TINJAUAN TEORI
ABSES MAMAE
1. KONSEP FISIOLOGI
Payudara merupakan organ yang terdapat pada laki-laki dan wanita dan terletak
dekat dengan kelenjar limfe. Payudara merupakan organ seks sekunder yang merupakan
simbol feminitas wanita (Prawirohardjo, 2012).
Pada saat ini penyakit peradangan payudara sangat merajalalela pada kalangan
wanita khususnya pada wanita yang baru pertama kali hamil. Penyakit yang menyerang
payudara ternyata tak hanya kanker payudara saja, jika benjolan pada payudara wanita
sebagian besar diidentikkan dengan kanker, maka benjolan di payudara pria sering
dipertanyakan penyebabnya. Tumor atau kanker payudara pada pria mungkin saja terjadi,
hanya saja kasusnya terbilang jarang. Ada penyakit lain yang tak kalah berbahaya, yaitu
abses payudara (Mitayani, 2009).
Abses payudara merupakan infeksi yang menimbulkan reaksi sistemik (seperti
demam). Keadaan ini biasanya diawali dengan sekitar puting lecet/luka. Gejala-gejala
yang bisa diamati pada abses payudara antara lain kulit nampak lebih merah, payudara
lebih keras serta nyeri dan berbenjol-benjol (merongkol) (Andriyani, 2011).
Kelanjutan/komplikasi dari radang payudara akan menjadi abses. Hal ini
disebabkan oleh meluasnya peradangan dalam payudara tersebut dan menyebabkan sakit
yang lebih parah, payudara lebih merah mengkilap, benjolan tidak sekeras seperti pada
radang payudara (mastitis), tetapi tampak lebih penuh/bengkak berisi cairan. Bila payudara
seperti ini perlu segera diperiksakan ke dokter ahli supaya mendapat tindakan medis yang
cepat dan tepat. Mungkin perlu dilakukan tindakan insisi untuk drainase, pemberian
antibiotik dosis tinggi dan anlgesik (Andriyani, 2011).
2. DEFINISI
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi
bakteri. Abses payudara merupakan komplikasi yang terjadi akibat peradangan payudara
kronik. Harus dibedakan antara abses payudara dan mastitis. Abses payudara merupakan
kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini disebabkan oleh meluasnya peradangan pada
payudara. (Bahiyatun, 2009).
Abses payudara merupakan suatu kondisi di mana terdapat benjolan yang terinfeksi
di area tepat di bawah kulit. Benjolan yang terinfeksi tersebut berisi pus atau nanah.
Pembengkakan dan nanah tersebut timbul akibat infeksi lokal, yang dapat disebabkan oleh
invasi bakteri pada bagian tubuh tersebut.
3. KARAKTERISTIK
Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu
organ atau syaraf. Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara
diantaranya :
a. Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah, panas jika disentuh, membengkak dan
adanya nyeri tekan).
b. Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak
sebagai suatu benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih
putih karena kulit diatasnya menipis.
c. Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise.
d. Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bias mengandung nanah)
e. Gatal-gatal
f. Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang
terkena.
4. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada
kulit yang normal Staphylococcus aureus. Bakteri sering kali berasal dari mulut bayi dan
masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit (biasanya pada
putting susu). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri masuk ke tubuh
melalui kulit yang rusak, biasanya pada putting susu yang rusak pada masa awal
menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah. Abses payudara bias terjadi
disekitar puting, bias juga diseluruh payudara.
5. TAHAPAN TAHAPAN
Luka atau lesi pada putting menyebabkan terjadinya peradangan sehingga
organisme masuk (organism ini biasanya dari mulut bayi) mengakibatkan pengeluaran
susu terhambat pada hal produksi susu normal. Akibatnya terjadi penyumbatan duktus dan
bentuk abses. Abses di kulit atau di bawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses
dalam sering kali sulit ditemukan. Pada penderita abses biasanya pemeriksaan darah
menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih. Suatu abses sering kali membaik tanpa
pengobatan, abses pecah dengan sendirinya dan mengeluarkan isinya. Kadang abses
menghilang secara perlahan karena tubuh menghancurkan infeksi yang terjadi dan
menyerap sisa-sisa infeksi. Abses tidak pecah dan bisa meninggalkan benjolan yang keras.
ABSES
PEMBEDAHAN
9. INTERVENSI
a Nyeri akut berhubungan dengan proses perandangan.
Tujuan : Nyeri berkurang dengan
Kriteria Hasil :
1) Menyatakan rasa nyaman nyeri berkurang.
2) Tanda – tanda vital dalam batas normal
Intervensi :
1) Observasi dan catat keluhan beratnya dan efek yang ditimbulkan oleh nyeri
Rasional : Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan
informasi tentang perbaikan penyakit.
2) Pantau tanda – tanda vital.
Rasional : Peningkatan nyeri akan meningkatkan tanda – tanda vital.
3) Ajarkan untuk menggunakan teknik relaksasi dan nafas dalam.
Rasional :Membantu mengontrol mengalihkan rasa nyeri, memusatkan
perhatian dan dapat meningkatkan koping.
4) Kolaborasi pemberian obat analgetik sesuai indikasi.
Rasional : Menurunkan nyeri.
b Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi dengan
Kriteria hasil :
1) Bebas dari tanda dan gejala infeksi.
2) Jumlah pemeriksaan lab dalam rentang normal.
Intervensi :
Intervensi :
1. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien :
Nama : Tn.P
Umur : 42
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa
Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : Sukoharjo
c. Keluhan utama :
Badan lemas
d. Riwayat kesehatan
Riwayat penyakit sekarang
Badan lemas sejak 3 hari yang lalu, luka di dada kiri, badan panas dingin, nafsu
makan turun
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat insisi oleh dokter umum seminggu yang lalu
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada
e. Pola kebiasaan sehari – hari
Pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
Sebelum sakit : pasien mengatakan dapat melakukan aktivitas sehari hari
Sesudah sakit : pasien mengatakan melakukan aktivitas terbatas
Pola nutrisi
Sebelum sakit : pasien mengatakan makan sehari 3 kali
Sesudah sakit : pasien mengatakan kurang nafsu makan
Pola eliminasi
Sebelum sakit : pasien mengatakan BAB dan BAK lancar
Sesudah sakit : pasien mengatakan BAB dan BAK masih lancar
Pola istirahat tidur
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidur 8 jam perhari
Sesudah sakit : pasien mengatakan tidak bisa tidur karena dada terasa nyeri
Pola aktifitas dan latihan
Sebelum sakit : pasien mengatakan setiap hari bekerja
Sesudah sakit : pasien mengatakan setelah sakit tidak bisa bekerja sebagian aktifitas
harus dibantu karena luka akan terasa nyeri
No Aktivitas 0 1 2 3 4
1 Makan
2 Mandi
3 Berpakaian
4 Eliminasi
5 Mobilisasi ditempat tidur
6 Berpindah
7 Ambulasi
8 Naik tangga
Keterangan:
0 : mandiri
1 : dibantu sebagian
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang dan peralatan
4 : ketergantungan/tidak mampu
Pola kognitif
Pasien mengatakan tidak mengira akan sakit seperti ini dan mengira hanya luka
biasa
Pola hubungan pasien
Pasien mengatakan baik baik saja dengan keluarga, rekan kerja, tetangga dll
Pola seksual dan reproduksi
Pasien mengatakan memiliki 2 orang anak
Pola konsep diri
Gambaran diri : pasien mengatakan bahwa dirinya seorang pekerja keras
Harga diri : pasien mengatakan sedih karena memiliki luka di dada
Ideal diri : pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan kembali bekerja
Identitas diri : pasien mengatakan dia adalah seorang suami dan ayah
Peran diri : pasien mengatakan ia bertugas sebagai tulang punggung keluarga
Pola koping dan toleransi stress
Pasien mengatakan tidah pernah kebanyakan fikiran, ia selalu bercerita apapun
kepada istri
Pola nilai dan kepercayaan
Pasien mengatakan memeluk agama islam dan selalu mengerjakan kewajibannya
f. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : Compos Mentis
TTV
TD : 110/85mm/Hg
Nadi : 80x/mnt
RR : 20x/mnt
Suhu : 37, 9
BB : 65 Kg
TB : 170 cm
Pemeriksaan nyeri :
P : proses penyakit
Q : berdenyut
R : mammae sinistra
S:6
T : hilang timbul
g. Pemeriksaan sistematis: Head To Toe
Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan kepala
Inspeksi : bersih tidak ada ketombe, warna rambut hitam
Palpasi : tidak ada massa dan tidak nyeri
2) Mata
Inspeksi : konjungtiva tidak anemis, kedua mata simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada kelopak mata
3) Telinga
Inspeksi : kedua telinga simetris, tidak ada bekas luka
Palpasi : tidak terasa nyeri
4) Hidung
Inspeksi : hidung simetris, tidak terdapat lesi
Palpasi : tidak terasa nyeri
5) Pemeriksaan mulut
Inspeksi : warna bibir merah kehitaman
6) Pemeriksaan leher
Inspeksi : tidak ada lesi
Palpasi : tidak terdapat kelenjar limfe dan tidak nyeri
7) Pemeriksaan paru
Inspeksi : gerakan dada simetris, terdapat luka di dada kiri
Palpasi : nyeri dada kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : wheezing
8) Pemeriksaan jantung
Inspeksi : tidak tampak ictus cordis
Palpasi : nyeri di dada kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara S1 S2 tunggal
9) Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : bentuk datar dan simetris
Auskultasi : peristaltik usus 15x/menit
Perkusi : thympani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan tugor baik
10) Pemeriksaan ekstremitas
Ekstremitas atas : tangan kanan pasien terpasang infuse tidak ada edema
Ektremitas bawah : kaki kanan dan kiri pasien normal tidak ada pembengkakkan
5 5
5 5
Interpretasi :
0 : otot tidak dapat melakukan kontraksi yang bisa dilihat
1 : terjadi kontraksi otot namun tidak ada gerakan
2 : otot dapat berkontraksi tetapi tidak bisa menggerakkan bagian tubuh melawan
gravitasi
3 : otot dapat berkontraksi dan menggerakkan bagian tubuh secara penuh melawan
gaya grafitasi
4 : otot mampu berkontraksi dan menggerakkan tubuh melawan tahanan minimal
5: otot berfungsi normal dan mampu melawan tahanan maksimal.
ANALISA DATA
RENCANA KEPERAWATAN
2.Memonitor dan
11.05 Nyeri akut S : pasien mengatakan
mencatat adanya rasa
berhubungan masih nyeri, pasien dan
nyeri, memberikan
dengan luka post keluarga dapat memahami
informasi pada pasien dan
OP tentang nyeri pasien
keluarga tentang nyeri
O:
Pasien tampak meram
menahan nyeri
P : proses penyakit
Q : berdenyut
R : mammae sinistra
S:5
T : hilang timbul
11.20 Nyeri akut
3.Mengatur posisi, dan
berhubungan S : pasien mengatakan mau
mengajarkan teknik
dengan luka post dirubah posisi dan di
relaksasi
OP ajarkan teknik relaksasi
nafas dalam
O : pasien kooperatif dan
dapat mengikuti arahan
2 21/10/21 Intoleransi aktifitas-1.Mengkaji kemampuan S : pasien mengatakan
11.30 berhubungan klien dalam beraktivitas sebagian aktifitas seperti
dengan cidera mandi, berpakaian, bangun
jaringan/prosedure dari tempat tidur harus
invasive dibantu karena luka akan
terasa nyeri
O : Pasien tampak lemah
2.Memonitor dan
07.25 Nyeri akut S : pasien mengatakan
mencatat adanya rasa
berhubungan nyeri sudah berkurang
nyeri, memberikan
dengan luka post O:
informasi pada pasien dan
OP Pasien tampak kooperatif
keluarga tentang nyeri
P : proses penyakit
Q : berdenyut
R : mammae sinistra
S:2
T : hilang timbul
EVALUASI FORMATIF
NO TGL/ DIAGNOSA EVALUASI TTD/
JAM NAMA
1 21/10/21 Nyeri akut berhubungan S : pasien
11.20 dengan luka post OP mengatakan masih
nyeri
O : Pasien tampak meram
menahan nyeri, Skala 5
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
EVALUASI SUMATIF
NO TGL/ DIAGNOSA EVASULASI TTD/
JAM NAMA
1 14.00 Nyeri akut berhubungan S : pasien mengatakan nyeri sudah
dengan luka post OP berkurang
O:
Pasien tampak kooperatif, Skala
nyeri : 2
A : keluhan utama
pasien teratasi
P : intervensi
dihentikan pasien
pulang