Anda di halaman 1dari 12

Ruptur Vesica

Urinaria
Ruptur Vesica Urinaria

– Kondisi yang relatif jarang terjadi. Cedera kandung kemih terjadi


pada sekitar 1,6% pasien dengan trauma tumpul abdomen. Sekitar
60% cedera kandung kemih terjadi di ekstraperitoneal, 30%
intraperitoneal, dan 10% sisanya ekstra dan intraperitoneal.
– Pada anak-anak insiden ruptur kandung kemih intraperitoneal jauh
lebih tinggi karena lokasi kandung kemih intra-abdomen pada usia
muda.
– Ruptur kandung kemih sering dikaitkan dengan cedera usus besar.
Etiologi

– Penyebab sebagian besar kasus ruptur vesica urinaria adalah trauma benda tumpul
yang berhubungan dengan kecelakaan kendaraan bermotor.
– Cedera iatrogenik. Berhubungan dengan pembedahan ginekologi dan kolorektal,
serta prosedur urologi. Tusukan kandung kemih paling sering terjadi terkait dengan
penempatan trokar midline di bawah umbilikus selama prosedur laparoskopi. Untuk
meminimalkan risiko ini pada laparoskopi sebaiknya kandung kemih dipastikan dalam
keadaan kosong dengan cara memasukkan kateter sebelum penempatan trocar.
– Ruptur kandung kemih spontan. Cukup jarang dan berhubungan dengan kematian
yang tinggi. Kasus telah dilaporkan berhubungan dengan persalinan pervaginam,
hemofilia, keganasan, radiasi, infeksi, dan retensi urin.
Jenis Ruptur Vesica Urinaria

Pada orang dewasa kandung kemih yang kosong terlindung dengan baik di dalam
tulang panggul tetapi kandung kemih yang penuh dapat teregang hingga setinggi
umbilicus sehingga lebih rentan terhadap cedera. Bagian terlemah dari kandung
kemih adalah peritoneal dome. Ruptur spontan dan iatrogenik biasanya
intraperitoneal, sedangkan ruptur traumatis, terutama yang berhubungan dengan
fraktur panggul, cenderung ekstraperitoneal.
Jenis Ruptur Vesica Urinaria
Ruptur kandung kemih dapat terjadi ekstraperitoneal atau intraperitoneal:
 1. Jika ruptur kandung kemih berada di atas peritoneal reflection (pada kubah kandung
kemih), ekstravasasi urin akan terjadi di intraperitoneal. Ruptur intraperitoneal biasanya
terjadi ketika kandung kemih penuh mengalami tekanan pada perut bagian bawah.
2. Jika ruptur kandung kemih berada di bawah peritoneal reflection dan bukan pada
kubah, maka ekstravasasi urin akan terjadi ekstraperitoneal. Ruptur ekstraperitoneal
biasanya berhubungan dengan fraktur panggul baik karena gaya tekan pada panggul yang
menyebabkan pecahnya dinding kandung kemih anterior atau lateral atau dari penetrasi
langsung kandung kemih oleh fragmen fraktur tulang.
Tanda dan Gejala

– Gross hematuria (77% hingga 100% kasus)


– Nyeri panggul
– Nyeri perut bagian bawah (Nyeri suprapubic)
– Kesulitan berkemih
– Kadang disertai hematome abdomen bagian bawah

– Adanya riwayat trauma. Trauma pada saluran kemih sering dikaitkan dengan cedera traumatis
lainnya (utamanya fraktur panggul)

– Ruptur spontan hadir dengan nyeri panggul, gagal ginjal, asites urin, dan sepsis.
Pemeriksaan Fisik

1. Pada ruptur intraperitoneal timbul tanda dan gejala rangsang peritoneum


termasuk defans muskuler dan ileus paralitik.
2. Pada umumnya fraktur pelvis disertai perdarahan hebat, sehingga sering
timbul syok hemoragik.
3. Adanya jejas suprapubik memungkinkan adanya cedera vesika urinaria
Pemeriksaaan Penunjang

– Tes Buli, adalah dengan memasukkan cairan fisiologi NaCl 100 ml ke dalam VU
melalui kateter dan dikeluarkan lagi , jika yang keluar kurang dari 100 ml maka tes
buli (+), artinya ada ruptur buli / ruptur VU.
– Urinalisis  gross hematuria. Kurang dari 1% pasien ruptur kandung kemih pada
urinalisis mengandung kurang 25 red blood cells/ LP dengan perbesaran tinggi. BUN
dan kreatinin dapat meningkat karena absorpsi urin peritoneal.
– Pemeriksaan BNO (foto polos abdomen) adakah terlihat adanya fraktur pelvis.
– Pemeriksaan Cystogram, bila ruptur ekstraperitoneal terlihat gambaran ekstravasasi
tampak seperti nyala api pada daerah perivesikal. Bila ruptur intraperitoneal terlihat
kontras masuk ke rongga abdomen.
Penatalaksanaan Komprehensif

– Mengatasi perdarahan dan syok, yaitu dengan pemasangan infus dan


pemberian cairan elektrolit atau darah, tergantung derajat perdarahan yang
ditemui.

– Kriteria rujukan kasus ruptur vesika urinaria harus dirujuk ke layanan sekunder
setelah stabilisasi.
Tatalaksana
– Ruptur ekstraperitoneal tanpa komplikasi sering ditangani secara non-operatif dengan kateter Foley, sedangkan ruptur
intraperitoneal memerlukan perbaikan bedah.

– Pedoman American Urological Association (AUA):


1. Ruptur kandung kemih intraperitoneal diperbaiki dengan pembedahan karena ruptur ini tidak akan sembuh secara
spontan dengan drainase kateter urin saja.
 Ruptur kandung kemih intraperitoneal yang tidak diketahui dan tidak diperbaiki dapat menyebabkan peritonitis, sepsis, dan
gagal ginjal.
 Karena banyak yang berhubungan dengan trauma besar, perbaikan terbuka adalah yang paling umum, tetapi perbaikan
laparoskopi dapat dilakukan pada beberapa keadaan. Selama evaluasi operasi ruptur kandung kemih di kubah, dianjurkan untuk
mengevaluasi seluruh kandung kemih dan tidak hanya memperbaiki cedera yang tampak.
 Perbaikan cedera kandung kemih dapat berupa penutupan tunggal atau berlapis ganda. Disarankan untuk menghindari jahitan
permanen pada perbaikan mukosa karena ini dapat menjadi nidus untuk pembentukan batu di masa depan.
2. Kateter Foley dipasang di kandung kemih pasca operasi.
3. Cystography harus dilakukan untuk mengkonfirmasi penyembuhan dalam kasus yang kompleks.
– Pedoman AUA merekomendasikan bahwa cedera kandung kemih ekstraperitoneal tanpa
komplikasi dikelola secara konservatif dengan pemasangan kateter.
 Terapi standarnya adalah memasang kateter selama 2 hingga 3 minggu, tetapi dapat
dimungkinkan juga lebih lama dalam beberapa kasus. Ruptur ekstraperitoneal yang tidak
sembuh setelah 4 minggu drainase kateter harus dipertimbangkan untuk perbaikan bedah.
Ruptur kandung kemih ekstraperitoneal yang kompleks (terkait dengan adanya fragmen
tulang di dalam kandung kemih, cedera vagina atau dubur) sering memerlukan perbaikan
operatif.
– Cedera leher kandung kemih seringkali tidak akan sembuh tanpa perbaikan bedah.
– Sebuah cystostomy suprapubik jarang diperlukan setelah perbaikan bedah kecuali juga terdapat
cedera uretra, dan kateter tidak dapat ditempatkan sekunder untuk gangguan uretra. Kateter
urin telah terbukti memadai, menghasilkan lama rawat inap yang lebih pendek dan morbiditas
yang lebih rendah.
– Drainase kateter biasanya dapat dilakukan dengan kateter uretra.
– Tindak lanjut cystography harus digunakan untuk mengkonfirmasi penyembuhan setelah
perawatan dengan kateter urin.
Prognosis

– Perforasi kandung kemih tidak lagi fatal seperti dulu. Dengan lebih
banyak kesadaran dan pencitraan yang lebih baik, sebagian besar
kasus didiagnosis dengan cepat. Dalam beberapa kasus,
pembedahan dapat membantu mempercepat penyembuhan dan
mempersingkat masa tinggal di rumah sakit. Prognosis
keseluruhan tergantung pada cedera lain. Ketika dasar panggul
terluka, beberapa pasien mungkin mengalami inkontinensia urin.

Anda mungkin juga menyukai