Anda di halaman 1dari 24

PENGELOLAAN KASUS KEGAWAT

DARURATAN TRAUMA VESIKA URINARIA

DisusunOleh :
1. Atina Balqin Izzah
2. Aditiya Pratama
3. Hana Muzdalifah
4. Virgiana
5. Muslikah Ida Mugi Rahayu
6. Rosalina Dyah Lestari
7. Rizki Pertiwi Kusumawardani
8. Ratna Arista Atikasari
9. Rizki Swastika Putri
10. Nathaya Enggar Ningrum

P1337420614012
P1337420614013
P1337420614014
P1337420614015
P1337420614016
P1337420614017
P1337420614018
P1337420614019
P1337420614020
P1337420614021

PRODI DIV KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Trauma saluran kemih sering tak terdiagnosa atau
terlambat terdiagnosa karena perhatian penolong sering
tersita oleh jejas-jejas ada di tubuh dan anggota gerak saja,
kelambatan ini dapat menimbulkan komplikasi yang berat
seperti perdarahan hebat dan peritonitis, oleh karena itu
pada

setiap

kecelakaan

trauma

saluran

kemih

harus

dicurigai sampai dibuktikan tidak ada.


Trauma saluran kemih sering tidak hanya mengenai
satu organ saja, sehingga sebaiknya seluruh sistem saluran
kemih selalu ditangani sebagai satu kesatuan. Juga harus
diingat bahwa keadaan umum dan tanda-tanda vital harus
selalu diperbaiki/dipertahankan, sebelum melangkah ke
pengobatan yang lebih spesifik.
Trauma sistem perkemihan bisa terjadi karena trauma
tumpul

dan

trauma

tajam.

Trauma

tumpul

sistem

perkemihan lebih besar tingkat kejadiannya 80 90%


dibandingkan dengan trauma tajam yang mencapai 10
20%. Biasanya cedera saluran kemih disertai dengan trauma
pada struktur organ lain, kecuali cedera atrogenik yang
umumnya merupakan cedera tunggal.
Melihat akibat yang ditimbulkan dari trauma urinaria,
maka kami dari kelompok akan menjelaskan makalah
laporan pendahuluan dan konsep asuhan keperawatan
gawat darurat pada sistem perkemihan sebagai penunjang
kegiatan perkuliahan.
2. RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang dimaksud dengan trauma urinaria?
b. Bagaimana tanda dan gejalanya?

c. Apa saja klasifikasi dari trauma urinaria?


d. Bagaimana komplikasinya?
e. Bagaimana asuhan keperawatan pada trauma urinaria
yang salah satunya trauma vesika urinaria?
3. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah gawat darurat.
b. Tujuan Khusus
1) Mengetahui definisi dari trauma urinaria.
2) Mengetahui tanda dan gejala dari trauma urinaria
3) Mengetahui klasifikasi trauma urinaria
4) Mengetahui komplikasi trauma urinaria
5) Mengetahui asuhan keperawatan pada trauma vesika
urinaria

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI TRAUMA VESIKA URINARIA


Trauma
merupakan

buli-buli

keadaan

atau

trauma

darurat

bedah

vesika
yang

urinaria

memerlukan

penatalaksanaan segera, bila tidak ditanggulangi dengan


segera dapat menimbulkan komplikasi seperti perdarahan
hebat,

peritonitis

dan

sepsis.

Secara

anatomi

buli-buli

terletak di dalam rongga pelvis terlindung oleh tulang pelvis


sehingga jarang mengalami cedera.
Trauma kandung kemih adalah suatu keadaan dimana
terjadinya ruda paksa pada area vesika urianaria baik saat
vesika urinaria dalam keadaan penuh ataupun tidak.
Trauma bledder adalah rusaknya kandung kencing
( organ yang menampung uruin dari ginjal) atau uretra
(saluran yang menghubungkan kandung kencing dengan
dunia luar).
Trauma

bledder

atau

vesika

urinaria

merupakan

keadaan darurat bedah yang memerlukan pelaksanaan


segera.

Bila

tidak

ditanggulangi

dengan

segera

dapat

menimbulkan komplikasi seperti peritoritis dan sepsis.


Cedera kandung kemih disebabkan oleh trauma tumpul atau
penetrasi. Kemungkinan cedera kandung kemih bervariasi menurut isi
kandung kemih sehingga bila kandung kemih penuh akan lebih mungkin
untuk menjadi luka daripada saat kosong (arif muttaqin : 211).

2. ANATOMI FISIOLOGI VESIKA URINARIA

Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan
tempat untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk
selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui
mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria terletak di lantai pelvis (pelvic
floor), bersama-sama dengan organ lain seperti rektum, organ reproduksi,
bagian usus halus, serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf.
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti
balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga
panggul.
Syntopi vesica urinaria
Vertex

Lig. umbilical medial

Infero-

Os. Pubis, M.obturator internus, M.levator ani

lateral
Superior

Kolon sigmoid, ileum (laki-laki), fundus-korpus uteri,


excav. vesicouterina (perempuan)

Infero-

Laki-laki: gl.vesiculosa, ampula vas deferens,rektum

posterior
Perempuan: korpus-cervis uteri, vagina

Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas
tiga bagian yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga
permukaan (superior dan inferolateral dextra dan sinistra) serta empat tepi
(anterior, posterior, dan lateral dextra dan sinistra). Dinding vesica urinaria
terdiri dari otot m.detrusor (otot spiral, longitudinal, sirkular). Terdapat
trigonum vesicae pada bagian posteroinferior dan collum vesicae. Trigonum
vesicae merupakan suatu bagian berbentuk mirip-segitiga yang terdiri dari
orifisium kedua ureter dan collum vesicae, bagian ini berwarna lebih pucat
dan tidak memiliki rugae walaupun dalam keadaan kosong. Vesicae urinaria
diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada perempuan,
a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis. Sedangkan persarafan pada
vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan parasimpatis. Persarafan
simpatis

melalui

n.splanchnicus

minor,

n.splanchnicus

imus,

dan

n.splanchnicus lumbalis L1-L2. Adapun persarafan parasimpatis melalui


n.splanchnicus pelvicus S2-S4, yang berperan sebagai sensorik dan motorik.
3. KLASIFIKASI
a. Rupture ekstaperitoneal kandung kemih.
b. Ruptur ekstraperitoenal biasanya berhubungan dengan
fraktur panggul (89%-100%). Sebelumnya , mekanisme
cidera diyakini dari perforasi langsung oleh fragmen tulang
panggul. Tingkat cidera kandung kemih secara langsung
berkaitan dengan tingkat keparahan fraktur.
c. Rupture kandung kemih intraperitoneal.
Rupture

kandung

kemih

sebagai

masuknya

urine

intraperitoneal
secara

digambarka

horizontal

kedalam

kompartemen kadung kemih.mekanisme cidera adalah

peningkatan tingkat tekanan intravesikel secara tiba-tiba


kekandung kemih yang penuh. Kekuatan daya trauma
tidak mampu ditahan oleh kemampuan dinding kandung
kemih sehingga terjadi perforasi dan urine masuk kedalam
peritoneum.

d. Kombinasi rupture intraperitoneal dan ekstraperitoneal.


Meknaisme

cidera

penetrasi

memungkinkan

cidera

menembus kandung kemih seperti peluru kecepatan tinggi


melintasi kandung kemih atau luka tusuk abdominal
bawah.

Hal

itu

akan

menyebabkan

intraperitoneal,

ekstraperitoneal, cidera, atau gabungan kandung kemih.


4. ETIOLOGI
a. Kecelakaan lalu lintas/ kerja yang menyebabkan
1) Patah tulang pelvis
2) Fraktur tulang panggul
3) Ruptur kandung kemih
4) Ruda paksa tumpul
5) Ruda paksa tajam akibat luka tusuk dan tembak
6) Trauma pada tumpul pada panggul yang mengenai
buli-buli
7) Trauma tembus
8) Akibat manipulasi yang salah sewaktu melakukan
oprasi trans uretral resection
b. Fraktur tulang panggul yang menyebabkan konstio dan
ruptur buli-buli dibedakan 2 macam, yaitu :

1)

Intra peritonial : peritenium yang menutupi bagian


atas / latar belakasng dinding buli-buli robek sehingga
urune langsung masuk kedalam rongga peritoneum.

2)

Ekstra peritenium : peritoneum utuh,yang dikeluarkan


dari rapuutra tetap berada diluar. Akibat luka tusuk
misal ujung pisau, peluru.

c. Didapati perforasi buli-buli uruine keluar melalui dinding


buli-buli terus kekulit. Akibat manipulasi salah sewaktu
melakukan traans uretetol resection, misalnya sewaktu
tumor buli, operasi prostat, dan lain-lain.

5. PATOFISIOLOGI
Bila buli-buli yang penuh dengan urune mengalami
trauma,,maka akan terjadi peningkatan tekanan intra vesikel
dapat menyebabkan contosio buli-buli pecah keadaan ini
dapat menyebabkan rutura intraperitonial.
Secara
didatlam

anatomik

rongga

buli-buli

pelvis

atau

sehingga

bledder

jarang

terletak

mengalami

cidera.Ruda paksa kandung kemih karena kecelakaan kerja


dapat menyebabkan fragmen patah tulang pelvis sehingga
mencederai buli-buli. Jika faktur tulang panggul dapat
menimbulkan kontusio atau ruptur kandung kemih,tetapi
hanya terjadi memar pada diding buli-buli dengan hematura
tanpa ekstravasasi urin.Ruda paksa tumpul juga dapat
menyebabkan ruptur buli-buli terutama bia kandung kemih
penuh

atau

colosis,tumor

dapat
atau

menyebabkan ruptur.

kelainan
obtruksi

patogenik
sehingga

seperti

rudapaksa

tuber
kecil

Kandung Kemih

Kecelakaan

Fraktur Tulang

Trauma Tumpul

Trauma Tajam

Patah Tulang
Pelvis

Kontusio/buli
buli memar

Ruptur

Luka Tusuk

Trauma Bladder

Jejas Hematom
Abdomen

Obstruksi

Inkontinensia

Dx. Gangguan

Kateterisasi

Eliminasi Urin

Dx. Resiko
Infeksi
Refluk Urine
ke Ginjal

Robekan
Dinding Bladder

Tekanan
Kandung Kemih

Anemia
Syok

Nyeri Tekan
Supra Pubis

Cemas
Dx. Gangguan
Rasa Nyaman
Nyeri

Kelainan
pada Ginjal

Dx. Gangguan
Perfusi Jaringan

Dx. Gangguan
Mobilitas Fisik

Gangguan
Keseimbangan
Asam Basa

Darah menjadi
Asam

Nafas Cepat
dan Dangkal

Sesak Nafas

Dx. Gangguan
Pola Nafas

6. MANIFESTASI KLINIS
a. Gejala utama adalah adanya darah dalam air kemih atau
kesulitan untuk berkemih.
b. Rasa sakit di area panggul dan perut bagian bawah.
c. Sering buang air kecil atau sukar menahan keinginan
berkemih (ini terjadi jika bagian terbawah kandung kemih
mengalami cedera).
d. Umumnya fraktur tulang dan pelvis disertai pendarahan
hebat sehingga jarang penderita datang dalam keadaan
anemik bahkan sampai syok.
e. Pada abdomen bagian bawah tampak jelas atau hematom
dan terdapat nyeri tekan pada daerah supra publik
ditempat hematom.
f. Pada ruptur buli-buli intraperitonial urine yang seriong
masuk kerongga peritonial sehingga memberi tanda
cairan intra abdomen dan rangsangan peritonial.
g. Lesi ekstra peritonial memberikan gejala dan tanda infitrat
urine

dirongga

peritonial

yang

sering

menyebabkan

septisema.
h. Nyeri supra publik baaik publik maupun saat palpasi.
i. Hematura.
j. Ketidakmapuan buang air kecil.
k. Ekstravasase urine.
l. Suhu tubuh meningkat.
m.Tanda-tanda peritonitis.
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Hematokrit menurun.
Pemeriksaan darah rutin pada pasien ruptur vesika urinaria akan
menunjukan adanya penurunan hematokrit. Kadar normal hematokrit
pada anak adalah 33-38%, pada pria dewasa 40-48%, dan bagi wanita

dewasa adalah 37-43%. Pada kasus ruptur vesika urinaria akan terjadi
penurunan nilai hematokrit yang drastis, hal ini dikarenakan adanya
peristiwa kehilangan darah akut (kehilangan darah secara mendadak,
misalnya pada kecelakaan). (Sacher, 2004).
b. Cystografi : menunjukkan ekstravasase urine vesika
urinaria dapat pindah atau tertekan yaitu suatu prosedur
di mana pewarna radioaktif (senyawa kontras) yang dapat
dilihat dengan X-ray, disuntikkan ke dalam kandung
kemih. Pada kasus ruptur vesika urinaria, pemeriksaan ini dilakukan
untuk melihat ada tidaknya ruptur vesika urinaria dan lokasi ruptur, baik
intraperitoneal maupun ekstra peritoneal. Foto pada ruptur vesika urinaria
ekstraperitoneal akan menunjukan adanya gambaran ekstravasasi seperti
nyala api di daerah perivesikal, sedangkan pada intra peritoneal terlihat
kontras masuk ke dalam rongga abdomen (Patel, 2005).
c. Prosedur selanjutnya adalah dengan melakukan CT scan
atau X-ray untuk melihat kebocoran. Sementara untuk
luka kandung kemih yang terjadi selama prosedur operasi
biasanya

diketahui

tepat

pada

waktunya

sehingga

rangkaian tes tersebut tidak perlu dilakukan.

d. Pemeriksaan urin
Pemeriksaan unrin pada kasus ruptur vesika urinaria ditujukan untuk
mengetahui ada tidaknya darah dalam urin. Adanya darah dalam urin
(hematuria) menunjukan bahwa adanya ruptur vesika urinaria, sedangkan
bila ternyata tidak terdapat darah pada urin maka tidak terdapat ruptur
vesika urinaria (Sacher, 2004).

8. KOMPLIKASI
a. Urosepsis

b. Klien lemah akibat anemia


c. Peritonitis
Merupakan inflamasi rongga peritoneal dapat berupa
primer atau sekunder, akut atau kronis dan diakibatkan oleh
kontaminasi kapasitas peritoneal oleh bakteri atau kimia. Primer
tidak berhubungan dengan gangguan usus dasar (contoh: sirosis
dengan asites, sistem urinarius ) dan sekunder inflamasi dari
saluran GI, ovarium atau uterus, cedera traumatik atau kontaminasi
bedah ( Doenges, 2007).
d. Fistula
Merupakan saluran tidak normal yang menghubungkan
organ-organ bagian dalam tubuh yang secara normal tidak
berhubungan, atau menghubungkan organ-organ bagian dalam
dengan permukaan tubuh bagian luar ( Martin, 2005).
e. Pyelonephritis ( infeksi ginjal)
Merupakan jenis infeksi saluran urin spesifik yang
umumnya dimulai dari uretra atau kendung kemih dan menjalar ke
ginjal ( Purwadianto, 2000)
f. Sepsis
Merupakan kondisi medis yang berpotensi berbahaya atau
mengancam nyawa, yang ditemukan dalam hubungan dengan
infeksi yang diketahui atau dicurigai (biasanya namun tidak
terbatas pada bakteri-bakteri) yang tanda-tanda dan gejalagejalanya memenuhi paling sedikit dua dari kriteria-kriteria berikut
dari

sindrom

respon

peradangan

sistemik

atau systemic

inflammatory response syndrome (SIRS):


1. Denyut jantung yang meningkat (tachycardia) >90 detak per
menit waktu istirahat

2. Temperatur tubuh tinggi (>100.4F atau 38C) atau rendah


(<96.8F atauor 36C)
3. Kecepatan pernapasan yang meningkat dari >20 napas per
menit atau PaCO2 (tekanan parsial dari karbondioksida dalam
arteri darah) <32 mm Hg
4. Jumlah sel darah putih yang abnormal (>12000 sel/L atau
<4000 sel/L atau >10% bands [tipe yang belum matang dari
sel darah putih] (Carpenito, 2009)
9. PENATALAKSANAAN
a.

Atasi syok dan perdarahan.

b.

Istirahat baring sampai hematuri hilang.

c.

Bila ditemukan fraktur tulang punggung disertai ruftur


vesica urinaria intra peritoneal dilakukan operasi sectio
alta yang dilanjutkan dengan laparatomi.

d.

Robekan kecil (laserasi) bisa diatasi dengan memasukkan


kateter ke dalam uretra untuk mengeluarkan air kemih
selama 7-10 hari dan kandung kemih akan membaik
dengan sendirinya.

e.

Untuk

luka

yang

lebih

berat,

biasanya

dilakukan

pembedahan untuk menentukan luasnya cedera dan


untuk memperbaiki setiap robekan. Selanjutnya air kemih
dibuang dari kandung kemih dengan menggunakan 2
kateter, 1 terpasang melalui uretra (kateter trans-uretra)
dan yang lainnya terpasang langsung ke dalam kandung
kemih

melalui

perut

bagian

bawah

(kateter

suprapubik).Kateter tersebut dipasang selama 7-10 hari


atau

diangkat

setelah

kandung

penyembuhan yang sempurna.

kemih

mengalami

10. ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian
Pemeriksaan Kandung Kemih
o Inspeksi : Perhatikan abdomen bagian bawah, kandung
kemih adalah organ berongga yang mampu membesar
untuk mengumpulkan dan mengeluarkan urin yang
dibuat ginjal
o Perkusi :
Pasien dalam posisi terlentang
Perkusi dilakukan dari arah depan
Lakukan pengetukan pada daerah kandung kemih,
daerah suprapubis
o Palpasi : Lakukan palpasi kandung kemih pada daerah
suprapubis
Normalnya

kandung

kemih

terletak

di

bawah

simfibis pubis tetapi setelah membesar meregang ini


dapat terlihat distensi pada area suprapubis. Bila kandung
kemih penuh akan terdengar dullness atau redup. Pada
kondisi yang berarti urin dapat dikeluarkan secara lengkap
pada kandung kemih. Kandung kemih tidak teraba. Bila
ada

obstruksi

urin

normal

maka

urin

tidak

dapat

dikeluarkan dari kandung kemih maka akan terkumpul.


Hal ini mengakibatkan distensi kandung kemih yang bias
di palpasi di daerah suprapubis.
b. Diagnosa Keperawatan
o Resiko infeksi berhubungan dengan kateterisasi
o Cemas berhubungan dengan syok hipovolemik
o Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan trauma bleder.

o Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penekanan


kandung kemih
o Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan robekan dinding
bleder.
o Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan dispneu.
c. Intervensi
No

Diagnosa keperawatan

Tujuan dan Kriteria hasil

Intervensi

(NOC)
1.

Resiko infeksi

NOC:

berhubungan dengan

Immune status
kateterisasi
Knowledge : infection
Definisi :
mengalami peningkatan
control
resiko terserang
Risk control
organism patogenik.
Factor-faktor resiko:

Penyakit kronis
a.Diabetes b.melitus

Kriteria hasil :
Klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi
Mendeskripsikan proses

Pengetahuan yang

penularan penyakit,factor

tidak cukup untuk

yang memprngaruhi

menghindari

penularan serta

pemanjanan pathogen

penatalaksanaannya

Pertahankan tubuh
primer yang adekuat

Gangguan peristalsis
Kerusakan integritas
kulit
Perubahan seksresi pH
Penurunan kerja siliaris

Menunjukan kemampuan
untuk mencegah timbulnya
infeksi
Jumlah leukosit dalam
batas normal
Menunjukan perilaku hidup
sehat

(NIC)
NIC:
Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien
lain
Pertahankan teknik
isolasi
Batasi pengunjung bila
perlu
Instrusikan pada
pengunjung untuk cuci
tangan dan setelah
berkunjung
meninggalkan pasien
Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan local
Monitor hitung
granulosit,WBC
Monitor kerentanan
terhadap infeksi

Pecah ketuban dini

Ajarkan pasien dan

Pecah letuban lama

keluarga tanda dan

Merokok

gejala infeksi

Status cairan tubuh

Ajarkan cara

Trauma jaringan

menghindari infeksi

Ketidakadekuatan

Laporkan kecurigaan

pertahanan sekunder

infeksi

Vaksinasi tidak

Laporkan kultur

adekuat

positif.

Pemajanan terhadap
pathogen lingkungan
meningkat

Prosedur invasive

Malnutrisi
2.

Cemas berhubungan

NOC:

NIC :

dengan syok

- Kontrol kecemasan

Anxiety Reduction

hipovolemik
Faktor keturunan, Krisis
situasional, Stress,
perubahan
status kesehatan,
ancaman
kematian, perubahan

- Koping
Setelah dilakukan asuhan
selama klien
kecemasan teratasi dgn
kriteria hasil:
Klien mampu
mengidentifikasi dan

diri, kurang pengetahuan

mengungkapkan gejala
cemas

hospitalisasi

kecemasan)
Gunakan pendekatan
yang menenangkan

konsep

dan

(penurunan

Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan

Nyatakan dengan jelas


harapan terhadap
pelaku pasien
Jelaskan semua
prosedur dan apa
yang dirasakan selama
prosedur
Temani pasien untuk
memberikan

DO/DS:

menunjukkan tehnik

- Insomnia

untuk mengontol

- Kontak mata kurang

cemas

keamanan dan
mengurangi takut
Berikan informasi
faktual mengenai

- Kurang istirahat
- Berfokus pada diri
sendiri

Vital sign dalam batas


Normal

wajah, bahasa tubuh

- Takut

dan tingkat aktivitas

- Nyeri perut

menunjukkan

- Penurunan TD dan

berkurangnya

denyut

kecemasan

- Diare, mual, kelelahan


- Gangguan tidur
- Gemetar

prognosis

Postur tubuh, ekspresi

- Iritabilitas

nadi

diagnosis, tindakan

Libatkan keluarga
untuk mendampingi
klien
Instruksikan pada
pasien untuk
menggunakan tehnik
relaksasi
Dengarkan dengan
penuh perhatian
Identifikasi tingkat
kecemasan
Bantu pasien

- Anoreksia, mulut

mengenal situasi yang

kering

menimbulkan

- Peningkatan TD,
denyut
nadi, RR
- Kesulitan bernafas
- Bingung

kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
Kelola pemberian obat
anti cemas

- Bloking dalam
pembicaraan

- Sulit berkonsentrasi
3.

Gangguan

eliminasi NOC:
Pengawasan urin
urine
berhubungan
Kriteria hasil
dengan trauma bleder.
Mengatakan

NIC:
Perawatan retensi urin
Mengatakan
keinginan

keinginan

untuk BAK

BAK

Menentukan pola BAK

Menentukan

Mengatakan dapat BAK


dengan teratur

Mengatakan dapat

BAK

mengeluarkan

pola

BAK

Waktu yang adekuat antara


keinginan

untuk

BAK

BAK

dan

teratur

ke

Waktu

toilet

dengan
yang

adekuat

Bebas dri kebocoran urin

antara

keingian BAK dan

sebelum BAK

mengeluarkan
BAK ke toilet
Bebas

dari

kebocoran

urin

sebelum

dengan

BAK
Mampu
dan

memulai
mengakhir

aliran BAK
Mengesakan
kandung

kemih

secara komplet
4.

Ketidakefektifan pola
nafas berhubungan
dengan dispneu

NOC

NIC

Respiratory status :

Airway Management :

Ventilation.

Definisi : inspirasi dan /

Respiratory status :

atau ekspirasi yang tidak

Airway patency.

Buka jalan nafas


gunakan teknik chin

memberi ventilasi.

Vital sign status .

lift atau jaw

Batasan

Kriteria Hasil :

thrustbila perlu.

Karakteristik :

Mendemonstrasikan

Perubahan

batuk efektif dan suara

kedalaman

nafas yang bersih, tidak

pernafasan.

ada sianosis dan dypsneu

Perubahan ekskursi
dada.
Mengambil posisi
tiga titik.
Bradipneu.
Penurunan tekanan
ekspirasi.
Penurunan ventilasi
semenit.
Penurunan kapasitas
vital.
Dipneu.
Peningkatan
diameter anteriorposterior.
Pernafasan cuping
hidung.
Ortopneu.
Fase ekspirasi
memenjang.
Pernafasan bibir.

(mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada
pursed lips).
Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara
nafas abnormal).
Tanda-tanda vital dalam
rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernafasan).

Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi.
Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas
buatan.
Pasang mayo bila
perlu.
Lakukan fisioterapi
dada jika perlu.
Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction.
Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan.
Lakukan suction
pada mayo.
Berikan
bronkodilator bila
perlu.
Berikan pelembab
udara kassa basah
NaCl lembab.

Takipneu.
Penggunaan otot

Atur intake untuk


cairan

aksesorius untuk

mengoptimalkan

bernafas.

keseimbangan.

Faktor yang
berhubungan :
Ansietas.
Posisi tubuh.

Monitor respirasi dan


status O2.
Oxygen Theraphy
Bersihkan mulut,

Deformitas tulang.

hidung dan secret

Deformitas dinding

trakea.

dada.
Keletihan.
Hiperventilasi.
Sindrom
hipoventilasi.
Gangguan
muskuloskeletal.
Kerusakan
neurologis.
Imaturitas
neurologis.
Disfungsi
neuromuskular.
Obesitas.
Nyeri.
Keletihan otot
pernafasan cedera
medula spinalis.

Pertahankan jalan
nafas yang paten.
Atur peralatan
oksigenasi.
Monitor aliran
oksigen.
Pertahankan posisi
pasien.
Observasi adanya
tanda-tanda
hipoventilasi.
Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi.
Vital sign Monitoring
Monitor TD,suhu,
dan RR.
Catat adanya
fluktuasi tekanan

darah.
Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri.
Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan.
Monitor TD, nadi,
RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas.
Monitor kualitas dari
nadi.
Monitor frekuensi
dan irama
pernafasan.
Monitor suara paru.
Monitor pola
pernafasan abnormal.
Monitor suhu, warna,
dan kelembaban
kulit.
Monitor sianosis
perifer.
Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab
dari perubahan vital

sign.

BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Trauma pada system perkemihan adalah kejadian dimana saluran
kemih mengalami gangguan bukan karena pengaruh dari dalam tubuh tetapi
adanya gangguan dari luar. Saluran kemih (termasuk ginjal, ureter, kandung
kemih dan uretra) dapat mengalami trauma karena luka tembus (tusuk),
trauma tumpul, terapi penyinaran maupun pembedahan. Gejala yang paling

banyak ditemukan adalah terdapatnya darah di urin (hematuria),


berkurangnya proses berkemih dan nyeri. Beberapa trauma dapat
menyebabkan nyeri tumpul, pembengkakan, memar, dan jika cukup berat,
dapat menurunkan tekanan darah (syok).
Jika kita membicarakan mengenai system perkemihan, di dalamnya
terdapat beberapa organ yang kemungkinan dapat terkena trauma.
Diantaranya adlah ginjal, ureter. Kandung kemih, dan uretra.

2. SARAN
Sebaiknya mahasiswa dapat lebih memahami tentang
pengelolaan pada trauma vesika urinaria, agar pada saat
menemui kasus dengan trauma vesika urinaria dapat
mengelola dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai