Anda di halaman 1dari 40

KISTA OVARIUM PADA KEHAMILAN

DAN ATONIA UTERI

DISUSUN OLEH :

NURUL HIKMAH PO.62.24.2.18.185

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA

PRODI DIII KEBIDANAN REGULER XX B

TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
dengan Rahmat dan Hidayah-Nya lah saya bisa menyusun makalah yang berjudul
“Kista Ovarium Pada Kehamilan dan Atonia Uteri” ini sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.

Kami juga mengucapkan terimakasih kapada Seri Wahyuni, SST.,M.Kes.


selaku dosen pengampu mata kuliah “Obstetri” yang telah memberikan bimbingan
serta masukan yang bermanfaat dalam proses penyusunan makalah ini, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut serta membantu
menyumbangkan pikirannya yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan di


dalamnya, sehingga dalam kesempatan ini kami bermaksud untuk meminta saran dan
masukan bagi semua pihak demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi, akhir kata
kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca.

Palangka Raya, Januari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................. 2
C. Manfaat ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 4
A. Kista Ovarium pada Kehamilan ........................................................... 4
1) Definisi ........................................................................................... 4
2) Etiologi ........................................................................................... 5
3) Jenis-jenis Kista ............................................................................. 5
4) Klasifikasi ...................................................................................... 7
5) Patofisiologi ................................................................................... 12
6) Gejala Kehamilan dengan Kista Ovarium ..................................... 13
7) Komplikasi Kehamilan dengan Kista Ovarium ............................. 13
8) Penatalaksanaan Kehamilan dengan Kista Ovarium...................... 14
B. Atonia Uteri .......................................................................................... 16
1) Definisi ........................................................................................... 16
2) Gambaran Klinis ............................................................................ 18
3) Etiologi ........................................................................................... 19
4) Pencegahan Atonia Uteri................................................................ 20
5) Manajemen Atonia Uteri ................................................................ 21
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 25
A. Kesimpulan .......................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 26
LAMPIRAN ........................................................................................ 27

ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kista ovarium

Gambar 2. Ovarium normal dan ovarium dengan kista dermoid


Gambar 3. Kista ovarium
Gambar 4. Kontraksi uterus normal dan atonia uteri

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah, tetapi bukannya
tanpa risiko dan merupakan beban tersendiri bagi seorang wanita. Sebagian
ibu hamil akan mengahadapi kegawatan dengan derajat ringan sampai berat
yang dapat memberikan ketidaknyamanan, ketidakpuasan, kesakitan,
kecacatan bahkan kematian bagi ibu dan bayinya. Komplikasi yang sering
terjadi adalah perdarahan pasca persalinan, janin mati, partus tak maju atau
partus lama serta infeksi.

Kista juga penyakit yang ditakuti pada kehamilan, selain kejadiannya


cukup banyak dan sering tanpa disadari atau gejala, kista juga dikhawatirkan
dapat menganggu kehamilan. Jika kista dijumpai pada kehamilan, maka
kehamilan dan kista ini saling dapat mempengaruhi karena kista sangat
mungkin terus berkembang selama kehamilan, dimana hormon-hormon pada
masa kehamilan dapat menjadi pemicu bertambah besarnya kista. Gangguan
terhadap kehamilan tersebut antara lain dapat menyebabkan abortus dan
persalinan prematur, terjadi kelainan letak janian, gangguan terhadap proses
persalinan, dan menimbulkan gejala sesak napas karena dorongan pada
diafragma. Pengangkatan kista bergantung dari besarnya kista dan usia
kehamilan. Jika ukurannya kurang dari 5 cm maka dapat dilakukan
pengangkatan kista saat kehamilan sudah memasuki usia 16 – 18 minggu.
Operasi kista yang dilakukan sekitar umur hamil 16 – 18 minggu ini perlu
adanya perlindungan hormon progesteron. Berdasarkan survei yang dilakukan
pada periode januari-november 2015, ibu hamil dengan kista ovarium
berjumlah 34 orang.

1
2

Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum


dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan
histerektomi peripartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama
untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan, atonia uteri terjadi karena
kegagalan mekanisme ini. Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol
oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh
darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi
apabila serabut-serabut miometrium tersebut tidak berkontraksi.

B. Tujuan
a. Mengetahui definisi kista ovarium pada kehamilan dan atonia uteri
b. Mengetahui etiologi kista ovarium pada kehamilan dan atonia uteri
c. Mengetahui jenis-jenis dan klasifikasi kista ovarium pada kehamilan
d. Mengetahui patofisiologi kista ovarium pada kehamilan
e. Mengetahui gejala kehamilan dengan kista ovarium
f. Mengetahui komplikasi kehamilan dengan kista ovarium
g. Mengetahui penatalaksana kehamilan dengan kista ovarium
h. Mengetahui gambaran klinis atonia uteri
i. Mengetahui pencegahan atonia uteri
j. Mengetahui manajemen atonia uteri

C. Manfaat
1. Manfaat Bagi Institusi
Makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi institusi
pendidikan untuk mengembangkan ilmu tentang kista ovarium pada
kehamilan dan atonia uteri
2. Manfaat Bagi Mahasiswa
3

Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan


mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan
asuhan kebidanan.
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kista Ovarium pada Kehamilan


1) Definisi
Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal,
folikel de Graaf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat
pertumbuhan epithelium ovarium.

Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang


besar, kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam
kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai paling sering ialah kista
dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar
dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat
menghalang-halangi kepala ke dalam panggul.

Gambar 1. Kista ovarium


5

Kistoma ovari adalah kista yang permukaannya rata dan halus,


biasannya bertangkai, bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista
tipis berisi cairan serosa dan berwarna kuning. Pengumulan cairan tersebut
terjadi pada indung telur atau ovarium.

Disimpulkan bahwa kista ovarium adalah kantong abnormal yang


berisi cairan atau neoplasma yang timbul di ovarium yang bersifat jinak
juga dapat menyebabkan keganasan.

2) Etiologi
Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan
pembentukan hormon pada hipotalamus, hipofise, atau ovarium itu
sendiri. Kista ovarium timbul dari folikel yang tidak berfungsi selama
siklus menstruasi.
Faktor resiko terjadinya kista ovarium :
a. Riwayat kista ovarium sebelumnya
b. Siklus menstruasi yang tidak teratur
c. Meningkatnya distribusi lemak tubuh bagian atas
d. Menstruasi dini
e. Tingkat kesuburan
f. Hipotiroid atau hormon yang tidak seimbang
g. Terapi tamoxifen pada kanker mammae
Sedangkan pada tumor padat, etiologi pasti belum diketahui, diduga
akibat abnormalitas pertumbuhan sel embrional, atau sifat genetis kanker
yang tercetus oleh radikal bebas atau bahan bahan karsinogenik.
3) Jenis-jenis Kista
a) Kista Fisiologis
Kista yang bersifat fisiologis lazim terjadi dan itu normal
normal saja. Sesuai suklus menstruasi, di ovarium timbul folikel dan
folikelnya berkembang, dan gambaranya seperti kista. Biasanya kista
6

tersebut berukuran dibawah 5 cm, dapat dideteksi dengan


menggunakan pemeriksaan USG, dan dalam 3 bulan akan hilang. Jadi
,kista yang bersifat fisiologis tidak perlu operasi, karena tidak
berbahaya dan tidak menyebabkan keganasan, tetapi perlu diamati
apakah kista tersebut mengalami pembesaran atau tidak.
Kista yang bersifat fisiologis ini dialami oleh orang di usia
reproduksi karena dia masih mengalami menstruasi. Biasanya kista
fisiologis tidak menimbulkan nyeri pada saat haid.
b) Kista Patologis (Kanker Ovarium)
Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker
ovarium. Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak
dari semua kanker ginekologi.
Pada yang patologis, pembesaran bisa terjadi relative cepat,
yang kadang tidak disadari si penderita. Karena, kista tersebut sering
muncul tanpa gejala seperti penyakit umumnya. Itu sebabnya
diagnosa awalnya agak sulit dilakukan. Gejala gejala seperti perut
yang agak membesar serta bagian bawah perut yang terasa tidak enak
biasanya baru dirasakan saat ukuranya sudah cukup besar. Jika sudah
demikian biasanya perlu dilakukan tindakan pengangkatan melalui
proses laparoskopi, sehingga tidak perlu dilakukan pengirisan di
bagian perut penderita. Setelah di angkat pemeriksaan rutin tetap
perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kista itu akan muncul
kembali atau tidak.
7

Gambar 2. Ovarium normal dan ovarium dengan kista dermoid

4) Klasifikasi
Kista ovarium dilihat menurut klasifikasinya yaitu tumor ovarium
nonneoplastik dan tumor ovarium neoplastik jinak maka pembagiannya
adalah sebagai berikut:

1. Tumor Non-neoplastik


Tumor nonneoplastik jinak disebabkan karena ketidakseimbangan


hormon progesteron dan estrogen.
a. Tumor akibat radang
Termasuk disini abses ovarial, abses tubo-ovarial dan kista

tuboovarial.


Gambar 3. Kista ovarium


8

b. Tumor lain

1) Kista Folikel


Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai


berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel atau dari
beberapa folikel primer yang setelah bertumbuh di bawah
pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim
melainkan menjadi membesar menjadi kista. Kista ini berasal
dari folikel yang menjadi besar semasa proses atresia folikuli.
Setiap bulan sejumlah besar follikel menjadi mati, disertai
kematian ovum, disusul dengan degenerasi dari epitel follikel.
Pada masa ini tampaknya sebagai kista-kista kecil. Tidak
jarang ruangan follikel diisi dengan cairan yang banyak,
sehingga terbentuklah kista yang besar, yang dapat ditemukan
pada pemeriksaan klinis. Biasanya besarnya tidak melebihi
sebuah jeruk.Sering terjadi pada pubertas, climacterium, dan
sesudah salpingektomi.

2) Kista Korpus Luteum


Kista ini terjadi akibat perdarahan yang sering terjadi


didalam korpus luteum, berisi cairan yang berwarna merah
coklat karena darah tua.

3) Kista Lutein


Kista ini biasanya bilateral dan menjadi membesar


seukurankepalan tangan.Tumbuhnya kista ini adalah akibat
dari pengaruh hormon koriogonadotropin yang
berlebihan.Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang
di luar kehamilan.Kista lutein yang sesungguhnya, umumnya
berasal dari corpus luteum hematoma.Perdarahan ke dalam
9

ruang corpus selalu terjadi pada masa vaskularisasi.Bila


perdarahan ini sangat banyak jumlahnya, terjadilah corpus
luteum haematoma, yang berdinding tipis dan berwarna
kekuning-kuningan.Secara perlahan-lahan terjadi resorpsi dari
unsur-unsur darah, sehingga akhirnya tersisa cairan yang
jernih, atau sedikit bercampur darah. Pada saat yang sama
dibentuklah jaringan fibroblast pada bagian dalam lapisan
lutein sehingga pada kista korpus lutein yang tua, sel-sel lutein
terbenam dalam jaringan-jaringan perut.
4) Kista Inklusi Germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian –
bagian kecil dari epitel germinativum pada permukaan
ovarium.

5) Kista Endometrium


Belum diketahui penyebabnya dan tidak ada


hubungannya dengan endometroid.

6) Kista Stein-Laventhal


Kista ini dikenal sebagai sindrom Stein-Laventhal dan


kiranya disebabkan oleh ketidakseimbangan
hormonal.Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat
polikistik, permukaan rata, berwarna keabu-abuan dan
berdinding tebal. Pada pemeriksaan mikroskopis akan tampak
tunika yang tebal dan fibrotik. Dibawahnya tampak folikel
dalam bermacam-macam stadium, tetapi tidak ditemukan
corpus luteum.Secara klinis memberikan gejala yang disebut
Stein-Leventhal Syndrom, yaitu yang terdiri dari hirsutisme,
sterilitas, obesitas dan oligomenorrhoe.Kecenderungan
virilisasi mungkin disebabkan hyperplasi dari tunica interna
10

yang menghasilkan zat androgenik.Kelainan ini merupakan


penyakit herediter yang autosomal dominan.

2. Tumor Neoplastik Jinak


Tumor neoplastik jinak terdiri dari :


a. Tumor Kistik

1) Kistoma ovarii simpleks


Kistoma ovarii simpleks diduga kista ini adalah suatu jenis


kistadenoma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya
berhubung dengan tekanan cairan dalam kista.Kista ini
mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar.Dinding kista tipis
dan cairan di dalam kista jernih, serus, dan berwarna
kuning.Pada dinding kista tampak lapisan epitel
kubik.Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi
(putaran tangkai) dengan gejala-gejala mendadak.Diduga
bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma serosum yang
kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan
cairan dalam kista.

2) Kistadenoma Ovarii Musinosum


Asal kista ini belum pasti, menurut Mayer, mungkin kista ini
berasal dari suatu teratoma dimana dalam pertumbuhannya
satu elemen mengalahkan elemen lainnya. Ada penulis yang
berpendapat bahwa tumor berasal dari lapisan germinativum,
sedang penulis lain menduga tumor ini mempunyai asal yang
sama dengan tumor Brenner.

3) Kistadenoma Ovarii Serosum



11

Pada umumnya kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium


(germinal ephitelium).Kista jenis ini tak mencapai ukuran yang
amat besar dibandingkan dengan kistadenoma musinosum.
Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula
berrbagala karena kista serosum pun dapat berbentuk
multilokuler, meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista
putih keabu-abuan.Ciri khas kista ini adalah potensi
pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar 50%, dan
keluar pada permukaan kista sebesar 5%.Isi kista cair, kuning,
dan kadang-kadang coklat karena campuran darah.Tidak jarang
kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan
pertumbuhan papiler (solid papilloma).

4) Kista endometrioid


Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin pada


dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai
lapisan epitel endometrium.Kista ini, yang ditemukan oleh
Sartesson dalam tahun 1969, tidak ada hubungannya dengan
endometriosis ovarii.

5) Kista dermoid


Kista dermoid suatu teratoma kistik yang jinak dimana


struktur- struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna,
seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea
berwarna putih kuning menyerupai lemak nampak lebih
menonjol daripada elemen-elemen endoderm dan mesoderm.
Bahan yang terdapat dalam rongga kista ini ialah produk dari
kelenjar sebasea berupa massa lembek seperti lemak
bercampur dengan rambut.
12

5) Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil
yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan
dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel
yang ruptur akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki
struktur 1,5-2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi
fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan
pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum
mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil
selama kehamilan.
Kista ovarium yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi
oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG.
Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi
gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada
neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan
choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan
diabetes, hcg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein.
Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan
gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat
menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan
pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan
tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak.
Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan
ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel
13

permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista
jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan
mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik,
termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ
cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel
yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal,
endodermal, dan mesodermal. Endometrioma adalah kista berisi darah
dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium
biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm,
seperti terlihat dalam sonogram

6) Gejala Kehamilan dengan Kista Ovarium


Gejala dan tanda tersebut berupa benjolan di perut, mungkin ada
keluhan rasa berat. Gangguan atau kesulitan defekasi karena desakan,
oedem tungkai karena tekanan pada pembuluh balik atau limfa dan rasa
sesak karena desakan diafragma ke kranial.

Bila kista tersebut menghasilkan hormon, kadang ada gangguan


hormonal berupa gangguan haid. Kebanyakan massa ovarium bersifat
asimtomatik selama masa kehamilan. Beberapa dapat menimbulkan
tekanan atau nyeri kronis dan nyeri akut abdomen yang berhubungan
dengan torsi, ruptur dan perdarahan. Kehilangan darah yang signifikan
juga cukup dapat mengakibatkan keadaan hipovolemia.

7) Komplikasi Kehamilan dengan Kista Ovarium


Pada trimester pertama kehamilan, kista ovarium biasanya bersifat
fungsional tanpa komplikasi. Setelah 16 minggu kehamilan, frekuensi dari
kista ovarium dilaporkan sebanyak 0.5 – 3,0%. Beberapa komplikasi yang
mungkin terjadi pada kehamilan dengan kista ovarium:
14

1. Torsi Ovarium
Torsi ovarium merupakan komplikasi paling ditakuti dari kehamilan
dengan kista ovarium. Terutama torsi ovarium yang disertai dengan
terpuntirnya ovarium dapat menimbulkan manifestasi klinis berupa
Fetal tachicardy yang disebabkan oleh iritasi yang terjadi pada
peritoneum.
2. Malpresentasi Janin
Hal ini dapat terjadi akibat proses impaksi dari kista ovarium pada
rongga pelvik.
3. Sumbatan pada jalan lahir
Kista ovarium yang berukuran besar dengan diameter lebih dari 8-10
cm, dapat menimbulkan gejala dan menghambat jalan lahir terutama
pada kista yang terletak pada posterior cul-de-sac.
4. Instabilitas hemodinamik
Ruptur kista ovarium dapat menimbulkan perdarahan dan tanda –
tanda infeksi intraperitoneum. Beberapa keadaan kehamilan dengan
ruptur kista ovarium dan dengan riwayat perdarahan yang berulang
perlu dilakukan transfusi darah dan perbaikan hemodinamik.

8) Penatalaksanaan Kehamilan dengan Kista Ovarium


Kista ovarium selama masa kehamilan dapat diklasifikasikan
berdasarkan ukurannya : 5 cm (50%), 5-10 cm (25%), >10 cm (25%).
Sebanyak 49% kista ovarium yang berukuran >5cm dapat sembuh tanpa
intervensi. Tindakan operatif abdomen selama kehamilan dapat
menimbulkan komplikasi, termasuk keguguran spontan, ketuban pecah
dini, persalinan preterm. Pemeriksaan USG telah sanggat membantu
dalam memberikan jaminan terhadap intervensi tindakan operatif pada
kehamilan dengan kista ovarium.
15

Intervensi operatif dianjurkan pada kondisi seperti :


 Dicurigai sebagai suatu keganasan
 Terdapat gejala dari komplikasi akut yang berkembang
 Terdapat kista >5cm yang menetap pada usia kehamilan 16-18 minggu
atau menunjukkan 30-50 % peningkatan ukuran selama masa
kehamilan.
Keuntungan dari tindakan operatif harus dipertimbangkan untuk
kemungkinan timbulnya komplikasi terhadap kehamilan. Namun pada
prakteknya, beberapa kista ovarium dijumpai secara tidak sengaja pada
operasi sectio caesaria. Untuk mengeliminasi kemungkinan tindakan
operasi masa yang akan datang dan untuk menghindari keterlambatan
diagnosa dari suatu keganasan pada ovarium masa kista ovarium di insisi
pada seluruh wanita yang melakukan persalinan dengan sectio caesaria.
Pada beberapa kasus, wanita hamil dengan gejala akut yang
diakibatkan dari torsi atau ruptur kista ovarium. Tindakan operatif darurat
diperlukan untuk menangani komplikasi dan kemungkinan terjadinya
kematian janin.
Tindakan operatif secara umum tidak dianjurkan pada trimester
pertama karena kemiripan yang tinggi dari kista korpus luteum, dan
kemiripan dari keganasan dan kemungkinan dari kematian janin atau
teratogenisitas.
Selama awal sampai pertengahan trimester kedua, tindakan operatif
elektif untuk penanganan kista ovarium dapat mengurangi indikasi
dilakukan manipulasi uterus dan dapat mengurangi resiko komplikasi
terhadap kehamilan. Tindakan operatif terhadap kista ovarium selama
kehamilan selain dapat meningkatkan resiko kematian janin juga dapat
meningkatkan resiko IUGR (intrauterine growth restriction.
16

Data menyebutkan bahwa laparascopy selama kehamilan pada


trimester pertama dan kedua lebih aman daripada pilihan laparatomy.
Laparoscopy lebih dianjurkan karena dapat mengurangi resiko manipulatif
dari kehamilan intra uterine selama operasi kista ovarium. Walaupun lebih
sulit untuk menjangkau dan mengangkat kista ovarium secara
laparoscopy.
Laparoscopic cystectomy pada kehamilan pertama sekali dilaporkan
pada tahun 1991 oleh Nezhat et.al. dan kasus kedua pada tahun 1994 oleh
Horward dan Vill. Sejak saat itu, untuk berbagai indikasi, tindakan
operatif laparoscopic pada kehamilan telah meningkat secara signifikan
diikuti dengan pemahaman para dokter ahli bedah mengenani tingkat
keamanan secara umum untuk kehamilan. Kehamilan kemudian tidak lagi
dianggap sebagai kontraindikasi absolut untuk prosedur laparoscopic.
Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa laparoscopy dan laparatomy
tidak dikaitkan dengan kondisi janin berupa, berat badan lahir, usia
gestasi, hambatan perkembangan, daya tahan hidup bayi dan malformasi
janin.

B. Atonia Uteri
1) Definisi

Atonia Uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi


dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah
lahir) (Depkes Jakarta, 2002).

Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus / kontraksi rahim yang


menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari
tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Prawiroharjo,
2011).
17

Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot miometrium


uterus untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab
perdarahan post partum yang paling penting dan biasa terjadi segera
setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan. Atonia uteri dapat
menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengarah pada terjadinya syok
hipovolemik (Ai Yeyeh, Lia, 2010).

Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana myometrium tidak dapat


berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat
melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali (Apri, 2009).

Atonia uteri merupakan penyebab utama terjadinya perdarahan pasca


persalinan. Pada atonia uteri, uterus gagal berkontraksi dengan baik
setelah persalinan.

Gambar 4. Kontraksi uterus normal dan atonia uteri


18

2) Gambaran Klinis

Gambaran klinisnya berupa perdarahan terus-menerus dan keadaan


pasien secara berangsur-angsur menjadi semakin jelek. Denyut nadi
menjadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, pasien berubah pucat
dan dingin, dan napasnya menjadi sesak, terengah-engah, berkeringat dan
akhirnya koma serta meninggal dunia. Situasi yang berbahaya adalah
kalau denyut nadi dan tekanan darah hanya memperlihatkan sedikit
perubahan untuk beberapa saat karena adanya mekanisme kompensasi
vaskuler. Kemudian fungsi kompensasi ini tidak bisa dipertahankan lagi,
denyut nadi meningkat dengan cepat, tekanan darah tiba-tiba turun, dan
pasien dalam keadaan shock. Uterus dapat terisi darah dalam jumlah yang
cukup banyak sekalipun dari luar hanya terlihat sedikit. Bahaya
perdarahan post partum ada dua, pertama : anemia yang berakibat
perdarahan tersebut memperlemah keadaan pasien, menurunkan daya
tahannya dan menjadi faktor predisposisi terjadinya infekol nifas. Kedua:
Jika kehilangan darah ini tidak dihentikan, akibat akhir tentu saja kematian
(Human labor and birth, 1996).

Tanda dan gejala atonia uteri sendiri menurut Ralph C. Benson &
Martin L. Pernoll (2009), di antaranya:

1. Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang sangat banyak dan darah tidak merembes. Peristiwa
sering terjadi pada kondisi ini adalah darah keluar disertai gumpalan
disebabkan tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti
pembeku darah.
2. Konsistensi rahim lunak
19

Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang


membedakan atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya.
3. Fundus uteri naik
4. Terdapat tanda-tanda syok, yaitu:
a. nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih)
b. tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg
c. pucat
d. keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap
e. pernafasan cepat frekuensi 30 kali/ menit atau lebih
f. gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran
g. urine yang sedikit (< 30 cc/ jam)

3) Etiologi

Penyebab tersering kejadian pada ibu dengan atonia uteri antara lain:
overdistention uterus seperti gemeli, makrosomia, polihidramnion, atau
paritas tinggi, umur terlalu muda atau terlalu tua, multipara dengan jarak
kelahiran pendek, partus lama atau partus terlantar, malnutrisi, dapat juga
karena salah penanganan dalam usaha melahirkan plasenta, sedangkan
sebenarnya belum terlepas dari uterus (Ai Yeyeh, Lia, 2010).

Grandemultipara: uterus yang terlalu regang (hidramnion, hamil


ganda, anak besar berat badan lebih dari 4000 gr, kelainan uterus (miom
uteri, bekas operasi), plasenta previa dan solusio plasenta (perdarahan
antepartum), partus lama, partus presipitatus, hipertensi dalam kehamilan,
infeksi uterus, anemia berat, penggunaan oksitosin yang berlebihan dalam
persalinan (induksi partus), riwayat perdarahan pasca persalinan
sebelumnya atau riwayatmanual plasenta, pimpinan kala III yang salah,
dengan memijit-mijit dan mendorong uterus sebelum plasenta terlepas,
IUFD yang sudah lama, penyakit hati, emboli air ketuban, tindakan
20

operatif dengan anastesi umum terlalu dalam (Ai Yeyeh, Lia, 2010).
Pasien yang mengalami atonia uteri bisa mengalami syok. Terdapat tanda-
tanda syok meliputi nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih),
tekanan darah sangat rendah: tekanan sistolik < 90 mmHg, pucat,
keriangat/ kulit terasa dingin dan lembab, pernafasan cepat frekuensi30
kali/ menit atau lebih, gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran, urine
yang sedikit ( < 30 cc/ jam).

4) Pencegahan Atonia Uteri


Perdarahan oleh karena atonia uteri dapat dicegah dengan:
 Melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada semua wanita
yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan
pasca persalinan akibat atonia uteri.
 Pemberian misoprostol perora 2-3 tablet (400 – 600 µg) segera setelah
bayi lahir (Prawiroharjo, 2011).
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko
perdarahan post partum lebih dari 40 %, dan juga dapat mengurangi
kebetulan obat tersebut sebagai terapi. Memejemen aktif kala III dapat
mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan
kebutuhan tranfusi darah (Ai Yeyeh, Lia, 2010).
Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu
onsetnya yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah
atau kontraksi tetani seperti ergometrin. Pembrian oksitosin paling
bermanfaat untuk mencegah atonia uteri. Pada menejemen kala III
harus dilakukan pemberian oksitosin setelah bayi lahir. Aktif protokol
yaitu pemberian 10 unit IM, 5 unit IV bolus atau 10-20 unit per liter
IV drip 100-500 cc/jam (Ai Yeyeh, Lia, 2010).
Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti
sebagai uterotonika untuk mencegah dan mengatasi perdarahan
21

postpartum dini. Karbetosin merupakan obat obat long-action dan


onset kerjanya cepat, mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan
oksitosin 4-10 menit. Penelitian di Canada membandingkan antara
pemberian oksitosin bolus IV dengan oksitosin drip pada pasien yang
dilakukan operasi sesar. Karbetosin ternyata lebih efektif dibanding
oksitosin (Ai Yeyeh, Lia, 2010).
 Pemberian ASI awal
Bayi sangat siap segera setelah kelahiran. Hal ini sangat tepat
untuk memulai memberikan ASI. Menyusui juga membantu uterus
berkontraksi. Pemberian ASI awal dengan cara Inisiasi Menyusu Dini.
Langkah Inisiasi menyusu Dini (IMD)

1. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera


lahir selama sedikit satu jam. Dianjurkan agae tetap melakukan
kontak kulit ibu-bayi selama 1 jam pertama kelahirannya
w/alaupun bayi telah berhasil menghisap putting susu ibu dalam
waktu kurang dari 1 jam.
2. Bayi harus menggunakan naluri alamiyahnya untuk melakukan
Inisiasi Menyusu Dini dan ibu dapat mengenali bayinya siap untuk
menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan.
3. Menunda semua prosedur lainnya harus dilakukan kepada bayi
baru lahir hingga menyusu selesai dilakukan, proseedur tersebut
seperti : menimbang, pemberian antibiotika salep mata, vitamin
K1 dan lain-lain.
Prinsip menyusu/pemberian ASI adalah dimulai sendini mungkin dan
secara ekslusif (Asuhan Persalinan Normal, 2008).

5) Manajemen Atonia Uteri


22

Menurut Ai Yeyeh dan Lia (2010), menejemen atonia uteri


meliputi :
1. Resusitasi
Apabila terjadi perdarahan postpartum banyak, maka penanganan awal
yaitu resusitasi dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat,
monitoring tanda-tanda vital, monitoring jumlah urin, monitoring
saturasi oksigen. Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu
dilakukan untuk persiapan tranfusi darah.
2. Masase dan kompresi bimanual
Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus
yang akan menghentikan perdarahan. Pemijatan fundus uteri segera
lahirnya plasenta (max 15 detik), jika uterus berkontraksi maka
lakukan evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus
berlangsung, periksa apakah perineum/vagina dan serviks mengalami
laserasi dan jahit atau rujuk segera.
 Jika uterus tidak berkontraksi
Bersihkan bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina dan
lubang servik, pastikan bahwa kandung kemih telah kosong,
lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit. Jika
uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan
tangan perlahan-lahan dan pantau kala IV dengan ketat. Jika uterus
tidak berkontraksi maka anjurkan keluarga untuk memulai
melakukan kompresi bimanual eksterna, keluarkan tangan
perlahan-lahan, berikan ergometrin 0,2 mg LM (jangan diberikan
jika hipertensi), pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau
18 dan berikan 500 ml RL + 20 oksitosin. Habiskan 500 ml
pertama secepat mungkin, ulangi KBI jika uterus berkontraksi,
23

pantau ibu dengan seksama selama kala IV. Jika uterus tidak
berkontraksi maka rujuk segera.
3. Pemberian uterotonika
Oksitosin merrupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus
posterior hipofisis.obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang
efeknya meningkat seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan
timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin menguatkan
kontraksi dan meningkatkan frekuensi tetapi pada dosis tinggi
menyebabkan tetani. Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV,
untuk perdarahan aktif diberikan lewat infus ringer laktat 20 IU
perliter, jika sirkulasi kolaps bisa diberikan oksitosin 10 IU
intramiometrikal 9IMM). Efek samping pemberian oksitosin sangat
sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu
intoksikasi cairan jarang ditemukan.
4. Operatif (dilakukan oleh dokter spesialis kandungan)
Jika dilakukan SC, ligasi dilakukan 2-3 cm dibawah irisan segmen
bawah rahim. Untuk melakukan ini diperlukan jarum atraumatik yang
besar dan benang absorbable yang sesuai. Arteri dan vena uterina,
masuk ke miometrium ke luar bagian avaskular ligamentum latum
lateral vasa uterina. Saat melakukan ligasi hindari rusaknya vasa
uterina dan ligasi harus mengenai cabang asenden arteri miometrium,
untuk itu penting untuk menyertakan 2-3 cm miometriom. Jahitan
kedua dapat dilakukan jika langkah diatas tidak efektif dan jika terjadi
perdarahan pada segmen bawah rahim. Dengan menyisihkan vesika
urinaria, ligasi kedua dilakukan bilateral pada vasa uterina bawah, 3-4
cm dibawah ligasi vasa uterina atas. Ligasi ini harus mengenai
sebagian besar cabang arteri uterina pada segmen bawah rahim dan
cabang arteri uterina menuju ke servik, jika perdarahan masih terus
24

berlangsung perlu dilakukan bilateral atau unilateral ligasi vasa


ovarian.
5. Histerektomi (dilakukan oleh dokter spesialis kandungan)
Histerektomi peripartum merupakan tindakan yang sering dilakukan
jika terjadi perdarahan post partum masif yang membutuhkan tindakan
operatif. Insidensi mencapai 7-13 per 10.000 kelahiran, dan lebih
banyak terjadi pada persalinan abdominal dibandingkan vaginal.
25

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar,
kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam kehamilan,
tumor ovarium yang dijumpai paling sering ialah kista dermoid, kista coklat
atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan
kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang-halangi kepala ke
dalam panggul.

Atonia Uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi


dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir)
(Depkes Jakarta, 2002). Gambaran klinisnya berupa perdarahan terus-menerus
dan keadaan pasien secara berangsur-angsur menjadi semakin jelek. Denyut
nadi menjadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, pasien berubah pucat
dan dingin, dan napasnya menjadi sesak, terengah-engah, berkeringat dan
akhirnya koma serta meninggal dunia.
26
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/207679883/Makalah-Atonia-Uteri

https://id.scribd.com/document/253597181/Kehamilan-Dengan-Kista-Ovarium

https://id.scribd.com/doc/308380258/Kehamilan-Dengan-Kista-Ovarium

https://www.academia.edu/8224205/MAKALAH_PERSALINAN_PATOLOGI_AT
ONIA_UTERI?show_app_store_popup=true

26
27

LAMPIRAN

SOAL KISTA OVARIUM PADA KEHAMILAN

Kasus No1-3

Ny. B usia 26 tahun G2P1A0 usia kehamilan 16 minggu datang ke klinik bidan
mengeluh bahwa akhir akhir ini ibu merasakan perutnya terasa penuh dan ibu
mengalami kesulitan BAB merasa seperti ada desakan.

1. Pada kasus diatas bidan dapat mencurigai Ny. B kemungkinan mengalami…


a. Kista ovarium
b. Endrometriosis
c. Endometritis
d. Konstipasi
e. Bartholinitis
2. Tindakan yang dapat dilakukan bidan pada kasus diatas ialah…
a. Melakukan USG
b. Kaloborasi dengan dokter kandungan
c. Melakukan operasi
d. Memberikan cairan infus RL
e. Mengajurkan pasien untuk tirah baring
3. Komplikasi yang dapat terjadi pada Ny. B adalah…
a. Torsi ovarium
b. Malpresentasi janin
c. Sumbatan pada jalan lahir
d. Instabilitas hemodinamik
e. Semua benar

Kasus No. 4-6


28

Ny. P usia 24 tahun G3P2A0 datang ke klinik bidan mengeluh nyeri perut yang hebat
dan terasa penuh, juga mengeluarkan darah diluar siklus menstruasi. Saat di
anamnesa ibu mengatakan bahwa pernah memiliki kista ovarium 2 tahun yang lalu
namun masih berukuran kecil

4. Pada kasus diatas faktor risiko terjadinya kista ovarium pada Ny. P adalah…
a. Menstruasi dini
b. Meningkatnya lemak tubuh bagian atas
c. Riwayat kista ovarium sebelumnya
d. Siklus mentruasi yang tidak teratur
e. Hipotiroid
5. Pada kasus diatas untuk mengetahui apakah kista ovarium Ny. P bersifat jinak
atau ganas maka yang dapat dilakukan bidan adalah…
a. Rujuk untuk melakukan USG
b. Cek Hb
c. Cek urine
d. Cek protein urine
e. Cek glukosa urine
6. Kista ovarium dapat dikatakan ganas jika berukuran…
a. > 1 cm
b. > 2 cm
c. > 3 cm
d. > 4 cm
e. > 5 cm
7. Perempuan usia 25 tahun terdiagnosa kista ovarium pada ovarium sebelah kiri.
Dokter mengajurkan pasien untuk segera melakukan pengakatan ovarium yang
mengalami kista. Pasien cemas dan takut apabila operasi akan menyebabkan
kemandulan pada dirinya. Sebagai bidan tindakan apa yang harus dilukukan…
a. Meminta pasien dan keluarga untuk menandatangani inform consent
29

b. Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang operasi yang


akan dilakukan dan akibatnya setelah operasi
c. Menakut-nakuti pasien jika tidak segera dioperasi bisa berakibat fatal
sehingga pasien mau dioperasi
d. Menunggu sampai kista ovarium parah dan pasien mau melakukan operasi
e. Mempersilakan pasien pulang dan kembali lagi jika telah bersedia
8. Ny. S berusia 30 tahun, mempunyai riwayat menstruasi sebelum usia 12 tahun.
Berdasarkan hasil pemeriksaan Ny. S mengalami kista folikel, kista ini termasuk
dalam kista nonplasma. Apakah yang harus dilakukan bidan untuk mengkaji Ny.
S…
a. Mengkaji hasil pemeriksaan kadar HCG
b. Mengkaji bertambahnya sekresi progesteron setelah ovulasi
c. Mengkaji peningkatan kadar LH
d. Mengkaji penurunan kadar LH
e. Mengkaji hormone estrogen

Kasus No. 9-10

Ny. R didiagnosa menderita kista pada ovarium. Diagnos ini ditegakkan karena
ditemukannya adanya keluhan-keluhan dari Ny. R yang dikuatkan dengan hasil foto
USG.

9. Apakah yang harus dilakukan bidan untuk menegakkan keluhan Ny. R …


a. Mengkaji data nyeri saat menstruasi, wajah pucat
b. Mengkaji data ntyeri saat menstruasi, nyeri perut bagian bawah, nyeri pada
saat berhubungan badan
c. Mengkaji data nyeri saat menstruasi, menstruasi memanjang, nyeri saat
berhubungan
d. Mengkaji data nyeri saat menstruasi, nyeri menstruasi memanjang
e. Mengkaji wajah pucat
30

10. Jika berdasarkan hasil pemeriksaan dan USG seorang pasien mengalami kista
jinak maka apakah yang seharusnya dilakukan…
a. Menyarankan pasien untuk menunggu 2-3 bulan
b. Menyarankan pasien untuk menunggu 2-4 bulan
c. Menyarankan pasien untuk menunggu 3-4 bulan
d. Menyarankan pasien untuk menunggu 4-5 bulan
e. Menyarankan pasien untuk menunggu 5-6 bulan
31

SOAL ATONIA UTERI

Kasus No. 1-3


Ny. F usia 25 tahun P2A0 segera setelah plasenta lahir lengkap terjadi perdarahn,
kontraksi uterus lembek, tidak ada robekan jalan lahir, dan kandung kemih kosong.
1. Dari kasus diatas diagnose apa yang tepat…
a. Atonia uteri
b. Retensio plasenta
c. Ruptur uteri
d. Laserasi perineum
e. Inversion uteri
2. Tindakan yang harus dilakukan pada Ny. F adalah…
a. Mengosongkan kandung kemh
b. Memberikan obat anti koagulan
c. Memberikan injeksi uterotonika
d. Memeriksa kelengkapan plasenta
e. Melakukan KBI
3. Untuk membantu meningkatkan kontraksi uterus, sebaiknya bidan mengajurkan
Ny. F untuk…
a. Menyusui
b. Mobilisasi
c. Bed rest total
d. Makan/minum
e. Defekasi

Kasus No. 4-6

Ny. M usia 30 tahun P3A0 segera setelah plasenta lahir lengkap terjadi perdarahan
hebat, ibu terlihat lemah. Saat dilakukan pemeriksaan didapatkan TD 80/60 mmHg,
32

suhu 37,3 deraja, nadi 110 x/menit, respirasi 25 x/menit. Kontraksi uterus lembek,
kandung kemih kosong, dan tidak ada robekan jalan lahir…

4. Untuk penanganan kasus Ny. M apabila selama 5 menit dilakukan KBI dan uterus
berhasil berkontraksi, maka penanganan KBI dilanjutkan selama…
a. 1 menit
b. 2 menit
c. 3 menit
d. 4 menit
e. 5 menit
5. Apabila tindakan awal (KBI) belum berhasil, maka tindakan selanjutnya untuk
Ny. M adalah…
a. Operasi
b. KBE
c. Histerektomi
d. Tampon uterus
e. Pemberian prostaglandin
6. Pada kasus Ny. M apabila tidak segera ditangani, maka kemungkinan terjadi…
a. Syok septic
b. Syok anafilaktic
c. Syok neurogenik
d. Syok kardiogenik
e. Syok hipovolemik

Kasus No. 7-9

Ny. S usia 23 tahun melahirkan bayikeduanya dengan berat 4.500 gram. Segera
setelah plasenta lahir Ny. S mengalami perdarahan. Setelag diperiksa didapat TD
100/70, Nadi 90 x/menit, Suhu 37,3 derajat, respirasi 24 x/menit. Kontraksi uterus
lemah, kandung kemih penuh, dan tidak ada robekan jalan lahir.
33

7. Faktor predisposisi pada kasus Ny. S sehingga mengalami atonua uteri adalah…
a. Gemelli
b. Makrosomia
c. Terlalu tua
d. Primipara
e. Multipara
8. Tindakan segera yang harus dilakukan pada Ny. S adalah
a. Mengosongkan kandung kemih
b. Memberikan obat anti koagulan
c. Memeriksa kelengkapan plasenta
d. Melakukan KBE
e. Memberikan injeksi uterotonika
9. Apabila KBI tidak bberhasil dan dengan bantuan keluarga KBE telah dilakukan
maka sebagai bidan kita memberikan…
a. Ibuprofen
b. Ergometrin
c. Paratusin
d. Paracetamol
e. Methyletidine
10. Ny. A usia 24 tahun P2A0 segera setelah plasenta lahir lengkap terjadi
perdarahan, ibu terlihat lemah dan hamper tak sadarkan diri. Kontraksi uterus
lemah, tidak ada robekan jalan lahir, kandung kemih kosong. Penanganan segera
pada kasus diatas adalah
a. Pemberian antibiotic
b. Pemberian analgetik
c. Pemberian diuretika
d. Pemberian vitamin K
e. Pemberian cairan infuse RL
34

Kunci Jawaban Kista Ovarium pada Kehamilan

1. A
2. B
3. E
4. C
5. A
6. E
7. B
8. E
9. B
10. A

Kunci Jawaban Atonia Uteri

1. A
2. E
3. A
4. B
5. B
6. E
7. B
8. A
9. B
10. E

Anda mungkin juga menyukai