Anda di halaman 1dari 11

RUPTUR BULI

Bagian Terkait : Ilmu Bedah


Sistem Terkait : Ginjal dan Saluran Kemih
Tingkat Kemampuan : 3B
Penyusun Modul : dr. Pandu Ishaq Nandana, Sp.U
dr. Muhammad Bagus Syaiful Chaeruddin

SKENARIO KASUS
Seorang laki-laki 30 tahun datang ke UGD RSUD diantar oleh keluarga dengan keluhan nyeri
pinggang dan perut bagian bawah. Sekitar 6 jam sebelumnya, pasien terjatuh dari atap rumah
setinggi 6 meter saat memperbaiki genteng rumah. Saat terjatuh pinggang kanan pasien sempat
terbentur kerangka plafon lalu jatuh ke lantai dengan bagian pantat terbentur lantai lebih dulu.
Pasien sadar, tampak pucat, dan mengeluh tidak bisa kencing sejak jatuh.
Dari pemeriksaan dokter IGD didapatkan pasien sadar penuh, pupil isokhor, reflek cahaya (+/+),
lateralisasi (-). Jalan napas bebas. Didapatkan tanda vital: Nadi 120x/mnt, tekanan darah 90/60
mmHg, suhu 36oC, akral dingin dan lembab, RR 28x/menit. Terdapat jejas pada regio lumbal
dextra, nyeri ketok costovertebral (+), keluar darah orificium urethra externum, serta terdapat
hematom pada region perineum. Pada pemeriksaan suprasimfisis didapatkan buli-buli setinggi 1
jari di bawah umbilicus. Dari pemeriksaan rectal toucher didapatkan prostat melayang. Dalam
pemeriksaan stabilitas pelvis, tes kompresi (+), tes distraksi (+). Meskipun dalam keadaan retensi
urin, dokter tetap tidak memasang kateter.
PENDAHULUAN
Trauma vesica urinaria merupakan keadaan darurat bedah yang memerlukan
penatalaksanaan segera, pada cedera fisik yang memerlukan tindakan pembedahan akut
didapatkan bahwa 10% diantaranya adalah akibat dari trauma tumpul didaerah abdomen. Bila
tidak ditanggulangi dengan segera, dapat menimbukan komplikasi, seperti peritonitis dan sepsis.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran : Setelah menyelesaikan modul ini, maka peserta didik mampu
Umum (TIU) menguasai kompetensinya pada penyakit ruptur vesica urinaria

Tujuan Pembelajaran : Setelah menyelesaikan modul ini, maka peserta didik mampu :
Khusus (TIK) 1. Memahami definisi, faktor risiko dan patogenesis ruptur
vesica urinaria
2. Mengetahui manifestasi klinis ruptur vesica urinaria
melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang yang sesuai
3. Menegakkan diagnosis kerja ruptur vesica urinaria dan
diagnosis bandingnya
4. Mengetahui penatalaksanaan ruptur vesica urinaria,
meliputi medikamentosa maupun non medikamentosa
5. Mengetahui kriteria dan alur rujukan yang sesuai pada

Modul Pembelajaran Bagian ilmu Bedah 6


kasus ruptur vesica urinaria
6. Mengidentifikasi komplikasi ruptur vesica urinaria
7. Mengetahui prognosis ruptur vesica urinaria
8. Memahami dan menerapkan pencegahan ruptur vesica
urinaria

DEFINISI
Ruptur ginjal adalah diskontinuitas jaringan ginjal yang biasanya disebabkan oleh trauma,
baik trauma tumpul (blunt trauma) maupun trauma tembus (penetrating trauma).

ETIOLOGI
Ruptur kandung kemih dapat bersifat intreperitoneal dan ektraperitoneal. Ruptur kandung
kemih ektraperitoneal biasanya akibat tertusuk fragmen fraktur tulang pelvis pada dinding depan
kandung kemih yang penuh. Pada kejadian ini terjadi ektravasasi urin di rongga perivesikal.
Trauma tumpul dapat menyebabkan ruptur buli-buli, terutama bila kandung kemih penuh
atau terdapat kelainan patologik, seperti tuberculosis, tumor, atau obtruksi sehingga trauma kecil
sudah menyebabkan ruptur.
FAKTOR RESIKO
- Usia
- Jenis kelamin
- Jenis aktivitas
- Riwayat kelainan ginjal sebelumnya (hidronefrosis atau kista)

PATOGENESIS
Pada trauma tumpul, mekanisme jejas ginjal diduga merupakan hasil kombinasi gaya yang
datang dan reaksi yang terjadi di kompartemen dalam yang berisi cairan. Selain itu, ginjal yang
bergeser dapat menyebabkan traksi arteri renalis, menyobek lapisan intima dan menimbulkan
perdarahan. Kompresi arteri renalis di antara dinding anterior perut dan korpus vertebra juga
dapat menyebabkan trombosis arteri renalis dekstra.
Pada trauma tembak, seperti peluru yang memiliki energi kinetik lebih besar, dapat
mendestruksi parenkim ginjal lebih hebat dan menyebabkan kerusakan di berbagai organ. Luka
tembak kecepatan rendah berhubungan dengan destruksi yang luas akibat efek ledakan, sementara
luka tembak kecepatan tinggi berkaitan dengan pengikisan jaringan yang luas dan tingginya jejas
lain.

Patofisiologi

Kandung kemih dilindungi


dengan baik oleh tulang pelvis

Modul Pembelajaran Bagian ilmu Bedah 6


sehingga ketika terjadi fraktur
pelvis yang disebabkan oleh
trauma tumpul maka fragmen
dari fraktur pelvis dapat
mencederai
kandung kemih dan dapat
terjadi ruptur ekstraperitoneal.
Apabila terdapat urin yang
terinfeksi
dapat mengakibatkan abses
dalam pelvis dan infeksi pelvis
yang berat. Pada saat kandung
kemih
terisi penuh kemudian tiba –
tiba terjadi benturan atau
Modul Pembelajaran Bagian ilmu Bedah 6
pukulan langsung ke perut
bagian bawah
dapat menyebabkan gangguan
pada kandung kemih. Jenis
gangguan biasanya adalah
gangguan
intraperitoneal. Ruptur
intraperitoneal terjadi ketika
ada pukulan atau kompresi
pada perut
bagian bawah pasien dengan
kandung kemih yang penuh
sehingga menyebabkan
peningkatan
mendadak tekanan intraluminal
Modul Pembelajaran Bagian ilmu Bedah 6
kandung kemih kemudian
menyebabkan pecahnya puncak
yang
merupakan bagian terlemah
dari kandung kemih. Puncak
dari lengkungan kandung
kemih
ditutupi oleh peritoneum, maka
cedera yang terjadi di daerah ini
akan menyebabkan ekstravasasi
intraperitoneal. Patofisiologi
Kandung kemih dilindungi
dengan baik oleh tulang pelvis
sehingga ketika terjadi fraktur
pelvis yang disebabkan oleh
Modul Pembelajaran Bagian ilmu Bedah 6
trauma tumpul maka fragmen
dari fraktur pelvis dapat
mencederai
kandung kemih dan dapat
terjadi ruptur ekstraperitoneal.
Apabila terdapat urin yang
terinfeksi
dapat mengakibatkan abses
dalam pelvis dan infeksi pelvis
yang berat. Pada saat kandung
kemih
terisi penuh kemudian tiba –
tiba terjadi benturan atau
pukulan langsung ke perut
bagian bawah
Modul Pembelajaran Bagian ilmu Bedah 6
dapat menyebabkan gangguan
pada kandung kemih. Jenis
gangguan biasanya adalah
gangguan
intraperitoneal. Ruptur
intraperitoneal terjadi ketika
ada pukulan atau kompresi
pada perut
bagian bawah pasien dengan
kandung kemih yang penuh
sehingga menyebabkan
peningkatan
mendadak tekanan intraluminal
kandung kemih kemudian
menyebabkan pecahnya puncak
Modul Pembelajaran Bagian ilmu Bedah 6
yang
merupakan bagian terlemah
dari kandung kemih. Puncak
dari lengkungan kandung
kemih
ditutupi oleh peritoneum, maka
cedera yang terjadi di daerah ini
akan menyebabkan ekstravasasi
intraperitoneal.

DIAGNOSIS BANDING
- Trauma buli
- Trauma ureter
- Trauma urethra
- Acute tubular necrosis
- Chronic kidney disease

PENEGAKAN DIAGNOSIS
Anamnesis
- Riwayat trauma, baik trauma tumpul maupun trauma tajam
- Nyeri daerah pinggang (flank pain)
- Hematuria

Pemeriksaan Fisik
- Hemodinamik stabil atau tidak

Modul Pembelajaran Bagian ilmu Bedah 6


- Hematuria (gross atau mikroskopis)
- Jejas pada pinggang
- Distensi abdomen, massa abdomen, abdominal tenderness
- Patah tulang iga
- Trauma yang menyertai (trauma thorax, abdomen, kepala, ekstremitas)

Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium : darah rutin (DL), urinalisis, sedimen urin, RFT
- Foto polos : abdomen-pelvis
- Ultrasonography (USG)
- CT-Scan abdomen pelvis dengan kontras (Gold standard)
- IVP (Intravenous Pyelography) one shoot
- Angiografi
- IVP/MRI sebagai pengganti CT Scan yang tidak tersedia

KLASIFIKASI
Secara klinis cedera buli-buli dibedakan menjadi kontusio buli-buli, cedera buli-buli
ekstraperitoneal, dan cedera intraperitoneal. Pada kontusio buli-buli hanya terdapat memar pada
dindingnya, mungkin didapatkan hematoma perivesikal, tetapi tidak didapatkan ektravasasi urine
ke luar buli-buli.
Ada dua tipe ruptur kandung kemih: intraperitoneal dan ektrapeitoneal(10)
a) Ruptur kandung kemih intraperitoneal menyebabkan ekstravasasi urin ke dalam rongga
peritoneum akibat cedera pada kubah kandung kemih (apex vesicae); kondisi ini sering
menimbulkan peritonitis.
 Cedera jenis ini sering kali terjadi pada pasien yang mengalami trauma saat kandung kemihnya
penuh.
b) Ruptur kandung kemih ektraperitoneal lebih sering ditemukan ketimbang ruptur kandung
kemih intraperitoneal. Ruptur ini menyebabkan ekstravasasi urin akibat cedera pada dinding
lateral atau dasar kandung kemih (fundus vesicae) (10)
 Lesi yang kecil bisa ditangani tanpa pembedahan, dengan pemasangan kateter urin selama 7-10
hari dan antibiotic profilaktik.

American association for the surgery of trauma injury score for the bladder
mengklasifikasikan trauma buli-buli berdasarkan derajat keparahannya

Modul Pembelajaran Bagian ilmu Bedah 6


TATALAKSANA
- Stabilisasi hemodidamik
- Sekitar 90% merupakan trauma ringan yang hanya memerlukan tirah baring, analgesic, dan
observasi fungsi ginjal.
- Pembedahan eksplorasi ginjal jika perdarahan disertai syok yang tidak teratasi, atau
hematoma luas dengan pulsatil

Gambar 2. Evaluasi trauma tumpul ginjal pada pasien dewasa

KOMPLIKASI
Ruptur ginjal dapat menyebabkan beberapa komplikasi baik yang segera (kurang dari
sebulan setelah trauma, contohnya perdarahan, infeksi, abses perinefrik, sepsis, fi stula, hipertensi,
ekstravasasi urin, dan urinoma) ataupun komplikasi tertunda (hidronefrosis, batu saluran kemih,
pielonefritis kronis, fistula arterivena, dan pseudoaneurisma).

PROGNOSIS
Prognosis ruptur ginjal bergantung pada jenis trauma, stabil tidaknya
hemodinamik, grade ruptur, dan tatalaksana pasien. Trauma tembus pada ruptur ginjal diketahui
meningkatkan tingkat keparahan cedera dibandingkan dengan ruptur ginjal yang disebabkan oleh
trauma tumpul. Trauma tembus dikaitkan dengan grading ruptur yang lebih tinggi. Ruptur ginjal
akibat trauma tembus juga dikaitkan dengan kegagalan tatalaksana nonoperatif dan kebutuhan

Modul Pembelajaran Bagian ilmu Bedah 6


tindakan operatif lebih tinggi dibandingkan dengan trauma tumpul. 

LATIHAN SOAL (MCQ)


1. Seorang laki-laki berusia 30 tahun dibawa ke UGD RS karena kecelakaan lalu lintas. Mobil
yang dikendarai pasien menabrak truk 2 jam sebelumnya. Pasien terjepit setir di bagian
perutnya. Pasien merasa nyeri pada perut dan pinggang kanan. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan penderita sadar, tekanan darah 110/70 mmHg, denyut nadi 100 x/menit,
frekuensi nafas 24 x/menit, jejas pada perut kanan atas dan pinggang kanan, nyeri tekan
dan nyeri lepas perut kanan atas, ballotement tidak ada. Setelah dipasang kateter uretra
tampak hematuria makroskopik. Apakah kemungkinan diagnosis pada pasien ini?
a. Ruptur uretra pars posterior
b. Ruptur ginjal
c. Fraktur pelvis
d. Ruptur buli intraperitoneal
e. Ruptur ureter

KEPUSTAKAAN
1. Summerton DJ, Djakovic N, Kitrey ND, Kuehhas F, Lumen N, Serafetinidis E. Guidelines on
urological trauma. European Association of Urology. 2014.
2. The American Association for the Surgery of Trauma. Kidney injury scoring scale [Internet].
2015 [cited 2021 August 12] Available from: http://www.aast.org/library/traumatools/
injuryscoringscales.aspx#kidney
3. American College of Surgeons Committee on Trauma. Advanced trauma life support for
doctors (Student Course Manual). 9th ed. 2012.
4. Kansas BT, Eddy MJ, Mydlo JH, et al. Incidence and management of penetrating renal trauma
in patients with multiorgan injury: extended experience at an inner city trauma center. J
Urol 2004; 172: 1355–1360.
5. McPhee M, Arumainayagam N, Clark M, Burfitt N, DasGupta R. Renal injury management in
an urban trauma centre and implications for urological training. Ann R Coll Surg Engl. 2015
Apr;97(3):194-7.

Modul Pembelajaran Bagian ilmu Bedah 6

Anda mungkin juga menyukai