DisusunOleh :
1. Atina Balqin Izzah
2. Aditiya Pratama
3. Hana Muzdalifah
4. Virgiana
5. Muslikah Ida Mugi Rahayu
6. Rosalina Dyah Lestari
7. Rizki Pertiwi Kusumawardani
8. Ratna Arista Atikasari
9. Rizki Swastika Putri
10. Nathaya Enggar Ningrum
P1337420614012
P1337420614013
P1337420614014
P1337420614015
P1337420614016
P1337420614017
P1337420614018
P1337420614019
P1337420614020
P1337420614021
1. LATAR BELAKANG
Trauma saluran kemih sering tak terdiagnosa atau
terlambat terdiagnosa karena perhatian penolong sering
tersita oleh jejas-jejas ada di tubuh dan anggota gerak saja,
kelambatan ini dapat menimbulkan komplikasi yang berat
seperti perdarahan hebat dan peritonitis, oleh karena itu
pada
setiap
kecelakaan
trauma
saluran
kemih
harus
dan
trauma
tajam.
Trauma
tumpul
sistem
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
buli-buli
keadaan
atau
trauma
darurat
bedah
vesika
yang
urinaria
memerlukan
peritonitis
dan
sepsis.
Secara
anatomi
buli-buli
bledder
atau
vesika
urinaria
merupakan
Bila
tidak
ditanggulangi
dengan
segera
dapat
Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan
tempat untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk
selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui
mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria terletak di lantai pelvis (pelvic
floor), bersama-sama dengan organ lain seperti rektum, organ reproduksi,
bagian usus halus, serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf.
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti
balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga
panggul.
Syntopi vesica urinaria
Vertex
Infero-
lateral
Superior
Infero-
posterior
Perempuan: korpus-cervis uteri, vagina
Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas
tiga bagian yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga
permukaan (superior dan inferolateral dextra dan sinistra) serta empat tepi
(anterior, posterior, dan lateral dextra dan sinistra). Dinding vesica urinaria
terdiri dari otot m.detrusor (otot spiral, longitudinal, sirkular). Terdapat
trigonum vesicae pada bagian posteroinferior dan collum vesicae. Trigonum
vesicae merupakan suatu bagian berbentuk mirip-segitiga yang terdiri dari
orifisium kedua ureter dan collum vesicae, bagian ini berwarna lebih pucat
dan tidak memiliki rugae walaupun dalam keadaan kosong. Vesicae urinaria
diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada perempuan,
a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis. Sedangkan persarafan pada
vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan parasimpatis. Persarafan
simpatis
melalui
n.splanchnicus
minor,
n.splanchnicus
imus,
dan
kandung
kemih
sebagai
masuknya
urine
intraperitoneal
secara
digambarka
horizontal
kedalam
cidera
penetrasi
memungkinkan
cidera
Hal
itu
akan
menyebabkan
intraperitoneal,
1)
2)
5. PATOFISIOLOGI
Bila buli-buli yang penuh dengan urune mengalami
trauma,,maka akan terjadi peningkatan tekanan intra vesikel
dapat menyebabkan contosio buli-buli pecah keadaan ini
dapat menyebabkan rutura intraperitonial.
Secara
didatlam
anatomik
rongga
buli-buli
pelvis
atau
sehingga
bledder
jarang
terletak
mengalami
atau
colosis,tumor
dapat
atau
menyebabkan ruptur.
kelainan
obtruksi
patogenik
sehingga
seperti
rudapaksa
tuber
kecil
Kandung Kemih
Kecelakaan
Fraktur Tulang
Trauma Tumpul
Trauma Tajam
Patah Tulang
Pelvis
Kontusio/buli
buli memar
Ruptur
Luka Tusuk
Trauma Bladder
Jejas Hematom
Abdomen
Obstruksi
Inkontinensia
Dx. Gangguan
Kateterisasi
Eliminasi Urin
Dx. Resiko
Infeksi
Refluk Urine
ke Ginjal
Robekan
Dinding Bladder
Tekanan
Kandung Kemih
Anemia
Syok
Nyeri Tekan
Supra Pubis
Cemas
Dx. Gangguan
Rasa Nyaman
Nyeri
Kelainan
pada Ginjal
Dx. Gangguan
Perfusi Jaringan
Dx. Gangguan
Mobilitas Fisik
Gangguan
Keseimbangan
Asam Basa
Darah menjadi
Asam
Nafas Cepat
dan Dangkal
Sesak Nafas
Dx. Gangguan
Pola Nafas
6. MANIFESTASI KLINIS
a. Gejala utama adalah adanya darah dalam air kemih atau
kesulitan untuk berkemih.
b. Rasa sakit di area panggul dan perut bagian bawah.
c. Sering buang air kecil atau sukar menahan keinginan
berkemih (ini terjadi jika bagian terbawah kandung kemih
mengalami cedera).
d. Umumnya fraktur tulang dan pelvis disertai pendarahan
hebat sehingga jarang penderita datang dalam keadaan
anemik bahkan sampai syok.
e. Pada abdomen bagian bawah tampak jelas atau hematom
dan terdapat nyeri tekan pada daerah supra publik
ditempat hematom.
f. Pada ruptur buli-buli intraperitonial urine yang seriong
masuk kerongga peritonial sehingga memberi tanda
cairan intra abdomen dan rangsangan peritonial.
g. Lesi ekstra peritonial memberikan gejala dan tanda infitrat
urine
dirongga
peritonial
yang
sering
menyebabkan
septisema.
h. Nyeri supra publik baaik publik maupun saat palpasi.
i. Hematura.
j. Ketidakmapuan buang air kecil.
k. Ekstravasase urine.
l. Suhu tubuh meningkat.
m.Tanda-tanda peritonitis.
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Hematokrit menurun.
Pemeriksaan darah rutin pada pasien ruptur vesika urinaria akan
menunjukan adanya penurunan hematokrit. Kadar normal hematokrit
pada anak adalah 33-38%, pada pria dewasa 40-48%, dan bagi wanita
dewasa adalah 37-43%. Pada kasus ruptur vesika urinaria akan terjadi
penurunan nilai hematokrit yang drastis, hal ini dikarenakan adanya
peristiwa kehilangan darah akut (kehilangan darah secara mendadak,
misalnya pada kecelakaan). (Sacher, 2004).
b. Cystografi : menunjukkan ekstravasase urine vesika
urinaria dapat pindah atau tertekan yaitu suatu prosedur
di mana pewarna radioaktif (senyawa kontras) yang dapat
dilihat dengan X-ray, disuntikkan ke dalam kandung
kemih. Pada kasus ruptur vesika urinaria, pemeriksaan ini dilakukan
untuk melihat ada tidaknya ruptur vesika urinaria dan lokasi ruptur, baik
intraperitoneal maupun ekstra peritoneal. Foto pada ruptur vesika urinaria
ekstraperitoneal akan menunjukan adanya gambaran ekstravasasi seperti
nyala api di daerah perivesikal, sedangkan pada intra peritoneal terlihat
kontras masuk ke dalam rongga abdomen (Patel, 2005).
c. Prosedur selanjutnya adalah dengan melakukan CT scan
atau X-ray untuk melihat kebocoran. Sementara untuk
luka kandung kemih yang terjadi selama prosedur operasi
biasanya
diketahui
tepat
pada
waktunya
sehingga
d. Pemeriksaan urin
Pemeriksaan unrin pada kasus ruptur vesika urinaria ditujukan untuk
mengetahui ada tidaknya darah dalam urin. Adanya darah dalam urin
(hematuria) menunjukan bahwa adanya ruptur vesika urinaria, sedangkan
bila ternyata tidak terdapat darah pada urin maka tidak terdapat ruptur
vesika urinaria (Sacher, 2004).
8. KOMPLIKASI
a. Urosepsis
sindrom
respon
peradangan
sistemik
atau systemic
b.
c.
d.
e.
Untuk
luka
yang
lebih
berat,
biasanya
dilakukan
melalui
perut
bagian
bawah
(kateter
diangkat
setelah
kandung
kemih
mengalami
kandung
kemih
terletak
di
bawah
obstruksi
urin
normal
maka
urin
tidak
dapat
Diagnosa keperawatan
Intervensi
(NOC)
1.
Resiko infeksi
NOC:
berhubungan dengan
Immune status
kateterisasi
Knowledge : infection
Definisi :
mengalami peningkatan
control
resiko terserang
Risk control
organism patogenik.
Factor-faktor resiko:
Penyakit kronis
a.Diabetes b.melitus
Kriteria hasil :
Klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi
Mendeskripsikan proses
Pengetahuan yang
penularan penyakit,factor
yang memprngaruhi
menghindari
penularan serta
pemanjanan pathogen
penatalaksanaannya
Pertahankan tubuh
primer yang adekuat
Gangguan peristalsis
Kerusakan integritas
kulit
Perubahan seksresi pH
Penurunan kerja siliaris
Menunjukan kemampuan
untuk mencegah timbulnya
infeksi
Jumlah leukosit dalam
batas normal
Menunjukan perilaku hidup
sehat
(NIC)
NIC:
Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien
lain
Pertahankan teknik
isolasi
Batasi pengunjung bila
perlu
Instrusikan pada
pengunjung untuk cuci
tangan dan setelah
berkunjung
meninggalkan pasien
Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan local
Monitor hitung
granulosit,WBC
Monitor kerentanan
terhadap infeksi
Merokok
gejala infeksi
Ajarkan cara
Trauma jaringan
menghindari infeksi
Ketidakadekuatan
Laporkan kecurigaan
pertahanan sekunder
infeksi
Vaksinasi tidak
Laporkan kultur
adekuat
positif.
Pemajanan terhadap
pathogen lingkungan
meningkat
Prosedur invasive
Malnutrisi
2.
Cemas berhubungan
NOC:
NIC :
dengan syok
- Kontrol kecemasan
Anxiety Reduction
hipovolemik
Faktor keturunan, Krisis
situasional, Stress,
perubahan
status kesehatan,
ancaman
kematian, perubahan
- Koping
Setelah dilakukan asuhan
selama klien
kecemasan teratasi dgn
kriteria hasil:
Klien mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala
cemas
hospitalisasi
kecemasan)
Gunakan pendekatan
yang menenangkan
konsep
dan
(penurunan
Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
DO/DS:
menunjukkan tehnik
- Insomnia
untuk mengontol
cemas
keamanan dan
mengurangi takut
Berikan informasi
faktual mengenai
- Kurang istirahat
- Berfokus pada diri
sendiri
- Takut
- Nyeri perut
menunjukkan
- Penurunan TD dan
berkurangnya
denyut
kecemasan
prognosis
- Iritabilitas
nadi
diagnosis, tindakan
Libatkan keluarga
untuk mendampingi
klien
Instruksikan pada
pasien untuk
menggunakan tehnik
relaksasi
Dengarkan dengan
penuh perhatian
Identifikasi tingkat
kecemasan
Bantu pasien
- Anoreksia, mulut
kering
menimbulkan
- Peningkatan TD,
denyut
nadi, RR
- Kesulitan bernafas
- Bingung
kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
Kelola pemberian obat
anti cemas
- Bloking dalam
pembicaraan
- Sulit berkonsentrasi
3.
Gangguan
eliminasi NOC:
Pengawasan urin
urine
berhubungan
Kriteria hasil
dengan trauma bleder.
Mengatakan
NIC:
Perawatan retensi urin
Mengatakan
keinginan
keinginan
untuk BAK
BAK
Menentukan
Mengatakan dapat
BAK
mengeluarkan
pola
BAK
untuk
BAK
BAK
dan
teratur
ke
Waktu
toilet
dengan
yang
adekuat
antara
sebelum BAK
mengeluarkan
BAK ke toilet
Bebas
dari
kebocoran
urin
sebelum
dengan
BAK
Mampu
dan
memulai
mengakhir
aliran BAK
Mengesakan
kandung
kemih
secara komplet
4.
Ketidakefektifan pola
nafas berhubungan
dengan dispneu
NOC
NIC
Respiratory status :
Airway Management :
Ventilation.
Respiratory status :
Airway patency.
memberi ventilasi.
Batasan
Kriteria Hasil :
thrustbila perlu.
Karakteristik :
Mendemonstrasikan
Perubahan
kedalaman
pernafasan.
Perubahan ekskursi
dada.
Mengambil posisi
tiga titik.
Bradipneu.
Penurunan tekanan
ekspirasi.
Penurunan ventilasi
semenit.
Penurunan kapasitas
vital.
Dipneu.
Peningkatan
diameter anteriorposterior.
Pernafasan cuping
hidung.
Ortopneu.
Fase ekspirasi
memenjang.
Pernafasan bibir.
(mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada
pursed lips).
Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara
nafas abnormal).
Tanda-tanda vital dalam
rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernafasan).
Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi.
Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas
buatan.
Pasang mayo bila
perlu.
Lakukan fisioterapi
dada jika perlu.
Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction.
Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan.
Lakukan suction
pada mayo.
Berikan
bronkodilator bila
perlu.
Berikan pelembab
udara kassa basah
NaCl lembab.
Takipneu.
Penggunaan otot
aksesorius untuk
mengoptimalkan
bernafas.
keseimbangan.
Faktor yang
berhubungan :
Ansietas.
Posisi tubuh.
Deformitas tulang.
Deformitas dinding
trakea.
dada.
Keletihan.
Hiperventilasi.
Sindrom
hipoventilasi.
Gangguan
muskuloskeletal.
Kerusakan
neurologis.
Imaturitas
neurologis.
Disfungsi
neuromuskular.
Obesitas.
Nyeri.
Keletihan otot
pernafasan cedera
medula spinalis.
Pertahankan jalan
nafas yang paten.
Atur peralatan
oksigenasi.
Monitor aliran
oksigen.
Pertahankan posisi
pasien.
Observasi adanya
tanda-tanda
hipoventilasi.
Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi.
Vital sign Monitoring
Monitor TD,suhu,
dan RR.
Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah.
Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri.
Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan.
Monitor TD, nadi,
RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas.
Monitor kualitas dari
nadi.
Monitor frekuensi
dan irama
pernafasan.
Monitor suara paru.
Monitor pola
pernafasan abnormal.
Monitor suhu, warna,
dan kelembaban
kulit.
Monitor sianosis
perifer.
Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Trauma pada system perkemihan adalah kejadian dimana saluran
kemih mengalami gangguan bukan karena pengaruh dari dalam tubuh tetapi
adanya gangguan dari luar. Saluran kemih (termasuk ginjal, ureter, kandung
kemih dan uretra) dapat mengalami trauma karena luka tembus (tusuk),
trauma tumpul, terapi penyinaran maupun pembedahan. Gejala yang paling
2. SARAN
Sebaiknya mahasiswa dapat lebih memahami tentang
pengelolaan pada trauma vesika urinaria, agar pada saat
menemui kasus dengan trauma vesika urinaria dapat
mengelola dengan baik.