Anda di halaman 1dari 6

CRITICAL THINKING

1. Apa tujuan berfikir kritis?


Ibu B. M. Siti Rahayu, S.Kep
1. Menghasilkan ide-ide dan asumsi yang valid
2. Mampu membuat keputusan klinis yang baik.
3. Merasionalisasi
kehidupan
manusia
dan
secara
hati-hati
mengamati/memeriksa proses berpikir sebagai dasar untuk mengklarifikasi
dan memperbaiki pemahaman kita tentang sesuatu.
4. Menantang individu untuk menelaah asumsi tentang informasi terbaru
5. Menginterpretasikan serta mengevaluasi uraian dengan tujuan mencapai
kesimpulan suatu prespektif baru
(http://www.scribd.com/doc/73571287/BERPIKIR-KRITIS)
2. Apa yang dimaksud dengan pemikir kritis?
Pemikir kritis adalah seseorang yang dapat membuat keputusan atau
memecahkan suatu masalah. Ketika seseorang mempertimbangkan apa-kah
akan mempercayai atau tidak mempercayai, melakukan atau tidak melakukan
suatu tindakan, atau mempertimbangkan untuk bertindak dengan alasan dan
kajian yang kuat, maka ia sedang menggunakan cara berpikir kritis.
(http://fk.uns.ac.id/static/file/criticalthinking.pdf)
3. Mengapa dalam menangani pasien, seorang dokter harus menerapkan critical
thinking?

Kemampuan generik critical thinking sangat dibutuhkan , agar


dokter seorang dokter perlu berpikir kritis apakah keputusan
untuk menangani terapi sudah tepat, apakah didukung oleh
bukti-bukti ilmiah yang kuat yang membenarkan bahwa
penanganan itu memang efektif untuk memecahkan masalah
yang dihadapi pasien.
(http://fk.uns.ac.id/static/file/criticalthinking.pdf)
4. Bagaimana cara mengembangkan critical thinking sejak dini?
Cara mengembangkan critical thinking sejak dini adalah dengan cara belajar
aktif yaitu belajar dimana seseorang mampu berinteraksi dengan orang lain,
mampu memunculkan ide ide baru dari pemecahan suatu masalah ,serta
mampu mengambil pelajaran dari kejadian - kejadian yang ada untuk
membangun pemahaman baru.
(http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/197803082001122RITA_MARIYANA/JURNAL_PENELITIAN_PEMBINAAN.pdf)
5. Mengapa critical thinking harus dikembangkan sejak dini?
6. Bagaimana langkah-langkah untuk menjadi critical thinker?
Untuk menjadi critical thinker diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah yang ada
2. Menetapkan/mendefinisikan keadaan
3. Mengusulkan beberapa alternatif pilihan penyelesaian masalah

4. Menganalisis pilihan penyelesaian masalah untuk mendapatkan


penyelesaian yang terbaik
5. Membuat daftar alasan secara jelas
6. Melakukan koreksi diri.
(Facione (2004) ,file pdf)
7. Apa ciri-ciri pemikir kritis?
Mengelola pikiran dan menyampaikannya secara konsiten dan jelas
Membedakan sesuatu secara logis dan inferens
Menangguhkan keputusan bila terdapat kurang bukti yang mendukung
Mengerti perbedaan antara memberi alasan dan mencari alasan
Berusaha mengantisipasi kemungkinan konsekuensi alternatif pilihan
Memahami pendapat berdasarkan derajat kepercayaan
Mencari kemiripan dan analogi pada keadaan yang tidak jelas
Mampu belajar secara mandiri dan tidak mudah putus asa dalam
mengerjakan sesuatu
Menerapkan teknik problem-solving
Dapat menyampaikan struktur informal dengan jalan pikiran formal
Dapat memberi argumen secara lisan bila terdapat ketidaksesuaian
Membiasakan meragukan pendapat sendiri dan berusaha memahaminya
Peka terhadap perbedaan antara kebenaran dan intensitas
Menyadari bahwa kemampuan memahami sesuatu adalah terbatas
Mengakui kemungkinan pendapatnya sendiri keliru
(Nickerson (1987) , file dalam bentuk pdf)
8. Apakah manfaat critical thinking?
Membantu memperoleh pengetahuan, memperbaiki teori, memperkuat
argumen
Mengemukakan dan merumuskan pertanyaan dengan jelas
Mengumpulkan, menilai, dan menafsirkan informasi dengan efektif
Membuat kesimpulan dan menemukan solusi masalah berdasarkan alasan
yang kuat
Membiasakan berpikiran terbuka
Mengkomunikasikan gagasan, pendapat, dan solusi dengan jelas kepada
lainnya
(fk.uns.ac.id/static/materi/Berpikir_Kritis-Prof_Bhisma_Murti.ppt)
9. Apakah faktor yang mempengaruhi critical thinking?
10. Apa saja hambatan dalam berfikir kritis? Bagaimana solusinya?
a. Kurang pengetahuan/informasi relevan : solusinya adalah dengan cara
b. Kurangnya daya/kesempatan membaca
c. Prasangka
d. Stereotif
e. Kebohongan
(Matakuliah : L0022 Filsafat Ilmu dan Logika Tahun
: 2007)
Sepintar pintarnya orang yang melakukan berpikir kritis dengan baik,
kadang kala mendapatkan seesuatu hambatan dalam menjalani berpikir
kritis. Hal yang menjadikan suatu hambatan, yaitu :
1

Kurangnya pengetahuan kita tentang latar belakang informasi yang

relevan dari suatu masalah atau persoalan, sehingga untuk memutuskan


suatu penyelesaian kurang tepat dan tidak sesuai dengan apa yang
diinginkan.
2

Menyangkut

sikap

prasangka,

kebohongan,

rasionalisasi,

dan

penstereotipan (generalisasi).
3

Menyangkut keyakinan ; mitos, tahayul, agama, dan adat istiadat.

Paradigma yang dianut, seperti :


Egosentrisme, sebagaimana

hal nya manusia adalah subjek

dalam kehidupan ini. Artinya manusia akan cenderung berpikir untuk


dirinya sendiri atau disebut sebagai egosentris. Dalam proses berpikir,
egosentris menjadi hal utama yang harus kita hindari. Apalagi bila kita
berada dalam sebuah tim yang membutuhkan kerjasama yang baik.
Egosentris akan membuat pemikiran kita menjadi tertutup sehingga sulit
mendapatkan inovasi inovasi baru yang dapat hadir. Pada akhirnya,
sikap egosentris ini akan membawa manusia ke dalam komunitas
individualistis yang tidak peka terhadap lingkungan sekitar. Bukan menjadi
solusi, tetapi hanya menjadi penambah masalah. Semakin sering kita
berlatih berpikir kritis secara ilmiah, maka kita akan semakin berkembang
menjadi tidak hanya sebagai pemikir kritis yang ulung, namun juga
sebagai pemecah masalah yang ada di lingkungan. Khususnya pada
profesi dokter, dimana seorang dokter harus mengutamakan kesehatan
pasien dengan tindakan medis yang diberikan.
Sosiosentrisme, paradigma yang dimana seorang berpikir lebih
berpusat untuk keuntungan kelompoknya. Sosiosentrisme bisa mengubah
cara pandang seseorang yang berpikir kritis. Ada dua sudut pandang
pemikiran, yaitu bias kelompok dan insting kelompok. Bias kelompok
adalah kecenderungan menilai bahwa kelompok yang ia anut adalah
paling baik, tanpa menilai tentang kelemahan kelompoknya sendiri dan
juga tidak menilai tentang sisi positif dari kelompok lain. Insting kelompok
adalah kecenderungan untuk mengikuti pendapat atau gagasan dari orang
lain yang bersifat mayoritas, tanpa menilai baik dan buruknya dari sebuah
keputusan yang dianutnya.

CLINICAL REASONING

11. Bagaimana langkah-langkah dalam clinical reasoning?


Barrows dan Tamblyn menyusun langkah clinical reasoning menjadi lima
langkah.2Langkah-langkah ini tidak terlalu berbatas tegas, terkadang dilaksanakan secara
simultan.

Langkah 1 Merasakan adanya isyarat dari pasien


Pada tahap ini seorang dokter sudah mulai melakukan analisis, dimulai dari
memperhatikan penampilan dan pakaian, gerak dan sikap, serta usia pasien. Aktivitas
ini sering terjadi tanpa disadari dokter, terutama bila telah menjalani praktik cukup
lama. Proses ini dilanjutkan dengan pembentukan persepsi dan interpretasi (konsep
awal) oleh dokter. Dokter sudah mulai menghubungkan isyarat-isyarat yang
didapatnya.
Langkah 2 Pembentukan hipotesis
Tahap ini sering terjadi bersamaan dengan pembentukan konsep awal. Dokter
memikirkan beberapa penjelasan yang mungkin berdasarkan isyarat dan konsep awal
tersebut sebagai hipotesis. Hipotesis ini dapat berupa ide, firasat, dugaan, kesan,
bahkan diagnosis. Pembentukan hipotesis ini umumnya berdasarkan sistem organ.
Untuk itu penguasaan ilmu biomedis yang baik sangat diperlukan guna menghasilkan
hipotesis yang mengarah.6
Pembentukan hipotesis ini sangat ditentukan oleh pengalaman dokter. Pada dokter
yang telah lama berpraktik proses ini sehingga sering terjadi bias kognitif, meskipun
hasil diagnosis mendekati keakuratan.1
Langkah 3 Penajaman
Hipotesis yang sudah didapatkan digunakan dokter untuk mengumpulkan informasi
baru. Hal ini bertujuan untuk mempertajam hipotesis awal. Pada tahap ini dokter
mulai melakukan pendekatan search and scan untuk menggali informasi pasien.
Saat melakukan anamnesis, dokter memikirkan hal yang menjadi keluhan utama dan
keluhan tambahan. Keluhan ini akan dibandingkan dengan hipotesis awal, sehingga
terbentuk hipotesis baru. Untuk memperkuatnya, dokter melakukan pemeriksaan fisis
berdasarkan hipotesis tersebut. Terkadang dokter juga perlu melakukan pemeriksaan
penunjang diagnostik ataupun konsul. Pemilihan dan interpretasi pemeriksaan
penunjang dan konsul sendiri merupakan hasil berpikir dokter dengan mengaitkannya
pada masalah pasien dan hipotesis yang sudah dibentuk.
Langkah 4 Perumusan masalah
Pada tahap ini dokter telah mengumpulkan banyak informasi dan merumuskan
masalah. Dokter merumuskan beberapa diagnosis banding berdasarkan data-data
pendukung. Beberapa diagnosis banding ini kemudian diurutkan menurut diagnosis
yang paling mungkin yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan pada tahap
berikutnya.
Langkah 5 Pengambilan keputusan
Tahap ini merupakan tahap pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil dapat
berupa memutuskan informasi telah cukup atau tidak, melakukan pemeriksaan
lanjutan atau tidak, masalah pasien gawat atau tidak, memberikan terapi rawat jalan
atau rawat inap, serta merujuk atau tidak.

12. Apa tujuan clinical reasoning?


13. Apakah peran clinical reasoning dalam bidang kedokteran?

Pada banyak kondisi klinik, seorang dokter dituntut untuk membuat


keputusan secara cepat dan akurat. Strategi reasoning menggunakan
metode yang umum dilakukan dalam penelitian ilmiah seperti hipotheticodeductif memerlukan waktu yang lama. Dalam praktek seorang dokter
cenderung menggunakan strategi non-analitik dalam clinical reasoning.
Strategi non analitik yang digunakan oleh dokter dalam clinical
reasoning memungkinkan terjadinya bias kognitif. Cara mengurangi
terjadinya bias kognitif adalah dengan mengevaluasi kesimpulan untuk
memberikan argumentasi berdasarkan bukti-bukti yang sesuai. Proses
tersebut merupakan kemampuan berpikir kritis.
Strategi clinical reasoning juga memerlukan pemahaman terhadap
materi pengetahuan kedokteran, cara pengorganisasian pengetahuan,
serta pengalaman menggunakan pengetahuan. Proses membangun
informasi merupakan proses aktif menggunakan informasi dan
mengevaluasi hasil kesimpulan yang dibuat terhadap permasalahan yang
dihadapi.
Jadi clinical reasoning merupakan kemampuan utama yag harus
dimiliki seorang dokter yang memerlukan kemampuan berpikir kritis baik
dalam proses mengkonstruksi pengetahuan maupun maupun proses
pengambilan keputusan terhadap pasien. Dalam pendidikan kedokteran
berpikir kritis menjadi alat untuk memperoleh pemahaman materi
pengetahuan serta kompetensi yang dikembangkan agar lulusannya dapat
bekerja dengan baik.
(Sumber : http://www.fk.undip.ac.id/artikel-lepas/clinical-reasoning-dan-berpikirkritis-.html)

14. Faktor apa yang mempengaruhi clinical reasoning?


Karena merupakan proses kognitif, maka proses reasoning sangat dipengaruhi oleh proses
berfikir manusia yang cenderung untuk:
(i)

terburu-buru sehingga sering tidak dilakukan evaluasi yang mendalam

(ii)

terhadap berbagai alternatif


dangkal,
sehingga
gagal

untuk

menantang

asumsi

dan

mempertimbangkan pandangan orang lain

(iii) tak terorganisir. Akibatnya, wajar jika pada umumnya kita selalu mencari jalan
pintas penyelesaian masalah.
CRITICAL PARTICIPATION
15. Apa critical participation itu?
Amerika Nations'World Organisasi Kesehatan telah mendefinisikan
critical participation sebagai:

Sebuah proses dimana orang [masyarakat] diaktifkan untuk menjadi aktif


dan benar-benar terlibat dalam mendefinisikan isu-isu, perhatian kepada
mereka, dalam membuat keputusan mengenai faktor yang mempengaruhi
kehidupan mereka, dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan, .
dalam perencanaan, mengembangkan dan memberikan pelayanan dan
dalam mengambil tindakan untuk mencapai perubahan
http://www.dhs.vic.gov.au/__data/assets/pdf_file

16. Apa tujuan dari critical participation?


17. Faktor apa yang mempengaruhi critical participation?
18. Bagaimana cara melakukan critical participation?

Solve communication
Use reflection thinking
Inference
Explanation
Analysis
Evaluation
Dra Endang lestari MPd.MPd.ked critical participation

PROSEDUR MEDIS
19. Apakah ada peraturan tentang prosedur medis di undang-undang? Pasal berapa?
20. Bagaimana prosedur medis dokter ketika memeriksa pasien?
o
o
o
o
o
o

Riwayat kesehatan
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan lab
Hasil lab atau citara medis
Analisa data dan penetuan diagnosis
Perencanaan perawatan atau pengobatan
Coulehan JL Block MR 2005B The medical interview: mastering skill for
clinical practice(edisi ke 5) F.A davis ISBN O-8036-1246-X

Anda mungkin juga menyukai