Anda di halaman 1dari 41

Critical Thinking

AND
Clinical Reasoning
RIZKI ANISA
Pendahuluan
Clinical reasoning merupakan salah satu ketrampilan yang
harus dimiliki oleh seorang dokter untuk memecahkan masalah
klinis yang dihadapinya.
Kemampuan clinical reasoning seorang dokter dapat
berkembang seiring dengan pengalaman
Critical thinking ability berpengaruh terhadap perkembangan
kemampuan clinical reasoning
Critical Thinking
Berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang
berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau
dilakukan (Robert Ennis dalam Fisher, 2006)

Berpikir kritis adalah sebuah keputusan yang disertai tujuan dan


dikerjakan sendiri, merupakan hasil kegiatan intepretasi, analisis,
evaluasi, dan inferensi serta penjelasan dari pertimbangan yang
didasarkan pada bukti, konsep, metodologi, kriteriologi dan
kontekstual (Fascione, 1996)
Ciri-ciri
 Terbiasa ingin tahu
 Banyak pengetahuan
 Menyampaikan alasan yang terpercaya
 Fleksibel dalam mempertimbangkan berbagai alternatif dan pendapat
 Jujur dalam menghadapi bias pribadi
 Bijaksana dalam membuat penilaian
 Reflektif
Fascione (1996,2004) dan Carrol (2004)
 Membedakan antara fakta dan opini
 Melakukan observasi yang mendetail
 Tidak menutupi adanya asumsi
 Membuat pernyataan tegas berdasarkan pada logika dan
bukti kuat

(Ellis D.,1997)
Kegiatan Berpikir Kritis
1. Interpretasi
 Kemampuan untuk memahami dan mengartikan aecara cepat dan akurat atas
pengalaman, kejadian, data, keputusan kepercayaan, aturan, prosedur, kriteria serta
mengidentifikasi masalah. Penafsiran meliputi keahlian dalam menggolongkan dan
menjelaskan arti.
 Contoh : mengintepretasikan hasil pemeriksaan laboratorium, membaca hasil pemeriksaan
radiologi
2. Analisis
 Mengidentifikasi hubungan dari beberapa pernyataan, pertanyaan,
konsep, deskripsi.
 Contoh : mengidentifikasi persamaan dan perbedaan dua pendekatan
yang digunakan untuk menyelesaikan masalah
3. Evaluasi
Kemampuan untuk menguji hubungan berbagai pernyataan, deskripsi,
pertanyaan dalam merefleksikan pemikiran termasuk menentukan
pilihan penyelesaian.
Contoh : Memutuskan apakah argumen yang diberikan relevan atau
layak guna atau memiliki implikasi bagi situasi tertentu.
4. Inferensi
o Mengidentifikasi dan memilih elemen yang dibutuhkan untuk
menyusun kesimpulan untuk menegakkan diagnosis,
mempertimbangkan informasi apa saja yang dibutuhkan dan
memutuskan konsekuensi yang harus diambil.

o Contoh : mengidentifikasi informasi dari berbagai sumber yang


dibutuhkan untuk memformulasi penyelesaian masalah.
5. Kemampuan menjelaskan
Kemampuan menyampaikan hasil, menjelaskan prosedur dan
mempresentasikan argument.

6. Self regulation
Memeriksa ulang hasil pemikirannya dan mengkoreksinya sehingga
mampu menghasilkan keputusan yang lebih baik.
(Fascione, 1996)
ARE YOU CRITICAL
THINKER ?
Clinical Reasoning
Adalah proses kognitif yang terjadi ketika berbagai informasi
yang diperoleh dokter baik melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik atau melalui kasus klinik yang diberikan
pada mahasiswa kedokteran disintesis dan diintegrasikan
dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki
sebelumnya oleh dokter dan mahasiswa tersebut yang
kemudian dipergunakan untuk mendiagnosis dan
menatalaksana masalah pasien.
(Groves dkk, 2002)
Critical Thinking, Clinical Reasoning,
and
Clinical Judgment
The terms are often used interchangeably, but there is a slight
difference in the use of these terms.

Critical thinking – a broad term – includes reasoning both outside


and inside of the clinical setting.
Clinical reasoning – a specific term – usually refers to ways of
thinking about patient care issues (determining, preventing, and
managing patient problems).
Clinical judgment refers to the result (outcome) of critical
thinking or clinical reasoning – the conclusion, decision, or
opinion you make.

• Critical thinking
Result
and • Clinical judgment
• clinical reasoning (conclusion,
decision, or
Proces opinion)

s
Proses Clinical Reasoning
Faktor-faktor yang berpengaruh
•Pengetahuan yang terstruktur
•Kemampuan berpikir kritis
•Kemampuan melakukan kategorisasi
•Kemampuan melakukan refleksi
•Pengalaman menerima umpan balik yang
membangun (constructive feedback)
•Pengalaman terpapar masalah klinis
•Pengalaman menangani pasien
•Kemampuan komunikasi interpersonal
Jenis Clinical Reasoning Berdasarkan
Pola
Forward reasoning
Backward reasoning/ Hypothetico-deductive reasoning
Illness script
Scheme Inductive Reasoning

(Anderson, 2006)
Forward Reasoning
Proses menetapkan hipotesis berdasarkan data
yang ada.
Dibutuhkan pengumpulan data informasi mengenai
pasien sebanyak-banyaknya
Digunakan pada kasus sederhana/ tunggal
Harus memiliki pengorganisasian pengetahuan
Contoh kasus
Seorang laki-laki usia 45 tahun datang ke puskesmas
dengan keluhan badan cepat lelah. Keluhan ini
dirasakan sejak 6 bulan terakhir, disertai mudah
mengantuk, sering kencing sehingga banyak minum
dan mudah lapar. Riwayat keluarga: ayah menderita
kencing manis. Hasil pemeriksaan gula darah puasa
300 gr/dL.
badan cepat lelah
mudah mengantuk
Hipotesis:
sering kencing (polyuri)
DM tipe I
banyak minum (polydipsi) DM tipe II
mudah lapar
GD puasa > 200gr/dL
Backward reasoning/ Hypothetico-deductive
reasoning
Diawali dengan penyusunan hipotesis berdasarkan
data/informasi awal
Selanjutnya hipotesis diuji dengan melakukan
penggalian informasi lebih dalam yang bersifat
terarah sehingga setiap data yang masuk akan
mempersempit hipotesis.
Illness Script
Diperkenalkan oleh Feltovich dan Barrows pada
tahun 1984
Menyocokan diagnosa kasus yang saat ini dijumpai
dengan kasus yang sudah pernah ditemui
sebelumnya karena memiliki kesamaan pola.
Tanpa ada proses analisis yang mendalam
Metode ini sering digunakan oleh expert
Scheme inductive reasoning
Skema ini bila digambarkan di atas kertas
menyerupai peta jalan.
Sering digunakan oleh ahli untuk menegakkan
diagnosa pada kasus yang kompleks (sudah
muncul berbagai komplikasi).
Kurang cocok bila digunakan oleh pemula
Aplikasi Critical thinking dalam clinical
reasoning
Diagnostic error & Clinical Reasoning
Graber (2005) Penyebab paling sering diagnositic
error  cognitive error
Cognitive error:
1. Kesalahan pengetahuan
2. Kesalahan pengumpulan data/ informasi
3. Kesalahan mensintesis informasi  menyimpulkan
terlalu awal
4. Kesalahan dalam verifikasi
Kesimpulan
Pengetahuan tentang ilmu kedokteran dasar (anatomi,
fisiologi, biokimia, histologi, dll) serta ilmu kedokteran klinis
berpengaruh terhadap kemampuan penegakan diagnosis
Critical thinking merupakan landasan dalam melakukan
clinical reasoning
Clinical reasoning yang kuat akan menghasilkan diagnosis
yang presisi
Contoh Kasus
Seorang perempuan berusia 28 tahun dibawa
ke IGD RS dengan keluhan sesak nafas sejak 1
hari yang lalu.
Contoh Kasus
Seorang perempuan berusia 25 tahun datang ke
UGD RS dengan keluhan nyeri perut sejak 1 hari
yang lalu.
Contoh Kasus
Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang ke
UGD RS dengan keluhan nyeri saat buang air
kecil sejak 2 hari yang lalu.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai