Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Trauma kandung kemih adalah cidera yang terjadi pada kandung
kemih yang diakibatkan oleh kecelakaan atau trauma iatrogenik (Mutaqqin,
2011).
Trauma kandung kemih adalah trauma yang terjadi pada kandung
kemih (vesica urinaria) yang diakibatkan patahnya tulang panggul dan
beberapa hantaman keras ke arah abdomen bagian bawah ketika kandung
kemih terisi penuh (Mutaqqin, 2001).
          Cedera kandung kemih adalah cedera pada kandung kemih yang
terjadi akibat trauma tumpul dan penetrasi dan bervariasi menurut isi
kandung kemih sehingga bila kandung kemih penuh akan lebih mungkin
untuk menjadi terluka dari pada saat kosong (Mutaqqin, 2011).
    Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa trauma kandung
kemih adalah trauma yang menciderai kandung kemih yang terjadi
diakibatkan oleh trauma tumpul dan trauma tajam baik itu oleh kecelakaan
ataupun trauma iatrogenik (kesalahan medis).

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan trauma urinaria?
b. Bagaimana tanda dan gejalanya?
c. Apa saja klasifikasi dari trauma urinaria?
d. Bagaimana komplikasinya?
e. Bagaimana asuhan keperawatan pada trauma urinaria yang salah satunya
trauma VU?

1
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah gawat darurat
Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi dari trauma urinaria
b. Mengetahui tanda dan gejala dari trauma urinaria
c. Mengetahui klasifikasi trauma urinaria
d. Mengetahui komplikasi trauma urinaria
e. Mengetahui asuhan keperawatan pada trauma VU

2
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Trauma Vesika Urinaria

Trauma buli-buli atau trauma vesika urinaria merupakan keadaan


darurat bedah yang memerlukan penatalaksanaan segera, bila tidak
ditanggulangi dengan segera dapat menimbulkan komplikasi seperti
perdarahan hebat, peritonitis dan sepsis. Secara anatomic buli-buli terletak
di dalam rongga pelvis terlindung oleh tulang pelvis sehingga jarang
mengalami cedera (Mutaqqin, 2011) .

Cedera kandung kemih disebabkan oleh trauma tumpul atau


penetrasi. Kemungkinan cedera kandung kemih bervariasi menurut isi
kandung kemih sehingga bila kandung kemih penuh akan lebih mungkin
untuk menjadi luka daripada saat kosong .Trauma kandung kemih adalah
suatu keadaan dimana terjadinya ruda paksa pada area vesika urianaria
baik saat vesika urinaria dalam keadaan penuh ataupun tidak.Trauma
bledder adalah rusaknya kandung kencing ( organ yang menampung uruin
dari ginjal) atau uretra (saluran yang menghubungkan kandung kencing
dengan dunia luar). Trauma bledder atau vesika urinaria merupakan
keadaan darurat bedah yang memerlukan pelaksanaan segera. Bila tidak
ditanggulangi dengan segera dapat menimbulkan komplikasi seperti
peritoritis dan sepsis (Mutaqqin, 2011) .

2.2 Klasifikasi

a. Rupture ekstaperitoneal kandung kemih.

Ruptur ekstraperitoenal biasanya berhubungan dengan fraktur


panggul (89%-100%). Sebelumnya , mekanisme cidera diyakini dari
perforasi langsung oleh fragmen tulang panggul. Tingkat cidera
kandung kemih secara langsung berkaitan dengan tingkat keparahan
fraktur.

3
b. Rupture kandung kemih intraperitoneal.

Rupture kandung kemih intraperitoneal digambarka sebagai


masuknya urine secara horizontal kedalam kompartemen kadung
kemih.mekanisme cidera adalah peningkatan tingkat tekanan
intravesikel secara tiba-tiba kekandung kemih yang penuh. Kekuatan
daya trauma tidak mampu ditahan oleh kemampuan dinding kandung
kemih sehingga terjadi perforasi dan urine masuk kedalam
peritoneum.

c. Kombinasi rupture intraperitoneal dan ekstraperitoneal.

Mekanisme cidera penetrasi memungkinkan cidera menembus


kandung kemih seperti peluru kecepatan tinggi melintasi kandung
kemih atau luka tusuk abdominal bawah. Hal itu akan menyebabkan
intraperitoneal, ekstraperitoneal, cidera, atau gabungan kandung
kemih.

2.3 Etiologi

a. Kecelakaan lalu lintas/ kerja yang memnyebabkan patah tulang pelvis

• Fraktur tulang panggul

• Ruptur kandung kemih

• Ruda paksa tumpul

• Ruda paksa tajam akibat luka tusuk dan tembak

• Trauma pada tumpul pada panggul yang mengenai buli-buli

• Trauma tembus

• Akibat manipulasi yang salah sewaktu melakukan oprasi trans uretral


resection (TUR)

b. Fraktur tulang panggul yang menyebabkan konstio dan ruptur buli-buli


dibedakan 2 macam, yaitu :

4
• Intra peritonial : peritenium yang menutupi bagian atas / latar
belakasng dinding buli-buli robek sehingga urune langsung masuk
kedalam rongga peritoneum.

• Ekstra peritenium : peritoneum utuh,yang dikeluarkan dari rapuutra


tetap berada diluar. Akibat luka tusuk misal ujung pisau, peluru.

c. Didapati perforasi buli-buli uruine keluar melalui dinding buli-buli terus


kekulit. Akibat manipulasi salah sewaktu melakukan traans uretetol
resection, misalnya sewaktu tumor buli, operasi prostat, dan lain-lain.

2.4 Patofisiologi

Bila buli-buli yang penuh dengan urune mengalami trauma,,maka


akan terjadi peningkatan tekanan intra vesikel dapat menyebabkan
contosio buli-buli pecah keadaan ini dapat menyebabkan rutura
intraperitonial.

Secara anatomik buli-buli atau bledder terletak didalam rongga


pelvis sehingga jarang mengalami cidera.Ruda paksa kandung kemih
karena kecelakaan kerja dapat menyebabkan fragmen patah tulang pelvis
sehingga mencederai buli-buli. Jika faktur tulang panggul dapat
menimbulkan kontusio atau ruptur kandung kemih,tetapi hanya terjadi
memar pada diding buli-buli dengan hematura tanpa ekstravasasi
urin.Ruda paksa tumpul juga dapat menyebabkan ruptur buli-buli terutama
bia kandung kemih penuh atau dapat kelainan patogenik seperti tuber
colosis,tumor atau obtruksi sehingga rudapaksa kecil menyebabkan ruptur.

5
WOC

Kecelakaan Fraktur tulang Trauma Tumpul Trauma Tajam

Patah Tulang pelvis Kontusio / buli-buli memar Ruptur Luka tusuk

Trauma Bladder

Obstruksi Inkontinensia Jejas hematom abdomen Robekan dinding bladder


urin

Penumpukan urin di VU Tekanan kandung kemih


Gangguan pola Perdarahan >500
eliminasi urine

Darah + Hb
Retensi urin Nyeri tekan supra pubis

Suplai O2 ke jaringan
Nyeri akut

Imobilisasi Gangguan perfusi


jaringan perifer

Gangguan mobilitas fisik


Syok hipovolemik

6
2.5 Manifestasi Klinis

• Gejala utama adalah adanya darah dalam air kemih (hematuria) atau
kesulitan untuk berkemih. Rasa sakit di area panggul dan perut bagian
bawah. Sering buang air kecil atau sukar menahan keinginan berkemih
(ini terjadi jika bagian terbawah kandung kemih mengalami cedera).

• Umumnya fraktur tulang dan pelvis disertai pendarahan hebat sehingga


jarang penderita datang dalam keadaan anemik bahkan hingga
menyebabkan syok hipovolemik.

• Pada abdomen,bagian bawah tampak jejas atau hematom dan terdapat


nyeri tekan pada daerah supra publik ditempat hematom.

• Pada ruptur buli-buli intraperitonial, urine sering masuk kerongga


peritonial sehingga memberi tanda cairan intra abdomen dan rangsangan
peritonial.

• Lesi ekstra peritonial memberikan gejala dan tanda infitrat urine dirongga
peritonial yang sering menyebabkan septisema.

• Suhu tubuh meningkat karena terjadi proses inflamasi.

• Tanda-tanda peritonitis, fraktur pelvis dapat mengenai daerah peritoneal


sehingga menyebabkan peradangan pada peritoneal.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

1. Hematokrit menurun

2. Cystografi : menunjukkan ekstravasase urine vesika urinaria dapat


pindah atau tertekan yaitu suatu prosedur di mana pewarna radioaktif
(senyawa kontras) yang dapat dilihat dengan X-ray, disuntikkan ke
dalam kandung kemih.

7
3. Prosedur selanjutnya adalah dengan melakukan CT scan atau X-ray
untuk melihat kebocoran. Sementara untuk luka kandung kemih yang
terjadi selama prosedur operasi biasanya diketahui tepat pada waktunya
sehingga rangkaian tes tersebut tidak perlu dilakukan.

2.7 Komplikasi

1. Urosepsis

2. Klien lemah akibat anemia

3.8 Penatalaksanaan

a. Atasi syok dan perdarahan.

b. Istirahat baring sampai hematuri hilang.

c. Bila ditemukan fraktur tulang punggung disertai ruftur vesica urinaria


intra peritoneal dilakukan operasi sectio alta yang dilanjutkan dengan
laparatomi.

d. Robekan kecil (laserasi) bisa diatasi dengan memasukkan kateter ke


dalam uretra untuk mengeluarkan air kemih selama 7-10 hari dan
kandung kemih akan membaik dengan sendirinya.

e. Untuk luka yang lebih berat, biasanya dilakukan pembedahan untuk


menentukan luasnya cedera dan untuk memperbaiki setiap robekan.
Selanjutnya air kemih dibuang dari kandung kemih dengan
menggunakan 2 kateter, 1 terpasang melalui uretra (kateter trans-uretra)
dan yang lainnya terpasang langsung ke dalam kandung kemih melalui
perut bagian bawah (kateter suprapubik).Kateter tersebut dipasang
selama 7-10 hari atau diangkat setelah kandung kemih mengalami
penyembuhan yang sempurna.

8
2.9 Konsep Asuhan Keperawatan

1.    Pengkajian.
a. Primary Survey
1. Pemeriksaan ABC
A (Air Way)
a. Biasanya tidak ada gangguan jalan nafas
b. Tidak ada suara tambahan
c. Tidak ada jejas di daerah dada
B (Breathing)
a. Biasanya terjadi peningkatan frekuensi nafas
b. Nafas dangkal
c. Distress pernafasan
d. Menggunakan otot-otot pernafasan
C (Circulation)
a. Biasanya TD menurun
b. Nadi perifer teraba lemah
c. Terjadi hematuria
D (Disability)

a. GCS : E : 4 M : 5 V : 6
b. Kesadaran : Compos Mentis
E (Exposure)
a. Biasnya Terdapat jejas di bagian perut bawah.
F (Full vital sign)
a. TTV : TD : biasanya mengalami penurunan tekanan darah
b. Biasanya terpasang kateter urine

b. Secondary Survey
1. Keluhan Utama
Biasanya pasienmengeluhsakit/nyeri pada perut bagian bawah.

9
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya pemeriksaan pada klien secara umum di dapatkan adanya
syok hipovolemik yang berhubungan dengan trauma pelvis dan
perdaraham dalam massif. Tanda-tanda klinis cedera kandung
kemih relavif spesifik, triase gejala ( gross hematuria, nyeri
suprapubik, kesulitan atau ketidakmampuan untuk miksi).
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya klien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya klien tidak memiliki keluarga yang memiliki penyakit
menurun
5. Data Subyektif biasanya:
a. Klien mengeluh nyeri pada perutbagian bawah (bledeer) yang
terkena benturan pembatas jalan maupun benturan dengan benda
yang keras.
b. Klien mengatakan kencingnya bercampur darah
c. Klien mengatakan ada memar pada abdomen bawah setelah dia
terjatuh
6. Data obyektif
a. Nyeri pada daerah trauma
b. Hematuri
c. HT menurun
d. HB menurun
e. Pada pemeriksaan BNO: Memperlihatkan suatu daerah yang
berwarna abu-abu di daerah trauma dan memperlihatkan
ekstravasase urine
f. Urogram ekskresi:Memperlihatkan gangguan fungsi /
ekstravasase urine pada sisi yang terkena.
g.CT Scan:Memperlihatkan adanya hematom retropenial dan
konfigurasi ginjal.

10
c. Pemeriksaan Fisik
1. Head to Toe
a. Kepala
Bentuk kepala simetris, kulit kepala cukup bersih, posisi
kepala tegak dapat digelengkan ke kiri / kekanan, tidak
terdapat luka jahitan.
b. Rambut
Bentuk rambut lurus, berwarna hitam, kebersihan cukup baik.
c. Mata (Penglihatan)
Terlihat bersih (tidak ada kotoran), struktur mata simetris,
fungsi penglihatan baik, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak
anemis, klien tidak memakai alat bantu penglihatan / kacamata.
d. Hidung (Penciuman)
Bentuk simetris, fungsi penciuman baik, tidak ada perdarahan,
polip dan tidak ada peradangan, terlihat bersih (tidak ada benda
asing atau secret serta kotoran yang menempel).
e. Telinga (Pendengaran)
Bentuk dan posisi simetris, fungsi pendengaran baik, tidak
terdapat luka dan klien tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.
f. Mulut dan Gigi
Mukosa bibir agak kering, lidah tampak bersih, jumlah gigi
lengkap, kebersihan gigi cukup baik, tidak tercium bau mulut,
fungsi pengecapan baik (dapat membedakan rasa) tidak ada
masalah dalam menelan tapi klien cuma kurang nafsu makan.
g. Leher
Terlihat bersih(tidak terdapat kotoran dilipatan kulit), tidak
terdapat pembesaran getah bening maupun kelenjar tiroid, dan
tidak ada keterbatasan gerak pada leher.
h. Thorax (Fungsi Pernafasan) biasanya:
Bentuk simetris, frekuensi nafas 24 x/menit, tidak terlihat
sesak nafas / tidak menggunakan alat bantu pernafasan, dada

11
teraba datar dan tidak ada nyeri tekan dan tidak terdengar
bunyi nafas tambahan ronchi dan wheezing.
i. Abdomen Biasnya:
- Inspeksi:bentuk simetris, tampak kebiruan pada perutbagian
bawah.
- Auskultasi: bising usus normal 8x/m
- Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian bawah.
- Pekusi: ada atau tidak distensi abdomen dan saluran cerna.
j. Reproduksi
Biasanya terpasang kateter dan keluar darah saat BAK melalui
kateter.
k. Ekstremitas biasanya:
- Atas: Ekstremitas atas sebelah kanan terpasang infus RL 20
tetes/menit dan ekstremitas atas sebelah kiri dan kanan terdapat
luka lecet.
- Bawah: Ekstremitas bawah terdapat luka lecet pada kedua lutut
dan nyeri  apabila digerakkan.
l. Integument
Biasanya turgor kulit baik kembali kurang dari 2 detik, warna
kulit sawo matang,suhu 36,5 ºC, dan terdapat hematoma serta
lesi.

12
2.  Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b/d Kerusakan jaringan ( trauma ) pada daerah
bladder, ditandai dengan :
 Klien mengeluh nyeri pada daerah abdomen bawah yang terkena.
 Adanya nyeri tekan pada daerah bladder yang terkena.
 wajah meringis / tegang.
Intervensi :
1.      Kaji skala nyeri, catat lokasi, lama, intensitas dan
karakteristiknya.
( Rasional : Perubahan dalam lokasi atau intensitas tidak umum
tetapi dapat menunjukkan adanya komplikasi ).
2.     Atur posisi sesuai indikasi, misalnya semi fowler.( Rasional :
Mmemudahkan drainase cairan / luka karena gravitasi dan
membantu meminimalkan nyeri karena gerakan ).
3.     Berikan tindakan kenyamanan, misalnya nafas dalam, tekhnik
relaksasi / visualisasi.( Rasional : Meningkatkan kemampuan
koping dengan memfokuskan perhatian pasien ).
4.      Kolaborasi untuk pemberian analgesik.( Rasional : Menurunkan
laju metabolisme yang membantu menghilangkan nyeri dan
penyembuhan )

2. Gangguan eliminasi urine s/d trauma bladder ditandai dengan


hematuria.
Intervensi :
1.      Kaji pola berkemih seperti frekwensi dan jumlahnya.
( Rasional : Mengidentifikasi fungsi kandung kemih, fungsi ginjal
dan keseimbangan cairan ).
2.      Observasi adanya darah dalam urine.( Rasional : Tanda-tanda
infeksi saluran perkemihan / ginjal dapat menyebabkan sepsis ).
3.      Istirahat baring sekurang-kurangnya seminggu sampai hematuri
hilang.( Rasional : Menurunkan metabolisme tubuh agar energi

13
yang tersedia difokuskan untuk proses penyembuhan pada ginjal
).
4.      Lakukan tindakan pembedahan bila perdarahan terus berlangsung.
( Rasional : Tindakan yang cepat / tepat dapat meminimalkan
kecacatan ).

3. Gangguan pemenuhan aktifitas s/d kelemahan fisik sekunder


terhadap trauma, ditandai dengan :
 Klien tampak lemah.
 Aktifitas dibantu oleh orang lain / keluarga.
Intervensi :
1.      Kaji kemampuan fungsional dengan skala 0 – 4.
( Rasional : Untuk menentukan tingkat aktifitas dan bantuan yang
diberikan).
2.      Ubah posisi pasien setiap 2 jam sekali.
( Rasional : Meningkatkan sirkulasi darah seluruh tubuh dan
mencegah penekanan pada daerah tubuh yang menonjol ).
3.      Lakukan rentang gerak aktif dan pasif.
( Rasional : Menurunkan resiko terjadinya trauma dan
mempertahankan fungsi sendi dan mencegah penurunan tonus ).
4.      Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan ADL.( Rasional :
Bantuan yang memberikan sangat bermanfaat untuk menghemat
energi yang dapat digunakan untuk membantu proses
penyembuhan luka )

4. Potensial syok hipovolemia s/d pemutusan pembuluh darah.


Intervensi :
1.    Observasi tensi, nadi, suhu, pernafasan dan tingkat kesadaran
pasien.
( Rasional : Terjadinya perubahan tanda vital merupakan manifestasi
awal sebagai kompensasi hypovolemia dan penurunan curah
jantung).

14
2.    Berikan cairan IV sesuai kebutuhan.( Rasional : Perbaikan volume
sirkulasi biasanya dapat memperbaiki curah jantung).
3.    Berikan O2 sesuai kebutuhan.( Rasional : Kadar O2 yang maksimal
dapat membantu menurunkan kerja jantung ).
4.    Kolaborasi pemberian obat-obatan anti perdarahan.( Rasional :
Untuk menghentikan atau mengurangi perdarahan yang sedang
berlangsung ).
5.    Bila perdarahan tetap berlangsung dan KU memburuk pikirkan
tindakan bedah.( Rasional : Tindakan yang segera dapat
menghindarkan keadaan yang lebih memburuk ).

5. Potensial infeksi b/d adanya luka trauma.


Intervensi :
1.    berikan perawatan aseptik dan antiseptik, pertahankan tekhnik cuci
tangan yang baik.( Rasional : Cara pertama untuk menghindari
infeksi nasokomial ).
2.    Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan seperti adanya
inflamasi.( Deteksi dini perkembangan infeksi memungkinkan
untuk melakukan tindakan segera dan pencegahan terhadap
komplikasi selanjutnya ).
3.    Pantau suhu tubuh secara teratur, catat adanya demam dan
menggigil.( Rasional : Dapat mengindikasikan perkembangan
sepsis yang selanjutnya memerlukan evaluasi atau tindakan dengan
segera ).
4.    Berikan antibiotik sesuai indikasi.( Rasional : Terapi profilaktik
dapat digunakan pada pasien yang mengalami trauma / perlukaan ).

6. Potensial gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan


Intervensi :
1.      Pertahankan tirah baring, bantu dengan aktifitas perawatan.
( Rasional : Menurunkan beban kerja miokard dan konsumsi oksigen )
2.      Pantau frekwensi dan irama jantung, perhatikan disritmia.

15
( Rasional : Bila terjadi tachikardi, mengacu pada stimulasi sekunder
sistem syaraf simpatis untuk menekan respons dan menggantikan
kerusakan pada hypovolemia relatif dan hipertensi).
3.      Perhatikan kualitas / kekuatan dari denyut perifer.
( Rasional : Pada awal nadi cepat / kuat karena peningkatan curah
jantung, nadi dapat menjadi lemah dan lambat karena hipotensi
terus menerus ).
4.      Berikan O2 sesuai kebutuhan.
( Rasional : Memaksimalkan oksigen yang tersedia untuk masukan
seluler ).

BAB 3

16
TINJAUAN KASUS

3.1 KASUS
Tn. C datang ke RSUD BlambanganBanyuwangi pada pukul 09.00 WIB,
klien mengeluh sakit di daerahperut bagian bawah setelah terjatuh dari
motor.Klien memegangi perutnya, terdapat jejas di perut bagian bawah.
Dari hasil pemeriksaan urine terdapat hematuria, TD: 100/80 mmHg , RR
25 x/menit, S: 36,5ºC, N: 62 x/menit, HB: 6,5 gram/dl.

3.2 PENGKAJIAN
1. Biodata
Nama : Tn. C
Umur : 30th
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : Strata 1
Bahasa : Jawa/Indonesia
Alamat : Banyuwangi
Tgl masuk RS : Rabu, 6November 2018( jam : 09.00)
Tgl pengkajian : Rabu, 6 November 2018(jam : 09.00)
No. Register :1234
Diagnosa medis : Trauma Buli-Buli

3.3 Primary Survey


2. Pemeriksaan ABC
A (Air Way)
a. Tidak ada gangguan jalan nafas
b. Tidak ada suara tambahan
c. Tidak ada jejas di daerah dada

B (Breathing)

17
a. Peningkatan frekuensi nafas
b. Nafas dangkal
c. Distress pernafasan
d. Menggunakan otot-otot pernafasan

C (Circulation)
a. TD menurun
b. Nadi perifer teraba lemah
c. Terjadi hematuria

D (Disability)

e. GCS : E : 4 M : 5 V : 6
f. Kesadaran : Compos Mentis

E (Exposure)
Terdapat jejas di bagian perut bawah.

F (Full vital sign)


a. TTV : TD : 100/80 RR : 20X/menit S : 36
N: 62X/menit HB: 6,5 gram/dl
b. Terpasang kateter urine

3.4 Secondary Survey

3. Keluhan Utama
Pasien mengatakansakit/nyeri pada perut bagian bawah
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada hari Rabu tanggal 6November 2018(jam 09.00) pasienhendak
pulang ke rumah dari mengantar istrinya bekerja ke kantordengan
mengendarai sepeda motor, namun saat diperjalanan pulang karena
menghindari orang yang ngebut-ngebutan dijalan Tn. C mengerem
mendadak.Sehingga Tn. C terjatuh dari sepeda motor (kecelakaan

18
tunggal), perut bagian bawah klien terbentur pembatas jalan. Sehingga
klien dibawa ke UGD RSUD Blambangan Banyuwangi.
Pada saat pengkajian pada hari Rabu tanggal 6 november 2018 (09.00)
Klien mengatakan sakit atau nyeri pada perut bagian bawah setalah jatuh
dari motor dan klien juga mengatakan tidak bisa atau nyeri saat BAK.
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien tidak memiliki keluarga yang memiliki penyakit menurun
6. Data Subyektif
a. pengakajian nyeri
(P) Klien mengeluh nyeri pada perutbagian bawah (bledeer) yang
terkena benturan pembatas jalan
(Q) Klien mengatakan rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum.
(R) Klien mengatakan nyeri pada bagian perut ke bawah.
(S) Raut wajah klien tampak menyeringai karena nyeri
(T) Klien mengatakan nyeri saat buang air kecil (BAK)
b. Klien mengatakan kencingnya bercampur darah
c. Klien mengatakan ada memar pada abdomen bawah setelah dia
terjatuh
7. Data obyektif
a. Nyeri pada daerah trauma
b. Hematuri
c. HT menurun : 37 %
d. HB menurun : 13 gm
e. Pada pemeriksaan BNO: Memperlihatkan suatu daerah yang berwarna
abu-abu di daerah trauma dan memperlihatkan ekstravasase urine
f. Urogram ekskresi:Memperlihatkan gangguan fungsi / ekstravasase
urine pada sisi yang terkena.
g. CT Scan:Memperlihatkan adanya hematom retropenial dan
konfigurasi ginjal.

19
3.5 Pemeriksaan Fisik
1. Head to Toe
l. Kepala
Bentuk kepala simetris, kulit kepala cukup bersih, posisi kepala tegak
dapat digelengkan ke kiri / kekanan, tidak terdapat luka jahitan.
m. Rambut
Bentuk rambut lurus, berwarna hitam, kebersihan cukup baik.
n. Mata (Penglihatan)
Terlihat bersih (tidak ada kotoran), struktur mata simetris, fungsi
penglihatan baik, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, klien
tidak memakai alat bantu penglihatan / kacamata.
o. Hidung (Penciuman)
Bentuk simetris, fungsi penciuman baik, tidak ada perdarahan, polip
dan tidak ada peradangan, terlihat bersih (tidak ada benda asing atau
secret serta kotoran yang menempel).
p. Telinga (Pendengaran)
Bentuk dan posisi simetris, fungsi pendengaran baik, tidak terdapat
luka dan klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
q. Mulut dan Gigi
Mukosa bibir agak kering, lidah tampak bersih, jumlah gigi lengkap,
kebersihan gigi cukup baik, tidak tercium bau mulut, fungsi
pengecapan baik (dapat membedakan rasa) tidak ada masalah dalam
menelan tapi klien cuma kurang nafsu makan.
r. Leher
Terlihat bersih(tidak terdapat kotoran dilipatan kulit), tidak terdapat
pembesaran getah bening maupun kelenjar tiroid, dan tidak ada
keterbatasan gerak pada leher.
s. Thorax (Fungsi Pernafasan)
Bentuk simetris, frekuensi nafas 24 x/menit, tidak terlihat sesak nafas /
tidak menggunakan alat bantu pernafasan, dada teraba datar dan tidak
ada nyeri tekan dan tidak terdengar bunyi nafas tambahan ronchi dan
wheezing.

20
t. Abdomen
- Inspeksi:bentuk simetris, tampak kebiruan pada perutbagian
bawah.
- Auskultasi: bising usus normal 8x/m
- Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian bawah.
- Perkusi: ada distensi kandung kemih dan saluran cerna.
u. Reproduksi
Klien berjenis kelamin laki-laki, terpasang kateter dan keluar darah
saat BAK melalui kateter.
v. Ekstremitas
- Atas: Ekstremitas atas sebelah kanan terpasang infus RL 20
tetes/menit dan ekstremitas atas sebelah kiri dan kanan terdapat
luka lecet.
- Bawah: Ekstremitas bawah terdapat luka lecet pada kedua lutut
dan nyeri  apabila digerakkan.

21
w. Integument
Turgor kulit baik kembali kurang dari 2 detik, warna kulit sawo
matang,suhu 36,5 ºC, dan terdapat hematoma serta lesi.

22
8. ANALISA DATA
No. Data Etiologi Problem
1 DS: Jejas hematom Nyeri Akut
Klien mengatakan sakit/ nyeri Abdomen
pada perut bagian bawah, sakit (trauma abdomen)
semakin terasa saat bergerak,
skala nyeri 5.

DO:
-Klien tampak menyeringaikan
wajah
TD: 100/80 mmHg
RR 25 x/menit
N: 62 x/menit
2 DS: Proses penyakit Kecemasan
Klien mengatakan takut ketika
melihat darah yang keluar dari
alat reproduksinya saat BAK.

DO:
TD: 100/80 mmHg
RR 25 x/menit
N: 62 x/menit
3 DS: Trauma bleder Gangguan pola
Klien mengatakan tidak dapat eliminasi urin
BAK dengan teratur.

DO:
- Pada pemeriksaan BNO:
Memperlihatkan suatu
daerah yang berwarna abu-
abu di daerah trauma dan
memperlihatkanekstravasase

23
urine
- Urogram
ekskresi:Memperlihatkan
gangguan fungsi /
ekstravasase urine pada sisi
yang terkena.
CT Scan:Memperlihatkan
adanya hematom retropenial dan
konfigurasi ginjal.
HT : 37 %
HB : 13 gm

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan jejas hematom abdomen
(trauma abdomen)
2. Cemas berhubungandengan syok hipovolemik
3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan trauma bleder

24
10. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil (NOC) Intervensi(NIC)

1 Nyeri akut berhubungan dengan jejas hematom NOC K- Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik,
Abdomen (trauma abdomen) beratnya (skala 0 – 10). Selidiki dan
Melaporkan nyeri hilang/
laporkan perubahan nyeri dengan tepat.
terkontrol dengan

Kriteria hasil: 2. -  Ukur  tanda-tanda vital.

B- Klien tidak mengeluh nyeri .


-      Skala nyeri 0 3.   - Berikan posisi yang nyaman (posisi semi
-      Ekspresi wajah ceriah fowler)

2.    - Tanda-tanda vital


meng-
4.-   Ajarkan klien teknik nafas dalam.
gambarkan keadaan klien serta
memudahkan intervensi
5.   - Ajarkan teknik distraksi seperti pijatan
selanjutnya.
punggung

3.    -Merelaksasikan otot dan


menghilangkan tegang-an6.   - Berikan analgesik sesuai indikasi.
abdomen yang ber-tambah

25
dengan po-sisi terlentang.

4.    - Meningkatkan suplai O2 ke


jaringan agar meta-bolisme
anaerob tidak terjadi.

5.    - Mengalihkan perhatian klien


sehingga tidak ter-fokus pada
nyeri yang dirasakan.

6.    Analgesik berfungsi
memperlambat impuls dari saraf
eferen ke reseptor nyeri di
hipotalamus.

2 Cemasberhubungandengan proses penyakit NOC NIC

Faktor resiko: Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan

Faktor keturunan, Krisissituasional, Koping kecemasan)


stress,perubahanstatus kesehatan,
Kriteria hasil: - Gunakan pendekatan yang menenangkan
ancamankematian,perubahan konsepdiri, kurang

26
pengetahuan danhospitalisasi - Klien - Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
mampumengidentifikasi pelaku pasien
DO/DS:
danmengungkapkangejalacem - Jelaskan semua prosedur dan apayang
- Insomnia as dirasakan selama prosedur
- Kontak mata kurang - Mengidentifikasi,mengungka - Temani pasien untuk
- Kurang istirahat pkan danmenunjukkan memberikankeamanan dan mengurangi
- Berfokus pada diri sendiri tehnikuntuk mengontolcemas takut
- Iritabilitas - Vital sign dalam batasnormal - Berikan informasi faktual mengenai
- Takut Postur tubuh, ekspresiwajah, diagnosis, tindakan prognosis
- Nyeri perut bahasa tubuhdan tingkat - Libatkan keluarga untuk mendampingi
- Penurunan TD dan denyut nadi aktivitasmenunjukkanberkura klien
- Diare, mual, kelelahan ngnyakecemasan - Instruksikan pada pasien untuk
- Gangguan tidur menggunakan tehnik relaksasi
- Gemetar - Dengarkan dengan penuh perhatian
- Anoreksia, mulut kering - Identifikasi tingkat kecemasan
- Peningkatan TD, denyutnadi, RR - Bantu pasien mengenal situasi yang
- Kesulitan bernafas menimbulkan kecemasan
- Bingung - Dorong pasien untuk mengungkapkan
- Bloking dalam pembicaraan perasaan, ketakutan, persepsi
Sulit berkonsentrasi Kelola pemberian obat anti cemas

27
3 Gangguan pola eliminasi urine berhubungan NOC NIC
dengan trauma bleder
Pengawasan urin Perawatan retensi urin

Kriteria hasil: - Mengatakan keinginan untuk BAK


- Mengatakan keinginan untuk - Menentukan pola BAK
BAK - Mengatakan dapat BAK dengan teratur
- Menentukan pola BAK - Waktu yang adekuat antara keingian
- Mengatakan dapat BAK BAK dan mengeluarkan BAK ke toilet
dengan teratur - Bebas dari kebocoran urin sebelum
- Waktu yang adekuat antara dengan BAK
keinginan BAK dan - Mampu memulai dan mengakhir aliran
mengeluarkan BAK ke toilet BAK
Bebas dari kebocoran urin Mengosongkankandung kemih secara
sebelum BAK komplit

11. IMPLEMENTASI
1. Melakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga pasien untuk mempermudah proses keperawatan
2. Memberikan penjelasan dan motivasi pada pasien tentang penyakitnya
3. Melakukan pengkajian pada pasien untuk mengetahui tindakan selanjutnya
4. Mengobservasi TTV

28
5. Mengkajipasien

29
12. EVALUASI
NO. Diagnosa Evaluasi SOAP
1 Nyeri akut berhubungan S:
dengan Jejas hematom Klien mengatakan nyeri perut pada
Abdomen bagian bawah.
(trauma abdomen) O:
- Klien tampak menyeringaikan wajah
- Vital sign klien dalam batas normal
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi :
- -Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik,
beratnya (skala 0 – 10). Selidiki dan
laporkan perubahan nyeri dengan tepat.
2. -  Ukur  tanda-tanda vital.

2 Cemas berhubungan dengan S:


proses penyakit Klien mengatakan perasaan takutnya
sudah hilang.
O:
- Postur tubuh, ekspresiwajah,
bahasa tubuhdan tingkat aktivitas
klien
menunjukkanberkurangnyakecem
asan
- Vital sign klien dalam batas
normal
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
- Instruksikan pada pasien untuk

30
menggunakan tehnik relaksasi

3 Gangguan pola eliminasi S:


urine berhubungan dengan - Klien mengatakan dapat BAK
trauma bleder dengan teratur
- Klien mengatakan keinginan
untuk BAK
O:
- Klien memiliki waktu yang
adekuat antara keinginan BAK
dan mengeluarkan BAK ke toilet
- Klien mampu mengosongkan
kandung kemih secara komplit
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
- Mampu memulai dan mengakhir
aliran BAK
- Mengosongkankandung kemih
secara komplit

31
BAB 4

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan mengenai hasil pembahasan dari asuhan keperawatan
“Asuhan Keperawatan Pada Tn. C dengan trauma buli-buli di ruang UGD RSUD
Blambangan Banyuwangi Tahun 2018”.

Penyajian dimulai dari konsep teori dan hasil asuhan keperawatan yang
sudah dilakukan pada klien.

A. Pengkajian
Dari hasil pengkajian didapatkan data adanya jejas di perut bagian
bawah.Dari hasil pemeriksaan urine terdapat hematuria.
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan.
Kemampuan mengidentifikasi masalah keperawatan yang terjadi pada tahap
ini akan mementukan diagnosis keperawatan. Diagnosis yang diangkat akan
menentukan desain perencanaan yang ditetapkan. Selanjutnya, tindakan
keperawatan dan evaluasi mengikuti perencanaan yang dibuat.Oleh karena
itu, pengkajian harus dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga seluruh
kebutuhan perawatan pada klien dapat diidentifikasi. (Nikmatur Rohmah &
Saiful Walid, 2014) .

B. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil data yang didapatkan dalam kasus ini peneliti mengambil 3
diagnosa sesuai prioritas utama yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan jejas hematom abdomen (trauma
abdomen)
b. Cemas berhubungandengan syok hipovolemik
c. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan trauma bleder

Diagnosa keperawatan adalah Pernyataan yang menggambarkan respon


manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual/potensial) dari
individu atau kelompok tempat perawat secara legal mengidentifikasi dan

32
perawat dapat memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan, atau mencegah perubahan.
(Nikmaturrohmah & saiful walid, 2014).
Dari hasil penelitian ini tidak terjadi perbedaan yang signifikan di
antara tinjauan teori ataupun kasus.Peneliti mengambil 3 diagnosa yang
semuanya ada di dalam teori dikarenakan data yang ada dapat menegakkan
diagnosa tersebut. Sedangkan di dalam teori masih banyak diagnose yang
sekiranya dapat muncul dalam kasus ini.

C. Intervensi
Dari hasil yang peneliti rencanakan di dalam kasus ini di dalam setiap
diagnose paling banyak 6 rencana yang spesifik dengan kasus di atas.
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam
diagnosis keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana
perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah dengan aktif dan
efisien. (Nikmaturrohmah & saiful walid, 2014)
Dari hasil rencana keperawatan yang ada hampir sama dengan rencana
keperawatan yang ada dilapangan. Hanya saja intervensi yang dilakukan
tergantung dengan diagnosa yang diambil. Semua intervensi di lapangan
sama dengan intervensi yang ada pada teori. Yaitu dengan menggunakan teori
ABCDE. Itu disebabkan karena intervensi di ruang kegawat daruratan
menggunakan metode ABCDE yang digunakan untuk semua jenis penyakit.

D. Implementasi
Dari hasil tindakan yang dilaksanakan semuanya dilakukan sesuai dengan
yang ada di dalam rencana . Ada beberapa rencana yang tidak terlaksana
karena belum dibutuhkan untuk dilakukan tindakan.
Pelaksanaan keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Kegiatan dalam pelaksanaan juga
meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien

33
selama dan sesudah pelaksaan tindakan, serta menilai data yang baru.
(Nikmaturrohmah & saiful walid, 2014)
Implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan hampir sepenuhnya
sudah dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat.
Terutama dalam kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik.

E. Evaluasi
Dari hasil evaluasi pada kasus ini tardapat 3 diagnosa yang masalahnya
teratasi sebagian.Dan dilanjutkan pengobatan di rumah.
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan criteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan. (Nikmaturrohmah & saiful walid, 2014)
Dari hasil evaluasi atau catatan perkembangan klien, semua evaluasi
masalahnya teratasi sebagian dan harus dilakukan pengobatan lanjutan.

34
BAB 5

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari studi kasus dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pengkajian pada klien trauma buli-buli dilakukan untuk mendapatkan
informasi dan data yang akurat, berdasarkan data dari hasil pengkajian telah
dapat diintreprestasikan dan ditetapkan diagnose, rencana, tindakan, dan
evaluasi. Berdasarkan hasil pengkajian pada Tn. C dengan diagnose trauma
buli-buli diperoleh data bahwa klien mengeluh sakit di daerah perut bagian
bawah setelah terjatuh dari motor. Klien memegangi perutnya, terdapat jejas
di perut bagian bawah.
Dari hasil identifikasi yang telah dilakukan ditemukan ada kesesuaian antara
konsep teori dengan aplikasi asuhan keperawatan dilapangan. Dibuktikan
dengan banyaknya kesamaan mulai dari pengkajian sampai evaluasi di dalam
keduanya.
- Dari hasil aplikasi asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma buli-
buli konsep teori dalam pelaksanaan asuhan keperawatan sangat kuat
keterkaitannya dengan proses keberhasilan dalam menangani kasus
trauma buli-buli.
- Dari hasil identifikasi antara konsep teori dengan aplikasi dilapangan
saling berkesinambungan satu sama lain. Karena pada dasarnya teori itu
dapat dipertanggung jawabkan dengan adanya bukti yang dapat
menguatkan teori itu.

B. Saran

Dari hasil pengkajian dan tindakan keperawatan yang telah


dilakukan, diharapkan dapat menjadi masukan bagi beberapa pihak terkait
yaitu:

1. Bagi Ruang Instalasi Gawat Darurat

35
Hasil makalah atau laporan ini dijadikan acuan dalam
mengidentifikasi faktor yang terkait dengan trauma buli-buli.

2. Bagi Profesi Keperawatan


Bahwasanya pasien trauma buli-buli sangat membutuhkan
penanganan yang ekstra dan secepatanya. Sehingga dengan diadakannya
studi kasus atau asuhan keperawatan ini dapat mengatasi masalah trauma
buli-buli dengan penatalaksanaan yang sesuai Asuhan Keperawatan yang
tepat.

3. Bagi Masyarakat
Untuk masyarakat diharapkan lebih hati-hati lagi dalam berkendara
sehingga tidak terjadi kecelakaan.

36
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif.  2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.


Jakarta: Salemba Medika.

Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku


Kedokteran EGC. Jakarta

Purnawan Junadi, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 2. Media Aeskulapius,


FKUI

Soeparman.1998. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI

Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius


FKUI, Jakarta.

37

Anda mungkin juga menyukai