serviks) Anemia MK: Penurunan
vol.cairan
Keputihan bau busuk
Metoplasia (Erosif) Perdarahan Perdarahan
spontan
Penebalan
Porsio yang erosive (metolasma squamosa)
epitel
Regresi
displastik
spontan
Metoplasia squamosa columner junction (SLI) Displastik serviks
Ulkus luas
Ulkus
1. Operasi
14
jika klien masih ingin hamil. Apabila klien tidak ingin hamil, maka akan
dilakukan histerektomi simple (pengangkatan rahim secara keseluruhan).
Kanker serviks stadium awal 1b dan 2a, apabila ukuran tumor lebih
kecil dari 4cm, maka dapat dilakukan radikal histerektomi ataupun radioterapi
dengan/tanpa kemoterapi. Namun apabila ukuran tummor lebih dari 4cm,
maka harus dilakukan radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin,
histerektomi, ataupun kemoterapi berbasis cisplatin yang dilanjutkan dengan
histerektomi.
2) Kemoterapi
15
perkembangannya. Beberapa kanker mempunyai penyembuhan yang dapat
diiperkirakan atau dapat disembuhkan dengan pengobatan kemoterapi. Dalam
hal lain, pengobatan kemoterapi mungkin hanya dapat dberikan untuk
mencegah kanker kambuh, ini biasa disebut dengan pengobatan adjuvant.
3) Radiasi
1) Stadium I
16
Kanker serviks pada stadium IA ditangani dengan histerktomi atau dengan
radioterapi, karena kanker masih terbatas di daerah serviks.
2) Stadium IB dan IIA
Pada stadium ini ditangani dengan histerektomi total dan limfadektomi
bilateral.
3) Stadium IIB sampai IVB
Pada stadium ini kanker sudah menyebar melewati daerah serviks sampai
ke organ lain. Penanganan yang dilakukan biasanya dengan radioterapi.
STADIUM PENATALAKSANAAN
0 - Biopsi kerucut
- Histerektomi transvaginal
Ia - Biopsi kerucut
- Histerektomi transvaginal
Ib, Iia Histerektomi radikal dengan
limfadenektomi panggul dan evaluasi
kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat
metastasis dilakukan radioterapi pasca
pembedahan)
Iib, III, IV Histerektomi transvaginal
IVa, IVb - Radioterapi
- Radiasi paliatif
- Kemoterapi
17
digunakan secara baik untuk staging karsinoma atau deteksi penyebaran karsinoma
karena hasilnya yang sangat subyektif. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala
dan hasil pemeriksaan sebagai berikut (Suharto, 2007):
18
satu jenis tes pelengkap tes sitologi seperti pap smear. Deteksi DNA HPV bisa
dengan menggunakan PCR dan Hybrid Capture II. PCR pertama kali
dikembangkan oleh Kary Mullis pada tahun 1985 (Nuswantara, 2002). Pada
tahun 1990 Ting dan Manos telah mengembangkan suatu metode
deteksi human papilloma virus dengan PCR. Metode tersebut dikembangkan
dengan mengidentifikasi suatu daerah homologi di dalam genom tipe-tipe
HPV yang kemudian digunakan sebagai dasar untuk mendesain primer untuk
amplifikasi.
Sedangkan teknik pemeriksaan dengan hibridisasi dikenal dengan
istilah teknik Hybrid Capture II System (HC-II). HC-II pada intinya adalah
melakukan teknik hibridisasi yang dapat mendeteksi semua tipe HPV high
risk pada seseorang yang diduga memiliki virus HPV dalam tubuhnya
(Lörincz, 1998).Penggunaan teknik komputerisasi dilakukan untuk
pemeriksaan di tingkat DNA dan RNA, apakah terdapat kemungkinan pasien
tersebut sudah terinfeksi HPV. Jika teknik Pap smear memeriksa adanya
perubahan pada sel (sitologi), teknik HC-II memeriksa pada kondisi yang lebih
awal yaitu terdapatnya kemungkinan seseorang terinfeksi HPV di dalam
tubuhnya sebelum virus tersebut membuat perubahan pada serviks yang
akhirnya dapat mengakibakan terjadinya kanker serviks.
Pengembangan teknik deteksi DNA HPV akhir-akhir ini berupa HC-II
merupakan teknik sederhana dan cara alternatif yang menarik; seperti produk
HC-II. Teknik HC-II adalah sebuah antibody capture/solution
hybridization/signal amplication assay yang memakai deteksi
kualitatif chemiluminescence terhadap DNA HPV (Suwiyoga, 2006) namun
secara umum HC-II ialah suatu teknik berbasis DNA-RNA yang dapat
mendeteksi secara akurat dan cepat (Nainggolan, 2006).
3. Biopsi
Biopsi serviks dilakukan dengan cara mengambil sejumlah contoh
jaringan serviks untuk kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Dibutuhkan
hanya beberapa detik untuk melakukan biopsi contoh jaringan dan hanya
menimbulkan ketidaknyamanan dalam waktu yang tidak lama. Jika diperlukan
maka akan dilakukan biospi disekitar area serviks, tergantung pada temuan
saat melakukan colposcopy.Bersamaan dengan biopsi serviks, kuretase
19
endoserviks juga bisa dilakukan. Selama kuretase, dokter akan menggunakan
sikat kecil untuk menghilangkan jaringan pada saluran endoserviks, area
antara uterus dan serviks. Kuretase akan menimbulkan sedikit nyeri, tapi nyeri
akan hilang setelah kuretase dilakukan. Hasil biopsi dan kuretase biasanya
baru bisa dilihat paling tidak 2 minggu.
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu
pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap smear
menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker. Biopsi ini dilakukan untuk
melengkapi hasil pap smear. Teknik yang biasa dilakukan adalah punch biopsy
yang tidak memerlukan anestesi dan teknik cone biopsy yang menggunakan
anestesi. Biopsi dilakukan untuk mengetahui kelainan yang ada pada
serviks.Jaringan yang diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil biopsi
akan memperjelas apakah yang terjadi itu kanker invasif atau hanya tumor saja
(Prayetni, 1997).
4. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses
metaplasia. Pemeriksaan ini kurang efisien dibandingkan dengan pap smear,
karena kolposkopi memerlukan keterampilan dan kemampuan kolposkopis
dalam mengetes darah yang abnormal (Prayetni, 1997).Colposcopy adalah
suatu pengujian yang memungkinkan dokter untuk melihat serviks (leher
rahim) lebih dekat dengan menggunakan sebuah alat bernama colposcope.
Colposcope akan dimasukkan ke dalam vagina dan kemudian gambar yang
ditangkap oleh alat tersebut akan ditampilkan pada layar computer atau
televisi.Dengan cara seperti ini, kondisi yang terjadi dalam leher rahim akan
sangat jelas terlihat. Sebelumnya diberi cairan ke dalam vagina, apabila pada
sel-sel yang abnormal akan terwarnai suatu warna putih atau lainnya, lalu
sample yg abnormal (sudah terwarnai) itu diambil dengan biopsi, dan dibawa
ke laboratorium.
5. Tes Schiller
Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan yodium. Pada
serviks normal akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel
serviks karena adanya glikogen. Sedangkan pada sel epitel serviks yang
mengandung kanker akan menunjukkan warna yang tidak berubah karena
tidak ada glikogen ( Prayetni, 1997).
20
6. Radiologi
a. Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada
saluran pelvik atau peroartik limfe.
b. Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakukan pada kanker serviks tahap
lanjut, yang dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter terminal.
Pemeriksaan radiologi direkomendasikan untuk mengevaluasi kandung kemih
dan rektum yang meliputi sitoskopi, pielogram intravena (IVP), enema barium,
dan sigmoidoskopi. Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau scan CT
abdomen / pelvis digunakan untuk menilai penyebaran lokal dari tumor dan /
atau terkenanya nodus limpa regional (Gale & charette, 1999).
7. USG
USG adalah merupakan alat tes medis non invasif menggunakan resonansi
suara (sonogram) untuk memberikan gambaran kondisi organ yang akan
diperiksa.Pada wanita yang belum aktif secara seksual, memang papsmear
tidak bisa dilakukan. Papsmear tidak bisa digantikan dengan metode USG,
karena gambaran dari pemeriksaan akan memberikan hasil yang tidak sama.
Kanker servik umumnya jarang (atau hampir tidak ada) menyerang wanita
yang belum aktif secara seksual, karena sebagian besar penyebab dari kanker
servik adalah virus HPV yang biasa ditularkan melalui hubungan seksual
dengan kontak langsung penderita HPV.
8. MRI
MRI scan pemindaian memakai medan magnet yang kuat dan gelombang
radio menghasilkan gambar dari dalam tubuh. Berguna untuk melihat apakah
kanker sudah menyebar dan seberapa jauh penyebarannya.
9. CT SCAN
21
C. Post operasi:
1. HDR
2. Gangguan konsep diri
3. Risiko disfungsi seksual
D. Post kemo:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. Kekurangan volume cairan
3. Hambatan mobilitas fisik
4. Risiko pendarahan
5. Risiko infeksi
6. Hipertermi
7. Gangguan citra tubuh
8. Disfungsi seksual
9. Ansietas
1. Pencegahan primer
Menunda onset aktivitas seksual
Menunda aktivitas seksual sampai usia 20 tahun dan berhubungan
secara monogami akan mengurangi risiko kanker serviks secara
signifikan.
Penggunaan Kontrasepsi Barier
Dokter merekomendasikan kontrasepsi metode barier (kondom,
diafragma, dan spermisida) yang berperan untuk proteksi terhadap agen
virus. Penggunaan lateks lebih dianjurkan daripada kondom yang dibuat
dari kulit kambing.
Penggunaan Vaksinasi HPV
Vaksinasi HPV yang diberikan kepada pasien bisa mengurangi
infeksi Human Papilomavirus, karena mempunyai proteksi >90%. Vaksin
HPV yang saat ini telah dibuat dan dkembangkan merupakan vaksin L1
(imunogenik mayor) HPV tipe 16 dan 18. Vaksinasi HPV merupakan
upaya pencegahan primer yang diharapkan akan menurunkan terjadinya
infeksi HPV risiko tinggi, menurunkan kejadian karsinogenesis kanker
serviks dan pada akhirnya menurunkan kejadian kanker serviks uteri.
Infeksi HPV tipe 16 dan 18 ditemukan pada 70-80% penderita kanker
serviks, sehingga sejumlah itu pula yang diharapkan dapat menikmati
proteksi terhadap kanker serviks uteri. Pemberian vaksin dilaporkan
memberi proteksi sebesar 89%, karena vaksin tersebut dilaporkan
22
mempunyai cross prorection dengan tipe lain. Vaksin yang mengandung
HPV 16 dan 18 disebut sebagai vaksin bivalent, sedangkan vaksin HPV
tipe 16,18,6, dan 11 disebut sebagai vaksin quadrivalent. HPV tipe 6 dan
11 (HPV risiko rendah) bukan karsinogen sehingga bukan penyebab
kanker serviks.
2. Pencegahan Sekunder
Tes PAP merupakan tes yang dipercaya sebagai pencegahan
sekunder kanker serviks dan tidak mahal. Tes PSP yang pertama dilakukan
ketika wanita menjadi aktif secara seksual atau mencapai usia 18 tahun.
karena tes ini mempunyai risiko false negatif sebesar 5-6%. Tes PAP yang
kedua seharusnya dilakukan saat tahun pemeriksaan yang pertama.
Penyakit Neoplastik serviks biasanya berkembang dan displasi menjadi
karsinoma insitu kemudian menjadi karsinoma invasif. Perkembangan
dari awal sampai akhir ini biasanya membutuhkan waktu 8-30 tahun. oleh
karena itu, dokter dapat mendeteksi dan menghentikan penyakit ini
dengan mengikuti jadwal tes PAP yang dianjurkan. Penurunan nsiden dan
kematian akibat kanker serviks berkaitan dengan skrining. Diperkirakan
sebanyak 40% kanker serviks invasif dapat dicegah dengan skrining pap
interval 3 tahun. semakin besar jumlah hasil negatif yang didapat, maka
akan semakin kecil risiko berkembangnya tumor serviks invasif.
Tujuan tes pap adalah untuk menemukan sel-sel kanker serviks
dalam stadium dini. Secara umum pemeriksaan tes PAP adalah untuk
mengetahui sel-sel serviks tesebut:
Normal atau tidak
Jenis kelainannya radang, prakanker atau kanker
Derajat kelainan
Evaluasi sitohormonal
23
2.2.1 Definisi
Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama. Gejala
umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.
a. Stadium Awal
(1) Gangguan haid
(2) Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)
(3) Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)
(4) Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)
(5) Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul)
(6) Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan pada
lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan
rambut)
b. Stadium Lanjut
(1) Asites
(2) Penyebaran ke omentum (lemak perut)
(3) Perut membuncit
(4) Kembung dan mual
(5) Gangguan nafsu makan
(6) Gangguan BAB dan BAK
(7) Sesak nafas
(8) Dyspepsia
24
2.2.3 Stadium
Stadium I Pertumbuhan terbatas pada ovarium
Stadium Ia Pertumbuhan terbatas pada satu ovarium, tidak ada asites,
tidak ada tumor pada permukaan eksternal, kapsul utuh
Stadium Ib Pertumbuhan terbatas pada dua ovarium, tidak ada asites,
tidak ada tumor pada permukaan eksternal, kapsul utuh
Stadium Ic Tumor stadium Ia atau Ib; namun tumor terletak pada
permukaan salah satu atau kedua ovarium, kapsul
mengalami rupture, terdapat asites yang mengandung sel
ganas, atau bilas peritoneum menunjukan hasil positif
Stadium II Pertumbuhan terjadi pada salah satu atau kedua ovarium
dengan perluasan ke panggul
Stadium IIa Perluasan atau metastasis ke uterus atau tuba
Stadium IIb Perluasan ke jaringan panggul lain
Stadium IIIc Tumor stadium IIa atau IIb; namun tumor terletak pada
permukaan salah satu atau kedua ovarium, kapsul
mengalami rupture, terdapat asites yang mengandung sel
ganas, atau bilas peritoneum menunjukan hasil positif
Stadium III Tumor terdapat pada salah satu atau kedua ovarium;
implan peritoneum terletak di luar panggul atau nodus
retroperitoneum atau inguinal positif. Metastase ke
permukaan hati terjadi pada stadium III. Tumor terbatas
pada panggul minor, tetapi pemeriksaan histologis
membuktikan perluasan ganas ke usus halus atau
omentrium
Stadium IIIa Tumor sangat terbatas pada panggul minor; nodus
negative, tetapi pemeriksaan histologis membenarkan
adanya penyebaran mikroskopik ke permukaan
peritoneum abdomen
Stadium IIIb Tumor terdapat pada salah satu atau kedua ovarium;
pemeriksaan histologis menunjukan adanya implan pada
permukaan peritoneum abdomen, dengan diameter tidak
25
lebih dari 2 cm; nodus negatif
Stadium IIIc Diameter implant abdomen lebih dari 2 cm atau nodus
retroperitoneum atau inguinal positif
Sadium IV Pertumbuhan terjadi pada salah satu atau kedua ovarium
dengan metastase yang jauh. Jika terdapat efusi pleura,
hasil sitologi untuk stadium IV dipastikan positif.
Metastase ke parenkim hati terjadi pada stadium IV
Kategori Khusus Kasus yang tidak dieksplorasi, tetapi diduga sebagai
karsinoma ovarium dimasukkan ke dalam kategori khusus
2.2.4 Jenis
Ovarium terbentuk dari 3 sel utama yang dapat berkembang menjadi beberapa jenis
kanker ovarium yaitu:
2.2.5 Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, bayak
teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium. Adapun penyebab dari
kanker ovarium, yaitu:
a. Hipotesis incessant ovulation
Teori meyatakan bahwaterjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium
untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-
sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasimenjadi sel-
sel tumor. Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup atau jumlah anak yang
dimiliki oleh seorang wanita. Dalam paritas terjadi pelepasan sel ovum dari
ovarium sehingga menyebabkan produksi estrogen untuk poliferasi epitel
ovarium. Beberapa hipotesis mengungkapkan bahwa tingginya paritas justru
menjadi faktor protektif terhadap kanker ovarium, salah satunya adalah adalah
hipotesis incessant ovulation yangmenyebutkan bahwa pada saat terjadinya
ovulasi akan terjadi kerusakan pada epitel ovarium. Untuk proses perbaikan
kerusakan ini diperlukan waktu tertentu. Apabila kerusakan epitel ini terjadi
26
berkali-kali terutama jika sebelum penyembuhan sempurna tercapai, atau
dengan kata lain masa istirahat seltidak adekuat,maka proses perbaikan
tersebut akan mengalami gangguan sehingga dapat terjadi transformasi
menjadi sel-sel neoplastik. Hal inidapat menjelaskan bahwa wanita yang
memiliki paritas selama 2 kali akan menurunkan risiko terkena kanker
ovarium.
b. Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peranan penting dalam terbentuknya kanker
ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium
mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in vitro, androgen dapat
menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.
2.2.7 Patofisiologi
27
ini dapat dimasukkan ke dalam ovarium, di mana mereka kemudian berkembang biak.
Kanker ovarium biasanya menyebar ke permukaan peritoneum dan omentum.
Kanker epitel ovarium, epitel biasanya tidak menyerang ke ruang organ
parenkimnya, melainkan hanya menempel pada permukaan organnya saja. Sel tumor
tumbuh di sepanjang selaput rongga peritoneum dan mesentrium usus yang
menunjukkan fase metastasis. Transformasi maligna terkait dengan mutase gen p53
dan mutase dari proto-onkogen, BRAF (v-raf sarcoma murine onkogen virus homolog
B1), dan KRAS. Se kanker yang terkelupas secara tidak sengaja akan ikut mengalir
dalam sirkulasi cairan peritoneal secara alami, sel tersebut akan mengalir di sepanjang
selokan paracolic dan ruang sub-diagfragma. Hal inilah yang membuat hati dan
diagfragma peritoneum memiliki kemungkinan terbesar untuk menjadi implantasi
tumor disana. Pola penyebaran awal kanker ovarium adalah melalui penyebaran
langsung atau drainase limfatik. Sedangkan penyebaran hematogen biasanya baru di
akhir proses penyakit
Karsinoma ovarium bisa menyebar dengan ekstensi lokal, invasi limfatik,
implantasi intraperitoneal, penyebaran hematogen, dan bagian transdiaphragmatic.
Penyebaran intraperitoneal adalah karakteristik yang paling umum dan diakui dari
kanker ovarium. Sel-sel ganas dapat implan di mana saja dalam rongga peritoneal
tetapi lebih cenderung untuk menanamkan di situs statis sepanjang sirkulasi cairan
peritoneum. Seperti dibahas selanjutnya, mekanisme penyebaran mewakili pemikiran
untuk melakukan pementasan bedah, operasi debulking, dan administrasi kemoterapi
intraperitoneal. Sebaliknya, penyebaran hematogen secara klinis yang tidak biasa
pada awal proses penyakit, meskipun tidak jarang terjadi pada pasien dengan penyakit
lanjut.
Kanker ovarium disebabkan oleh zat-zat karsinogenik sehingga terjaditumor
primer, di mana akan terjadiinfiltrasi di sekitar jaringan dan akanterjadi implantasi.
Implantasi merupakan ciri khas dari tumor ganas ovarium.Gejala yang terjadi pada
kanker ovarium adalah gejala samar dan ascites. Ascites adalah kelebihan volume
cairan di rongga perut, sedangkan gejalasamarnya, yaitu perut sebah, makan sedikit
tapi cepat kenyang, seringkembung, dan nafsu makan menurun.
Manifestasi klinik terutama berupa rasa tidak enak di perut bagian bawah atau
tenesmus. Pada stadium awal dapat timbul acites; dengan cepat kankertumbuh
melapaui kavum pelvis hingga teraba massa, menstruasi tidak teratur,dapat timubl
pendarahan per vaginam. Tanda dan gejala pada pasien kankerovarium bervariasi dan
tidak spesifik. Pada stadium awal berupa menstruasiyang tidak teratur, ketegangan
28
menstrual yang meningkat, menoragia, nyeritekan pada payudara, menopause dini,
rasa tidak nyaman pada abdomen,dyspepsia, tekanan pada pelvis, sering
berkemih, flatulenes, rasa begah setelah makan makanan kecil, lingkar abdomen yang
terus meningkat. Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala,
terutama tumor ovarium kecil. Sebagian tanda dan gejala akibat dari
pertumbuhan,aktivitas hormonal dan komplikasi tumor-tumor tersebut.
29
selanjutnya menyebar kealat-alat yang jauh terutama paru-paru, hati dan
otak, obstruksi usus dan ureter merupakan masalah yang sering menyertai
penderita tumor ganas ovarium.
30
2.2.8 WOC
Diet tinggi lemak Alkohol Merokok Riwayat Kanker Infertilitas Tidak pernah melahirkan
31
2.2.9 Masalah Keperawatan yang Muncul
2.2.10 Pencegahan
32
Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada penderita
dengan asites yang disertai massa pelvis, karena dapat menyebabkan pecahnya
dinding kista akibat bagian yang diduga asites ternyata kista yang memenuhi
rongga perut. Pengeluaran cairan asites hanya dibenarkan apabila penderita
mengeluh sesak akibat desakan pada diafragma. Bila terdapat cairan ascites
yang tidak dapat diterangkan asalnya atau sebabnya (misalnya akibat Cirrhosis
hepatis), laparatomi eksploratif harus dijalankan.
f) Tumor Marker
Serum CA 125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling sering
digunakan dalam penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering
disertai keterbatasan. Perhatian telah pula diarahkan pada adanya petanda
tumor untuk jenis sel germinal, antara lain Alpha-fetoprotein (AFP), Lactic
acid dehydrogenase (LDH), human placental lactogen (hPL), plasenta-like
alkaline phosphatase (PLAP), dan human chorionic gonadotrophin (hCG).
BAB III
PEMBAHASAN
34
- Keluhan perkemihan
- Riwayat pasangan seksual
- Percobaan pengobatan sendiri
5. Riwayat Menstruasi
- Periode menstruasi terakhir
- Usia menarche
- Frekuensi atau keteraturan
- Jumlah hari menstruasi
- Produk yang digunakan
- Keluhan seperti menoraghea, amenoraghea, perdarahan yang tidak biasa
6. Kesehatan Seksual
- Usia saat pengalaman pertama
- Jumlah pasangan
- Perilaku berisiko
- Masalah seksual
- Pelecehan seksual
7. Riwayat Obstetrik
- Sedang hamil
- Riwayat aborsi elektif dan spontan
- Lamanya kelahiran
- Jenis kelahiran
- Tempat melahirkan
b) Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum pasien tampak lemah. Pemeriksaan TTV didapatkan hasil :
TD, nadi, RR, suhu
Pemeriksaan kepala : bentuk kepala klien simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada
hematom, rambut klien bersih tidak rontok.
Pemeriksaan muka : bentuk muka klien simetris, muka klien nampak pucat dan
berkeringat, tidak ada lesi pada muka klien. Sklera klien berwarna putih bersih,
terdapat sekret pada mata, konjungtiva anemis.Hidung klien simetris, tidak ada
septum deviasi, tidak ada lesi juga tidak ada epistaksis, tidak ada polip. Pada
pemeriksaan bibir klien didapatkan bibir klien kering, tidak ada stomatitis. Pada
telinga klien bentuknya simetris, telinga klien sedikit kotor.
35
Pemeriksaan leher ,tidak terdapat pembesaran pada kelenjar thyroid, tidak ada
kaku kuduk, reflek menelan baik, dan saat dilakukan pengukuran JVP didapatkan
nilai 2 yang berarti tidak ada pelebaran JVP
Pemeriksaan dada : saat dilakukan insfeksi bentuk dada,bentuk dada normal, saat
dilakukan palpasi vokal fremitus getaran nya sama antara kanan dan kiri, saat
dilakukan pemeriksaan pengembangan paru normal, pada pemeriksaan Auskultasi
paru mendapatkan bunyi bronkountuk mengetahui suara nafas. Pada jantung yang
perlu dikaji adalah palpasi pulsasi katup teraba kuat, katup pulmonal teraba kuat,
katup trikuspidalis teraba kuat, iktus kordis teraba kuat. Auskultasi bunyi jantung
S1 S2 normal.
Pemeriksaan abdomen :
1.1. Inspeksi : abdomen klien asites dan teraba keras.
1.2. Auskultasi : karakter, lokasi & frekuensi peristaltik usus, suara Bruit : bunyi
aorta,
arteri renal, arteri iliaka.
1.3. Palpasi : untuk mengkaji ukuran hepar, lien & ginjal, kaji nyeri tekan.
1.4. Perkusi : Kaji jenis & lokasi bunyiàtympani (normal pd usus) hypertimpani
(kembung), menentukan batas hepar.
Pada Genetalia klien warnanya sama dengan warna kulit,tidak terdapat lesi pada
vulva, ada cairan abnormal pada genitalia klien. Pada palpasi tidak terdapat
nyeri.
Rectum klien normal ditandai dengan kulit di sekitar rektum tidak terdapat
kemereahan ataupun lesi. Saat dilakukan palpasi tidak terasa nyeri.
Pengkajian ekstremitas: tonus klien lemah, klien tidak bertenaga
c) Intervensi Keperawatan
37
mengurangi nyeri (301604)
Memberikan pilihan-pilihan untuk
Manajemen Nyeri (1400)
manajemen nyeri (301608)
1. Memastikan perawatan
analgesik pada klien
dilakukan dengan
pemantauan
Rasional: perawat
memastikan perwatan
analgesik guna menurunkan
tingkat nyeri yang dialami
klien
2. Berkolaborasi dengan
klien faktor-faktor yang
dapat menurunkan atau
memperberat nyeri
Rasional: gali bersama klien
mengenai faktor-faktor agar
perawat mengetahui faktor
yang dapat mempengaruhi
nyeri klien
3. Mengevaluasi bersama
klien dan tim kesehatan
lainnya, mengenai
efektifitas tindakan
pengontrolan nyeri
yang pernah digunakan
sebelumnya
Rasional: mengevaluasi
bersama klien dan tim
lainnya agar memudahkan
perawat datau tenaga
kesehatan lainnya dalam
memberikan tindakan
38
selanjutnya
4. Mengajarkan prinsip-
prinsip manajemen
nyeri
Rasional: mengajarkan klien
agar dapat mengatasi nyeri
secara mandiri
Pengalihan (5900)
1. Mengidentifikasi
bersama klien
mengenai daftar
kegiatan yang
menyenangkan
(misalnya.,berbicara
bersama teman atau
keluarga)
Rasional: perawat
mengidentifikasi hal tersebut
guna meningkatkan ketepatan
dan keberhasilan dalam masa
pengalihan nyeri
39
nyeri
3. Menyarankan teknik
pengalihan yang sesuai
dengan tingkat
energi,usia, dan
kemampuan
Rasional: menyarankan hal
tersebut kepada klien agar
meningkatkan derajat
keberhasilan dalam prosedur
perawatan
4. Melibatkan keluarga
dan orang terdekat serta
memberikan
pengajaran yang
diperlukan
Rasional: melibatkan orang
terdekat klien dapat
mengalihkan nyeri pada klien.
2 Resiko cidera Setelah dilakukan tindakan Monitor Nutrisi ( 1160 )
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam
1. Memonitor
dengan pajanan diharapkan masalah keperawatan kecenderungan turun
pada kimia toksik resiko cidera dapat teratasi dan naiknya berat
dengan kriteria hasil : badan
Rasional: Pasien yang telah
(Domain 11, kelas melakukan kemoterapi nafsu
2 , kode 00035) Keparahan Cedera Fisik makannya akan menurun
(1913) sehingga akan mempengaruhi
berat badan.
1 Tidak ada lecet pada kulit
Definisi :
pasien 2. Memonitor turgor kulit
2 Tidak ada memar pada kulit dan mobilitas
Rentan mengalami
pasien Rasional: Pasien yang telah
cedera fisik akibat 3 Tidak ada luka bakar pada
kondisi lingkungan melakukan kemoterapi akan
kulit pasien
4 Tidak ada prdarahan pada mengalami masalah mengenai
yang berinteraksi
pasien
40
dengan sumber 5 Tidak ada kerusakan kulitnya.
adaptif dan sumber kognisi
3. Indentifikasi
defensive individu , abnormalitas kulit
yang dapat Status Nutrisi: Asupan Nutrisi Rasional: Pasien yang telah
mengganggu (1008) melakukan keoterapi akan
kesehatan. mengalami masalah mengenai
1. Asupan kalori pasien
kulitnya. Seperti kulit akan
adekuat
2. Asupan protein pasien kering dan lain sebagainya
adekuat 4. Identifikasi adanya
3. Asupan karbohidrat pasien
abnormalitas rambut
adekuat
4. Asupan mineral pasien Rasional: Pasien yang telah
adekuat melakukan keoterapi akan
mengalami masalah mengenai
rambutnya.
Kontrol Resiko (2102)
5. Memonitor adanya
1 Pasien dapat mencari
mual dan muntah
informasi tentang resiko
Rasional: Pasien yang telah
kesehata.
2 Dapat memonitor factor melakukan keoterapi akan
resiko individu berisiko mudah mengalami
3 Pasien dapat berpartisipasi
mual dan muntah
dalam skrining resiko
4 Pasien dapat menggunakan 6. Identifikasi perubahan
system dukungan personal nafsu makan dan
untuk mengurangi resiko aktivitas akhir-akhir ini
5 Pasien dapat mengenali
Rasional: Pasien kemoterapi
perubahan status kesehatan.
akan mengalami perubahan
nafsu makan menurun karena
7. Tentukan factor-faktor
1. Tekanan darah sistol pasien
yang memengaruhi
kembali normal
2. Tekanan darah diastole asupan nutrisi.
pasien kembali normal Rasional: Dengan menentukan
3. Kelelahan yang dirasakan factor-faktor yang
pasien hilang mempengaruhi kita bisa
4. Pasien tidak lagi
41
mengalami pucat. mengatasi masalah sesuai
dengan penyebab tersebut.
1. Pertimbangkan
pemenuhan terhadap
perawatan dan medis
dan perawatan
Rasional: Mempertimbang
perawatan kepada pasien dapat
memberikan rasa nyaman dan
kesesuaian dengan status
kesehatan pasien.
2. Implementasikan
aktivitas-aktivitas
pengurangan resiko
Rasional: Kemoterapi
memiliki beberapa resiko maka
tugas perawat yaitu mengontrol
resiko tersebut agar tidak
memberikan ketidaknyamanan
pada pasien.
3. Rencanakan monitor
resiko kesehatan dalam
jangka panjang
Rasional: Monitor resiko
jangka Panjang dapat
membantu pasien untuk
mencegah resiko tersebut agar
tidak berkelanjutan.
Pencegahan Perdarahan
(4010)
42
1. Memonitor dengan
ketat resiko terjadinya
perdarahan pada pasien
Rasional: Perdarahan sering
terjadi kepada pasien
kemoterapi seprti mimisan dll.
Dengan seperti itu perawat
harus dapat mencegah
perdarahan tersebut
berkelanjutan.
2. Memonitor komponen
koagulasi darah, PTT,
dan trombosit hitung
dengan cepat
Rasional: Dengan memonitor
koagulasi darah dapat
mencegah apabila perdarahan
terus berlanjut dan dapat
memantau frekuensi dan jumlah
darah yang keluar.
4. Menginstruksikan
pasien dan keluarga
untuk memonitor
tanda-tanda perdarahan
dan mengambil
43
tindakan yang tepat jika
terjadi perdarahan.
Rasional: Dengan
berkolaborasi dengan keluarga
dapat membantu pasien jika
sewaktu-waktu pasien
mengalami perdarahan di
rumah keluarga dapat
menanginya dengan tepat.
3 Resiko kekurangan Setelah dilakukan tindakan Pengurangan Pendarahan (
volume cairan b.d keperawatan selama 3 x 24 jam 3350 )
factor yang diharapkan masalah keperawatan
1. Memonitor pasien akan
memengaruhi resiko kekurangan volume perdarahan secara tepat
kebutuhan cairan. cairan dapat teratasi dengan Rasional: Memantau apakah
kriteria hasil : perdarahan yang keluar adalah
perdarahan yang normal atau
(Domain 2, kelas tidak. Dengan seperti itu dapat
5 , kode 00028) Keseimbangan Cairan (0601) dilakukannya tindakan yang
sesuai.
1. Keseimbangan intake dan
output dalam 24 jam pasien 2. Memonitor jumlah dan
Definisi :
tidak terganggu sifat kehilangan darah
2. Turgor kulit pasien tidak
Kerentanan Rasional: Kemoterapi berisiko
terganggu
mengalami terjadinya perdarahan, sehingga
3. Berat badan pasien stabil
penurunan volume 4. Pasien tidak lagi pasien akan mudah mengalami
mengalami kehausan anemia. Dengan seperti itu
cairan
diperlukan untuk dilakukannya
intravaskuler,
monitoring.
interstisial, Respon Pengobatan (0007)
dan/atau 3. Memonitor tanda dan
1 Efek teraupetik yang
intraseluler yang gejala perdarahan
diharapkan tidak
persisten.
dapat mengganggu terganggu
2 Perubahan gejala yang Rasional: Dengan
kesehatan
diharapkan tidak memonitoring tanda dan gejala
terganggu perdarahan persisten akan
3 Tidak ada dampak membantu perawat mengetahui
buruk yang dialami perdarahan yang dialami pasien
pasien
44
4 Tidak ada intoleransi yang tampak maupun yang
pengobatan pada tersembunyi.
pasien
4. Menginstruksikan
pasien dan keluarga
Keparahan Mual & Muntah tanda-tanda perdarahan
(2107) dan tindakan yang tepat
4. Mengukur diare/output
45
cairan
Rasional: diare dapat
menyebabkan pasien
kehilangan cairan yang banyak
dapam tubuhya, hal tersebut
harus dicatat oleh perawat
untuk memberikan tidakan
pemenuhan cairan pada pasien.
1. Mengkaji emesis
terkait dengan warna,
konsistensi, akan
adanya darah, waktu,
dan sejauh mana
kekuatan emesis
Rasional: Untuk mengetahui
muntahan yang dikeluarkan
normal atau tidak.
2. Mempertimbangkan
frekuensi dan durasi
muntah
Rasional: Utuk mengetahui
tindakan dan pengobatan apa
yang sesuai untuk
meminimalisir muntah.
3. Memberikan dukungan
fisisk selama muntah .
Rasional: Membantu pasien
agar dapat secara leluasa dan
nyaman mengeluaran
muntahannya.
4. Memonitor efek
menajemen muntah
46
secara menyeluruh
Rasional: Muntah dapat
berisiko pasien mengalami
kekurangan cairan. Sehingga
diperlukan tindakan sesuai
dengan efek muntah tersebut
5. Memonitor
keseimbangan cairan
dan elektrolit
Rasional: Resiko pasien sering
mengalami muntah yaitu pasien
akan kehilangan cairan dan
elektrolitnya sehingga perawat
harus memantau perkembangan
cairan dan elektrolit pasien di
dalam tubuh pasien.
1. Menimbang berat
badan setiap hari dan
monitor status pasien
Rasional: Berat badan
menurun merupakan suatu
tanda pasien tersebut
kehilangan cairan atau tidak.
2. Memonitor status
hidrasi
Rasional : Untuk memenuhi
cairan atau elektrolit yang
dibutuhkan tubuh pasien.
47
kesehatn pasien.
4. Memberikan cairan
dengan tepat
Rasional: Pemberian cairan
dengan tepat dapat membantu
pasien untuk memenuhi cairan
tubuhnya yang telah hilang
selama proses tindakan medis
penyinaran yang dilakukan.
48
(1014) bagaimana
menghindari
1. Dapat menginfeksi factor
infeksi
resiko infeksi Rasional: Dengan
2. Dapat mengidentifikasi
berkolaborasi
tanda dan gejal infeksi.
3. Dapat memonitor perilaku dengan keluarga
komplikasi. Melaporkan
2 Pasien dapat mengikuti dengan tepat akan
pengobatan yang membantu pasien
direkomendasikan. terhindar dari
3 Pasien dapat mencegah
komplikasi
kebiasaan yang potensial
infeksi.
meningkatkan penyakit
4 Dapat membangun rencana Pengajaran: Proses
untuk kegawatdaruratan
Penyakit (1050)
medis
5 Pasien dapat memantau 1. Mereview pengetahuan
tanda dan gejala komplikasi pasien mengenai
kondisinya
Rasional: Untuk
Pemulihan Pembedahan:
memberikan
Penyembuhan (2304)
pengetahuan kepada
1. Pasien dapat berkonsentrasi pasien mengenai
dengan baik kondisinya sehingga
2. Penyesuaian pasien
pasien dapat kooperatif
49
terhadap perubahan tubuh dengan tidakan yang
karena pembedahan normal akan dilakukan.
3. Pasien tidak mengalami 2. Mengidentifikasi
nyeri perubahan kondisi fisik
4. Pasien tidak mengalami
pasien
infeksi luka Rasional: Perubahan
5. Pasien tidak mengalami
kondisi fisik pasien
kelelahan
menandakan status
6. Pasien tidak mengalami
kesehatan pasien.
muntah
3. Memberikan informasi
7. Pasien tidak mengalami
kepada keluarga/orang
mual
yang penting bagi
pasien mengenai
perkembangan pasien.
Rasional: Agar
keluarga memeberikan
dukungan dan dapat
kooperatif dalam
penyembuhan pasien.
4. Memberikan informasi
mengenai pemeriksaan
diagnostic yang
tersedia
Rasional: agar pasien
dapat memilih tidakan
yang ingin
dilakukannya dan tidak
memberatkannya.
5. Mendiskusikan pilihan
terapi/penanganan.
Rasional: untuk
memberikan atau
menerapkan prinsip
autonomi pada pasien.
6. Mengedukasi mengenai
tindakan untuk
mengkontro/
meminimalkan gejala.
Rasional: Dengan
melakukan edukasi
50
mengenai control
gejala dapat membantu
penyembuhan pasien.
1. Memonitor tekanan
darah, suhu, nadi, dan
status pernafasan
dengan tepat
Rasional: Tanda-tanda
vital dapat mengetahui
perubahan dan
perkembangan kondisi
pasien.
2. Memonitor warna kulit,
suhu, dan kelembaman.
Rasional: Untuk
mengetahui perubahan
fisik pasien karena
tindakan medis.
3. Mengidentifikasi
kemungkinan penyebab
perubahan tnda-tanda
vital.
Rasional: Agar perwat
dapat melakukan
tindakan yang sesuai
dengan penyebabnya.
4. Memonitor dan
laporkan tanda dan
gejala hipotermia dan
hipertermia.
Rasional: Pasien pasca
tindakan penyinaran
akan berisiko
mengalami gangguan
pada suhu tubuhnya.
51
3.2 Asuhan Keperawatan Kanker Ovarium
a) Pengkajian
Identitas Klien :
Nama, tempat, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama, berat badan, tinggi badan,
suku, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan,alamat, diagnosa medis .
Keluhan utama :
Badan terasa lemas,lesu, tidak nafsu makan, nyeri perut bagian bawah.
Riwayat Kesehatan:
52
- Riwayat penggunaan obat fertilitas
- Pasangan laki-laki telat dievaluasi
4. Infeksi
- Lokasi
- Durasi
- Demam atau menggigil
- Keluhan yang berhubungan
- Karakteristik keputihan
- Keluhan perkemihan
- Riwayat pasangan seksual
- Percobaan pengobatan sendiri
5. Riwayat Menstruasi
- Periode menstruasi terakhir
- Usia menarche
- Frekuensi atau keteraturan
- Jumlah hari menstruasi
- Produk yang digunakan
- Keluhan seperti menoraghea, amenoraghea, perdarahan yang tidak biasa
6. Kesehatan Seksual
- Usia saat pengalaman pertama
- Jumlah pasangan
- Perilaku berisiko
- Masalah seksual
- Pelecehan seksual
7. Riwayat Obstetrik
- Sedang hamil
- Riwayat aborsi elektif dan spontan
- Lamanya kelahiran
- Jenis kelahiran
- Tempat melahirkan
b) Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum pasien tampak lemah. Pemeriksaan TTV didapatkan hasil :
TD, nadi, RR, suhu
53
Pemeriksaan kepala : bentuk kepala klien simetris, tidak terdapat lesi, tidak
ada hematom, rambut klien bersih tidak rontok.
Pemeriksaan muka : bentuk muka klien simetris, muka klien nampak pucat
dan berkeringat, tidak ada lesi pada muka klien. Sklera klien berwarna putih
bersih, terdapat sekret pada mata, konjungtiva anemis.Hidung klien simetris,
tidak ada septum deviasi, tidak ada lesi juga tidak ada epistaksis, tidak ada
polip. Pada pemeriksaan bibir klien didapatkan bibir klien kering, tidak ada
stomatitis. Pada telinga klien bentuknya simetris, telinga klien sedikit kotor.
Pemeriksaan leher ,tidak terdapat pembesaran pada kelenjar thyroid, tidak ada
kaku kuduk, reflek menelan baik, dan saat dilakukan pengukuran JVP
didapatkan nilai 2 yang berarti tidak ada pelebaran JVP
Pemeriksaan dada : saat dilakukan insfeksi bentuk dada,bentuk dada normal,
saat dilakukan palpasi vokal fremitus getaran nya sama antara kanan dan kiri,
saat dilakukan pemeriksaan pengembangan paru normal, pada pemeriksaan
Auskultasi paru mendapatkan bunyi bronkountuk mengetahui suara nafas.
Pada jantung yang perlu dikaji adalah palpasi pulsasi katup teraba kuat, katup
pulmonal teraba kuat, katup trikuspidalis teraba kuat, iktus kordis teraba kuat.
Auskultasi bunyi jantung S1 S2 normal.
Pemeriksaan abdomen :
1.1. Inspeksi : abdomen klien asites dan teraba keras.
1.2. Auskultasi : karakter, lokasi & frekuensi peristaltik usus, suara Bruit :
bunyi aorta,arteri renal, arteri iliaka.
1.3. Palpasi : untuk mengkaji ukuran hepar, lien & ginjal, kaji nyeri tekan.
1.4. Perkusi : Kaji jenis & lokasi bunyiàtympani (normal pd usus)
hypertimpani (kembung), menentukan batas hepar.
Pada Genetalia klien warnanya sama dengan warna kulit,tidak terdapat lesi
pada vulva, ada cairan abnormal pada genitalia klien. Pada palpasi tidak
terdapat nyeri.
Rectum klien normal ditandai dengan kulit di sekitar rektum tidak terdapat
kemereahan ataupun lesi. Saat dilakukan palpasi tidak terasa nyeri.
Pengkajian ekstremitas: tonus klien lemah, klien tidak bertenaga.
54
c) Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1 Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Pengajaran : Proses penyakit
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 Mengkaji tingkat pengetahuan
kurangnya informasi jam diharapkan masalah pasien terkait dengan proses
(00126, domain 5, kelas keperawatan defisiensi penyakit yang spesifik
4) pengetahuan dapat teratasi Rasional : untuk mengetahui
dengan kriteria hasil: sejauh mana pengetahuan klien
Definisi : ketiadaan Pengetahuan: mengenai penyakit yang dialami
atau defisiensi Manajemen penyakit
informasi kognitif yang akut 3100 Mereview pengetahuan pasien
berkaitan dengan topik 1. Monitor tanda dan mengenai kondisinya
tertentu gejala penyakit Rasional : untuk mengetahui
klien (5) pengetahuan klien mengenai
2. Dapatkan sampel
penyakit yang sedang dialami
darah yang sesuai
permintaan (5)
3. Klien mematuhi Mengidentifikasi perubahan
55
mengenai Mengedukasi pasien mengenai
diagnosis kanker tanda dan gejala yang harus
yang dialami (5) dilaporkan kepada petugas
3. Klien mengetahui
kesehatan, sesuai kebutuhan.
perjalanan penyakit
Rasional : untuk meningkatkan
dari kanker yang
partisipasi klien dalam proses
diderita (5)
4. Klien memiliki pengobatan
pengetahuan
mengenai pilihan Pengajaran preoperative
pengobatan yang Mengkaji riwayat operasi
Konseling
56
Membangun hubungan
terapeutik yang didasarkan
pada (rasa) saling percaya dan
saling menghormati
Rasional : agar klien dapat
kooperatif dalam program
pengobatan
57
menggangu kesehatan. Orientasi kognitif 0901
1. Klien dapat Menentukan jumlah kalori dan
mengidentifikasi tipe nutrisi yang diperlukan
diri sendiri (5) untuk memenuhi kebutuhan
2. Klien dapat
nutrisi dengan berkolaborasi
mengidentifikasi
bersama ahli gizi , sesuai
tempat saat ini (5)
kebutuhan
3. Klien dapat
Rasional : untuk mencukupi
mengidentifikasi
hari dengan benar kebutuhan oksigen klien melalui
nutrisi yang cukup
(5)
58
Memonitor status mental
(misalnya., bingung, depresi,
cemas)
Rasional : sebagai pertimabangan
dalam memberikan program
pengobatan selanjutnya
Pencegahan perdarahan
Memonitor dengan ketat risiko
terjadinya perdarahan pada
pasien
Rasional : untuk mencegah
terjadinya perdarahan
59
kelas, 1) kriteria hasil:
Keparahan infeksi 0703 Mengidentifikasi obat-obatan
Definisi: 1. Klien tidak yang memiliki indikasi untuk
Rentan mengalami mengalami demam masalah kesehatan saat ini
invasi dan multiplikasi (5) Rasional : untuk membantu
2. Klien tidak
organisme patogenik mengoptimalkan dari pengobatan
mengalami
yang dapat yang diberikan saat ini
hipotermia (5)
mengganggu kesehatan.
3. Suhu tubuh klien
stabil berkisar Menuliskan resep,
60
diberikan sesuai kebutuhan.
Rasional : sebagai bahan evaluasi
atas pengobatan yang telah
diberikan
Peningkatan latihan
Mempertimbangkan motivasi
individu untuk memulai atau
melanjutkan program latihan
Rasional : semakin motivasi tinggi
maka semakin baik bagi program
latihan yang diberikan
Menginformasikan individu
mengenai manfaat kesehatan
dan efek fisiologis latihan
Rasional : untuk meningkatkan
motivasi klien
Mengintruksikan individu
terkait dengan tipe aktivitas
fisik yang sesuai dengan
derajat kesehatannya,
kolaborasikan dengan dokter
dan atau ahli terapi fisik
Rasional : latihan yang sesuai
kebutuhan akan lebih efektif dalam
61
membantu kesembuhan klien
4 Keletihan berhubungan Setelah dilakukan tindakan Peningkatan tidur
dengan kelesuan keperawatan selama 1x24 Menentukan pola
fisiologis (mis., anemia, jam diharapkan masalah tidur/aktivitas pasien
kehamilan, penyakit) keperawatan keletihan Rasional : untuk menentukan
dapat teratasi dengan program pengobatan dengan
(00093, domain 4, kelas kriteria hasil: aktivitas klien
3) Tingkat kelelahan (0007)
Definisi : 1. Klien tidak Menjelaskan pentingnya tidur
Keletihan terus- mengalami yang cukup selama kehamilan,
menerus dan penurunan kelelahan (5) penyakit, tekanan psikososial,
kapasitas untuk kerja 2. Klien tidak dan lain-lain
fisik dan mental pada kehilangan selera Rasional : memotivasi klien agar
tingkat yang lazim. makan (5) klien bersedia untuk kooperativ
3. Kualitas tidur klien selama pengobatan
meningkat (5)
4. Fungsi imun klien Membantu untuk
meningkat (5) menghilangkan situasi stress
sebelum tidur
Tingkat Depresi (1208) Rasional : untuk meningkatkan
1. Klien tidak kualitas tidur klien
mengalami
perasaan depresi Terapi relaksasi
(5) Meminta klien untuk rileks dan
2. Klien tidak merasakan sensasi yang terjadi
mengalami Rasional : untuk membuat klien
gangguan merasa tenang
konsentrasi (5)
3. Klien mengalami Menunjukkan dan
peningkatan berat mempraktikkan teknik
badan (5) relaksasi pada klien
4. Klien mengalami Rasional : agar klien dapat dengan
peningkatan nafsu mudah melakukan perintah yang
makan (5) diberikan
62
5. Klien tidak
mengalami Memberikan waktu yang tidak
keputusasaan (5) menganggu karena mungkin
6. Klien tidak merasa saja klien tertidur
harga dirinya Rasional : tindakan disesuaikan
rendah (5) dengan aktivitas klien
Daya Tahan (0001)
1. Klien selalu Evaluasi dan dokumentasi
berkonsentrasi (5) respon terhadap terapi
2. Oksigen darah relaksasi
klien stabil dan Rasional : untuk mengukur
tercukupi ketika keberhasilan dari terapi yang
beraktivitas diberikan
3. Hemoglobin klien
tercukupi (5) Peningkatan sistem dukungan
Mengidentifikasi tingkat
Motivasi (1209) dukungan keluarga, dukungan
1. Klien memperoleh keuangan, dan sumber daya
dukungan yang lainnya
diperlukan (5) Rasional : dukungan yang optimal
2. Klien dapat dapat membantu keberhasilan
mempertahankan pengobatan yang diberikan
harga diri yang
positif (5) Menyediakan layanan dengan
3. Klien dapat sikap peduli dan mendukung
mengungkapkan Rasional : membuat klien merasa
keyakinan akan nyaman dan meningkatkan
kemampuan untuk hubungan saling percaya antara
melakukan klien dan tenaga kesehatan
tindakan (5)
63
perencanaan
Rasional : klien dapat lebih
percaya terhadap pengobatan yang
diberikan
Evaluasi :
1. Klien yang belum mengetahui mengenai penyakit yang diderita setelah
mendapatkan proses pengajaran, pengetahuan dan konseling dapat memahami
mengenai penyakit yang sedang diderita.
2. Klien yang merasakan pusing, bingung dan shok setelah menjalani proses
pembedahan dapat mengendalikan dirinya dari risiko cedera, setealh dilakukan
terapi dan monitor nutrisi klien.
3. Demam, suhu tubuh naik, mual muntah dapat diatasi setelah klien diberikan obat
dengan dosis yang sesuai atau dengan peresepan dosis yang tepat.
4. Klien tidak terlihat lelah, lesu dan lemas.
5. Pertahankan intervensi.
BAB IV
PENUTUPAN
64
4.1 Simpulan
Kanker serviks adalah keganasan yang berasal dari servik. Kanker serviks
terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tidak terkendali,
jika sel-sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk suatu masa jaringan yang
disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas, jika tumor tersebut ganas maka
keadaannya disebut kanker serviks. Kanker servik dipengaruhi oleh fakto HPV, umur,
jumlah kehamilan dan partus, jumlah perkawinan, infeksi virus, sosial ekonomi,
hygine dan sirkumsisi, merokok dan pemakaian pil kb.
Kanker Ovarium adalah kanker yang terjadi karena sel-sel pada ovarium
berubah dan tumbuh tidak terkendali. Gejala kanker ovarium sangat bervariasi dan
tidak spesifik. Banyak teori yang menjelaskan etiologi kanker servik diantaranya
hipotesis incessant ovulation dan hipotesis androgen. Kanker ovarium dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya merokok, alkhohol, diet tinggi lemak, riwayat
kanker payudara, kolon, atau endometrium, riwayat kelurga dengan kanker payudara
atau ovarium, infertilitas dan tidak pernah melahirkan
Penanganan secara tepat dapat menurunkan gejala dan dampak yang
ditimbulkan dari penyakit kanker ovarium dan kanker servik. Pengetahuan tentang
proses penyakit sangat perlu diberikan kepada klien untuk mengurangi tingkat
kecemasan dan nyeri.
4.2 Saran
65
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M, dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan Edisi 8 Buku 1. Jakarta. Elsevier Inc
Blackwell, W. (2015-1017). NANDA International, Inc. 9600 Garsington Road, Oxford, OX4
2DQ, UK: The Atrium, Southern Gate, Chichester, West Sussex, PO19 8SQ, UK.
Lane, R., & St. Louis, M. (2013). NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION (NIC),
SIXTH EDITION. United States of America: Elsevier.
66
Suryapratama, S. A., & Pramono, B. A. (2012). Karakteristik penderita kanker serviks di
RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2010 (Doctoral dissertation, Fakultas
Kedokteran).http://eprints.undip.ac.id/37777/1/Satya_Ariza_G2A008172_Lap.KTI.pdf
Wahyuni, S. (2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku deteksi dini kanker serviks
di kecamatan ngampel Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Jurnal Keperawatan
Maternitas, 1(1).
67