Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

TRAUMA SISTEM PERKEMIHAN

Disusun Oleh:

Nama : Nurul Khoirunnisa

NIM : C2017093

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS 'AISYIYAH SURAKARTA

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi
Trauma buli-buli atau trauma vesika urinaria merupakan keadaan
darurat bedah yang memerlukan penatalaksanaan segera, bila tidak
ditanggulangi dengan segera dapat menimbulkan komplikasi seperti
perdarahan hebat, peritonitis dan sepsis. Secara anatomic buli-buli terletak
di dalam rongga pelvis terlindung oleh tulang pelvis sehingga jarang
mengalami cedera.
Cedera kandung kemih disebabkan oleh trauma tumpul atau
penetrasi. Kemungkinan cedera kandung kemih bervariasi menurut isi
kandung kemih sehingga bila kandung kemih penuh akan lebih mungkin
untuk menjadi luka daripada saat kosong .
Trauma kandung kemih adalah suatu keadaan dimana terjadinya ruda
paksa pada area vesika urianaria baik saat vesika urinaria dalam keadaan
penuh ataupun tidak.
Trauma bledder adalah rusaknya kandung kencing ( organ yang
menampung uruin dari ginjal) atau uretra (saluran yang menghubungkan
kandung kencing dengan dunia luar). 
Trauma bledder atau vesika urinaria merupakan keadaan darurat
bedah yang memerlukan pelaksanaan segera. Bila tidak ditanggulangi dengan
segera dapat menimbulkan komplikasi  seperti peritoritis dan sepsis.

2. Etiologi
a. Kecelakaan lalu lintas/ kerja yang memnyebabkan patah tulang pelvis
 Fraktur tulang panggul
 Ruptur kandung kemih
 Ruda paksa tumpul
 Ruda paksa tajam akibat luka tusuk dan tembak
 Trauma pada tumpul pada panggul yang mengenai buli-buli
 Trauma tembus
 Akibat manipulasi yang salah sewaktu melakukan oprasi trans uretral
resection (TUR)
b. Fraktur tulang panggul yang menyebabkan konstio dan ruptur buli-buli
dibedakan 2  macam, yaitu :
 Intra peritonial : peritenium yang menutupi bagian atas / latar
belakasng dinding buli-buli robek sehingga urune langsung masuk
kedalam rongga peritoneum.
 Ekstra peritenium : peritoneum utuh,yang dikeluarkan dari rapuutra
tetap berada diluar. Akibat luka tusuk misal ujung pisau, peluru.
c. Didapati perforasi buli-buli uruine keluar melalui dinding buli-buli terus
kekulit. Akibat manipulasi salah sewaktu melakukan traans uretetol
resection, misalnya sewaktu tumor buli, operasi prostat, dan lain-lain.

3. Klasifikasi
a. Rupture ekstaperitoneal kandung kemih.
Ruptur ekstraperitoenal biasanya berhubungan dengan fraktur panggul
(89%-100%). Sebelumnya , mekanisme cidera diyakini dari perforasi
langsung oleh fragmen tulang panggul. Tingkat cidera kandung kemih
secara langsung berkaitan dengan tingkat keparahan fraktur.
b. Rupture kandung kemih intraperitoneal.
Rupture kandung kemih intraperitoneal digambarka sebagai masuknya
urine secara horizontal kedalam kompartemen kadung kemih.mekanisme
cidera adalah peningkatan tingkat tekanan intravesikel secara tiba-tiba
kekandung kemih yang penuh. Kekuatan daya trauma tidak mampu
ditahan oleh kemampuan dinding kandung kemih sehingga terjadi
perforasi dan urine masuk kedalam peritoneum.
c. Kombinasi rupture intraperitoneal dan ekstraperitoneal.
Meknaisme cidera penetrasi memungkinkan cidera menembus kandung
kemih seperti peluru kecepatan tinggi melintasi kandung kemih atau luka
tusuk abdominal bawah. Hal itu akan menyebabkan intraperitoneal,
ekstraperitoneal, cidera, atau gabungan kandung kemih
4. Patofisiologi
Bila buli-buli yang penuh dengan urune mengalami trauma,,maka
akan terjadi peningkatan tekanan intra vesikel dapat menyebabkan contosio
buli-buli pecah keadaan ini dapat menyebabkan rutura intraperitonial.
Secara anatomik buli-buli atau bledder terletak didatlam rongga
pelvis sehingga jarang mengalami cidera.Ruda paksa kandung kemih karena
kecelakaan kerja dapat menyebabkan fragmen patah tulang pelvis sehingga
mencederai buli-buli. Jika faktur tulang panggul dapat menimbulkan
kontusio atau ruptur kandung kemih,tetapi hanya terjadi memar pada diding
buli-buli dengan hematura tanpa ekstravasasi urin.Ruda paksa tumpul juga
dapat menyebabkan ruptur buli-buli terutama bia kandung kemih penuh atau
dapat kelainan patogenik seperti tuber colosis,tumor atau obtruksi sehingga
rudapaksa kecil menyebabkan ruptur.
WOC
Kandung Kemih

Kecelakaan Fraktur tulang Trauma Tumpul Trauma Tajam

Patah Tulang Kontusio / buli- Ruptur Luka tusuk


pelvis buli memar

Trauma Bledder

Obstruksi Jejas hematom Robekan dinding


abdomen bladder

Inkontinensia Tekanan kandung


kemih Anemia

Gangguan Nyeri tekan supra pubis Syok hipovolemik


eliminasi

Gangguan rasa Cemas


Katerisasi nyaman nyeri

Gangguan perfusi
Resiko infeksi
jaringan

Gangguan mobilitas
fisik
5. Kondisi kegawatan pasien dengan trauma perkemihan
Kedaruratan non trauma seringkali tidak terdiagnosis sehingga
menyebabkan terjadinya kerusakan organ yang dapat mengancam jiwa

Kedaruratan urologi non trauma ini terdiri dari:

 Urosepsis (infeksi berat)


 Sumbatan aliran urine akut (retensi urine, anuria, kolik)
 Hematuria (perdarahan)
 strangulasi atau gangguan aliran darah pada organ, seperti pada torsio
testis, priapismus, parafimosis

6. Pemeriksaan penunjang
 Hematokrit menurun
 Cystografi : menunjukkan ekstravasase urine vesika urinaria dapat pindah
atau tertekan yaitu suatu prosedur di mana pewarna radioaktif (senyawa
kontras) yang dapat dilihat dengan X-ray, disuntikkan ke dalam kandung
kemih.
 Prosedur selanjutnya adalah dengan melakukan CT scan atau X-ray untuk
melihat kebocoran. Sementara untuk luka kandung kemih yang terjadi
selama prosedur operasi biasanya diketahui tepat pada waktunya sehingga
rangkaian tes tersebut tidak perlu dilakukan.

7. Penatalaksanaan medis
Untuk luka yang lebih berat, biasanya dilakukan pembedahan untuk
menentukan luasnya cedera dan untuk memperbaiki setiap robekan.
Selanjutnya air kemih dibuang dari kandung kemih dengan menggunakan 2
kateter, 1 terpasang melalui uretra (kateter trans-uretra) dan yang lainnya
terpasang langsung ke dalam kandung kemih melalui perut bagian bawah
(kateter suprapubik).Kateter tersebut dipasang selama 7-10 hari atau diangkat
setelah kandung kemih mengalami penyembuhan yang sempurna.

8. Penatalaksanaan keperawatan
 Atasi syok dan perdarahan.
 Istirahat baring sampai hematuri hilang.
 Bila ditemukan fraktur tulang punggung disertai ruftur vesica urinaria intra
peritoneal dilakukan operasi sectio alta yang dilanjutkan dengan
laparatomi.
 Robekan kecil (laserasi) bisa diatasi dengan memasukkan kateter ke dalam
uretra untuk
o mengeluarkan air kemih selama 7-10 hari dan kandung kemih akan
membaik dengan sendirinya.
 Untuk luka yang lebih berat, biasanya dilakukan pembedahan untuk
menentukan luasnya cedera dan untuk memperbaiki setiap robekan.
Selanjutnya air kemih dibuang dari kandung kemih dengan menggunakan
2 kateter, 1 terpasang melalui uretra (kateter trans-uretra) dan yang lainnya
terpasang langsung ke dalam kandung kemih melalui perut bagian bawah
(kateter suprapubik).Kateter tersebut dipasang selama 7-10 hari atau
diangkat setelah kandung kemih mengalami penyembuhan yang sempurna.

9. Asuhan keperawatan
A. Pengkajian
 Identitas :
Terjadi pada wanita dan pria disemua usia terutama pada seorang yang
bekerja dalam pekerjaan dengan berisiko seperti olahragawan
 Keluhan utama :
Nyeri pada pinggang, punggung, terdapat jejas pada trauma
 Riwayat penyakit sekarang :
Biasanya klien mengatakan sebelumnya klien mengalami benturan
(trauma), jatuh, fraktur pelvis, riwayat katerisasi, Klien mengeluh nyeri
pada daerah pinggang yang terkena, Klien mengatakan kencingnya
bercampur darah, Klien mengatakan ada luka memar pada daerah
pinggang setelah dia terjatuh.
 Riwayat penyakit dahulu:
Riwayat katerisasi yang lama pada trauma uretra, glumeronefritis, HT,
DM, ISK
B. Pemeriksaan Fisik
 Sistem pernafasan :
Tidak ada gangguan
 Sistem integumen :
Terdapat luka atau jejas pada daerah trauma (pinggang, perut,). Suhu
meningkat karena proses inflamasi
 Sistem kardiovaskuler :
TD meningkat, nadi meningkat karena nyeri, HT menurun, HB menurun.
 Sistem persyarafan :
Terdapat nyeri pada daerah yang terkena trauma
 Sistem perkemihan :
Rasa sakit daerah trauma, hematuria, terba massa pada pinggang, nyeri
tekan pada pinggang, anuria, oliguria
 Sistem musculusceletal :
Biasanya terdapat fraktur pelvis, trauma pada peritorial
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) s/d Kerusakan jaringan ( trauma ) pada
daerah ginjal, ditandai
2. Gangguan eliminasi urine s/d robeknya ginjal ditandai dengan hematuria.
3. Gangguan pemenuhan aktifitas s/d kelemahan fisik sekunder terhadap
trauma, ditandai dengan
D. Intervensi
1.  Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) s/d Kerusakan jaringan ( trauma ) pada daerah
ginjal, ditandai dengan :
-   Klien mengeluh nyeri  pada daerah pinggang yang terkena.
-   Adanya nyeri tekan pada daerah pinggang yang terkena.
-   Ekspresi wajah meringis / tegang

IntervensiKeperawatan
a.  Kaji skala nyeri, catat lokasi, lama, intensitas dan karakteristiknya.
( rasional : Perubahan dalam lokasi atau intensitas tidak umum tetapi dapat
menunjukkan adanya komplikasi ).
b.  Atur posisi sesuai indikasi, misalnya semi fowler.
( rasional : Mmemudahkan drainase cairan / luka karena gravitasi dan membantu
meminimalkan nyeri karena gerakan ).
c.  Berikan tindakan kenyamanan, misalnya nafas dalam, tekhnik relaksasi /
visualisasi.
( rasional : Meningkatkan kemampuan koping dengan memfokuskan perhatian
pasien ).
d.  Kolaborasi untuk pemberian analgesik.
( rasional : Menurunkan laju metabolisme yang membantu menghilangkan nyeri
dan penyembuhan ).

2.      Gangguan eliminasi urine s/d robeknya ginjal ditandai dengan hematuria.

IntervensiKeperawatan
a.  Kaji pola berkemih seperti frekwensi  dan jumlahnya.
( rasional : Mengidentifikasi fungsi kandung kemih, fungsi ginjal dan
keseimbangan cairan ).
b.  Observasi adanya darah dalam urine.
( rasional : Tanda-tanda infeksi saluran perkemihan / ginjal dapat menyebabkan
sepsis ).
c.  Istirahat baring sekurang-kurangnya seminggu sampai hematuri hilang.
( rasional : Menurunkan metabolisme tubuh agar energi yang tersedia difokuskan
untuk proses penyembuhan pada ginjal ).
d.  Lakukan tindakan pembedahan bila perdarahan terus berlangsung.
( rasional : Tindakan yang cepat / tepat dapat meminimalkan kecacatan ).

3.Gangguan pemenuhan aktifitas s/d kelemahan fisik sekunder terhadap trauma,


ditandai dengan:
- Klien tampak lemah.
- Aktifitas dibantu oleh orang lain / keluarga.

IntervensiKeperawatan
a.  Kaji kemampuan fungsional dengan skala 0 – 4.
( rasional : Untuk menentukan tingkat aktifitas dan bantuan yang diberikan ).
b. Ubah posisi pasien setiap 2 jam sekali.
( rasional : Meningkatkan sirkulasi darah seluruh tubuh  dan mencegah penekanan
pada daerah tubuh yang menonjol ).
c. Lakukan rentang gerak aktif dan pasif.
( rasional : Menurunkan resiko terjadinya trauma dan mempertahankan fungsi
sendi dan mencegah penurunan tonus ).
d. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan ADL.
( rasional : Bantuan yang memberikan sangat bermanfaat  untuk menghemat
energi  yang dapat digunakan untuk membantu proses penyembuhan luka ).

Anda mungkin juga menyukai