Nama Mahasiswa
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
karunianya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Dimana
makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
(KMB) dengan asuhan keperawatan yang berjudul TRAUMA BULI BULI.
Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman – teman
yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Menyadari bahwa
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu saya sangat mengharapkan
kritik dan saran pembaca yang membangun. Semoga dengan selesainya tugas ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan teman- teman.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma saluran kemih sering tak terdiagnosa atau terlambat untuk
mendiagnosa, karena seorang penolong korban kecelakan hanya perhatian dengan
luka-luka yang ada ditubuh dan anggota gerak saja. Keterlamabatn ini biasanya
menimbulkan komplikasi yang sangat berat yaitu perdarahan hebat dan peritonitis,
jadi setiap ada kecelakan trauma saluran kemih harus dicurigai sampai dibuktikan
bahwa itu ada trauma atau tidak. Biasanya trauma saluran kemih ini tidak hanya
mengenai satu organ saja, dan yang harus diingat adalah keadaan umum dan TTV
harus selalu diperhatikan dan dipertahankan, sebelum melangkaj kepengobatan yang
lebih spesifik.
Trauma sistem perkemihan bisa terjadi karena trauma tumpul dan trauma
tajam. Trauma tumpul lebih besar terjadi dibandingkan trauma tajam. Trauma
perkemihan ada beberapa, tetapi disisni saya membahas tentang trauma vesika
urinaria.Dengan melihat akibat trauma urinaria, maka saya menjelaskan makalah
laporan pendahuluan dan konsep asuhan keperawatan tentang trauma buli-buli/vesika
urinaria/kandung kemih.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang definisi dari trauma buli buli/vesika urinaria/kandung kemih?
2. Apa saja klasifikasi trauma buli buli?
3. Bagaimana etiologi dari trauma buli buli?
4. Bagaimana patofisiologi dari trauma buli buli?
5. Bagaimna pathway dari trauma buli buli?
6. Bagaimana manifestasi klinis trauma buli buli?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik trauma buli buli?
8. Bagaimana tata laksana trauma buli buli?
9. Apa saja komplikasi dari trauma buli buli?
10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan trauma buli buli?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang konsep teori trauma buli
buli.
2. Mahasisawa mampu memahami dan mengerjakan konsep asuhan keperawatan
taentang trauma buli buli.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Teori Trauma Buli Buli
1. Anatomi
Buli disebut juga kandung kemih, vesika urinaria, urinary bladder. Buli-buli
bekerja sebagi penampung urine. Organ ini berbentuk seperti buah pir. Letaknya
di dalam panggul besar, dibelakang simfisis pubis (Pearce, 2009).
Buli-buli menampung urine dari ureter dan kemudian mengeluarkannya
melalui uretra dalam mekanisme berkemih. Dalam menampung urine, buli-buli
mempunyai kapasitas maksimal, yang volumenya untuk orang dewasa kurang
lebih adalah 300-450 ml (Purnomo, 2007).
Jadi, buli – buli bisa desebut juga kandung kemih yaitu salah satu organ sistem
perkemihan setelah ureter . Yang berfungsi sebagai menampung urine kemudian
akan dikeluarkan melalui uretra dalam mekanisme berkemih.
2. Definisi
Trauma buli-buli atau trauma vesika urinaria merupakan keadaan darurat
bedah yang memerlukan penatalaksanaan segera, bila tidak ditanggulangi
dengan segera dapat menimbulkan komplikasi seperti perdarahan hebat,
peritonitis dan sepsis. Secara anatomic buli-buli terletak di dalam rongga
pelvis terlindung oleh tulang pelvis sehingga jarang mengalami cedera
(Mutaqqin, 2011) .
Cedera kandung kemih disebabkan oleh trauma tumpul atau penetrasi.
Kemungkinan cedera kandung kemih bervariasi menurut isi kandung kemih
sehingga bila kandung kemih penuh akan lebih mungkin untuk menjadi luka
daripada saat kosong .Trauma kandung kemih adalah suatu keadaan dimana
terjadinya ruda paksa pada area vesika urianaria baik saat vesika urinaria
dalam keadaan penuh ataupun tidak.Trauma bledder adalah rusaknya kandung
kencing ( organ yang menampung uruin dari ginjal) atau uretra (saluran yang
menghubungkan kandung kencing dengan dunia luar). Trauma bledder atau
vesika urinaria merupakan keadaan darurat bedah yang memerlukan
pelaksanaan segera. Bila tidak ditanggulangi dengan segera dapat
menimbulkan komplikasi seperti peritoritis dan sepsis (Mutaqqin, 2011).
3. Klasifikasi
Cidera vesika urinaria diklasifikasikan menurut American Association for the
Surgery of Trauma ( A AST) – Organ Injury Scale (OIS).
4. Etilogi
Penyebab tersering trauma urologi seperti trauma ginjal dan buli-buli adalah
trauma tumpul yang disebabkan oleh jatuh dan kecelakaan lalu lintas.
Ruptur kandung kemih terutama terjadi akibat kecelakaan yang
menyebabkan patah tulang pelvis, fraktur tulang, trauma tumpul pada panggul
,trauma tajam.(dikutip pada jurnal Zuhirman, Z., & Amelia, S. M.
(2014). Gambaran Klinis Trauma Urologi di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Periode Januari 2009–Desember 2013).
5. Patofisiologi
Bila buli-buli yang penuh dengan urine mengalami trauma,,maka akan terjadi
peningkatan tekanan intra vesikel dapat menyebabkan contosio buli-buli pecah
keadaan ini dapat menyebabkan rutura intraperitonial.
Secara anatomik buli-buli atau bledder terletak didalam rongga pelvis
sehingga jarang mengalami cidera.Ruda paksa kandung kemih karena kecelakaan
kerja dapat menyebabkan fragmen patah tulang pelvis sehingga mencederai buli-
buli. Jika faktur tulang panggul dapat menimbulkan kontusio atau ruptur kandung
kemih,tetapi hanya terjadi memar pada diding buli-buli dengan hematura tanpa
ekstravasasi urin. Ruda paksa tumpul juga dapat menyebabkan ruptur buli-buli
terutama bila kandung kemih penuh atau dapat kelainan patogenik seperti
tubercolosis,tumor atau obtruksi sehingga ruda paksa kecil menyebabkan ruptur.
6. Pathway
7. Manifestasi klinis
a) Gejala utama adalah adanya darah dalam air kemih atau kesulitan untuk
berkemih. Rasa sakit di area panggul dan perut bagian bawah. Sering buang
air kecil atau sukar menahan keinginan berkemih( ini terjadi jika bagian
terbawah kandung kemih mengalami cidera).
b) Umumnya fraktur tulang dan pelvis disertai pendarahan hebat sehingga
penderita datang dalam keadaan anemik bahkan sampai syok.
c) Pada abdomen, bagian bawah tampak jejas atau hematom dan terdapat nyeri
tekan pada daerah supra publik (perut bagian bawah pusar) ditempat
hematom.
d) Pada ruptur buli buli intraperitinial urine yang srng masuk ke rongga
peritonial sehingga memberi anda cairan intra abdomen dan rangsangan
peritonial.
e) Lesi ekstra peritonial memberikan gejala dan tanda infitrat urine dirongga
peritonial yang sering menyebabkan septisema.
f) Nyeri pada daerah supra publik baik publik maupun saat palpasi
g) Hematura
h) Ketidakmampuan buang air kecil
i) Ekstravasase urine
j) Suhu tubuh meningkat
k) Syok
l) Tanda tanda peritonitis
8. Pemeriksaan Diagnostik
1. Hematokrit menurun
2. Cystografi : menunjukkan ekstravasase urine kandung kemih dapat pindah
atau tertekan yaitu suatu prosedur di mana pewarna radioaktif (senyawa
kontras) yang dapat dilihat dengan X-ray, disuntikan ke dalam kandung
kemih.
3. Prosedur selanjutnya adalah melakukan CT scan atau X-ray untuk melihat
kebocoran. Sementara untuk luka kandung kemih yang terjadi selama prosedur
operasi biasanya diketahui tepat pada waktunya sehingga rangkain tes tesebut
tidak perlu dilakukan.
9. Tata Laksana
a. Atasi syok dan pendarahan
b. Istirahat baring sampai hematuri hilang
c. Bila ditemukan fraktur tulang punggung disertai ruftur vesika urinaria intra
peritoneal dilakukan operasi sectio alta yang dilanjutkan dengan laparatomi.
d. Robekan kecil (laserasi) bisa diatasi dengan memasukkan kateter ke dalam
uretra untuk mengeluarkan air kemih selama 7-10 hari dan kandung kemih
akan membaik dengan sendirinya.
e. Untuk luka yang lebih berat, biasanya dilakukan pembedahan untuk
menentukan luasnya cedera dan untuk memperbaiki setiap robekan.
Selanjutnya air kemih dibuang dari kandung kemih dengan menggunakan 2
kateter, 1 terpasang melalui uretra( kateter trans-uretra) dan yang lainya
terpasang langsung ke dalam kandung kemih melalui perut bagian bawah
( kateter suprapubik). Kateter tersebut dipasang selama 7-10 hari atau diangkat
setelah kandung kemih mengalami penyembuhan yang sempurna.
10. Komplikasi
Urosepsis
Klien lemah akibat anemia
1. Pengkajian
a. Anamesa
Nama pasien :
Umur : Disini umur mempengaruhi trauma buli buli, yaitu pada penelitian
ini didapatkan kelompok umur tersering yang terkena trauma urologi
adalah usia 20-30 tahun yaitu sebesar 30,5%. . Usia 20-30 tahun
merupakan usia produktif, dimana masyarakat lebih sering menghabiskan
waktu di luar rumah untuk bekerja sehingga menuntut mobilitas yang
tinggi. ( dikutip pada jurnal Zuhirman, Z., & Amelia, S. M.
(2014). Gambaran Klinis Trauma Urologi di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru Periode Januari 2009–Desember 2013).
Jenis kelamin : Kasus trauma urologi terbanyak dialami oleh laki-laki
(82,6%) sedangkan perempuan (17,4%). ( dikutip pada jurnal Zuhirman,
Z., & Amelia, S. M. (2014). Gambaran Klinis Trauma Urologi di RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru Periode Januari 2009–Desember 2013).
Alamat rumah :
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Biasanya px mengeluh sakit/nyeri pada perut bagian bawah
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya pemeriksaan pada klien secara umum di dapatkan adanya syok
hipovelemik yang berhubungan dengan trauma pelvis dan pendarahan
dalam massif. Tanda –tanda klinis cedera kandung kemih relavif spesifik,
triase gejala ( gross hematuria, nyeri suprapubik, kesulitan atau
ketidakmampuan untuk miksi)
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya klien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
5. Data Subyektif biasanya :
Klien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah (bledeer) yang
terkena benturan pembatas jalan maupun benturan dengan benda
yang keras.
Klien mengatakan kencungnya bercampur darah
Klien mengatakan ada memar pada abdomen bawah setelah dia
terjatuh.
6. Data Obyektif
Nyeri pada daerah trauma
Hematuri
HT menurun
HB menurun
Pada pemeriksaan BNO : Memperlihatkan suatu daerah yang
berwarna abu-abu di daerah trauma dan memperlihatkan
ekstravasase urine
Urogram ekskresi : Memperlihatkan gangguan fungsi/ ekstravasase
urine pada sisi yang terkena
CT Scan : Meperlihatkan adanya hematom retropenial dan
konfigursi ginjal
c. Pola Kebutuhan
A (Air Way)
Biasanya tidak ada gangguan jalan nafas
Tidak ada suara tambahan
Tidak ada jejas di daerah dada
B (Breathing)
C (Circulation)
Biasanya TD menurun
Nadi perifer teraba lemah
Terjadi hematuria
D (Disability)
GCS : E : 4, M: 5, V:6
Kesadaran : compos mentis
E (Exposure)
d. Pemfis
1. Kepala
Bentuk simetris, kulit bersih, posisi kepala tegak, tidak ada jahitan luka
2. Rambut
Bersih,hitam
3. Mata
Terlihat bersih, struktur simetris, sklera tidak ikteik, konjungtiva tidak
anemis
4. Hidung
Bentuk simetris, tidak ada pendarahan, tidak ada polip dan
peradangan,tidak ada kotoran
5. Telinga
Bentuk simetris, fungsi baik, bersih
6. Mulut dan gigi
Mukosa bibir, kebersihan lidah,kebersihan gigi, fungsi semestinya
7. Leher
Kebersihan leher, tidak ada pembesaran getah bening maupun kelenjar
tiroid.
8. Thorax
Berbentuk simetris, frekuensi nafas normal, tidak terlihat sesak nafas/
tidak menggunakan alat bantu pernafasan, dada teraba datar, tidak ada
nyeri tekan dan tidak ada bunyi tambahan wheezing dan ronchi.
9. Abdomen
- Inspeksi :bentuk simetris , tampak kebiruan pada perut bagian
bawah.
- Auskultasi : bising usus normal
- Perkusi : -
- Palpasi : terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian bawah.
10. Reproduksi
Terpasang kateter dan keluar darah saat BAK melalui kateter.
11. Ekstremitas
- Ekstremitas bagian atas sebelah kiri terdapat pemasangan infus.
- Ekstremitas bagian bawah tidak terjadi apa apa
12. Integumen
Turgor kulit menurun , terdapat jejas dan hematom pada abdomen.
e. Analisa Data
2 Ds Kecelakan Inkontinesia
-Keluarnya urine konstan Urine Berlanjut
tanpa distensi Patah tulang pelvis
-Nokturia lebih dari 2 kali
sepanjang tidur Trauma kandung
-Berkemih tanpa sadar kemih
-Tidak sadar inkontensia
urin Kerusakan refleks
Do kontraksi detrusor
-
Inkontinesia Urin
Berlanjut
3 Ds Jejas pada abdomen Nyeri Akut
-Mengeluh nyeri
Do Nyeri tekan supra
-Tampak meringis publik
-Bersikap protektif
-Gelisah Nyeri akut
-frekuensi nadi meningkat
-Sulit tidur
-TD meningkat
4 Ds Efek pemasangan Resiko infeksi
Do kateter
Resiko infeksi
2. Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemia b.d pendarahan berlebihan d.d Frekuensi nadi meningkat ,Nadi
teraba lemah,TD menurun
2. Inkontinesia b.d obstruksi jalan keluar urin d.d Kandung kemih distensi,
Sedikit berkemih
3. Nyeri akut b.d jejas pada abdomen d.d mengeluh nyeri, tampak meringis,
gelisah
4. Resiko infeksi b.d efek pemasangan kateter
3. Intervensi Keperawatan
4.Evaluasi
Diagnosa Evaluasi
Hipovolemia b.d pendarahan S : pasien tidak merasa lelah
berlebihan d.d Frekuensi nadi O: keseimbangan cairan
meningkat ,Nadi teraba membaik, TD membaik, Denyut
lemah,TD menurun nadi membaik, Frekuensi nadi
membaik
A: Masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi 2,3,4
Inkontinesia Urin Berlanjut b.d S : Pasien tidak merasakan
Kerusakan refleks kontraksi berkemih
detrusor O : Distensi KM membaik,
Dribling membaik
A : Masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi 3,4
Nyeri akut b.d jejas pada S : Pasien tidak merasakan nyeri
abdomen d.d mengeluh nyeri, O : Keluhan nyeri
tampak meringis, gelisah murun,Meringis menurun,
Gelisah menurun
A : Masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi 4
Resiko infeksi b.d efek S : Pasien tidak merasakan sakit
pemasangan kateter bagian katetrerisasi
O : Keluhan nyeri menurun,
tidak ada 3 kolor,dolor,tumor
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Daftar pustakta
Zuhirman, Z., & Amelia, S. M. (2014). Gambaran Klinis Trauma Urologi di RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru Periode Januari 2009–Desember 2013(Doctoral dissertation, Riau
University).