Urinaria
Ruptur Vesica Urinaria
– Penyebab sebagian besar kasus ruptur vesica urinaria adalah trauma benda tumpul
yang berhubungan dengan kecelakaan kendaraan bermotor.
– Cedera iatrogenik. Berhubungan dengan pembedahan ginekologi dan kolorektal,
serta prosedur urologi. Tusukan kandung kemih paling sering terjadi terkait dengan
penempatan trokar midline di bawah umbilikus selama prosedur laparoskopi. Untuk
meminimalkan risiko ini pada laparoskopi sebaiknya kandung kemih dipastikan dalam
keadaan kosong dengan cara memasukkan kateter sebelum penempatan trocar.
– Ruptur kandung kemih spontan. Cukup jarang dan berhubungan dengan kematian
yang tinggi. Kasus telah dilaporkan berhubungan dengan persalinan pervaginam,
hemofilia, keganasan, radiasi, infeksi, dan retensi urin.
Jenis Ruptur Vesica Urinaria
Pada orang dewasa kandung kemih yang kosong terlindung dengan baik di dalam
tulang panggul tetapi kandung kemih yang penuh dapat teregang hingga setinggi
umbilicus sehingga lebih rentan terhadap cedera. Bagian terlemah dari kandung
kemih adalah peritoneal dome. Ruptur spontan dan iatrogenik biasanya
intraperitoneal, sedangkan ruptur traumatis, terutama yang berhubungan dengan
fraktur panggul, cenderung ekstraperitoneal.
Jenis Ruptur Vesica Urinaria
Ruptur kandung kemih dapat terjadi ekstraperitoneal atau intraperitoneal:
1. Jika ruptur kandung kemih berada di atas peritoneal reflection (pada kubah kandung
kemih), ekstravasasi urin akan terjadi di intraperitoneal. Ruptur intraperitoneal biasanya
terjadi ketika kandung kemih penuh mengalami tekanan pada perut bagian bawah.
2. Jika ruptur kandung kemih berada di bawah peritoneal reflection dan bukan pada
kubah, maka ekstravasasi urin akan terjadi ekstraperitoneal. Ruptur ekstraperitoneal
biasanya berhubungan dengan fraktur panggul baik karena gaya tekan pada panggul yang
menyebabkan pecahnya dinding kandung kemih anterior atau lateral atau dari penetrasi
langsung kandung kemih oleh fragmen fraktur tulang.
Tanda dan Gejala
– Adanya riwayat trauma. Trauma pada saluran kemih sering dikaitkan dengan cedera traumatis
lainnya (utamanya fraktur panggul)
– Ruptur spontan hadir dengan nyeri panggul, gagal ginjal, asites urin, dan sepsis.
Pemeriksaan Fisik
– Tes Buli, adalah dengan memasukkan cairan fisiologi NaCl 100 ml ke dalam VU
melalui kateter dan dikeluarkan lagi , jika yang keluar kurang dari 100 ml maka tes
buli (+), artinya ada ruptur buli / ruptur VU.
– Urinalisis gross hematuria. Kurang dari 1% pasien ruptur kandung kemih pada
urinalisis mengandung kurang 25 red blood cells/ LP dengan perbesaran tinggi. BUN
dan kreatinin dapat meningkat karena absorpsi urin peritoneal.
– Pemeriksaan BNO (foto polos abdomen) adakah terlihat adanya fraktur pelvis.
– Pemeriksaan Cystogram, bila ruptur ekstraperitoneal terlihat gambaran ekstravasasi
tampak seperti nyala api pada daerah perivesikal. Bila ruptur intraperitoneal terlihat
kontras masuk ke rongga abdomen.
Penatalaksanaan Komprehensif
– Kriteria rujukan kasus ruptur vesika urinaria harus dirujuk ke layanan sekunder
setelah stabilisasi.
Tatalaksana
– Ruptur ekstraperitoneal tanpa komplikasi sering ditangani secara non-operatif dengan kateter Foley, sedangkan ruptur
intraperitoneal memerlukan perbaikan bedah.
– Perforasi kandung kemih tidak lagi fatal seperti dulu. Dengan lebih
banyak kesadaran dan pencitraan yang lebih baik, sebagian besar
kasus didiagnosis dengan cepat. Dalam beberapa kasus,
pembedahan dapat membantu mempercepat penyembuhan dan
mempersingkat masa tinggal di rumah sakit. Prognosis
keseluruhan tergantung pada cedera lain. Ketika dasar panggul
terluka, beberapa pasien mungkin mengalami inkontinensia urin.