Anda di halaman 1dari 28

TRAUMA BULI

BAGIAN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
Pendahuluan

 Trauma urogenital  kondisi gawat darurat  ♂ > ♀


 10% trauma buli
 Trauma buli-buli  keadaan darurat bedah 
penatalaksanaan segera
 Brosman, et al  72% pasien yang mengalami ruptur
buli berhubungan dengan terjadinya fraktur tulang
pelvis
 Cass, et al  94% kejadian ruptur buli disertai dengan
cedera organ lain  mortalitas mencapai 20%
ANATOMY
VESIKA URINARIA
Epidemiologi

 Kecelakaan kendaraan bermotor  penyebab tersering


 60-90% trauma buli disertai dengan fraktur pelvis
 30% fraktur pelvis terdapat trauma buli
Etiology
1. Trauma non-iatrogenik :
a. Trauma langsung :
• Trauma tumpul. Trauma langsung pada perut
bagian bawah saat V.U terisi penuh / distensi 
V.U mudah sekali robek jika mendapatkan
tekanan dari luar.
• Trauma tajam :
– Luka tusuk
– Luka tembak
b. Trauma tidak langsung
sekitar 90% fraktur pelvis disertai dengan ruptur
buli
2. Trauma Iatrogenik
a. Cedera intraoperasi
Prosedur yang memiliki resiko tinggi terjadinya
trauma pada buli:
 Hysterectomy
 Surgery of the lower part of the colon and rectum
 Repair hernia inguinalis
 Vaginal repair in prolapse operation

b. Prosedur urologi endoskopi


 TUR Bladder tumor
 TUR Prostate
 Biopsy
 An unskilled practitioner forces an instrument or fluid into the bladder
2. Trauma iatrogenik
a. Akibat prosedur operasi
• Hysterectomy
• Operasi pada colon dan rectum
• Herniorraphy
• Vaginal repair
b. Prosedur endoskopik urologi
• TUR Bladder tumor
• TUR Prostate
• Biopsy
Klasifikasi menurut AAST
Klasifikasi menurut AAST
Klasifikasi Secara Klinis
 Tipe I: kontusio kandung kemih
 Cedera parsial dari ketebalan dinding kandung kemih tanpa adanya ruptur 
sistografi normal
 Tipe II: Ruptur intraperitoneal
 33% dari trauma buli
 trauma tumpul ke buli yg penuh
 Tipe III: Ruptur ekstraperitoneal
 60% dari keseluruhan trauma buli
 Berkaitan erat dengan fraktur pelvis
 Tipe IV: Ruptur kombinasi (intraperitoneal + ekstraperioneal)
 5% dari keseluruhan trauma buli
Diagnosis

 Gross hematuri  cardinal sign


 Nyeri suprapubik  riwayat trauma
 Kesulitan atau ketidakmampuan untuk BAK
 Fraktur pelvis  tanda2 syok hemoragik
 Distensi abdomen
 Gejala dan tanda ruptur total extra peritoneal:
 Retensi urin; kadang dapat berkemih dalam jumlah yg
sedikit  hematuria
 Teraba massa pada abdomen bawah  biasa disertai
dengan hematom pada pelvis  kemungkinan disertai
dengan fraktur pelvis  nyeri tekan (+)

 Gejala dan tanda ruptur total intraperitoneal :


 Tidak dapat BAK
 Tanda2 akut abdomen (peritonitis & ileus paralitik)
 Nyeri suprapubik dan abdomen bawah.
 Fluidintra abdominal cavity  DD : Lever or spleen
rupture
Penunjang

 Laboratorium:
 Anemia  Hb ↓
 Urinalisa  Gross Hematuria
 Imaging:
 Foto pelvis  fraktur pelvis / gambaran penetrasi akibat
corpus alienum
 Cystography  ekstravasasi ke ekstraperitoneal /
intraperitoneal
 Gross hematuria tanpa adanya ekstravasasi  bladder
contusion
Sistografi

 Kontras dimasukkan ke
dalam V.U sebanyak 300-
400 ml secara gravitasi
(tanpa tekanan) via
kateter per uretra
 Dibuat beberapa foto:
 foto pada saat V.U terisi
kontras dalam posisi
anterior-posterior (AP)
 pada posisi oblik
 wash out film yaitu foto
setelah kontras
dikeluarkan dari buli-buli.
Ruptur Extraperitoneal

Gambar kiri : tampak gambaran VU dan ekstravasasi ekstraperitoneal (flame shaped contrast)
Gambar kanan: fase washout, tampak gambaran ekstravasasi ekstraperitoneal pada hemipelvis kanan
Ruptur Intraperitoneal

Gambar kiri : ruptur intraperitoneal (tampak ekstravasasi kontras memberikan gambaran kontur usus)
Gambar kanan: Ruptur buli intraperitoneal (tampak gambaran ekstravasasi kontras memberikan
gambaran kontur usus)
CT-Sistografi

Gambar kiri : CT sistografi menunjukkan ekstravasasi kontras ke ekstraperitoneal


Gambar kanan: CT sistografi menunjukkan extravasasi kontras ke intraperitoneal, tampak gambaran
kontras mengisi di antara loop-loop usus
Treatment
 Ruptur ekstraperitoneal
 Robekan sederhana (ektravasasi minimal)  konservatif  pemasangan
kateter 7-10 hari  15% kegagalan penyembuhan luka
 Kontraindikasi penanganan konservatif
 infeksi saluran kencing
 Fraktur pelvis yang membutuhkan fiksasi internal
 keberadaan fragmen tulang pada VU,
 cedera pada bladder neck  dpt menyebabkan kontinensia
 cedera pada rektum
 laserasi uretra perempuan atau laserasi vagina terkait dengan fraktur pelvis
 Drainase buli buli yang tidak adekuat atau terdapat bekuan darah pada urin
 CT / Foto sistografi  hari ke-10 - 14
 bila ≠ ekstravasasi, dapat dilakukan pelepasan kateter sesuai
keadaan umum pasien
 Bila masih ada, kateter dipertahankan 7-10 hari lagi
 Operasi terbuka mungkin diperlukan jika ekstravasasi
berlangsung terus menerus lebih dari 4 minggu
Treatment

 Ruptur Intraperitoneal:
 Semua ruptur kandung kemih penetrans dan intraperitoneal  eksplorasi +
reparasi  via trans peritoneal (insisi midline abdomen)
 Tepi dari laserasi dilakukan debridement kemudian VU dijahit 2 lapisan
menggunakan benang absorbable
 Semua cairan ekstravasasi ke intraperitoneal dicuci bersih sebelum penutupan
dan pemasangan drain pada cavum retzii
 Kateter dipertahankan 5-10 hari  dapat dilakukan sistrografi untuk
memastikan penyembuhan
Komplikasi dan Prognosis

Diagnosis yg tepat + manajemen yang terpadu  angka


morbiditas dan mortalitas minimal

Urinoma formation, ekstravasasi urin ke intraperitoneum (ileus,


peritonitis), hematoma, abses perivesica, fistula formation
(rectal, vaginal, or cutaneous)  komplikasi akibat misdiagnosis

Penanganan 6-12 jam setelah kejadian  menurunkan angka


morbiditas dan mortalitas
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai