“KISTA OVARIUM”
Disusun Oleh:
Khairunnisa 19101026
TAHUN 2022
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada
kita semua. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat-sahabatnya dan orang-orang yang senantiasa
mengikuti jejak dan langkahnya.Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Masalah dan Gangguan Pada Sistem Reproduksi,dengan adanya makalah ini penulis
berharap agar dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu semua, penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................. 1
DAFTAR ISI......................................................................................................... 3
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.3.5 Mengetahui pathofisiologi kista ovarium
1.3.6 Mengetahui pathway kista ovarium
1.3.7 Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan kista ovarium
1.3.8 Mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakuakan dengan kista ovarium
1.3.9 Mengetahui asuhan kebidanan pada klien dengan kista ovarium
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Epidemiologi
Prevalensi sebenarnya dari penderita kista ovarium masih belum diketahui. Hal
ini banyaknya pasien tanpa gejala, yang menyebabkan kesulitan dalam diagnosis. Sebuah
studi menyebutkan sekitar 4% wanita 65 tahun yang berobat ke rumah sakit memiliki
kista ovarium. Studi lain menemukan sekitar 2,5% wanita post-menopausal memiliki
kista ovarium. Sebuah survey pada 33.739 pre menopause dan post menopause
menunjukkan prevalensi kista ovarium sebesar 46.7% dengan metode USG transvaginal.
2.2 Patofisiologi
Patofisiologi Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis,
ovarium, dan endometrium. Perkembangan dan pematangan folikel ovarium terjadi
akibat rangsangan dari kelenjar hipofisis. Rangsangan yang terus menerus datang dan
ditangkap panca indra dapat diteruskan ke hipofisis anterior melalui aliran portal
hipothalamohipofisial. Setelah sampai di hipofisis anterior, GnRH akan mengikat sel
genadotropin dan merangsang pengeluaran FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH
(LutheinizingHormone), dimana FSH dan LH menghasilkan hormon estrogen dan
progesteron (Nurarif, 2013).
Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan progesteron yang normal.
Hal tersebut tergantung pada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah satu
hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi dengan
secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah yang
tepat. Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang
terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur. Dimana, kegagalan tersebut terbentuk secara
tidak sempurna di dalam ovarium dan hal tersebut dapat mengakibatkan terbentuknya
kista di dalam ovarium, serta menyebabkan infertilitas pada seorang wanita (Manuaba,
2010).
6
2.3 Tanda Dan Gejala
Tanda dan Gejala Kebanyakan kista ovarium tumbuh tanpa menimbulkan gejala
atau keluhan. Keluhan biasanya muncul jika kista sudah membesar dan mengganggu
organ tubuh yang lain jika sudah kista mulai menekan saluran kemih, usus, saraf, atau
pembuluh darah besar di sekitar rongga panggul, maka akan menimbulkan keluhan
berupa susah buang air kecil dan buang air besar, gangguan pencernaan, kesemutan atau
bengkak pada kaki (Andang, 2013).
Menurut Nugroho (2014), gejala klinis kista ovarium adalah nyeri saat
menstruasi, nyeri di perut bagian bawah, nyeri saat berhubungan badan, siklus menstruasi
tidak teratur, dan nyeri saat buang air kecil dan besar.Gejalanya tidak menentu, terkadang
hanya ketidak nyamanan pada perut bagian bawah. Pasien akan merasa perutnya
membesar dan menimbulkan gejala perut terasa penuh dan sering sesak nafas karena
perut tertekan oleh besarnya kista (Manuaba, 2009)
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi Kista OvariumMenurut Yatim (2008), kista ovarium dapat terjadi di
bagian korpus luteum dan bersifat non-neoplastik. Ada pula yang bersifat neoplastik.
Oleh karena itu, tumor kista dari ovarium yang jinak di bagi dalam dua golongan yaitu
golongan non-neoplastik dan neoplastik. Menurut klasifikasi kista ovarium berdasarkan
golongan non neoplatik, kista dapat didapati sebagai :
A. Kista OvariumNon-neoplastik
1. Kista FolikelKista folikel merupakan struktur normal dan fisiologis yang berasal
dari kegagalam resorbsi cairan folikel yang tidak dapat berkembang secara
sempurna. Kista folikel dapat tumbuh menjadi besar setiap bulannya sehingga
sejumlah folikel tersebut dapat mati dengan disertai kematian ovum. Kista folikel
dapat terjadi pada wanita muda yang masih menstruasi. Diameter kista berkisar
2cm (Yatim, 2008).Kista folikel biasanya tidak bergejala dan dapat menghilang
menstr
adalah pemeriksaan ultrasonografi awal, dan pemeriksaan ulang dalam waktu 4-8
7
pemberian kontrasepsi oral selama 4-8 minggu yang akan menyebabkan kista
menghilang sendiri (Yatim, 2008).
2. Kista lutein Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang diluar
kehamilan.Kista luteum yang sesungguhnya, umumnya berasal dari corpus luteum
hematoma. Perdarahan kedalam ruang corpus selalu terjadi pada masa
vaskularisasi. Bila perdarahan ini sangat banyak jumlahnya, terjadilah korpus
leteum hematoma yang berdinding tipis dan berwarna kekuning - kuningan.
Biasanya gejala-gejala yang di timbulkan sering menyerupai kehamilan ektopik
(Yatim, 2008).
3. Kista stain levental ovaryBiasanya kedua ovarium membesar dan bersifat
polykistik, permukaan rata, berwarna keabu-abuan dan berdinding tebal. Pada
pemeriksaan mikroskopis akan tampak tunika yang tebal dan fibrotik.
Dibawahnya tampak folikel dalam bermacam-macam stadium, tetapi tidak di
temukan korpus luteum. Secara klinis memberikan gejala yang disebut stain –
leventhal syndrome dan kelainan ini merupakan penyakit herediter yang
autosomaldominant (Yatim, 2008).
4. Kista Korpus LuteumKista korpus luteum merupakan jenis kista yang jarang
terjadi. Kista korpus luteum berukuran ≥ 3 cm, dan diameter kista sebesar 10 cm.
Kista tersebut dapat timbul karena waktu pelepasan sel telur terjadi perdarahan
dan bisa pecah yang sering kali perlu tindakan operasi (kistektomi ovarii) untuk
mengatasinya. Keluhan yang biasa dirasakan dari kista tersebut yaitu rasa sakit
yang berat di rongga panggul terjadi selama 14-60 hari setelah periode menstruasi
terakhir (Yatim, 2008)
B. Kista Ovarium Neoplastik
1. Kistoma Ovarium Simpleks Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus,
biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista
tipis dan cairan di dalam kista jernih, dan berwarna putih. Terapi terdiri atas
pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang di
keluarkan harus segera di periksa secara histologik untuk mengetahui apakah ada
keganasan atau tidak (Setiati, 2009).
8
2. Kista DermoidSebenarnya kista dermoid ialah satu terotoma kistik yang jinak
dimana stuktur-stuktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epital
kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning
menyerupai lemak nampak lebih menonjol dari pada elemen-elemen entoderm
dan mesoderm.Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista
kelihatan putih, keabu-abuan, dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik
kenyal, dan dibagian lain padat. Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga satu
(Setiati, 2009).
3. Kista EndometrioisMerupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium
yang berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya
lapisan endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri hebat, terutama
saat menstruasi dan infertilitas.(Setyorini, 2014).
4. Kista denoma Ovarium MusinosumAsal tumor ini belum diketahui dengan pasti.
Namun, kista tersebut bisa berasal dari suatu teroma dimana dalam
pertumbuhannya satu elemen menghalangkan elemen–elemen lain. Selain itu,
kista tersebut juga berasal dari lapisan germinativum (Rasjidi, 2010).Penangan
terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah cukup besar
sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya di lakukan
pengangkatan ovariam beserta tuba (salpingo – ooforektomi) (Rasjidi, 2010).
5. Kista denoma Ovarium SerosumPada umumnya kista ini tidak mencapai ukuran
yang amat besar dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan
tumor biasanya licin, kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler meskipun
lazimnya berongga satu. Terapi pada umumnya sama seperti pada kistadenoma
musinosum. Hanya berhubung dengan lebih besarnya kemungkinan keganasan,
perlu di lakukan pemeriksaan yang teliti terhadap tumor yang dikeluarkan.
Bahkan kadang-kadang perlu di periksa sediaan yang di bekukan pada saat
operasi untuk menentukan tindakan selanjutnya pada waktu operasi (Rasjidi,
2010).
9
2.5 Diagnosis
Diagnosaa. AnamnesisAnamesa / Anamnesis adalah suatu kegiatan wawancara
pasiendan dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang berwenang untukmemperoleh
keterangan-keterangan tentang keluhan dan penyakit yang diderita pasien.b. Pemeriksaan
fisik Pemerisaan fisik yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan
kondisi fisik dari pasien. Pemeriksaan fisik meliputi :
1. Inspeksi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat/memperhatikan
keseluruhan tubuh pasien secara rinci dan sistematis.
2. Palpasi, yaitu pemeriksaan fisik dengan cara meraba pada bagian tubuh yang
terlihat tidak normal.
3. Perkusi, yaitu pemeriksaan fisik dengan mengetuk daerah tertentu dari bagian
tubuh dengan jari atau alat, guna kemudian mendengar suara resonansinya dan
meneliti resistensinya.
4. Auskultasi, yaitu pemeriksaan fisik dengan mendengarkan bunyi-bunyi yang
terjadi karena proses fisiologi atau patoligis di dalam tubuh, biasanya
menggunakan alat bantu stetoskopc.
1. Laparaskopi : Menentukan asal dan sifat tumor, apakah tumor tersebut berasal
dari ovarium atau tidak, dan apakah jenis tumor tersebut termasuk jinak atau
ganas.
2. Ultrasonografi (USG) :Menentukanletak, batas, dan permukaan tumor melalui
abdomen atau vagina, apakah tumor berasal dari ovarium, uterus, atau
kandung kemih, dan apakah tumor kistik atau solid.
3. Foto rontgen : Menentukan adanya hidrotoraks, apakah di bagian dada
terdapat cairan yang abnormal atau tidak seperti gigi dalam tumor.4)
Pemeriksaan darah : Tes petanda tumor (tumor marker) CA 125 adalah suatu
protein yang konsentrasinya sangat tinggi pada sel tumor khususnya pada
10
kanker ovarium. Lalu, sel tersebut diproduksi oleh sel jinak sebagai respon
terhadap keganasan.
2.6 Deteksi Dini Dan Penatalaksanaan
Mayoritas kista ovarium adalah kista fungsional, jinak, dan berukuran kecil. Oleh
karena itu, mayoritas kista ovarium tidak membutuhkan penatalaksanaan dan akan
menghilang dengan sendirinya. Terapi pembedahan dipertimbangkan pada kista ovarium
sederhana yang lebih besar dari 5 cm (terutama jika simtomatis) dan kista ovarium
kompleks.
Pendekatan bedah ini meliputi teknik insisional terbuka (laparotomi) dan teknik
invasif minimal (laparoskopi) dengan insisi kecil. Kedua teknik tersebut memiliki tujuan
yang sama:
a. Untuk mengkonfirmasi diagnosis kista ovarium
b. Untuk menilai apakah kista tampak ganas atau tidak
c. Untuk mengumpulkan cairan dari periotoneal untuk penilaian sitologis
d. Untuk mengangkat semua kista untuk analisis patologis (mungkin juga dapat
berarti mengangkat seluruh ovarium)
e. Untuk menilai ovarium di sisi lainnya dan organ abdomen lainnya
f. Untuk melakukan terapi pembedahan tambahan jika terdapat indikasi
11
3. Bidan memberikan asuhan perawatan luka post operasi untuk mencegah
terjadinya infeksi post operasi serta memberikan konseling, dan memberikan
asuhan pada penyakit penyerta sesuai dengan wewenang ataupun advice dari
dokter.
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Penunjang, Apabila tumor sudah diketahui maka perlu diketahui
apakah tumor bersifat neoplastik atau nonneoplastik. Kista nonneoplastik umumnya
tidak besar, mengecil secara spontan, dan dapat menghilang sendiri. Dalam hal ini
hendaknya menunggu selama 2 – 3 bulan dengan melakukan pemeriksaan ginekologi
berulang. Jika selama waktu observasi terdapat peningkatan pertumbuhan tumor dapat
diambil kesimpulan kemungkinan tumor tersebut bersifat neoplastik dan dapat
dipertimbangkan pengobatan operatif (Andang, 2013) Jika kista ovarium bersifat
neoplastik timbul persoalan tumor tersebut jinak atau ganas. Dapat dipastikan dengan
pemeriksaan cermat dan menganalisa gejala yang ditemukan untuk membantu
menegakkan diagnosa (Andang, 2013). Metoda yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosa antara lain:
1. Laparoskopi
Laparoskopi adalah sebuah teknik melihat ke dalam perut tanpa melakukan
pembedahan mayor. Pemeriksaan ini untuk mengetahui tumor berasal dari
ovarium atau tidak, dan menentukan sifat tumor tersebut.
2. Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) adalah alat pemeriksaan dengan menggunakan ultrasound
(gelombang suara) yang dipancarkan oleh transduser. Pemeriksaan ini untuk
mengetahui letak dan batas tumor, sifat tumor, dan cairan dalam rongga perut
yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Foto rontgen merupakan prosedur pemeriksaan dengan menggunakan radiasi
gelombang elektromagnetik guna menampilkan gambaran bagian dalam tubuh.
Pemeriksaan ini untuk menentukan adanya hidrotoraks. Pada kista dermoid dapat
dilihat adanya gigi dalam tumor.
4. Pemeriksaan CA-125
12
Memeriksa kadar protein di dalam darah yang disebut CA-125. Kadar CA-125
pada pasien kista ovarium dapat meningkat pada fase subur, meskipun tidak ada
proses keganasan. Namun secara umum tahap pemeriksaan CA-125 dilakukan
pada perempuan yang beresiko terjadi proses keganasan, kadar normal CA-125
yaitu 0-35 u/ml
2.8 Prognosis
Prognosis kista ovarium jinak sangat baik. Pada umumnya kista ovarium
menghilang dengan sendirinya. Secara keseluruhan, 70%-80% kista folikuler menghilang
secara spontan. Angka kekambuhan kista sederhana pada perempuan usia muda adalah
40%, sedangkan angka kekambuhan kista kompleks adalah 7.6% setelah laparoskopi dan
0% setelah laparotomi. Pada perempuan pascamenopause, 69.4% kista sederhana dapat
hilang dengan sendirinya. Sebuah penelitian yang diakukan pada sejumlah perempuan di
atas 55 tahun menunjukan bahwa pada pemeriksan USG pertama ditemukan kista
sederhana pada 14% di antaranya. Setelah saat pemeriksaan pertama. Hasilnya, 54%
perempuan tetap memiliki kista, sedangkan kista menghilang pada 32% perempuan.
Pada perempuan hamil, mayoritas kista akan menghilang dengan sendirinya pada
usia kehamilan 16-20 minggu. Kista ini juga terbukti tidak membahayakan janin.
Sementara itu kista ovarium yang terjadi pada janin, mayoritas akan menghilang dengan
sendirinya 2-10 minggu setelah dilahirkan. Potensi kistadenoma ovarium yang jinak
menjadi ganas telah banyak dibicarakan, tetapi sampai saat ini belum dapat dibuktikan.
Perubahan keganasan dapat terjadi pada kista dermoid dan endometrioma dengan
persentasi yang kecil. Pada perempuan pascamenopause, angka keganasan pada kista
kompleks adalah 36%-39%.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan progesteron yang normal.
Hal tersebut tergantung pada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah satu
hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi dengan
secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah yang
tepat. Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang
terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur. Dimana, kegagalan tersebut terbentuk secara
tidak sempurna di dalam ovarium dan hal tersebut dapat mengakibatkan terbentuknya
kista di dalam ovarium, serta menyebabkan infertilitas pada seorang wanita. Setelah
sampai di hipofisis anterior, GnRH akan mengikat sel genadotropin dan merangsang
pengeluaran FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (LutheinizingHormone),
dimana FSH dan LH menghasilkan hormon estrogen dan progesteron (Nurarif, 2013).
Menurut Nugroho (2014), gejala klinis kista ovarium adalah nyeri saat
menstruasi, nyeri di perut bagian bawah, nyeri saat berhubungan badan, siklus menstruasi
tidak teratur, dan nyeri saat buang air kecil dan besar.Gejalanya tidak menentu, terkadang
hanya ketidak nyamananpada perut bagian bawah.
3.2 Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di
atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Diharapkan kepada
pembaca saran dan kritikan agar nantinya penulis segera melakukan perbaikan susunan
makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritikan yang bias
membangun dari pembaca.
14
DAFTAR PUSTAKA
Alfina, R., Astuti, M., M Keb, M., Fuadah Ashri N, A., & Dedes Fitria, M. K. (2021). Asuhan
Kebidanan Kesehatan Reproduksi Pada Ny. E Usia 37 Tahun dengan Kista Ovarium dan
Penyakit Penyerta di RSUD Sekarwangi (Doctoral dissertation, Politeknik Kesehatan
Kemenkes Bandung).
Laelati, S. (2017). Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi Pada Ny. S Umur 29 Tahun
Dengan Kista Ovarium Di Ruang Ginekologi Rsud Krmt Wongsonegoro Kota Semarang
(Doctoral Dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).
Putri, R. H. (2019). Pengalaman Pasien Kista Ovarium Dalam Pengobatan Non Farmakologi
Dengan Kunyit Dan Air Kelapa (Doctoral Dissertation, University Of Muhammadiyah
Malang)
Suryoadji, K. A., Ridwan, A. S., Fauzi, A., & Kusuma, F. (2022). Diagnosis dan Tatalaksana
pada Kista Ovarium: Literature Review. Khazanah: Jurnal Mahasiswa, 14(1).
15